Re: [GM2020] Belanda masa sekarang (untuk pak Aga)
Bapak Heru yang baik, Terus terang saya tidak belajar demografi Belanda atau ilmu sosial lain yang terkait dengan pertanyaan bapak, dan kunjungan saya kesini juga hanya untuk kursus singkat. Ada baiknya kalau Basri Amin yang sekarang kuliah di Leiden atau Ibu Selvie yang menjawabnya. Tetapi yang saya tahu, ada banyak benarnya dari tulisan yang anda forward ke saya, yang lain saya masih ragu-ragu. Kecenderungan bahwa orang tua dan anak2 saja yang mengisi gereja atau mesjid di Belanda bukan hanya terjadi di Belanda saja. Di banyak tempat di Indonesia kecenderungan yang sama juga ada, apalagi di Amerika dan tempat2 lain. Bahwa kita punya KTP Islam, tapi banyak yang hanya tertera di KTP untuk memenuhi persyaratan saja. Tapi memang di Belanda orang beragama sangat dihargai. Islam saya lihat juga tumbuh pesat dengan adanya orang-orang Turki, Senegal, Pakistan, Bangladesh dan lain-lain dimana ada kebebasan dan fasilitas pemerintah yang mendukungnya. Ada banyak juga orang Belanda yang masuk Islam karena ketertarikan mereka terhadap ajarannya. Restoran dan orang-orang Indonesia bisa ditemukan banyak tersebar di kota-kota tertentu misalnya di Amsterdam dan Den Haag (saya tidak tahu di kota2 lainnya). Akan tetapi, masih tetap ditemukan sikap waspada, sinis dan peminggiran bagi kaum imigran walaupun tidak formal di dalam kehidupan sehari-hari orang 'putih, misalnya memperlambat pelayanan/birokrasi kepada kaum non putih di toko2 atau fasilitas umum lainnya. Itu saja dari saya. Salam, AGA - Original Message From: HERU [EMAIL PROTECTED] To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Monday, June 16, 2008 5:03:05 PM Subject: [GM2020] Belanda masa sekarang (untuk pak Aga) Pak Aga...bener nggak sih pak dalam 100 tahun ini demografi Belanda sekarang sudah berubah seperti dalam email ini? -Inline Message Follows- Dear All, Kebanyakan kita orang Indonesia masih punya gambaran lama tentang negeri yang pernah menjajah bangsa kita, ya itu negeri Belanda. Belanda di jaman penjajahan, tentu telah berbeda jauh dengan Belanda di jaman di mana Tim Oranye bola kakinya, sebagian dari Afrika, sebagian dari Suriname (yang sebagian berdarah Jawa), dan ada yang peranakan Maluku. Singkatnya, warga negara Belanda kini terdiri dari macam-macam Ras dan Suku. Demografi Belanda sangat mengejutkan. Jaman ketika bangsa kita dijajah Belanda, Agama Protestantisme (Lutheran dan Calvinis), menempati urutan pertama. Tapi, di masa kita ini, demografi itu berubah drastis. Islam telah menjadi agama terbesar nke-2 di Belanda, melampaui jumlah Calvinis dan Lutheran (Protestan mainstream). Katolik menjadi penduduk terbanyak pertama di Belanda. Kehidupan beragama tidak dapat dibayangkan seperti agama tradisional- seremonial di Indonesia. Agama hidup di tengah pemikiran-pemikiran sekuler (tidak otomatis sekularisme) . Semua orang beragama tanpa terkecuali, hidup dalam konteks sedemikian. Kaum muda telah sangat sedikit ke gereja pada hari Minggu, atau ke mesjid pada hari Jumat. Lebih banyak gedung gereja, masjid dan tempat ibadah diisi orang tua dan anak-anak. Indikasi penghilangan agama sebagai setumpuk serimoni sedang menjurus serius. Bahkan, belum beberapa bulan lalu, teman saya mengisahkan bahwa rumah biara mereka harus dijual, karena tidak ada lagi kaum muda yang menjadi imam Katolik (selibat atau tidak menikah soalnya). Sekelompok immigran Muslim dari Timur Tengah mendeklarasikan diri sebagai Mantan Muslim (seremonial) , hanyalah pelbagai tanda-tanda lain yang mewarnai kehidupan beragama di Belanda. Gerakan keagamaan diwarnai pemikiran-pemikiran liberal, fundamentalis, sinkritisme tidak hilang. Kita ingat ketika Geert Wilders - seorang Atheis - membuat film Fitnah, yang mendapat kutuk, pertama-tama datang dari orang Belanda sendiri. Parlemen Belanda pertama kali meminta Wilders untuk menghentikan karya yang tak bermutu dan mencederai spiritualitas kaum Muslim, termasuk penduduk Muslim di Belanda yang telah menempati urut ke-2 terbesar di Belanda itu. Telah menjadi negara Eropa dengan penduduk Muslim terbesar (maaf, saya sertakan angkanya nanti). Belanda Doeloe, Bukan Ukuran Kaca Mata Kini Memang, Belanda telah mendapat stigma buruk sebagai mantan penjajah di Indonesia, melibatkan orang-orang kontroversial seperti Weesterling hingga Snouck Hurgronje. Snouck Hurgronje, entah bersyukur atau tidak, tapi tulisannya tentang Muhammad (Mohammedanism) telah menjadi salah satu sumber bacaan studi tentang Islam di daratan Eropa, tentunya juga Belanda. Belanda sebagai salah satu negara uni Eropa, telah meratifikasi penolakan Hukuman Mati dalam segala bentuknya untuk pelaku pidana dalam produk Undang-undang dan Hukumnya. Keberagamaan dan nilai-nilai kemanusiaan universal di Belanda telah mencapai perubahan drastis yang nyata dialami warga negaranya. Tanpa sebuah lip-service, equilibrium masyrakat Belanda sedang menunjukkan teladan bermasyarakat
Balasan: Re: [GM2020] Belanda masa sekarang (untuk pak Aga)
Bung Rahman Dako Wah senang bisa ikuti perkembangan teman-teman yang terus berjuang dalam berbagai lini pengabdian. Semoga sukses dalam menimba ilmu dan kembali ketanah air membawah oleh-oleh yang dapat ditularkan kepada teman-teman untuk kemajuan bersama. Salam saya untuk Bung Basri Amin. Fadly Y.Tantu Rahman Dako [EMAIL PROTECTED] wrote: Bapak Heru yang baik, Terus terang saya tidak belajar demografi Belanda atau ilmu sosial lain yang terkait dengan pertanyaan bapak, dan kunjungan saya kesini juga hanya untuk kursus singkat. Ada baiknya kalau Basri Amin yang sekarang kuliah di Leiden atau Ibu Selvie yang menjawabnya. Tetapi yang saya tahu, ada banyak benarnya dari tulisan yang anda forward ke saya, yang lain saya masih ragu-ragu. Kecenderungan bahwa orang tua dan anak2 saja yang mengisi gereja atau mesjid di Belanda bukan hanya terjadi di Belanda saja. Di banyak tempat di Indonesia kecenderungan yang sama juga ada, apalagi di Amerika dan tempat2 lain. Bahwa kita punya KTP Islam, tapi banyak yang hanya tertera di KTP untuk memenuhi persyaratan saja. Tapi memang di Belanda orang beragama sangat dihargai. Islam saya lihat juga tumbuh pesat dengan adanya orang-orang Turki, Senegal, Pakistan, Bangladesh dan lain-lain dimana ada kebebasan dan fasilitas pemerintah yang mendukungnya. Ada banyak juga orang Belanda yang masuk Islam karena ketertarikan mereka terhadap ajarannya. Restoran dan orang-orang Indonesia bisa ditemukan banyak tersebar di kota-kota tertentu misalnya di Amsterdam dan Den Haag (saya tidak tahu di kota2 lainnya). Akan tetapi, masih tetap ditemukan sikap waspada, sinis dan peminggiran bagi kaum imigran walaupun tidak formal di dalam kehidupan sehari-hari orang 'putih, misalnya memperlambat pelayanan/birokrasi kepada kaum non putih di toko2 atau fasilitas umum lainnya. Itu saja dari saya. Salam, AGA - Original Message From: HERU [EMAIL PROTECTED] To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Sent: Monday, June 16, 2008 5:03:05 PM Subject: [GM2020] Belanda masa sekarang (untuk pak Aga) Pak Aga...bener nggak sih pak dalam 100 tahun ini demografi Belanda sekarang sudah berubah seperti dalam email ini? -Inline Message Follows- Dear All, Kebanyakan kita orang Indonesia masih punya gambaran lama tentang negeri yang pernah menjajah bangsa kita, ya itu negeri Belanda. Belanda di jaman penjajahan, tentu telah berbeda jauh dengan Belanda di jaman di mana Tim Oranye bola kakinya, sebagian dari Afrika, sebagian dari Suriname (yang sebagian berdarah Jawa), dan ada yang peranakan Maluku. Singkatnya, warga negara Belanda kini terdiri dari macam-macam Ras dan Suku. Demografi Belanda sangat mengejutkan. Jaman ketika bangsa kita dijajah Belanda, Agama Protestantisme (Lutheran dan Calvinis), menempati urutan pertama. Tapi, di masa kita ini, demografi itu berubah drastis. Islam telah menjadi agama terbesar nke-2 di Belanda, melampaui jumlah Calvinis dan Lutheran (Protestan mainstream). Katolik menjadi penduduk terbanyak pertama di Belanda. Kehidupan beragama tidak dapat dibayangkan seperti agama tradisional- seremonial di Indonesia. Agama hidup di tengah pemikiran-pemikiran sekuler (tidak otomatis sekularisme) . Semua orang beragama tanpa terkecuali, hidup dalam konteks sedemikian. Kaum muda telah sangat sedikit ke gereja pada hari Minggu, atau ke mesjid pada hari Jumat. Lebih banyak gedung gereja, masjid dan tempat ibadah diisi orang tua dan anak-anak. Indikasi penghilangan agama sebagai setumpuk serimoni sedang menjurus serius. Bahkan, belum beberapa bulan lalu, teman saya mengisahkan bahwa rumah biara mereka harus dijual, karena tidak ada lagi kaum muda yang menjadi imam Katolik (selibat atau tidak menikah soalnya). Sekelompok immigran Muslim dari Timur Tengah mendeklarasikan diri sebagai Mantan Muslim (seremonial) , hanyalah pelbagai tanda-tanda lain yang mewarnai kehidupan beragama di Belanda. Gerakan keagamaan diwarnai pemikiran-pemikiran liberal, fundamentalis, sinkritisme tidak hilang. Kita ingat ketika Geert Wilders - seorang Atheis - membuat film Fitnah, yang mendapat kutuk, pertama-tama datang dari orang Belanda sendiri. Parlemen Belanda pertama kali meminta Wilders untuk menghentikan karya yang tak bermutu dan mencederai spiritualitas kaum Muslim, termasuk penduduk Muslim di Belanda yang telah menempati urut ke-2 terbesar di Belanda itu. Telah menjadi negara Eropa dengan penduduk Muslim terbesar (maaf, saya sertakan angkanya nanti). Belanda Doeloe, Bukan Ukuran Kaca Mata Kini Memang, Belanda telah mendapat stigma buruk sebagai mantan penjajah di Indonesia, melibatkan orang-orang kontroversial seperti Weesterling hingga Snouck Hurgronje. Snouck Hurgronje, entah bersyukur atau tidak, tapi tulisannya tentang Muhammad (Mohammedanism) telah menjadi salah satu sumber bacaan studi tentang Islam di daratan Eropa, tentunya
Re: [GM2020] Belanda masa sekarang (untuk pak Aga)
Info tambahan buat bapak Heru. Dahulu Belanda jajah Indonesia 350 tahun lamanya. Setelah mereka minggat angkat kaki dari repvlik ini, merdekalah Indonesia. Tapi para 'penjajah' dan penjajahan itu dirasa masih tetap ada. Belum lama sich umurnya, baru berkisar 65 tahun pada bulan Agustus nanti. Artinya, kita masih butuh waktu 285 tahun lagi berjuang untuk kembalinbsp;merdeka :) nbsp; cheers, nbsp; GS --- On Mon, 16/6/08, Rahman Dako lt;[EMAIL PROTECTED]gt; wrote: From: Rahman Dako lt;[EMAIL PROTECTED]gt; Subject: Re: [GM2020] Belanda masa sekarang (untuk pak Aga) To: gorontalomaju2020@yahoogroups.com Date: Monday, 16 June, 2008, 9:46 PM Bapak Heru yang baik, Terus terang saya tidak belajar demografi Belanda atau ilmu sosial lain yang terkait dengan pertanyaan bapak, dan kunjungan saya kesini juga hanya untuk kursus singkat.nbsp; Ada baiknya kalau Basri Amin yang sekarang kuliah di Leiden atau Ibu Selvie yang menjawabnya.nbsp; Tetapi yang saya tahu, ada banyak benarnya dari tulisan yang anda forward ke saya, yang lain saya masih ragu-ragu. Kecenderungan bahwa orang tua dan anak2 saja yang mengisi gereja atau mesjid di Belanda bukan hanya terjadi di Belanda saja.nbsp; Di banyak tempat di Indonesia kecenderungan yang sama juga ada, apalagi di Amerika dan tempat2 lain.nbsp; Bahwa kita punya KTP Islam, tapi banyak yang hanya tertera di KTP untuk memenuhi persyaratan saja. Tapi memang di Belanda orang beragama sangat dihargai.nbsp; Islam saya lihat juga tumbuh pesat dengan adanya orang-orang Turki, Senegal, Pakistan, Bangladesh dan lain-lain dimana ada kebebasan dan fasilitas pemerintah yang mendukungnya.nbsp; Ada banyak juga orang Belanda yang masuk Islam karena ketertarikan mereka terhadap ajarannya.nbsp; Restoran dan orang-orang Indonesia bisa ditemukan banyak tersebar di kota-kota tertentu misalnya di Amsterdam dan Den Haag (saya tidak tahu di kota2 lainnya).nbsp; Akan tetapi, masih tetap ditemukan sikap waspada, sinis dan peminggiran bagi kaum imigran walaupun tidak formal di dalam kehidupan sehari-hari orang 'putih, misalnya memperlambat pelayanan/birokrasi kepada kaum non putih di toko2 atau fasilitas umum lainnya. Itu saja dari saya. Salam, AGA - Original Message From: HERU lt;[EMAIL PROTECTED] comgt; To: gorontalomaju2020@ yahoogroups. com Sent: Monday, June 16, 2008 5:03:05 PM Subject: [GM2020] Belanda masa sekarang (untuk pak Aga) Pak Aga...bener nggak sih pak dalam 100 tahun ini demografi Belanda sekarang sudah berubah seperti dalam email ini? -Inline Message Follows- Dear All, nbsp; Kebanyakan kita orang Indonesia masih punya gambaran lama tentang negeri yang pernah menjajahnbsp;bangsa kita,nbsp;ya itunbsp;negerinbsp;Belanda. Belanda di jaman penjajahan, tentu telah berbeda jauh dengan Belanda di jamannbsp;di mana Tim Oranyenbsp;bola kakinya, sebagian dari Afrika, sebagian dari Suriname (yangnbsp;sebagian berdarah Jawa), dannbsp; ada yang peranakan Maluku. Singkatnya, warga negara Belanda kini terdiri dari macam-macamnbsp;Ras dan Suku. nbsp; Demografi Belanda sangat mengejutkan. Jaman ketika bangsa kita dijajah Belanda,nbsp;Agama Protestantisme (Lutheran dannbsp;Calvinis), menempati urutan pertama. Tapi, di masa kita ini,nbsp;demografi itu berubah drastis.nbsp;Islam telah menjadi agama terbesar nke-2 di Belanda, melampaui jumlah Calvinis dannbsp;Lutheran (Protestan mainstream).nbsp;Katolik menjadi penduduk terbanyak pertama di Belanda. nbsp; Kehidupan beragama tidak dapat dibayangkannbsp;seperti agama tradisional- seremonial di Indonesia.nbsp;Agama hidup di tengah pemikiran-pemikiran sekuler (tidak otomatis sekularisme) . Semua orang beragama tanpanbsp;terkecuali, hidup dalam konteks sedemikian. Kaum muda telah sangat sedikit ke gereja pada hari Minggu, atau ke mesjid pada hari Jumat. Lebih banyak gedung gereja, masjid dan tempat ibadah diisi orang tua dan anak-anak.nbsp; nbsp; Indikasinbsp;penghilangan agama sebagai setumpuk serimoni sedang menjurus serius. Bahkan, belum beberapa bulan lalu, teman saya mengisahkan bahwa rumah biara mereka harus dijual, karena tidak ada lagi kaum muda yang menjadi imam Katolik (selibat atau tidak menikah soalnya).nbsp;Sekelompok immigrannbsp;Muslim dari Timur Tengah mendeklarasikan diri sebagai Mantan Muslim (seremonial) , hanyalah pelbagai tanda-tanda lain yang mewarnai kehidupan beragama di Belanda. nbsp; Gerakan keagamaan diwarnai pemikiran-pemikiran liberal, fundamentalis, sinkritisme tidak hilang. Kita ingat ketika Geert Wilders -nbsp;seorang Atheisnbsp; - nbsp;membuat film Fitnah, yang mendapat kutuk, pertama-tama datang dari orang Belanda sendiri. Parlemen Belanda pertama kali meminta Wilders untuk menghentikan karya yang tak bermutu dan mencederai spiritualitas kaum Muslim, termasuk penduduk Muslim di Belanda yang telah menempati urut ke-2 terbesar di Belanda itu. Telah menjadi negara Eropa dengan penduduk Muslim terbesar (maaf, saya sertakan angkanya