[iagi-net-l] FW: Nelson Tansu, Profesor Termuda asal Indonesia di Lehigh Unive rsity, AS

2004-03-19 Thread Ukat Sukanta at CPI
Ini mungkin bisa melengkapi cerita Prof. muda kita.
 
Salam,
US
 
- Original Message - 
From: Moch Arif Bijaksana < [EMAIL PROTECTED]
 >
 
Nelson Tansu, Profesor Termuda asal Indonesia di Lehigh University, AS

 
--- In [EMAIL PROTECTED]  , Ratri Astuti <
[EMAIL PROTECTED]  > wrote:
NELSON TANSU, PROFESOR TERMUDA ASAL INDONESIA DI LEHIGH UNIVERSITY, AS

Jago Seminar di Mancanegara, tapi Dikira Mahasiswa S-1
Banyak orang di berbagai penjuru dunia yang berusaha menggapai mimpi
Amerika. Salah seorang yang berhasil merengkuhnya adalah warga negara
Indonesia. Dia bernama Nelson Tansu. Di AS, dia termasuk ilmuwan 
ternama
dengan tiga hak paten di tangannya.

RAMADHAN POHAN, Washington DC

NAMA lengkapnya adalah Prof Nelson Tansu PhD. Setahun lalu, ketika 
baru
berusia 25 tahun, dia diangkat menjadi guru besar (profesor) di Lehigh
University, Bethlehem, Pennsylvania 18015, USA. Usia yang tergolong
sangat belia dengan statusnya tersebut.

Kini, ketika usianya menginjak 26 tahun, Nelson tercatat sebagai
profesor termuda di universitas bergengsi wilayah East Coast, Negeri
Paman Sam, itu. Sebagai dosen muda, para mahasiswa dan bimbingannya
justru rata-rata sudah berumur. Sebab, dia mengajar tingkat master
(S-2), doktor (S-3), bahkan post doctoral.

Prestasi dan reputasi Nelson cukup berkibar di kalangan akademisi AS.
Puluhan hasil risetnya dipublikasikan di jurnal-jurnal internasional.
Dia sering diundang menjadi pembicara utama dan penceramah di berbagai
seminar. Paling sering terutama menjadi pembicara dalam
pertemuan-pertemuan intelektual, konferensi, dan seminar di Washington
DC. Selain itu, dia sering datang ke berbagai kota lain di AS. Bahkan,
dia sering pergi ke mancanegara seperti Kanada, sejumlah negara di
Eropa, dan Asia.

Yang mengagumkan, sudah ada tiga penemuan ilmiahnya yang dipatenkan di
AS, yakni bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices 
dan
high power semiconductor lasers. Di tengah kesibukannya melakukan
riset-riset lainnya, dua buku Nelson sedang dalam proses penerbitan.
Bukan main. Kedua buku tersebut merupakan buku teks (buku wajib
pegangan, Red) bagi mahasiswa S-1 di Negeri Paman Sam.

Karena itu, Indonesia layak bangga atas prestasi anak bangsa di negeri
rantau tersebut. Lajang kelahiran Medan, 20 Oktober 1977, itu sampai
sekarang masih memegang paspor hijau berlambang garuda. Kendati belum
satu dekade di AS, prestasinya sudah segudang. Ke mana pun dirinya
pergi, setiap ditanya orang, Nelson selalu mengenalkan diri sebagai
orang Indonesia. Sikap Nelson itu sangat membanggakan di tengah banyak
tokoh kita yang malu mengakui Indonesia sebagai tanah kelahirannya.

"Saya sangat cinta tanah kelahiran saya. Dan, saya selalu ingin
melakukan yang terbaik untuk Indonesia," katanya, serius.

Di Negeri Paman Sam, kecintaan Nelson terhadap negerinya yang dicap
sebagai terkorup di Asia tersebut dikonkretkan dengan memperlihatkan
ketekunan serta prestasi kerjanya sebagai anak bangsa. Saat berbicara
soal Indonesia, mimik pemuda itu terlihat sungguh-sungguh dan jauh 
dari
basa-basi.

"Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan merupakan bangsa yang
mampu bersaing dengan bangsa-bangsa besar lainnya. Tentu saja jika
bangsa kita terus bekerja keras," kata Nelson menjawab koran ini.

Dia adalah anak kedua di antara tiga bersaudara buah pasangan Iskandar
Tansu dan Lily Auw yang berdomisili di Medan, Sumatera Utara. Kedua
orang tua Nelson adalah pebisnis percetakan di Medan. Mereka adalah
lulusan universitas di Jerman. Abang Nelson, Tony Tansu, adalah master
dari Ohio, AS. Begitu juga adiknya, Inge Tansu, adalah lulusan Ohio
State University (OSU). Tampak jelas bahwa Nelson memang berasal dari
lingkungan keluarga berpendidikan.

Posisi resmi Nelson di Lehigh University adalah assistant professor di
bidang electrical and computer engineering. Di AS, itu merupakan gelar
untuk guru besar baru di perguruan tinggi. "Walaupun saya adalah
profesor di jurusan electrical and computer engineering, riset saya
sebenarnya lebih condong ke arah fisika terapan dan quantum
electronics," jelasnya.

Sebagai cendekiawan muda, dia menjalani kehidupannya dengan tiada hari
tanpa membaca, menulis, serta melakukan riset. Tentunya, dia juga
menyiapkan materi serta bahan kuliah bagi para mahasiswanya.
Kesibukannya tersebut, jika meminjam istilah di Amerika, bertumpu pada
tiga hal. Yakni, learning, teaching, and researching. Boleh jadi, tak
ada waktu sedikit pun yang dilalui Nelson dengan santai. Di sana, 24 
jam
sehari dilaluinya dengan segala aktivitas ilmiah. Waktu yang tersisa 
tak
lebih dari istirahat tidur 4-5 jam per hari.

Anak muda itu memang enak diajak mengobrol. Idealismenya berkobar-
kobar
dan penuh semangat. Layaknya profesor Amerika, sosok Nelson sangat
bersahaja dan bahkan suka merendah. Busana kesehariannya juga tak
aneh-aneh, yakni mengenakan kemeja berkerah dan pantalon.

Sekilas, dia terkesan pendiam. Pengetahuan dan b

Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston

2004-03-19 Thread Koesoema
Sekali lagi harus dibedakan "gelar" professor dan jabatan gurubesar. Yang
jalan panjang dan berliku untuk untuk jabatan gurubesar, yang humoris causa
itu  "gelar" professor.

- Original Message -
From: "Witan" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Friday, March 19, 2004 8:12 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman Houston


> Yang dagelan itu mah namanya Professor "humoris" causa pak.
>
> Mengingat jalan yg panjang dan berliku utk mendapatkan gelar Profesor di
> Indonesia maka Nelson pun kalau mengajar di Indonesia belum tentu bisa
> jadi professor sekarang ini, mungkin perlu tunggu 10 tahun lagi.
> Tapi apakah gelar professor itu sedemikian penting buat pengajar di
> universitas?
> Karena menurut saya yang paling fair pengangkatan professor itu
> sebaiknya berdasarkan pemilu oleh mahasiswa sebagai pemakai jasanya.
> Apakah yang bersangkutan cara mengajarnya baik dan bermutu, gampang
> dicerna oleh mahasiswa sehingga mudah lulusnya, selain menghasilkan
> karya ilmiah pribadi orang tersebut harus punya daya dorong yang kuat
> untuk mahasiswanya melakukan riset yang hasilnya berguna, dedikasinya
> tinggi (lebih memprioritaskan mengajar daripada mengerjakan proyek
> diluar universitas). Nah itu baru namanya Maha Guru bukannya Kang Guru
> Kampanye-nya gampang, cukup ngajar di banyak kelassupaya dapat suara
> terbanyak.
>
> Witan
>
> -Original Message-
> From: Koesoema [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Thursday, March 18, 2004 5:27 PM
> To: [EMAIL PROTECTED]
> Subject: Re: [iagi-net-l] Profesor termuda Nelson Tansu - pengalaman
> Houston
>
> Menjadi professor dan mendapatkan "gelar" professor itu tidak sama.
> "Gelar"
> professor, (yang sebenarnya tidk ada, mungkin yang dimaksud sebutan atau
> panggilan professor) memang bisa didapatkan dengan menjadi gurubesar
> luarbiasa. Banyak pejabat menawarkan diri menjadi gurubesar luar biasa,
> dan
> setelah pertimbangan senat gurubesar, mungkin dengan  pertimbangannya
> bahwab
> bersangkutan cukup berpengaruh untuk dapat menghasilkan dana atau
> research
> funds bagi universitas yb, maka yb di"kukuh"kan menjadi gurubesar luar
> biasa
> yang SK-nya berlaku 1 tahun itu. Yb bersangkutan kemudian memberikan
> orasi
> sebagai pidatu pengukuhannya (padahal di ITB upacara pengukuhan untuk
> gurubesar biasa sudah lama ditiadakan), yang dianggap sebagai kuliah
> umum
> pertama. Tetapi kemudian kuliah-kuliah berikutnya tidak lagi sempat
> dilakukan, mungkin diwakili oleh assistennya yang ada di universitas
> tsb,
> bahkan biasanya sama sekali tidak ada lagi. Setelah 1 tahun jabatan
> gurubesar luar biasa itu berakhir, tetapi sebutan Prof. itu tetap
> melekat.
> Nah itu mungkin yang dimaksud dengan gelar professor yang bisa di beli.
> Yang paling lucu kan Amien Rais. Sebelum mengundurkan diri dari UGM ybs
> sempat dikukuhkan menjadi gurubesar, sehingga dianggap wajar mendapat
> sebutan professor. Namun kegurubesarannya hanya kokoh untuk satu jam
> saja,
> karena 1 jam kemudian yb langsung mengundurkan diri. Secara teknis
> beliau
> sudah bukan gurubesar lagi, karena sudah tidak memberi kuliah lagi,
> tetapi
> mungkin masih memberikan kuliah 1 bulan sekali, atau barangkali 1 tahun
> sekali di universitas swasta, sehingga tetap dianggap wajar mendapat
> panggilan professor. Ini termasuk Prof. D. Habibie, dan banyak bekas
> menteri-menteri lainnya. Ini yang disebut professor honoris causa,
> walaupun
> sebetulnya tidak ada, karena professor bukan gelar akademis. Kalau
> Doctor
> Honoris Causa itu memang betul-betul ada, dan untuk mendapatkannya tidak
> gampang (paling tidak di ITB)
> Itulah penjelasannya professor yang dapat dibeli dengan memberikan
> orasi.
> Dagelan? Ini serious lho!
> Wassalam
> RPK
>
>
>
>
>
> -
> To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
> Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
> IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
> IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
>
> Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
> Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
> Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
> Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
> -
>


-

To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/

IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi



Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id

Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])

Komis

Re: [iagi-net-l] FW: Nelson Tansu, Profesor Termuda asal Indonesia di Lehigh University, AS

2004-03-19 Thread Koesoema
Kalau disimak dari berita di bawah ini ternyata Nelson Tansu itu diangkat
jabatan "assistant professor", kalau boleh dikorelasikan setingkat dengan
lektor di Indonesia. Sebagaimana telah dijelaskan setiap dosen di US
dipanggil Prof., apakah dia itu Full Professor, Associate Professor ataupun
Assistant Professor, bahkan Instructor pun sering dipanggil professor.
RPK
- Original Message -
From: "Ukat Sukanta at CPI" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Friday, March 19, 2004 1:50 PM
Subject: [iagi-net-l] FW: Nelson Tansu, Profesor Termuda asal Indonesia di
Lehigh University, AS


> Ini mungkin bisa melengkapi cerita Prof. muda kita.
>
> Salam,
> US
>
> - Original Message -
> From: Moch Arif Bijaksana < [EMAIL PROTECTED]
>  >
>
> Nelson Tansu, Profesor Termuda asal Indonesia di Lehigh University, AS
>
>
> --- In [EMAIL PROTECTED]  , Ratri Astuti <
> [EMAIL PROTECTED]  > wrote:
> NELSON TANSU, PROFESOR TERMUDA ASAL INDONESIA DI LEHIGH UNIVERSITY, AS
>
> Jago Seminar di Mancanegara, tapi Dikira Mahasiswa S-1
> Banyak orang di berbagai penjuru dunia yang berusaha menggapai mimpi
> Amerika. Salah seorang yang berhasil merengkuhnya adalah warga negara
> Indonesia. Dia bernama Nelson Tansu. Di AS, dia termasuk ilmuwan
> ternama
> dengan tiga hak paten di tangannya.
>
> RAMADHAN POHAN, Washington DC
>
> NAMA lengkapnya adalah Prof Nelson Tansu PhD. Setahun lalu, ketika
> baru
> berusia 25 tahun, dia diangkat menjadi guru besar (profesor) di Lehigh
> University, Bethlehem, Pennsylvania 18015, USA. Usia yang tergolong
> sangat belia dengan statusnya tersebut.
>
> Kini, ketika usianya menginjak 26 tahun, Nelson tercatat sebagai
> profesor termuda di universitas bergengsi wilayah East Coast, Negeri
> Paman Sam, itu. Sebagai dosen muda, para mahasiswa dan bimbingannya
> justru rata-rata sudah berumur. Sebab, dia mengajar tingkat master
> (S-2), doktor (S-3), bahkan post doctoral.
>
> Prestasi dan reputasi Nelson cukup berkibar di kalangan akademisi AS.
> Puluhan hasil risetnya dipublikasikan di jurnal-jurnal internasional.
> Dia sering diundang menjadi pembicara utama dan penceramah di berbagai
> seminar. Paling sering terutama menjadi pembicara dalam
> pertemuan-pertemuan intelektual, konferensi, dan seminar di Washington
> DC. Selain itu, dia sering datang ke berbagai kota lain di AS. Bahkan,
> dia sering pergi ke mancanegara seperti Kanada, sejumlah negara di
> Eropa, dan Asia.
>
> Yang mengagumkan, sudah ada tiga penemuan ilmiahnya yang dipatenkan di
> AS, yakni bidang semiconductor nanostructure optoelectronics devices
> dan
> high power semiconductor lasers. Di tengah kesibukannya melakukan
> riset-riset lainnya, dua buku Nelson sedang dalam proses penerbitan.
> Bukan main. Kedua buku tersebut merupakan buku teks (buku wajib
> pegangan, Red) bagi mahasiswa S-1 di Negeri Paman Sam.
>
> Karena itu, Indonesia layak bangga atas prestasi anak bangsa di negeri
> rantau tersebut. Lajang kelahiran Medan, 20 Oktober 1977, itu sampai
> sekarang masih memegang paspor hijau berlambang garuda. Kendati belum
> satu dekade di AS, prestasinya sudah segudang. Ke mana pun dirinya
> pergi, setiap ditanya orang, Nelson selalu mengenalkan diri sebagai
> orang Indonesia. Sikap Nelson itu sangat membanggakan di tengah banyak
> tokoh kita yang malu mengakui Indonesia sebagai tanah kelahirannya.
>
> "Saya sangat cinta tanah kelahiran saya. Dan, saya selalu ingin
> melakukan yang terbaik untuk Indonesia," katanya, serius.
>
> Di Negeri Paman Sam, kecintaan Nelson terhadap negerinya yang dicap
> sebagai terkorup di Asia tersebut dikonkretkan dengan memperlihatkan
> ketekunan serta prestasi kerjanya sebagai anak bangsa. Saat berbicara
> soal Indonesia, mimik pemuda itu terlihat sungguh-sungguh dan jauh
> dari
> basa-basi.
>
> "Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan merupakan bangsa yang
> mampu bersaing dengan bangsa-bangsa besar lainnya. Tentu saja jika
> bangsa kita terus bekerja keras," kata Nelson menjawab koran ini.
>
> Dia adalah anak kedua di antara tiga bersaudara buah pasangan Iskandar
> Tansu dan Lily Auw yang berdomisili di Medan, Sumatera Utara. Kedua
> orang tua Nelson adalah pebisnis percetakan di Medan. Mereka adalah
> lulusan universitas di Jerman. Abang Nelson, Tony Tansu, adalah master
> dari Ohio, AS. Begitu juga adiknya, Inge Tansu, adalah lulusan Ohio
> State University (OSU). Tampak jelas bahwa Nelson memang berasal dari
> lingkungan keluarga berpendidikan.
>
> Posisi resmi Nelson di Lehigh University adalah assistant professor di
> bidang electrical and computer engineering. Di AS, itu merupakan gelar
> untuk guru besar baru di perguruan tinggi. "Walaupun saya adalah
> profesor di jurusan electrical and computer engineering, riset saya
> sebenarnya lebih condong ke arah fisika terapan dan quantum
> electronics," jelasnya.
>
> Sebagai cendekiawan muda, dia menjalani kehidupannya dengan tiada hari
> tanpa memba