Re: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau - Zambian Copper Belt
Dear all: Hanya menambahi saja: Zambian Copper Belt merupakan salah satu contoh spektakuler deposit tembaga sulfida bergenesa tak berhubungan (sama sekali?) dengan proses hydrothermal/magmatism . . spektakuler karena: dimensi beltnya (50km x 300km koridor) dan grade (3-5% Cu-sulfide; oxide up to 15%; dengan ketebalan bervariasi antara 5-40m ) sekaligus asosiasi mineralnya . . Cobalt . . . Saya pikir jika fenomena yang terjadi relatif dalam waktu 'singkat' ekskalasinya di 'danau' yang selama ini dikenal 'normal' kemungkinan paling mungkin adalah adanya campur tangan aktifitas tertentu (magmatism, hydrothermal etc) dalam kurun waktu yang juga 'tiba-tiba'. Salam sTJ From: Andri Slamet Subandrio an...@gc.itb.ac.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, January 13, 2009 9:04:26 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau Pak Koesoemadinata yth, terimakasih atas masukannya yang sangat berharga. Kondisi euxinic dan kaya H2S memang tidak selalu berkaitan dengan kegiatan volkanik, walaupun sebagian besar danau-danau seperti Maninjau berasosiasi dengan lingkungan gunungapi. Pengayaan sulfida tanpa campur tangan aktifitas hidrotermal gunungapi dan menghasilkan mineralisasi Cu-Pb-Zn adalah endapan Kupferschiefer (Copper Shale) yang terdapat cekungan Perm di Eropa Tengah. Matinya ikan didanau memang akibat naiknya kosentrasi H2S yang bisa disebabkan kondisi euxinic atau aktifitas hidrotermal didasar danau. Salam Andri SSM R.P.Koesoemadinata wrote: Hanya mengingatkan saja bahwa terjadi pemunculan H2S di air Danau tidak selalu harus dihubungkan dengan magmatism atau hydothermal activity. Sejak saya kuliah diajarkan bahwa extremely reducing sedimentary environment diberbagai danau di dunia, bahkan di laut tertutup pun dapat terjadi euxinic basins (mungkin sekarang disebutnya anoxic), di mana zat organic membusuk menjadi sapropel, dan sewaktu-waktu mengeluarkan H2S yang membunuh organisme di dekat permukaan danau, sehingga menambah lagi supply zat organik yang membusuk, serta menghasilkan black shale facies yang khas dengan golden fossils-nya, karena cangkang fosil sudah diubah dengan pyrit. Salah satu contoh dari suatu euxinic basinsering disebut-sebut Laut Hitam (Black Sea). Hanya sekadar tambahan saja Wassalam RPK - Original Message - From: Andri Slamet Subandrio an...@gc.itb.ac.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, January 13, 2009 8:45 AM Subject: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau IAGI Netter yang budiman, Menarik sekali info yang di rilis oleh Bung Setiabudi Djaelani. Ikan danau terkapar karena kemungkinan semburan sulfida dari dasar danau. Fenomena ini sebenarnya merupakan fenomena umum didaerah gunungapi, apalagi yang terkaya seperti Indonesia. Erupsi sulfida ini merupakan proses hidrotermal yang bisa terjadi didarat atau dibawah air. Proses ini merupakan paduan antara aspek rekahan, reservoir dan magmatisme. Rekahan merupakan bagian dari saluran yang menghubungkan air meteorik, air danau atau air laut dengan reservoir yang terpanaskan oleh magma dibawahnya. Disinahlah terjadi sirkulasi hidrotermal yang bisa mengeluarkan sulfida, sulfat, serta semburan ion-ion metal sepertu Cu, Au, Hg, As, Fe, Pb, Zn dsb kedasar danau atau laut. VMS (Volcanic Massive Sulfide) yang sudah sangat terkenal sebagai penghasil logam dasar (Cu-Pb-Zn) barit, dan gipsum juga didahului oleh semburan asap hitam (black smoker) atau putih didasar danau atau cekungan yang mengandung sulfida. Danau-danau di Sumatra berasosiasi dengan gunungapi juga patahan besar Semangko, dengan demikian fenomena semburan sulfida merupakan yang wajar namun perlu mendapat perhatian, karena mungkin saja ini menjadi pertanda bagi peningkatan aktifitas tektonik maupun vulkanik! Nah mungkin kita harus simak Smoke on The WaterFire in the sky..yang tejadi di Ring of Fire Archiepelago ? Ikan mendem (keracunan), bau telur busuk di danau siapa tahu bisa dijadikan indikator peningkatan aktifitas volkanik? Salam Andri SSM serah-terima pp-iagi: senin sore, 13 oktober 2008 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL pasukan sedang disusun, hanya satu IAGI... ayo, segera pula siapkan utk PIT IAGI ke-38 dg tuan-rumah adalah PENGDA JATENG * mungkin di semarang * mungkin pula di solo * mungkin juga join dg HAGI dll. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan
Re: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau
Matinya 70 ribu ton ikan mas dan nila di keramba atau jala apung Danau Maninjau, Sumatra Barat akibat tuba belerang (racun belerang) kata penduduk setempat menyisakan pertanyaan dan perdebatan di antara para ahli geologi, ekologi, dan perikanan (lihat Media Indonesia 14 Januari 2009 halaman 7). Kedua mekanisme (H2S berasal dari belerang aktivitas hidrotermal volkanisme, dan H2S asal pembusukan organik yang kemudian naik ke atas oleh upwelling) wajar dan pernah terjadi. Dalam peristiwa mati lemasnya puluhan ribu ton ikan yang menyebabkan kerugian sekitar Rp 100 milyar itu, bisa satu mekanisme saja yang terjadi, bisa kedua mekanisme berkombinasi. Bagaimana membuktikan pendapat mana yang benar ? Satu-satunya metode ampuh untuk ini adalah sulfur isotope geochemistry (rasio per mile antara S32/S34). Gas H2S atau dissolved sulfate di air danau bisa diambil dan dilakukan penelitian isotopnya. Dari sini nanti ada dua hasil : sulfur asal organik atau sulfur asal anorganik. Sulfur organik berarti dari asal pembusukan di lingkungan anoksia yang naik oleh upwelling, sulfur anorganik berarti asal hidrotermal sulfida yang berhubungan dengan gejala volkanisme. Kedua perbedaan itu akan ditunjukkan oleh rasio antara S32/S34. salam, awang --- On Wed, 1/14/09, Andri Slamet Subandrio an...@gc.itb.ac.id wrote: From: Andri Slamet Subandrio an...@gc.itb.ac.id Subject: Re: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau To: iagi-net@iagi.or.id Date: Wednesday, January 14, 2009, 9:04 AM Pak Koesoemadinata yth, terimakasih atas masukannya yang sangat berharga. Kondisi euxinic dan kaya H2S memang tidak selalu berkaitan dengan kegiatan volkanik, walaupun sebagian besar danau-danau seperti Maninjau berasosiasi dengan lingkungan gunungapi. Pengayaan sulfida tanpa campur tangan aktifitas hidrotermal gunungapi dan menghasilkan mineralisasi Cu-Pb-Zn adalah endapan Kupferschiefer (Copper Shale) yang terdapat cekungan Perm di Eropa Tengah. Matinya ikan didanau memang akibat naiknya kosentrasi H2S yang bisa disebabkan kondisi euxinic atau aktifitas hidrotermal didasar danau. Salam Andri SSM R.P.Koesoemadinata wrote: Hanya mengingatkan saja bahwa terjadi pemunculan H2S di air Danau tidak selalu harus dihubungkan dengan magmatism atau hydothermal activity. Sejak saya kuliah diajarkan bahwa extremely reducing sedimentary environment diberbagai danau di dunia, bahkan di laut tertutup pun dapat terjadi euxinic basins (mungkin sekarang disebutnya anoxic), di mana zat organic membusuk menjadi sapropel, dan sewaktu-waktu mengeluarkan H2S yang membunuh organisme di dekat permukaan danau, sehingga menambah lagi supply zat organik yang membusuk, serta menghasilkan black shale facies yang khas dengan golden fossils-nya, karena cangkang fosil sudah diubah dengan pyrit. Salah satu contoh dari suatu euxinic basinsering disebut-sebut Laut Hitam (Black Sea). Hanya sekadar tambahan saja Wassalam RPK - Original Message - From: Andri Slamet Subandrio an...@gc.itb.ac.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, January 13, 2009 8:45 AM Subject: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau IAGI Netter yang budiman, Menarik sekali info yang di rilis oleh Bung Setiabudi Djaelani. Ikan danau terkapar karena kemungkinan semburan sulfida dari dasar danau. Fenomena ini sebenarnya merupakan fenomena umum didaerah gunungapi, apalagi yang terkaya seperti Indonesia. Erupsi sulfida ini merupakan proses hidrotermal yang bisa terjadi didarat atau dibawah air. Proses ini merupakan paduan antara aspek rekahan, reservoir dan magmatisme. Rekahan merupakan bagian dari saluran yang menghubungkan air meteorik, air danau atau air laut dengan reservoir yang terpanaskan oleh magma dibawahnya. Disinahlah terjadi sirkulasi hidrotermal yang bisa mengeluarkan sulfida, sulfat, serta semburan ion-ion metal sepertu Cu, Au, Hg, As, Fe, Pb, Zn dsb kedasar danau atau laut. VMS (Volcanic Massive Sulfide) yang sudah sangat terkenal sebagai penghasil logam dasar (Cu-Pb-Zn) barit, dan gipsum juga didahului oleh semburan asap hitam (black smoker) atau putih didasar danau atau cekungan yang mengandung sulfida. Danau-danau di Sumatra berasosiasi dengan gunungapi juga patahan besar Semangko, dengan demikian fenomena semburan sulfida merupakan yang wajar namun perlu mendapat perhatian, karena mungkin saja ini menjadi pertanda bagi peningkatan aktifitas tektonik maupun vulkanik! Nah mungkin kita harus simak Smoke on The WaterFire in the sky..yang tejadi di Ring of Fire Archiepelago ? Ikan mendem (keracunan), bau telur busuk di danau siapa tahu bisa dijadikan indikator peningkatan aktifitas volkanik? Salam Andri SSM serah-terima pp-iagi: senin sore, 13 oktober 2008 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL pasukan sedang disusun, hanya satu IAGI...
RE: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau
Mas Ido, Kelihatannya 'reducing' yang pak Kusuma maksud dalam 'extremely reducing sedimentary environment' itu adalah reduksi sebagai lawan dari oksidasi (ingat reaksi redoks dalam pelajaran kimia dasar). Dalam reduksi yang berkurang ya atom oxygen atau lebih tepatnya bilangan oksidasi. Itu sedikit yang saya masih ingat, selebihnya mesti buka-buka buku dan gugel dulu. Salam Oki -Original Message- From: Turidho (TURIDHO) Sent: Wednesday, January 14, 2009 7:53 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau Penjelasan pak Koesoema singkat tapi mudah dimengerti dan reasonable, sekaligus menambah wawasan, nuhun Pak. Mohon penjelasan lebih lanjut pak mengenai extremely reducing sedimentary environment. Yang berkurang apanya, dan penyebabnya terutama karena apa. Wass wr wb -ido-
Re: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau
Haturnuhun Pak Awang dan rekan IAGI netter, Kemungkinan memang dua-duanya bisa terjadi! Ada kemungkinan lainnya, bila dinding danau terdiri dari material volkanik yang teralterasi dan mengandung pirit tersebar, maka hasil larutannya bisa meningkatkan keasaman air danau. Sulfur di danau pelahan-lahan naik konsentrasinya. Mungkin ikan pada mendem keracunan pada tingkat diatas ambang batas kadar sulfur diair. Isotop stabil seperti S dan O memang cukup ampuh untuk membedakan asal muasalnya apakah hidrotermal atau organik. Salam AndriSSM Matinya 70 ribu ton ikan mas dan nila di keramba atau jala apung Danau Maninjau, Sumatra Barat akibat tuba belerang (racun belerang) kata penduduk setempat menyisakan pertanyaan dan perdebatan di antara para ahli geologi, ekologi, dan perikanan (lihat Media Indonesia 14 Januari 2009 halaman 7). Kedua mekanisme (H2S berasal dari belerang aktivitas hidrotermal volkanisme, dan H2S asal pembusukan organik yang kemudian naik ke atas oleh upwelling) wajar dan pernah terjadi. Dalam peristiwa mati lemasnya puluhan ribu ton ikan yang menyebabkan kerugian sekitar Rp 100 milyar itu, bisa satu mekanisme saja yang terjadi, bisa kedua mekanisme berkombinasi. Bagaimana membuktikan pendapat mana yang benar ? Satu-satunya metode ampuh untuk ini adalah sulfur isotope geochemistry (rasio per mile antara S32/S34). Gas H2S atau dissolved sulfate di air danau bisa diambil dan dilakukan penelitian isotopnya. Dari sini nanti ada dua hasil : sulfur asal organik atau sulfur asal anorganik. Sulfur organik berarti dari asal pembusukan di lingkungan anoksia yang naik oleh upwelling, sulfur anorganik berarti asal hidrotermal sulfida yang berhubungan dengan gejala volkanisme. Kedua perbedaan itu akan ditunjukkan oleh rasio antara S32/S34. salam, awang --- On Wed, 1/14/09, Andri Slamet Subandrio an...@gc.itb.ac.id wrote: From: Andri Slamet Subandrio an...@gc.itb.ac.id Subject: Re: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau To: iagi-net@iagi.or.id Date: Wednesday, January 14, 2009, 9:04 AM Pak Koesoemadinata yth, terimakasih atas masukannya yang sangat berharga. Kondisi euxinic dan kaya H2S memang tidak selalu berkaitan dengan kegiatan volkanik, walaupun sebagian besar danau-danau seperti Maninjau berasosiasi dengan lingkungan gunungapi. Pengayaan sulfida tanpa campur tangan aktifitas hidrotermal gunungapi dan menghasilkan mineralisasi Cu-Pb-Zn adalah endapan Kupferschiefer (Copper Shale) yang terdapat cekungan Perm di Eropa Tengah. Matinya ikan didanau memang akibat naiknya kosentrasi H2S yang bisa disebabkan kondisi euxinic atau aktifitas hidrotermal didasar danau. Salam Andri SSM R.P.Koesoemadinata wrote: Hanya mengingatkan saja bahwa terjadi pemunculan H2S di air Danau tidak selalu harus dihubungkan dengan magmatism atau hydothermal activity. Sejak saya kuliah diajarkan bahwa extremely reducing sedimentary environment diberbagai danau di dunia, bahkan di laut tertutup pun dapat terjadi euxinic basins (mungkin sekarang disebutnya anoxic), di mana zat organic membusuk menjadi sapropel, dan sewaktu-waktu mengeluarkan H2S yang membunuh organisme di dekat permukaan danau, sehingga menambah lagi supply zat organik yang membusuk, serta menghasilkan black shale facies yang khas dengan golden fossils-nya, karena cangkang fosil sudah diubah dengan pyrit. Salah satu contoh dari suatu euxinic basinsering disebut-sebut Laut Hitam (Black Sea). Hanya sekadar tambahan saja Wassalam RPK - Original Message - From: Andri Slamet Subandrio an...@gc.itb.ac.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, January 13, 2009 8:45 AM Subject: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau IAGI Netter yang budiman, Menarik sekali info yang di rilis oleh Bung Setiabudi Djaelani. Ikan danau terkapar karena kemungkinan semburan sulfida dari dasar danau. Fenomena ini sebenarnya merupakan fenomena umum didaerah gunungapi, apalagi yang terkaya seperti Indonesia. Erupsi sulfida ini merupakan proses hidrotermal yang bisa terjadi didarat atau dibawah air. Proses ini merupakan paduan antara aspek rekahan, reservoir dan magmatisme. Rekahan merupakan bagian dari saluran yang menghubungkan air meteorik, air danau atau air laut dengan reservoir yang terpanaskan oleh magma dibawahnya. Disinahlah terjadi sirkulasi hidrotermal yang bisa mengeluarkan sulfida, sulfat, serta semburan ion-ion metal sepertu Cu, Au, Hg, As, Fe, Pb, Zn dsb kedasar danau atau laut. VMS (Volcanic Massive Sulfide) yang sudah sangat terkenal sebagai penghasil logam dasar (Cu-Pb-Zn) barit, dan gipsum juga didahului oleh semburan asap hitam (black smoker) atau putih didasar danau atau cekungan yang mengandung sulfida. Danau-danau di Sumatra berasosiasi dengan gunungapi juga patahan besar Semangko, dengan demikian fenomena semburan sulfida merupakan yang wajar namun perlu mendapat perhatian, karena mungkin saja ini menjadi pertanda
Re: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau
Saya hanya ingin mengingatkan saja bahwa keluarnya H2S itu tidak selalu harus berhubungan dengan magmatism dan hydrothermal activity. Pembusukan zat organik itu sering menghasilkan H2S. Terjadi di sedimentary environment yang tidak ada sirkulasi oxygen (anoxic), karena tertutup ambang dari laut terbuka. Bahkan manusia sebagai organism juga sewaktu-waktu mengeluarkan H2S, jadi tidak selalu harus berhubungan dengan magmatism, volcanism atau hydrothermal activity. Saya kira banyak di textbook membahas mengenai euxinic condition ini. Wassalam RPK On 1/14/2009, Andri Slamet Subandrio an...@gc.itb.ac.id wrote: Pak Koesoemadinata yth, terimakasih atas masukannya yang sangat berharga. Kondisi euxinic dan kaya H2S memang tidak selalu berkaitan dengan kegiatan volkanik, walaupun sebagian besar danau-danau seperti Maninjau berasosiasi dengan lingkungan gunungapi. Pengayaan sulfida tanpa campur tangan aktifitas hidrotermal gunungapi dan menghasilkan mineralisasi Cu-Pb-Zn adalah endapan Kupferschiefer (Copper Shale) yang terdapat cekungan Perm di Eropa Tengah. Matinya ikan didanau memang akibat naiknya kosentrasi H2S yang bisa disebabkan kondisi euxinic atau aktifitas hidrotermal didasar danau. Salam Andri SSM R.P.Koesoemadinata wrote: Hanya mengingatkan saja bahwa terjadi pemunculan H2S di air Danau tidak selalu harus dihubungkan dengan magmatism atau hydothermal activity. Sejak saya kuliah diajarkan bahwa extremely reducing sedimentary environment diberbagai danau di dunia, bahkan di laut tertutup pun dapat terjadi euxinic basins (mungkin sekarang disebutnya anoxic), di mana zat organic membusuk menjadi sapropel, dan sewaktu-waktu mengeluarkan H2S yang membunuh organisme di dekat permukaan danau, sehingga menambah lagi supply zat organik yang membusuk, serta menghasilkan black shale facies yang khas dengan golden fossils-nya, karena cangkang fosil sudah diubah dengan pyrit. Salah satu contoh dari suatu euxinic basinsering disebut-sebut Laut Hitam (Black Sea). Hanya sekadar tambahan saja Wassalam RPK - Original Message - From: Andri Slamet Subandrio an...@gc.itb.ac.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, January 13, 2009 8:45 AM Subject: [iagi-net-l] Smoke on The Water vs Erupsi Sulfida Dasar Danau IAGI Netter yang budiman, Menarik sekali info yang di rilis oleh Bung Setiabudi Djaelani. Ikan danau terkapar karena kemungkinan semburan sulfida dari dasar danau. Fenomena ini sebenarnya merupakan fenomena umum didaerah gunungapi, apalagi yang terkaya seperti Indonesia. Erupsi sulfida ini merupakan proses hidrotermal yang bisa terjadi didarat atau dibawah air. Proses ini merupakan paduan antara aspek rekahan, reservoir dan magmatisme. Rekahan merupakan bagian dari saluran yang menghubungkan air meteorik, air danau atau air laut dengan reservoir yang terpanaskan oleh magma dibawahnya. Disinahlah terjadi sirkulasi hidrotermal yang bisa mengeluarkan sulfida, sulfat, serta semburan ion-ion metal sepertu Cu, Au, Hg, As, Fe, Pb, Zn dsb kedasar danau atau laut. VMS (Volcanic Massive Sulfide) yang sudah sangat terkenal sebagai penghasil logam dasar (Cu-Pb-Zn) barit, dan gipsum juga didahului oleh semburan asap hitam (black smoker) atau putih didasar danau atau cekungan yang mengandung sulfida. Danau-danau di Sumatra berasosiasi dengan gunungapi juga patahan besar Semangko, dengan demikian fenomena semburan sulfida merupakan yang wajar namun perlu mendapat perhatian, karena mungkin saja ini menjadi pertanda bagi peningkatan aktifitas tektonik maupun vulkanik! Nah mungkin kita harus simak Smoke on The WaterFire in the sky..yang tejadi di Ring of Fire Archiepelago ? Ikan mendem (keracunan), bau telur busuk di danau siapa tahu bisa dijadikan indikator peningkatan aktifitas volkanik? Salam Andri SSM serah-terima pp-iagi: senin sore, 13 oktober 2008 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL pasukan sedang disusun, hanya satu IAGI... ayo, segera pula siapkan utk PIT IAGI ke-38 dg tuan-rumah adalah PENGDA JATENG * mungkin di semarang * mungkin pula di solo * mungkin juga join dg HAGI dll. - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims
Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] mahakam basin
Pak Awang YTH., Saat pembukaan Makassar strait basin ke Selatan ke arah Jawa Timur ini , secara fisiografis secara berurutan apakah meliputi South Makassar basin-Masalima through, Doang through-Pagerungan half graben, MDA half graben, dst, ataukah ada perbedaan dalam mekanisme pembentukan nya... Dengan adanya pembukaan Makassar strait yang ber arah Utara-Selatan ini, secara paleogeography source rock yang selama ini dikenal dari Eocene Mallawa/Toraja FM, nampak nya memberikan kondisi ideal secara migration pathway nya ya pak, yang mana pengisian tersebut ber arah relatif Barat-Timur, yang saya tanyakan, apakah migration Hydrocarbon ini telah mengisi ke sumur2 di sebalah barat nya, secara berurutan dari selatan adalah sumur Gambah, Goda, Gudang, Gendalo, Gandang, Geng, Gula, Gada, Gehem, Ranggas, dst., ; dan juga di sebelah Timur, secara berurutan dari selatan adalah Pangkat-1, Makassar St-1, dst Paleogeography saat Oligo-Miocene dimana reservoir yang selama ini dikenal dengan Eocene-Middle Miocene Tonasa (Van Leeuwen, 1981, dan Sukamto, 1982)/Makale FM, nampak nya variasi facies carbonate yang ditemukan tidak terlalu banyak ya pak, dari ramp margin, carbonate platform, sampai dengan reef build-up..., apakah type2 carbonate facies di Makassar strait basin ini juga bisa di analog kan ke Lariang, Karama, dan Sengkang basin ya pak, selain dengan Berai limestone (biomicrite) di Barito basin... Melihat seismic berarah Barat-Timur (dalam paper IPA 2005, Puspita et al, dan juga di Nuraini et al), dihubungkan dengan pola 'aulacogen', dan bila melihat adanya collision antara Banggai/Sula micro continent dengan West Sulawesi pada Late Miocene-Pliocene, apakah mungkin adanya pola fold and thrust belt yang terjadi, kemudian ter uplift dan ter erosi, bisa menjadikan suatu clastic source sediment dari sebelah Timur (Sulawesi) dan sehingga bisa menjadi suatu turbidite play system, selain source sediment yang selama ini dikenal adalah dari sebelah Barat... Mohon pencerahan nya pak... Terimakasih Best Regards Sigit Ari Prabowo Sdr. Hepy, Mahakam Basin atau secara resmi bagian offshore Kutei Basin yang makin ke timur membentuk embayment (terbuka, tanpa border yang signifikan) menyatu ke North Makassar Basin diawali oleh suatu rifting atau peretakan kerak benua pada sekitar Eosen Tengah di posisi yang kedudukannya sekarang berupa Selat Makassar. Sebelum Eosen, bagian barat Sulawesi masih bersatu dengan bagian timur Kalimantan. Persatuan ini bukan merupakan kerak kontinen yang asli (craton), tetapi hasil akresi oleh berbagai proses tektonik sepanjang Yura dan Kapur. Ke dalam akresi ini terlibat beberapa mikrokontinen seperti Paternoster, Mangkalihat, dan Pompangeo (di Sulawesi). Maka pada awal Tersier, akibat akresi ini, Sundaland berukuran lebar. Massa kerak Sundaland yang lebar ini telah menghalangi sirkulasi mantel di bawahnya. Akibatnya, lama-kelamaan terbentuk garis retakan akibat mantle plume yang naik di bawah bagian timur Sundaland, itulah cikal bakal rifting yang akan membuka Selat Makassar. Pada Eosen, rifting mulai terjadi. Rifting bagian paling timur Sundaland ini juga dipicu oleh proses tektonik yang disebut escape tectonism akibat regional berbenturnya massa benua India ke Eurasia pada Eosen Tengah (50-45 Ma). Dalam escape tectonics, suatu benturan akan selalu diikuti oleh terpisahnya beberapa massa kerak Bumi berhubungan menjauhi pusat benturan. Rifting Selat Makassar adalah salah satu responnya di samping dipicu juga oleh upwelling mantle plume (material mantel yang naik ke bawah litosfer) yang kemudian akan segera diikuti oleh lateral separation mengikuti hukum konveksi sel mantel. Begitulah asal-muasal terjadinya rifting. Rfting Selat Makassar kemudian membuka Cekungan Kutei, Mahakam Basin dan North Makassar Basin. Skenario tektonik rifting di Selat Makassar ini bisa dipelajari lebih jauh di publikasi saya di proceedings PIT IAGI-HAGI tahun 2003 (Satyana, 2003 : Accretion and dispersion of SE Sundaland : the growing and slivering of a continent) dan proceedings PIT IAGI tahun 2006 (Satyana, 2006 : Post-collisional tectonic escapes in Indonesia : fashioning the cenozoic history). Setelah rifting makin jauh membuka ke selatan menuju Jawa Timur dan ke utara menuju Laut Sulawesi, terbentuklah tiga lengan patahan : (1) ke utara (menuju Laut Sulawesi - ini akan berpengaruh ke pembukaan Tarakan Basin), (2) ke selatan (menuju Jawa Timur - ini akan berpengaruh ke pembentukan horst-graben Paleogen di Jawa Timur), dan (3) ke barat menuju bagian tengah Kalimantan. Sistem tiga lengan rifting ini kita kenal sebagai sistem aulacogen. Hukum aulacogen mengatakan bahwa satu lengan yang keluar dari kesejajaran akan berhenti membuka - dalam hal ini lengan ke-3 yang ke arah Kalimantan yang berhenti membuka memasuki Neogen. Sementara lengan 1 dan lengan 2 terus membuka ke timur, tetapi pada Mio-Pliosen terhenti juga akibat Sulawesi
Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] mahakam basin
Sigit dan rekan2 milis, Pembukaan Selat Makassar ke selatan-baratdaya menuju East Java Sea Basin hanya ke sebelah utara, ke kompleks horst dan graben Sibaru High-Masalima Trough-Masalima High-Doang Trough. Saya agak meragukan efeknya terjadi sampai ke Pagerungan Half Graben dan MDA Half Graben. Bila direkonstruksi ke earliest Tertiary dan lower Paleogene kedua dalaman yang terakhir punya orientasi yang lain dengan horst-graben2 yang disebutkan pertama. Pembukaan kompleks horst-graben di East Java Sea itu mengikuti suatu konsep, ada pula yang menganggapnya sebagai akibat rifting di posisi back-arc akibat melambatnya laju penunjaman di selatan Jawa yang berkurang (roll-back rifting). Perlu diketahui, bahwa kerak samudra dari ujung Jawa Barat ke ujung Jawa Timur semakin tua umurnya, sehingga mekanisme roll back di selatan Jawa Timur logis diajukan. Suatu kerak samudra (slab) berumur tua akan lebih mudah menyebabkan roll back subduction daripada kerak yang muda. Retak benua pada earliest Tertiary-Paleogen antara Kalimantan dan Sulawesi yang membentuk Selat Makassar membuka peluang pembentukan graben sebagai kitchen lakustrin yang posisinya sekarang berada di bagian dalam Selat Makassar dan di bawah Sulawesi Barat. Batuan induk fluviodeltaik-lakustrin yang akan menghasilkan minyak parafinik (ekivalen Tanjung Bawah/Malawa/Toraja) akan diendapkan di graben2 Paleogen tersebut. Banyak rembesan minyak di Lengan Sulawesi Barat telah dikarakterisasi secara geokimia sebagai berhubungan dengan batuan induk semacam ini. Tetapi pengisian hidrokarbon lapangan-lapangan2 Gambah, Goda, Gudang, Gendalo, Gandang, Geng, Gula, Gada, Gehem dan Ranggas di Selat Makassar bukan dari graben Paleogen yang lakustrin ini. Gas/kondensat/minyak yang ditemukan di lapangan-lapangan itu semuanya berasal dari Upper Miocene detrital deltaic sources yang dibawa ke sistem laut dalam. Sources yang sama merupakan asal minyak dan gas di lapangan2 Delta Mahakam (Handil, Bekapai, Nilam, Badak, dll.). Tetapi, beberapa age-diagnostic biomarkers yang menunjukkan umur Eosen (lupanoid)ditemukan di minyak Ranggas. Dalam geokimia, hal ini bisa dibuktikan dengan cross plot antara aromatic HC carbon isotop ratio dengan carbon 13 pristane. Umur sample juga akan muncul dengan melakukan crossplot antara isotop karbon-13 n-C26 dengan 17alpha (H)-trisnorhopane/hopane. Cross plot2 tersebut telah diujicobakan dan positif bahwa Lapangan Ranggas mengandung minyak asal Eosen yang parafinik. Tentu ini berita gembira sebab membuktikan konsep bahwa di bawah Makassar Strait ada kitchen Eosen seperti di Tanjung. Bagaimana pembentukannya ? Seperti di atas, melalui rifting Selat Makassar. Hanya, source Paleogen ini bukan yang dominan mengisi minyak Ranggas. Sedangkan minyak parafinik di Pangkat-1 (Sebuku, Makassar Selatan) memang diisi oleh source Eosen Tanjung Bawah di dalam graben kitchen. Juga Makassar Strait-1X (Sebuku, Makassar Selatan), hanya karena gas dan kondensat, merupakan late generation dan late migration. Tonasa carbonate (saya meragukan sampai Miosen Tengah, sebab Miosen Tengah Sulawesi sudah didominasi Middle Miocene Camba volcanics) terutama berkembang dalam ramp margin dan carbonate platform. Hanya ke utara, masuk ke wilayah Enrekang, ia berkembang sebagai rimmed shelf carbonate dengan sebuah sesar besar memisahkan platform selatan ke utara menuju Enrekang. Tak ada ditemukan reefal buildup, kecuali re-deposited carbonate yang diendapkan di downblock sesar rimmed shelf tadi. Redeposited carbonate ini bisa sebagai reservoir, dan beberapa merupakan asal rembesan gas (seperti di area Salo Kalupang). Tacipi reefs (Miocene Atas) di Sengkang-Bone Basin berkembang sebagai knoll reefs, tak berhubungan dengan Tonasa carbonate di Sulawesi Selatan. Dan Tacipi reefs telah terbukti sebagai lapangan2 gas (biogenic-thermogenic) Kampung Baru, Walanga, Sampi2. Tak banyak karbonat berkembang di Lariang-Karama karena di sini pada umur Miocene berkembang klastik tebal yang menyusun fold-thrust belt menerus sampai ke wilayah offshore Sulawesi Barat. Karbonat-karbonat yang berkembang di Makassar Strait adalah ekivalen Berai (Oligo-Miocene) dan hanya tumbuh sebagai reefal build ups di setiap tinggian horst dari sistem rifting Selat Makassar pada zaman Paleogen. Ke sebelah selatan, ditemukan pula karbonat nummulitic berumur Eosen yang bisa menjadi target reservoir hidrokarbon. Semua karbonat ini kini tenggelam jauh di bawah Makassar Strait yang dalam tertkubur sedimen klastik Neogen dan laut yang dalam. Tahun ini, kita akan melihat prospektivitas karbonat2 ini dibuktikan. Sebuah operator akan mengebornya untuk pertama kalinya. Just wait and see.. Berai di Barito seperti Tonassa, berkembang dalam bentuk ramp shelf tanpa tinggian2 berarti untuk tumbuhnya reefal buildup, sehingga yang terbentuk betul dominan biomicrite yang ketat. Ia hanya jadi reservoir di puncak-puncak antiklin melalui retakan, beberapa
[iagi-net-l] Fieldtrip One Day Sedimentology Rafting of Cimandiri River
Dear Explorationist, GDA would like to inform you that GDA Consulting will be held the Fieldtrip One Day Sedimentology Rafting of Cimandiri River. This fieldtrip will be taken place at Cimandiri river, Sukabumi West Java, on Saturday, February 14, 2009. *Overview* Cimandiri river has many interesting outcrops which learn its sedimentology will refresh your basic understanding, combine with rafting the tour will much more interesting more than you can imagine *Registration Fee:* Only Rp 3.000.000 /Participant Include: Insurance, guide book, T-shirt, lunch dinner, transport JKT-Location, Return Trip and rafting Closing Registration: February 6, 2009 Maximum Participant: 25 Minimum Participant: 10 Registration fee into: Geosain Delta Andalan, Bank Niaga – Soepomo A/C IDR: 025-01-00469-000 All information of the course is attached on the flyer, and please fills the form For further information, please kindly contact: 1. Endra Sulistya (0817843733: en...@gda.co.id ) 2. Liyanto (085669717118 : liya...@gda.co.id) 3. GDA Office (021-83792688) Sincerely yours ** *Endra Sulistya* *GDA Consulting* Jl.Tebet Timur Dalam X No.2 Jakarta 12820 Phone. (62-21)837 92688 Fax. (62-21)837 92687 Mobile. 0817843733 Email.* **en...@gda.co.id*
Re: [iagi-net-l] Fieldtrip One Day Sedimentology Rafting of Cimandiri River
musim banjir benyamin sembiring benyaminsembir...@gmail.com 01/15/2009 12:44 PM Please respond to iagi-net To: iagi-net@iagi.or.id cc: Subject:[iagi-net-l] Fieldtrip One Day Sedimentology Rafting of Cimandiri River Dear Explorationist, GDA would like to inform you that GDA Consulting will be held the Fieldtrip One Day Sedimentology Rafting of Cimandiri River. This fieldtrip will be taken place at Cimandiri river, Sukabumi West Java, on Saturday, February 14, 2009. *Overview* Cimandiri river has many interesting outcrops which learn its sedimentology will refresh your basic understanding, combine with rafting the tour will much more interesting more than you can imagine *Registration Fee:* Only Rp 3.000.000 /Participant Include: Insurance, guide book, T-shirt, lunch dinner, transport JKT-Location, Return Trip and rafting Closing Registration: February 6, 2009 Maximum Participant: 25 Minimum Participant: 10 Registration fee into: Geosain Delta Andalan, Bank Niaga ? Soepomo A/C IDR: 025-01-00469-000 All information of the course is attached on the flyer, and please fills the form For further information, please kindly contact: 1. Endra Sulistya (0817843733: en...@gda.co.id ) 2. Liyanto (085669717118 : liya...@gda.co.id) 3. GDA Office (021-83792688) Sincerely yours ** *Endra Sulistya* *GDA Consulting* Jl.Tebet Timur Dalam X No.2 Jakarta 12820 Phone. (62-21)837 92688 Fax. (62-21)837 92687 Mobile. 0817843733 Email.* **en...@gda.co.id*