H-Net* kisah isteri nabi nuh
*~* { Sila lawat Laman Hizbi-Net - http://www.hizbi.net } {Hantarkan mesej anda ke: [EMAIL PROTECTED] } {Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED] } *~* PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL ~~~ Isteri Nabi Nuh Menempuh Jalan Kesesatan "Allah membuat perumpamaan bagi orang yang ingkar: Isteri Nuh dan isteri Luth, mereka adalah isteri dua orang hamba di antara hamba- hamba Kami yang soleh. Tapi mereka berkhianat (kepada suami- suaminya). Maka, mereka tiada berdaya membantu mereka sedikitpun terhadap seksaan Allah. Kepada mereka dikatakan: "Masuklah kamu ke dalam neraka Jahannam bersama orang yang masuk ( ke dalamnya)!" (At- Tahrim: 10) Seorang wanita bangun dari tidurnya, dan langsung menuju dapur untuk membuat makanan dan kueh-kueh. Setelah semua pekerjaan itu selesai, ia segera keluar rumah tanpa memberitahu suaminya, Nabi Nuh. Sebelum pintu rumahnya terbuka, tiba-tiba anak-anaknya yang masih muda, Kan'an, menegurnya: "Mahu ke mana Ibu pagi-pagi ini?" Ibu mengisyaratkan sesuatu agar anaknya merendahkan suara, supaya tidak terdengar oleh orang lain. Lalu berkata: "Lupakah kamu, Kan'an, bahwa hari ini adalah hari raya tuhan-tuhan kita? Aku akan pergi ke Makbad Besar. Di sana kaum kita telah menunggu untuk bersama-sama melaksanakan penyembahan kepada tuhan yang telah memberi rezeki dan menolong kita." Kan'an memandang ibunya dengan wajah tersenyum, dan kemudian berkata: "Ibu berbuat yang terbaik. Nanti aku akan menyusul ke sana, sebab bukankah ibu tahu bahwa ayah tidak senang melihat kita bekerjasama dalam hal ini." Pergilah isteri Nuh ke Makbad Besar itu. Sesampainya di sana, ia segera berdiri di depan berhala dan berucap: "Wed, Suwa, Yaghuts ya'uq, dan Masr..." (nama-nama, berhala) la kemudian memohon, berdoa, mendekatkan diri, dan mempersembahkan makanan serta minuman bagi para penjaga yang mulai menyuarakan kalimat-kalimat yang tidak dapat difahami maksudnya. Kemudian mereka menunjukkan kepada tuhan-tuhan, dan sekali lagi menunjuk kepada orang-orang yang mempersembahkan korban dan mengangkat wajah mereka dengan mata terpejam, agar orang yang mempersembahkan korban itu merasa bahwa Tuhan senang dan rela kepada mereka. Isteri Nabi Nuh melihat, dan ia dapati puteranya Kan'an, telah keluar dari ruangan sembahan menuju arena tarian di sebelah Makbad. Di tempat itu, kaum lelaki dan perempuan bercampur menjadi satu; melakukan perbuatan-perbuatan sesuka hati mereka sambil bersukaria. Melihat itu, sang ibu merasa cemas dan khuatir terhadap keadaan anaknya. Diserunya Kan'an agar kembali kepadanya, tetapi Kan'an malah bersembunyi di tengah-tengah keramaian itu tatkala ia mendengar panggilan ibunya. Karena Kan'an tidak kembali setelah lama dipanggil, sang ibu segera kembali menuju berhala-berhala dan mulai berdoa lagi. Ia tidak ingin menyibukkan diri dengan urusan anaknya itu. Sambil berdoa, ia mengeluarkan secarik kain yang telah disapu wangi-wangian dari bungkusannya, dan kemudian diletakkannya di kaki berhala. Itulah pekerjaan yang biasa dilakukannya. Waktu berlalu dengan cepat, dan upacara penyembahan akhirnya selesai. Isteri Nabi Nuh kemudian kembali ke rumahnya. Dalam perjalanan pulang, ia bertemu dengan anaknya, Kan'an, yang wajahnya tampak masam air mukanya. Cepat-cepat ia mendekati anaknya itu dan berkata: "Apa yang sedang kamu fikirkan, Puteraku?" "Tahukah ibu, apa yang telah dilakukan Nuh, ayahku?" Kata Kan'an. "Apa yang ia perbuat, Kan'an?" Tanya ibunya dengan wajah penuh kesedihan. "Ia menyeru umat di pasar, dan orang-orang di sekelilingnya, dan membantah apa yang diserukan mereka!" Jawab Kan'an. "Apa yang telah dilakukannya di pasar?" Tanya ibunya kemudian! Apakah ia hendak menjual kayu-kayu yang ia jadikan perkakas rumah?" Anaknya menjawab: "Aku telah mendengar bahwa ia berkata: `Hai, kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagimu; maka sembahlah Allah, bertakwalah dan taatlah kepadaNya." Isteri Nabi Nuh memandang Kan'an seraya berkata: "Kalau begitu, ayahmu tidak menghendaki kita menyembah tuhan-tuhan yang memberi rezeki dan memelihara kita." "Sesungguhnya ia benci akan hal itu dan bahkah menghinanya. Ia tidak pernah bersedia mempersembahkan korban kepada tuhan-tuhan yang biasa kita lakukan," jawab Kan'an. Isteri Nuh dan anaknya pulang ke rumah. Sepanjang jalan keduanya lebih banyak membisu. Tetapi kemudian Kan'an memecahkan kesunyian itu dengan bertanya: "Apakah yang akan kita lakukan ibu, bila ayah menyeru kita seperti yang ia serukan kepada kaum negeri ini?" "Tuhan-tuhan akan mengutukmu, Kan'an, jika engkau turuti seruan ayahmu itu!" Jawab ibunya. "Apakah kita akan meninggalkan agama kita dan agama nenek moyang kita hanya karena ayahmu menyerukan yang lain? Tidak! Sesungguhnya hal itu tidak boleh terjadi!" Sebelum tengah malam tiba, Nabi Nuh telah s
H-Net* kisah isteri nabi nuh
*~* { Sila lawat Laman Hizbi-Net - http://www.hizbi.net } {Hantarkan mesej anda ke: [EMAIL PROTECTED] } {Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED] } *~* PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL ~~~ Isteri Nabi Nuh Menempuh Jalan Kesesatan "Allah membuat perumpamaan bagi orang yang ingkar: Isteri Nuh dan isteri Luth, mereka adalah isteri dua orang hamba di antara hamba- hamba Kami yang soleh. Tapi mereka berkhianat (kepada suami- suaminya). Maka, mereka tiada berdaya membantu mereka sedikitpun terhadap seksaan Allah. Kepada mereka dikatakan: "Masuklah kamu ke dalam neraka Jahannam bersama orang yang masuk ( ke dalamnya)!" (At- Tahrim: 10) Seorang wanita bangun dari tidurnya, dan langsung menuju dapur untuk membuat makanan dan kueh-kueh. Setelah semua pekerjaan itu selesai, ia segera keluar rumah tanpa memberitahu suaminya, Nabi Nuh. Sebelum pintu rumahnya terbuka, tiba-tiba anak-anaknya yang masih muda, Kan'an, menegurnya: "Mahu ke mana Ibu pagi-pagi ini?" Ibu mengisyaratkan sesuatu agar anaknya merendahkan suara, supaya tidak terdengar oleh orang lain. Lalu berkata: "Lupakah kamu, Kan'an, bahwa hari ini adalah hari raya tuhan-tuhan kita? Aku akan pergi ke Makbad Besar. Di sana kaum kita telah menunggu untuk bersama-sama melaksanakan penyembahan kepada tuhan yang telah memberi rezeki dan menolong kita." Kan'an memandang ibunya dengan wajah tersenyum, dan kemudian berkata: "Ibu berbuat yang terbaik. Nanti aku akan menyusul ke sana, sebab bukankah ibu tahu bahwa ayah tidak senang melihat kita bekerjasama dalam hal ini." Pergilah isteri Nuh ke Makbad Besar itu. Sesampainya di sana, ia segera berdiri di depan berhala dan berucap: "Wed, Suwa, Yaghuts ya'uq, dan Masr..." (nama-nama, berhala) la kemudian memohon, berdoa, mendekatkan diri, dan mempersembahkan makanan serta minuman bagi para penjaga yang mulai menyuarakan kalimat-kalimat yang tidak dapat difahami maksudnya. Kemudian mereka menunjukkan kepada tuhan-tuhan, dan sekali lagi menunjuk kepada orang-orang yang mempersembahkan korban dan mengangkat wajah mereka dengan mata terpejam, agar orang yang mempersembahkan korban itu merasa bahwa Tuhan senang dan rela kepada mereka. Isteri Nabi Nuh melihat, dan ia dapati puteranya Kan'an, telah keluar dari ruangan sembahan menuju arena tarian di sebelah Makbad. Di tempat itu, kaum lelaki dan perempuan bercampur menjadi satu; melakukan perbuatan-perbuatan sesuka hati mereka sambil bersukaria. Melihat itu, sang ibu merasa cemas dan khuatir terhadap keadaan anaknya. Diserunya Kan'an agar kembali kepadanya, tetapi Kan'an malah bersembunyi di tengah-tengah keramaian itu tatkala ia mendengar panggilan ibunya. Karena Kan'an tidak kembali setelah lama dipanggil, sang ibu segera kembali menuju berhala-berhala dan mulai berdoa lagi. Ia tidak ingin menyibukkan diri dengan urusan anaknya itu. Sambil berdoa, ia mengeluarkan secarik kain yang telah disapu wangi-wangian dari bungkusannya, dan kemudian diletakkannya di kaki berhala. Itulah pekerjaan yang biasa dilakukannya. Waktu berlalu dengan cepat, dan upacara penyembahan akhirnya selesai. Isteri Nabi Nuh kemudian kembali ke rumahnya. Dalam perjalanan pulang, ia bertemu dengan anaknya, Kan'an, yang wajahnya tampak masam air mukanya. Cepat-cepat ia mendekati anaknya itu dan berkata: "Apa yang sedang kamu fikirkan, Puteraku?" "Tahukah ibu, apa yang telah dilakukan Nuh, ayahku?" Kata Kan'an. "Apa yang ia perbuat, Kan'an?" Tanya ibunya dengan wajah penuh kesedihan. "Ia menyeru umat di pasar, dan orang-orang di sekelilingnya, dan membantah apa yang diserukan mereka!" Jawab Kan'an. "Apa yang telah dilakukannya di pasar?" Tanya ibunya kemudian! Apakah ia hendak menjual kayu-kayu yang ia jadikan perkakas rumah?" Anaknya menjawab: "Aku telah mendengar bahwa ia berkata: `Hai, kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagimu; maka sembahlah Allah, bertakwalah dan taatlah kepadaNya." Isteri Nabi Nuh memandang Kan'an seraya berkata: "Kalau begitu, ayahmu tidak menghendaki kita menyembah tuhan-tuhan yang memberi rezeki dan memelihara kita." "Sesungguhnya ia benci akan hal itu dan bahkah menghinanya. Ia tidak pernah bersedia mempersembahkan korban kepada tuhan-tuhan yang biasa kita lakukan," jawab Kan'an. Isteri Nuh dan anaknya pulang ke rumah. Sepanjang jalan keduanya lebih banyak membisu. Tetapi kemudian Kan'an memecahkan kesunyian itu dengan bertanya: "Apakah yang akan kita lakukan ibu, bila ayah menyeru kita seperti yang ia serukan kepada kaum negeri ini?" "Tuhan-tuhan akan mengutukmu, Kan'an, jika engkau turuti seruan ayahmu itu!" Jawab ibunya. "Apakah kita akan meninggalkan agama kita dan agama nenek moyang kita hanya karena ayahmu menyerukan yang lain? Tidak! Sesungguhnya hal itu tidak boleh terjadi!" Sebelum tengah malam tiba, Nabi Nuh telah s
H-Net* kisah isteri nabi nuh
*~* { Sila lawat Laman Hizbi-Net - http://www.hizbi.net } {Hantarkan mesej anda ke: [EMAIL PROTECTED] } {Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED] } *~* PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL ~~~ Isteri Nabi Nuh Menempuh Jalan Kesesatan "Allah membuat perumpamaan bagi orang yang ingkar: Isteri Nuh dan isteri Luth, mereka adalah isteri dua orang hamba di antara hamba- hamba Kami yang soleh. Tapi mereka berkhianat (kepada suami- suaminya). Maka, mereka tiada berdaya membantu mereka sedikitpun terhadap seksaan Allah. Kepada mereka dikatakan: "Masuklah kamu ke dalam neraka Jahannam bersama orang yang masuk ( ke dalamnya)!" (At- Tahrim: 10) Seorang wanita bangun dari tidurnya, dan langsung menuju dapur untuk membuat makanan dan kueh-kueh. Setelah semua pekerjaan itu selesai, ia segera keluar rumah tanpa memberitahu suaminya, Nabi Nuh. Sebelum pintu rumahnya terbuka, tiba-tiba anak-anaknya yang masih muda, Kan'an, menegurnya: "Mahu ke mana Ibu pagi-pagi ini?" Ibu mengisyaratkan sesuatu agar anaknya merendahkan suara, supaya tidak terdengar oleh orang lain. Lalu berkata: "Lupakah kamu, Kan'an, bahwa hari ini adalah hari raya tuhan-tuhan kita? Aku akan pergi ke Makbad Besar. Di sana kaum kita telah menunggu untuk bersama-sama melaksanakan penyembahan kepada tuhan yang telah memberi rezeki dan menolong kita." Kan'an memandang ibunya dengan wajah tersenyum, dan kemudian berkata: "Ibu berbuat yang terbaik. Nanti aku akan menyusul ke sana, sebab bukankah ibu tahu bahwa ayah tidak senang melihat kita bekerjasama dalam hal ini." Pergilah isteri Nuh ke Makbad Besar itu. Sesampainya di sana, ia segera berdiri di depan berhala dan berucap: "Wed, Suwa, Yaghuts ya'uq, dan Masr..." (nama-nama, berhala) la kemudian memohon, berdoa, mendekatkan diri, dan mempersembahkan makanan serta minuman bagi para penjaga yang mulai menyuarakan kalimat-kalimat yang tidak dapat difahami maksudnya. Kemudian mereka menunjukkan kepada tuhan-tuhan, dan sekali lagi menunjuk kepada orang-orang yang mempersembahkan korban dan mengangkat wajah mereka dengan mata terpejam, agar orang yang mempersembahkan korban itu merasa bahwa Tuhan senang dan rela kepada mereka. Isteri Nabi Nuh melihat, dan ia dapati puteranya Kan'an, telah keluar dari ruangan sembahan menuju arena tarian di sebelah Makbad. Di tempat itu, kaum lelaki dan perempuan bercampur menjadi satu; melakukan perbuatan-perbuatan sesuka hati mereka sambil bersukaria. Melihat itu, sang ibu merasa cemas dan khuatir terhadap keadaan anaknya. Diserunya Kan'an agar kembali kepadanya, tetapi Kan'an malah bersembunyi di tengah-tengah keramaian itu tatkala ia mendengar panggilan ibunya. Karena Kan'an tidak kembali setelah lama dipanggil, sang ibu segera kembali menuju berhala-berhala dan mulai berdoa lagi. Ia tidak ingin menyibukkan diri dengan urusan anaknya itu. Sambil berdoa, ia mengeluarkan secarik kain yang telah disapu wangi-wangian dari bungkusannya, dan kemudian diletakkannya di kaki berhala. Itulah pekerjaan yang biasa dilakukannya. Waktu berlalu dengan cepat, dan upacara penyembahan akhirnya selesai. Isteri Nabi Nuh kemudian kembali ke rumahnya. Dalam perjalanan pulang, ia bertemu dengan anaknya, Kan'an, yang wajahnya tampak masam air mukanya. Cepat-cepat ia mendekati anaknya itu dan berkata: "Apa yang sedang kamu fikirkan, Puteraku?" "Tahukah ibu, apa yang telah dilakukan Nuh, ayahku?" Kata Kan'an. "Apa yang ia perbuat, Kan'an?" Tanya ibunya dengan wajah penuh kesedihan. "Ia menyeru umat di pasar, dan orang-orang di sekelilingnya, dan membantah apa yang diserukan mereka!" Jawab Kan'an. "Apa yang telah dilakukannya di pasar?" Tanya ibunya kemudian! Apakah ia hendak menjual kayu-kayu yang ia jadikan perkakas rumah?" Anaknya menjawab: "Aku telah mendengar bahwa ia berkata: `Hai, kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagimu; maka sembahlah Allah, bertakwalah dan taatlah kepadaNya." Isteri Nabi Nuh memandang Kan'an seraya berkata: "Kalau begitu, ayahmu tidak menghendaki kita menyembah tuhan-tuhan yang memberi rezeki dan memelihara kita." "Sesungguhnya ia benci akan hal itu dan bahkah menghinanya. Ia tidak pernah bersedia mempersembahkan korban kepada tuhan-tuhan yang biasa kita lakukan," jawab Kan'an. Isteri Nuh dan anaknya pulang ke rumah. Sepanjang jalan keduanya lebih banyak membisu. Tetapi kemudian Kan'an memecahkan kesunyian itu dengan bertanya: "Apakah yang akan kita lakukan ibu, bila ayah menyeru kita seperti yang ia serukan kepada kaum negeri ini?" "Tuhan-tuhan akan mengutukmu, Kan'an, jika engkau turuti seruan ayahmu itu!" Jawab ibunya. "Apakah kita akan meninggalkan agama kita dan agama nenek moyang kita hanya karena ayahmu menyerukan yang lain? Tidak! Sesungguhnya hal itu tidak boleh terjadi!" Sebelum tengah malam tiba, Nabi Nuh telah s