Re: [HU] Pose Sempurna (Siddhasana)

2010-01-26 Terurut Topik Herman Adriansyah
Terima kasih kembali
Sebaiknya ya memang di dampingi Guru
  - Original Message - 
  From: Andie . 
  To: harmonisasi-universal@googlegroups.com 
  Cc: hmadrians...@yahoo.co.id 
  Sent: Monday, January 25, 2010 1:04 PM
  Subject: Re: [HU] Pose Sempurna (Siddhasana)


  Wah teori2 yoga yang mantap Herman, kok kebetulan banget ya? Saya lagi 
browsing2 cari artikel tentang yoga, yang bisa dicoba untuk di praktekin eh 
ternyata udah ada di inbox saya, he  he  he...
  Untuk itu Saya merasa terbantu sekali...  Terimakasih Banyak Pak Herman sudah 
mau berbagi.
  Cuma ada dikit pertanyaan: kalo latihan Yoga gak pake Guru kira2 bisa gak ya? 
  Di daerah saya, saya belum menemukan tempat untuk latihan2 seperti ini.
  Mohon bimbingannya untuk HUers sekalian, yang memang expert dalam bidang ini 
especially Pak Herman.


  Salam Harmonis, 

  Andie

   

--
  From: Herman Adriansyah 
  To: harmonisasi-universal@googlegroups.com
  Cc: tejabuw...@yahoo.co.id
  Sent: Sat, January 23, 2010 9:56:38 PM
  Subject: [HU] Pose Sempurna (Siddhasana)


  Pose Sempurna (Siddhasana)

  Salah satu yang paling populer adalah postur meditasi Siddhasana. Nama 
Sansekerta berarti "Sempurna Pose," karena satu mencapai kesempurnaan dalam 
Yoga dengan bermeditasi dalam posisi ini. Siddhasana berguna untuk belajar, 
karena digunakan sebagai tempat praktek untuk beberapa pranayama dan mudras. 
Posisi kaki dan tangan juga mengandung energi tubuh dengan menutup rangkaian 
dan memungkinkan terbangun kekuatan penting untuk tetap dalam sistem selama 
meditasi. 



  Teknik 
  Duduklah dengan kedua kaki terjulur. 
  Menekuk lutut kiri dan letakkan telapak kaki kiri terhadap paha kanan 
sehingga tumit menyentuh perineum. 
  Menekuk lutut kanan dan meletakkan tumit kanan tulang terhadap publik. 
  Jauhkan tangan dengan telapak tangan terbuka jika dilakukan antara matahari 
terbit dan terbenam; sebaliknya membalikkan telapak tangan. 
  Tulang belakang harus selalu diadakan tegak. 

  Ini Siddhasana. Setelah ini telah dikuasai, itu benar-benar posisi yang 
nyaman untuk praktek meditasi.

  -- 
  Quote: 
  ** In this age of Aquarius, science will become religious, and religion will 
become scientific. Disagreements between science and religion will come to an 
end, and people will begin to comprehend that both spirit and matter are 
derived from the same source, and are only modifications of the One Universal 
Energy **
  
  Sharing File Audio-Video-Software-Manual Meditasi di : 
  http://tiny.cc/huarchive
  
  List events inisiasi di group HU & registrasi di :
  http://tiny.cc/huevents
  



  -- 
  Quote: 
  ** In this age of Aquarius, science will become religious, and religion will 
become scientific. Disagreements between science and religion will come to an 
end, and people will begin to comprehend that both spirit and matter are 
derived from the same source, and are only modifications of the One Universal 
Energy **
  
  Sharing File Audio-Video-Software-Manual Meditasi di : 
  http://tiny.cc/huarchive
  
  List events inisiasi di group HU & registrasi di :
  http://tiny.cc/huevents
  

-- 
Quote: 
** In this age of Aquarius, science will become religious, and religion will 
become scientific. Disagreements between science and religion will come to an 
end, and people will begin to comprehend that both spirit and matter are 
derived from the same source, and are only modifications of the One Universal 
Energy **

Sharing File Audio-Video-Software-Manual Meditasi di : 
http://tiny.cc/huarchive

List events inisiasi di group HU & registrasi di :
http://tiny.cc/huevents
<>

[HU] Re: OOT :MOTIVASI - BOSAN HIDUP

2010-01-26 Terurut Topik tan
Thanks Mas Herman...pas lagi bt, manjur banget;)

On 25 Jan, 17:34, "Herman Adriansyah" 
wrote:
> Bosan Hidup
>
> Seorang pria mendatangi Sang Master, "Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah 
> jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya 
> lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati."
>
> Sang Master tersenyum, "Oh, kamu sakit."
>
> "Tidak Master, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. 
> Itu sebabnya saya ingin mati."
>
> Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Master meneruskan, "Kamu 
> sakit. Dan penyakitmu itu sebutannya, 'Alergi Hidup'. Ya, kamu alergi 
> terhadap kehidupan."
>
> Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa 
> disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. 
> Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kita 
> menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. 
> Itu sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, 
> penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang 
> namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga, 
> bentrokan-bentrokan kecil itu memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak 
> selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup 
> ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu 
> keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.
>
> "Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia 
> mengikuti petunjukku." kata sang Master.
>
> "Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin 
> hidup." pria itu menolak tawaran sang guru.
>
> "Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?"
>
> "Ya, memang saya sudah bosan hidup."
>
> "Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol 
> diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan 
> malam kau akan mati dengan tenang.
>
> "Giliran dia menjadi bingung. Setiap Master yang ia datangi selama ini selalu 
> berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia 
> bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia 
> menerimanya dengan senang hati. Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan 
> setengah botol racun yang disebut "obat" oleh Master edan itu. Dan, ia 
> merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu 
> rileks, begitu santai! ..
>
> Tinggal 1malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala 
> macam masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di 
> restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa 
> tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan 
> manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget!
>
> Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki dikupingnya, "Sayang, 
> aku mencintaimu." Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin 
> meninggalkan kenangan manis!
>
> Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan 
> angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. 
> Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. 
> Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk 
> dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia 
> ingin meninggalkan kenangan manis!
>
> Sang istripun merasa aneh sekali, dan akhirnya berkata, "Selama ini mungkin 
> aku salah, Maafkan aku, sayang." Ia hanya tersenyum.
>
> Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya 
> pun bingung, "Hari ini, Boss kita kok aneh ya?" Dan sikap mereka pun langsung 
> berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, 
> ia ingin meninggalkan kenangan manis!
>
> Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih 
> toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba 
> hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.
>
> Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di 
> beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, 
> "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan 
> kamu."
>
> Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, "Pi, maafkan kami semua. Selama ini, 
> Papi selalu stres karena perilaku kami."
>
> Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi 
> sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana 
> dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?
>
> Ia mendatangi sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru 
> langsung mengetahui apa yang telah terjadi,
>
> "Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, apa bila kau hidup 
> dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa