Re: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy
sebenarnya kalau terlibat dalam operasional sehari-hari, maka akan tahu soal ini... - di awalnya ada POD : overall cost sehubungan dengan pengembangan lapangan== bisa dijadikan titik awal pemantauan - tiap tahun ada WPB itu juga cukup detailini untuk bahan monitoring tahunan== kalau dikonsolidasi bisa dibandingkan dengan POD cost - tiap item masih ada AFE == mulai dari persetujuan, pelaksanaan sampai closingnya bisa dimonitor == dikonsolidasi bisa untuk check WPB dan POD... itu khan semua menyangkut soal costingjadi yang kurang terbuka apanya lagi ya? salam, From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com To: IAGI iagi-net@iagi.or.id; migas_indone...@yahoogroups.com; Indoenergy indoene...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id Sent: Thursday, May 7, 2009 1:07:40 PM Subject: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy Ada satu tantangan menarik dari Airlangga -ketua komisi 7. Airlangga menantang pada oil and gas sector (industry) utk membuka sistem costing yg ada di o-g industry. Issue ini menjadi issue utama dalam beberapa tahun terakhir ini. Salah satunya di dpr dan juga media termasuk mailist. Terutama ketika cost ini masuk ke issue cost recovery, dimana cost ini lebih banyak masul dalam kontrol pengusaha tetapi menjadi komplicated dan complex karena pembiayaan ini menjadi membebani pemerintah. ktika konsep cost ini masuk cost recovey scheme. . Intinya problem/issue ini hanya karena tidak adanya clean and opennes reporting. Ah spertinya perlu dijelaskan dalam sebuah dongeng ktimbang dg bahasa aturan (hukum) atau bahasa accounting bahkan kalau mungkin dibuat dalam bahasa mudah jauh dari sisi tehnis. Bisakah laporan ini terbuka dan sederhana ? Rdp -- Sent from my mobile device PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!! akan dilaksanakan di Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
[iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF
Teman2 geocomputing specialist, Kebetulan ini dapat warisan file2 digital dari operator terdahulu, ada file2 uang memiliki extension .DSF. Adakah yang bisa bantu, file yang mempunyai extension .DSF itu membukanya pakai aplikasi apaan ya? Salam, Bambang
Re: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy
Karena yang mempertanyakan itu Airlangga - Ketua Komisi 7 DPR, brangkali keterbukaan akses dari komisi 7 pada pelaporan serta 3 items yg ditulis dibawah itu. Juga clean and clear dari pelaporan itu. Bagi pekerja migas barangkali itu crystal clear, tapi bagi yang non migas pasti riweh. Tadi kebetulan juga barusan ngobrol dengan kawan yang dulu dari MTI (Masyarakat Transparansi Indonesia) yang mengatakan bahwa produksi Indonesia itu berapa ? Nah angka ini menjadi rancu ketika produksi negara before atau after split, before CR atau after CR. Bagi pekerja migas mungkin clear, tapi bagi mereka itu sudah membingungkan. Akhirnya angka kebocoran shohah muncul hanya gara-gara sepele dan ecek-ecek. Tetapi ini akhirnya juga memeras keringat orang-orang migas sendiri karena laporannya tidak clear dimata mereka. Atau memang CR sebuah fenomena kompleks dan rumit yang hanya bisa dijelaskan dengan rumit juga. Mungkin perlu pemikiran Simpler is better RDP 2009/5/7 noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com: sebenarnya kalau terlibat dalam operasional sehari-hari, maka akan tahu soal ini... - di awalnya ada POD : overall cost sehubungan dengan pengembangan lapangan== bisa dijadikan titik awal pemantauan - tiap tahun ada WPB itu juga cukup detailini untuk bahan monitoring tahunan== kalau dikonsolidasi bisa dibandingkan dengan POD cost - tiap item masih ada AFE == mulai dari persetujuan, pelaksanaan sampai closingnya bisa dimonitor == dikonsolidasi bisa untuk check WPB dan POD... itu khan semua menyangkut soal costingjadi yang kurang terbuka apanya lagi ya? salam, From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com To: IAGI iagi-net@iagi.or.id; migas_indone...@yahoogroups.com; Indoenergy indoene...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id Sent: Thursday, May 7, 2009 1:07:40 PM Subject: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy Ada satu tantangan menarik dari Airlangga -ketua komisi 7. Airlangga menantang pada oil and gas sector (industry) utk membuka sistem costing yg ada di o-g industry. Issue ini menjadi issue utama dalam beberapa tahun terakhir ini. Salah satunya di dpr dan juga media termasuk mailist. Terutama ketika cost ini masuk ke issue cost recovery, dimana cost ini lebih banyak masul dalam kontrol pengusaha tetapi menjadi komplicated dan complex karena pembiayaan ini menjadi membebani pemerintah. ktika konsep cost ini masuk cost recovey scheme. . Intinya problem/issue ini hanya karena tidak adanya clean and opennes reporting. Ah spertinya perlu dijelaskan dalam sebuah dongeng ktimbang dg bahasa aturan (hukum) atau bahasa accounting bahkan kalau mungkin dibuat dalam bahasa mudah jauh dari sisi tehnis. Bisakah laporan ini terbuka dan sederhana ? Rdp -- Sent from my mobile device PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!! akan dilaksanakan di Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!! akan dilaksanakan di Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe,
Re: [iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF
Designer (Micrographix) file ? Salah satu program CAD Oki --- On Thu, 7/5/09, mbatack mbat...@yahoo.com wrote: From: mbatack mbat...@yahoo.com Subject: [iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF To: IAGI NET iagi-net@iagi.or.id Received: Thursday, 7 May, 2009, 5:28 PM Teman2 geocomputing specialist, Kebetulan ini dapat warisan file2 digital dari operator terdahulu, ada file2 uang memiliki extension .DSF. Adakah yang bisa bantu, file yang mempunyai extension .DSF itu membukanya pakai aplikasi apaan ya? Salam, Bambang Enjoy a better web experience. Upgrade to the new Internet Explorer 8 optimised for Yahoo!7. Get it now.
Re: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy
Kang, Lho apa semua itu harus clear di mata umum. Apa hal ini juga berlaku di industri lain: manufaktur, bank, telekomunikasi, BUMN...? - sampai sekarang saya tidak bisa memahami kenapa kok ongkos telepon dan internet di Indonesia masih tergolong paling mahal se-dunia - sampai sekarang saya juga tidak bisa memahami kenapa kok listrik kita sudah mahal eh masih sering giliran juga. - dan yang lebih parah: saya susah juga untuk memahami dengan kondisi yang masih rugi kok ya para direksi BUMN masih bisa dapat bonus tantiem Dengan captive-market yang begitu besar kok ya BUMN itu gak pernah bisa tinggal landas..tapi issue kok ya gak serame urusan CR itu... Kalau soal angka produksi, saya setuju harus diperjelas maksudnya: produksi Indonesia,atau jatah produksi pemerintah Indonesia salam, From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI fo...@hagi.or.id; migas_indone...@yahoogroups.com; Indoenergy indoene...@yahoogroups.com Sent: Thursday, May 7, 2009 4:01:51 PM Subject: Re: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy Karena yang mempertanyakan itu Airlangga - Ketua Komisi 7 DPR, brangkali keterbukaan akses dari komisi 7 pada pelaporan serta 3 items yg ditulis dibawah itu. Juga clean and clear dari pelaporan itu. Bagi pekerja migas barangkali itu crystal clear, tapi bagi yang non migas pasti riweh. Tadi kebetulan juga barusan ngobrol dengan kawan yang dulu dari MTI (Masyarakat Transparansi Indonesia) yang mengatakan bahwa produksi Indonesia itu berapa ? Nah angka ini menjadi rancu ketika produksi negara before atau after split, before CR atau after CR. Bagi pekerja migas mungkin clear, tapi bagi mereka itu sudah membingungkan. Akhirnya angka kebocoran shohah muncul hanya gara-gara sepele dan ecek-ecek. Tetapi ini akhirnya juga memeras keringat orang-orang migas sendiri karena laporannya tidak clear dimata mereka. Atau memang CR sebuah fenomena kompleks dan rumit yang hanya bisa dijelaskan dengan rumit juga. Mungkin perlu pemikiran Simpler is better RDP 2009/5/7 noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com: sebenarnya kalau terlibat dalam operasional sehari-hari, maka akan tahu soal ini... - di awalnya ada POD : overall cost sehubungan dengan pengembangan lapangan== bisa dijadikan titik awal pemantauan - tiap tahun ada WPB itu juga cukup detailini untuk bahan monitoring tahunan== kalau dikonsolidasi bisa dibandingkan dengan POD cost - tiap item masih ada AFE == mulai dari persetujuan, pelaksanaan sampai closingnya bisa dimonitor == dikonsolidasi bisa untuk check WPB dan POD... itu khan semua menyangkut soal costingjadi yang kurang terbuka apanya lagi ya? salam, From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com To: IAGI iagi-net@iagi.or.id; migas_indone...@yahoogroups.com; Indoenergy indoene...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id Sent: Thursday, May 7, 2009 1:07:40 PM Subject: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy Ada satu tantangan menarik dari Airlangga -ketua komisi 7. Airlangga menantang pada oil and gas sector (industry) utk membuka sistem costing yg ada di o-g industry. Issue ini menjadi issue utama dalam beberapa tahun terakhir ini. Salah satunya di dpr dan juga media termasuk mailist. Terutama ketika cost ini masuk ke issue cost recovery, dimana cost ini lebih banyak masul dalam kontrol pengusaha tetapi menjadi komplicated dan complex karena pembiayaan ini menjadi membebani pemerintah. ktika konsep cost ini masuk cost recovey scheme. . Intinya problem/issue ini hanya karena tidak adanya clean and opennes reporting. Ah spertinya perlu dijelaskan dalam sebuah dongeng ktimbang dg bahasa aturan (hukum) atau bahasa accounting bahkan kalau mungkin dibuat dalam bahasa mudah jauh dari sisi tehnis. Bisakah laporan ini terbuka dan sederhana ? Rdp -- Sent from my mobile device PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!! akan dilaksanakan di Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2:
RE: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy
Mungkin karena bisnis SDA ( migas ) itu bisnis dg menggunakan asset /milik negara ( tanah dan air dikuasai negara ) makanya konsekwensinya jadi sorotan terus , lha kalau Udara dikuasai oleh siapa ? jarene kalau udara dikuasai tukang Ban ( lihat mereka banyak menguasai bisnis Udara ini di pinggir 2 jalan ) Lha kalau bisnis jasa atau manufactur ( pabrik mobil ) kan tidak menggunakan barang miliknya negara jadinya ya tdk terlalu disorot sorot. Tanah dan Air dkuasai oleh negara , apa sih penjabaran dari Dikuasai ' ? ... ini yang banyak penafsirannya . .terutama saat saat kampanye yang sering dilontarkan kalau SDA kita sudah dikuasi Asing. Salam ISM Kang, Lho apa semua itu harus clear di mata umum. Apa hal ini juga berlaku di industri lain: manufaktur, bank, telekomunikasi, BUMN...? - sampai sekarang saya tidak bisa memahami kenapa kok ongkos telepon dan internet di Indonesia masih tergolong paling mahal se-dunia - sampai sekarang saya juga tidak bisa memahami kenapa kok listrik kita sudah mahal eh masih sering giliran juga. - dan yang lebih parah: saya susah juga untuk memahami dengan kondisi yang masih rugi kok ya para direksi BUMN masih bisa dapat bonus tantiem Dengan captive-market yang begitu besar kok ya BUMN itu gak pernah bisa tinggal landas..tapi issue kok ya gak serame urusan CR itu... Kalau soal angka produksi, saya setuju harus diperjelas maksudnya: produksi Indonesia,atau jatah produksi pemerintah Indonesia salam, From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI fo...@hagi.or.id; migas_indone...@yahoogroups.com; Indoenergy indoene...@yahoogroups.com Sent: Thursday, May 7, 2009 4:01:51 PM Subject: Re: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy Karena yang mempertanyakan itu Airlangga - Ketua Komisi 7 DPR, brangkali keterbukaan akses dari komisi 7 pada pelaporan serta 3 items yg ditulis dibawah itu. Juga clean and clear dari pelaporan itu. Bagi pekerja migas barangkali itu crystal clear, tapi bagi yang non migas pasti riweh. Tadi kebetulan juga barusan ngobrol dengan kawan yang dulu dari MTI (Masyarakat Transparansi Indonesia) yang mengatakan bahwa produksi Indonesia itu berapa ? Nah angka ini menjadi rancu ketika produksi negara before atau after split, before CR atau after CR. Bagi pekerja migas mungkin clear, tapi bagi mereka itu sudah membingungkan. Akhirnya angka kebocoran shohah muncul hanya gara-gara sepele dan ecek-ecek. Tetapi ini akhirnya juga memeras keringat orang-orang migas sendiri karena laporannya tidak clear dimata mereka. Atau memang CR sebuah fenomena kompleks dan rumit yang hanya bisa dijelaskan dengan rumit juga. Mungkin perlu pemikiran Simpler is better RDP 2009/5/7 noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com: sebenarnya kalau terlibat dalam operasional sehari-hari, maka akan tahu soal ini... - di awalnya ada POD : overall cost sehubungan dengan pengembangan lapangan== bisa dijadikan titik awal pemantauan - tiap tahun ada WPB itu juga cukup detailini untuk bahan monitoring tahunan== kalau dikonsolidasi bisa dibandingkan dengan POD cost - tiap item masih ada AFE == mulai dari persetujuan, pelaksanaan sampai closingnya bisa dimonitor == dikonsolidasi bisa untuk check WPB dan POD... itu khan semua menyangkut soal costingjadi yang kurang terbuka apanya lagi ya? salam, From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com To: IAGI iagi-net@iagi.or.id; migas_indone...@yahoogroups.com; Indoenergy indoene...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id Sent: Thursday, May 7, 2009 1:07:40 PM Subject: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy Ada satu tantangan menarik dari Airlangga -ketua komisi 7. Airlangga menantang pada oil and gas sector (industry) utk membuka sistem costing yg ada di o-g industry. Issue ini menjadi issue utama dalam beberapa tahun terakhir ini. Salah satunya di dpr dan juga media termasuk mailist. Terutama ketika cost ini masuk ke issue cost recovery, dimana cost ini lebih banyak masul dalam kontrol pengusaha tetapi menjadi komplicated dan complex karena pembiayaan ini menjadi membebani pemerintah. ktika konsep cost ini masuk cost recovey scheme. . Intinya problem/issue ini hanya karena tidak adanya clean and opennes reporting. Ah spertinya perlu dijelaskan dalam sebuah dongeng ktimbang dg bahasa aturan (hukum) atau bahasa accounting bahkan kalau mungkin dibuat dalam bahasa mudah jauh dari sisi tehnis. Bisakah laporan ini terbuka dan sederhana ? Rdp -- Sent from my mobile device -- -- PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... --
Re: [iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF
mungkin .DXF? Data eXchange Format? dari AutoCAD, CMIIW Salam -Joko- From: oki musakti geo_musa...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, May 7, 2009 4:19:15 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF Designer (Micrographix) file ? Salah satu program CAD Oki --- On Thu, 7/5/09, mbatack mbat...@yahoo.com wrote: From: mbatack mbat...@yahoo.com Subject: [iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF To: IAGI NET iagi-net@iagi.or.id Received: Thursday, 7 May, 2009, 5:28 PM Teman2 geocomputing specialist, Kebetulan ini dapat warisan file2 digital dari operator terdahulu, ada file2 uang memiliki extension .DSF. Adakah yang bisa bantu, file yang mempunyai extension .DSF itu membukanya pakai aplikasi apaan ya? Salam, Bambang Enjoy a better web experience. Upgrade to the new Internet Explorer 8 optimised for Yahoo!7. Get it now.
RE: [iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF
Mungkin yang ini : The DSF (Data Structure File) . describes the SEGY Headers of the SEGY tape and . gives the values of the SEGY fields that must override the values retrieved from the SEGY tape. Those are called out values. Contoh DSF file : DSF Example # This file is associated with the '/disk1/users/voskamp/CLIENTS/*/*//7220-6- 1/COMPUTED/VSPZO_*.SEGY' SEG-Y tape. # It describes the SEG-Y tape format, and out values. # Creation date : Fri Jul 1 14:05:04 2005 # Headers descriptions : 1:[HEADER]:EBCDIC:1:3200:1 1:[HEADER]:BINARY:1:400:2 1:[HEADER]:TRACEHEADER:1:240:3 1:[HEADER]:TRACE:241:12004:3 1:[HEADER]:TRACEFOOTER:12245:0:3 # Out values : 1:[OUTVALUE]:CLUSTER_NAME:D-1:1 1:[OUTVALUE]:DEPTH_COEFF:1 1:[OUTVALUE]:COORD_COEFF:1 Cheers, Arie K Lopulisa -Original Message- From: Joko [mailto:joko_sosiawan_triku...@yahoo.com] Sent: Thursday, May 07, 2009 8:17 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF mungkin .DXF? Data eXchange Format? dari AutoCAD, CMIIW Salam -Joko- From: oki musakti geo_musa...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, May 7, 2009 4:19:15 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF Designer (Micrographix) file ? Salah satu program CAD Oki --- On Thu, 7/5/09, mbatack mbat...@yahoo.com wrote: From: mbatack mbat...@yahoo.com Subject: [iagi-net-l] Tanya: Geocomputing .DSF To: IAGI NET iagi-net@iagi.or.id Received: Thursday, 7 May, 2009, 5:28 PM Teman2 geocomputing specialist, Kebetulan ini dapat warisan file2 digital dari operator terdahulu, ada file2 uang memiliki extension .DSF. Adakah yang bisa bantu, file yang mempunyai extension .DSF itu membukanya pakai aplikasi apaan ya? Salam, Bambang Enjoy a better web experience. Upgrade to the new Internet Explorer 8 optimised for Yahoo!7. Get it now. PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!! akan dilaksanakan di Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Pola Magnetik DasarLaut dan Rekonstruksi Pangea (Geoblogi) - MST
Mas Min, Mas Bosman, netters, Cerita bagus, tentang Pangea ini. Pangea telah di bahas lebih detil, dan 7 % ada di link sbb: . http://salamology.wordpress.com/ Untuk poin Pangea ini, jawaban khusus ada di link sbb: http://salamology.wordpress.com/2008/10/09/mekah-sebagai-pusat-superkontinen-pangea-sepanjang-masa-7-giga-annum-umur-tatasurya/#comment-41 Mas Mar (2000), melihat pusat Pangea itu di AAN (Anticline of Arabian Nubian) dari gambar Alfred Wegener (1912), Carrey (1945), Holden Dietz (1970), yang perlihatkan pusat Pangea ada di Timur Tengah sebagai gambar asterik (*). Juga dengan data Collins (2003), yang katakan dua super plume terbesar di Bumi ada di Near Affar tripple junction, dan South Pacific. Keduanya saya sebut Earth planetary cyclone utama: 1a.Pusat daratan Pangea bhs Latin (AAN), dan 1b.. Pusat laut Panthalassa, bhs Latin sebagai RAHMAT Ringgold-Anatom-Hebrides-Malaita-Apia-Tonga ring center. Dst (lihat link tadi bagi yang tertarik ). Bagaimana Mas Min., Mas Bosman, netter? Wass, Mas Mar. http://salamology.wordpress.com/ From: bosman batubara bosman200...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id; geologi...@googlegroups.com Sent: Thursday, May 7, 2009 11:38:38 PM Subject: [iagi-net-l] Pola Magnetik DasarLaut dan Rekonstruksi Pangea (Geoblogi) Budiwati/budiman y baik, Ada yang baru di Geoblogi: Oleh: Minarwan Di awal bulan Maret (tahun lalu) telah diceritakan bahwa konsep yang dikemukakan oleh Alfred Lothar Wegener (1880-1930), tentang daratan mahaluas bernama Pangaea yang ada pada akhir Era Paleozoic, akhirnya bisa diterima oleh komunitas geosains dan berkembang menjadi teori Tektonik Lempeng di tahun 1970-an (buka di sini). Ide Wegener diperdebatkan kembali sejak tahun 1950an seiring dengan berbagai penemuan yang dilakukan oleh para oceanographer and seismologist, terutama berupa mid-oceanic ridge alias pematang tengah samudera dan variasi magnetik dasar laut. Tertarik lebih jauh dengan tulisan ini? Silahken klik: http://geoblogi.iagi.or.id/2009/05/08/pola-magnetik-dasar-laut-dan-rekonstruksi-pangea/ tabik bosman batubara weblog: http://annelis.wordpress.com/2009/05/07/lima-abad-penjarahan/
Re: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy
Pak Ismail, Setujutapi apakah kita sendiri yang berbisnis SDA...? - PLN itu bisnisnya juga SDA (tenaga air, tenaga batubara, geothermal), biayanya hampir 100% dari negara alias 100% CR (atau malah 150% kalau ada mark up)...tapi rugi terus, tidak efisien, listriknya tidak berkualitas (sering turun tegangannya, sering pula mati)tapi ya kok adem ayem sajaeh malah direksinya diberi bonus Saya kira lebih karena sentimen modal asing plus karena menyangkut duit yang sak hohah itu..coba perhatikan saja perusahaan mana yang disorot soal CR ini...kebanyakan adalah 5 besar produser migas di Indonesiadisorot terus karena CRnya tinggi (yang karena -salah satunya- akibat produksinya yang juga tinggi)sementara yang kecil-kecil sih aman-aman saja...mo golep, mo happy hour tiap minggu...gak pernah ada yang komplain... Saya pernah geli waktu mendengar ada laporan LSM yang menyebutkan in-efisiensi perusaham migas dengan contoh barge yang sedang stand by (menunggu air laut pasang)...lho ini khan memang salah satu bagian dari ketidak pastian operasi...seperti pesawat yang harus ditunda atau bahkan dibatalkan penerbangannya karena cuaca yang tidak mendukung.(idealnya sih harusnya bisa direncanakan, tapi kalau sudah berhubungan dengan alam siapa yang bisa garansi 100%..?). salam, From: Ismail Zaini lia...@indo.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, May 7, 2009 8:13:56 PM Subject: RE: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy Mungkin karena bisnis SDA ( migas ) itu bisnis dg menggunakan asset /milik negara ( tanah dan air dikuasai negara ) makanya konsekwensinya jadi sorotan terus , lha kalau Udara dikuasai oleh siapa ? jarene kalau udara dikuasai tukang Ban ( lihat mereka banyak menguasai bisnis Udara ini di pinggir 2 jalan ) Lha kalau bisnis jasa atau manufactur ( pabrik mobil ) kan tidak menggunakan barang miliknya negara jadinya ya tdk terlalu disorot sorot. Tanah dan Air dkuasai oleh negara , apa sih penjabaran dari Dikuasai ' ? ... ini yang banyak penafsirannya . .terutama saat saat kampanye yang sering dilontarkan kalau SDA kita sudah dikuasi Asing. Salam ISM Kang, Lho apa semua itu harus clear di mata umum. Apa hal ini juga berlaku di industri lain: manufaktur, bank, telekomunikasi, BUMN...? - sampai sekarang saya tidak bisa memahami kenapa kok ongkos telepon dan internet di Indonesia masih tergolong paling mahal se-dunia - sampai sekarang saya juga tidak bisa memahami kenapa kok listrik kita sudah mahal eh masih sering giliran juga. - dan yang lebih parah: saya susah juga untuk memahami dengan kondisi yang masih rugi kok ya para direksi BUMN masih bisa dapat bonus tantiem Dengan captive-market yang begitu besar kok ya BUMN itu gak pernah bisa tinggal landas..tapi issue kok ya gak serame urusan CR itu... Kalau soal angka produksi, saya setuju harus diperjelas maksudnya: produksi Indonesia,atau jatah produksi pemerintah Indonesia salam, From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI fo...@hagi.or.id; migas_indone...@yahoogroups.com; Indoenergy indoene...@yahoogroups.com Sent: Thursday, May 7, 2009 4:01:51 PM Subject: Re: [iagi-net-l] IPA panel - Cost and reporting transparancy Karena yang mempertanyakan itu Airlangga - Ketua Komisi 7 DPR, brangkali keterbukaan akses dari komisi 7 pada pelaporan serta 3 items yg ditulis dibawah itu. Juga clean and clear dari pelaporan itu. Bagi pekerja migas barangkali itu crystal clear, tapi bagi yang non migas pasti riweh. Tadi kebetulan juga barusan ngobrol dengan kawan yang dulu dari MTI (Masyarakat Transparansi Indonesia) yang mengatakan bahwa produksi Indonesia itu berapa ? Nah angka ini menjadi rancu ketika produksi negara before atau after split, before CR atau after CR. Bagi pekerja migas mungkin clear, tapi bagi mereka itu sudah membingungkan. Akhirnya angka kebocoran shohah muncul hanya gara-gara sepele dan ecek-ecek. Tetapi ini akhirnya juga memeras keringat orang-orang migas sendiri karena laporannya tidak clear dimata mereka. Atau memang CR sebuah fenomena kompleks dan rumit yang hanya bisa dijelaskan dengan rumit juga. Mungkin perlu pemikiran Simpler is better RDP 2009/5/7 noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com: sebenarnya kalau terlibat dalam operasional sehari-hari, maka akan tahu soal ini... - di awalnya ada POD : overall cost sehubungan dengan pengembangan lapangan== bisa dijadikan titik awal pemantauan - tiap tahun ada WPB itu juga cukup detailini untuk bahan monitoring tahunan== kalau dikonsolidasi bisa dibandingkan dengan POD cost - tiap item masih ada AFE == mulai dari persetujuan, pelaksanaan sampai closingnya bisa dimonitor == dikonsolidasi bisa untuk check WPB dan POD... itu khan semua menyangkut soal costingjadi yang kurang terbuka apanya lagi ya?
RE: [iagi-net-l] basin modelling
Febrie, Sebagai tambahan saja dari keterangan pak Awang, phenomena yang ada dapat ditafsirkan: 1. Berubahnya maturity depth ke tingkat yang lebih dangkal dapat disebabkan oleh event aliran fluida panas dari level lebih dalam ke lebih dangkal yang dapat terjadi kapan saja sepanjang sejarah geologinya. Kejadian ini tidak terpantau dari BHT saat ini. Tetapi data fluid inclusion dapat menunjukan hal tersebut 2. Dalam kasus penurunan heatflow dari 63 ke 40 bisa saja terjadi dalam satu cekungan yang sama seandainya terdapat zona over pressure jauh dibawah sumur. Zona overpressure ini tidak mentransfer energi panas, tetapi menahannya. Phenomena ini sering disebut blanketing effect. Sedangkan zona over pressure biasanya terjadi di zona dimana terjadi laju sedimentasi sangat cepat. Wassalam, Safrizal -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Thursday, May 07, 2009 11:38 PM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Subject: Re: [iagi-net-l] basin modelling Febrie, Dalam pemodelan termal, baik untuk membangun modelnya maupun untuk kalibrasinya, dua hal harus dicek dulu : BHT dan Ro. BHT dari log header sumur harus dikoreksi dulu dikembalikan ke panas asalnya sebelum didinginkan oleh sirkulasi lumpur sebelum logging (koreksi a.l. bisa dilakukan melalui Horner plot). Publikasi BHT mestinya telah corrected BHT. Ro, memang suka mengalami supresi, sebandingkan dengan nilai T-max di kedalaman yang sama, bila Ro tersupresi lakukan koreksi juga Bila sumur A-B-C terjadi di setting tektonik yang sama dengan tipe basement yang sama, biasanya heatflow menunjukkan nilai yang tak sampai bervariasi di atas 10 mW/m2. Artinya nilai heatflow 61-63.7 mW/m2 masih dalam satu kelompok. Tetapi bila heatflow di sumur C sebesar 40 mW/m2, jelas anomali terhadap sumur A dan B. Di tempat dalam biasanya sedimen diendapkan dengan cepat, kadang-kadang ia memicu terjadinya diapir. Karakteristik termal diapir, ia cenderung mengangkat maturity window karena proses aquatermal di dalam diapir. Dalam kasus ini, maturity window bisa mendangkal meskipun geological setting-nya mendalam, nilai BHT akan lebih tinggi dibandingkan dengan BHT di sekitarya. Nilai heatflow di kerak benua dengan tektonik aktif tak mungkin hanya kurang dari 1 HFU atau sekitar 40 mW/m2 (Allen and Allen, 2005). Kalau wilayahnya extensional basin, HF pada saat active (synrift) back arc basins rata2 70-85 mW/m2, kalau synrift passive margin 60-80 mW/m2. Nilai sekitar 40 mW/m2 itu hanya ada di wilayah forearc basin yang tak berhubungan dengan arc magmatism, HFU sekitar 40-50 mW/m2 ada di thermally subsiding (postrift)rift or passive margin. Coba cek dulu setting tektonik wilayah sumur A-B-C ini dan bandingkan dengan sebaran nilai HFU di atas. Modeling termal yang menghasilkan HF 40 mW/m2 kelihatannya tidak benar. salam, awang --- On Wed, 5/6/09, Febrie Ekaninggarani febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com wrote: From: Febrie Ekaninggarani febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com Subject: [iagi-net-l] basin modelling To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Date: Wednesday, May 6, 2009, 4:56 PM Pak Awang, Saat ini saya sedang melakukan 1D basin modeling pada beberapa sumur di suatu daerah. Sumur2 tersebut arahnya relative barat-timur, dimana semakin ke timur sumur semakin dalam. Tujuan dari 1D basin modeling ini adalah untuk melakukan korelasi maturity window di sumur2 tersebut. Pada sumur A, yang paling barat, saya masukkan data corrected BHT. Saya masukkan juga data Tmax dan data Ro untuk kalibrasi. Sudah saya pastikan bahwa Ro tidak mengalami supresi berdasarkan ciri suppressed Ro yang dulu pernah Bapak sebutkan (kandungan HI, persentase exinite). Hasil kalibrasi bagus (menggunakan data BHT), saya dapatkan nilai heatflow sekitar 61 mW/m2. Untuk sumur A ini, mid mature berada pada depth (katakan saja) 4000 ft Pada sumur B yang berada 4 km di sebelah timurnya (lebih dalam), saya masukkan juga data Tmax dan Ro. Sudah saya pastikan juga bahwa Ro tidak mengalami supresi. Hasil kalibrasi juga bagus (juga menggunakan data BHT), saya dapatkan nilai heatflow sekitar 62 mW/m2. Mid mature berada pada depth (katakan saja) 4200 ft. Kemudian saya lakukan analisa basin modeling pada sumur C yang berada 10 km di sebelah timurnya. Sudah saya pastikan juga bahwa Ro tidak mengalami supresi. Namun hasil kalibrasi amat jelek (menggunakan data BHT). Ronya tidak matang. Tmaxnya lumayan matang. Maturity hasil pemodelan malah kelewat matang. - Jika saya anggap maturity pemodelan adalah benar, heatflow yang saya dapatkan adalah 63.7 mW/m2 ~ 1.5 HFU. Masih dalam range yang sama dengan sumur2 sebelumnya. Tapi mid mature berada pada depth (katakan saja) 2500 ft padahal sumur ini lebih dalam daripada 2 sumur sebelumnya - Jika saya anggap data Ro adalah benar, saya dekatkan maturity hasil pemodelan ke data Ro, maka heatflow yang saya dapatkan adalah 40 mW/m2 =
RE: [iagi-net-l] basin modelling
Menambahkan saja mungkin juga dapat berguna, beberapa hal yang biasa sering terlewatkan didalam membuat analisis Basin Modeling : 1. Nilai HI yang dimasukan harus HI initial pada saat Ro=0.2 (dikembalikan pada saat keadaan pengendapan semula) 2. Selain interpretasi regional tektonik setting (yang disebutkan Pak Awang), coba cek juga dengan menggunakan data Ro vs depth, berapa kira2 Uplift yang mungkin terjadi, krn itu dimasukan sebagai bagian koreksi Depth vs BHT vs Ro. 3. Coba gunakan TMAX dengan koreksi dari Ro yang dihitung, sehingga bisa dijadikan model didaerah tersebut apabila Ro tidak diukur. 4. Gunakan kematangan Ro dengan melakukan plotting antara OPI vs Ro, sehingga mendapatkan nilai kematangan daerah tersebut, bukan menggunakan data daerah lainnya. Maturnuwun... ODEN/dNr Deni Rahayu - Explorationist-Think Tanker Exploration Think Tank Indonesia Mobile: 62-817-612447 www.etti.co.id, drah...@etti.co.id, deni...@yahoo.com --- On Thu, 5/7/09, Safrizal safri...@pertamina.com wrote: From: Safrizal safri...@pertamina.com Subject: RE: [iagi-net-l] basin modelling To: iagi-net@iagi.or.id Date: Thursday, May 7, 2009, 6:08 PM Febrie, Sebagai tambahan saja dari keterangan pak Awang, phenomena yang ada dapat ditafsirkan: 1. Berubahnya maturity depth ke tingkat yang lebih dangkal dapat disebabkan oleh event aliran fluida panas dari level lebih dalam ke lebih dangkal yang dapat terjadi kapan saja sepanjang sejarah geologinya. Kejadian ini tidak terpantau dari BHT saat ini. Tetapi data fluid inclusion dapat menunjukan hal tersebut 2. Dalam kasus penurunan heatflow dari 63 ke 40 bisa saja terjadi dalam satu cekungan yang sama seandainya terdapat zona over pressure jauh dibawah sumur. Zona overpressure ini tidak mentransfer energi panas, tetapi menahannya. Phenomena ini sering disebut blanketing effect. Sedangkan zona over pressure biasanya terjadi di zona dimana terjadi laju sedimentasi sangat cepat. Wassalam, Safrizal -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Thursday, May 07, 2009 11:38 PM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Subject: Re: [iagi-net-l] basin modelling Febrie, Dalam pemodelan termal, baik untuk membangun modelnya maupun untuk kalibrasinya, dua hal harus dicek dulu : BHT dan Ro. BHT dari log header sumur harus dikoreksi dulu dikembalikan ke panas asalnya sebelum didinginkan oleh sirkulasi lumpur sebelum logging (koreksi a.l. bisa dilakukan melalui Horner plot). Publikasi BHT mestinya telah corrected BHT. Ro, memang suka mengalami supresi, sebandingkan dengan nilai T-max di kedalaman yang sama, bila Ro tersupresi lakukan koreksi juga Bila sumur A-B-C terjadi di setting tektonik yang sama dengan tipe basement yang sama, biasanya heatflow menunjukkan nilai yang tak sampai bervariasi di atas 10 mW/m2. Artinya nilai heatflow 61-63.7 mW/m2 masih dalam satu kelompok. Tetapi bila heatflow di sumur C sebesar 40 mW/m2, jelas anomali terhadap sumur A dan B. Di tempat dalam biasanya sedimen diendapkan dengan cepat, kadang-kadang ia memicu terjadinya diapir. Karakteristik termal diapir, ia cenderung mengangkat maturity window karena proses aquatermal di dalam diapir. Dalam kasus ini, maturity window bisa mendangkal meskipun geological setting-nya mendalam, nilai BHT akan lebih tinggi dibandingkan dengan BHT di sekitarya. Nilai heatflow di kerak benua dengan tektonik aktif tak mungkin hanya kurang dari 1 HFU atau sekitar 40 mW/m2 (Allen and Allen, 2005). Kalau wilayahnya extensional basin, HF pada saat active (synrift) back arc basins rata2 70-85 mW/m2, kalau synrift passive margin 60-80 mW/m2. Nilai sekitar 40 mW/m2 itu hanya ada di wilayah forearc basin yang tak berhubungan dengan arc magmatism, HFU sekitar 40-50 mW/m2 ada di thermally subsiding (postrift)rift or passive margin. Coba cek dulu setting tektonik wilayah sumur A-B-C ini dan bandingkan dengan sebaran nilai HFU di atas. Modeling termal yang menghasilkan HF 40 mW/m2 kelihatannya tidak benar. salam, awang --- On Wed, 5/6/09, Febrie Ekaninggarani febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com wrote: From: Febrie Ekaninggarani febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com Subject: [iagi-net-l] basin modelling To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Date: Wednesday, May 6, 2009, 4:56 PM Pak Awang, Saat ini saya sedang melakukan 1D basin modeling pada beberapa sumur di suatu daerah. Sumur2 tersebut arahnya relative barat-timur, dimana semakin ke timur sumur semakin dalam. Tujuan dari 1D basin modeling ini adalah untuk melakukan korelasi maturity window di sumur2 tersebut. Pada sumur A, yang paling barat, saya masukkan data corrected BHT. Saya masukkan juga data Tmax dan data Ro untuk kalibrasi. Sudah saya pastikan bahwa Ro tidak mengalami supresi berdasarkan ciri suppressed Ro yang dulu pernah Bapak
RE: [iagi-net-l] basin modelling
Terima kasih Pak Safrizal dan pak Awang, atas masukannya :) -febrie- -Original Message- From: Safrizal [mailto:safri...@pertamina.com] Sent: Friday, May 08, 2009 8:09 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] basin modelling Febrie, Sebagai tambahan saja dari keterangan pak Awang, phenomena yang ada dapat ditafsirkan: 1. Berubahnya maturity depth ke tingkat yang lebih dangkal dapat disebabkan oleh event aliran fluida panas dari level lebih dalam ke lebih dangkal yang dapat terjadi kapan saja sepanjang sejarah geologinya. Kejadian ini tidak terpantau dari BHT saat ini. Tetapi data fluid inclusion dapat menunjukan hal tersebut 2. Dalam kasus penurunan heatflow dari 63 ke 40 bisa saja terjadi dalam satu cekungan yang sama seandainya terdapat zona over pressure jauh dibawah sumur. Zona overpressure ini tidak mentransfer energi panas, tetapi menahannya. Phenomena ini sering disebut blanketing effect. Sedangkan zona over pressure biasanya terjadi di zona dimana terjadi laju sedimentasi sangat cepat. Wassalam, Safrizal -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Thursday, May 07, 2009 11:38 PM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Subject: Re: [iagi-net-l] basin modelling Febrie, Dalam pemodelan termal, baik untuk membangun modelnya maupun untuk kalibrasinya, dua hal harus dicek dulu : BHT dan Ro. BHT dari log header sumur harus dikoreksi dulu dikembalikan ke panas asalnya sebelum didinginkan oleh sirkulasi lumpur sebelum logging (koreksi a.l. bisa dilakukan melalui Horner plot). Publikasi BHT mestinya telah corrected BHT. Ro, memang suka mengalami supresi, sebandingkan dengan nilai T-max di kedalaman yang sama, bila Ro tersupresi lakukan koreksi juga Bila sumur A-B-C terjadi di setting tektonik yang sama dengan tipe basement yang sama, biasanya heatflow menunjukkan nilai yang tak sampai bervariasi di atas 10 mW/m2. Artinya nilai heatflow 61-63.7 mW/m2 masih dalam satu kelompok. Tetapi bila heatflow di sumur C sebesar 40 mW/m2, jelas anomali terhadap sumur A dan B. Di tempat dalam biasanya sedimen diendapkan dengan cepat, kadang-kadang ia memicu terjadinya diapir. Karakteristik termal diapir, ia cenderung mengangkat maturity window karena proses aquatermal di dalam diapir. Dalam kasus ini, maturity window bisa mendangkal meskipun geological setting-nya mendalam, nilai BHT akan lebih tinggi dibandingkan dengan BHT di sekitarya. Nilai heatflow di kerak benua dengan tektonik aktif tak mungkin hanya kurang dari 1 HFU atau sekitar 40 mW/m2 (Allen and Allen, 2005). Kalau wilayahnya extensional basin, HF pada saat active (synrift) back arc basins rata2 70-85 mW/m2, kalau synrift passive margin 60-80 mW/m2. Nilai sekitar 40 mW/m2 itu hanya ada di wilayah forearc basin yang tak berhubungan dengan arc magmatism, HFU sekitar 40-50 mW/m2 ada di thermally subsiding (postrift)rift or passive margin. Coba cek dulu setting tektonik wilayah sumur A-B-C ini dan bandingkan dengan sebaran nilai HFU di atas. Modeling termal yang menghasilkan HF 40 mW/m2 kelihatannya tidak benar. salam, awang --- On Wed, 5/6/09, Febrie Ekaninggarani febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com wrote: From: Febrie Ekaninggarani febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com Subject: [iagi-net-l] basin modelling To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Date: Wednesday, May 6, 2009, 4:56 PM Pak Awang, Saat ini saya sedang melakukan 1D basin modeling pada beberapa sumur di suatu daerah. Sumur2 tersebut arahnya relative barat-timur, dimana semakin ke timur sumur semakin dalam. Tujuan dari 1D basin modeling ini adalah untuk melakukan korelasi maturity window di sumur2 tersebut. Pada sumur A, yang paling barat, saya masukkan data corrected BHT. Saya masukkan juga data Tmax dan data Ro untuk kalibrasi. Sudah saya pastikan bahwa Ro tidak mengalami supresi berdasarkan ciri suppressed Ro yang dulu pernah Bapak sebutkan (kandungan HI, persentase exinite). Hasil kalibrasi bagus (menggunakan data BHT), saya dapatkan nilai heatflow sekitar 61 mW/m2. Untuk sumur A ini, mid mature berada pada depth (katakan saja) 4000 ft Pada sumur B yang berada 4 km di sebelah timurnya (lebih dalam), saya masukkan juga data Tmax dan Ro. Sudah saya pastikan juga bahwa Ro tidak mengalami supresi. Hasil kalibrasi juga bagus (juga menggunakan data BHT), saya dapatkan nilai heatflow sekitar 62 mW/m2. Mid mature berada pada depth (katakan saja) 4200 ft. Kemudian saya lakukan analisa basin modeling pada sumur C yang berada 10 km di sebelah timurnya. Sudah saya pastikan juga bahwa Ro tidak mengalami supresi. Namun hasil kalibrasi amat jelek (menggunakan data BHT). Ronya tidak matang. Tmaxnya lumayan matang. Maturity hasil pemodelan malah kelewat matang. - Jika saya anggap maturity pemodelan adalah benar, heatflow yang saya dapatkan adalah 63.7 mW/m2 ~ 1.5 HFU. Masih dalam range yang sama dengan sumur2 sebelumnya. Tapi mid mature berada pada depth
RE: [iagi-net-l] basin modelling
Pak Syafrizal, Untuk kasus 1 dan 2 ini, berarti ia akan terekam dalam nilai Ro? Regards, -febrie- -Original Message- From: Safrizal [mailto:safri...@pertamina.com] Sent: Friday, May 08, 2009 8:09 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] basin modelling Febrie, Sebagai tambahan saja dari keterangan pak Awang, phenomena yang ada dapat ditafsirkan: 1. Berubahnya maturity depth ke tingkat yang lebih dangkal dapat disebabkan oleh event aliran fluida panas dari level lebih dalam ke lebih dangkal yang dapat terjadi kapan saja sepanjang sejarah geologinya. Kejadian ini tidak terpantau dari BHT saat ini. Tetapi data fluid inclusion dapat menunjukan hal tersebut 2. Dalam kasus penurunan heatflow dari 63 ke 40 bisa saja terjadi dalam satu cekungan yang sama seandainya terdapat zona over pressure jauh dibawah sumur. Zona overpressure ini tidak mentransfer energi panas, tetapi menahannya. Phenomena ini sering disebut blanketing effect. Sedangkan zona over pressure biasanya terjadi di zona dimana terjadi laju sedimentasi sangat cepat. Wassalam, Safrizal -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Thursday, May 07, 2009 11:38 PM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Subject: Re: [iagi-net-l] basin modelling Febrie, Dalam pemodelan termal, baik untuk membangun modelnya maupun untuk kalibrasinya, dua hal harus dicek dulu : BHT dan Ro. BHT dari log header sumur harus dikoreksi dulu dikembalikan ke panas asalnya sebelum didinginkan oleh sirkulasi lumpur sebelum logging (koreksi a.l. bisa dilakukan melalui Horner plot). Publikasi BHT mestinya telah corrected BHT. Ro, memang suka mengalami supresi, sebandingkan dengan nilai T-max di kedalaman yang sama, bila Ro tersupresi lakukan koreksi juga Bila sumur A-B-C terjadi di setting tektonik yang sama dengan tipe basement yang sama, biasanya heatflow menunjukkan nilai yang tak sampai bervariasi di atas 10 mW/m2. Artinya nilai heatflow 61-63.7 mW/m2 masih dalam satu kelompok. Tetapi bila heatflow di sumur C sebesar 40 mW/m2, jelas anomali terhadap sumur A dan B. Di tempat dalam biasanya sedimen diendapkan dengan cepat, kadang-kadang ia memicu terjadinya diapir. Karakteristik termal diapir, ia cenderung mengangkat maturity window karena proses aquatermal di dalam diapir. Dalam kasus ini, maturity window bisa mendangkal meskipun geological setting-nya mendalam, nilai BHT akan lebih tinggi dibandingkan dengan BHT di sekitarya. Nilai heatflow di kerak benua dengan tektonik aktif tak mungkin hanya kurang dari 1 HFU atau sekitar 40 mW/m2 (Allen and Allen, 2005). Kalau wilayahnya extensional basin, HF pada saat active (synrift) back arc basins rata2 70-85 mW/m2, kalau synrift passive margin 60-80 mW/m2. Nilai sekitar 40 mW/m2 itu hanya ada di wilayah forearc basin yang tak berhubungan dengan arc magmatism, HFU sekitar 40-50 mW/m2 ada di thermally subsiding (postrift)rift or passive margin. Coba cek dulu setting tektonik wilayah sumur A-B-C ini dan bandingkan dengan sebaran nilai HFU di atas. Modeling termal yang menghasilkan HF 40 mW/m2 kelihatannya tidak benar. salam, awang --- On Wed, 5/6/09, Febrie Ekaninggarani febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com wrote: From: Febrie Ekaninggarani febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com Subject: [iagi-net-l] basin modelling To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Date: Wednesday, May 6, 2009, 4:56 PM Pak Awang, Saat ini saya sedang melakukan 1D basin modeling pada beberapa sumur di suatu daerah. Sumur2 tersebut arahnya relative barat-timur, dimana semakin ke timur sumur semakin dalam. Tujuan dari 1D basin modeling ini adalah untuk melakukan korelasi maturity window di sumur2 tersebut. Pada sumur A, yang paling barat, saya masukkan data corrected BHT. Saya masukkan juga data Tmax dan data Ro untuk kalibrasi. Sudah saya pastikan bahwa Ro tidak mengalami supresi berdasarkan ciri suppressed Ro yang dulu pernah Bapak sebutkan (kandungan HI, persentase exinite). Hasil kalibrasi bagus (menggunakan data BHT), saya dapatkan nilai heatflow sekitar 61 mW/m2. Untuk sumur A ini, mid mature berada pada depth (katakan saja) 4000 ft Pada sumur B yang berada 4 km di sebelah timurnya (lebih dalam), saya masukkan juga data Tmax dan Ro. Sudah saya pastikan juga bahwa Ro tidak mengalami supresi. Hasil kalibrasi juga bagus (juga menggunakan data BHT), saya dapatkan nilai heatflow sekitar 62 mW/m2. Mid mature berada pada depth (katakan saja) 4200 ft. Kemudian saya lakukan analisa basin modeling pada sumur C yang berada 10 km di sebelah timurnya. Sudah saya pastikan juga bahwa Ro tidak mengalami supresi. Namun hasil kalibrasi amat jelek (menggunakan data BHT). Ronya tidak matang. Tmaxnya lumayan matang. Maturity hasil pemodelan malah kelewat matang. - Jika saya anggap maturity pemodelan adalah benar, heatflow yang saya dapatkan adalah 63.7 mW/m2 ~ 1.5 HFU. Masih dalam range yang sama dengan sumur2 sebelumnya. Tapi mid
[iagi-net-l] IPA 2009 Plenary session Kontrak karya untuk migas -- Bisa ndak ?
Satu lagi hal menarik dari Plenary Session IPA-2009. Ada salah satu peserta menanyakan kemungkinan kembali menggunakan KK dalam industri migas ? Tentusaja sebelumnya masih dihantui oleh adanya 'gendruwo' yang bernama Cost Recovery. Bukan hanya jumlah dan besar angkanya tetapi juga permasalahan CR saat ini yang sudah tidak hanya masalah tehnis keekonomian atau binis tapi mungkin CR sudah terlalu sering berbau politik. Jawaban dari 3 panelis cukup menarik. Ibu Evita yang menjawab pertama walaupun tidak secara tegas mengatakan tidak, namun jawaban beliau sudah melihat kemungkinan yang sulit untuk terjadi. Pak Priyono menjawab tidak, secara lebih tegas, karena minyak (natural resources) adalah milik negara.. Sedangkan Airlangga H (Ketua Komisi 7) justru menjawab sangat mungkin, kenapa tidak ? Pernah kok dahulu, dan dengan sebuah UU juga dan masih dengan UUD45 yang sama. Saya lebih tertarik dengan jawaban Airlangga. Setelah saya tanya (after session) sambil berjalan menuju mobilnya, beliau justru ingin memberikan peluang besar dalam melakukan eksplorasi dan eksploitas ini. Artinya sebagai ketua komisi 7 beliau tidak akan menutup segala kemungkinan. Mungkin karena beliau di sisi legal (komisi 7) makanya beliau memberikan jawaban yang lebih jauuh jangkauannya. Sedangkan mungkin Bu Evita dan Pak Priyono berada di garda depan sudah membayangkan kesulitan-kesulitan yang mungkin akan dihadapi bila ada sistem kontrak karya (non PSC) ini berjalan. Penampakan politisasi dan problem didepan mata beliau-beliau ini mugkin salah satunya Cost Recovery ini lebih menakutkan kayaknya. Saya sih lebih suka untuk openmind, tidak ada yang tidak mungkin. Kesiapan menghadapi ini yang harus dipikirkan. Tidak hanya regulasi tetapi juga menyiapkan tameng serta pedang dalam bertarung. Bagi saya UU itu sebuah aturan kesepakatan yang bukan harga mati. Bisa dirundingkan isinya, bisa diubah bentuk dan isinya. UUD jelas bukan sebuah kesepakatan yang sakral yang statis. Lah kalau menurut anda gimana ? rdp PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... tunggulah 'call for paper' utk PIT IAGI ke-38!!! akan dilaksanakan di Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
RE: [iagi-net-l] basin modelling
Febrie, Betul semuanya akan direpresentasikan dalam Ro. Wassalam Safrizal. -Original Message- From: Febrie Ekaninggarani [mailto:febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com] Sent: Friday, May 08, 2009 9:54 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] basin modelling Pak Syafrizal, Untuk kasus 1 dan 2 ini, berarti ia akan terekam dalam nilai Ro? Regards, -febrie- -Original Message- From: Safrizal [mailto:safri...@pertamina.com] Sent: Friday, May 08, 2009 8:09 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] basin modelling Febrie, Sebagai tambahan saja dari keterangan pak Awang, phenomena yang ada dapat ditafsirkan: 1. Berubahnya maturity depth ke tingkat yang lebih dangkal dapat disebabkan oleh event aliran fluida panas dari level lebih dalam ke lebih dangkal yang dapat terjadi kapan saja sepanjang sejarah geologinya. Kejadian ini tidak terpantau dari BHT saat ini. Tetapi data fluid inclusion dapat menunjukan hal tersebut 2. Dalam kasus penurunan heatflow dari 63 ke 40 bisa saja terjadi dalam satu cekungan yang sama seandainya terdapat zona over pressure jauh dibawah sumur. Zona overpressure ini tidak mentransfer energi panas, tetapi menahannya. Phenomena ini sering disebut blanketing effect. Sedangkan zona over pressure biasanya terjadi di zona dimana terjadi laju sedimentasi sangat cepat. Wassalam, Safrizal -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Thursday, May 07, 2009 11:38 PM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Forum HAGI; Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Subject: Re: [iagi-net-l] basin modelling Febrie, Dalam pemodelan termal, baik untuk membangun modelnya maupun untuk kalibrasinya, dua hal harus dicek dulu : BHT dan Ro. BHT dari log header sumur harus dikoreksi dulu dikembalikan ke panas asalnya sebelum didinginkan oleh sirkulasi lumpur sebelum logging (koreksi a.l. bisa dilakukan melalui Horner plot). Publikasi BHT mestinya telah corrected BHT. Ro, memang suka mengalami supresi, sebandingkan dengan nilai T-max di kedalaman yang sama, bila Ro tersupresi lakukan koreksi juga Bila sumur A-B-C terjadi di setting tektonik yang sama dengan tipe basement yang sama, biasanya heatflow menunjukkan nilai yang tak sampai bervariasi di atas 10 mW/m2. Artinya nilai heatflow 61-63.7 mW/m2 masih dalam satu kelompok. Tetapi bila heatflow di sumur C sebesar 40 mW/m2, jelas anomali terhadap sumur A dan B. Di tempat dalam biasanya sedimen diendapkan dengan cepat, kadang-kadang ia memicu terjadinya diapir. Karakteristik termal diapir, ia cenderung mengangkat maturity window karena proses aquatermal di dalam diapir. Dalam kasus ini, maturity window bisa mendangkal meskipun geological setting-nya mendalam, nilai BHT akan lebih tinggi dibandingkan dengan BHT di sekitarya. Nilai heatflow di kerak benua dengan tektonik aktif tak mungkin hanya kurang dari 1 HFU atau sekitar 40 mW/m2 (Allen and Allen, 2005). Kalau wilayahnya extensional basin, HF pada saat active (synrift) back arc basins rata2 70-85 mW/m2, kalau synrift passive margin 60-80 mW/m2. Nilai sekitar 40 mW/m2 itu hanya ada di wilayah forearc basin yang tak berhubungan dengan arc magmatism, HFU sekitar 40-50 mW/m2 ada di thermally subsiding (postrift)rift or passive margin. Coba cek dulu setting tektonik wilayah sumur A-B-C ini dan bandingkan dengan sebaran nilai HFU di atas. Modeling termal yang menghasilkan HF 40 mW/m2 kelihatannya tidak benar. salam, awang --- On Wed, 5/6/09, Febrie Ekaninggarani febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com wrote: From: Febrie Ekaninggarani febrie.ekaninggar...@medcoenergi.com Subject: [iagi-net-l] basin modelling To: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Date: Wednesday, May 6, 2009, 4:56 PM Pak Awang, Saat ini saya sedang melakukan 1D basin modeling pada beberapa sumur di suatu daerah. Sumur2 tersebut arahnya relative barat-timur, dimana semakin ke timur sumur semakin dalam. Tujuan dari 1D basin modeling ini adalah untuk melakukan korelasi maturity window di sumur2 tersebut. Pada sumur A, yang paling barat, saya masukkan data corrected BHT. Saya masukkan juga data Tmax dan data Ro untuk kalibrasi. Sudah saya pastikan bahwa Ro tidak mengalami supresi berdasarkan ciri suppressed Ro yang dulu pernah Bapak sebutkan (kandungan HI, persentase exinite). Hasil kalibrasi bagus (menggunakan data BHT), saya dapatkan nilai heatflow sekitar 61 mW/m2. Untuk sumur A ini, mid mature berada pada depth (katakan saja) 4000 ft Pada sumur B yang berada 4 km di sebelah timurnya (lebih dalam), saya masukkan juga data Tmax dan Ro. Sudah saya pastikan juga bahwa Ro tidak mengalami supresi. Hasil kalibrasi juga bagus (juga menggunakan data BHT), saya dapatkan nilai heatflow sekitar 62 mW/m2. Mid mature berada pada depth (katakan saja) 4200 ft. Kemudian saya lakukan analisa basin modeling pada sumur C yang berada 10 km di sebelah timurnya. Sudah saya pastikan juga bahwa Ro tidak mengalami supresi. Namun hasil kalibrasi amat jelek (menggunakan data