Re: [GM2020] Re: Transformasi Konflik Golkar

2009-05-24 Terurut Topik الشمس والقمر
On Sunday 24 May 2009 23:50:54 tahirarifin78 wrote:
> ---Adhan bilang Fadel itu itu munafik and Fadel bilang Adhan itu Anak
> Durhaka, pertanyaanya .mana lebih besar dosanya anak durhaka atau
> munafik...hehehehe

Yang saya tau dua-duanya berdosa wkwkwkwkwk
SOL

Regards,
SQN


[GM2020] Re: Transformasi Konflik Golkar

2009-05-24 Terurut Topik tahirarifin78

---Adhan bilang Fadel itu itu munafik and Fadel bilang Adhan itu Anak Durhaka, 
pertanyaanya .mana lebih besar dosanya anak durhaka atau 
munafik...hehehehe

 
>
> *Transformasi Konflik Golkar*
> 
> 
>  Beberapa minggu terakhir, perseteruan Fadel Muhammad (FM) dan Adhan Dambea
> (AD) seperti akan memuncak. AD dengan dukungan dari beberapa DPD II seakan
> tampil percaya diri untuk menggusur FM dari tampuk kekuasaannya. FM yang
> kini tampak sendirian seakan masih percaya diri tak akan bergeser dari
> posisi sebagai Ketua DPD I Partai Golkar (PG) Gorontalo.
> 
> Fadel dianggap AD tidak menaati hasil Rapimnasus PG yang sepakat mencalonkan
> JK-WIN. AD berpendapat FM "munafik" dalam memperlakukan hasil Rapimnasus,
> sehingga perlu adanya tindakan keras dengan menonaktifkan atau jika perlu
> mencopot FM dari kursi Ketua DPD I. Puncak dari konflik internal tersebut
> adalah saling lapor ke pihak berwajib dan mencari legitimasi publik dengan
> menggelar berbagai konferensi pers di berbagai media lokal.
> 
> Potret kecil diatas adalah langkah awal dalam menelaah konflik internal PG
> yang selama ini berlangsung serta implikasinya bagi signifikansinya PG saat
> ini. Potret ini akan semakin penting ketika kita mencoba melihat realitas
> demokratisasi yang masih jauh dari kearifan elit dalam menyikapinya.
> 
> 
>  *Konflik Menguras Energi Golkar*
> 
> Bagi saya, konflik di tubuh PG bukanlah yang pertama kalinya terjadi. Masih
> lekat dalam ingatan kita bagaimana konflik internal yang menjungkalkan
> petinggi PG seperti Ahmad Pakaya, Iwan Bokings, dll. Ketidaksolidan PG lalu
> akibat dari konflik dengan Pakaya berefek pada kemenangan David-Sofyan yang
> diusung koalisi non Golkar dalam Pilkada Kabupaten Gorontalo. Lebih lanjut
> dari itu, Kabupaten Gorontalo yang pada Pemilu 2004 adalah basis terbesar PG
> kini di Pemilu 2009 kehilangan sebagian besar kursinya. Iwan Bokings yang
> dijungkalkan oleh PG kini berhasil mencatatkan kemenangan yang signifikan
> untuk Demokrat di Boalemo hari ini. Ismet yang digagalkan dalam pemilihan
> Ketua PG Bone Bolango kini berhasil membukukan perolehan fantastis bagi PKNU
> dan PDK di Bone Bolango. Bahkan kini perolehan suara PG pada Pemilu 2009
> untuk Provinsi Gorontalo melorot hampir separuh dibanding Pemilu 2004.
> 
> Rentetan kisah tragis PG dalam kurun waktu selama lima tahun terakhir
> sebagian PG telah kehilangan sebagian besar energi dan kekuatannya karena
> terlilit konflik internal sehingga melalaikan banyak waktu dan tenaga yang
> seharusnya digunakan untuk melakukan konsolidasi organisasi.
> 
> 
>  *Transformasi Konflik*
> 
> Dalam kajian sosiologi politik, konflik dalam praksis politik sebetulnya
> tidak mungkin dihindari, apalagi bagi Gorontalo yang masih dalam transisi
> politik pasca terbentuknya Provinsi. Konflik di tubuh PG merupakan sesuatu
> yang tak bisa dielakkan, namun yang perlu disadari bukanlah konflik itu
> mesti ada atau tidak ada, tapi bagaimana intensitas konflik itu. Mesti
> dipahami bahwa semakin tinggi intensitas konflik di tubuh PG, maka akan
> tinggi pula tingkat pengeluaran energi dan keterlibatan pihak-pihak yang
> berkonflik. Yang penting diingat pula, apakah konflik di tubuh PG selama ini
> menyangkut masalah fundamental ideologis atau isu-isu sekunder, seperti
> perebutan *resources* (dimaknai sebagai struktur jaringan, *suply* dana,
> hingga publikasi oleh media) atau malah hanya sekadar perbedaan pandangan?
> 
> Jika melihat alur konflik yang selama ini terjadi, konflik di tubuh PG
> sangatlah jarang berbasis ideologis, namun lebih berada pada konflik
> perebutan *resources* (baik struktur maupun *supply* dana serta publikasi
> media).
> 
> Karenanya, PG sebagai sumber daya politik penting Gorontalo semestinya
> berkaca dari hasil dari kelalaian pengelolaan konflik internal yang selama
> ini terjadi. Menurunnya perolehan suara, kegagalan calon PG di Pilkada,
> lemahnya struktur politik (mesin) dan semakin antipatinya publik adalah
> catatan masa lalu mengenai keteledoran PG dalam mengelola konflik internal.
> Rentetan kegagalan diatas semestinya ditransformasi menjadi sebuah energi
> baru, karena itu upaya menemukan model pengelolaan konflik yang lebih
> transformatif sangatlah mendesak, sehingga PG mampu merubah energi negatif
> menjadi energi positif bagi dinamika sosial (politik) lokal.
> 
> Upaya transfromasi yang mesti dilakukan PG ada beberapa hal; *Pertama*,
> konflik yang terjadi mestinya berfungsi sebagai mekanisme untuk mencegah
> pembekuan sistem sosial internal dengan mendesak adanya inovasi dan
> kreativitas. *Kedua*, penyelesaian konflik seharusnya adalah bagaimana
> mengubah konflik, pertikaian, atau perselisihan menjadi sebuah bentuk kerja
> sama. Konflik itu akan berubah menjadi kerja sama antar elit apabila kepada
> setiap elit tersebut diintroduksikan *superordinate goals* secara meyakinkan
> bahwa di atas hal-hal yang membuat elit saling bermusuhan itu, ada hal yang
> jauh lebih penting untuk dihadapi bersama, yan