[HU] Fwd: Dewi Lestari: Tujuh Tahun Menuju Mendut

2008-11-16 Terurut Topik si Brewok [0_-]

--- In [EMAIL PROTECTED], red_conjurer wrote:

Tujuh Tahun Menuju Mendut
http://dee-idea.blogspot.com/


Barangkali inilah artikel dengan tingkat kesulitan paling tinggi yang
pernah saya tulis, karena saya akan mencoba menuliskan sesuatu yang
sudah pasti tidak bisa digambarkan dengan kata-kata. Semua yang saya
tulis berikut ini ibarat setetes air laut mencoba menjelaskan samudera.
Kendati terdengar sia-sia, mudah-mudahan upaya ini masih punya makna.

Selama tiga hari, berlokasikan di Vihara Mendut – Magelang, saya
mengikuti Meditasi Mengenal Diri (MMD) di bawah bimbingan Pak Hudoyo
Hupudio. Beliau, MMD, dan milis spiritualnya, sudah saya kenal sejak
tujuh tahun yang lalu lewat internet, bahkan beliau pernah saya
todong untuk membuat pengantar buku pertama saya
Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh. Namun baru
tahun inilah saya berkenalan langsung dengan Pak Hudoyo. Pertama, ketika
kami sama-sama menjadi pembicara dalam diskusi tentang meditasi di
Bandung bulan Februari lalu, dan kedua ketika saya menjadi peserta MMD
angkatan ke-99 di Mendut.

Meski berbasiskan meditasi vipassana, MMD sendiri merupakan meditasi
lintas agama, terbukti dari komposisi peserta yang beragam. Angkatan
ke-99 yang berjumlah total 31 orang ini, mayoritas peserta beragama
Katolik dan Islam, disusul Buddhis sebanyak lima orang, dan yang
beragama Protestan sebanyak empat orang.

Sekalipun sudah delapan tahun menggeluti dan merenungi masalah
spiritualitas, saya bukanlah meditator yang disiplin. Kegiatan
bermeditasi saya lakukan dengan frekuensi dan intensitas yang acak. Saya
tidak asing dengan konsep vipassana, tapi baru di Mendutlah saya secara
fokus menyelami pengalaman mengamati diri.

Hari pertama dimulai dengan pengarahan. Pak Hudoyo berpesan agar kami
meninggalkan semua pemahaman, pengetahuan, harapan, dan segala teknik
yang kami ketahui. Tidak ada doa. Tidak bicara. Tidak ada apa-apa. Tugas
kami hanya menjadi pengamat pasif. Total. Dan beliau mengingatkan,
Kalian akan memasuki neraka. Neraka yang dimaksud adalah
segala sakit yang akan dimuntahkan oleh badan, segala resah dan bimbang
yang akan dimuntahkan oleh batin, dan sekali lagi, tugas kami hanya
mengamati.

Kami bermeditasi kurang lebih dua belas jam sehari, diselingi tiga kali
diskusi, satu kali istirahat, dan dua kali makan. Neraka itu saya alami
dalam tiga sesi pertama. Perjuangan berat untuk sekadar duduk diam satu
jam, dan perjuangan lebih berat lagi untuk mengalami apa artinya
mengamati.

Saya mulai dengan tidak menjustifikasi dan bereaksi, tapi hanya memberi
label pada segala fenomena batin yang terungkap: perasaan,
memori, gambar, bosan, pegal,
dan seterusnya. Hingga pada satu titik saya kelelahan sendiri dengan
proses memberi label itu. Fenomena fisik seperti rasa pegal dan
kesemutan pun enggan hilang, bahkan ketika saya pikir saya sudah
mengamati.

Pada saat meditasi pagi hari ke-2, saya mulai mengalami sesuatu. Selagi
pikiran saya lepaskan mengembara tanpa label, tiba-tiba saya seperti
terjatuh. Tepatnya, seperti dibangunkan. Bukan oleh kehendak, melainkan
terjadi tiba-tiba di luar kendali sang aku. Dan deskripsi
paling mendekati dari kondisi terbangun itu adalah… hening. Tak
lama, pikiran kembali lolos seperti belut licin dan mulai berkata
Barangkali ini hening yang dimaksud. Bagaimana caranya bisa kembali
ke sini? Seketika, hening itu hilang.

Saya merenungi pengalaman sekian detik itu dan menyadari bahwa manusia
menghabiskan hidupnya dalam bermimpi. Kita hidup dalam kuasa pikiran
yang tak pernah dibiarkan berhenti. Tak henti-hentinya tertarik ke masa
lalu dan terdorong ke masa depan. Dan kita menyangka kita sungguhan
hidup. Guru saya pernah berkata: Mind is always delayed. Evaluating is
the job description of the mind. That's why, the mind is always
slightly behind, and at the same time always trying to be slightly
forward so it can protect. Hal itu juga dikonfirmasi oleh penjelasan Pak
Hudoyo saat diskusi, pikiran adalah alat manusia untuk bertahan hidup,
tapi ketika pikiran dijadikan penuntun maka selamanya kita
terseret-seret ke masa lalu yang sudah tidak ada dan masa depan yang
belum terjadi. Kita bermimpi sekalipun kita terjaga. Kita bermimpi
tentang cinta, tentang hidup, dan tentang Tuhan. Tanpa menghentikan
pikiran, tak sekalipun kita mengalami cinta, hidup, dan Tuhan yang
sesungguhnya. Yang ada hanyalah konsep dan upaya.

Pada saat meditasi sore hari ke-2, entah bagaimana awalnya, tapi saya
sebagai subjek mendadak melemah, dan saya tersadar bahwa selama ini saya
hanya terpusat pada fenomena yang terjadi pada diri saya*pikiran,
perasaan, kenangan, fisik*tapi tidak sekalipun saya memperhitungkan
fenomena di sekitar saya seperti suara burung, suara mobil di kejauhan,
atau bunyi gesekan karpet. Pengamatan saya yang tadinya berbatas seperti
sorot senter, mendadak meluas seperti lampu ruangan. Dan saya menyadari
bahwa hal-hal kecil yang saya lewatkan ternyata fenomena yang sama rata
dengan pegal kaki atau celotehan benak saya. Setelah diberi 

[HU] sharing artikel

2008-11-16 Terurut Topik Haris -
Dear HUers,

Sabtu kemaren ketika iseng browsing internet saya kebetulan menemukan
artikel ini. Artikel ini ditulis oleh Gede Prama. Saya mengenal Gede Prama
sebatas buku2 yang saya baca  ketika itu tulisan beliau tidak beda jauh
dengan motivator2 lainnya. Kala itu beliau masih menjabat sebagai CEO di
sebuah perusahaan  sekarang ketika beliau sudah memutuskan utk mengikuti
keinginan anaknya utk kembali ke kampung halamannya di Bali  menetap di
desa meninggalkan gemerlap kota jakarta, pekerjaan  jabatannya, saya
menemukan tulisan beliau sangat jauh berbeda, lebih membumi  mengandung
makna2 spiritual yang dalam .. setidaknya bagi saya he..he..he... Berikut
artikel yg saya copy dr Kompas online  semoga berguna bagi HUers semua.

/Haris

Lukisan Indah Kebijaksanaan
Sabtu, 15 November 2008 | 00:28 WIB

Gede Prama

Terowongan gelap tidak berujung, mungkin itu metafora kehidupan zaman ini.
Kekayaan kehidupan anak-anak biasanya
harapannya akan masa depan. Dan, saat tua tidak sedikit yang membanggakan
masa lalu.

Keadaannya mirip kucing yang mengejar bayangannya sendiri. Pada pagi hari
(masa muda) bayangannya ada di barat
dikejar dan tidak ketemu. Pada sore hari (umur tua) bayangannya ada di
timur, lagi-lagi dikejar juga tidak ketemu.
Sadar bahaya ini, ada yang memotong lingkaran kegelapan dengan meyakini
kehidupan berawal pada masa sekarang dan
berakhir pada masa sekarang.

Masa lalu telah berlalu, masa depan belum datang. Namun, melalui tindakan
pada masa kini, keduanya bisa dibuat
kian terang atau gelap. Sebutlah Ibu yang sudah meninggal, tetapi belum
sempat dibahagiakan. Masa lalu membuat
kehidupan kian suram jika masa kini diisi penyesalan, rasa bersalah, tidak
bisa memaafkan diri sendiri. Sebaliknya
ini bisa menjadi awal terang jika pengalaman tidak mengenakkan ini dijadikan
titik awal untuk banyak membahagiakan
orang.

Di Tibet, makhluk hidup diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi mother
being. Terutama karena diyakini jika
semua makhluk pernah menjadi Ibu kita pada masa lalu. Dengan demikian, bila
rajin membahagiakan orang atau makhluk
lain, kita juga sudah membahagiakan ibu. Selain itu, membahagiakan orang
adalah salah satu persiapan terbaik
menyongsong masa depan. Inilah transformasi spiritual, rasa bersalah akan
masa lalu dan takut akan masa depan,
diolah sekaligus dinikmati hari ini.

Guru sebagai cahaya

Inilah tanda-tanda manusia yang mulai terbimbing. Dalam setiap kejadian
(menyenangkan maupun menjengkelkan) ada
cahaya bimbingan. Di Timur, ia disebut munculnya guru simbolik. Tidak ada
kebetulan, semua hanya bimbingan. Cuma,
sebagian bisa dimengerti kini, sebagian dimengerti nanti.

Sayang, amat sedikit manusia yang lahir di zaman ini memiliki berkah
spiritual berjumpa guru. Untuk itu, bagi
orang-orang mengagumkan, seperti Jalalludin Rumi, perjumpaan dengan guru
adalah berkah spiritual yang amat
disyukuri. Segelintir sahabat yang berjumpa guru menyebutkan, hanya dengan
mendengar namanya sebagian ketakutan
akan neraka langsung sirna.

Karena itu, tidak sedikit pencari yang menghabiskan waktu, tenaga, dan dana
untuk mencari guru. Idealnya, pencarian
dimulai dengan berjumpa guru hidup. Lalu perintah-perintah guru hidup ini
diperkaya guru dalam bentuk buku suci.
Ia yang sudah memadukan guru hidup dengan buku suci lalu berjumpa guru
simbolik dalam keseharian. Puncaknya tercapai
saat ketiga guru ini menjelma menjadi guru dalam diri. Orang jenis ini
seperti membawa lentera ke mana-mana. Tidak
ada lagi kegelapan yang tersisa.

Kematian

Bagi mereka yang belum diberkahi perjumpaan dengan guru hidup, disarankan
menjaga diri dengan etika. Praktik serius
etika ini mungkin membimbing seseorang menjumpai guru simbolik. Di antara
banyak guru simbolik, kematian adalah guru
simbolik paling agung.

Perhatikan pendapat Dzogchen Ponlop dalam Mind beyond death: in order to
die well, one must live well. Agar
matinya indah, belajarlah hidup secara indah (baca: hidup penuh cinta).

Maka, tidak sedikit guru meditasi yang menggunakan kematian sebagai sumber
air perenungan yang tidak habis-habis.
Pertama-tama meditator membayangkan tubuhnya mati. Badan kaku, membiru,
orang-orang dekat menangis dan seterusnya.

Diterangi cahaya keikhlasan, kematian terlihat sebagai kembalinya unsur
badan ke rumah aslinya. Unsur tanah kembali
ke tanah, unsur air kembali ke air, unsur api kembali ke api, unsur udara
kembali ke udara, unsur ruang kembali ke
ruang. Dalam bahasa tetua Bali, kematian disebut mulih ke desa wayah (pulang
ke rumah sesungguhnya).

Ia yang merenungkan kematian menjadi lebih tenang, santun, baik, dan rendah
hati. Bukankah ketenangan dan kebajikan
adalah teman paling berguna dalam kematian? Selain itu, kematian juga
berubah wajah menjadi guru simbolik yang
membimbing menapaki tangga kemuliaan. Mungkin ini sebabnya Santo Paulus
mengemukakan l die every day.

Bila boleh jujur, tiap hari kita mengalami kematian. Seusai sarapan, kita
berpisah dengan rasa enak (matinya rasa
enak di mulut). Berangkat ke kantor, manusia 

[HU] Re: Spiritual sejauh Berperan dalam Hidup....

2008-11-16 Terurut Topik dohan satria
iya mas Thirta santai saja saya paham  dengan mas Thirta ,...

Penyampaian tadi bukan maksud utk siapa, itu sekdar Penghangat Suasana saja
biar anget ruangan kita ini ,,gitu lo mas,...
Kalo terlalu dinginntar pada keasikan tidur ,..heheheh

Salam canda
Salam Sejati

Pada 17 November 2008 13:29, Tirtha Bhuwana [EMAIL PROTECTED] menulis:

  Mas Dodo,

 Jujur saya ngga ngerti nih...
 Sorry ngga bisa urun rembug

 Saya ngikutin saja ya, semoga vibrasinya bisa saya dapatkan

 Salam Harmonis
 Tirtha

 - Original Message -
 *From:* dohan satria [EMAIL PROTECTED]
 *To:* harmonisasi-universal@googlegroups.com
 *Sent:* Monday, November 17, 2008 1:11 PM
 *Subject:* [HU] Re: Spiritual sejauh Berperan dalam Hidup

 Nah bagaimana dengan jawabannya apakah harus dituangkan,,,
 Kalo dituang dengan cara ,?

 Salam Sejati
 d02

 2008/11/17 A. Guntur Dwiyatmoko [EMAIL PROTECTED]

  Apakah ada pertanyaan yang hanya bisa dirasakan...tanpa harus
 dipikirkan...

 salam harmonis
 guntur


   - Original Message -
 *From:* dohan satria [EMAIL PROTECTED]
 *To:* harmonisasi-universal@googlegroups.com
 *Sent:* Saturday, November 15, 2008 3:50 PM
 *Subject:* [HU] Spiritual sejauh Berperan dalam Hidup

 Minta masukannya dong Huer's

 Salam Sejati
 do2


 


--~--~-~--~~~---~--~~
Quote: 
** In this age of Aquarius, science will become religious, and religion will 
become scientific. Disagreements between science and religion will come to an 
end, and people will begin to comprehend that both spirit and matter are 
derived from the same source, and are only modifications of the One Universal 
Energy **
-~--~~~~--~~--~--~---



[HU] Re: Green Tara Mantra

2008-11-16 Terurut Topik A. Guntur Dwiyatmoko
Beautiful mas Christ!

Already downloaded the FLV version, I put them on:

http://www.4shared.com/file/71851591/c149a394/YouTube_-_Green_Tara_Mantra__108_Repetitions__1_Mala_.html
http://www.4shared.com/file/71852178/33aa318c/YouTube_-_green_tara_mantra.html
http://www.4shared.com/file/71853164/9bbb2b83/YouTube_-_Medicine_Buddha_Mantra.html

harmonic greetings,


PS:

 Om Tare Tuttare Ture Svaha

TARE means liberating from samsara. This samsara means these aggregates: the 
aggregate of form, or the physical body; of feeling; of recognition; of karmic 
formations; and of consciousness.

TARE shows that Mother Tara liberates living beings from samsara, from true 
suffering, or problems. You can relate this to the particular sufferings of 
human beings: birth, old age, sickness and death; meeting undesirable objects 
and experiencing aversion; not finding desirable objects or finding them but 
gaining no satisfaction. No matter how much pleasure you enjoy, there is no 
satisfaction. No matter how much you follow desire, there is no satisfaction at 
all.

TUTTARE, liberates you from the eight fears. There are eight fears related to 
external dangers from fire, water, air, earth, and also from such things as 
thieves and dangerous animals. However, the main dangers come from ignorance, 
attachment, anger, pride, jealousy, miserliness, doubt and wrong views. These 
eight disturbing thoughts that you have in your mind are the main dangers. By 
taking refuge in Tara and doing Tara practice, you are liberated from these 
eight internal dangers, these eight disturbing thoughts. In this way, you are 
also liberated from external dangers, as these external dangers come from the 
inner disturbing thoughts.

TURE, liberates you from disease. Now, of the Four Noble Truths, TURE shows the 
cessation of suffering, which is the ultimate Dharma. In terms of liberating 
from disease, the actual disease we have is ignorance not knowing the absolute 
nature of the I, and all the disturbing thoughts that arise from this 
ignorance. These are the actual, serious diseases that we have. With cessation 
of all these diseases of disturbing thoughts, all the true sufferings, all the 
resultant problems, are also ceased. By liberating us from disease, TURE 
actually liberates us from the true cause, disturbing thoughts, and also the 
true sufferings.

The rough meaning of these three words TARE TUTTARE TURE is: To you, 
embodiment of all the Buddhas' actions, I prostrate always-whether I am in 
happy or unhappy circumstances-with my body, speech and mind.

The final word SOHA means establishing the root of the path within your heart. 
In other words, by taking refuge in Tara and doing Tara practice, you receive 
the blessings of Tara in your own heart. This gives you space to establish the 
root of the path, signified by TARE TUTTARE TURE, in your heart. By 
establishing the path of the three capable beings within your heart, you purify 
all impurities of your body, speech and mind, and achieve Tara's pure vajra 
holy body, holy speech and holy mind, which are signified by OM. Your body, 
speech and mind are transformed into Tara's holy body, holy speech and holy 
mind. This is the rough meaning of OM TARE TUTTARE TURE SOHA.
(Taken from: http://answers.yahoo.com/question/index?qid=20070710034018AAWEWmK) 

Another interesting place to visit: 
http://www.wildmind.org/mantras/figures/greentara

Tayatha Om Bekandze
Bekandze Maha Bekandze
Tayatha om Bekandze
Randze Samu Gate Soha
Medicine Buddha's mantra is: tayatha om bekandze bekandze maha bekandze radza 
samudgate soha. Tayatha - means like this. Om- is composed of the three pure 
sounds A U and MA, which signifies one's own body, speech and mind that get 
transformed into the vajra holy body, speech and mind. Then bekandze bekandze 
-eliminating pain, eliminating pain. What eliminates pain is medicine. This 
pain is not ordinary pain - even animals do not want to experience that. The 
first eliminating pain is true suffering, the second is the true cause of 
suffering. The medicine that eliminates pain is first the graduated path of the 
lower capable being, and second the graduated path of the middle capable being. 
Then maha bekandze -the great eliminating pain is the graduated path of the 
higher capable being, which eliminates the subtle defilements. So bekandze 
bekandze maha bekandze contains the whole path to enlightenment, the ultimate 
medicine. Radza - is king. Samudgate. Soha - to establish the foundation in the 
heart, the blessing, the devotion from which the realization comes. (source: 
http://www.landofmedicinebuddha.org)



  - Original Message - 
  From: Christ 
  To: harmonisasi-universal@googlegroups.com 
  Sent: Monday, November 17, 2008 9:43 AM
  Subject: [HU] Green Tara Mantra


  Enjoy : 

  http://www.youtube.com/watch?v=an4yPkF9xx8
  http://www.youtube.com/watch?v=lqcWl6VAB_M
  http://www.youtube.com/watch?v=yUJucA-mrgE


  Love, Harmony and Light,

  

[HU] Re: Spiritual sejauh Berperan dalam Hidup....

2008-11-16 Terurut Topik dohan satria
+++Salah topik  saya jawabya tadi,..saya pikir di topik malaikat,,++

mas Thirta,..terkait penyampaian mas Thirta ,...bebas saja mas,
Bia memang ada masukan atau apa saja,,,coba disampaikan ...
sekedar memoderasi topik saja disini,..biar gayeng,..mudah mudahan,..nggak
kadi salah persepsi 

pertanyaannya  sederhana saja,..:.
sejauh ini kiat sudah menjalani sebuah spirit,,dengan laku  spiritual,..
terus terkait dengan HIdup bagaimana,,
bila mas Thirta ada pendapat ,,,silahkan saja mas,,,
meski ini pertanyaan konyol,,,tapi belum tentu orang peduli ,,,menjalani
spirtual itu arahnya di bawa kemana,...dan pengaruh dalam hidup dan
kehidupan itu sejauh apa,..


Salam Sejati
do2


+++salah topik++maaf
Pada 17 November 2008 13:46, dohan satria [EMAIL PROTECTED] menulis:

 iya mas Thirta santai saja saya paham  dengan mas Thirta ,...

 Penyampaian tadi bukan maksud utk siapa, itu sekdar Penghangat Suasana saja
 biar anget ruangan kita ini ,,gitu lo mas,...
 Kalo terlalu dinginntar pada keasikan tidur ,..heheheh

 Salam canda
 Salam Sejati
 ++
 Pada 17 November 2008 13:29, Tirtha Bhuwana [EMAIL PROTECTED]menulis:

  Mas Dodo,

 Jujur saya ngga ngerti nih...
 Sorry ngga bisa urun rembug

 Saya ngikutin saja ya, semoga vibrasinya bisa saya dapatkan

 Salam Harmonis
 Tirtha

 - Original Message -
  *From:* dohan satria [EMAIL PROTECTED]
 *To:* harmonisasi-universal@googlegroups.com
  *Sent:* Monday, November 17, 2008 1:11 PM
 *Subject:* [HU] Re: Spiritual sejauh Berperan dalam Hidup

 Nah bagaimana dengan jawabannya apakah harus dituangkan,,,
 Kalo dituang dengan cara ,?

 Salam Sejati
 d02

 2008/11/17 A. Guntur Dwiyatmoko [EMAIL PROTECTED]

  Apakah ada pertanyaan yang hanya bisa dirasakan...tanpa harus
 dipikirkan...

 salam harmonis
 guntur


   - Original Message -
  *From:* dohan satria [EMAIL PROTECTED]
 *To:* harmonisasi-universal@googlegroups.com
 *Sent:* Saturday, November 15, 2008 3:50 PM
 *Subject:* [HU] Spiritual sejauh Berperan dalam Hidup

 Minta masukannya dong Huer's

 Salam Sejati
 do2


 



--~--~-~--~~~---~--~~
Quote: 
** In this age of Aquarius, science will become religious, and religion will 
become scientific. Disagreements between science and religion will come to an 
end, and people will begin to comprehend that both spirit and matter are 
derived from the same source, and are only modifications of the One Universal 
Energy **
-~--~~~~--~~--~--~---