Salam..
Buat para fans manohara, berikut saya forwarkan kronologis pelariannya dari 
malaysia via singapura.. Selamat membaca..

Iqbal, 
Ingin kabur dari Jepang..

Sent from my iPhone

Begin forwarded message:

From: Fuad A. Kadir 「フアド」 <f...@horisonbekasi.com>
Date: June 3, 2009 2:21:51 PM JST
To: <ppi-jep...@yahoogroups.com>
Cc: "Milis Alumni Nagaoka" <ikan-...@yahoogroups.com>
Subject: [ppi-jepang] Detik-detik Pembebasan Manohara Versi KBRI Singapura
Reply-To: ppi-jep...@yahoogroups.com




FYI. Mungkin bisa jadi klarifikasi email2 kita sebelumnya.... 
Salam / Fuad

Detik-detik Pembebasan Manohara Versi KBRI Singapura
Iin Yumiyanti - detikNews

Jakarta - Pembebasan Manohara Odelia Pinot dari tangan suaminya, Pangeran 
Kesultanan Kelantan, bak drama menegangkan. KBRI di Singapura memberikan 
kesaksian atas detik-detik menegangkan pembebasan yang berlangsung sekitar 5 
jam tersebut.

Kesaksian KBRI Singapura disampaikan Pejabat Protokol Konselor KBRI Singapura 
Achmad Djatmiko dalam tulisan yang diposting di facebooknya. Dalam tulisan itu, 
Djatmiko mengurai detail keterlibatan KBRI Singapura dalam pembebasan Manohara.

Berikut kesaksian Pejabat Protokol Konselor KBRI Singapura Achmad Djatmiko 
dalam tulisan yang diposting di facebooknya: 

MANOHARA OH…. MANOHARA.!
Today at 12:03pm

Pada hari Minggu (31 Mei 2009), sekitar pukul 02.15 dini hari, saya mendapat 
telpon dari Fahmi, rekan yunior saya di fungsi Konsuler, yang memberitahukan 
bahwa ia tengah berada di hotel Cross Royal Plaza, Singapura, sehubungan dengan 
diterimanya info dari staf kedubes AS di Singapura mengenai adanya warga 
Indonesia yang tengah dalam kasus (penganiayaan oleh suami) dan sedang 
ditangani polisi Singapura. Fahmi bersama 2 orang teman lainnya (semuanya staf 
KBRI Singapura) segera meluncur ke hotel dimaksud dan lalu menghubungi pihak 
kepolisian Singapura untuk mengkonfirmasi kebenaran berita tersebut.

Sesampai di hotel, menurut penuturannya, sudah ada dua orang staf kedubes AS di 
sana, beberapa polisi Singapura, dan juga 'warga negara' Indonesia yang 
bermasalah tersebut, yang ternyata bernama Manohara. Polisi berjaga-jaga di 
depan pintu sebuah kamar di lantai 3 hotel tersebut, sementara Manohara sendiri 
ada di dalamnya, bersama ibunya dan juga beberapa orang lainnya. Dikabarkan 
bahwa staf dari kedubes Malaysia di Singapura sempat juga mencoba untuk menemui 
Manohara, tetapi tidak diijinkan oleh polisi Singapura. Yang diijinkan hanya 
orang-orang tertentu, yaitu dari Kedubes AS dan dari KBRI serta beberapa orang 
terkait. Keterlibatan kedubes AS di situ, saya duga, karena ayahnya Manohara 
adalah warga negara Amerika Serikat.

Fahmi juga menceritakan bahwa Manohara melaporkan kepada polisi atas 
penganiayaan yang dilakukan suami dan pihak keluarganya. Ia berada di Singapura 
bersama suami dan pihak keluarga suaminya untuk menjenguk ayah mertuanya yang 
sedang sakit jantung di rumah sakit Singapura. Kesempatan itu digunakannya 
untuk bertemu dengan ibunya (yang secara diam-diam datang dari Jakarta) dan 
untuk 'melarikan diri' ke Jakarta.

Jadi, keadaannya saat itu adalah, bahwa Manohara sudah berada di bawah 
perlindungan polisi Singapura, dan diinvestigasi mengenai kasusnya. Terhadap 
keinginannya untuk 'melarikan diri' ke Jakarta, tentunya tidak akan jadi 
masalah bagi polisi Singapura apabila memang kasusnya tidak menyangkut 
kepentingan Singapura. Hanya saja, Manohara tidak membawa kelengkapan dokumen 
perjalanan (paspor), yang menurut penuturannya, disimpan oleh suaminya. Masalah 
penting yang harus diselesaikan oleh kami dari KBRI Singapura, karenanya, 
adalah menyangkut travel dokumen Manohara. Sesuai arahan Duta Besar dan setelah 
berkonsultasi dengan Jakarta, kami mendapatkan perintah untuk menerbitkan SPLP 
(Surat Perjalanan Laksana Paspor) atas nama Manohara agar ia dapat menuju ke 
Jakarta dengan selamat.

Setelah mendapat penjelasan mengenai situasi saat itu, saya pun 'merapat' 
menuju hotel tersebut sekitar 02.45 dini hari. Sesampai di hotel, saya tidak 
langsung dibolehkan menuju lantai 3 yang liftnya ternyata diblokir oleh pihak 
hotel. Setelah saya tunjukkan kartu identitas saya, seorang petugas hotel 
mengantarkan saya naik dengan lift ke lantai 3. Beberapa orang ada di depan 
kamar Manohara, termasuk polisi, dari kedubes AS dan beberapa orang lainnya 
saat saya sampai di sana. Kami pun segera berkoordinasi mengenai langkah 
selanjutnya dalam menangani kasus Manohara. Ada 3 hal yang perlu dilakukan:

1) Penerbitan SPLP, yang tentunya memerlukan foto dan informasi/keterangan 
diri. Karena keadaan darurat, salah seorang dari kami mengambil foto Manohara 
dengan menggunakan hand phone, lalu file-nya dibawa ke kantor untuk di-print 
dan diproses dengan segera, saat itu juga.

2) Pemesanan tiket. Manohara dan ibunya (Daisy Fajariani?) menginginkan terbang 
ke Jakarta secepatnya, dengan pesawat paling pagi, pada kesempatan pertama. 
Kami segera menghubungi pihak airport, dan akhirnya didapatkan bahwa pesawat 
paling pagi adalah Garuda 823 pukul 07.05 dari Singapura (pukul 06.05 WIB).

3) Perlu ada pengawalan oleh salah satu dari kami hingga Manohara dan ibunya 
sampai di Jakarta. Demikian pula, perlu ada penjemputan oleh pihak Deplu 
Jakarta, saat tiba di Cengkareng. Duta Besar kami, yang memang sangat intens 
mengikut perkembangan kasus ini sampai detail, memberikan persetujuan terhadap 
rencana ini. Kemudian beliau menginstruksikan salah satu dari kami (Fahmi) 
untuk mengawal ke Jakarta. Pada saat yang bersamaan, saya pun berkoordinasi 
dengan Deplu mengenai penjemputan di Cengkareng. Semua ini perlu dilakukan 
mengingat sensitivitas kasus ini di mata publik.

Suasana cukup tegang namun tetap terkendali karena adanya komunikasi yang 
harmonis baik di antara kami maupun dengan pihak-pihak terkait, yaitu 
kepolisian Singapura dan Kedubes AS di Singapura. Ketegangan masih kami rasakan 
saat meninggalkan hotel menuju airport sekitar pukul 04.30 waktu setempat dan 
demikian halnya setelah sampai dan selama berada di airport. Sambil menunggu 
waktu check-in tiba, kami sempat mencoba untuk 'santai' minum teh dan 
berbincang-bincang. Baik Manohara maupun ibunya terlihat bahagia, meskipun 
masih menyisakan ketegangan di wajahnya masing-masing.

Dalam perbincangan dengan kami, ibunya Manohara bercerita mengenai berbagai 
upaya yang telah dilakukannya untuk bisa berkumpul kembali dengan anaknya. 
Antara lain diceritakan bahwa ia pun sempat menelpon salah seorang kenalannya 
yang sebelumnya pernah bekerja di KBRI Singapura untuk menanyakan kemungkinan 
KBRI Singapura bisa membantunya untuk 'melarikan' Manohara dari Singapura. 
Menurutnya, sang kenalan tersebut mengatakan bahwa kemungkinan KBRI Singapura 
tidak akan bisa memberikan bantuan mengingat saat itu hari libur, biasanya 
'tidak ada orang', sehingga baru hari Senin bisa dilayani. Penuturan ibunya 
Manohara jelas sekali, bahwa pernyataan kemungkinan KBRI Singapura tidak bisa 
memberikan bantuan adalah berasal dari kenalannya (yang sudah tidak lagi 
bekerja di KBRI Singapura dan kini berada di Jakarta), dan bukan dari pihak 
resmi KBRI Singapura. Kenyataannya, saat itu kami berada bersama-sama dengannya 
sehingga 'persepsi' kami tidak memberi bantuan
 adalah gugur dengan sendirinya.

Ketika saat check-in tiba, kami pun berpisah, saling bersalaman melepas 
kepergian seorang anak manusia dan ibunya yang tengah menyelesaikan masalah. 
Bersama mereka ada dua orang wartawan (yang sejak beberapa hari sebelumnya 
memang sudah berada di Singapura untuk memantau kemungkinan terjadinya kasus 
ini, saluut..!). Namun, segera setelah mereka masuk lewat pintu airport, kami 
sempat kembali tegang, karena terlihat dari luar, petugas imigrasi terkesan 
sedang menanyai Manohara cukup lama. Hal ini wajar karena ia menggunakan SPLP, 
bukan paspor. Terhadap hal ini, teman dari imigrasi KBRI Singapura, segera 
bertindak, menghubungi pihak imigrasi Singapura untuk menyelesaikan kasusnya, 
hingga terlihat mereka pun dapat melaluinya dengan lancar.

Setelah melalui petugas imigrasi, mereka pun tersenyum dan kembali melambaikan 
tangan kepada kami yang berada di luar. Kami balas lambaian tangan mereka 
hingga mereka pun hilang dari pandangan. Kami semua kemudian menarik nafas lega 
dan saling bersalaman.

Di antara 'rombongan' kami ada seorang laki setengah baya yang selalu diam dan 
kelihatan paling tegang. Ia biasa disapa dengan panggilan 'Datuk', yang 
ternyata masih memiliki hubungan kerabat dengan pihak keluarga suami Manohara. 
Pak Datuk ini memiliki andil besar dalam 'menyelamatkan' Manohara, karena 
selama ini ikut membela dan memperjuangkan kebebasan Manohara.

"Alhamdulillaah Datuk, sudah selesai dan mudah-mudahan mereka sampai dengan 
selamat di Jakarta," kataku. Ia lalu menatapku sambil tersenyum penuh kepuasan. 
Bahkan kami pun berangkulan sebagai rasa syukur bahwa 'drama' Manohara telah 
dapat diselesaikan.

Datuk hanya bicara, 'Life is too short..!' Ketika saya bertanya lebih jauh 
mengenai hal itu, ia pun menjelaskan bahwa hidup kita di dunia ini terlalu 
pendek sehingga harus kita isi dengan hal-hal yang baik. Saya bereaksi, "Woow.. 
Datuk, suatu prinsip hidup yang baik sekali! Semoga Allah memberikan balasannya 
kepada Datuk," kataku, yang kemudian dijawabnya dengan "amin…".

Kami pun berpisah sambil tak lupa ia ingatkan agar jangan sungkan-sungkan untuk 
menghubunginya bila saya kebetulan berkunjung ke Kuala Lumpur. Saya hanya 
bilang, "Insya Allah.. Datuk".

Dengan penuh kelegaan, sekitar pukul 07.00 pagi, kami semua berpisah menuju 
tempat parkir masing-masing. Dengan mata yang terasa berat karena belum tidur 
semalaman, dengan perlahan saya kendarai mobil pulang ke rumah sambil hati 
bartanya-tanya, "Ada hikmah apa lagi dari semua ini?"

Hanya Allah yang tahu semua yang terjadi pada umatnya. Kadang terlihat nyata, 
kadang hanya tersamar. Tetapi begitulah dinamika kehidupan saat bertugas di 
Perwakilan, KBRI Singapura. Wallahualam…!

Singapura, 2 Juni 2009
Achmad Djatmiko
. 

[Non-text portions of this message have been removed]


Messages in this topic (1) Reply (via web post) | Start a new topic
Messages | Files | Photos | Links | Database | Polls | Members | Calendar
===================================================================
            PPI Jepang "Membuka Dunia untuk Indonesia dan Membuka Indonesia 
untuk Dunia" 
              Homepage:  http://www.ppi-jepang.org
               Milis: ppi-jep...@yahoogroups.com

Next Event:
Temu Ilmiah PPI Jepang 2008: 
http://ti2008.ppi-jepang.org/ 
e-mail: temuilmiah2008[at]gmail[dot]com 
(for registration & abstract submission)
* We strongly encourage you to join these events *

   Ada saran dan kritik? Kirimkan ke ppi-jp-s...@yahoogroups.com
Unsubscribe? send e-mail to: ppi-jepang-unsubscr...@yahoogroups.com
===================================================================



      

Kirim email ke