Re: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy

2009-05-07 Terurut Topik noor syarifuddin
sebenarnya kalau terlibat dalam operasional sehari-hari, maka akan tahu soal 
ini...

- di awalnya ada POD : overall cost sehubungan dengan pengembangan lapangan== 
bisa dijadikan titik awal pemantauan
- tiap tahun ada WPB itu juga cukup detailini untuk bahan monitoring 
tahunan== kalau dikonsolidasi bisa dibandingkan dengan POD cost
- tiap item masih ada AFE == mulai dari persetujuan, pelaksanaan sampai 
closingnya bisa dimonitor == dikonsolidasi bisa untuk check WPB dan POD...

itu khan semua menyangkut soal costingjadi yang kurang terbuka apanya lagi 
ya?



salam,




From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
To: IAGI iagi-net@iagi.or.id; migas_indone...@yahoogroups.com; Indoenergy 
indoene...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id
Sent: Thursday, May 7, 2009 1:07:40 PM
Subject: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy

Ada satu tantangan menarik dari Airlangga -ketua komisi 7.
Airlangga menantang pada oil and gas sector (industry) utk membuka
sistem costing yg ada di o-g industry. Issue ini menjadi issue utama
dalam beberapa tahun terakhir ini. Salah satunya di dpr dan juga media
termasuk mailist. Terutama ketika cost ini masuk ke issue cost
recovery, dimana cost ini lebih banyak masul dalam kontrol pengusaha
tetapi menjadi komplicated dan complex karena pembiayaan ini menjadi
membebani pemerintah. ktika konsep cost ini masuk cost recovey
scheme. .

Intinya problem/issue ini hanya karena tidak adanya clean and opennes
reporting.

Ah spertinya perlu dijelaskan dalam sebuah dongeng ktimbang dg
bahasa aturan (hukum) atau bahasa accounting bahkan kalau mungkin
dibuat dalam bahasa mudah jauh dari sisi tehnis.

Bisakah laporan ini terbuka dan sederhana ?

Rdp

-- 
Sent from my mobile device


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!!
akan dilaksanakan di Semarang
13-14 Oktober 2009
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-


  

[iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF

2009-05-07 Terurut Topik mbatack
Teman2 geocomputing specialist,
Kebetulan ini dapat warisan file2 digital dari operator terdahulu, ada file2 
uang memiliki extension .DSF. Adakah yang bisa bantu, file yang mempunyai 
extension .DSF itu membukanya pakai aplikasi apaan ya?
Salam,
Bambang


  

Re: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy

2009-05-07 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Karena yang mempertanyakan itu Airlangga - Ketua Komisi 7 DPR,
brangkali keterbukaan akses dari komisi 7 pada pelaporan serta 3 items
yg ditulis dibawah itu. Juga clean and clear dari pelaporan itu.
Bagi pekerja migas barangkali itu crystal clear, tapi bagi yang non
migas pasti riweh.

Tadi kebetulan juga barusan ngobrol dengan kawan yang dulu dari MTI
(Masyarakat Transparansi Indonesia) yang mengatakan bahwa produksi
Indonesia itu berapa ? Nah angka ini menjadi rancu ketika produksi
negara before atau after split, before CR atau after CR. Bagi
pekerja migas mungkin clear, tapi bagi mereka itu sudah membingungkan.
Akhirnya angka kebocoran shohah muncul hanya gara-gara sepele dan
ecek-ecek. Tetapi ini akhirnya juga memeras keringat orang-orang migas
sendiri karena laporannya tidak clear dimata mereka.

Atau memang CR sebuah fenomena kompleks dan rumit yang hanya bisa
dijelaskan dengan rumit juga.

Mungkin perlu pemikiran Simpler is better

RDP

2009/5/7 noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com:
 sebenarnya kalau terlibat dalam operasional sehari-hari, maka akan tahu soal 
 ini...

 - di awalnya ada POD : overall cost sehubungan dengan pengembangan 
 lapangan== bisa dijadikan titik awal pemantauan
 - tiap tahun ada WPB itu juga cukup detailini untuk bahan monitoring 
 tahunan== kalau dikonsolidasi bisa dibandingkan dengan POD cost
 - tiap item masih ada AFE == mulai dari persetujuan, pelaksanaan sampai 
 closingnya bisa dimonitor == dikonsolidasi bisa untuk check WPB dan POD...

 itu khan semua menyangkut soal costingjadi yang kurang terbuka apanya 
 lagi ya?



 salam,



 
 From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
 To: IAGI iagi-net@iagi.or.id; migas_indone...@yahoogroups.com; Indoenergy 
 indoene...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id
 Sent: Thursday, May 7, 2009 1:07:40 PM
 Subject: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy

 Ada satu tantangan menarik dari Airlangga -ketua komisi 7.
 Airlangga menantang pada oil and gas sector (industry) utk membuka
 sistem costing yg ada di o-g industry. Issue ini menjadi issue utama
 dalam beberapa tahun terakhir ini. Salah satunya di dpr dan juga media
 termasuk mailist. Terutama ketika cost ini masuk ke issue cost
 recovery, dimana cost ini lebih banyak masul dalam kontrol pengusaha
 tetapi menjadi komplicated dan complex karena pembiayaan ini menjadi
 membebani pemerintah. ktika konsep cost ini masuk cost recovey
 scheme. .

 Intinya problem/issue ini hanya karena tidak adanya clean and opennes
 reporting.

 Ah spertinya perlu dijelaskan dalam sebuah dongeng ktimbang dg
 bahasa aturan (hukum) atau bahasa accounting bahkan kalau mungkin
 dibuat dalam bahasa mudah jauh dari sisi tehnis.

 Bisakah laporan ini terbuka dan sederhana ?

 Rdp

 --
 Sent from my mobile device

 
 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...
 
 tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!!
 akan dilaksanakan di Semarang
 13-14 Oktober 2009
 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted 
 on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall 
 IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct 
 or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss 
 of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any 
 information posted on IAGI mailing list.
 -





PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!!
akan dilaksanakan di Semarang
13-14 Oktober 2009
-
To unsubscribe, 

Re: [iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF

2009-05-07 Terurut Topik oki musakti
Designer (Micrographix) file ?
Salah satu program CAD
 
Oki

--- On Thu, 7/5/09, mbatack mbat...@yahoo.com wrote:


From: mbatack mbat...@yahoo.com
Subject: [iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF
To: IAGI NET iagi-net@iagi.or.id
Received: Thursday, 7 May, 2009, 5:28 PM


Teman2 geocomputing specialist,
Kebetulan ini dapat warisan file2 digital dari operator terdahulu, ada file2 
uang memiliki extension .DSF. Adakah yang bisa bantu, file yang mempunyai 
extension .DSF itu membukanya pakai aplikasi apaan ya?
Salam,
Bambang


      


  Enjoy a better web experience. Upgrade to the new Internet Explorer 8 
optimised for Yahoo!7. Get it now.

Re: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy

2009-05-07 Terurut Topik noor syarifuddin
Kang,
Lho apa semua itu harus clear di mata umum.
Apa hal ini juga berlaku di industri lain: manufaktur, bank, telekomunikasi, 
BUMN...?
- sampai sekarang saya tidak bisa memahami kenapa kok ongkos telepon dan 
internet di Indonesia masih tergolong paling mahal se-dunia
- sampai sekarang saya juga tidak bisa memahami kenapa kok listrik kita sudah 
mahal eh masih sering giliran juga.
- dan yang lebih parah: saya susah juga untuk memahami dengan kondisi yang 
masih rugi kok ya para direksi BUMN masih bisa dapat bonus tantiem

Dengan captive-market yang begitu besar kok ya BUMN itu gak pernah bisa 
tinggal landas..tapi issue kok ya gak serame urusan CR itu...

Kalau soal angka produksi, saya setuju harus diperjelas maksudnya: produksi 
Indonesia,atau jatah produksi pemerintah Indonesia


salam,




From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI fo...@hagi.or.id; 
migas_indone...@yahoogroups.com; Indoenergy indoene...@yahoogroups.com
Sent: Thursday, May 7, 2009 4:01:51 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy

Karena yang mempertanyakan itu Airlangga - Ketua Komisi 7 DPR,
brangkali keterbukaan akses dari komisi 7 pada pelaporan serta 3 items
yg ditulis dibawah itu. Juga clean and clear dari pelaporan itu.
Bagi pekerja migas barangkali itu crystal clear, tapi bagi yang non
migas pasti riweh.

Tadi kebetulan juga barusan ngobrol dengan kawan yang dulu dari MTI
(Masyarakat Transparansi Indonesia) yang mengatakan bahwa produksi
Indonesia itu berapa ? Nah angka ini menjadi rancu ketika produksi
negara before atau after split, before CR atau after CR. Bagi
pekerja migas mungkin clear, tapi bagi mereka itu sudah membingungkan.
Akhirnya angka kebocoran shohah muncul hanya gara-gara sepele dan
ecek-ecek. Tetapi ini akhirnya juga memeras keringat orang-orang migas
sendiri karena laporannya tidak clear dimata mereka.

Atau memang CR sebuah fenomena kompleks dan rumit yang hanya bisa
dijelaskan dengan rumit juga.

Mungkin perlu pemikiran Simpler is better

RDP

2009/5/7 noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com:
 sebenarnya kalau terlibat dalam operasional sehari-hari, maka akan tahu soal 
 ini...

 - di awalnya ada POD : overall cost sehubungan dengan pengembangan 
 lapangan== bisa dijadikan titik awal pemantauan
 - tiap tahun ada WPB itu juga cukup detailini untuk bahan monitoring 
 tahunan== kalau dikonsolidasi bisa dibandingkan dengan POD cost
 - tiap item masih ada AFE == mulai dari persetujuan, pelaksanaan sampai 
 closingnya bisa dimonitor == dikonsolidasi bisa untuk check WPB dan POD...

 itu khan semua menyangkut soal costingjadi yang kurang terbuka apanya 
 lagi ya?



 salam,



 
 From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
 To: IAGI iagi-net@iagi.or.id; migas_indone...@yahoogroups.com; Indoenergy 
 indoene...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id
 Sent: Thursday, May 7, 2009 1:07:40 PM
 Subject: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy

 Ada satu tantangan menarik dari Airlangga -ketua komisi 7.
 Airlangga menantang pada oil and gas sector (industry) utk membuka
 sistem costing yg ada di o-g industry. Issue ini menjadi issue utama
 dalam beberapa tahun terakhir ini. Salah satunya di dpr dan juga media
 termasuk mailist. Terutama ketika cost ini masuk ke issue cost
 recovery, dimana cost ini lebih banyak masul dalam kontrol pengusaha
 tetapi menjadi komplicated dan complex karena pembiayaan ini menjadi
 membebani pemerintah. ktika konsep cost ini masuk cost recovey
 scheme. .

 Intinya problem/issue ini hanya karena tidak adanya clean and opennes
 reporting.

 Ah spertinya perlu dijelaskan dalam sebuah dongeng ktimbang dg
 bahasa aturan (hukum) atau bahasa accounting bahkan kalau mungkin
 dibuat dalam bahasa mudah jauh dari sisi tehnis.

 Bisakah laporan ini terbuka dan sederhana ?

 Rdp

 --
 Sent from my mobile device

 
 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...
 
 tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!!
 akan dilaksanakan di Semarang
 13-14 Oktober 2009
 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: 

RE: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy

2009-05-07 Terurut Topik Ismail Zaini
Mungkin karena bisnis SDA ( migas ) itu bisnis dg menggunakan asset /milik
negara ( tanah dan air dikuasai negara )  makanya konsekwensinya  jadi
sorotan terus , lha kalau Udara dikuasai oleh siapa ? jarene kalau udara
dikuasai tukang Ban  ( lihat mereka banyak menguasai bisnis Udara ini di
pinggir 2 jalan )
Lha kalau bisnis jasa atau manufactur ( pabrik mobil ) kan tidak menggunakan
barang miliknya negara jadinya ya tdk terlalu disorot sorot.
Tanah dan Air dkuasai oleh negara , apa sih penjabaran dari Dikuasai '  ?
... ini yang banyak penafsirannya . .terutama saat saat kampanye
yang sering dilontarkan kalau SDA kita sudah dikuasi  Asing. 

Salam

ISM


Kang,
Lho apa semua itu harus clear di mata umum.
Apa hal ini juga berlaku di industri lain: manufaktur, bank, telekomunikasi,
BUMN...?
- sampai sekarang saya tidak bisa memahami kenapa kok ongkos telepon dan
internet di Indonesia masih tergolong paling mahal se-dunia
- sampai sekarang saya juga tidak bisa memahami kenapa kok listrik kita
sudah mahal eh masih sering giliran juga.
- dan yang lebih parah: saya susah juga untuk memahami dengan kondisi yang
masih rugi kok ya para direksi BUMN masih bisa dapat bonus tantiem

Dengan captive-market yang begitu besar kok ya BUMN itu gak pernah bisa
tinggal landas..tapi issue kok ya gak serame urusan CR itu...

Kalau soal angka produksi, saya setuju harus diperjelas maksudnya: produksi
Indonesia,atau jatah produksi pemerintah Indonesia


salam,




From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI fo...@hagi.or.id;
migas_indone...@yahoogroups.com; Indoenergy indoene...@yahoogroups.com
Sent: Thursday, May 7, 2009 4:01:51 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy

Karena yang mempertanyakan itu Airlangga - Ketua Komisi 7 DPR, brangkali
keterbukaan akses dari komisi 7 pada pelaporan serta 3 items yg ditulis
dibawah itu. Juga clean and clear dari pelaporan itu.
Bagi pekerja migas barangkali itu crystal clear, tapi bagi yang non migas
pasti riweh.

Tadi kebetulan juga barusan ngobrol dengan kawan yang dulu dari MTI
(Masyarakat Transparansi Indonesia) yang mengatakan bahwa produksi Indonesia
itu berapa ? Nah angka ini menjadi rancu ketika produksi negara before
atau after split, before CR atau after CR. Bagi pekerja migas mungkin clear,
tapi bagi mereka itu sudah membingungkan.
Akhirnya angka kebocoran shohah muncul hanya gara-gara sepele dan ecek-ecek.
Tetapi ini akhirnya juga memeras keringat orang-orang migas sendiri karena
laporannya tidak clear dimata mereka.

Atau memang CR sebuah fenomena kompleks dan rumit yang hanya bisa dijelaskan
dengan rumit juga.

Mungkin perlu pemikiran Simpler is better

RDP

2009/5/7 noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com:
 sebenarnya kalau terlibat dalam operasional sehari-hari, maka akan tahu
soal ini...

 - di awalnya ada POD : overall cost sehubungan dengan pengembangan 
 lapangan== bisa dijadikan titik awal pemantauan
 - tiap tahun ada WPB itu juga cukup detailini untuk bahan 
 monitoring tahunan== kalau dikonsolidasi bisa dibandingkan dengan POD 
 cost
 - tiap item masih ada AFE == mulai dari persetujuan, pelaksanaan sampai
closingnya bisa dimonitor == dikonsolidasi bisa untuk check WPB dan POD...

 itu khan semua menyangkut soal costingjadi yang kurang terbuka apanya
lagi ya?



 salam,



 
 From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
 To: IAGI iagi-net@iagi.or.id; migas_indone...@yahoogroups.com; 
 Indoenergy indoene...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id
 Sent: Thursday, May 7, 2009 1:07:40 PM
 Subject: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy

 Ada satu tantangan menarik dari Airlangga -ketua komisi 7.
 Airlangga menantang pada oil and gas sector (industry) utk membuka
 sistem costing yg ada di o-g industry. Issue ini menjadi issue utama 
 dalam beberapa tahun terakhir ini. Salah satunya di dpr dan juga media 
 termasuk mailist. Terutama ketika cost ini masuk ke issue cost 
 recovery, dimana cost ini lebih banyak masul dalam kontrol pengusaha 
 tetapi menjadi komplicated dan complex karena pembiayaan ini menjadi 
 membebani pemerintah. ktika konsep cost ini masuk cost recovey 
 scheme. .

 Intinya problem/issue ini hanya karena tidak adanya clean and opennes 
 reporting.

 Ah spertinya perlu dijelaskan dalam sebuah dongeng ktimbang dg 
 bahasa aturan (hukum) atau bahasa accounting bahkan kalau mungkin 
 dibuat dalam bahasa mudah jauh dari sisi tehnis.

 Bisakah laporan ini terbuka dan sederhana ?

 Rdp

 --
 Sent from my mobile device

 --
 --
 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...
 --
 

Re: [iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF

2009-05-07 Terurut Topik Joko
mungkin .DXF? Data eXchange Format? dari AutoCAD, CMIIW

 Salam
-Joko-





From: oki musakti geo_musa...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, May 7, 2009 4:19:15 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF

Designer (Micrographix) file ?
Salah satu program CAD
 
Oki

--- On Thu, 7/5/09, mbatack mbat...@yahoo.com wrote:


From: mbatack mbat...@yahoo.com
Subject: [iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF
To: IAGI NET iagi-net@iagi.or.id
Received: Thursday, 7 May, 2009, 5:28 PM


Teman2 geocomputing specialist,
Kebetulan ini dapat warisan file2 digital dari operator terdahulu, ada file2 
uang memiliki extension .DSF. Adakah yang bisa bantu, file yang mempunyai 
extension .DSF itu membukanya pakai aplikasi apaan ya?
Salam,
Bambang


  


  Enjoy a better web experience. Upgrade to the new Internet Explorer 8 
optimised for Yahoo!7. Get it now.


  

RE: [iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF

2009-05-07 Terurut Topik Arie Krisna Lopulisa


Mungkin yang ini :

The DSF (Data Structure File)
. describes the SEGY Headers of the SEGY tape and
. gives the values of the SEGY fields that must override the values
retrieved from the SEGY tape. Those are called out values.


Contoh DSF file :

DSF Example 

# This file is associated with the
'/disk1/users/voskamp/CLIENTS/*/*//7220-6-
1/COMPUTED/VSPZO_*.SEGY' SEG-Y tape.
# It describes the SEG-Y tape format, and out values.
# Creation date : Fri Jul 1 14:05:04 2005

# Headers descriptions :
1:[HEADER]:EBCDIC:1:3200:1
1:[HEADER]:BINARY:1:400:2
1:[HEADER]:TRACEHEADER:1:240:3
1:[HEADER]:TRACE:241:12004:3
1:[HEADER]:TRACEFOOTER:12245:0:3

# Out values :

1:[OUTVALUE]:CLUSTER_NAME:D-1:1
1:[OUTVALUE]:DEPTH_COEFF:1
1:[OUTVALUE]:COORD_COEFF:1




Cheers,
Arie K Lopulisa




-Original Message-
From: Joko [mailto:joko_sosiawan_triku...@yahoo.com] 
Sent: Thursday, May 07, 2009 8:17 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF

mungkin .DXF? Data eXchange Format? dari AutoCAD, CMIIW

 Salam
-Joko-





From: oki musakti geo_musa...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, May 7, 2009 4:19:15 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF

Designer (Micrographix) file ?
Salah satu program CAD
 
Oki

--- On Thu, 7/5/09, mbatack mbat...@yahoo.com wrote:


From: mbatack mbat...@yahoo.com
Subject: [iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF
To: IAGI NET iagi-net@iagi.or.id
Received: Thursday, 7 May, 2009, 5:28 PM


Teman2 geocomputing specialist,
Kebetulan ini dapat warisan file2 digital dari operator terdahulu, ada
file2 uang memiliki extension .DSF. Adakah yang bisa bantu, file yang
mempunyai extension .DSF itu membukanya pakai aplikasi apaan ya?
Salam,
Bambang


  


  Enjoy a better web experience. Upgrade to the new Internet Explorer 8
optimised for Yahoo!7. Get it now.


  



PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!!
akan dilaksanakan di Semarang
13-14 Oktober 2009
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Pola Magnetik DasarLaut dan Rekonstruksi Pangea (Geoblogi) - MST

2009-05-07 Terurut Topik Maryanto
Mas Min, Mas Bosman, netters,

Cerita bagus, tentang Pangea ini. Pangea telah di bahas lebih detil, dan 7 % 
ada di link sbb: . http://salamology.wordpress.com/  

Untuk poin Pangea ini, jawaban khusus ada di link sbb: 
http://salamology.wordpress.com/2008/10/09/mekah-sebagai-pusat-superkontinen-pangea-sepanjang-masa-7-giga-annum-umur-tatasurya/#comment-41

Mas Mar (2000), melihat pusat Pangea itu di AAN (Anticline of Arabian Nubian) 
dari gambar Alfred Wegener (1912), Carrey (1945), Holden  Dietz (1970), yang 
perlihatkan pusat Pangea ada di Timur Tengah sebagai gambar asterik (*). Juga 
dengan data Collins (2003), yang katakan dua super plume terbesar di Bumi ada 
di Near Affar tripple junction, dan South Pacific. Keduanya saya sebut Earth 
planetary cyclone utama: 1a.Pusat daratan Pangea bhs Latin (AAN), dan 1b.. 
Pusat laut Panthalassa, bhs Latin sebagai RAHMAT 
 Ringgold-Anatom-Hebrides-Malaita-Apia-Tonga ring center.  Dst (lihat 
link tadi bagi yang tertarik ). 

Bagaimana Mas Min., Mas Bosman, netter?


Wass,
Mas Mar. 
http://salamology.wordpress.com/



From: bosman batubara bosman200...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id; geologi...@googlegroups.com
Sent: Thursday, May 7, 2009 11:38:38 PM
Subject: [iagi-net-l] Pola Magnetik DasarLaut dan Rekonstruksi Pangea (Geoblogi)

Budiwati/budiman y baik,
Ada yang baru di Geoblogi:



Oleh: Minarwan

Di 
awal bulan Maret (tahun lalu) telah diceritakan bahwa konsep 
yang dikemukakan oleh Alfred Lothar Wegener (1880-1930), tentang daratan 
mahaluas bernama Pangaea yang ada pada akhir Era Paleozoic, akhirnya bisa 
diterima oleh komunitas geosains dan berkembang menjadi teori Tektonik Lempeng 
di tahun 1970-an (buka di sini). Ide Wegener diperdebatkan kembali sejak tahun 
1950an seiring dengan berbagai penemuan yang dilakukan oleh para oceanographer 
and seismologist, terutama berupa mid-oceanic ridge alias pematang tengah 
samudera dan variasi magnetik 
dasar laut.

Tertarik lebih jauh dengan tulisan ini?
Silahken klik: 
http://geoblogi.iagi.or.id/2009/05/08/pola-magnetik-dasar-laut-dan-rekonstruksi-pangea/


tabik
bosman batubara 

weblog: http://annelis.wordpress.com/2009/05/07/lima-abad-penjarahan/


  

Re: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy

2009-05-07 Terurut Topik noor syarifuddin
Pak Ismail,
Setujutapi apakah kita sendiri yang berbisnis SDA...?
- PLN itu bisnisnya juga SDA (tenaga air, tenaga batubara, geothermal), 
biayanya hampir 100% dari negara alias 100% CR (atau malah 150% kalau ada mark 
up)...tapi rugi terus, tidak efisien, listriknya tidak berkualitas (sering 
turun tegangannya, sering pula mati)tapi ya kok adem ayem sajaeh malah 
direksinya diberi bonus

Saya kira lebih karena sentimen modal asing plus karena menyangkut duit yang 
sak hohah itu..coba perhatikan saja perusahaan mana yang disorot soal CR 
ini...kebanyakan adalah 5 besar produser migas di 
Indonesiadisorot terus karena CRnya tinggi (yang 
karena -salah satunya- akibat produksinya yang juga tinggi)sementara yang 
kecil-kecil sih aman-aman saja...mo golep, mo happy hour tiap minggu...gak 
pernah ada yang komplain...

Saya pernah geli waktu mendengar ada laporan LSM yang menyebutkan in-efisiensi 
perusaham migas dengan contoh barge yang sedang stand by (menunggu air laut 
pasang)...lho ini khan memang salah satu bagian dari ketidak 
pastian operasi...seperti pesawat yang harus ditunda atau bahkan dibatalkan 
penerbangannya karena cuaca yang tidak mendukung.(idealnya sih harusnya 
bisa direncanakan, tapi kalau sudah berhubungan dengan alam siapa yang bisa 
garansi 100%..?).




salam,





From: Ismail Zaini lia...@indo.net.id
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, May 7, 2009 8:13:56 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy

Mungkin karena bisnis SDA ( migas ) itu bisnis dg menggunakan asset /milik
negara ( tanah dan air dikuasai negara )  makanya konsekwensinya  jadi
sorotan terus , lha kalau Udara dikuasai oleh siapa ? jarene kalau udara
dikuasai tukang Ban  ( lihat mereka banyak menguasai bisnis Udara ini di
pinggir 2 jalan )
Lha kalau bisnis jasa atau manufactur ( pabrik mobil ) kan tidak menggunakan
barang miliknya negara jadinya ya tdk terlalu disorot sorot.
Tanah dan Air dkuasai oleh negara , apa sih penjabaran dari Dikuasai '  ?
... ini yang banyak penafsirannya . .terutama saat saat kampanye
yang sering dilontarkan kalau SDA kita sudah dikuasi  Asing. 

Salam

ISM


Kang,
Lho apa semua itu harus clear di mata umum.
Apa hal ini juga berlaku di industri lain: manufaktur, bank, telekomunikasi,
BUMN...?
- sampai sekarang saya tidak bisa memahami kenapa kok ongkos telepon dan
internet di Indonesia masih tergolong paling mahal se-dunia
- sampai sekarang saya juga tidak bisa memahami kenapa kok listrik kita
sudah mahal eh masih sering giliran juga.
- dan yang lebih parah: saya susah juga untuk memahami dengan kondisi yang
masih rugi kok ya para direksi BUMN masih bisa dapat bonus tantiem

Dengan captive-market yang begitu besar kok ya BUMN itu gak pernah bisa
tinggal landas..tapi issue kok ya gak serame urusan CR itu...

Kalau soal angka produksi, saya setuju harus diperjelas maksudnya: produksi
Indonesia,atau jatah produksi pemerintah Indonesia


salam,




From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI fo...@hagi.or.id;
migas_indone...@yahoogroups.com; Indoenergy indoene...@yahoogroups.com
Sent: Thursday, May 7, 2009 4:01:51 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy

Karena yang mempertanyakan itu Airlangga - Ketua Komisi 7 DPR, brangkali
keterbukaan akses dari komisi 7 pada pelaporan serta 3 items yg ditulis
dibawah itu. Juga clean and clear dari pelaporan itu.
Bagi pekerja migas barangkali itu crystal clear, tapi bagi yang non migas
pasti riweh.

Tadi kebetulan juga barusan ngobrol dengan kawan yang dulu dari MTI
(Masyarakat Transparansi Indonesia) yang mengatakan bahwa produksi Indonesia
itu berapa ? Nah angka ini menjadi rancu ketika produksi negara before
atau after split, before CR atau after CR. Bagi pekerja migas mungkin clear,
tapi bagi mereka itu sudah membingungkan.
Akhirnya angka kebocoran shohah muncul hanya gara-gara sepele dan ecek-ecek.
Tetapi ini akhirnya juga memeras keringat orang-orang migas sendiri karena
laporannya tidak clear dimata mereka.

Atau memang CR sebuah fenomena kompleks dan rumit yang hanya bisa dijelaskan
dengan rumit juga.

Mungkin perlu pemikiran Simpler is better

RDP

2009/5/7 noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com:
 sebenarnya kalau terlibat dalam operasional sehari-hari, maka akan tahu
soal ini...

 - di awalnya ada POD : overall cost sehubungan dengan pengembangan 
 lapangan== bisa dijadikan titik awal pemantauan
 - tiap tahun ada WPB itu juga cukup detailini untuk bahan 
 monitoring tahunan== kalau dikonsolidasi bisa dibandingkan dengan POD 
 cost
 - tiap item masih ada AFE == mulai dari persetujuan, pelaksanaan sampai
closingnya bisa dimonitor == dikonsolidasi bisa untuk check WPB dan POD...

 itu khan semua menyangkut soal costingjadi yang kurang terbuka apanya
lagi ya?




RE: [iagi-net-l] basin modelling

2009-05-07 Terurut Topik Safrizal
Febrie,
Sebagai tambahan saja dari keterangan pak Awang, phenomena yang ada
dapat ditafsirkan:

1. Berubahnya maturity depth ke tingkat yang lebih dangkal dapat
disebabkan oleh event aliran fluida panas dari level lebih dalam ke
lebih dangkal yang dapat terjadi kapan saja sepanjang sejarah
geologinya. Kejadian ini tidak terpantau dari BHT saat ini. Tetapi data
fluid inclusion dapat menunjukan hal tersebut 

2. Dalam kasus penurunan heatflow dari 63 ke 40 bisa saja terjadi dalam
satu cekungan yang sama seandainya terdapat zona over pressure jauh
dibawah sumur. Zona overpressure ini tidak mentransfer energi panas,
tetapi menahannya. Phenomena ini sering disebut blanketing effect.
Sedangkan zona over pressure biasanya terjadi di zona dimana terjadi
laju sedimentasi sangat cepat.   

Wassalam,
Safrizal 
 
-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] 
Sent: Thursday, May 07, 2009 11:38 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS
Subject: Re: [iagi-net-l] basin modelling


Febrie,

Dalam pemodelan termal, baik untuk membangun modelnya maupun untuk
kalibrasinya, dua hal harus dicek dulu : BHT dan Ro. BHT dari log header
sumur harus dikoreksi dulu dikembalikan ke panas asalnya sebelum
didinginkan oleh sirkulasi lumpur sebelum logging (koreksi a.l. bisa
dilakukan melalui Horner plot). Publikasi BHT mestinya telah corrected
BHT. Ro, memang suka mengalami supresi, sebandingkan dengan nilai T-max
di kedalaman yang sama, bila Ro tersupresi lakukan koreksi juga

Bila sumur A-B-C terjadi di setting tektonik yang sama dengan tipe
basement yang sama, biasanya heatflow menunjukkan nilai yang tak sampai
bervariasi di atas 10 mW/m2. Artinya nilai heatflow 61-63.7 mW/m2 masih
dalam satu kelompok. Tetapi bila heatflow di sumur C sebesar 40 mW/m2,
jelas anomali terhadap sumur A dan B. 

Di tempat dalam biasanya sedimen diendapkan dengan cepat, kadang-kadang
ia memicu terjadinya diapir. Karakteristik termal diapir, ia cenderung
mengangkat maturity window karena proses aquatermal di dalam diapir.
Dalam kasus ini, maturity window bisa mendangkal meskipun geological
setting-nya mendalam, nilai BHT akan lebih tinggi dibandingkan dengan
BHT di sekitarya.

Nilai heatflow di kerak benua dengan tektonik aktif tak mungkin hanya
kurang dari 1 HFU atau sekitar 40 mW/m2 (Allen and Allen, 2005). Kalau
wilayahnya extensional basin, HF pada saat active (synrift) back arc
basins rata2 70-85 mW/m2, kalau synrift passive margin 60-80 mW/m2.
Nilai sekitar 40 mW/m2 itu hanya ada di wilayah forearc basin yang tak
berhubungan dengan arc magmatism, HFU sekitar 40-50 mW/m2 ada di
thermally subsiding (postrift)rift or passive margin.

Coba cek dulu setting tektonik wilayah sumur A-B-C ini dan bandingkan
dengan sebaran nilai HFU di atas. Modeling termal yang menghasilkan HF
40 mW/m2 kelihatannya tidak benar.

salam,
awang

--- On Wed, 5/6/09, Febrie Ekaninggarani
febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com wrote:

 From: Febrie Ekaninggarani febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com
 Subject: [iagi-net-l] basin modelling
 To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
 Date: Wednesday, May 6, 2009, 4:56 PM
 Pak Awang,
 
 Saat ini saya sedang melakukan 1D basin modeling pada
 beberapa sumur di suatu daerah. Sumur2 tersebut arahnya
 relative barat-timur, dimana semakin ke timur sumur semakin
 dalam.
 Tujuan dari 1D basin modeling ini adalah untuk melakukan
 korelasi maturity window di sumur2 tersebut.
 
 Pada sumur A, yang paling barat, saya masukkan data
 corrected BHT. Saya masukkan juga data Tmax dan data Ro
 untuk kalibrasi. Sudah saya pastikan bahwa Ro tidak
 mengalami supresi berdasarkan ciri suppressed Ro yang dulu
 pernah Bapak sebutkan (kandungan HI, persentase exinite).
 Hasil kalibrasi bagus (menggunakan data BHT), saya dapatkan
 nilai heatflow sekitar 61 mW/m2. Untuk sumur A ini, mid
 mature berada pada depth (katakan saja) 4000 ft
 
 Pada sumur B yang berada 4 km di sebelah timurnya (lebih
 dalam), saya masukkan juga data Tmax dan Ro. Sudah saya
 pastikan juga bahwa Ro tidak mengalami supresi. Hasil
 kalibrasi juga bagus (juga menggunakan data BHT), saya
 dapatkan nilai heatflow sekitar 62 mW/m2. Mid mature berada
 pada depth (katakan saja) 4200 ft.
 
 Kemudian saya lakukan analisa basin modeling pada sumur C
 yang berada 10 km di sebelah timurnya. Sudah saya pastikan
 juga bahwa Ro tidak mengalami supresi. Namun hasil kalibrasi
 amat jelek (menggunakan data BHT). Ronya tidak matang.
 Tmaxnya lumayan matang. Maturity hasil pemodelan malah
 kelewat matang.
 -  Jika saya anggap maturity pemodelan adalah
 benar, heatflow yang saya dapatkan adalah 63.7 mW/m2 ~ 1.5
 HFU. Masih dalam range yang sama dengan sumur2 sebelumnya.
 Tapi mid mature berada pada depth (katakan saja) 2500 ft
 padahal sumur ini lebih dalam daripada 2 sumur sebelumnya
 -  Jika saya anggap data Ro adalah benar, saya
 dekatkan maturity hasil pemodelan ke data Ro, maka heatflow
 yang saya dapatkan adalah 40 mW/m2 = 

RE: [iagi-net-l] basin modelling

2009-05-07 Terurut Topik Deni Rahayu

Menambahkan saja mungkin juga dapat berguna, beberapa hal yang biasa sering 
terlewatkan didalam membuat analisis Basin Modeling :
1. Nilai HI yang dimasukan harus HI initial pada saat Ro=0.2 (dikembalikan pada 
saat keadaan pengendapan semula)
2. Selain interpretasi regional tektonik setting (yang disebutkan Pak Awang), 
coba cek juga dengan menggunakan data Ro vs depth, berapa kira2 Uplift yang 
mungkin terjadi, krn itu dimasukan sebagai bagian koreksi Depth vs BHT vs Ro.
3. Coba gunakan TMAX dengan koreksi dari Ro yang dihitung, sehingga bisa 
dijadikan model didaerah tersebut apabila Ro tidak diukur.
4. Gunakan kematangan Ro dengan melakukan plotting antara OPI vs Ro, sehingga 
mendapatkan nilai kematangan daerah tersebut, bukan menggunakan data daerah 
lainnya.

Maturnuwun...
ODEN/dNr

Deni Rahayu - Explorationist-Think Tanker Exploration Think Tank Indonesia 
Mobile: 62-817-612447 www.etti.co.id, drah...@etti.co.id, deni...@yahoo.com


--- On Thu, 5/7/09, Safrizal safri...@pertamina.com wrote:

 From: Safrizal safri...@pertamina.com
 Subject: RE: [iagi-net-l] basin modelling
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Thursday, May 7, 2009, 6:08 PM
 Febrie,
 Sebagai tambahan saja dari keterangan pak Awang, phenomena
 yang ada
 dapat ditafsirkan:
 
 1. Berubahnya maturity depth ke tingkat yang lebih dangkal
 dapat
 disebabkan oleh event aliran fluida panas dari level lebih
 dalam ke
 lebih dangkal yang dapat terjadi kapan saja sepanjang
 sejarah
 geologinya. Kejadian ini tidak terpantau dari BHT saat ini.
 Tetapi data
 fluid inclusion dapat menunjukan hal tersebut 
 
 2. Dalam kasus penurunan heatflow dari 63 ke 40 bisa saja
 terjadi dalam
 satu cekungan yang sama seandainya terdapat zona over
 pressure jauh
 dibawah sumur. Zona overpressure ini tidak mentransfer
 energi panas,
 tetapi menahannya. Phenomena ini sering disebut blanketing
 effect.
 Sedangkan zona over pressure biasanya terjadi di zona
 dimana terjadi
 laju sedimentasi sangat cepat.   
 
 Wassalam,
 Safrizal 
  
 -Original Message-
 From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com]
 
 Sent: Thursday, May 07, 2009 11:38 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Cc: Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS
 Subject: Re: [iagi-net-l] basin modelling
 
 
 Febrie,
 
 Dalam pemodelan termal, baik untuk membangun modelnya
 maupun untuk
 kalibrasinya, dua hal harus dicek dulu : BHT dan Ro. BHT
 dari log header
 sumur harus dikoreksi dulu dikembalikan ke panas asalnya
 sebelum
 didinginkan oleh sirkulasi lumpur sebelum logging (koreksi
 a.l. bisa
 dilakukan melalui Horner plot). Publikasi BHT mestinya
 telah corrected
 BHT. Ro, memang suka mengalami supresi, sebandingkan dengan
 nilai T-max
 di kedalaman yang sama, bila Ro tersupresi lakukan koreksi
 juga
 
 Bila sumur A-B-C terjadi di setting tektonik yang sama
 dengan tipe
 basement yang sama, biasanya heatflow menunjukkan nilai
 yang tak sampai
 bervariasi di atas 10 mW/m2. Artinya nilai heatflow 61-63.7
 mW/m2 masih
 dalam satu kelompok. Tetapi bila heatflow di sumur C
 sebesar 40 mW/m2,
 jelas anomali terhadap sumur A dan B. 
 
 Di tempat dalam biasanya sedimen diendapkan dengan cepat,
 kadang-kadang
 ia memicu terjadinya diapir. Karakteristik termal diapir,
 ia cenderung
 mengangkat maturity window karena proses aquatermal di
 dalam diapir.
 Dalam kasus ini, maturity window bisa mendangkal meskipun
 geological
 setting-nya mendalam, nilai BHT akan lebih tinggi
 dibandingkan dengan
 BHT di sekitarya.
 
 Nilai heatflow di kerak benua dengan tektonik aktif tak
 mungkin hanya
 kurang dari 1 HFU atau sekitar 40 mW/m2 (Allen and Allen,
 2005). Kalau
 wilayahnya extensional basin, HF pada saat active (synrift)
 back arc
 basins rata2 70-85 mW/m2, kalau synrift passive margin
 60-80 mW/m2.
 Nilai sekitar 40 mW/m2 itu hanya ada di wilayah forearc
 basin yang tak
 berhubungan dengan arc magmatism, HFU sekitar 40-50 mW/m2
 ada di
 thermally subsiding (postrift)rift or passive margin.
 
 Coba cek dulu setting tektonik wilayah sumur A-B-C ini dan
 bandingkan
 dengan sebaran nilai HFU di atas. Modeling termal yang
 menghasilkan HF
 40 mW/m2 kelihatannya tidak benar.
 
 salam,
 awang
 
 --- On Wed, 5/6/09, Febrie Ekaninggarani
 febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com
 wrote:
 
  From: Febrie Ekaninggarani febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com
  Subject: [iagi-net-l] basin modelling
  To: iagi-net@iagi.or.id
 iagi-net@iagi.or.id
  Date: Wednesday, May 6, 2009, 4:56 PM
  Pak Awang,
  
  Saat ini saya sedang melakukan 1D basin modeling pada
  beberapa sumur di suatu daerah. Sumur2 tersebut
 arahnya
  relative barat-timur, dimana semakin ke timur sumur
 semakin
  dalam.
  Tujuan dari 1D basin modeling ini adalah untuk
 melakukan
  korelasi maturity window di sumur2 tersebut.
  
  Pada sumur A, yang paling barat, saya masukkan data
  corrected BHT. Saya masukkan juga data Tmax dan data
 Ro
  untuk kalibrasi. Sudah saya pastikan bahwa Ro tidak
  mengalami supresi berdasarkan ciri suppressed Ro yang
 dulu
  pernah Bapak 

RE: [iagi-net-l] basin modelling

2009-05-07 Terurut Topik Febrie Ekaninggarani
Terima kasih Pak Safrizal dan pak Awang, atas masukannya :)
-febrie-

-Original Message-
From: Safrizal [mailto:safri...@pertamina.com]
Sent: Friday, May 08, 2009 8:09 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] basin modelling

Febrie,
Sebagai tambahan saja dari keterangan pak Awang, phenomena yang ada
dapat ditafsirkan:

1. Berubahnya maturity depth ke tingkat yang lebih dangkal dapat
disebabkan oleh event aliran fluida panas dari level lebih dalam ke
lebih dangkal yang dapat terjadi kapan saja sepanjang sejarah
geologinya. Kejadian ini tidak terpantau dari BHT saat ini. Tetapi data
fluid inclusion dapat menunjukan hal tersebut

2. Dalam kasus penurunan heatflow dari 63 ke 40 bisa saja terjadi dalam
satu cekungan yang sama seandainya terdapat zona over pressure jauh
dibawah sumur. Zona overpressure ini tidak mentransfer energi panas,
tetapi menahannya. Phenomena ini sering disebut blanketing effect.
Sedangkan zona over pressure biasanya terjadi di zona dimana terjadi
laju sedimentasi sangat cepat.

Wassalam,
Safrizal

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com]
Sent: Thursday, May 07, 2009 11:38 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS
Subject: Re: [iagi-net-l] basin modelling


Febrie,

Dalam pemodelan termal, baik untuk membangun modelnya maupun untuk
kalibrasinya, dua hal harus dicek dulu : BHT dan Ro. BHT dari log header
sumur harus dikoreksi dulu dikembalikan ke panas asalnya sebelum
didinginkan oleh sirkulasi lumpur sebelum logging (koreksi a.l. bisa
dilakukan melalui Horner plot). Publikasi BHT mestinya telah corrected
BHT. Ro, memang suka mengalami supresi, sebandingkan dengan nilai T-max
di kedalaman yang sama, bila Ro tersupresi lakukan koreksi juga

Bila sumur A-B-C terjadi di setting tektonik yang sama dengan tipe
basement yang sama, biasanya heatflow menunjukkan nilai yang tak sampai
bervariasi di atas 10 mW/m2. Artinya nilai heatflow 61-63.7 mW/m2 masih
dalam satu kelompok. Tetapi bila heatflow di sumur C sebesar 40 mW/m2,
jelas anomali terhadap sumur A dan B.

Di tempat dalam biasanya sedimen diendapkan dengan cepat, kadang-kadang
ia memicu terjadinya diapir. Karakteristik termal diapir, ia cenderung
mengangkat maturity window karena proses aquatermal di dalam diapir.
Dalam kasus ini, maturity window bisa mendangkal meskipun geological
setting-nya mendalam, nilai BHT akan lebih tinggi dibandingkan dengan
BHT di sekitarya.

Nilai heatflow di kerak benua dengan tektonik aktif tak mungkin hanya
kurang dari 1 HFU atau sekitar 40 mW/m2 (Allen and Allen, 2005). Kalau
wilayahnya extensional basin, HF pada saat active (synrift) back arc
basins rata2 70-85 mW/m2, kalau synrift passive margin 60-80 mW/m2.
Nilai sekitar 40 mW/m2 itu hanya ada di wilayah forearc basin yang tak
berhubungan dengan arc magmatism, HFU sekitar 40-50 mW/m2 ada di
thermally subsiding (postrift)rift or passive margin.

Coba cek dulu setting tektonik wilayah sumur A-B-C ini dan bandingkan
dengan sebaran nilai HFU di atas. Modeling termal yang menghasilkan HF
40 mW/m2 kelihatannya tidak benar.

salam,
awang

--- On Wed, 5/6/09, Febrie Ekaninggarani
febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com wrote:

 From: Febrie Ekaninggarani febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com
 Subject: [iagi-net-l] basin modelling
 To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
 Date: Wednesday, May 6, 2009, 4:56 PM
 Pak Awang,

 Saat ini saya sedang melakukan 1D basin modeling pada
 beberapa sumur di suatu daerah. Sumur2 tersebut arahnya
 relative barat-timur, dimana semakin ke timur sumur semakin
 dalam.
 Tujuan dari 1D basin modeling ini adalah untuk melakukan
 korelasi maturity window di sumur2 tersebut.

 Pada sumur A, yang paling barat, saya masukkan data
 corrected BHT. Saya masukkan juga data Tmax dan data Ro
 untuk kalibrasi. Sudah saya pastikan bahwa Ro tidak
 mengalami supresi berdasarkan ciri suppressed Ro yang dulu
 pernah Bapak sebutkan (kandungan HI, persentase exinite).
 Hasil kalibrasi bagus (menggunakan data BHT), saya dapatkan
 nilai heatflow sekitar 61 mW/m2. Untuk sumur A ini, mid
 mature berada pada depth (katakan saja) 4000 ft

 Pada sumur B yang berada 4 km di sebelah timurnya (lebih
 dalam), saya masukkan juga data Tmax dan Ro. Sudah saya
 pastikan juga bahwa Ro tidak mengalami supresi. Hasil
 kalibrasi juga bagus (juga menggunakan data BHT), saya
 dapatkan nilai heatflow sekitar 62 mW/m2. Mid mature berada
 pada depth (katakan saja) 4200 ft.

 Kemudian saya lakukan analisa basin modeling pada sumur C
 yang berada 10 km di sebelah timurnya. Sudah saya pastikan
 juga bahwa Ro tidak mengalami supresi. Namun hasil kalibrasi
 amat jelek (menggunakan data BHT). Ronya tidak matang.
 Tmaxnya lumayan matang. Maturity hasil pemodelan malah
 kelewat matang.
 -  Jika saya anggap maturity pemodelan adalah
 benar, heatflow yang saya dapatkan adalah 63.7 mW/m2 ~ 1.5
 HFU. Masih dalam range yang sama dengan sumur2 sebelumnya.
 Tapi mid mature berada pada depth 

RE: [iagi-net-l] basin modelling

2009-05-07 Terurut Topik Febrie Ekaninggarani
Pak Syafrizal,

Untuk kasus 1 dan 2 ini, berarti ia akan terekam dalam nilai Ro?

Regards,
-febrie-

-Original Message-
From: Safrizal [mailto:safri...@pertamina.com]
Sent: Friday, May 08, 2009 8:09 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] basin modelling

Febrie,
Sebagai tambahan saja dari keterangan pak Awang, phenomena yang ada
dapat ditafsirkan:

1. Berubahnya maturity depth ke tingkat yang lebih dangkal dapat
disebabkan oleh event aliran fluida panas dari level lebih dalam ke
lebih dangkal yang dapat terjadi kapan saja sepanjang sejarah
geologinya. Kejadian ini tidak terpantau dari BHT saat ini. Tetapi data
fluid inclusion dapat menunjukan hal tersebut

2. Dalam kasus penurunan heatflow dari 63 ke 40 bisa saja terjadi dalam
satu cekungan yang sama seandainya terdapat zona over pressure jauh
dibawah sumur. Zona overpressure ini tidak mentransfer energi panas,
tetapi menahannya. Phenomena ini sering disebut blanketing effect.
Sedangkan zona over pressure biasanya terjadi di zona dimana terjadi
laju sedimentasi sangat cepat.

Wassalam,
Safrizal

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com]
Sent: Thursday, May 07, 2009 11:38 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS
Subject: Re: [iagi-net-l] basin modelling


Febrie,

Dalam pemodelan termal, baik untuk membangun modelnya maupun untuk
kalibrasinya, dua hal harus dicek dulu : BHT dan Ro. BHT dari log header
sumur harus dikoreksi dulu dikembalikan ke panas asalnya sebelum
didinginkan oleh sirkulasi lumpur sebelum logging (koreksi a.l. bisa
dilakukan melalui Horner plot). Publikasi BHT mestinya telah corrected
BHT. Ro, memang suka mengalami supresi, sebandingkan dengan nilai T-max
di kedalaman yang sama, bila Ro tersupresi lakukan koreksi juga

Bila sumur A-B-C terjadi di setting tektonik yang sama dengan tipe
basement yang sama, biasanya heatflow menunjukkan nilai yang tak sampai
bervariasi di atas 10 mW/m2. Artinya nilai heatflow 61-63.7 mW/m2 masih
dalam satu kelompok. Tetapi bila heatflow di sumur C sebesar 40 mW/m2,
jelas anomali terhadap sumur A dan B.

Di tempat dalam biasanya sedimen diendapkan dengan cepat, kadang-kadang
ia memicu terjadinya diapir. Karakteristik termal diapir, ia cenderung
mengangkat maturity window karena proses aquatermal di dalam diapir.
Dalam kasus ini, maturity window bisa mendangkal meskipun geological
setting-nya mendalam, nilai BHT akan lebih tinggi dibandingkan dengan
BHT di sekitarya.

Nilai heatflow di kerak benua dengan tektonik aktif tak mungkin hanya
kurang dari 1 HFU atau sekitar 40 mW/m2 (Allen and Allen, 2005). Kalau
wilayahnya extensional basin, HF pada saat active (synrift) back arc
basins rata2 70-85 mW/m2, kalau synrift passive margin 60-80 mW/m2.
Nilai sekitar 40 mW/m2 itu hanya ada di wilayah forearc basin yang tak
berhubungan dengan arc magmatism, HFU sekitar 40-50 mW/m2 ada di
thermally subsiding (postrift)rift or passive margin.

Coba cek dulu setting tektonik wilayah sumur A-B-C ini dan bandingkan
dengan sebaran nilai HFU di atas. Modeling termal yang menghasilkan HF
40 mW/m2 kelihatannya tidak benar.

salam,
awang

--- On Wed, 5/6/09, Febrie Ekaninggarani
febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com wrote:

 From: Febrie Ekaninggarani febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com
 Subject: [iagi-net-l] basin modelling
 To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
 Date: Wednesday, May 6, 2009, 4:56 PM
 Pak Awang,

 Saat ini saya sedang melakukan 1D basin modeling pada
 beberapa sumur di suatu daerah. Sumur2 tersebut arahnya
 relative barat-timur, dimana semakin ke timur sumur semakin
 dalam.
 Tujuan dari 1D basin modeling ini adalah untuk melakukan
 korelasi maturity window di sumur2 tersebut.

 Pada sumur A, yang paling barat, saya masukkan data
 corrected BHT. Saya masukkan juga data Tmax dan data Ro
 untuk kalibrasi. Sudah saya pastikan bahwa Ro tidak
 mengalami supresi berdasarkan ciri suppressed Ro yang dulu
 pernah Bapak sebutkan (kandungan HI, persentase exinite).
 Hasil kalibrasi bagus (menggunakan data BHT), saya dapatkan
 nilai heatflow sekitar 61 mW/m2. Untuk sumur A ini, mid
 mature berada pada depth (katakan saja) 4000 ft

 Pada sumur B yang berada 4 km di sebelah timurnya (lebih
 dalam), saya masukkan juga data Tmax dan Ro. Sudah saya
 pastikan juga bahwa Ro tidak mengalami supresi. Hasil
 kalibrasi juga bagus (juga menggunakan data BHT), saya
 dapatkan nilai heatflow sekitar 62 mW/m2. Mid mature berada
 pada depth (katakan saja) 4200 ft.

 Kemudian saya lakukan analisa basin modeling pada sumur C
 yang berada 10 km di sebelah timurnya. Sudah saya pastikan
 juga bahwa Ro tidak mengalami supresi. Namun hasil kalibrasi
 amat jelek (menggunakan data BHT). Ronya tidak matang.
 Tmaxnya lumayan matang. Maturity hasil pemodelan malah
 kelewat matang.
 -  Jika saya anggap maturity pemodelan adalah
 benar, heatflow yang saya dapatkan adalah 63.7 mW/m2 ~ 1.5
 HFU. Masih dalam range yang sama dengan sumur2 sebelumnya.
 Tapi mid 

[iagi-net-l] IPA 2009 Plenary session Kontrak karya untuk migas -- Bisa ndak ?

2009-05-07 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Satu lagi hal menarik dari Plenary Session IPA-2009.

Ada salah satu peserta menanyakan kemungkinan kembali menggunakan KK
dalam industri migas ? Tentusaja sebelumnya masih dihantui oleh
adanya 'gendruwo' yang bernama Cost Recovery. Bukan hanya jumlah dan
besar angkanya tetapi juga permasalahan CR saat ini yang sudah tidak
hanya masalah tehnis keekonomian atau binis tapi mungkin CR sudah
terlalu sering berbau politik.

Jawaban dari 3 panelis cukup menarik.

Ibu Evita yang menjawab pertama walaupun tidak secara tegas mengatakan
tidak, namun jawaban beliau sudah melihat kemungkinan yang sulit
untuk terjadi. Pak Priyono menjawab tidak, secara lebih tegas,
karena minyak (natural resources) adalah milik negara.. Sedangkan
Airlangga H (Ketua Komisi 7) justru menjawab sangat mungkin, kenapa
tidak ? Pernah kok dahulu, dan dengan sebuah UU juga dan masih dengan
UUD45 yang sama.

Saya lebih tertarik dengan jawaban Airlangga. Setelah saya tanya
(after session) sambil berjalan menuju mobilnya, beliau justru ingin
memberikan peluang besar dalam melakukan eksplorasi dan eksploitas
ini. Artinya sebagai ketua komisi 7 beliau tidak akan menutup segala
kemungkinan. Mungkin karena beliau di sisi legal (komisi 7) makanya
beliau memberikan jawaban yang lebih jauuh jangkauannya.
Sedangkan  mungkin Bu Evita dan Pak Priyono berada di garda depan
sudah membayangkan kesulitan-kesulitan yang mungkin akan dihadapi bila
ada sistem kontrak karya (non PSC) ini berjalan. Penampakan politisasi
dan problem didepan mata beliau-beliau ini mugkin salah satunya Cost
Recovery ini lebih menakutkan kayaknya.

Saya sih lebih suka untuk openmind, tidak ada yang tidak mungkin.
Kesiapan menghadapi ini yang harus dipikirkan. Tidak hanya regulasi
tetapi juga menyiapkan tameng serta pedang dalam bertarung. Bagi
saya UU itu sebuah aturan kesepakatan yang bukan harga mati. Bisa
dirundingkan isinya, bisa diubah bentuk dan isinya. UUD jelas bukan
sebuah kesepakatan yang sakral yang statis.

Lah kalau menurut anda gimana ?

rdp


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!!
akan dilaksanakan di Semarang
13-14 Oktober 2009
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



RE: [iagi-net-l] basin modelling

2009-05-07 Terurut Topik Safrizal


Febrie,
Betul semuanya akan direpresentasikan dalam Ro.
Wassalam
Safrizal.

-Original Message-
From: Febrie Ekaninggarani [mailto:febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com]

Sent: Friday, May 08, 2009 9:54 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] basin modelling

Pak Syafrizal,

Untuk kasus 1 dan 2 ini, berarti ia akan terekam dalam nilai Ro?

Regards,
-febrie-

-Original Message-
From: Safrizal [mailto:safri...@pertamina.com]
Sent: Friday, May 08, 2009 8:09 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] basin modelling

Febrie,
Sebagai tambahan saja dari keterangan pak Awang, phenomena yang ada
dapat ditafsirkan:

1. Berubahnya maturity depth ke tingkat yang lebih dangkal dapat
disebabkan oleh event aliran fluida panas dari level lebih dalam ke
lebih dangkal yang dapat terjadi kapan saja sepanjang sejarah
geologinya. Kejadian ini tidak terpantau dari BHT saat ini. Tetapi data
fluid inclusion dapat menunjukan hal tersebut

2. Dalam kasus penurunan heatflow dari 63 ke 40 bisa saja terjadi dalam
satu cekungan yang sama seandainya terdapat zona over pressure jauh
dibawah sumur. Zona overpressure ini tidak mentransfer energi panas,
tetapi menahannya. Phenomena ini sering disebut blanketing effect.
Sedangkan zona over pressure biasanya terjadi di zona dimana terjadi
laju sedimentasi sangat cepat.

Wassalam,
Safrizal

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com]
Sent: Thursday, May 07, 2009 11:38 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS
Subject: Re: [iagi-net-l] basin modelling


Febrie,

Dalam pemodelan termal, baik untuk membangun modelnya maupun untuk
kalibrasinya, dua hal harus dicek dulu : BHT dan Ro. BHT dari log header
sumur harus dikoreksi dulu dikembalikan ke panas asalnya sebelum
didinginkan oleh sirkulasi lumpur sebelum logging (koreksi a.l. bisa
dilakukan melalui Horner plot). Publikasi BHT mestinya telah corrected
BHT. Ro, memang suka mengalami supresi, sebandingkan dengan nilai T-max
di kedalaman yang sama, bila Ro tersupresi lakukan koreksi juga

Bila sumur A-B-C terjadi di setting tektonik yang sama dengan tipe
basement yang sama, biasanya heatflow menunjukkan nilai yang tak sampai
bervariasi di atas 10 mW/m2. Artinya nilai heatflow 61-63.7 mW/m2 masih
dalam satu kelompok. Tetapi bila heatflow di sumur C sebesar 40 mW/m2,
jelas anomali terhadap sumur A dan B.

Di tempat dalam biasanya sedimen diendapkan dengan cepat, kadang-kadang
ia memicu terjadinya diapir. Karakteristik termal diapir, ia cenderung
mengangkat maturity window karena proses aquatermal di dalam diapir.
Dalam kasus ini, maturity window bisa mendangkal meskipun geological
setting-nya mendalam, nilai BHT akan lebih tinggi dibandingkan dengan
BHT di sekitarya.

Nilai heatflow di kerak benua dengan tektonik aktif tak mungkin hanya
kurang dari 1 HFU atau sekitar 40 mW/m2 (Allen and Allen, 2005). Kalau
wilayahnya extensional basin, HF pada saat active (synrift) back arc
basins rata2 70-85 mW/m2, kalau synrift passive margin 60-80 mW/m2.
Nilai sekitar 40 mW/m2 itu hanya ada di wilayah forearc basin yang tak
berhubungan dengan arc magmatism, HFU sekitar 40-50 mW/m2 ada di
thermally subsiding (postrift)rift or passive margin.

Coba cek dulu setting tektonik wilayah sumur A-B-C ini dan bandingkan
dengan sebaran nilai HFU di atas. Modeling termal yang menghasilkan HF
40 mW/m2 kelihatannya tidak benar.

salam,
awang

--- On Wed, 5/6/09, Febrie Ekaninggarani
febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com wrote:

 From: Febrie Ekaninggarani febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com
 Subject: [iagi-net-l] basin modelling
 To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
 Date: Wednesday, May 6, 2009, 4:56 PM
 Pak Awang,

 Saat ini saya sedang melakukan 1D basin modeling pada
 beberapa sumur di suatu daerah. Sumur2 tersebut arahnya
 relative barat-timur, dimana semakin ke timur sumur semakin
 dalam.
 Tujuan dari 1D basin modeling ini adalah untuk melakukan
 korelasi maturity window di sumur2 tersebut.

 Pada sumur A, yang paling barat, saya masukkan data
 corrected BHT. Saya masukkan juga data Tmax dan data Ro
 untuk kalibrasi. Sudah saya pastikan bahwa Ro tidak
 mengalami supresi berdasarkan ciri suppressed Ro yang dulu
 pernah Bapak sebutkan (kandungan HI, persentase exinite).
 Hasil kalibrasi bagus (menggunakan data BHT), saya dapatkan
 nilai heatflow sekitar 61 mW/m2. Untuk sumur A ini, mid
 mature berada pada depth (katakan saja) 4000 ft

 Pada sumur B yang berada 4 km di sebelah timurnya (lebih
 dalam), saya masukkan juga data Tmax dan Ro. Sudah saya
 pastikan juga bahwa Ro tidak mengalami supresi. Hasil
 kalibrasi juga bagus (juga menggunakan data BHT), saya
 dapatkan nilai heatflow sekitar 62 mW/m2. Mid mature berada
 pada depth (katakan saja) 4200 ft.

 Kemudian saya lakukan analisa basin modeling pada sumur C
 yang berada 10 km di sebelah timurnya. Sudah saya pastikan
 juga bahwa Ro tidak mengalami supresi. Namun hasil kalibrasi
 amat jelek (menggunakan data