betul skali. Seharusnya para intelektual maupun cendikiawan2 Gtlo ada yg
mencalonkan diri menjadi pemimpin Gtlo dan harus menjadi pemimpin di Gtlo.
Harusnya para intelektual yg berkarir sbg dosen, guru, ustadz mencalonkan diri
juga tp sangat disayangkan aturan membatasi itu sbb yg berstatus pns aktif tdk
boleh mencalonkan diri. Akhirnya yg terpilih menjadi pemimpin adalah org2 yg
jauh dari harapan masyarakat.
Saya memiliki beberapa teman maupun kenalan dan juga family yg pernah dan saat
ini menjadi anggota dewan di Gtlo. Saya tau benar karakter mereka bahwa mereka
itu bukan org2 yg pantas menjadi wakil rakyat sbb selain tdk amanah tp juga tdk
memiliki kompetensi sbg wakil rakyat dan keintelektualan mereka jauh dibawah
standar meskipun mereka itu sarjana dgn ijasah asli dan ijasah palsu juga
hingga S2. Bahkan ada yg memiliki moral suka main perempuan & suka main kelamin
perempuan alias suka jajan bahkan dgn istri orang. Saya benar2 tdk mengerti knp
org2 spt itu yg menjadi wakil rakyat Gtlo dan menjadi pemimpin Gtlo. Apakah ini
pertanda akan kiamat atau Gtlo akan memasuki zaman zahiliah?
On Sun Apr 18th, 2010 11:24 PM EDT Sofyan Uli wrote:
>
>Sudah menjadi tugas dan kewajiban kita sebagai komunitas intelektual di milis
>ini untuk mencerdaskan pemilih.Di mulai dari diri sendiri, keluarga dan
>kerabat2 kita. Gorontalo banyak memiliki potensi kader2 muda pemimpin masa
>depan. Buat yang udah tua-tua seharusnya sadar diri. Berilah kesempatan kepada
>yang muda2.
>
>Memasuki abad informasi dibutuhkan pemikiran dan tenaga dan kader2 dari yang
>muda2. Di abad informasi dibutuhkan kreativitas, inovasi, dan kemampuan untuk
>beradaptasi dengan teknologi. Dan itu hanya bisa dilakukan oleh kader2 muda.
>Yang tua2 udahlah duduk manis aja :)
>
>Muda itu dahsyat
>
>
>
>Dari: Noval Sufriyanto Talani
>Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
>Terkirim: Sen, 19 April, 2010 09:58:33
>Judul: [GM2020] GORONTALO BUTUH KADERISASI PEMIMPIN
>
>
>Saya yakin saat ini di Gorontalo sedang disibukkan oleh hiruk-pikuk politik
>menjelang Pilkada di tiga Kabupaten dan persiapan Pilgub tahun depan. Tentu
>berbagai macam cara yang dilakukan oleh para kandidat dalam "menjual diri"
>agar dapat mendapat simpati dari masyarakat luas, baik pemanfaatan berbagai
>media sampai kepada silaturahmi ke temat-tempat ibadah yang tentunya lebih
>banyk ke masjid dari pada k tempat ibadah lain. Namun yang menarik untuk
>disimak bahkan ditelaah adalah figur-figur yang ikut kompetisi tersebut.
>Selain pendatang baru yang ikut tentu tidak terlepas pula para incumbent ikut
>mencalonkan diri, menjadi pertanyaan adalah tidak puaskah para incumbent itu
>dengan kekuasaan yang telah mereka lalui? ataukah kekuasaan sangat lezat
>sehingga harus dipertahankan? tidak adakah kader baru Gorontalo yang mampu
>memimpin selain mereka? mengapa hanya mereka yang ingin selalu berkuasa atau
>melalui keluarga atau kolega?
>
>Peranyaan ini tentunya harus dijawab dengan arif dan bijak demi kemajuan
>gorontalo kedepan. Harian Kompas hari ini memuat berita "Rezim Keluarga di
>Pilkada : Terjadi Krisis Kaderisasi
>dalam Partai Politik". Berita ini melansir tentang kecemasan terhadap
>kaderisasi kepemimpinan dalam Pilkada dan salah satu sorotannya adalah Pilkada
>Bone Bolango dimana Ismet Mile vs Ruwaida Mile, Kilat Wartabone vs Kris
>Wartabone. Apalagi melalui postingan teman2 di milist bahwa "perang" baliho
>mulai terjadi, tentu saya dibarengi oleh klaim2 yang pantas memimpin dan
>janji-janji politik. Tapi yang menarik adalah figur-figur yang memproklamirkan
>diri untuk bertarung di Pilgub terutama nama Adhan Dambea, Rusli Habibie,
>Gusnar Ismail. Kita tahu bersama bahwa Adhan Dambea adalah Walikota Gorontalo
>saat ini sampai 2013, Rusli Habibie Bupati Gorontalo Utara sampai 2014, apakah
>mereka menghianati pilihan rakyat pada Pilkada yang lalu? atau keserakahan
>sedang yang haus akan kuasa atau sekedar mengejar prestise? sedangkan Gusnar
>Ismail sudah dua kali menjadi Wakil Gubernur dan setahun terakhir menjadi
>Pejabat Gubernur pasca diangkatnya Fadel Muhammd sebagai
> Menteri Kelautan Perikanan.
>
>Sangat disayangkan bila kader-kader muda Gorontalo yang memiliki kompetensi
>dan potensi untuk memimpin dibiarkan begitu saja, padahal saya pernah
>mendengar bahwa pemimpin Gorontalo zaman kerajaan diangkat Raja adalah dari
>putra-putra terbaik yang memiliki kapabilitas tinggi dan bukan dari garis
>keturunan. Apapun yang akan terjadi nanti setelah terpilihnya pemimpin yang
>baru, tentu harapan terbesar adalah bagaimana rakyat bisa sejahtera,
>berpendidikan, dan mendapat keadilan sebagaimana termuat dalam Pacasila dan
>UUD 1945.
>
>Wassalam
>N5T
>
> _ _ _ _ __
>Apakah Anda Yahoo!?
>Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
>http://id.mail. yahoo.com
>
>