Re: [GM2020] Bangsa Muslim di Eropa Merdeka

2008-02-18 Terurut Topik irvan sjafari

--- balibudu [EMAIL PROTECTED] wrote:

Pada akhir 1992 (seingat saya)  saya pernah membaca
artikel Majalah Times. Ada laporan yang menyebutkan
bahwa negara-negara besar akan cenderung pecah. 
Kanada akan menghadapi masalah Queebec-nya. Sebuah
negara bagian yang berbahasa Prancis. Sedangkan Kanada
mayoritas Inggris.  Cina menghadapi masalah Tibet.
Sedangkan Indonesia menghadapi persoalan Aceh, Papua,
Timor Timur dan Maluku Selatan. Kenyataannya 1999
Timor Timur lepas. 

Persoalannya memang kencenderungan konflik etnis,
agama, ras hingga bahasa seperti yang pernah ditulis
Clifford Geertz masih laten (pelajaran wkatu kuliah
dulu dua puluh tahun lalu).  Sri Lanka yang negara
kecil saja masih ada seperatis seperti Tamil. Konflik
etnis menjadi kuat manakala diperkuat oleh
ketidakadilan ekonomi. GAM menjadi kuat karena uang
dihasilkan industri di Aceh Utara tidak berimbas pada
penduduk asli. Papua juga begitu. Ada beberapa
penelitian tentang itu sepanjang 1990-an. 

Awalnya kan pembentukan propinsi baru ada juga yang
berawal dari perbedaan etnis dan agama atau persoalan
primordial lainnya. Gorontalo misalnya memang beda
dari Sulawesi Utara. Secara sejarah, budaya, agama
yang saya baca memang bisa dimengerti menjadi propinsi
baru. Banten juga saya faham karena memang akar
sejarahnya kuat. Mereka memang beda dari Jawa Barat,
padahal sama-sama berbahasa Sunda (hanya lebih kasar
Banten). 

Hanya kadang-kadang tidak konsisten. Misalnya kalau
pakai semangat primordial, harusnya Riau Kepulauan
tidak perlu pisah dari Riau Daratan. Harusnya Sumatra
Timur (deli, medan) gabungnya dengan Riau kan
sama-sama Melayu? Tapanuli bisa jadi propinsi sendiri,
karena etnis dominan di sana jelas. 

Oke, kembali ke persoalan separatis. Saya kira Aceh
nggak lagi akrena tuntutan mereka sudah dikabulkan.
Harusnya Papua juga diakomodir keinginannya. Saya kira
kalau mereka lepas bakal punya persoalan etnis juga.
Papua Nugini saja sering perang suku. Lihat kini Timor
Timur sudah satu etnis masih berantam soal kekuasaan. 

Di Eropa sana kecenderungan negara kecil hal yang
biasa. Itu ada akarnya ada dalam sejarahnya. Di sana
negara kota sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Peta
Eropa sering mengalami perubahaan dari abad ke abad.
Eropa bagian Timur memang laten karena masalahnya
kompleks. Sudah masalah etnis dtambah  masalah
ketidakadilan  ekonomi. Di Eropa Barat saja yang lebih
makmur masih ada separatis seperti Basque  di Spanyol.


Mengenai sikap Indonesia saya setuju dengan kebijakan
Deplu memang harus hati-hati dan mengkaji dulu untuk
memberikan pernyataan.  Harus dihitung implikasinya
pada republik ini nanti-nantinya. 

Jangan terbawa semangat bahwa ada Republik Muslim
Merdeka di Eropa. Jangan lupa kemungkinanAmerika
Serikat memang ingin punya sekutu di Eropa Timur.
Mereka ingin punya sahabat muslim. Bagaimana nanti
kalau kemerdekaan Maluku Selatan yang mayoritas
Kristen tiba-tiba diakui negara barat? Bukankah
nantinya semangatnya sama He..ada republik kristen di
nusantara?  




  

Looking for last minute shopping deals?  
Find them fast with Yahoo! Search.  
http://tools.search.yahoo.com/newsearch/category.php?category=shopping


[GM2020] Bangsa Muslim di Eropa Merdeka

2008-02-17 Terurut Topik balibudu

Refleksi: Kosovo merdeka, sebelumnya juga Bosnia, Kroatia dan 
Slovenia telah lepas dari Yugoslavia. Teristimewa Bosnia bukan saja 
Indonesia mengirim tentara membantu kemberdekaannya, tetapi juga 
mendapat kunjungan Pak Harto pada saat peperangan masih berjalan. 
Bukan itu saja malah Pak Harto sebegai presiden NKRI  menyumbang 
pembiayaan pembanguan sebuah mesjid di Bosnia. 

Berdasarkan prinsip seperti digariskan pada preamble UUD 45: 
kemerdekaan adalah hak semua bangsa,  dan oleh karena itu sesuai 
prinsip keadilan Illahi yang tidak berat sebelah, maka sepatutnya 
langkah Indonesia yang telah diberikan kepada perjuangan rakyat 
Bosnia  membebaskan diri dari  Yugoslavia  juga diamalkan kepada  
Aceh, Papua dan lain lain daerah untuk bebas merdeka sesuai hasrat 
yang telah mereka kemukakan berdasarkan hasrat dan hak menentukan 
nasib sendiri. Bagaimana komentar Anda? 

http://www.indopos.co.id/index.php?act=detailid=10024

Minggu, 17 Feb 2008,


Bangsa Muslim di Eropa Merdeka 





PRISTINA - Sebuah negara baru dengan penduduk mayoritas muslim, 
Kosovo lahir di Eropa hari ini (17/2). Proklamasi kemerdekaan wilayah 
yang dulu menjadi provinsi Republik Serbia ini sudah tak terbendung 
lagi. Perdana Menteri (PM) Kosovo Hashim Thaci secara resmi sudah 
mengumumkan rencana proklamasi tersebut kemarin (16/2).

Besok (hari ini, Red) bakal menjadi hari kemenangan, pemahaman, dan 
perwujudan janji negara untuk mengimplementasi keinginan rakyat 
Kosovo, kata Thaci. Tidak ada apa pun yang bisa dilakukan Beograd 
(Serbia) untuk mempengaruhi perkembangan di Kosovo ini. 

Kosovo menempuh jalan terjal untuk menuju kemerdekaan. Usaha pertama 
mereka pada 1990 gagal, karena diserbu Serbia. Pertarungan tak 
seimbang antara Serbia dengan gerilyawan Kosovo (KLA) ini menimbulkan 
tragedi pembantaian dan pengungsian besar-besaran. NATO dipimpin AS 
mengusir Serbia dengan serangan udara selama 78 hari. Kosovo kemudian 
berada di bawah perlidungan PBB dan NATO. 

Setelah melalui pengorbanan luar biasa tersebut, kali ini usaha 
Kosovo mendapat dukungan hampir sepertiga negara-negara Uni Eropa 
(UE) dan Amerika Serikat (AS). 

Kosovo sudah memiliki bendera baru berlatar belakang merah dengan 
gambar garuda berkepala dua. Kelompok orkestra ternama Kosovo terus 
berlatih memainkan simfoni karya maestro Beethoven, Ode to Joy, untuk 
merayakan datangnya hari bersejarah tersebut. 

Di ibu kota Pristina, ucapan terima kasih rakyat Kosovo kepada negara-
negara pendukung kemerdekaan diwujudkan dalam bentuk arak-arakan 
spontan. Bendera Amerika dikibarkan bersama dengan bendera Kosovo. 
Selain itu ada juga grafiti terima kasih. Grafiti Merci Sarkozy 
sebagai ucapan terima kasih kepada Presiden Prancis Nicholas Sarkozy 
juga tertulis di tembok kota. Bendera Jerman, Turki, bahkan Rusia, 
juga dilukiskan di tembok-tembok. 

Rusia, yang selama ini menolak kemerdekaan Kosovo, tak bisa 
membendung perkembangan ini. Moskow mengatakan tidak memiliki rencana 
untuk menetapkan sanksi kepada Kosovo, bila mereka benar-benar 
merdeka. 

Yang mereka bisa lakukan adalah menggerutu. Sekutu Serbia tersebut 
menegaskan bahwa keputusan Kosovo adalah kesalahan. Menteri Luar 
Negeri Rusia Sergei Lavrov menuduh kekuatan asinglah yang mendorong 
Kosovo memperjuangkan kemerdekaannya. 

Uni Eropa berusaha merangkul Rusia, agar tak membuat keadaan jadi 
runyam. Komisioner hubungan eksternal UE Benita Ferrero-Waldner 
mengatakan bahwa Kosovo membutuhkan stabilitas. Kami berharap bisa 
meyakinkan Rusia, bahwa keadaan Kosovo sekarang sangat tidak stabil, 
katanya.

Kosovo memang sudah siap berpesta. Di Pristina, poster-poster 
dukungan terhadap kemerdekaan sudah bertepabaran di jalan-jalan. Pada 
poster-poster tersebut tampak beberapa tulisan seperti: Untuk Sebuah 
Awal yang Baru untuk Kosovo; Selamat Datang Kosovo di Masa Depan.

Pesan-pesan yang sama juga dimuat di siaran-siaran televisi lokal. 
Surat kabar lokal The Bota Sot memberitakan, bahwa para anggota dewan 
perwakilan Kosovo telah diperintahkan untuk menetap di dekat Pristina 
sejak tadi malam.

Beberapa jam sebelum Thaci mengeluarkan ketetapan jadwal proklamasi 
itu, Uni Eropa telah setuju untuk mengirimkan pasukan polisi dan 
kehakiman ke wilayah Kosovo. Pasukan gabungan berkekuatan 2.000 orang 
itu akan mulai dikerahkan ke kawasan itu mulai pekan depan.

Misi tersebut akan dipimpin oleh Letjen (Pur) Yves de Kermabon dari 
Prancis, yang pernah menjadi panglima misi NATO di Kosovo pada 
2004-2005 silam Sedangkan diplomat veteran Belanda Pieter Feith 
ditunjuk menjadi wakil khusus UE di Kosovo. 

Sejak 1999, pasukan NATO (KFOR) masih menjaga Kosovo. Kosovo 
diperkirakan berpenduduk 1,9 juta-2,2 juta jiwa. Sebanyak 92 persen 
bersuku Albania beragama Islam. (AFP/BBC/zul

--- End forwarded message ---