Re: [iagi-net-l] Potensi Rp. 34 Trilyun, biaya cost recovery yg tidak layak

2008-06-22 Terurut Topik sudung situmorang

Tenang aja boss Indonesia Kaya.


  Cari tahu ramalan bintang kamu - Yahoo! Indonesia Search.
http://id.search.yahoo.com/search?p=%22ramalan+bintang%22cs=bzfr=fp-top

Fw: [Fwd: Re: [iagi-net-l] Panjang Hari dalam Penciptaan Kejadian 1 (was : Daratan dan Lautan Pertama )]

2008-06-22 Terurut Topik Awang Satyana
Berikut tulisan Prof. Yahdi Zaim (ITB) terkait subyek di atas yang pernah 
dimuat Harian Pikiran Rakyat pada Maret 1997. Pak Zaim, terima kasih atas 
kiriman e-mail dan artikelnya.
 
salam,
awang
D I M E N S I
---
Oleh :
 Yahdi Zaim *)
 
 
Ketika mengikuti perkuliahan pada tahun pertama 25 tahun yang lalu di Jurusan 
Teknik Geologi FTM-ITB, saya sempat bingung mencerna makna dua kata kunci yang 
selalu muncul dalam geologi, yaitu ruang dan waktu (time and space). 
Kebingungan saya ini bukan karena tidak mengerti maksud dan arti kedua kata 
kunci tadi, tetapi untuk mencerna dimensi yang terkandung dalam ruang dan waktu 
tersebut.
 
Dalam setiap mata kuliah, kata-kata ruang dan waktu selalu muncul dengan 
penekanan yang sangat penting untuk memahami segala aspek dalam ilmu kebumian 
(geologi). Salah satu contoh misalnya, bagaimana terjadinya fosil yang 
dipelajari dalam mata kuliah Paleontologi. Dijelaskan, bahwa organisme (baik 
fauna maupun flora) yang terawetkan melalui proses alamiah dalam ruang dan 
waktu akan dapat menjadi fosil, yang kemudian sering didapatkan dalam lapisan 
batuan sedimen.
 
Kata-kata ruang dan waktu memang mengandung arti dimensi atau satuan besaran, 
yaitu besaran ruang dan besaran waktu. Nah, dalam mencerna kedua besaran  
itulah yang membingungkan saya, karena pada saat itu hati saya agak masygul 
menerimanya. Betapa tidak, dimensi ruang yang sebelumnya saya fahami adalah 
satuan luas serta paling tidak adalah dimensi geografis  dan administratif dari 
mulai kecamatan sampai provinsi dalam sistem negara kita dan lebih luas lagi 
adalah dimensi negara dalam sistem antar negara. Sedangkan dimensi waktu, 
satuannya mulai dari detik sampai jam, dari hari sampai tahun. Lalu tiba-tiba 
saya diperkenalkan dan harus menerima dimensi lain dalam geologi yang sama 
sekali berbeda dengan apa yang telah saya fahami sebelumnya tadi.
 
Dalam ilmu kebumian, dimensi ruang tidak dibatasi oleh batas-batas geografis 
dan administratif suatu negara. Dimensi ruang disini bersifat tiga dimensi yang 
meliputi dimensi lateral (horisontal) dari mulai yang bersifat lokal suatu 
daerah, regional suatu negara sampai bersifat global antar negara dalam 
memahami dimensi vertikal yaitu proses-proses yang terjadi dalam bumi ini, 
antara lain gempa, sedimentasi, volkanisme dan magmatisme serta tentu saja 
dunia (baca : bumi) dalam sistem tatasurya dan lain sebagainya yang menembus 
batas-batas  geografis dan administratif tersebut di atas. Lebih-lebih dalam 
era Teori Tektonik Global (Global Tectonics Theory) seperti  Tektonik Lempeng 
(Plate Tectonics) yang dianut dalam geologi sekarang ini, proses geodinamika 
bumi menembus batas-batas geografis dan administratif suatu negara. Suatu 
wilayah yang mengandung hidrokarbon atau cebakan mineral ekonomis misalnya, 
dapat saja dibatasi oleh batas-batas geografis dan
 atau administratif suatu negara. Tetapi proses-proses pembentukan dan 
penyebaran kedua bahan tambang tadi dapat menembus kedua batas tersebut.
 
Dimensi waktu tidak lagi dalam hitungan tahun atau abad, tetapi dalam bilangan 
jutaan tahun. Ini sebenarnya yang membuat saya masygul saat pertama kali 
mencerna dimensi waktu dalam geologi. Dalam hati saya waktu itu, dan juga 
barangkali orang yang awam dalam memahami dimensi waktu dalam geologi 
berpendapat bahwa geologiwan itu aneh, koq percaya pada dimensi waktu jutaan 
tahun, dan mungkin dirasakan sebagai suatu dimensi yang imajiner. Tetapi 
sebenarnya, geologiwan itu masih belum aneh jika dibandingkan dengan 
rekan-rekan yang mendalami bidang astronomi. Betapa tidak, karena dalam 
astronomi dimensi jarak antar bintang saja ukurannya dalam jutaan tahun cahaya 
!. Jadi, dimensi jarak dalam astronomi ini tidak lagi dengan besaran kilometer 
seperti pada jarak antara suatu kota ke kota lainnya yang lazim digunakan. 
Sepertinya dimensi jarak dalam astronomi tadi lebih imajiner dalam pandangan 
orang awam, jika dibandingkan dengan dimensi waktu dalam geologi yang
 jutaan tahun tersebut. Padahal, para geologiwan maupun astronomiwan dapat 
menguraikan dan menerangkan kedua dimensi tersebut secara ilmiah yang dapat 
dipertanggung jawabkan keabsahannya.
 
Dalam perjalanan mencerna dimensi ruang dan waktu selanjutnya, ternyata saya 
merasakan bahwa kedua dimensi tersebut memang sangat logis dan diperlukan untuk 
memahami segala proses yang terjadi dalam bumi kita ini. Dan sebenarnya kedua 
dimensi geologi tadi, terutama dimensi waktu telah tegas dinyatakan dalam surat 
Al Hadid ayat 4. Dalam ayat tersebut Allah menyatakan bahwa bumi ini diciptakan 
dalam waktu enam hari {Hualladzii kholaqossamaawaati wal ardi fii sittati 
ayyaam; - sittati (=enam), ayyam (=hari)}. Nah, disini masalahnya, tidak banyak 
orang berfikir tentang dimensi Tuhan. Kalau nalar kita hanya berpijak pada 
kekuasaan Tuhan, bahwa Allah Maha Besar dan Maha Kuasa, maka kita akan berhenti 
berfikir yang hanya sampai pada keyakinan akan kekuasaan Tuhan itu saja. Dengan 
demikian maka 

Re: Fw: [Fwd: Re: [iagi-net-l] Panjang Hari dalam Penciptaan Kejadian 1 (was : Daratan dan Lautan Pertama )]

2008-06-22 Terurut Topik zaim
Pak Awang Yth.,
Terima kasih telah memforward-kan tulisan saya lewat milis IAGI.Mudah2an
bermanfaat sebagai bacaan ringan teman2 IAGI.
Salam,
Yahdi Zaim

 Berikut tulisan Prof. Yahdi Zaim (ITB) terkait subyek di atas yang pernah
 dimuat Harian Pikiran Rakyat pada Maret 1997. Pak Zaim, terima kasih atas
 kiriman e-mail dan artikelnya.
  
 salam,
 awang
 D I M E N S I
 ---
 Oleh :
  Yahdi Zaim *)
  
  
 Ketika mengikuti perkuliahan pada tahun pertama 25 tahun yang lalu di
 Jurusan Teknik Geologi FTM-ITB, saya sempat bingung mencerna makna dua
 kata kunci yang selalu muncul dalam geologi, yaitu ruang dan waktu (time
 and space). Kebingungan saya ini bukan karena tidak mengerti maksud dan
 arti kedua kata kunci tadi, tetapi untuk mencerna dimensi yang terkandung
 dalam ruang dan waktu tersebut.
  
 Dalam setiap mata kuliah, kata-kata ruang dan waktu selalu muncul dengan
 penekanan yang sangat penting untuk memahami segala aspek dalam ilmu
 kebumian (geologi). Salah satu contoh misalnya, bagaimana terjadinya fosil
 yang dipelajari dalam mata kuliah Paleontologi. Dijelaskan, bahwa
 organisme (baik fauna maupun flora) yang terawetkan melalui proses alamiah
 dalam ruang dan waktu akan dapat menjadi fosil, yang kemudian sering
 didapatkan dalam lapisan batuan sedimen.
  
 Kata-kata ruang dan waktu memang mengandung arti dimensi atau satuan
 besaran, yaitu besaran ruang dan besaran waktu. Nah, dalam mencerna kedua
 besaran  itulah yang membingungkan saya, karena pada saat itu hati saya
 agak masygul menerimanya. Betapa tidak, dimensi ruang yang sebelumnya saya
 fahami adalah satuan luas serta paling tidak adalah dimensi geografis  dan
 administratif dari mulai kecamatan sampai provinsi dalam sistem negara
 kita dan lebih luas lagi adalah dimensi negara dalam sistem antar negara.
 Sedangkan dimensi waktu, satuannya mulai dari detik sampai jam, dari hari
 sampai tahun. Lalu tiba-tiba saya diperkenalkan dan harus menerima dimensi
 lain dalam geologi yang sama sekali berbeda dengan apa yang telah saya
 fahami sebelumnya tadi.
  
 Dalam ilmu kebumian, dimensi ruang tidak dibatasi oleh batas-batas
 geografis dan administratif suatu negara. Dimensi ruang disini bersifat
 tiga dimensi yang meliputi dimensi lateral (horisontal) dari mulai yang
 bersifat lokal suatu daerah, regional suatu negara sampai bersifat global
 antar negara dalam memahami dimensi vertikal yaitu proses-proses yang
 terjadi dalam bumi ini, antara lain gempa, sedimentasi, volkanisme dan
 magmatisme serta tentu saja dunia (baca : bumi) dalam sistem tatasurya dan
 lain sebagainya yang menembus batas-batas  geografis dan administratif
 tersebut di atas. Lebih-lebih dalam era Teori Tektonik Global (Global
 Tectonics Theory) seperti  Tektonik Lempeng (Plate Tectonics) yang dianut
 dalam geologi sekarang ini, proses geodinamika bumi menembus batas-batas
 geografis dan administratif suatu negara. Suatu wilayah yang mengandung
 hidrokarbon atau cebakan mineral ekonomis misalnya, dapat saja dibatasi
 oleh batas-batas geografis dan
  atau administratif suatu negara. Tetapi proses-proses pembentukan dan
 penyebaran kedua bahan tambang tadi dapat menembus kedua batas tersebut.
  
 Dimensi waktu tidak lagi dalam hitungan tahun atau abad, tetapi dalam
 bilangan jutaan tahun. Ini sebenarnya yang membuat saya masygul saat
 pertama kali mencerna dimensi waktu dalam geologi. Dalam hati saya waktu
 itu, dan juga barangkali orang yang awam dalam memahami dimensi waktu
 dalam geologi berpendapat bahwa geologiwan itu aneh, koq percaya pada
 dimensi waktu jutaan tahun, dan mungkin dirasakan sebagai suatu dimensi
 yang imajiner. Tetapi sebenarnya, geologiwan itu masih belum aneh jika
 dibandingkan dengan rekan-rekan yang mendalami bidang astronomi. Betapa
 tidak, karena dalam astronomi dimensi jarak antar bintang saja ukurannya
 dalam jutaan tahun cahaya !. Jadi, dimensi jarak dalam astronomi ini tidak
 lagi dengan besaran kilometer seperti pada jarak antara suatu kota ke kota
 lainnya yang lazim digunakan. Sepertinya dimensi jarak dalam astronomi
 tadi lebih imajiner dalam pandangan orang awam, jika dibandingkan dengan
 dimensi waktu dalam geologi yang
  jutaan tahun tersebut. Padahal, para geologiwan maupun astronomiwan dapat
 menguraikan dan menerangkan kedua dimensi tersebut secara ilmiah yang
 dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya.
  
 Dalam perjalanan mencerna dimensi ruang dan waktu selanjutnya, ternyata
 saya merasakan bahwa kedua dimensi tersebut memang sangat logis dan
 diperlukan untuk memahami segala proses yang terjadi dalam bumi kita ini.
 Dan sebenarnya kedua dimensi geologi tadi, terutama dimensi waktu telah
 tegas dinyatakan dalam surat Al Hadid ayat 4. Dalam ayat tersebut Allah
 menyatakan bahwa bumi ini diciptakan dalam waktu enam hari {Hualladzii
 kholaqossamaawaati wal ardi fii sittati ayyaam; - sittati (=enam), ayyam
 (=hari)}. Nah, disini masalahnya, tidak banyak orang berfikir tentang
 dimensi Tuhan. Kalau nalar kita hanya berpijak 

Re: [iagi-net-l] “Terbelah Segala Mata Air Samudera Raya” : Banjir Nabi Nuh (Kejadian 7)

2008-06-22 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Just Curious
Apakah Pak Awang percaya bahwa Banjir Nabi Nuh (Noah) ini sebagai
kejadian fisis ataukah hanya mithology ?

Aku sendiri sampai sekarang hanya mempercayai sebagai sebuah mithology
yang di adopt dalam kitab-kitab agama. Kejadian mitos-mitos itu memang
menympan makna-makna adanya sisi ilmiah. Apakah kejadian fisis ? Terus
terang aku skeptics. Sejarah soal nab-nabi yang diklaim sebagai
bagian saintific (archeologic) discoveries setahu saya hanya sampai
jaman Ibrahim (abraham). Itu saja masih kontra diksi dengan Ibrahim
versi Brahmanya dari India.
Sepertinya ada kemiripan dengan mitologi Benua Atlantis. Yang juga
berkembang menjadi meta-scientific debate.

Saintific juga bukan berarti ada tidaknya referensi. Banyak
refrensi-refrensi ditulis bukan dari sebuah scientific research.
Sulitnya social research ini mirip-mirip dengan scientific research.
Baik pendekatan, cara maupun metode analisanya.

RDP

2008/6/23 Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]:
 Minggu lalu, seorang mahasiswa bertanya kepada saya apakah ada penjelasan 
 geologi atas banjir Nabi Nuh. Saya meyakini bahwa untuk apa pun kejadian 
 bencana atau kejadian adikodrati yang melibatkan unsur-unsur Bumi yang 
 dituliskan di Kitab Suci selalu ada penjelasan geologi/ilmiahnya. Mungkin 
 kita tak menemukan penjelasannya sekarang, tetapi kelak kemajuan ilmu 
 pengetahuan akan menyingkapkannya.

 Kejadian 7 : 10, 11 Setelah tujuh hari datanglah air bah meliputi bumi. Pada 
 waktu umur Nuh enam ratus tahun, pada bulan yang kedua, pada hari yang 
 ketujuh belas bulan itu, pada hari itulah terbelah segala mata air samudera 
 raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit.

 Dalam beberapa kejadian yang dapat dijelaskan, saya percaya bahwa TUHAN 
 menggunakan geologi untuk melaksanakan kehendakNya. Dalam kasus kiamat di 
 Sodom dan Gomora, misalnya, saya pernah menulis di milis ini bahwa TUHAN 
 menggerakkan sesar mendatar yang memotong Laut Mati yang membentang sejak 
 Lembah Retakan Besar Afrika Timur-Laut Merah-Teluk Aqaba-Laut Mati-Lembah 
 Yordan-Danau Galilea, memerintahkan gempa menggoyang ujung selatan Laut Mati, 
 meletuskan gunung-gununglumpur di wilayah itu melemparkan lumpur, gas, garam 
 dan belerang berapi,  menghabisi Sodom dan Gomora –dua tempat di ujung 
 selatan Laut Mati yang penuh dengan dosa.  Contoh lain, TUHAN pun pernah 
 meletuskan gunungapi Thera-Santorini di Laut Tengah dan meniupkan abunya 
 menutupi Matahari di atas Mesir dan menggelapkannya saat Musa hendak membawa 
 bangsanya. Gerald Friedman, ahli sedimentologi terkenal itu, pernah 
 menuliskan artikel khusus tentang ini di sebuah jurnal riset Alkitab.

 TUHAN yang Mahakuasa itu adalah TUHAN atas segala Alam Semesta, yang 
 Mahabesar, yang dengan mudah menggerakkan semua elemen Bumi sesuai 
 kehendakNya, tetapi juga TUHAN yang Mahakasih, yang tak membiarkan seekor 
 burung sekecil pipit pun jatuh ke Bumi tanpa kehendakNya (Matius 10 : 29). 
 Apalagi kepada manusia yang jauh lebih berharga daripada burung pipit, 
 bilangan helai rambutnya pun Ia ketahui (Matius 10 : 30).

 Banjir besar pada zaman Nabi Nuh (terjadi sekitar 2900 BC menurut carbon 
 dating endapan banjir tersebut) adalah kisah yang sangat terkenal di dalam 
 Alkitab. Kisah ini bukan dongeng, tetapi kenyataan yang pernah terjadi. Para 
 ahli geologi awal abad ke-19 pun sangat terinspirasi oleh kisah itu. Ini 
 terbukti dari digunakannya istilah diluvium untuk menamai endapan bekas 
 banjir besar hasil proses katastrofik itu. Istilah ini pun pernah digunakan 
 di benua Eropa pada periode tersebut untuk menamai satu periode Kuarter Tua 
 atau Pleistosen, untuk membedakannya dengan aluvium- endapan masa kini 
 (lihat Bates dan Jackson, 1987 : Glossary of Geology).

 Bagaimana geologi menjelaskan kejadian banjir besar Nabi Nuh itu ? Mitchell, 
 seorang ahli dari Department of Western Asiatic Antiquities, British Museum, 
 dalam artikel tentang Banjir Nabi Nuh di The New Bible New Dictionary 
 (Inter-Varsity Press, 1988) menulis bahwa tak ada gunanya mencari penjelasan 
 geologi atas kejadian banjir itu sekalipun Kejadian 7 : 11 jelas-jelas 
 menyebutkan terbelah segala mata air samudera raya (ini proses geologi yang 
 gamblang). Mitchell (1988) menganggap bahwa kata-kata di dalam Kejadian 7 : 
 11 adalah sekedar kata kiasan, jadi tak perlu mencari penjelasan geologi 
 atasnya.

 Benarkah anggapan Mitchell (1988) ? Kita tinjau buku tua tulisan Henry Halley 
  (1927) Halley's Bible Handbook yang pada tahun 1965 diterbitkan edisi 
 ke-24-nya. Halley (1965) menyebutkan bahwa banjir Nabi Nuh terjadi di suatu 
 wilayah yang disebutnya Tanah Genting Eufrat (Euphrat Isthmus) yaitu suatu 
 wilayah Mesopotamia  (sebagian Irak, Siria dan Turki sekarang) dan Babel 
 (sekarang Irak), tempat mengalirnya dua sungai besar Eufrat dan Tigris. Tanah 
 Genting ini hampir seluruhnya dikelilingi oleh laut-laut Laut Tengah, Laut 
 Hitam, Laut Kaspia, dan Teluk Persia. Sungai besar Eufrat dan Tigris dan 
 seluruh anak 

Re: [iagi-net-l] KOMENTAR UNTUK CAKETUM IAGI?

2008-06-22 Terurut Topik untungm

Assalaam mualaikum wr.wb,

Wah, ini jadi ramai tentang komentar untuk CAKETUM IAGI. Mengenai komentar 
saya tanggal 17/6 bersama ini saya beri penjelasan sebgai berikut.
1. Saya mendukung bila sewaktu-waktu KETUM IAGI datang dari luar Jakata dan 
Bandung (Yogya, Malang, Surabaya, Luar Jawa) . Tidak ada satu kata pun saya 
mendukung seseorang dari Yogya, karena saya tidak banyak mengenal seorang 
pun dari Yogya.
2.Memang perlu ada giliran domisili pejabat (pengurus) dengan alasan * 
berbagi pengalaman, * mendidik seseorang bertanggung jawab,dan, agar merasa 
memiliki IAGI yang didirikan tahun 60 an.


Menjadi KETUM tidak ringan. Apalagi sekarang. Setiap detik ilmu dan 
teknologi kebumian berkembang. IAGI harus bisa, paling tidak, mengikuti dan 
bila perlu ada komentar dan ada pikiran-2 baru yang datang dari para akhli 
kebumian Indonesia.


Sekian. dan Wassalaam Mulaikum wr.wb., .
.
- Original Message - 
From: untungm [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, June 17, 2008 1:11 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] KOMENTAR UNTUK CAKETUM IAGI?



Pak Nyoto yth,
Saya dukung peryataan anda. Memang Yogya sekali-kali harus ada yang 
menjabat sebagai ketua IAGI.

M.Untung

- Original Message - 
From: nyoto - ke-el [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, June 17, 2008 8:01 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] KOMENTAR UNTUK CAKETUM IAGI?



Pak Hestu Yth,

Gimana caranya mengajukan calon ketua umum IAGI ?

Saya lihat beberapa teman sudah setuju dengan pancalonan mas Hendratno 
Agus

(Sekretaris Jurusan Teknik Geologi FT, UGM), termasuk saya sendiri  juga
pak mantan ketua IAGI pak Andang Bactiar. Tapi koq belum masuk ke bursa
caketum ya namanya, gimana sich caranya supaya mas Agus bisa masuk 
caketum

dari Yogya ?  Saya kira ybs juga tidak berkeberatan dicalonkan koq, ya to
mas Agus ?  Mengenai nanti terpilih atau bukan, itu urusan belakangan, 
kan

biar ganti suasana kalau ketua umum IAGI-nya dari Yogya.

Terima kasih sebelumnya atas penjelasannya serta dukungannya.


Wass,
nyoto







2008/6/16 prasiddha Hestu Narendra [EMAIL PROTECTED]:


DEAR IAGI'ers,

KAMI PERSILAKAN JIKA ANDA MEMPUNYAI KOMENTAR MENGENAI CAKETUM IAGI, ATAU
PERTANYAAN KEPADA CAKETUM, ATAU OPINI TENTANG KETUA IAGI, ATAU AKSI
DUKUNG-MENDUKUNG KEPADA SALAH SATU DARI KETIGA CAKETUM (M.SYAIFUL, 
RIDWAN

DJAMALUDDIN, LAMBOK HUTASOIT)
KAMI PERSILKAN UNTUK MENGGUNAKAN MILIST INI.

JANGAN LUPA UNTUK MENULIS/MENGANTI SUBJECT/JUDUL EMAIL ANDA DENGAN JELAS
JIKA ANDA INGIN MENGELUARKAN OPINI ATAU PERTANYAAN KEPADA CAKETUM

SILAKANSILAKAN




FYI, Panitia akan menerbitkan Berita Pemilu IAGI yang akan dikirim ke
anggota IAGI minimal satu atau dua kali, kemudian Debat Terbuka
direncanakan
paling tidak di Jakarta dan Bandung.


Salam Pemilu IAGI







PIT IAGI KE-37 (BANDUNG)
* acara utama: 27-28 Agustus 2008
* penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008
* pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008
* batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008
* abstrak / makalah dikirimkan ke:
www.grdc.esdm.go.id/aplod
username: iagi2008
password: masukdanaplod


PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011:
* pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008
* penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung
AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!!

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event 
shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to 
direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with 
the use of any information posted on IAGI mailing list.
- 




PIT IAGI KE-37 (BANDUNG)
* acara utama: 27-28 Agustus 2008
* penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008
* pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008
* batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008
* abstrak / makalah dikirimkan ke: