Re: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau - Zambian Copper Belt

2009-01-14 Terurut Topik budi santoso
Dear all:

Hanya menambahi saja: Zambian Copper Belt merupakan salah satu contoh 
spektakuler deposit tembaga sulfida bergenesa tak berhubungan (sama sekali?) 
dengan proses hydrothermal/magmatism . .  spektakuler karena: dimensi beltnya 
(50km x 300km koridor) dan grade (3-5% Cu-sulfide; oxide up to 15%; dengan 
ketebalan bervariasi antara 5-40m ) sekaligus asosiasi mineralnya . . Cobalt . 
. .

Saya pikir jika fenomena yang terjadi relatif dalam waktu 'singkat' 
ekskalasinya di 'danau' yang selama ini dikenal 'normal' kemungkinan paling 
mungkin adalah adanya campur tangan aktifitas tertentu (magmatism, hydrothermal 
etc) dalam kurun waktu yang juga 'tiba-tiba'.

Salam
sTJ





From: Andri Slamet Subandrio an...@gc.itb.ac.id
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, January 13, 2009 9:04:26 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau

Pak Koesoemadinata yth, terimakasih atas masukannya yang sangat berharga. 
Kondisi euxinic dan kaya H2S memang tidak selalu berkaitan dengan kegiatan 
volkanik, walaupun sebagian besar danau-danau seperti Maninjau berasosiasi 
dengan lingkungan gunungapi. Pengayaan sulfida tanpa campur tangan aktifitas 
hidrotermal gunungapi dan menghasilkan mineralisasi Cu-Pb-Zn adalah endapan 
Kupferschiefer (Copper Shale) yang terdapat cekungan Perm di Eropa Tengah. 
Matinya ikan didanau memang akibat naiknya kosentrasi H2S yang bisa disebabkan 
kondisi euxinic atau aktifitas hidrotermal didasar danau.

Salam
Andri  SSM

R.P.Koesoemadinata wrote:
 Hanya mengingatkan saja bahwa terjadi pemunculan H2S di air Danau tidak 
 selalu harus dihubungkan dengan magmatism atau hydothermal activity.
 Sejak saya kuliah diajarkan bahwa extremely reducing sedimentary environment 
 diberbagai danau di dunia, bahkan di laut tertutup pun dapat terjadi euxinic 
 basins (mungkin sekarang disebutnya anoxic), di mana zat organic membusuk 
 menjadi sapropel, dan sewaktu-waktu mengeluarkan H2S yang membunuh organisme 
 di dekat permukaan danau, sehingga menambah lagi supply zat organik yang 
 membusuk, serta menghasilkan black shale facies yang khas dengan golden 
 fossils-nya, karena cangkang fosil sudah diubah dengan pyrit. Salah satu 
 contoh dari suatu euxinic basinsering disebut-sebut Laut Hitam (Black Sea). 
 Hanya sekadar tambahan saja
 Wassalam
 RPK
 - Original Message - From: Andri Slamet Subandrio 
 an...@gc.itb.ac.id
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Tuesday, January 13, 2009 8:45 AM
 Subject: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau
 
 
 IAGI Netter yang budiman,
 
 Menarik sekali info yang di rilis oleh Bung Setiabudi Djaelani. Ikan danau 
 terkapar karena kemungkinan semburan sulfida dari dasar danau. Fenomena ini 
 sebenarnya merupakan fenomena umum didaerah gunungapi, apalagi yang terkaya 
 seperti Indonesia. Erupsi sulfida ini merupakan proses hidrotermal yang bisa 
 terjadi didarat atau dibawah air. Proses ini merupakan paduan antara aspek 
 rekahan, reservoir dan magmatisme. Rekahan merupakan bagian dari saluran 
 yang menghubungkan air meteorik, air danau atau air laut dengan reservoir 
 yang  terpanaskan oleh magma dibawahnya. Disinahlah terjadi sirkulasi 
 hidrotermal yang bisa mengeluarkan sulfida, sulfat, serta semburan ion-ion 
 metal sepertu Cu, Au, Hg, As, Fe, Pb, Zn dsb kedasar danau atau laut. VMS 
 (Volcanic Massive Sulfide) yang sudah sangat terkenal sebagai penghasil 
 logam dasar (Cu-Pb-Zn) barit, dan gipsum juga didahului oleh semburan asap 
 hitam (black smoker) atau putih didasar danau atau cekungan yang
 mengandung sulfida. Danau-danau di Sumatra berasosiasi dengan gunungapi juga 
patahan besar Semangko, dengan demikian fenomena semburan sulfida merupakan 
yang wajar namun perlu mendapat perhatian, karena mungkin saja ini menjadi 
pertanda bagi peningkatan aktifitas tektonik maupun vulkanik! Nah mungkin kita 
harus simak  Smoke on The WaterFire in  the sky..yang tejadi di Ring of 
Fire Archiepelago ? Ikan mendem (keracunan), bau telur busuk di danau  siapa 
tahu bisa dijadikan indikator peningkatan aktifitas volkanik?
 
 Salam
 Andri  SSM
 
 
  
 serah-terima pp-iagi: senin sore, 13 oktober 2008
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL
 pasukan sedang disusun, hanya satu IAGI...
 
  
 ayo, segera pula siapkan utk PIT IAGI ke-38
 dg tuan-rumah adalah PENGDA JATENG
 * mungkin di semarang
 * mungkin pula di solo
 * mungkin juga join dg HAGI dll.
 -
  
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan 

Re: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau

2009-01-14 Terurut Topik Awang Satyana
Matinya 70 ribu ton ikan mas dan nila di keramba atau jala apung Danau 
Maninjau, Sumatra Barat akibat tuba belerang (racun belerang) kata penduduk 
setempat menyisakan pertanyaan dan perdebatan di antara para ahli geologi, 
ekologi, dan perikanan (lihat Media Indonesia 14 Januari 2009 halaman 7).
 
Kedua mekanisme (H2S berasal dari belerang aktivitas hidrotermal volkanisme, 
dan H2S asal pembusukan organik yang kemudian naik ke atas oleh upwelling) 
wajar dan pernah terjadi. Dalam peristiwa mati lemasnya puluhan ribu ton ikan 
yang menyebabkan kerugian sekitar Rp 100 milyar itu, bisa satu mekanisme saja 
yang terjadi, bisa kedua mekanisme berkombinasi.
 
Bagaimana membuktikan pendapat mana yang benar ? Satu-satunya metode ampuh 
untuk ini adalah sulfur isotope geochemistry (rasio per mile antara S32/S34). 
Gas H2S atau dissolved sulfate di air danau bisa diambil dan dilakukan 
penelitian isotopnya. Dari sini nanti ada dua hasil : sulfur asal organik atau 
sulfur asal anorganik. Sulfur organik berarti dari asal pembusukan di 
lingkungan anoksia yang naik oleh upwelling, sulfur anorganik berarti asal 
hidrotermal sulfida yang berhubungan dengan gejala volkanisme. Kedua perbedaan 
itu akan ditunjukkan oleh rasio antara S32/S34. 
 
salam,
awang

--- On Wed, 1/14/09, Andri Slamet Subandrio an...@gc.itb.ac.id wrote:

From: Andri Slamet Subandrio an...@gc.itb.ac.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau
To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Wednesday, January 14, 2009, 9:04 AM

Pak Koesoemadinata yth, terimakasih atas masukannya yang sangat berharga.
Kondisi euxinic dan kaya H2S memang tidak selalu berkaitan dengan kegiatan
volkanik, walaupun sebagian besar danau-danau seperti Maninjau berasosiasi
dengan lingkungan gunungapi. Pengayaan sulfida tanpa campur tangan aktifitas
hidrotermal gunungapi dan menghasilkan mineralisasi Cu-Pb-Zn adalah endapan
Kupferschiefer (Copper Shale) yang terdapat cekungan Perm di Eropa Tengah.
Matinya ikan didanau memang akibat naiknya kosentrasi H2S yang bisa disebabkan
kondisi euxinic atau aktifitas hidrotermal didasar danau.

Salam
Andri  SSM

R.P.Koesoemadinata wrote:
 Hanya mengingatkan saja bahwa terjadi pemunculan H2S di air Danau tidak
selalu harus dihubungkan dengan magmatism atau hydothermal activity.
 Sejak saya kuliah diajarkan bahwa extremely reducing sedimentary
environment diberbagai danau di dunia, bahkan di laut tertutup pun dapat terjadi
euxinic basins (mungkin sekarang disebutnya anoxic), di mana zat organic
membusuk menjadi sapropel, dan sewaktu-waktu mengeluarkan H2S yang membunuh
organisme di dekat permukaan danau, sehingga menambah lagi supply zat organik
yang membusuk, serta menghasilkan black shale facies yang khas dengan golden
fossils-nya, karena cangkang fosil sudah diubah dengan pyrit. Salah satu contoh
dari suatu euxinic basinsering disebut-sebut Laut Hitam (Black Sea). Hanya
sekadar tambahan saja
 Wassalam
 RPK
 - Original Message - From: Andri Slamet Subandrio
an...@gc.itb.ac.id
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Tuesday, January 13, 2009 8:45 AM
 Subject: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau
 
 
 IAGI Netter yang budiman,
 
 Menarik sekali info yang di rilis oleh Bung Setiabudi Djaelani. Ikan
danau terkapar karena kemungkinan semburan sulfida dari dasar danau. Fenomena
ini sebenarnya merupakan fenomena umum didaerah gunungapi, apalagi yang terkaya
seperti Indonesia. Erupsi sulfida ini merupakan proses hidrotermal yang bisa
terjadi didarat atau dibawah air. Proses ini merupakan paduan antara aspek
rekahan, reservoir dan magmatisme. Rekahan merupakan bagian dari saluran yang
menghubungkan air meteorik, air danau atau air laut dengan reservoir yang 
terpanaskan oleh magma dibawahnya. Disinahlah terjadi sirkulasi hidrotermal yang
bisa mengeluarkan sulfida, sulfat, serta semburan ion-ion metal sepertu Cu, Au,
Hg, As, Fe, Pb, Zn dsb kedasar danau atau laut. VMS (Volcanic Massive Sulfide)
yang sudah sangat terkenal sebagai penghasil logam dasar (Cu-Pb-Zn) barit, dan
gipsum juga didahului oleh semburan asap hitam (black smoker) atau putih didasar
danau atau cekungan yang mengandung sulfida. Danau-danau di Sumatra berasosiasi
dengan gunungapi juga patahan besar Semangko, dengan demikian fenomena semburan
sulfida merupakan yang wajar namun perlu mendapat perhatian, karena mungkin saja
ini menjadi pertanda bagi peningkatan aktifitas tektonik maupun vulkanik! Nah
mungkin kita harus simak  Smoke on The WaterFire in  the sky..yang tejadi di
Ring of Fire Archiepelago ? Ikan mendem (keracunan), bau telur busuk
di danau  siapa tahu bisa dijadikan indikator peningkatan aktifitas volkanik?
 
 Salam
 Andri  SSM
 



 serah-terima pp-iagi: senin sore, 13 oktober 2008
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL
 pasukan sedang disusun, hanya satu IAGI...


RE: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau

2009-01-14 Terurut Topik oki musakti
Mas Ido,
Kelihatannya 'reducing' yang pak Kusuma maksud dalam 'extremely reducing 
sedimentary environment' itu adalah reduksi sebagai lawan dari oksidasi (ingat 
reaksi redoks dalam pelajaran kimia dasar). Dalam reduksi yang berkurang ya 
atom oxygen atau lebih tepatnya bilangan oksidasi.

Itu sedikit yang saya masih ingat, selebihnya mesti buka-buka buku dan gugel 
dulu.

Salam
Oki

-Original Message-
From: Turidho (TURIDHO) 
Sent: Wednesday, January 14, 2009 7:53 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar
Danau

Penjelasan pak Koesoema singkat tapi mudah dimengerti dan reasonable,
sekaligus menambah wawasan, nuhun Pak. Mohon penjelasan lebih lanjut pak
mengenai extremely reducing sedimentary environment. Yang berkurang
apanya, dan penyebabnya terutama karena apa. 
Wass wr wb
-ido- 




  

Re: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau

2009-01-14 Terurut Topik andri
Haturnuhun Pak Awang dan rekan IAGI netter,

Kemungkinan memang dua-duanya bisa terjadi! Ada kemungkinan lainnya, bila
dinding danau terdiri dari material volkanik yang teralterasi dan
mengandung pirit tersebar, maka hasil larutannya bisa meningkatkan
keasaman air danau. Sulfur di danau pelahan-lahan naik konsentrasinya.
Mungkin ikan pada mendem keracunan pada tingkat diatas ambang batas kadar
sulfur diair. Isotop stabil seperti S dan O memang cukup ampuh untuk
membedakan asal muasalnya apakah hidrotermal atau organik.


Salam

AndriSSM

Matinya 70 ribu ton ikan mas dan nila di keramba atau jala apung Danau
 Maninjau, Sumatra Barat akibat tuba belerang (racun belerang) kata
 penduduk setempat menyisakan pertanyaan dan perdebatan di antara para ahli
 geologi, ekologi, dan perikanan (lihat Media Indonesia 14 Januari 2009
 halaman 7).
  
 Kedua mekanisme (H2S berasal dari belerang aktivitas hidrotermal
 volkanisme, dan H2S asal pembusukan organik yang kemudian naik ke atas
 oleh upwelling) wajar dan pernah terjadi. Dalam peristiwa mati lemasnya
 puluhan ribu ton ikan yang menyebabkan kerugian sekitar Rp 100 milyar itu,
 bisa satu mekanisme saja yang terjadi, bisa kedua mekanisme berkombinasi.
  
 Bagaimana membuktikan pendapat mana yang benar ? Satu-satunya metode ampuh
 untuk ini adalah sulfur isotope geochemistry (rasio per mile antara
 S32/S34). Gas H2S atau dissolved sulfate di air danau bisa diambil dan
 dilakukan penelitian isotopnya. Dari sini nanti ada dua hasil : sulfur
 asal organik atau sulfur asal anorganik. Sulfur organik berarti dari asal
 pembusukan di lingkungan anoksia yang naik oleh upwelling, sulfur
 anorganik berarti asal hidrotermal sulfida yang berhubungan dengan gejala
 volkanisme. Kedua perbedaan itu akan ditunjukkan oleh rasio antara
 S32/S34.
  
 salam,
 awang

 --- On Wed, 1/14/09, Andri Slamet Subandrio an...@gc.itb.ac.id wrote:

 From: Andri Slamet Subandrio an...@gc.itb.ac.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Wednesday, January 14, 2009, 9:04 AM

 Pak Koesoemadinata yth, terimakasih atas masukannya yang sangat berharga.
 Kondisi euxinic dan kaya H2S memang tidak selalu berkaitan dengan kegiatan
 volkanik, walaupun sebagian besar danau-danau seperti Maninjau berasosiasi
 dengan lingkungan gunungapi. Pengayaan sulfida tanpa campur tangan
 aktifitas
 hidrotermal gunungapi dan menghasilkan mineralisasi Cu-Pb-Zn adalah
 endapan
 Kupferschiefer (Copper Shale) yang terdapat cekungan Perm di Eropa Tengah.
 Matinya ikan didanau memang akibat naiknya kosentrasi H2S yang bisa
 disebabkan
 kondisi euxinic atau aktifitas hidrotermal didasar danau.

 Salam
 Andri  SSM

 R.P.Koesoemadinata wrote:
 Hanya mengingatkan saja bahwa terjadi pemunculan H2S di air Danau tidak
 selalu harus dihubungkan dengan magmatism atau hydothermal activity.
 Sejak saya kuliah diajarkan bahwa extremely reducing sedimentary
 environment diberbagai danau di dunia, bahkan di laut tertutup pun dapat
 terjadi
 euxinic basins (mungkin sekarang disebutnya anoxic), di mana zat organic
 membusuk menjadi sapropel, dan sewaktu-waktu mengeluarkan H2S yang
 membunuh
 organisme di dekat permukaan danau, sehingga menambah lagi supply zat
 organik
 yang membusuk, serta menghasilkan black shale facies yang khas dengan
 golden
 fossils-nya, karena cangkang fosil sudah diubah dengan pyrit. Salah satu
 contoh
 dari suatu euxinic basinsering disebut-sebut Laut Hitam (Black Sea). Hanya
 sekadar tambahan saja
 Wassalam
 RPK
 - Original Message - From: Andri Slamet Subandrio
 an...@gc.itb.ac.id
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Tuesday, January 13, 2009 8:45 AM
 Subject: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau


 IAGI Netter yang budiman,

 Menarik sekali info yang di rilis oleh Bung Setiabudi Djaelani. Ikan
 danau terkapar karena kemungkinan semburan sulfida dari dasar danau.
 Fenomena
 ini sebenarnya merupakan fenomena umum didaerah gunungapi, apalagi yang
 terkaya
 seperti Indonesia. Erupsi sulfida ini merupakan proses hidrotermal yang
 bisa
 terjadi didarat atau dibawah air. Proses ini merupakan paduan antara aspek
 rekahan, reservoir dan magmatisme. Rekahan merupakan bagian dari saluran
 yang
 menghubungkan air meteorik, air danau atau air laut dengan reservoir yang
 terpanaskan oleh magma dibawahnya. Disinahlah terjadi sirkulasi
 hidrotermal yang
 bisa mengeluarkan sulfida, sulfat, serta semburan ion-ion metal sepertu
 Cu, Au,
 Hg, As, Fe, Pb, Zn dsb kedasar danau atau laut. VMS (Volcanic Massive
 Sulfide)
 yang sudah sangat terkenal sebagai penghasil logam dasar (Cu-Pb-Zn) barit,
 dan
 gipsum juga didahului oleh semburan asap hitam (black smoker) atau putih
 didasar
 danau atau cekungan yang mengandung sulfida. Danau-danau di Sumatra
 berasosiasi
 dengan gunungapi juga patahan besar Semangko, dengan demikian fenomena
 semburan
 sulfida merupakan yang wajar namun perlu mendapat perhatian, karena
 mungkin saja
 ini menjadi pertanda 

Re: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau

2009-01-14 Terurut Topik koesoema
Saya hanya ingin mengingatkan saja bahwa keluarnya H2S itu tidak selalu
harus berhubungan dengan magmatism dan hydrothermal activity. Pembusukan
zat organik itu sering menghasilkan H2S. Terjadi di sedimentary
environment yang tidak ada sirkulasi oxygen (anoxic), karena tertutup
ambang dari laut terbuka.
Bahkan manusia sebagai organism juga sewaktu-waktu mengeluarkan H2S, jadi
tidak selalu harus berhubungan dengan magmatism, volcanism  atau
hydrothermal activity. 
Saya kira banyak di textbook membahas mengenai euxinic condition ini.
Wassalam
RPK
On 1/14/2009, Andri Slamet Subandrio an...@gc.itb.ac.id wrote:

Pak Koesoemadinata yth, terimakasih atas masukannya yang sangat
berharga. Kondisi euxinic dan kaya H2S memang tidak selalu berkaitan
dengan kegiatan volkanik, walaupun sebagian besar danau-danau seperti
Maninjau berasosiasi dengan lingkungan gunungapi. Pengayaan sulfida
tanpa campur tangan aktifitas hidrotermal gunungapi dan menghasilkan
mineralisasi Cu-Pb-Zn adalah endapan Kupferschiefer (Copper Shale) yang
terdapat cekungan Perm di Eropa Tengah. Matinya ikan didanau memang
akibat naiknya kosentrasi H2S yang bisa disebabkan kondisi euxinic atau
aktifitas hidrotermal didasar danau.

Salam
Andri  SSM

R.P.Koesoemadinata wrote:
 Hanya mengingatkan saja bahwa terjadi pemunculan H2S di air Danau
 tidak selalu harus dihubungkan dengan magmatism atau hydothermal
 activity.
 Sejak saya kuliah diajarkan bahwa extremely reducing sedimentary
 environment diberbagai danau di dunia, bahkan di laut tertutup pun
 dapat terjadi euxinic basins (mungkin sekarang disebutnya anoxic), di
 mana zat organic membusuk menjadi sapropel, dan sewaktu-waktu
 mengeluarkan H2S yang membunuh organisme di dekat permukaan danau,
 sehingga menambah lagi supply zat organik yang membusuk, serta
 menghasilkan black shale facies yang khas dengan golden fossils-nya,
 karena cangkang fosil sudah diubah dengan pyrit. Salah satu contoh
 dari suatu euxinic basinsering disebut-sebut Laut Hitam (Black Sea).
 Hanya sekadar tambahan saja
 Wassalam
 RPK
 - Original Message - From: Andri Slamet Subandrio
 an...@gc.itb.ac.id
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Tuesday, January 13, 2009 8:45 AM
 Subject: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau


 IAGI Netter yang budiman,

 Menarik sekali info yang di rilis oleh Bung Setiabudi Djaelani. Ikan
 danau terkapar karena kemungkinan semburan sulfida dari dasar danau.
 Fenomena ini sebenarnya merupakan fenomena umum didaerah gunungapi,
 apalagi yang terkaya seperti Indonesia. Erupsi sulfida ini merupakan
 proses hidrotermal yang bisa terjadi didarat atau dibawah air. Proses
 ini merupakan paduan antara aspek rekahan, reservoir dan magmatisme.
 Rekahan merupakan bagian dari saluran yang menghubungkan air
 meteorik, air danau atau air laut dengan reservoir yang  terpanaskan
 oleh magma dibawahnya. Disinahlah terjadi sirkulasi hidrotermal yang
 bisa mengeluarkan sulfida, sulfat, serta semburan ion-ion metal
 sepertu Cu, Au, Hg, As, Fe, Pb, Zn dsb kedasar danau atau laut. VMS
 (Volcanic Massive Sulfide) yang sudah sangat terkenal sebagai
 penghasil logam dasar (Cu-Pb-Zn) barit, dan gipsum juga didahului
 oleh semburan asap hitam (black smoker) atau putih didasar danau atau
 cekungan yang mengandung sulfida. Danau-danau di Sumatra berasosiasi
 dengan gunungapi juga patahan besar Semangko, dengan demikian
 fenomena semburan sulfida merupakan yang wajar namun perlu mendapat
 perhatian, karena mungkin saja ini menjadi pertanda bagi peningkatan
 aktifitas tektonik maupun vulkanik! Nah mungkin kita harus simak
 Smoke on The WaterFire in  the sky..yang tejadi di Ring of Fire
 Archiepelago ? Ikan mendem (keracunan), bau telur busuk di danau
 siapa tahu bisa dijadikan indikator peningkatan aktifitas volkanik?

 Salam
 Andri  SSM

 

 serah-terima pp-iagi: senin sore, 13 oktober 2008
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL
 pasukan sedang disusun, hanya satu IAGI...
 

 ayo, segera pula siapkan utk PIT IAGI ke-38
 dg tuan-rumah adalah PENGDA JATENG
 * mungkin di semarang
 * mungkin pula di solo
 * mungkin juga join dg HAGI dll.
 -

 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -
 DISCLAIMER: IAGI disclaims 

Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] mahakam basin

2009-01-14 Terurut Topik sigit prabowo
Pak Awang YTH.,

Saat pembukaan Makassar strait basin ke Selatan ke arah Jawa Timur ini , secara 
fisiografis secara berurutan apakah meliputi South Makassar basin-Masalima 
through, Doang through-Pagerungan half graben, MDA half graben, dst, 
ataukah ada perbedaan dalam mekanisme pembentukan nya...

Dengan adanya pembukaan Makassar strait yang ber arah Utara-Selatan ini, secara 
paleogeography source rock yang selama ini dikenal dari Eocene Mallawa/Toraja 
FM, nampak nya memberikan kondisi ideal secara migration pathway nya ya pak, 
yang mana pengisian tersebut ber arah relatif Barat-Timur, yang saya 
tanyakan, apakah migration Hydrocarbon ini telah mengisi ke sumur2 di sebalah 
barat nya, secara berurutan dari selatan adalah sumur Gambah, Goda, Gudang, 
Gendalo, Gandang, Geng, Gula, Gada, Gehem, Ranggas, dst., ; dan juga di sebelah 
Timur, secara berurutan dari selatan adalah Pangkat-1, Makassar St-1, dst

Paleogeography saat Oligo-Miocene dimana reservoir yang selama ini dikenal 
dengan Eocene-Middle Miocene Tonasa (Van Leeuwen, 1981, dan Sukamto, 
1982)/Makale FM, nampak nya variasi facies carbonate yang ditemukan tidak 
terlalu banyak ya pak, dari ramp margin, carbonate platform, sampai dengan reef 
build-up..., apakah type2 carbonate facies di Makassar strait basin ini juga 
bisa di analog kan ke Lariang, Karama, dan Sengkang basin ya pak, selain 
dengan Berai limestone (biomicrite) di Barito basin...

Melihat seismic berarah Barat-Timur (dalam paper IPA 2005, Puspita et al, dan 
juga di Nuraini et al), dihubungkan dengan pola 'aulacogen', dan bila melihat 
adanya collision antara Banggai/Sula micro continent dengan West Sulawesi pada 
Late Miocene-Pliocene, apakah mungkin adanya pola fold and thrust belt yang 
terjadi, kemudian ter uplift dan ter erosi, bisa menjadikan suatu clastic 
source sediment dari sebelah Timur (Sulawesi) dan sehingga bisa menjadi suatu 
turbidite play system, selain source sediment yang selama ini dikenal adalah 
dari sebelah Barat...

Mohon pencerahan nya pak...

Terimakasih

Best Regards
Sigit Ari Prabowo

 
Sdr. Hepy,
 
Mahakam Basin atau secara resmi bagian offshore Kutei Basin yang makin ke 
timur membentuk embayment (terbuka, tanpa border yang signifikan) menyatu ke 
North Makassar Basin diawali oleh suatu rifting atau peretakan kerak benua pada 
sekitar Eosen Tengah di posisi yang kedudukannya sekarang berupa Selat Makassar.
 
Sebelum Eosen, bagian barat Sulawesi masih bersatu dengan bagian timur 
Kalimantan. Persatuan ini bukan merupakan kerak kontinen yang asli (craton), 
tetapi hasil akresi oleh berbagai proses tektonik sepanjang Yura dan Kapur. Ke 
dalam akresi ini terlibat beberapa mikrokontinen seperti Paternoster, 
Mangkalihat, dan Pompangeo (di Sulawesi). Maka pada awal Tersier, akibat akresi 
ini, Sundaland berukuran lebar.
 
Massa kerak Sundaland yang lebar ini telah menghalangi sirkulasi mantel di 
bawahnya. Akibatnya, lama-kelamaan terbentuk garis retakan akibat mantle plume 
yang naik di bawah bagian timur Sundaland, itulah cikal bakal rifting yang akan 
membuka Selat Makassar. Pada Eosen, rifting mulai terjadi. Rifting bagian 
paling timur Sundaland ini juga dipicu oleh proses tektonik yang disebut 
escape tectonism akibat regional berbenturnya massa benua India ke Eurasia 
pada Eosen Tengah (50-45 Ma). Dalam escape tectonics, suatu benturan akan 
selalu diikuti oleh terpisahnya beberapa massa kerak Bumi berhubungan menjauhi 
pusat benturan. Rifting Selat Makassar adalah salah satu responnya di samping 
dipicu juga oleh upwelling mantle plume (material mantel yang naik ke bawah 
litosfer) yang kemudian akan segera diikuti oleh lateral separation mengikuti 
hukum konveksi sel mantel. Begitulah asal-muasal terjadinya rifting.
 
Rfting Selat Makassar kemudian membuka Cekungan Kutei, Mahakam Basin dan 
North Makassar Basin. Skenario tektonik rifting di Selat Makassar ini bisa 
dipelajari lebih jauh di publikasi saya di proceedings PIT IAGI-HAGI tahun 2003 
(Satyana, 2003 : Accretion and dispersion of SE Sundaland : the growing and 
slivering of a continent) dan proceedings PIT IAGI tahun 2006 (Satyana, 2006 : 
Post-collisional tectonic escapes in Indonesia : fashioning the cenozoic 
history). 
 
Setelah rifting makin jauh membuka ke selatan menuju Jawa Timur dan ke utara 
menuju Laut Sulawesi, terbentuklah tiga lengan patahan : (1) ke utara (menuju 
Laut Sulawesi - ini akan berpengaruh ke pembukaan Tarakan Basin), (2) ke 
selatan (menuju Jawa Timur - ini akan berpengaruh ke pembentukan horst-graben 
Paleogen di Jawa Timur), dan (3) ke barat menuju bagian tengah Kalimantan. 
Sistem tiga lengan rifting ini kita kenal sebagai sistem aulacogen. Hukum 
aulacogen mengatakan bahwa satu lengan yang keluar dari kesejajaran akan 
berhenti membuka - dalam hal ini lengan ke-3 yang ke arah Kalimantan yang 
berhenti membuka memasuki Neogen. Sementara lengan 1 dan lengan 2 terus membuka 
ke timur, tetapi pada Mio-Pliosen terhenti juga akibat Sulawesi 

Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] mahakam basin

2009-01-14 Terurut Topik Awang Satyana
Sigit dan rekan2 milis,
 
 
Pembukaan Selat Makassar ke selatan-baratdaya menuju East Java Sea Basin hanya 
ke sebelah utara, ke kompleks horst dan graben Sibaru High-Masalima 
Trough-Masalima High-Doang Trough. Saya agak meragukan efeknya terjadi sampai 
ke Pagerungan Half Graben dan MDA Half Graben. Bila direkonstruksi ke earliest 
Tertiary dan lower Paleogene kedua dalaman yang terakhir punya orientasi yang 
lain dengan horst-graben2 yang disebutkan pertama. Pembukaan kompleks 
horst-graben di East Java Sea itu mengikuti suatu konsep, ada pula yang 
menganggapnya sebagai akibat rifting di posisi back-arc akibat melambatnya laju 
penunjaman di selatan Jawa yang berkurang (roll-back rifting). Perlu diketahui, 
bahwa kerak samudra dari ujung Jawa Barat ke ujung Jawa Timur semakin tua 
umurnya, sehingga mekanisme roll back di selatan Jawa Timur logis diajukan. 
Suatu kerak samudra (slab) berumur tua akan lebih mudah menyebabkan roll back 
subduction daripada kerak yang muda.
 
Retak benua pada earliest Tertiary-Paleogen antara Kalimantan dan Sulawesi yang 
membentuk Selat Makassar membuka peluang pembentukan graben sebagai kitchen 
lakustrin yang posisinya sekarang berada di bagian dalam Selat Makassar dan di 
bawah Sulawesi Barat. Batuan induk fluviodeltaik-lakustrin yang akan 
menghasilkan minyak parafinik (ekivalen Tanjung Bawah/Malawa/Toraja) akan 
diendapkan di graben2 Paleogen tersebut. Banyak rembesan minyak di Lengan 
Sulawesi Barat telah dikarakterisasi secara geokimia sebagai berhubungan dengan 
batuan induk semacam ini. Tetapi pengisian hidrokarbon lapangan-lapangan2 
Gambah, Goda, Gudang, Gendalo, Gandang, Geng, Gula, Gada, Gehem dan Ranggas 
di Selat Makassar bukan dari graben Paleogen yang lakustrin ini. 
Gas/kondensat/minyak yang ditemukan di lapangan-lapangan itu semuanya berasal 
dari Upper Miocene detrital deltaic sources yang dibawa ke sistem laut dalam. 
Sources yang sama merupakan asal minyak dan gas di lapangan2
 Delta Mahakam (Handil, Bekapai, Nilam, Badak, dll.).
 
Tetapi, beberapa age-diagnostic biomarkers yang menunjukkan umur Eosen 
(lupanoid)ditemukan di minyak Ranggas. Dalam geokimia, hal ini bisa 
dibuktikan dengan cross plot antara aromatic HC carbon isotop ratio dengan 
carbon 13 pristane. Umur sample juga akan muncul dengan melakukan crossplot 
antara isotop karbon-13 n-C26 dengan 17alpha (H)-trisnorhopane/hopane. Cross 
plot2 tersebut telah diujicobakan dan positif bahwa Lapangan Ranggas mengandung 
minyak asal Eosen yang parafinik. Tentu ini berita gembira sebab membuktikan 
konsep bahwa di bawah Makassar Strait ada kitchen Eosen seperti di Tanjung. 
Bagaimana pembentukannya ? Seperti di atas, melalui rifting Selat Makassar. 
Hanya, source Paleogen ini bukan yang dominan mengisi minyak Ranggas.
 
Sedangkan minyak parafinik di Pangkat-1 (Sebuku, Makassar Selatan) memang diisi 
oleh source Eosen Tanjung Bawah di dalam graben kitchen. Juga Makassar 
Strait-1X (Sebuku, Makassar Selatan), hanya karena gas dan kondensat, merupakan 
late generation dan late migration.
 
Tonasa carbonate (saya meragukan sampai Miosen Tengah, sebab Miosen Tengah 
Sulawesi sudah didominasi Middle Miocene Camba volcanics) terutama berkembang 
dalam ramp margin dan carbonate platform. Hanya ke utara, masuk ke wilayah 
Enrekang, ia berkembang sebagai rimmed shelf carbonate dengan sebuah sesar 
besar memisahkan platform selatan ke utara menuju Enrekang. Tak ada ditemukan 
reefal buildup, kecuali re-deposited carbonate yang diendapkan di downblock 
sesar rimmed shelf tadi. Redeposited carbonate ini bisa sebagai reservoir, dan 
beberapa merupakan asal rembesan gas (seperti di area Salo Kalupang). Tacipi 
reefs (Miocene Atas) di Sengkang-Bone Basin berkembang sebagai knoll reefs, 
tak berhubungan dengan Tonasa carbonate di Sulawesi Selatan. Dan Tacipi reefs 
telah terbukti sebagai lapangan2 gas (biogenic-thermogenic) Kampung Baru, 
Walanga, Sampi2. Tak banyak karbonat berkembang di Lariang-Karama karena di 
sini pada umur Miocene berkembang klastik
 tebal yang menyusun fold-thrust belt menerus sampai ke wilayah offshore 
Sulawesi Barat. 
 
Karbonat-karbonat yang berkembang di Makassar Strait adalah ekivalen Berai 
(Oligo-Miocene) dan hanya tumbuh sebagai reefal build ups di setiap tinggian 
horst dari sistem rifting Selat Makassar pada zaman Paleogen. Ke sebelah 
selatan, ditemukan pula karbonat nummulitic berumur Eosen yang bisa menjadi 
target reservoir hidrokarbon. Semua karbonat ini kini tenggelam jauh di bawah 
Makassar Strait yang dalam tertkubur sedimen klastik Neogen dan laut yang 
dalam. Tahun ini, kita akan melihat prospektivitas karbonat2 ini dibuktikan. 
Sebuah operator akan mengebornya untuk pertama kalinya. Just wait and see..
 
Berai di Barito seperti Tonassa, berkembang dalam bentuk ramp shelf tanpa 
tinggian2 berarti untuk tumbuhnya reefal buildup, sehingga yang terbentuk betul 
dominan biomicrite yang ketat. Ia hanya jadi reservoir di puncak-puncak 
antiklin melalui retakan, beberapa 

[iagi-net-l] Fieldtrip One Day Sedimentology Rafting of Cimandiri River

2009-01-14 Terurut Topik benyamin sembiring
 Dear Explorationist,




GDA would like to inform you that GDA Consulting will be held the Fieldtrip
One Day Sedimentology Rafting of Cimandiri River.



This fieldtrip will be taken place at Cimandiri river, Sukabumi West Java,
on Saturday, February 14, 2009.







*Overview*



Cimandiri river has many interesting outcrops which learn its sedimentology
will refresh your basic understanding, combine with rafting the tour will
much more interesting more than you can imagine





*Registration Fee:*



Only Rp 3.000.000 /Participant

Include: Insurance, guide book, T-shirt, lunch  dinner, transport
JKT-Location, Return Trip and rafting

Closing Registration: February 6, 2009



Maximum Participant: 25

Minimum Participant: 10



Registration fee into:

Geosain Delta Andalan, Bank Niaga – Soepomo A/C IDR: 025-01-00469-000





All information of the course is attached on the flyer, and please fills the
form

For further information, please kindly contact:



   1. Endra Sulistya (0817843733: en...@gda.co.id )
   2. Liyanto (085669717118 : liya...@gda.co.id)
   3. GDA Office (021-83792688)






Sincerely yours



**
*Endra Sulistya*

*GDA Consulting*

Jl.Tebet Timur Dalam X No.2

Jakarta 12820

Phone. (62-21)837 92688

Fax. (62-21)837 92687

Mobile. 0817843733

Email.* **en...@gda.co.id*


Re: [iagi-net-l] Fieldtrip One Day Sedimentology Rafting of Cimandiri River

2009-01-14 Terurut Topik ukat . sukanta
musim banjir






benyamin sembiring benyaminsembir...@gmail.com
01/15/2009 12:44 PM
Please respond to iagi-net

 
To: iagi-net@iagi.or.id
cc: 
Subject:[iagi-net-l] Fieldtrip One Day Sedimentology Rafting of 
Cimandiri River


 Dear Explorationist,




GDA would like to inform you that GDA Consulting will be held the 
Fieldtrip
One Day Sedimentology Rafting of Cimandiri River.



This fieldtrip will be taken place at Cimandiri river, Sukabumi West Java,
on Saturday, February 14, 2009.







*Overview*



Cimandiri river has many interesting outcrops which learn its 
sedimentology
will refresh your basic understanding, combine with rafting the tour will
much more interesting more than you can imagine





*Registration Fee:*



Only Rp 3.000.000 /Participant

Include: Insurance, guide book, T-shirt, lunch  dinner, transport
JKT-Location, Return Trip and rafting

Closing Registration: February 6, 2009



Maximum Participant: 25

Minimum Participant: 10



Registration fee into:

Geosain Delta Andalan, Bank Niaga ? Soepomo A/C IDR: 025-01-00469-000





All information of the course is attached on the flyer, and please fills 
the
form

For further information, please kindly contact:



   1. Endra Sulistya (0817843733: en...@gda.co.id )
   2. Liyanto (085669717118 : liya...@gda.co.id)
   3. GDA Office (021-83792688)






Sincerely yours



**
*Endra Sulistya*

*GDA Consulting*

Jl.Tebet Timur Dalam X No.2

Jakarta 12820

Phone. (62-21)837 92688

Fax. (62-21)837 92687

Mobile. 0817843733

Email.* **en...@gda.co.id*