Re: [iagi-net-l] Hanya prasangka tak beralasan? - Re: [iagi-net-l] IAGI: Mary Sears Memata-matai
Sedikit menjawab pertanyaan pak Witan, Pertanyaan 1. Memang tidak bisa. Tetapi kalau morfologi tadi adalah suatu akibat dari struktur geologi, tentunya bisa dilacak dan ditafsrkan dsb. Pertanyaan 2. Ada. Banyak bahkan. gayaberat, magnet, tahanan jenis, EM, IP, MT. Ini semua dapat dilakukan di lautan. (air). Tapi kita tidak perlu risau. Kita punya aturan-aturan rambu-rambu kegiatan a.l. eksplorasi. Kalau memang mereka menemukan sesuatu, tentu mereka harus lapor. Inilah kewajiban para pakar kita untuk menyaring hasil mereka. M. Untung - Original Message - From: Witan Ardjakusumah [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 05, 2007 9:30 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Hanya prasangka tak beralasan? - Re: [iagi-net-l] IAGI: Mary Sears Memata-matai Pak Wahyu, Kecurigaan cak Suryo cukup beralasan juga. Di kapal survey semacam itu pasti ada juga peralatan utk survey gravity dan magnetic. Itu sudah standart. Jadi kemungkinan mereka nyambi survey gavity/magnetic juga bisa. Sehingga datanya bisa dimanfaatkan utk menafsirkan keadaan bawah permukaan. Apalagi kalau mereka juga bawa sparker dengan kabel receiver yg tak perlu panjang2 mereka bisa dapatkan data seismic 1 sec twt dibawah dasar laut, tapi dengan kedalaman air sampai 2000 m mungkin qualitasnya tak terlalu bagus. Salah satu kapal survey BPPT Baruna saja punya kapabilitas untuk akuisisi data seismic apalagi yang satu ini. Namun menurut saya tak perlu dirisaukan, berapa lintasan sih mereka sempat ambil datanya? Lagipula sekarang ini sudah banyak perusahaan2 survey seismic yang melakukan speculative survey (datanya kemudian dijual) atas sepengetahuan/ijin Migas, dengan mutu datanya yang jauh lebih bagus. Bedanya di legalitasnya saja Witan -Original Message- From: wahyu budi [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Monday, February 05, 2007 8:34 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net-l] Hanya prasangka tak beralasan? - Re: [iagi-net-l] IAGI: Mary Sears Memata-matai Dear All netter. Saya tidak akan memberikan konfirmasi, melainkan sedikit ulasan tentang kemungkinan kegiatan mematai-matai yang diprasangkakan itu. Ada hal yang perlu dicatat bahwa: 1. Kapal itu kapal oseanografi dan bekerja untuk mendeteksi suatu objek di dasar laut. Teknologi yang dipergunakan mungkin Sonar atau Multi Beam Echo Sounder. Hasil yang diperoleh adalah gambaran morfologi dasar laut, atau data pantulan gelombang dari objek-objek (logam) tertentu yang ada di dasar laut. Laporan dari kantor Berita Antara tanggal 15 Januari 2007 menyebutkan bahwa kapal itu menunggu hidrofon. Alat itu untuk mendeteksi benda atau gelombang suara dengan frekuensi yang sangat kecil. 2. Sepengetahuan saya, kapal tersebut tidak melakukan operasi seismik. Kita tahu bahwa seismik bukan untuk mengidentifikasi objek di permukaan. Jadi, sebagai kesimpulan: data yang akan diperoleh oleh kapal itu adalah data pantulan gelombang suara dari berbagai objek di dasar laut. Dari data ini, sangat mungkin mereka mengetahui morfologi atau topografi dasar laut. Kalau pun mereka mendapatkan data kondisi bawah permukaan, rasanya tidak sampai sangat dalam seperti bila menggukana operasi seismik. Pertanyaannya sekarang adalah: 1. apakah mungkin dari data morfologi dasar laut bisa diketahui cadangan minyak di dalam bumi? (saya kira tidak bisa, dan kalau saya salah tolong dikoreksi) 2. apakah ada teknologi lain, selain seismik, yang dapat memberikan data bawah permukaan sebagaimana yang diberikan data seismik? Dengan demikian, adalah tidak beralasan untuk curiga bahwa kapal itu memata-matai cadangan atau kandungan minyak bumi di dasar perairan Selat Makasar. Sedang kalau data morfologi dasar laut, pasti mereka dapatkan. Menurut hemat saya, data penting yang mereka peroleh adalah data batimetri selat makasar. Kita tahu bahwa kawasan itu adalah jalur pelayaran internasional. Siapa pun boleh melaluinya. Data batimetri itu penting untuk operasi pelayaran kapal selam. Salam WBS --- Budi Brahmantyo [EMAIL PROTECTED] wrote: Mohon konfirmasi IAGI Pusat atas berita di bawah ini yang menyebut-nyebut nama IAGI. Terima kasih. Salam, BB -- Mary Sears Memata-matai (Tribun Jabar 30 Januari 2007) Kehadiran kapal oseanografi milik Amerika Serikat, USNS Mary Seras yang berjasa memastikan posisi kotak hitam (black box) pesawat Adam Air KI-574 ternyata dicuriagai punya agenda untuk memata-matai kandungan minyak bumi dan gas perairan Sulawesi. Kecurigaan ini dikemukakan pengamat perminyakan dari Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Ikhsyat Syukur dan pengamat serba bisa, Roy Suryo. Mary Sears merupakan kapal canggih yang di dalamnya dilengkapi alat survei laut. Disengaja atau tidak meneliti kandungan minyak bumi di perairan Sulawesi, kapal ini akan mendapat semua informasi yang ada di dalam laut maupun di kedalaman. Termasuk data kondisi letak muka laut di bawah selat Makassar mereka akan tahu ujar Ikhyat. Soal dugaan kapal Mary Sears memata-matai blok minyak itu sudah pasti. Dia
RE: [iagi-net-l] Pengguna GIS (Geographic Information System)
Mas Vick, Harga lisensi Petrel memang mahal dan tujuan utamanya bukan untuk digitizing... Yang saya alami ketika membuat model Geologi dan peta top reservoir/formasi yang saya punya dalam bentuk hardcopy, Petel masih bisa meng-handle nya dengan cara digitize (tool make/edit polygos kemudian tiap kontur di assign sesuai dengan nilai kedalaman tertentu) maka data nya bisa dijadikan sebagai data surface yang siap untuk dibuat structural model di Petrel. Kalau Petrel selanjutnya mengembangkan kemampuan GIS hmmm bagus juga nih. Salam, Wahyudin -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, February 09, 2007 4:18 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Pengguna GIS (Geographic Information System) Menarik ulasan Lilik dibawah ini. Yang kadang aku heran mengapa menggunakan Petrel untuk digitizing ?. ... Hmmm sepertinya ada yg ga pas. Masak sih, software Petrel yang harga lisensinya mahal segini dipakai untuk digitizing kebutuhan MapInfo sih ? Petrel memang memilki kemampuan overlay peta-peta (cartographic), tetapi jelas bukan untuk GIS. Bukan untuk querying. Spatial analysis mungkin saja bisa (belum coba) karena ada modul geostatistic juga. Tetapi jelas pemborosan kalau menggunakan Petrel untuk mapping (cartographic tool). ArcGIS / ArcMap yang saya pakai v 9.1 cukup bagus, bisa ditizing, rectifying (gambar jpg, tiff dll) bisa dijadikan gerectify sehingga dengan mudah dioverly dengan peta apa saja, dan bisa dibuat transparancy. Cara ini seperti jaman dulu kalau menggunakan tracing paper dan menggunakan light table :) ArcGIS memang mampu ngeplot dengan berbagai sistem koordinates dan diplot on the fly. rdp On 2/9/07, Lilik Lasono [EMAIL PROTECTED] wrote: Hendrawan, Digitize di Petrel bisa dicoba. Coba hasilnya nanti ditampilin di mapinfo atau argis. Kl yg pernah saya alami, data dari Zmap kita tampilin di arcgis. Di mapinfo fungsi register adalah untuk menampilkan image sesuai koordinatnya (biasanya minim digunakan 3 titik). Ketika image sudah sesuai dgn kordinatnya, maka hasil digit nya pun sesuai koordinat yg dipakai.Hasil digit ini bisa di export ke format shp (esri) shg bisa ditampilin di arcgis. Kl tidak salah, di Mapinfo kl mau overlay dari 2 data yg berbeda sistem koordinatnya harus ditransformasikan terlebih dahulu untuk mengikuti salah satu sistem koordinat. Kl di ArcGis yg sekarang, data dari berbagai sistem koordinat bisa ditampilin bareng bareng tanpa melakukan transformasi terlebih dulu selama data tersebut sudah di define projetionnya/sistem koordinatnya krn software ini punya fasilitas untuk mengubah projetionnya/sistem koordinatnya hanya saat ditampilin (di monitor) saja tanpa mengubah data aslinya. Salam, Lilik L -Original Message- From: Hendrawan Arief [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, February 09, 2007 8:34 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Pengguna GIS (Geographic Information System) Thanks , Lik. Aku boleh donk, kalo nge digitize image di Petrel (kebetulan ada modul/tool image digitizer nya) dimana sistem koordinat antara image dan system di Petrel sudah sama. Kalau di Mapinfo, fungsi register di sini, apakah untuk meng input-kan titik sekutu atara 2 datum yg berbeda untuk men support data spasial nya sehingga pas di query sudah afdol ? Begitu kah, Lik ? Atau ada definisi lain ? -Original Message- From: Lilik Lasono [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, February 09, 2007 8:01 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Pengguna GIS (Geographic Information System) Mas Hendrawan, Kalau ngedigit di Map info dari image, kita harus register imagenya dulu. Setelah image diregister kita bisa melakukan digitize melalui create new layer, dan tool yg digunakan tool drawing (ada create line, polyline, polygon,etc). Pak franc, Softawre yg gratisan apa saja pak? Apakah itu yg auto digit? Salam, Lilik L -Original Message- From: Franciscus B Sinartio [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, February 09, 2007 3:43 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Pengguna GIS (Geographic Information System) software nya sudah banyak yang bisa di download dari internet. kalau saya pake progam lungsuran dari kawan. maklum kalau jadi supir tembak harus punya tool2 yang aneh. fbs - Original Message From: Hendrawan Arief [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, February 8, 2007 1:50:19 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Pengguna GIS (Geographic Information System) Nge digitize pake software apa, Pak Franc ? Pakah di Map info sendiri sudah ada tool buat digitizing ? -Original Message- From: Franciscus B Sinartio [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, February 08, 2007 12:16 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Pengguna GIS (Geographic Information System) Pak di milis ini banyak yang bisa MapInfo, mungkin bisa membantu. saya cuma
Re: [iagi-net-l] Teriaknya para ahli, bingungnya para politisi === Re: Hal: [iagi-net-l] Banjir Lagi
Kunci dari segala kebingunan para politisi dalam menanggapi dan mengantisipasi berbagai jenis bencana juga berbagai tipe tafsiran / pendapat para ahli, karena kurangnya kultur pendidikan di negara ini. Negara ini dibangun lebih condong mengagungkan 'kekuasaaan dan pertumbuhan ekonomi yang berbasis pada kekuasaan beda dengan negara tetangga yang membangun karakter bangsa melalui kultur pendidikan yang berkelanjutan, sinergi, dan ngeh terhadap kebutuhan elemen dasar pendidikan bangsa. Kita tidak. Ini memang masalah kultur yang sudah sistematis terbangun di bangsa ini. Biarkan saja, toh..., kalau mau hancur yaa..ben hancur semua saja. Alam memang sedang stress jiwa dan perasaannya karena pembangunan selama ini lebih mengedepankan eksploitasi yang melebihi perasaan alam itu sendiri..., tunggu kehancurannya... Masih ada bencana yang lebih besar lagi yang akan merepotkan bangsa ini.. tapi jangan putus asa, kita masih berjuang untuk meraih kemerdekaan di bangsa ini Salam, gus hend Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Mnurutku kebenaran apa yang dipikirkan para ahli belum tentu sesuatu yang dapat diimplemetasikan. Jadi sulit kalau tolok ukur implementasi menjadi sebuah tolok ukur menentukan bener dan salah secara ilmiah. Ambil contoh kontroversial saat ni adalah kebijakan Kyoto Protocol tentang perubahan iklim global. Walopun scientis Amerika banyak yang yakin kalau pemanasan global akibat emisi karbon, tetap saja pemerintah Amrik tidak (belum) meratifikasi Kyoto protocol. Mengapa ? Menurutku karena Amerika belum siap dengan ratifikasi itu. Implemetasi politis tidak menguntungkan Amrik. Apakah Amrik tidak menggunakan science dalam keputrusan politiknya ? Wehehehe Tentusana aku yakin Amrik menggunakan kajian ilmiah dalam mengambil keputusnnya. Tetapi yang dimaksud ilmiah bukan sekedar science saja. Ilmu politik, ilmu sosial, ilmu pertahanan serta ilmu hidup mereka dikaji dengan ilmu-ilmu dsara ilmiah juga. Misalnya dengan perhitungan matematis khusus, atau discision making tool yang tepat dengan paramater sos, pol, han - kam, dsb. Walaupun demikian, setiap keputusan akan bias dengan kepentingan pemimpin itu akan selalu saja ada (lah wong namanya saja politik). Tetapi, kalau dimat-amati, mereka di Amrik tidak terburu-buru didahului kepentingan sesaat saja. Bias ini selalu saja akan ada pada tahap akhir keputusan pengambilan action. Itulah sebabnya saya menyarankan untuk berpikir dengan dasar ilmiah terlebih dahulu apa adanya. Jangan buru-buru mengarahkan kepentingan sebelum kajian ilmiahnya selesei. Soal pengambilan keputusan itu tentunya tidak hanya didasarkan pada kajian ilmiah saintifik fisis saja (termasuk geologi). Dan bukan berarti bahwa kalau dijalankan pemerintah itu berarti sebuah legitimiasi kebenaran science looh. rdp On 2/6/07, Andang Bachtiar wrote: Saya mendadak jadi sangat tergelitik dengan kesan umum di kalangan para ahli bahwa dari dulu para ahli sudah teriak2 tentang hal ini (banjir). Pernahkah kita sadar, bahwa para ahli pun punya banyak masalah dalam memutuskan bersama mana yang benar dan mana yang salah dalam suatu masalah. Bukan hanya tentang banjir, tentang optimisme dan pesimisme peningkatkan produksi migas-pun sudah dicontohkan dalam milis ini bahwa ahli mineral economics Dr Kurtubi-pun berbeda pendapat dengan ahli ttg hal yg sama yaitu Dr Purnomo Yusgiantoro. Nah, kebetulan yang terakhir itulah yang mempunyai kekuasaan untuk menentukan pendapat mana yang dapat dipakai untuk diimplementasikan dan mana yang tidak. Maka, sementara ini, kebenaran para ahli terletak pada siapa yang punya akses terhadap kekuasaan untuk mengimplemantasikan menjadi kebijakan operasional. Belum lagi kalau kita bicara soal Lumpur Sidoardjo . apakah itu akibat gempa, akibat pemboran, akibat aktifitas geothermal,... apakah itu bisa dihentikan, atau hanya dihambat, atau sama sekali tidak bisa dihentikan, apakah itu yang salah alamnya, manusianya, prosedurnya, perushaannya, lembaganya, atau pemberi ijin-nya (atau rakyat-nya) .. tidak akan pernah terjadi kata sepakat dari para ahli, karena sejauh menyangkut masalah saintifik akan selalu ada dissenting opinion Nah, maka: bingunglah para politisi. Salam adb - Original Message - From: yogi priyadi [EMAIL PROTECTED] To: Sent: Tuesday, February 06, 2007 3:49 PM Subject: Re: Hal: [iagi-net-l] Banjir Lagi bung...bukannya para ahli emang udah dari dulu teriak2 tantang hal ini..sebenernya yang paling penting mah kemauan dari pihak pemerintah, mau ga mereka denger dan mengacu pendapat para ahli selagi tawaran untuk bikin mal, perumahan,kawasan bisnis dan belanja lebih menggiurkan secara ekonomi...lagian toh banjir besar cuma dateng tiap 5 tahun, dan paling lama 2 minggu aja kerendem.. orang jakarta mah tahan banting, ntar juga lewat sebulan udah lupa...lagian 5 tahun kedepan belum tentu kepilih lagi...hehe rgds, yogi priyadi
RE: [iagi-net-l] Pengguna GIS (Geographic Information System)
Hendrawan, Dulu ArcGIS juga dibuat untuk Unix computers dan compatible dengan Open Works / Landmark. Tapi akhirnya ArcGIS / ESRI tidak mengembangkan Unix version lagi. Shell punya software untuk seismic interpretation sendiri selain pakai Seiswork. Di software ini sudah banyak fasilitas untuk export/import ke ArcGIS. Contohnya kita bisa buat screen capture dalam GeoTIFF, dan tentunya juga ada fasilitas import/export ke ArcGIS. Belum sempurna tapi perkembangannya sudah kelihatan jelas. Herman -Original Message- From: Hendrawan Arief [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: 09 February 2007 18:21 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Pengguna GIS (Geographic Information System) Hmm... Saya belum berkenalan dengan Open Explorer atau Finder, hehe.. Saya belum mengetahui sistem basis data (struktur data nya). Tapi kemungkinan, GIS analysis tool seperti ArcGIS, ArcInfo, ArcView sudah mulai di adopsi oleh software2 migas-er sehingga software yg sudah ada di industri kita sudah GIS capable..hehe.. Tapi mungkin Pak HermanDarman yg dari Shell ..yang sudah pakai ArcGis, bisa bercerita banyak... Pamit dulu akh, udah sore.. -Original Message- From: oki musakti [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, February 09, 2007 5:12 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Pengguna GIS (Geographic Information System) Agak mundur dikit. Setahu saya hampir semua aplikasi standard (sektor migas maksudnya) punya kemampuan display dan query data geology dan (in more limited sense) cartography. Geographix, Openwork suites , Geoframe, Petrel dll semuanya punya. Banyak yang sudah menerapkan web based gis (Open Explorer atau Finder misalnya). Yang tinggal adalah masalah menyusun data structurenya aja. Hampir semua bisa terima shapefile (.shp) yang notabene merupakan standar de facto data cartography ...kecuali Petrel (auch..katanya sih next release bakalan bisa). Kalaupun tidak, banyak cara untuk menterjemahkan format tsb (via autocad misalnya) Jadi, kira-kira kenapa kita (sekali lagi, untuk migas-er) harus pakai dedicated GIS package (ArcViewGIS atau MapInfo). Apa tidak malah duplikasi Sekedar tanya. Cheers Oki Hendrawan Arief [EMAIL PROTECTED] wrote: Hehe...Mas Vick. Di Petrel memang ada tool untuk digitize, tetapi tentu saja software ini tidak dedicated untuk GIS. Tool digitize tsb berfungsi untuk membuat surface map (misalnya..) di field yang sudah berumur, di mana hanya tersedia data hard copy nya saja. Hard copy tsb di scan dulu, baru di load ke petrel sebagai image dan di digitasi, misalnya untuk kontur nya. Kalo ddulu aku inget, pernah digit dulu di autoCad, di smoothing di Adobe FreeHand (masih ada atau ngak ya ?). Setelah final baru di load an diatur di GIS software. Waktu itu aku pakai ArcInfo klo ngak salah. Untuk GIS tentunya musti pake GIS dedicated software. Seperti ArcINFO, MapInfo, ArcGis, atau ArcMap, atau mugkin ada software lain nya. Mungkin rekan lain ada yang lebih tahu dan berpengalaman, ..mohon di share donk.. -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Friday, February 09, 2007 4:18 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Pengguna GIS (Geographic Information System) Menarik ulasan Lilik dibawah ini. Yang kadang aku heran mengapa menggunakan Petrel untuk digitizing ?. ... Hmmm sepertinya ada yg ga pas. Masak sih, software Petrel yang harga lisensinya mahal segini dipakai untuk digitizing kebutuhan MapInfo sih ? Petrel memang memilki kemampuan overlay peta-peta (cartographic), tetapi jelas bukan untuk GIS. Bukan untuk querying. Spatial analysis mungkin saja bisa (belum coba) karena ada modul geostatistic juga. Tetapi jelas pemborosan kalau menggunakan Petrel untuk mapping (cartographic tool). ArcGIS / ArcMap yang saya pakai v 9.1 cukup bagus, bisa ditizing, rectifying (gambar jpg, tiff dll) bisa dijadikan gerectify sehingga dengan mudah dioverly dengan peta apa saja, dan bisa dibuat transparancy. Cara ini seperti jaman dulu kalau menggunakan tracing paper dan menggunakan light table :) ArcGIS memang mampu ngeplot dengan berbagai sistem koordinates dan diplot on the fly. rdp On 2/9/07, Lilik Lasono wrote: Hendrawan, Digitize di Petrel bisa dicoba. Coba hasilnya nanti ditampilin di mapinfo atau argis. Kl yg pernah saya alami, data dari Zmap kita tampilin di arcgis. Di mapinfo fungsi register adalah untuk menampilkan image sesuai koordinatnya (biasanya minim digunakan 3 titik). Ketika image sudah sesuai dgn kordinatnya, maka hasil digit nya pun sesuai koordinat yg dipakai.Hasil digit ini bisa di export ke format shp (esri) shg bisa ditampilin di arcgis. Kl tidak salah, di Mapinfo kl mau overlay dari 2 data yg berbeda sistem koordinatnya harus ditransformasikan terlebih dahulu untuk mengikuti salah satu sistem koordinat. Kl di ArcGis yg sekarang, data dari berbagai sistem koordinat bisa ditampilin bareng bareng tanpa melakukan transformasi
[iagi-net-l] Petrophysics - Porosity derived multi minerals
Barangkali ada yang bisa memberikan pencerahan bagaimana menghitung, atau kalo tidak, semacam pendekatan untuk menghitung porosity di batuan yang tersusun oleh multi mineral seperti di batuan beku, katakanlah granite. Granite ini mempunyai komposisi dominan kuarsa (rho 2.64) dan feldspar (rho 2.52) dan juga beberapa mineral yang minor seperti amphibole (rho 3.2), mika (muskofit dengan rho 2.82) dan beberapa mineral hasil ubahan seperti kaolinite (rho 2.41) dan klorit (rho 2.76). Saya sering melihat bahwa response dari density dan neutron log lebih kearah effect batuan daripada effect porosity. Apakah NMR cukup reliable untuk mengukur porosity di bawah 5%? katakanlah 2-3% Pendekatan ini menjadi penting ketika kita akan mengambil keputusan, misal apakah kita perlu test sumur atawa enggak. Pendekatan yang saya gunakan seringkali berbau lebih banyak kualitatif seperti total gas dan kenampakan oil show. Beberapa indikasi fracture seperti caliper dan PEF juga digunakan tetapi lebih banyak berhenti sampai kualitatif saja. Terima kasih sebelumnya. Salam Shofi