Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Ambalat-Kris
Keris atau Kris adalah nama generic untuk senjata tradisional di Malaysia dan Singapore. Kalau lihat bentuknya akan ada perbedaan dengan yang disebut keris di Jawa. Oleh karena bahasanya sama/mirip maka semua nya bisa claim bahwa keris/kris adalah asalnya dari negara masing2. Kita kan semua tahu bahwa Indonesia, Malaysia, dan Singapore adalah bangsa serumpun atau asalnya sama. Kalau mau lebih jauh lagi bahasa Tagalog juga banyak kesamaannya dengan bahasa Indonesia. fbs From: rumlan dwiyatno dwisant...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, June 5, 2009 3:57:31 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Ambalat-Kris Sedikit menambahkan dan supaya menjadikan perhatian, bila kita perhatikan, maskapai penerbangan singapura, Singapore Airline, banyak sekali menggunakan term Kris pada program dan advertisementya, misalnya Kris Silver, Kris Flyers, Kris Shop dll, dan saya pernah baca di salah satu majalahnya diterangkan bahwa Kris is Malay Traditional Weapon (gitulah kira2, kalimat persisnya mungkin bisa dilihat di majalah Singapore Airline). Dalam benak saya, tentunya yang dimaksud Kris adalah Keris dalam bahasa Indonesia, lantas kenapa dikatakan sebagai Malay Traditional Weapon? apakah Kris ini juga sudah di klaim sebagai originated di Malaysia ? Atau yang dimaksud Malay adalah Melayu ? Kita semua tahu, pembuat keris disebut empu ... kita mempunya banyak sekali empu sejak jaman majapahit , empu supo-empu baradah- dan empu yang lain2, dan tidak pernah sekalipun pernah kudengan empu encik siapa gitu ... Lantas how come Singapore Airline come to conclusion bahwa Kris is Malay traditional Weapon? kok bukan Indonesian Traditional Weapon? Merupakan fakta juga bahwa di Indonesia dijumpai banyak sekali keris2 yang terkenal seperti Nagasasra, Sabuk INten, Sengkelat, Crubuk, Setan Kober dsb apakah di Malaysia juga ada keris2 terkenal? apakah mereka berani kerisnya diadu melawan kerisnya Indonesia? ... he ... he . Bukanya lebih tepat kalau dibilang bahwa Kris is an Indonesian Traditional Weapon daripada Kris is a Malay traditional weapon? Kayaknya cukup banyak yang harus kita bicarakan dengan tetangga serumpun ini, tentunya, seperti kata pak Awang, siapapun yang akan duduk bersama dengan mereka harus dibekali dengan Pengetahuan dan Data2 yang akurat ... Semoga semuanya bisa diselesaikan dengan baik dan harkat dan martabat bangsa tetap terjaga. Salam Dwiyatno PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!! yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Ambalat
Pik, Aku browsing2 web nya the star (the star.com.my) yang konon setara dengan 'kompas' di Malesa, baik versi Inggris maupun versi Melayu. Ternyata masalah Ambalat, apalagi Manohara sama sekali gak masuk headline halaman muka. Setelah di search baru ketemu, itupun kecil-kecil saja. Berita yang masuk headline antara lain Swine flu, pemilihan regional (UMNO vs PAS), kunjungan Obama ke Arab dan lain-lain berita lokal. Beda dengan kalau kita masuk kompas.co.id misalnya Jadi kesimpulan saya: Di tanah air sedang ada Pilpres... Lam-salam Oki --- On Sat, 6/6/09, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com wrote: From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Ambalat To: iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI fo...@hagi.or.id Received: Saturday, 6 June, 2009, 4:58 PM Soal tumpang dan tindihnya kedua budaya ini saya menuliskan dalam beberapa tulisan dua tahun lalu. http://rovicky.wordpress.com/2007/10/11/indonesia-malesa/ http://rovicky.wordpress.com/2007/10/16/mencari-jatidiri-1/ http://rovicky.wordpress.com/2007/10/17/mencari-jatidiri-2/ Yang menarik sebenernya pandangan dari kawan-kawan malesa dalam komentar. Salah satu komentar mereka yg menarik soal budaya itu, antara lain, mereka menganggap sebuah budaya lokal karena dimainkan oleh leluhur mereka. Memang anda mungkin ketawa kalau mereka menganggap leluhur itu kakek buyutnya yang hanya 3-4 generasi diatasnya. Ketika bicara soal angklung, saya komplain di website yang mereka buat dan akhirnya mereka mengakui dan merubah pandangan yg ada dalam websitenya. Ini setelah diskusi bahwa sebutan budaya asal itu tidak bisa sembarangan disebutkan secara ilmiah (scientific). Ketika menyebut angklung dari Asia, saya menolak. Saya bilang angklung dari Sunda. Mereka mengatakan itu diambil dari sebuah desertasi doktor muziek di Malaysia. Namun ketika saya konfrontasikan dengan sebuah web-web yg ada selama ini mereka (di webnya) baru mengakui kalau alat musik angklung berasal dari Sunda. Jadi kalau ingin berdiskusi dengan orang malaysia gunakan saja ilmu dasar yang dipakai. Saya yakin penguasaan ilmu dasar ini Indonesia lebih unggul. Kelemahan Indonesia selama ini adalah soal penguasaan ilmu hukum. Aturan internasional (antar negara), perjanjian masa lalu dsb. Sehingga Indonesia kalah ketika beradu dalam tataran hukum. Kecuali sudah masuk dalam kondisi perang terbuka. Saya sarankan skali lagi biarkan kasus Ambalat itu self contain, atau hanya soal itu saja. Ndak usah dikaitkan dengan yang lain. Soal ambalat ndak perlu dihubungkan dengan Mano maupun Rasa sayange. Yang perlu ditindk lanjuti itu apa yg sudah diungkap Pak Jacob kemarin soal aturan serta dasar teori landas continent, penguasaan hayati dan mineral, penguasaan teritorial dsb. Perlu kita memiliki peta bawah laut yang dapat dipakai sebagai senjata dalam adu argumentasi. Juga perlu di siapkan kita dengan penguasaan ilmu kelautannya. Dan tidak kalah pentingnya adalah apa yang dimiliki Malaysia sehingga berani mengeklaim daerah yang sama ini ? Lebih banyak saat ini dispute area diseleseikan dengan dasar pemikiran ilmiah. Saya sendiri masih percaya jalan damai lebih bermanfaat. Damai dalam artian mempertahankan kepemilikan ambalat ke Indonesia secara legal dengan bahasa science, bukan militer. RDP 2009/7/7 R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id: Sebetulnya budaya dan tradisi Malaysia dan Indonesia itu kan sama, tetapi sesudah jadi dua negera berbeda karena hasil dari kolonialisme, maka sekarang saling berebut untuk mengklaim budaya bersama itu sebagai eksklusif budaya negaranya masing2. Keris di Jawa ada, di Malaya juga ada, juga di Brunei ada, lagu Terang Bulan dulunya di Malaysia populer di Indonesia juga populer sebagai lagu rumpun melayu. Begitu pula mungkin kain songket, bahkan juga batik. Bahasanya juga sama2 Melayu, tetapi dengan hanya berdasarkan logat yang berbeda menjadi Bahasa Malaysia dan Bahasa Indonesia, sedangkan di Singapura tetap disebut bahasa Melayu (walaupum logatnya sama dengan di Malaysia). Kalau Bahasa Inggris di Britania, Irlandia (walaupun musuhan), di Canada, Amerika Serikat dan di Australia, tetap tetap diakui sebagai English, bukan Australian, Canadian, Yang salah siapa? Ya Belanda dan Inggris sebagai kolonialis. RPK - Original Message - From: Wayan Ismara Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, June 05, 2009 2:28 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Ambalat Beritanya ada disini: http://www.antara.co.id/view/?i=1191415278c=SBHs= dan di wiki juga ada teks serta link untuk download file midi/mp3. http://id.wikipedia.org/wiki/Negaraku Salam, Wayan Young From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, June 5, 2009 2:17:29 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Ambalat Opera Bangsawan atau melodi Terang Bulan ya 'Bah ? Memang Negaraku resmi jadi lagu nasional Malaysia pada 5 Agustus
Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Ambalat
Setara Kompas ? Maksudmu koran jaman di Arco atau aku di Hudbay dulu ... Suara Karya ? :) rdp 2009/6/7 oki musakti geo_musa...@yahoo.com: Pik, Aku browsing2 web nya the star (the star.com.my) yang konon setara dengan 'kompas' di Malesa, baik versi Inggris maupun versi Melayu. Ternyata masalah Ambalat, apalagi Manohara sama sekali gak masuk headline halaman muka. Setelah di search baru ketemu, itupun kecil-kecil saja. Berita yang masuk headline antara lain Swine flu, pemilihan regional (UMNO vs PAS), kunjungan Obama ke Arab dan lain-lain berita lokal. Beda dengan kalau kita masuk kompas.co.id misalnya Jadi kesimpulan saya: Di tanah air sedang ada Pilpres... Lam-salam Oki --- On Sat, 6/6/09, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com wrote: From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Ambalat To: iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI fo...@hagi.or.id Received: Saturday, 6 June, 2009, 4:58 PM Soal tumpang dan tindihnya kedua budaya ini saya menuliskan dalam beberapa tulisan dua tahun lalu. http://rovicky.wordpress.com/2007/10/11/indonesia-malesa/ http://rovicky.wordpress.com/2007/10/16/mencari-jatidiri-1/ http://rovicky.wordpress.com/2007/10/17/mencari-jatidiri-2/ Yang menarik sebenernya pandangan dari kawan-kawan malesa dalam komentar. Salah satu komentar mereka yg menarik soal budaya itu, antara lain, mereka menganggap sebuah budaya lokal karena dimainkan oleh leluhur mereka. Memang anda mungkin ketawa kalau mereka menganggap leluhur itu kakek buyutnya yang hanya 3-4 generasi diatasnya. Ketika bicara soal angklung, saya komplain di website yang mereka buat dan akhirnya mereka mengakui dan merubah pandangan yg ada dalam websitenya. Ini setelah diskusi bahwa sebutan budaya asal itu tidak bisa sembarangan disebutkan secara ilmiah (scientific). Ketika menyebut angklung dari Asia, saya menolak. Saya bilang angklung dari Sunda. Mereka mengatakan itu diambil dari sebuah desertasi doktor muziek di Malaysia. Namun ketika saya konfrontasikan dengan sebuah web-web yg ada selama ini mereka (di webnya) baru mengakui kalau alat musik angklung berasal dari Sunda. Jadi kalau ingin berdiskusi dengan orang malaysia gunakan saja ilmu dasar yang dipakai. Saya yakin penguasaan ilmu dasar ini Indonesia lebih unggul. Kelemahan Indonesia selama ini adalah soal penguasaan ilmu hukum. Aturan internasional (antar negara), perjanjian masa lalu dsb. Sehingga Indonesia kalah ketika beradu dalam tataran hukum. Kecuali sudah masuk dalam kondisi perang terbuka. Saya sarankan skali lagi biarkan kasus Ambalat itu self contain, atau hanya soal itu saja. Ndak usah dikaitkan dengan yang lain. Soal ambalat ndak perlu dihubungkan dengan Mano maupun Rasa sayange. Yang perlu ditindk lanjuti itu apa yg sudah diungkap Pak Jacob kemarin soal aturan serta dasar teori landas continent, penguasaan hayati dan mineral, penguasaan teritorial dsb. Perlu kita memiliki peta bawah laut yang dapat dipakai sebagai senjata dalam adu argumentasi. Juga perlu di siapkan kita dengan penguasaan ilmu kelautannya. Dan tidak kalah pentingnya adalah apa yang dimiliki Malaysia sehingga berani mengeklaim daerah yang sama ini ? Lebih banyak saat ini dispute area diseleseikan dengan dasar pemikiran ilmiah. Saya sendiri masih percaya jalan damai lebih bermanfaat. Damai dalam artian mempertahankan kepemilikan ambalat ke Indonesia secara legal dengan bahasa science, bukan militer. RDP 2009/7/7 R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id: Sebetulnya budaya dan tradisi Malaysia dan Indonesia itu kan sama, tetapi sesudah jadi dua negera berbeda karena hasil dari kolonialisme, maka sekarang saling berebut untuk mengklaim budaya bersama itu sebagai eksklusif budaya negaranya masing2. Keris di Jawa ada, di Malaya juga ada, juga di Brunei ada, lagu Terang Bulan dulunya di Malaysia populer di Indonesia juga populer sebagai lagu rumpun melayu. Begitu pula mungkin kain songket, bahkan juga batik. Bahasanya juga sama2 Melayu, tetapi dengan hanya berdasarkan logat yang berbeda menjadi Bahasa Malaysia dan Bahasa Indonesia, sedangkan di Singapura tetap disebut bahasa Melayu (walaupum logatnya sama dengan di Malaysia). Kalau Bahasa Inggris di Britania, Irlandia (walaupun musuhan), di Canada, Amerika Serikat dan di Australia, tetap tetap diakui sebagai English, bukan Australian, Canadian, Yang salah siapa? Ya Belanda dan Inggris sebagai kolonialis. RPK - Original Message - From: Wayan Ismara Heru Young londob...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, June 05, 2009 2:28 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Ambalat Beritanya ada disini: http://www.antara.co.id/view/?i=1191415278c=SBHs= dan di wiki juga ada teks serta link untuk download file midi/mp3. http://id.wikipedia.org/wiki/Negaraku Salam, Wayan Young From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent:
Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Ambalat-Kris
Vick Kaget sedikit , tapi setelah mikir sesaat , saya berbahagia , karena lambang UMNO memperlihatkan kedekatan UMNO dengan Kita (khususnya Golkar) . 1. Sama sama merah putih (kalau dijaman Majapahit dinamakan warna gula kelapa gitu ?) 2. Warna kuning kan warna Golkar , pengakuan bahwa UMNO itu sekedar Golkar Cabang Besar Malaysia. 3. Keris kan sudah dijadikan world heritage , jadi pengakuan lagi bahwa mereka bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia . Nah , kalau berfikiran positp ndak jadi marah , dan tak perlu marah hahahhaha. Si Abah coba liat umno flag ... anda mungkin kaget http://www.google.com/search?q=umno+flagsourceid=ie7rls=com.microsoft:en-USie=utf8oe=utf8 RDP 2009/6/5 rumlan dwiyatno dwisant...@yahoo.com: Sedikit menambahkan dan supaya menjadikan perhatian, bila kita perhatikan, maskapai penerbangan singapura, Singapore Airline, banyak sekali menggunakan term Kris pada program dan advertisementya, misalnya Kris Silver, Kris Flyers, Kris Shop dll, dan saya pernah baca di salah satu majalahnya diterangkan bahwa Kris is Malay Traditional Weapon (gitulah kira2, kalimat persisnya mungkin bisa dilihat di majalah Singapore Airline). Dalam benak saya, tentunya yang dimaksud Kris adalah Keris dalam bahasa Indonesia, lantas kenapa dikatakan sebagai Malay Traditional Weapon? apakah Kris ini juga sudah di klaim sebagai originated di Malaysia ? Atau yang dimaksud Malay adalah Melayu ? Kita semua tahu, pembuat keris disebut empu ... kita mempunya banyak sekali empu sejak jaman majapahit , empu supo-empu baradah- dan empu yang lain2, dan tidak pernah sekalipun pernah kudengan empu encik siapa gitu ... Lantas how come Singapore Airline come to conclusion bahwa Kris is Malay traditional Weapon? kok bukan Indonesian Traditional Weapon? Merupakan fakta juga bahwa di Indonesia dijumpai banyak sekali keris2 yang terkenal seperti Nagasasra, Sabuk INten, Sengkelat, Crubuk, Setan Kober dsb apakah di Malaysia juga ada keris2 terkenal? apakah mereka berani kerisnya diadu melawan kerisnya Indonesia? ... he ... he . Bukanya lebih tepat kalau dibilang bahwa Kris is an Indonesian Traditional Weapon daripada Kris is a Malay traditional weapon? Kayaknya cukup banyak yang harus kita bicarakan dengan tetangga serumpun ini, tentunya, seperti kata pak Awang, siapapun yang akan duduk bersama dengan mereka harus dibekali dengan Pengetahuan dan Data2 yang akurat ... Semoga semuanya bisa diselesaikan dengan baik dan harkat dan martabat bangsa tetap terjaga. Salam Dwiyatno PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!! yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. - -- http://rovicky.wordpress.com/2009/05/30/seamount-si-gunung-raksasa-dibawah-laut-1-proses-terbentuknya/ PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... ayo meriahkan PIT ke-38 IAGI!!! yg akan dilaksanakan di Hotel Gumaya, Semarang 13-14 Oktober 2009 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send
Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Ambalat
A pakah di Arsip Nasional , terantum siapa yang mengarang lagu itu Kalau membaca wikipedia yang ditunjukan oleh RDP , pengarangnya orang Perancis thn 1800- an , apa benar ??? Kalau lihat lasannya ahwa itu lagu untuk Sultan Perak , ya mirip lagu kenbngsaan Inggris God Save the Queen, Yang saya tahu lagu itu sudah POPULER pada tahun 1950-an , bahkan sebelumnya ditanah air yang bernama Hindia Belanda , ya tokh. Itu berangkali faktanya. Si Abah ___. Ketika yangkung masih sekolah rakyat, SD zaman dulu, dari majalah Minggu Pagi Yangkung belajar laku kebangsaan M, waktu itu sbb: negaraku tanah tumpahnya darahku rakyat hidup bersatu dan maju rahmat bahagia Tuhan karuniakan dan seterusnya lupa Lagunya diambil dari lagu Terang Bulan: Terang bulan, terang bulan di kali buaya hidup disangkanya mati dst dst Selamat wik en Yangkung --- On Fri, 5/6/09, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id wrote: From: yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Ambalat To: iagi-net@iagi.or.id Date: Friday, 5 June, 2009, 12:55 PM Awang dan Rekan rekan Kalau soal peluru untuk melawan Malaysia sih ada , dan dijamin bahwa mereka akan malu se- umur 2 untuk mengaku mereka sebagai bangsa Malay sia . Apa it ? Nah , kita dengar saja lagu kebangsaan mereka Negaraku. Itu persis sis denga satu lagu (namanya masih rahasia lho hahahah) , lagu yang juga telah difilm -kan dengan nama yang sama , kalau tidak salah oleh Perfini ? pada tahun 1950-an . Saya dengar arsip-nya masih ada tersimpan d Indoensia . Kalau itu dipublikasikan , bagaimana yan , anggap saja sebagai torpedo pertama . Mungkin suda TAKDDIR ya mereka suka sekali ngaku ngaku barang orang heheheh, Maaf akh , agak childish , tetapi ini memang kenyataan Kalau Reog Ponorog diaku sama mereka , si Abah jadi orang Malaysia dong , wong kakek - ku orang Ponorogo , All I write down only a joke but ..also a fact . Si Abah Dalam kasus sengketa Ambalat, wajar kita semakin emosi sebab tahun-tahun belakangan ini negara serumpun itu (Malaysia) seolah mengganggu kita (Indonesia) dengan berbagai pengakuan, mulai dari mengakui Reog Ponorogo, rendang Padang, batik sebagai milik mereka; mengakuisisi banyak lahan di Sumatra dan Kalimantan untuk ditanami sawit dan CPO (crude palm oil-nya) diolah mereka lalu minyak sawitnya dijual ke Indonesia dan dibeli rakyat Indonesia dengan harga mahal (lihat ulasan saya Tragis Rayuan Pulau Kelapa); memborong naskah-naskah kuno Melayu ke Riau daratan dan Riau kepulauan sampai ke Pulau Penyengat agar mereka layak disebut aslinya Melayu; sampai kasus terakhir ala sinetron Manohara; dan kini Ambalat. Kedaulatan dan hak berdaulat (secara hukum internasional ini dua terminologi berbeda) harus ditegakkan dan dibela tidak saja dengan PELURU tetapi juga dengan PENGETAHUAN. Maka, sebaiknya kita harus siapkan dua hal itu apabila kita kelak berkonfrontasi dengan negara-negara tetangga soal perbatasan. PELURU penting untuk menggebrak musuh, PENGETAHUAN penting untuk berjaya dalam meja-meja perundingan. Penyelesaian sengketa perbatasan dengan PELURU tidak dianjurkan sebagaimana diatur dalam Piagam PBB Pasal 2 Ayat 3. Negara-negara penandatangan UNCLOS 1982 (United Nations Convention on the Law of the Sea) seperti Indonesia harus mematuhi ketentuan bahwa penyelesaian suatu sengketa mengenai penafsiran dan penerapan Konvensi melalui jalan damai. Bila ada sengketa, maka UNCLOS akan menugaskan empat lembaga ini : Mahkamah Internasional, Pengadilan Internasional untuk Hukum Laut, Arbitrasi Umum, atau Arbitrasi Khusus. Maka, kita harus siap dengan PENGETAHUAN kita untuk duduk di perundingan2 tersebut. Akan halnya kekalahan Indonesia di Sipadan dan Ligitan (sebelah utara Ambalat) adalah karena Indonesia tidak bisa menunjukkan bukti bahwa Belanda (penjajah Indonesia) telah memiliki kedua pulau itu; sementara Malaysia bisa menunjukkan bukti bahwa Inggris (penjajah Malaysia) memiliki dan mengelola kedua pulau itu. Dalam Hukum Internasional dikenal istilah Uti Possidetis Juris yang artinya negara baru akan memiliki wilayah atau batas wilayah yang sama dengan bekas penjajahnya. Dalam sengketa Sipadan-Ligitan, Indonesia dan Malaysia bersepakat istilah warisan penjajah itu berlaku untuk wilayah-wilayah yang dikuasai sebelum tahun 1969. Jadi Mahkamah Internasional memenangkan Malaysia saat itu bukan karena Malaysia pada tahun 1990-an telah membangun resort di kedua pulau itu; tetapi karena Inggris sebelum tahun 1969 telah menununjukkan penguasaan yang efektif atas kedua pulau itu berupa pungutan pajak atas pemungutan telur penyu, operasi mercu suar, dan aturan perlindngan satwa. Tentang sengketa Ambalat, yang diributkan Indonesia dan Malaysia saat ini dengan ketegangan,
Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] Ambalat
mudah2an geosaintisnya masih punya sisa2 nasionalisme and gak silau ama ringgit malingsia