H-Net* kisah isteri nabi nuh

2001-06-08 Terurut Topik Lenggang Kangkung


 *~*
 {  Sila lawat Laman Hizbi-Net -  http://www.hizbi.net }
 {Hantarkan mesej anda ke:  [EMAIL PROTECTED] }
 {Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED] }
 *~*
  PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL
 ~~~
Isteri Nabi Nuh Menempuh Jalan Kesesatan "Allah
membuat perumpamaan bagi orang yang ingkar: Isteri Nuh
dan isteri Luth, mereka adalah isteri dua orang hamba
di antara hamba- hamba Kami yang soleh. Tapi mereka
berkhianat (kepada suami- suaminya). Maka, mereka
tiada berdaya membantu mereka sedikitpun terhadap
seksaan Allah. Kepada mereka dikatakan: "Masuklah kamu
ke dalam neraka Jahannam bersama orang yang masuk ( ke
dalamnya)!" (At- Tahrim: 10) Seorang wanita bangun
dari tidurnya, dan langsung menuju dapur untuk membuat
makanan dan kueh-kueh. Setelah semua pekerjaan itu
selesai, ia segera keluar rumah tanpa memberitahu
suaminya, Nabi Nuh. Sebelum pintu rumahnya terbuka,
tiba-tiba anak-anaknya yang masih muda, Kan'an,
menegurnya: "Mahu ke mana Ibu pagi-pagi ini?" Ibu
mengisyaratkan sesuatu agar anaknya merendahkan suara,
supaya tidak terdengar oleh orang lain. Lalu berkata:
"Lupakah kamu, Kan'an, bahwa hari ini adalah hari raya
tuhan-tuhan kita? Aku akan pergi ke Makbad Besar. Di
sana kaum kita telah menunggu untuk bersama-sama
melaksanakan penyembahan kepada tuhan yang telah
memberi rezeki dan menolong kita." Kan'an memandang
ibunya dengan wajah tersenyum, dan kemudian berkata:
"Ibu berbuat yang terbaik. Nanti aku akan menyusul ke
sana, sebab bukankah ibu tahu bahwa ayah tidak senang
melihat kita bekerjasama dalam hal ini." Pergilah
isteri Nuh ke Makbad Besar itu. Sesampainya di sana,
ia segera berdiri di depan berhala dan berucap: "Wed,
Suwa, Yaghuts ya'uq, dan Masr..." (nama-nama, berhala)
la kemudian memohon, berdoa, mendekatkan diri, dan
mempersembahkan makanan serta minuman bagi para
penjaga yang mulai menyuarakan kalimat-kalimat yang
tidak dapat difahami maksudnya. Kemudian mereka
menunjukkan kepada tuhan-tuhan, dan sekali lagi
menunjuk kepada orang-orang yang mempersembahkan
korban dan mengangkat wajah mereka dengan mata
terpejam, agar orang yang mempersembahkan korban itu
merasa bahwa Tuhan senang dan rela kepada mereka.
Isteri Nabi Nuh melihat, dan ia dapati puteranya
Kan'an, telah keluar dari ruangan sembahan menuju
arena tarian di sebelah Makbad. Di tempat itu, kaum
lelaki dan perempuan bercampur menjadi satu; melakukan
perbuatan-perbuatan sesuka hati mereka sambil
bersukaria. Melihat itu, sang ibu merasa cemas dan
khuatir terhadap keadaan anaknya. Diserunya Kan'an
agar kembali kepadanya, tetapi Kan'an malah
bersembunyi di tengah-tengah keramaian itu tatkala ia
mendengar panggilan ibunya. Karena Kan'an tidak
kembali setelah lama dipanggil, sang ibu segera
kembali menuju berhala-berhala dan mulai berdoa lagi.
Ia tidak ingin menyibukkan diri dengan urusan anaknya
itu. Sambil berdoa, ia mengeluarkan secarik kain yang
telah disapu wangi-wangian dari bungkusannya, dan
kemudian diletakkannya di kaki berhala. Itulah
pekerjaan yang biasa dilakukannya. Waktu berlalu
dengan cepat, dan upacara penyembahan akhirnya
selesai. Isteri Nabi Nuh kemudian kembali ke rumahnya.
Dalam perjalanan pulang, ia bertemu dengan anaknya,
Kan'an, yang wajahnya tampak masam air mukanya.
Cepat-cepat ia mendekati anaknya itu dan berkata: "Apa
yang sedang kamu fikirkan, Puteraku?" "Tahukah ibu,
apa yang telah dilakukan Nuh, ayahku?" Kata Kan'an.
"Apa yang ia perbuat, Kan'an?" Tanya ibunya dengan
wajah penuh kesedihan. "Ia menyeru umat di pasar, dan
orang-orang di sekelilingnya, dan membantah apa yang
diserukan mereka!" Jawab Kan'an. "Apa yang telah
dilakukannya di pasar?" Tanya ibunya kemudian! Apakah
ia hendak menjual kayu-kayu yang ia jadikan perkakas
rumah?" Anaknya menjawab: "Aku telah mendengar bahwa
ia berkata: `Hai, kaumku, sesungguhnya aku adalah
pemberi peringatan yang nyata bagimu; maka sembahlah
Allah, bertakwalah dan taatlah kepadaNya." Isteri Nabi
Nuh memandang Kan'an seraya berkata: "Kalau begitu,
ayahmu tidak menghendaki kita menyembah tuhan-tuhan
yang memberi rezeki dan memelihara kita."
"Sesungguhnya ia benci akan hal itu dan bahkah
menghinanya. Ia tidak pernah bersedia mempersembahkan
korban kepada tuhan-tuhan yang biasa kita lakukan,"
jawab Kan'an. Isteri Nuh dan anaknya pulang ke rumah.
Sepanjang jalan keduanya lebih banyak membisu. Tetapi
kemudian Kan'an memecahkan kesunyian itu dengan
bertanya: "Apakah yang akan kita lakukan ibu, bila
ayah menyeru kita seperti yang ia serukan kepada kaum
negeri ini?" "Tuhan-tuhan akan mengutukmu, Kan'an,
jika engkau turuti seruan ayahmu itu!" Jawab ibunya.
"Apakah kita akan meninggalkan agama kita dan agama
nenek moyang kita hanya karena ayahmu menyerukan yang
lain? Tidak! Sesungguhnya hal itu tidak boleh
terjadi!" Sebelum tengah malam tiba, Nabi Nuh telah
s

H-Net* kisah isteri nabi nuh

2001-06-08 Terurut Topik Lenggang Kangkung


 *~*
 {  Sila lawat Laman Hizbi-Net -  http://www.hizbi.net }
 {Hantarkan mesej anda ke:  [EMAIL PROTECTED] }
 {Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED] }
 *~*
  PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL
 ~~~
Isteri Nabi Nuh Menempuh Jalan Kesesatan "Allah
membuat perumpamaan bagi orang yang ingkar: Isteri Nuh
dan isteri Luth, mereka adalah isteri dua orang hamba
di antara hamba- hamba Kami yang soleh. Tapi mereka
berkhianat (kepada suami- suaminya). Maka, mereka
tiada berdaya membantu mereka sedikitpun terhadap
seksaan Allah. Kepada mereka dikatakan: "Masuklah kamu
ke dalam neraka Jahannam bersama orang yang masuk ( ke
dalamnya)!" (At- Tahrim: 10) Seorang wanita bangun
dari tidurnya, dan langsung menuju dapur untuk membuat
makanan dan kueh-kueh. Setelah semua pekerjaan itu
selesai, ia segera keluar rumah tanpa memberitahu
suaminya, Nabi Nuh. Sebelum pintu rumahnya terbuka,
tiba-tiba anak-anaknya yang masih muda, Kan'an,
menegurnya: "Mahu ke mana Ibu pagi-pagi ini?" Ibu
mengisyaratkan sesuatu agar anaknya merendahkan suara,
supaya tidak terdengar oleh orang lain. Lalu berkata:
"Lupakah kamu, Kan'an, bahwa hari ini adalah hari raya
tuhan-tuhan kita? Aku akan pergi ke Makbad Besar. Di
sana kaum kita telah menunggu untuk bersama-sama
melaksanakan penyembahan kepada tuhan yang telah
memberi rezeki dan menolong kita." Kan'an memandang
ibunya dengan wajah tersenyum, dan kemudian berkata:
"Ibu berbuat yang terbaik. Nanti aku akan menyusul ke
sana, sebab bukankah ibu tahu bahwa ayah tidak senang
melihat kita bekerjasama dalam hal ini." Pergilah
isteri Nuh ke Makbad Besar itu. Sesampainya di sana,
ia segera berdiri di depan berhala dan berucap: "Wed,
Suwa, Yaghuts ya'uq, dan Masr..." (nama-nama, berhala)
la kemudian memohon, berdoa, mendekatkan diri, dan
mempersembahkan makanan serta minuman bagi para
penjaga yang mulai menyuarakan kalimat-kalimat yang
tidak dapat difahami maksudnya. Kemudian mereka
menunjukkan kepada tuhan-tuhan, dan sekali lagi
menunjuk kepada orang-orang yang mempersembahkan
korban dan mengangkat wajah mereka dengan mata
terpejam, agar orang yang mempersembahkan korban itu
merasa bahwa Tuhan senang dan rela kepada mereka.
Isteri Nabi Nuh melihat, dan ia dapati puteranya
Kan'an, telah keluar dari ruangan sembahan menuju
arena tarian di sebelah Makbad. Di tempat itu, kaum
lelaki dan perempuan bercampur menjadi satu; melakukan
perbuatan-perbuatan sesuka hati mereka sambil
bersukaria. Melihat itu, sang ibu merasa cemas dan
khuatir terhadap keadaan anaknya. Diserunya Kan'an
agar kembali kepadanya, tetapi Kan'an malah
bersembunyi di tengah-tengah keramaian itu tatkala ia
mendengar panggilan ibunya. Karena Kan'an tidak
kembali setelah lama dipanggil, sang ibu segera
kembali menuju berhala-berhala dan mulai berdoa lagi.
Ia tidak ingin menyibukkan diri dengan urusan anaknya
itu. Sambil berdoa, ia mengeluarkan secarik kain yang
telah disapu wangi-wangian dari bungkusannya, dan
kemudian diletakkannya di kaki berhala. Itulah
pekerjaan yang biasa dilakukannya. Waktu berlalu
dengan cepat, dan upacara penyembahan akhirnya
selesai. Isteri Nabi Nuh kemudian kembali ke rumahnya.
Dalam perjalanan pulang, ia bertemu dengan anaknya,
Kan'an, yang wajahnya tampak masam air mukanya.
Cepat-cepat ia mendekati anaknya itu dan berkata: "Apa
yang sedang kamu fikirkan, Puteraku?" "Tahukah ibu,
apa yang telah dilakukan Nuh, ayahku?" Kata Kan'an.
"Apa yang ia perbuat, Kan'an?" Tanya ibunya dengan
wajah penuh kesedihan. "Ia menyeru umat di pasar, dan
orang-orang di sekelilingnya, dan membantah apa yang
diserukan mereka!" Jawab Kan'an. "Apa yang telah
dilakukannya di pasar?" Tanya ibunya kemudian! Apakah
ia hendak menjual kayu-kayu yang ia jadikan perkakas
rumah?" Anaknya menjawab: "Aku telah mendengar bahwa
ia berkata: `Hai, kaumku, sesungguhnya aku adalah
pemberi peringatan yang nyata bagimu; maka sembahlah
Allah, bertakwalah dan taatlah kepadaNya." Isteri Nabi
Nuh memandang Kan'an seraya berkata: "Kalau begitu,
ayahmu tidak menghendaki kita menyembah tuhan-tuhan
yang memberi rezeki dan memelihara kita."
"Sesungguhnya ia benci akan hal itu dan bahkah
menghinanya. Ia tidak pernah bersedia mempersembahkan
korban kepada tuhan-tuhan yang biasa kita lakukan,"
jawab Kan'an. Isteri Nuh dan anaknya pulang ke rumah.
Sepanjang jalan keduanya lebih banyak membisu. Tetapi
kemudian Kan'an memecahkan kesunyian itu dengan
bertanya: "Apakah yang akan kita lakukan ibu, bila
ayah menyeru kita seperti yang ia serukan kepada kaum
negeri ini?" "Tuhan-tuhan akan mengutukmu, Kan'an,
jika engkau turuti seruan ayahmu itu!" Jawab ibunya.
"Apakah kita akan meninggalkan agama kita dan agama
nenek moyang kita hanya karena ayahmu menyerukan yang
lain? Tidak! Sesungguhnya hal itu tidak boleh
terjadi!" Sebelum tengah malam tiba, Nabi Nuh telah
s

H-Net* kisah isteri nabi nuh

2001-06-08 Terurut Topik Lenggang Kangkung


 *~*
 {  Sila lawat Laman Hizbi-Net -  http://www.hizbi.net }
 {Hantarkan mesej anda ke:  [EMAIL PROTECTED] }
 {Iklan barangan? Hantarkan ke [EMAIL PROTECTED] }
 *~*
  PAS : KE ARAH PEMERINTAHAN ISLAM YANG ADIL
 ~~~
Isteri Nabi Nuh Menempuh Jalan Kesesatan "Allah
membuat perumpamaan bagi orang yang ingkar: Isteri Nuh
dan isteri Luth, mereka adalah isteri dua orang hamba
di antara hamba- hamba Kami yang soleh. Tapi mereka
berkhianat (kepada suami- suaminya). Maka, mereka
tiada berdaya membantu mereka sedikitpun terhadap
seksaan Allah. Kepada mereka dikatakan: "Masuklah kamu
ke dalam neraka Jahannam bersama orang yang masuk ( ke
dalamnya)!" (At- Tahrim: 10) Seorang wanita bangun
dari tidurnya, dan langsung menuju dapur untuk membuat
makanan dan kueh-kueh. Setelah semua pekerjaan itu
selesai, ia segera keluar rumah tanpa memberitahu
suaminya, Nabi Nuh. Sebelum pintu rumahnya terbuka,
tiba-tiba anak-anaknya yang masih muda, Kan'an,
menegurnya: "Mahu ke mana Ibu pagi-pagi ini?" Ibu
mengisyaratkan sesuatu agar anaknya merendahkan suara,
supaya tidak terdengar oleh orang lain. Lalu berkata:
"Lupakah kamu, Kan'an, bahwa hari ini adalah hari raya
tuhan-tuhan kita? Aku akan pergi ke Makbad Besar. Di
sana kaum kita telah menunggu untuk bersama-sama
melaksanakan penyembahan kepada tuhan yang telah
memberi rezeki dan menolong kita." Kan'an memandang
ibunya dengan wajah tersenyum, dan kemudian berkata:
"Ibu berbuat yang terbaik. Nanti aku akan menyusul ke
sana, sebab bukankah ibu tahu bahwa ayah tidak senang
melihat kita bekerjasama dalam hal ini." Pergilah
isteri Nuh ke Makbad Besar itu. Sesampainya di sana,
ia segera berdiri di depan berhala dan berucap: "Wed,
Suwa, Yaghuts ya'uq, dan Masr..." (nama-nama, berhala)
la kemudian memohon, berdoa, mendekatkan diri, dan
mempersembahkan makanan serta minuman bagi para
penjaga yang mulai menyuarakan kalimat-kalimat yang
tidak dapat difahami maksudnya. Kemudian mereka
menunjukkan kepada tuhan-tuhan, dan sekali lagi
menunjuk kepada orang-orang yang mempersembahkan
korban dan mengangkat wajah mereka dengan mata
terpejam, agar orang yang mempersembahkan korban itu
merasa bahwa Tuhan senang dan rela kepada mereka.
Isteri Nabi Nuh melihat, dan ia dapati puteranya
Kan'an, telah keluar dari ruangan sembahan menuju
arena tarian di sebelah Makbad. Di tempat itu, kaum
lelaki dan perempuan bercampur menjadi satu; melakukan
perbuatan-perbuatan sesuka hati mereka sambil
bersukaria. Melihat itu, sang ibu merasa cemas dan
khuatir terhadap keadaan anaknya. Diserunya Kan'an
agar kembali kepadanya, tetapi Kan'an malah
bersembunyi di tengah-tengah keramaian itu tatkala ia
mendengar panggilan ibunya. Karena Kan'an tidak
kembali setelah lama dipanggil, sang ibu segera
kembali menuju berhala-berhala dan mulai berdoa lagi.
Ia tidak ingin menyibukkan diri dengan urusan anaknya
itu. Sambil berdoa, ia mengeluarkan secarik kain yang
telah disapu wangi-wangian dari bungkusannya, dan
kemudian diletakkannya di kaki berhala. Itulah
pekerjaan yang biasa dilakukannya. Waktu berlalu
dengan cepat, dan upacara penyembahan akhirnya
selesai. Isteri Nabi Nuh kemudian kembali ke rumahnya.
Dalam perjalanan pulang, ia bertemu dengan anaknya,
Kan'an, yang wajahnya tampak masam air mukanya.
Cepat-cepat ia mendekati anaknya itu dan berkata: "Apa
yang sedang kamu fikirkan, Puteraku?" "Tahukah ibu,
apa yang telah dilakukan Nuh, ayahku?" Kata Kan'an.
"Apa yang ia perbuat, Kan'an?" Tanya ibunya dengan
wajah penuh kesedihan. "Ia menyeru umat di pasar, dan
orang-orang di sekelilingnya, dan membantah apa yang
diserukan mereka!" Jawab Kan'an. "Apa yang telah
dilakukannya di pasar?" Tanya ibunya kemudian! Apakah
ia hendak menjual kayu-kayu yang ia jadikan perkakas
rumah?" Anaknya menjawab: "Aku telah mendengar bahwa
ia berkata: `Hai, kaumku, sesungguhnya aku adalah
pemberi peringatan yang nyata bagimu; maka sembahlah
Allah, bertakwalah dan taatlah kepadaNya." Isteri Nabi
Nuh memandang Kan'an seraya berkata: "Kalau begitu,
ayahmu tidak menghendaki kita menyembah tuhan-tuhan
yang memberi rezeki dan memelihara kita."
"Sesungguhnya ia benci akan hal itu dan bahkah
menghinanya. Ia tidak pernah bersedia mempersembahkan
korban kepada tuhan-tuhan yang biasa kita lakukan,"
jawab Kan'an. Isteri Nuh dan anaknya pulang ke rumah.
Sepanjang jalan keduanya lebih banyak membisu. Tetapi
kemudian Kan'an memecahkan kesunyian itu dengan
bertanya: "Apakah yang akan kita lakukan ibu, bila
ayah menyeru kita seperti yang ia serukan kepada kaum
negeri ini?" "Tuhan-tuhan akan mengutukmu, Kan'an,
jika engkau turuti seruan ayahmu itu!" Jawab ibunya.
"Apakah kita akan meninggalkan agama kita dan agama
nenek moyang kita hanya karena ayahmu menyerukan yang
lain? Tidak! Sesungguhnya hal itu tidak boleh
terjadi!" Sebelum tengah malam tiba, Nabi Nuh telah
s