Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)

2010-01-07 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Frank,
 
Iya, gliding tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation, 
biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita menyebutnya 
decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh kepada massa yang 
dilengserkan, semakin tebal tentu semakin mungkin tergelincir.
 
Gliding tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift atau 
sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada daerah yang terangkat, slope, 
dan daerah tenggelam. Pada saat postrift dan sagging hanya ada daerah 
tenggelam. Kasus di Sumatra basins, pada saat postrift dan sagging, structural 
grain masih didominasi extensional faults, bukan toe -thrusting ala gliding 
tectonics. Jadi, tak usah kita membedakannya sebab periode kejadiannya pun 
berlainan. Dalam mata eksplorasi migas, decollement sering menjadi sealing/cap 
yang resilient. Jadi bila ada deformasi post-rift yang ditutupi decollement, 
itu bisa jadi trap sub-decollement structure yang baik. Kadang2 deformasi 
postrift tak tertutup oleh decollement syn-orogen (secara 3-D), nah dalam kasus 
ini generated hydrocarbon dari synrift sequence bisa masuk ke trap 
toe-thrusting di atas decollement.
 
Sands yang re-worked berkali-kali tentu akan semakin baik sebab semakin banyak 
fraksi mineral stabilnya yang tertinggal yaitu kuarsa, dan semakin banyak 
clay-winnowing-nya sehingga membersihkan pasir dari pengotor lempung. 
Reservoir2 di laut dalam Makassar Strait membuktikan ini. Agar sands di 
toe-thrust block memberikan aliran turbiditnya sendiri, maka toe-thrust block 
itu harus pernah tersingkap dan di-kanibal pasirnya lalu diendapkan ulang 
sebagai turbidit sands di downdipnya. Tetapi saya tak yakin ini terjadi untuk 
toe-thrust block di sistem deep-water sebab itu akan membutuhkan forced 
regression yang sangat besar untuk batupasir di toe-thrust block tersingkap. 
Tetapi bila batupasir di toe-thrust block tergerus oleh submarine gravity flow, 
bisa saja itu mengendapkan ulang pasirnya. Di Kutei Basin, yang namanya sands 
di puncak antiklin terangkat dan di-kanibal lalu diendapkan ulang di hilirnya 
adalah sudah biasa. Maka banyak antiklin di bagian onshore
 Kutei sebelah barat tak punya lagi pasir sebab pasirnya sudah dikanibalisasi. 
Maka mengebor sumur di puncak-puncak antiklin yang terkanibal adalah kesalahan 
besar, yang ditemukan hanyalah shales dengan interbeds tipis sands dan 
overpressured.
 
Dan dalam sistem to-thrusting yang sejalan dengan progradasi, mengebor sumur di 
puncak antiklinnya pun kesalahan sebab di situ pasir akan tipis sebab pasir 
akan mengumpul di ponded basin di belakang thrust block. Bila di puncak 
antiklin, akan ada diapir dan sands yang tipis. Flank antiklin harus menjadi 
targetnya.
 
salam,
Awang
 
salam,
Awang

--- Pada Kam, 7/1/10, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com menulis:


Dari: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)
Kepada: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
fo...@hagi.or.id
Tanggal: Kamis, 7 Januari, 2010, 9:24 AM


Pak Awang,
Ulasan yang menarik sekali.
saya mau tanya mengenai lengseran nya ...
pertama,  apakah mekanisme gliding tektonik(lengseran) ini selalu memerlukan 
plastic zone dimana sediment-blocknya akan bergeser? jadi perlu shale/salt yang 
plastics dan mungkin juga perlu ketebalan tertentu?

pertanyaan kedua,
di daerah extension, sering sekali terjadi rifting, lalu terendapkan synrift 
sediment, lalu post rift.   seandainya post-rift sedimentnya ada plastics 
sediment misalnya shale atau salt,  dan extension force terus berjalan, 
tersedia accomodation space yang bukan diisi dengan longsoran tetapi dengan 
lengseran (yang bisa besar sekali dimensinya). kemudian bisa saja terjadi 
toe-trust structure pada sediment diatas shale atau saltnya.  nah pertanyaan 
saya adalah bagaimana membedakan fenomena ini dengan gliding tectonic yang 
hanya disebabkan oleh gravity seperti yang Pak Awang deskripsikan.  yang paling 
penting adalah apakah perlu membedakannya dilihat dari mata eksplorasi migas?

Pertanyaan ketiga mengenai longsoran setelah toe-thrust terjadi.  apakah 
mungkin kualitas reservoir dari sand lebih baik setelah sand itu tersebut di 
rework  dan menjadi endapan turbidit?  dan apakah mungkin ada beberapa aliran 
turbidite di satu toe-thrust block?  jadi tidak tergantung dengan sungai yang 
ada di onshorenya.


terima kasih sebelumnya atas penjelasannya.

salam,
frank




From: unt...@dgtl.esdm.go.id unt...@dgtl.esdm.go.id
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wed, January 6, 2010 5:28:40 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic     
 Transect ...)

Penjelasan pak Awang menarik sekali karena saya sedang mempelajari apa iya
bahwa endapan Tersier di Jawa bukan merupakan suatu akuifer. Jadi bedanya
Pak Awang cari minyak saya coba untuk cari air di pegunungan Tersier untuk
mendukung 

[iagi-net-l] Qardian ANHAR is out of the office.

2010-01-07 Terurut Topik Qardian ANHAR





I will be out of the office starting  01/07/2010 and will not return until 
01/19/2010.

I will respond to your message when I return.

This e-mail (including any attached documents) is intended only for the 
recipient(s) named above.
It may contain  confidential or legally privileged information and should not 
be copied or disclosed
to, or otherwise used by, any  other person. If you are not a named recipient, 
please contact the
sender and delete the e-mail from your system.

Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)

2010-01-07 Terurut Topik vicki amir
Pak Awang, 

Apakah betul untuk proses pengkanibalisasi-an itu sebenarnya adalah case thrust 
propagation fold yang memang berasosiasi dgn toe-thrust di bagian distal suatu 
delta? Saya kira mungkin masih ada komponen lateral kompresi yang signifikan 
disana, dan lebih besar daripada hanya gliding tectonics saja layaknya 
avalanche suatu paket sedimen yg semi-kompak (CMIIW). Karena kasus turbidit 
sands yang terendapkan di downdip tersebut adalah seiring dgn propagasi dari 
thrustnya, semakin sloping, semakin intensif pula turbidit eventnya. Dan itu 
setidaknya membutuhkan lateral kompresi yang lebih dominan seperti halnya yang 
terjadi di beberapa reservoir turbidit di Delta Niger, karena berasosiasi dgn 
toe thrust faulting yang cukup panjang secara length of faultnya. Mohon 
koreksinya.

Lalu bagaimana dgn kasus di Jawa Timur contohnya thrust fault ke arah Utara yg 
berumur Mio-Plio pada Kendeng Zone dan thrust fault ke arah Selatan 
Rembang-Madura Zone layaknya Triangle Zone di Ramba dan Supat fault di South 
Sumatra basin? Apakah ada potensi turbidit reservoir dsana?

Mohon pencerahannya. Thanks.

Wassalam
Vicki Amir







From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
fo...@hagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com
Sent: Thu, 7 January, 2010 16:23:18
Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
 Transect ...)

Pak Frank,
 
Iya, gliding tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation, 
biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita menyebutnya 
decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh kepada massa yang 
dilengserkan, semakin tebal tentu semakin mungkin tergelincir.
 
Gliding tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift atau 
sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada daerah yang terangkat, slope, 
dan daerah tenggelam. Pada saat postrift dan sagging hanya ada daerah 
tenggelam. Kasus di Sumatra basins, pada saat postrift dan sagging, structural 
grain masih didominasi extensional faults, bukan toe -thrusting ala gliding 
tectonics. Jadi, tak usah kita membedakannya sebab periode kejadiannya pun 
berlainan. Dalam mata eksplorasi migas, decollement sering menjadi sealing/cap 
yang resilient. Jadi bila ada deformasi post-rift yang ditutupi decollement, 
itu bisa jadi trap sub-decollement structure yang baik. Kadang2 deformasi 
postrift tak tertutup oleh decollement syn-orogen (secara 3-D), nah dalam kasus 
ini generated hydrocarbon dari synrift sequence bisa masuk ke trap 
toe-thrusting di atas decollement.
 
Sands yang re-worked berkali-kali tentu akan semakin baik sebab semakin banyak 
fraksi mineral stabilnya yang tertinggal yaitu kuarsa, dan semakin banyak 
clay-winnowing-nya sehingga membersihkan pasir dari pengotor lempung. 
Reservoir2 di laut dalam Makassar Strait membuktikan ini. Agar sands di 
toe-thrust block memberikan aliran turbiditnya sendiri, maka toe-thrust block 
itu harus pernah tersingkap dan di-kanibal pasirnya lalu diendapkan ulang 
sebagai turbidit sands di downdipnya. Tetapi saya tak yakin ini terjadi untuk 
toe-thrust block di sistem deep-water sebab itu akan membutuhkan forced 
regression yang sangat besar untuk batupasir di toe-thrust block tersingkap. 
Tetapi bila batupasir di toe-thrust block tergerus oleh submarine gravity flow, 
bisa saja itu mengendapkan ulang pasirnya. Di Kutei Basin, yang namanya sands 
di puncak antiklin terangkat dan di-kanibal lalu diendapkan ulang di hilirnya 
adalah sudah biasa. Maka banyak antiklin di bagian onshore
Kutei sebelah barat tak punya lagi pasir sebab pasirnya sudah dikanibalisasi. 
Maka mengebor sumur di puncak-puncak antiklin yang terkanibal adalah kesalahan 
besar, yang ditemukan hanyalah shales dengan interbeds tipis sands dan 
overpressured.
 
Dan dalam sistem to-thrusting yang sejalan dengan progradasi, mengebor sumur di 
puncak antiklinnya pun kesalahan sebab di situ pasir akan tipis sebab pasir 
akan mengumpul di ponded basin di belakang thrust block. Bila di puncak 
antiklin, akan ada diapir dan sands yang tipis. Flank antiklin harus menjadi 
targetnya.
 
salam,
Awang
 
salam,
Awang

--- Pada Kam, 7/1/10, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com menulis:


Dari: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)
Kepada: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
fo...@hagi.or.id
Tanggal: Kamis, 7 Januari, 2010, 9:24 AM


Pak Awang,
Ulasan yang menarik sekali.
saya mau tanya mengenai lengseran nya ...
pertama,  apakah mekanisme gliding tektonik(lengseran) ini selalu memerlukan 
plastic zone dimana sediment-blocknya akan bergeser? jadi perlu shale/salt yang 
plastics dan mungkin juga perlu ketebalan tertentu?

pertanyaan kedua,
di daerah extension, sering sekali 

Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)

2010-01-07 Terurut Topik Awang Satyana
Vicki,
 
Saya tidak melihat komponen kinematika kompresi yang signifikan untuk 
to-thrusting di Makassar Strait maupun Tarakan deepwater. Beberapa penulis 
sering menyebut kompresi dari Sulawesi sebagai asal kinematika struktur2 
positif ini, tetapi data seismik terbaru yang memotong Selat Makassar tak 
menunjukkan structural grain kompresif apa pun di level Neogen sampai ke Kutei 
maupun Tarakan, struktur kompresif dari Sulawesi ini hanya sampai bagian barat 
Sulawesi offshore. Maka saya melihat bahwa toe thrusting di sini berasal dari 
kinematika internal dari progradasi sedimen dan dipicu gliding tectonics dari 
Kuching uplift dan semua updip ullifts lainnya di Kute dan Tarakan onshore.
 
Beberapa penulis pun mengatakan toe-thrusting ini dikendalikan oleh transversal 
faults (strike-slip faults) yang ada di level Paleogen. Tetapi, hubungan antara 
Paleogen dan Neogen sediments di Kutei maupun Tarakan tidak jelas karena 
terlalu dalam, sehingga kendali tersebut tak bisa dievaluasi lebih jauh.
 
Paper saya dkk di Journal of Asian Earth Sciences dapat menjelaskan lebih jauh 
tentang hal ini (Satyana, A.H., Imanhardjo, D.N., and Surantoko, 1999, Tectonic 
Controls on the Hydrocarbon Habitats of the Barito, Kutei, and Tarakan basins, 
Eastern Kalimantan, Indonesia : Major Dissimilarities in  Adjoining Basins, 
Journal of Asian Earth Sciences, 17 (1999), p. 99-122).
 
Kendeng Zone dan Rembang Zone memang punya deformasi dengan vergency reverse 
faults dan thrusts yang berlainan. Akibatnya, Zone Randublatung berada pada 
posisi downblock baik terhadap Kendeng Zone maupun Rembang Zone. Maka 
Randublatung Zone sangat depressed, subsided dan tenggelam, sebagai triangle 
zone, membuat Bouguer gravity-nya paling minimum negatif di Jawa. Deformasi di 
Kendeng Zone dan Rembang Zone ini sama-sekali bukan gliding tectonics; tetapi 
sebelum Kendeng dan Rembang terdeformasi, gliding tectonics di Randublatung 
bisa beroperasi, persis seperti di Serayu Utara, termasuk melipat sedimen 
turbidit yang diendapkan di depresi Randublatung. Kemudian pada Mio-Pliosen, 
Randublatung ini semakin tenggelam oleh tectonic load dan thrust sheets yang 
berulang-ulang terutama di Kendeng Zone. saya meyakini bahwa kini di 
Randublatung Zone ada deepwater Ngrayong dan isolated carbonate platform yang 
ditumbuhi pinnacle reefs tipe Banyu Urip/Mudi/Sukowati
 tetapi jauh sudah tenggelam oleh deformasi Mio-Pliosen.
 
salam,
Awang

--- Pada Jum, 8/1/10, vicki amir vickirezkya...@yahoo.com menulis:


Dari: vicki amir vickirezkya...@yahoo.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)
Kepada: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
fo...@hagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com
Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 7:56 AM


Pak Awang, 

Apakah betul untuk proses pengkanibalisasi-an itu sebenarnya adalah case thrust 
propagation fold yang memang berasosiasi dgn toe-thrust di bagian distal suatu 
delta? Saya kira mungkin masih ada komponen lateral kompresi yang signifikan 
disana, dan lebih besar daripada hanya gliding tectonics saja layaknya 
avalanche suatu paket sedimen yg semi-kompak (CMIIW). Karena kasus turbidit 
sands yang terendapkan di downdip tersebut adalah seiring dgn propagasi dari 
thrustnya, semakin sloping, semakin intensif pula turbidit eventnya. Dan itu 
setidaknya membutuhkan lateral kompresi yang lebih dominan seperti halnya yang 
terjadi di beberapa reservoir turbidit di Delta Niger, karena berasosiasi dgn 
toe thrust faulting yang cukup panjang secara length of faultnya. Mohon 
koreksinya.

Lalu bagaimana dgn kasus di Jawa Timur contohnya thrust fault ke arah Utara yg 
berumur Mio-Plio pada Kendeng Zone dan thrust fault ke arah Selatan 
Rembang-Madura Zone layaknya Triangle Zone di Ramba dan Supat fault di South 
Sumatra basin? Apakah ada potensi turbidit reservoir dsana?

Mohon pencerahannya. Thanks.

Wassalam
Vicki Amir







From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
fo...@hagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com
Sent: Thu, 7 January, 2010 16:23:18
Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic     
 Transect ...)

Pak Frank,

Iya, gliding tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation, 
biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita menyebutnya 
decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh kepada massa yang 
dilengserkan, semakin tebal tentu semakin mungkin tergelincir.

Gliding tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift atau 
sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada daerah yang terangkat, slope, 
dan daerah tenggelam. Pada saat postrift dan sagging hanya ada daerah 
tenggelam. Kasus di Sumatra basins, pada saat postrift dan 

[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Teknologi Akuisisi Seismik (was: Gliding Tectonics dan Prospek HC)

2010-01-07 Terurut Topik Awang Satyana
Terima kasih Pak Tyo atas informasinya. Bila kelak teknologi dan metode 
akuisisi seismik dapat meresolusi dengan baik struktur-struktur dan horizon di 
bawah tutupan volkanik di Jawa, maka semoga kita punya provinsi hidrokarbon 
yang baru di Jawa. Amin.
 
Tentang prospek hidrokarbon di onshore Jawa Barat selatan (sebagian besar 
merupakan zona fisiografi Pegunungan Selatan Jawa Barat) memang sedikit sekali 
diketahui sebab surveinya pun sangat terbatas, hanya ada studi regional, field 
traverse, gravity dan magnetik yang pernah dilakukan oleh Pertamina. Di wilayah 
Banten selatan ada beberapa sumur stratigrafi yang dibor oleh Amoco di dekat 
Gunung Halimun, tetapi antara Blok Banten dan blok Pegunungan Selatan Jawa 
Barat adalah dua hal yang tak bisa dibandingkan.
 
Ketiadaan oil atau gas seep di Pegunungan Selatan Jawa (Jawa Barat, Jawa Timur, 
dan Gunung Kidul Yogyakarta) merupakan aspek negatif pertama tentang prospek 
hidrokarbon di wilayah ini. Di selatan Jawa memang banyak seeps, tetapi hanya 
di area Banyumas, dan di situ Jawa tak dibentengi oleh Pegunungan Selatan 
(lihat van Bemmelen, 1949). Absennya Pegunungan Selatan ini, menurut hemat 
saya, karena indentasi tektonik di Jawa Tengah (pernah saya bahas di PIT IAGI 
2005, AAPG Perth, 2006, IPA 2007 dan Simposium Internasional Pegunungan Selatan 
UGM Yogyakarta, 2009).
 
Memang tidak semua lapangan minyak atau gas ditemukan oleh seep, tetapi 80 % 
hydrocarbon basins mengeluarkan seep (McGregor, 1998). Maka cekungan sedimen 
atau wilayah regional yang tak punya seep sama sekali harus dicurigai sebagai 
area yang tak punya kapasitas menggenerasikan hidrokarbon. Seep harus selalu 
dilihat sebagai unsur positif (terdapat generasi hidrokarbon dan migrasinya) 
daripada negatif (perangkap yang bocor). Hampir semua lapangan raksasa di dunia 
ditemukan oleh seep. Dan teknologi multibeam bathymetry dan piston coring yang 
dilakukan di cekungan2 frontier sekarang justru mencari seep di dasar laut 
sebagai early precaution untuk basin yang efektif menggenerasikan hidrokarbon.
 
Dua sumur offshore yang dibor Java Shell tahun 1971-1972 di Pegunungan Selatan 
Jawa yang tenggelam di Lautan Hindia sebelah baratdaya Yogya (Borelis-1 dan 
Alveolina-1) menemukan reservoir dan build up carbonate trap yang baik, tetapi 
kering, sebab area itu tak punya kapasitas menggenerasikan hidrokarbon.
 
Begitu juga dengan Pegunungan Selatan Jawa Barat, reservoir dan trap tak kurang 
bagus dapat berkembang di situ, baik yang kuarsaan di dalam ekivalen Ciletuh 
Beds (ekivalen dengan porphyritic quartz di Karang Sambung), reefs2 umur 
ekivalen Wonosari (Bojonglopang) dan volkanoklastik Jampang (lihat paper 
Baumann et al, (1972 -IPA) atau paper terbaru dari Pak Edy Sunardi dan Pak 
Billy Adhiperdana (Unpad) di PIT IPA 2008 : An Account for the Petroleum 
Prospectivity of the Southern Mountains of West Java : A Geological Frontier in 
the West. Tetapi tantangan terbesarnya, adalah effective sources, thermal 
bukan masalah.
 
salam,
Awang

--- Pada Kam, 7/1/10, Brahmantyo Krisnahadi Gunawan brahmanty...@bpmigas.com 
menulis:


Dari: Brahmantyo Krisnahadi Gunawan brahmanty...@bpmigas.com
Judul: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Teknologi Akuisisi Seismik (was: Gliding 
Tectonics dan Prospek HC)
Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id
Tanggal: Kamis, 7 Januari, 2010, 11:44 AM


Betul Pak Awang,  banyak area  cekungan potensial di Jawa dan Sumatera  yang 
belum dieksplorasi karena di permukaannya tertutup endapan volkanik,  masih 
banyak yang gentar untuk melakukan akuisisi di area seperti ini, umumnya  
karena berdasarkan tampilan data  seismik dari akuisisi  lama  di daerah 
volcanic cover (sebelum tahun 90-an) yang tidak bagus, wajar saja karena 
kapabilitas teknologi akuisisi dan processing saat itu masih terbatas.
Volcanic cover deposit yang menimbullkan masalah, dapat  berupa endapan  
Volkanik Kuarter (Bat beku, dan breksi volkanik), atau  singkapan dari sedimen 
turbidit   pre -Kuarter  yang dominan fragmen volkanik ( Turbidite - 
Volcaniclastic breccia) seperti  singkapan Fm. Halang dkk di Jawa Tengah 
Selatan.  Keduanya sama2 menimbulkan hambatan permukaan  untuk akuisisi seismik 
al. :   -  Masalah Statik (topografi  variatif, morfologi terjal) dan Korelasi 
S-R,  produktivitas  (batuan keras dan laju mobilisasi),  dan hambatan 
penetrasi energi  sumber (absorbsi  difraksi energi).
Hasil akusisi seismik oleh Pertamina setelah tahun 1992 di Jawa Tengah  bagian 
utara dan Selatan, sudah mendapatkan tampilan data seismik  cukup bagus, 
setidaknya memadai untuk mendefinisikan struktur geologi bawah permukaan . 
Untuk resolusi vertikal memang masih
Teknik dan Teknologi akusisi maupun processing sekarang sudah makin maju lagi 
,  maka saat ini saya yakin  sesulit apapun masalah volcanic cover di 
permukaan,  konfigurasi  struktur  geologi dari cekungan 

Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)

2010-01-07 Terurut Topik noor syarifuddin
Pak Awang,
Cekungan Kutei memang masih menyimpan banyak misteri. Beberapa indikasi 
tectonic gliding memang pernah dikemukakan beberapa peneliti. Data-data 
pengeboran juga mendukung hipotesis ini. Seingat saya sumur Prangat-1 itu 
adalah salah satu contoh pengeboran di puncak antiklin yang isinya shale 
semua

Tapi ada satu yang masih mengganjal: data bore-hole ovalization (break-out) 
menunjukkan ada kemenerusan trend yang relatif sama baik secara lateral maupun 
vertikal. Ini tentunya mencerminkan setting stress tektonik yang relatif sama 
dari waktu-ke-waktu. Sementara itu kalau kita memakai hipotesis tectonic 
gliding, maka tentu itu sifatnya sesaat' dan tidak menerus seperti ini.


salam,



From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
fo...@hagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com
Sent: Thu, January 7, 2010 5:23:18 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)

Pak Frank,
 
Iya, gliding tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation, 
biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita menyebutnya 
decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh kepada massa yang 
dilengserkan, semakin tebal tentu semakin mungkin tergelincir.
 
Gliding tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift atau 
sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada daerah yang terangkat, slope, 
dan daerah tenggelam. Pada saat postrift dan sagging hanya ada daerah 
tenggelam. Kasus di Sumatra basins, pada saat postrift dan sagging, structural 
grain masih didominasi extensional faults, bukan toe -thrusting ala gliding 
tectonics. Jadi, tak usah kita membedakannya sebab periode kejadiannya pun 
berlainan. Dalam mata eksplorasi migas, decollement sering menjadi sealing/cap 
yang resilient. Jadi bila ada deformasi post-rift yang ditutupi decollement, 
itu bisa jadi trap sub-decollement structure yang baik. Kadang2 deformasi 
postrift tak tertutup oleh decollement syn-orogen (secara 3-D), nah dalam kasus 
ini generated hydrocarbon dari synrift sequence bisa masuk ke trap 
toe-thrusting di atas decollement.
 
Sands yang re-worked berkali-kali tentu akan semakin baik sebab semakin banyak 
fraksi mineral stabilnya yang tertinggal yaitu kuarsa, dan semakin banyak 
clay-winnowing-nya sehingga membersihkan pasir dari pengotor lempung. 
Reservoir2 di laut dalam Makassar Strait membuktikan ini. Agar sands di 
toe-thrust block memberikan aliran turbiditnya sendiri, maka toe-thrust block 
itu harus pernah tersingkap dan di-kanibal pasirnya lalu diendapkan ulang 
sebagai turbidit sands di downdipnya. Tetapi saya tak yakin ini terjadi untuk 
toe-thrust block di sistem deep-water sebab itu akan membutuhkan forced 
regression yang sangat besar untuk batupasir di toe-thrust block tersingkap. 
Tetapi bila batupasir di toe-thrust block tergerus oleh submarine gravity flow, 
bisa saja itu mengendapkan ulang pasirnya. Di Kutei Basin, yang namanya sands 
di puncak antiklin terangkat dan di-kanibal lalu diendapkan ulang di hilirnya 
adalah sudah biasa. Maka banyak antiklin di bagian onshore
Kutei sebelah barat tak punya lagi pasir sebab pasirnya sudah dikanibalisasi. 
Maka mengebor sumur di puncak-puncak antiklin yang terkanibal adalah kesalahan 
besar, yang ditemukan hanyalah shales dengan interbeds tipis sands dan 
overpressured.
 
Dan dalam sistem to-thrusting yang sejalan dengan progradasi, mengebor sumur di 
puncak antiklinnya pun kesalahan sebab di situ pasir akan tipis sebab pasir 
akan mengumpul di ponded basin di belakang thrust block. Bila di puncak 
antiklin, akan ada diapir dan sands yang tipis. Flank antiklin harus menjadi 
targetnya.
 
salam,
Awang
 
salam,
Awang

--- Pada Kam, 7/1/10, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com menulis:


Dari: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)
Kepada: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
fo...@hagi.or.id
Tanggal: Kamis, 7 Januari, 2010, 9:24 AM


Pak Awang,
Ulasan yang menarik sekali.
saya mau tanya mengenai lengseran nya ...
pertama,  apakah mekanisme gliding tektonik(lengseran) ini selalu memerlukan 
plastic zone dimana sediment-blocknya akan bergeser? jadi perlu shale/salt yang 
plastics dan mungkin juga perlu ketebalan tertentu?

pertanyaan kedua,
di daerah extension, sering sekali terjadi rifting, lalu terendapkan synrift 
sediment, lalu post rift.   seandainya post-rift sedimentnya ada plastics 
sediment misalnya shale atau salt,  dan extension force terus berjalan, 
tersedia accomodation space yang bukan diisi dengan longsoran tetapi dengan 
lengseran (yang bisa besar sekali dimensinya). kemudian bisa saja terjadi 
toe-trust structure pada sediment diatas shale atau saltnya.  nah pertanyaan 
saya adalah bagaimana 

Fw: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)

2010-01-07 Terurut Topik Budi Santoso
Pak Awang,

Melihat case di Serayu, Kutei, dan Tarakan, saya melihat ada kesamaan. Pada 
ketiga basin tersebut mungkin dijumpai transversal faults (strike-slip faults) 
yang ada di level Paleogen. Terkait dengan keterbatasan teknologi akuisisi 
seismik seperti yang Bapak utarakan kemarin kita belum bisa meng explore nya 
lebih jauh.

Saya beranggapan kalo gliding tectonics ini berasosiasi dengan tiga hal : 

1. Kompensasi gravity (exhumation concept) berhubungan dengan keseimbangan 
isostasi, 2. Lateral compression yang men generate major 
strike-slip/transversal fault, 
3. Gravity influence dari suatu paket sedimen itu sendiri, dari penjelasan Pak 
Awang saya  pikir faktor 1 dan 3 yang jadi faktor dominan. Artinya, dengan atau 
tanpa adanya lateral compression pun gliding tectonics dapat berjalan ? Maaf 
kalau salah menangkap, mohon koreksinya Pak.

Menanggapi diskusi sebelumnya tentang prospek turbidite reservoir di 
Randublatung zone, saya sepakat Pak. Tetapi lagi-lagi jika bermain di sana 
mungkin akuisisi seismik pun harus ultra deep seperti hal nya di Serayu. Belum 
lagi tutupan vulkanik kuarter tebal yang mengubur nya, jadi faktor yang 
menyebabkan sulitnya kita mendapatkan data seismik yang bagus.

Kebetulan saat ini saya sedang mempelajari Ngrayong sand di Rembang Zone hingga 
perbatasan Rembang-Kendeng. Ngrayong berupa anticlinal trap berasosiasi dengan 
reverse/inverse hingga flower structure. Dari literatur yang saya baca seperti 
dari publikasi paper IAGI maupun IPA masalah depositional environment dari 
Ngrayong sendiri masih banyak versi. Terutama di Rembang Zone sendiri dengan 
adanya hiatus disana. Untuk genetik dari struktur-struktur di Rembang Zone, 
Bapak bilang struktur disini beda dengan di Kendeng. Mungkin bisa dijelaskan 
sedikit Pak tentang ini ? Terutama untuk compressional deformation yang terjadi 
pada intra Miosen bersamaan dengan diendapkan nya Ngrayong.

Terima Kasih,

Salam,
Budi Santoso
 


--- On Fri, 1/8/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote:

From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
 Transect ...)
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Forum HAGI 
fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com
Date: Friday, January 8, 2010, 8:19 AM

Vicki,
 
Saya tidak melihat komponen kinematika kompresi yang signifikan untuk 
to-thrusting di Makassar Strait maupun Tarakan deepwater. Beberapa penulis 
sering menyebut kompresi dari Sulawesi sebagai asal kinematika struktur2 
positif ini, tetapi data seismik terbaru yang memotong Selat Makassar tak 
menunjukkan structural grain kompresif apa pun di level Neogen sampai ke Kutei 
maupun Tarakan, struktur kompresif dari Sulawesi ini hanya sampai bagian barat 
Sulawesi offshore. Maka saya melihat bahwa toe thrusting di sini berasal dari 
kinematika internal dari progradasi sedimen dan dipicu gliding tectonics dari 
Kuching uplift dan semua updip ullifts lainnya di Kute dan Tarakan onshore.
 
Beberapa penulis pun mengatakan toe-thrusting ini dikendalikan oleh transversal 
faults (strike-slip faults) yang ada di level Paleogen. Tetapi, hubungan antara 
Paleogen dan Neogen sediments di Kutei maupun Tarakan tidak jelas karena 
terlalu dalam, sehingga kendali tersebut tak bisa dievaluasi lebih jauh.
 
Paper saya dkk di Journal of Asian Earth Sciences dapat menjelaskan lebih jauh 
tentang hal ini (Satyana, A.H., Imanhardjo, D.N., and Surantoko, 1999, Tectonic 
Controls on the Hydrocarbon Habitats of the Barito, Kutei, and Tarakan basins, 
Eastern Kalimantan, Indonesia : Major Dissimilarities in  Adjoining Basins, 
Journal of Asian Earth Sciences, 17 (1999), p. 99-122).
 
Kendeng Zone dan Rembang Zone memang punya deformasi dengan vergency reverse 
faults dan thrusts yang berlainan. Akibatnya, Zone Randublatung berada pada 
posisi downblock baik terhadap Kendeng Zone maupun Rembang Zone. Maka 
Randublatung Zone sangat depressed, subsided dan tenggelam, sebagai triangle 
zone, membuat Bouguer gravity-nya paling minimum negatif di Jawa. Deformasi di 
Kendeng Zone dan Rembang Zone ini sama-sekali bukan gliding tectonics; tetapi 
sebelum Kendeng dan Rembang terdeformasi, gliding tectonics di Randublatung 
bisa beroperasi, persis seperti di Serayu Utara, termasuk melipat sedimen 
turbidit yang diendapkan di depresi Randublatung. Kemudian pada Mio-Pliosen, 
Randublatung ini semakin tenggelam oleh tectonic load dan thrust sheets yang 
berulang-ulang terutama di Kendeng Zone. saya meyakini bahwa kini di 
Randublatung Zone ada deepwater Ngrayong dan isolated carbonate platform yang 
ditumbuhi pinnacle reefs tipe Banyu Urip/Mudi/Sukowati
 tetapi jauh sudah tenggelam oleh deformasi Mio-Pliosen.
 
salam,
Awang

--- Pada Jum, 8/1/10, vicki amir vickirezkya...@yahoo.com menulis:


Dari: vicki amir vickirezkya...@yahoo.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)
Kepada: 

[iagi-net-l] Sr. Geologist Sr. Geophysicist position, Salamander Energy

2010-01-07 Terurut Topik Parvita Siregar
Selamat tahun baru, semoga 2010 membawa berkah dan rahmat bagi kita
semua.  

 

Bagi yang berminat untuk sekalian mencari tempat baru untuk bekerja,
silakan kirimkan CV ke saya via japri.  Untuk yang pengalaman 8 tahun ke
atas saja.  

 

Terimakasih,

 

Parvita H. Siregar

Chief Geologist 

Salamander Energy Indonesia

Suite 1502, Indonesia Stock Exchange Bld.

15th Fl, Tower 2

Jln. Jend. Sudirman Kav. 52-53

Jakarta 12190, Indonesia

 

Tel: +62 21 5291 2900

fax: +62 21 3000 4020

mailto: parvita.sire...@salamander-energy.com
mailto:parvita.sire...@salamander-energy.com 

 

P Please consider the environment before you print

 

Disclamer:  This email (including any attachments to it) is confidential
and is sent for the personal attention of the intended recipient only
and may contain information that is priviledged, confidential or exempt
from disclosure.  If you have received this email in error, please
advise us immediately and delete it.  You are notified that using,
disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on
the contents of this information is strictly prohibited.

 



[iagi-net-l] A proposal to extend geological time into the era before the Earth existed

2010-01-07 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Beyond Hades

Jan 7th 2010
From Economist.com
A proposal to extend geological time into the era before the Earth existed

TIME travel is normally fixed in both direction and speed: forward only, and
no more or less than twenty four hours a day. Part of the thrill of a new
year is the sense of this stately progress leaping, just a little, as a year
ticks over in a second. When two digits tick by at once the thrill expands
further as the grain gets coarser. Dividing history into ten-year chunks on
the basis of the last-but-one digit is arbitrary, but knowing that it will
be thus divided, despite the senselessness of so doing, gives the 09 to 10
transition and its ilk added relish. Something new, or at least different,
has begun.

Given that time travel moves only forward, it might seem that this would be
the only way new periods can be added to history. Not so, though, if you are
a geologist or Earth scientist. For them the past offers billions of years
of room for redefinition and subdivision, with the beginnings and endings of
various geological periods and subperiods tussled over continuously. A
recent paper goes further, offering the possibility of adding periods where
there were previously none: of extending the Earth’s history, not further
into the future, but further into the past.
SPL

To appreciate this, a quick recap of the Earth’s origins. About 4.6 billion
years ago a large cloud of gas, probably shocked by a nearby supernova, fell
in on itself, forming grains of dust and, rather more spectacularly, a star.
In the disk of gas and dust around this nascent sun smaller objects
coalesced into larger ones, encountering each other with ever greater
violence as they became ever larger. Near the end of this process a
Mars-sized object crashed into a Venus-sized object, in the process creating
the Earth (which is larger than Venus) and the Moon (which is smaller than
Mars). This knockabout phase lasted only a few tens of millions of years,
though the orbits of the planets, especially the big ones further from the
sun, did not settle down until a few hundreds of millions of years later.

At present, the Earth’s geological history does not deal with this period
well, for the simple reason that geologists deal mostly with rocks, and
rocks older than about 3.8 billion years are rare indeed. Rocks from 3.8
billion years ago to 2.5 billion years ago are assigned to the Earth’s
earliest geological eon, the Archaean. Anything earlier—a few lumps of
Greenland and Canada, and rock-residues preserved now only as inclusions in
larger, later, rocks—are referred to as belonging to the Hadean, an informal
and ill-defined but useful and evocative term.

The new proposal suggests not just that the Hadean should be formalised, but
also that a new aeon, the Chaotian, should be recognised as extending extend
further back in time than the Earth itself. The Chaotian would begin with
the beginning of the cloud’s collapse, be punctuated in the middle with the
ignition of the sun and come to an end with the collision that created the
Earth-moon doublet in its sort of modern form. In a fit of further
distinctions, the authors—Colin Goldblatt, a young researcher at NASA’s Ames
Research Centre http://www.nasa.gov/centers/ames/home/index.html, and
three older colleagues with considerable previous form in the framing of
provocative hypotheses—suggest the Nephelean and Erebrean for the periods
before the sun’s ignition, the Hyperitian and Titanomachean for those after.

   
http://ad.doubleclick.net/click%3Bh=v8/391c/3/0/%2a/w%3B212227215%3B0-0%3B0%3B42206572%3B4307-300/250%3B30392834/30410711/1%3B%3B%7Esscs%3D%3fhttp://www.economist.com/mobilehttp://ad.doubleclick.net/jump/teg.tdqk/llsk/a;nav=world_politics_v_all_world_politics;nh=5D3F577D;a=earthscience;!c=15207606;pos=mpu_left;tile=4;sz=350x300,336x236,300x250,250x250;ord=375479436?

Other than demonstrating that there are scientists abroad with classical
educations, lively imaginations and a little spare time on their hands, what
would such a seemingly silly extension of geological history to the
pre-rock, pre-planet era actually achieve? Two things. One, which the
authors themselves put forward, is that given the increasing amount of
serious and informative science being done with respect to the early history
of the Earth and the solar system—not least in the context of observations
of other systems round other stars—an agreed vocabulary with which to
discuss the timing of various events and transitions would be helpful. A
second is that if the solar system is to be considered a system, in the
sense of something more than the sum of its parts, it needs a system-wide
timescale that stretches back to its beginning, and into which the
timescales of the various planets can be pieced as they become better
understood. To use the Earth’s geology, which is the best understood of that
of any planet, as the basis for this is as good a solution as any.

Following on from that, and of less 

Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)

2010-01-07 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Noor,
 
Terima kasih atas informasinya. Bulan Maret 2009 saya bersama teman-teman dari 
SPC Mahakam Hilir ke lapangan, termasuk meninjau sumur ex VICO Pelarang-1 yang 
dibor di puncak bukit yang sebenarnya puncak antiklin. Di lereng antiklin 
ditemukan banyak singkapan batupasir, tetapi saat tiba di puncak antiklin, 
hampir seluruhnya napal yang pasti lebih tua. Pelarang-1 pun mengalami masalah 
overpressure sebab yang dibornya kebanyakan serpih Pamaluan. Batupasir 
Pulubalang atau Balikpapannya kelihatannya sudah dikanibalisasi dan diendapkan 
di lereng-lerengnya, atau sinklinnya. Maka di wilayah ini tak bisa lagi play 
antiklin jadi target, harus semacam updip pinchout di lereng antiklin atau 
bahkan sinklin. Bukan hanya sumur Pelarang saja yang mengalami begitu, tetapi 
beberapa sumur lain yang dibor di puncak antiklin sebelah barat Cekungan Kutei 
mengalami problem yang sama.
 
Gliding tectonics di Kutei sebenarnya dipicu saat Kuching High naik setelah 
selesainya spreading South China Sea, itu sekitar late-Oligocene sampai 
earliest Miocene, sehingga delta pertama di Kutei umurnya early Miocene, sebab 
Kuching High jadi provenance utama delta2 di Kutei. Setelah itu, center of 
gliding tectonics makin bergerak ke arah timurnya masuk ke Upper Kutei Basin, 
lalu makin muda masuk ke bagian barat Lower Kutei Basin saat inversi 
intra-Miosen terjadi. Pada periode tektonik berikutnya (Mio-Plio dan 
Plio-Plistosen, center pengangkatan makin bergerak ke timur bersamaan dengan 
jalannya progradasi sedimen yang semakin muda juga bergerak semakin ke timur. 
Maka dapat dilihat bahwa gliding tectonics sebenarnya menerus, hanya center of 
upliftnya bermigrasi makin muda makin ke timur. Pada Plio-Pleistosen ia sudah 
masuk ke offshore, yang menyebabkan extensional faults di wilayah outer shelf, 
tetapi kemudian toe-thrusting di slope-nya.
 
Migrasi center of uplift yang memicu gliding tectonics maju ke arah 
embayment-nya atau depresi utamanya juga terjadi di Jawa Barat yang menghadapi 
Palung Bogor (ingat migrasi thrust Pak Suyono Martodjojo, 1984 sejak dari Walat 
thrust sampai inversi Baribis), juga terjadi di antara Serayu Selatan dan 
Serayu Utara, center of uplifts-nya maju terus ke utara semakin muda (lihat 
penampang evolusi geologi Jawa Tengah dari van Bemmelen, di lembar peta 
-plate, no. 35).
 
salam,
Awang 

--- Pada Jum, 8/1/10, noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com menulis:


Dari: noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 9:35 AM


Pak Awang,
Cekungan Kutei memang masih menyimpan banyak misteri. Beberapa indikasi 
tectonic gliding memang pernah dikemukakan beberapa peneliti. Data-data 
pengeboran juga mendukung hipotesis ini. Seingat saya sumur Prangat-1 itu 
adalah salah satu contoh pengeboran di puncak antiklin yang isinya shale 
semua

Tapi ada satu yang masih mengganjal: data bore-hole ovalization (break-out) 
menunjukkan ada kemenerusan trend yang relatif sama baik secara lateral maupun 
vertikal. Ini tentunya mencerminkan setting stress tektonik yang relatif sama 
dari waktu-ke-waktu. Sementara itu kalau kita memakai hipotesis tectonic 
gliding, maka tentu itu sifatnya sesaat' dan tidak menerus seperti ini.


salam,



From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
fo...@hagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com
Sent: Thu, January 7, 2010 5:23:18 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)

Pak Frank,
 
Iya, gliding tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation, 
biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita menyebutnya 
decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh kepada massa yang 
dilengserkan, semakin tebal tentu semakin mungkin tergelincir.
 
Gliding tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift atau 
sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada daerah yang terangkat, slope, 
dan daerah tenggelam. Pada saat postrift dan sagging hanya ada daerah 
tenggelam. Kasus di Sumatra basins, pada saat postrift dan sagging, structural 
grain masih didominasi extensional faults, bukan toe -thrusting ala gliding 
tectonics. Jadi, tak usah kita membedakannya sebab periode kejadiannya pun 
berlainan. Dalam mata eksplorasi migas, decollement sering menjadi sealing/cap 
yang resilient. Jadi bila ada deformasi post-rift yang ditutupi decollement, 
itu bisa jadi trap sub-decollement structure yang baik. Kadang2 deformasi 
postrift tak tertutup oleh decollement syn-orogen (secara 3-D), nah dalam kasus 
ini generated hydrocarbon dari synrift sequence bisa masuk ke trap 
toe-thrusting di atas decollement.
 
Sands yang re-worked berkali-kali tentu akan semakin baik sebab semakin 

[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)

2010-01-07 Terurut Topik Franciscus B Sinartio
Mau ikutan nanya lagi.
apakah Toe-thrust itu lebih sering disebabkan oleh extension dan bukan 
compression.  karena, supaya bisa tergelincir harus ada ruang geraknya selain 
material plastis dibawahnya.
terus apakah strike slipnya itu adalah hasil dari tear-fault (fault sobekan?)  
ditepi dari toe-thrust faultnya? jadi strike slip faultnya bukan penyebabnya?
Kemudian apakah Thrust fault yang kelihatan itu disebabkan oleh dorongan dari 
normal fault yang di ujung satu dari toe-thrust system?

kecuali kalau material yang dibawahnya material plastis yang di kompressi tanpa 
menyebabkan kompressi di material yang diatas bahan plastis. tapi bagaimana ini 
bisa terjadi?

terima kasih atas penjelasanannya




From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id
Sent: Fri, January 8, 2010 9:19:26 AM
Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : 
Geologic Transect ...)


Vicki,
 
Saya tidak melihat komponen kinematika kompresi yang signifikan untuk 
to-thrusting di Makassar Strait maupun Tarakan deepwater. Beberapa penulis 
sering menyebut kompresi dari Sulawesi sebagai asal kinematika struktur2 
positif ini, tetapi data seismik terbaru yang memotong Selat Makassar tak 
menunjukkan structural grain kompresif apa pun di level Neogen sampai ke Kutei 
maupun Tarakan, struktur kompresif dari Sulawesi ini hanya sampai bagian barat 
Sulawesi offshore. Maka saya melihat bahwa toe thrusting di sini berasal dari 
kinematika internal dari progradasi sedimen dan dipicu gliding tectonics dari 
Kuching uplift dan semua updip ullifts lainnya di Kute dan Tarakan onshore.
 
Beberapa penulis pun mengatakan toe-thrusting ini dikendalikan oleh transversal 
faults (strike-slip faults) yang ada di level Paleogen. Tetapi, hubungan antara 
Paleogen dan Neogen sediments di Kutei maupun Tarakan tidak jelas karena 
terlalu dalam, sehingga kendali tersebut tak bisa dievaluasi lebih jauh.
 
Paper saya dkk di Journal of Asian Earth Sciences dapat menjelaskan lebih jauh 
tentang hal ini (Satyana, A.H., Imanhardjo, D.N., and Surantoko, 1999, Tectonic 
Controls on the Hydrocarbon Habitats of the Barito, Kutei, and Tarakan basins, 
Eastern Kalimantan, Indonesia : Major Dissimilarities in  Adjoining Basins, 
Journal of Asian Earth Sciences, 17 (1999), p. 99-122).
 
Kendeng Zone dan Rembang Zone memang punya deformasi dengan vergency reverse 
faults dan thrusts yang berlainan. Akibatnya, Zone Randublatung berada pada 
posisi downblock baik terhadap Kendeng Zone maupun Rembang Zone. Maka 
Randublatung Zone sangat depressed, subsided dan tenggelam, sebagai triangle 
zone, membuat Bouguer gravity-nya paling minimum negatif di Jawa. Deformasi di 
Kendeng Zone dan Rembang Zone ini sama-sekali bukan gliding tectonics; tetapi 
sebelum Kendeng dan Rembang terdeformasi, gliding tectonics di Randublatung 
bisa beroperasi, persis seperti di Serayu Utara, termasuk melipat sedimen 
turbidit yang diendapkan di depresi Randublatung. Kemudian pada Mio-Pliosen, 
Randublatung ini semakin tenggelam oleh tectonic load dan thrust sheets yang 
berulang-ulang terutama di Kendeng Zone. saya meyakini bahwa kini di 
Randublatung Zone ada deepwater Ngrayong dan isolated carbonate platform yang 
ditumbuhi pinnacle reefs tipe Banyu Urip/Mudi/Sukowati
 tetapi jauh sudah tenggelam oleh deformasi Mio-Pliosen.
 
salam,
Awang

--- Pada Jum, 8/1/10, vicki amir vickirezkya...@yahoo.com menulis:


Dari: vicki amir vickirezkya...@yahoo.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)
Kepada: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
fo...@hagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com
Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 7:56 AM


Pak Awang, 

Apakah betul untuk proses pengkanibalisasi-an itu sebenarnya adalah case 
thrust propagation fold yang memang berasosiasi dgn toe-thrust di bagian 
distal suatu delta? Saya kira mungkin masih ada komponen lateral kompresi yang 
signifikan disana, dan lebih besar daripada hanya gliding tectonics saja 
layaknya avalanche suatu paket sedimen yg semi-kompak (CMIIW). Karena kasus 
turbidit sands yang terendapkan di downdip tersebut adalah seiring dgn 
propagasi dari thrustnya, semakin sloping, semakin intensif pula turbidit 
eventnya. Dan itu setidaknya membutuhkan lateral kompresi yang lebih dominan 
seperti halnya yang terjadi di beberapa reservoir turbidit di Delta Niger, 
karena berasosiasi dgn toe thrust faulting yang cukup panjang secara length of 
faultnya. Mohon koreksinya.

Lalu bagaimana dgn kasus di Jawa Timur contohnya thrust fault ke arah Utara yg 
berumur Mio-Plio pada Kendeng Zone dan thrust fault ke arah
 Selatan Rembang-Madura Zone layaknya Triangle Zone di Ramba dan Supat fault 
 di South Sumatra basin? Apakah ada 

[iagi-net-l] FW: [pp-iagi-2008] Seminar Nasional Geologi - Akamigas Balongan - KMI Goes to Campus (16 Januari 2010), Indramayu, Jawa Barat.

2010-01-07 Terurut Topik iagi

Rekan-rekan anggota IAGI,

BEM AKAMIGAS Balongan bekerjasama dengan KOMUNITAS MIGAS INDONESIA (KMI)
mengundang kehadiran Bapak/Ibu/Saudara dalam kegiatan Seminar Nasional
Geologi yang akan diselenggarakan pada :


NAMA DAN TEMA KEGIATAN:
Nama Kegiatan : Seminar Nasional Oil and Gas
Tema Kegiatan : Peranan Data Geologi dan Reservoir Terhadap Pengembangan
Cadangan Minyak dan Gas Bumi 

WAKTU DAN TEMPAT:
Seminar KMI Goes To Campus - AKAMIGAS Balongan
Hari/Tanggal : Sabtu, 16 Januari 2010
Waktu : Pk. 08.10 WIB s.d selesai
Tempat : Gedung Pertemuan Patra Ayu, Komplek Pertamina RU VI, Indramayu

PEMBICARA DAN TOPIK: 

1. Agus Guntoro - Assisten II, Vice Rector for academic affair, Trisakti
University : Exploration Concepts in The Frontier Areas in Determine
Petroleum Systems for Searching Hydrocarbon 
2. Sulistiyono Atmosudjono - Senior Geologist, Anggota KMI :  Potensi
Hidrokarbon Indonesia Tinjauan Dari Sisi Geologi
3. D.Subyar Mujihandono S.T - Petro Research : Pengembangan Cadangan Gas
Bumi Ditinjau dari Aspek Data Geologi
4. Kuswo Wahyono - BP Migas, Mantan ketua umum IATMI : Reservoir
Management
5. IATMI Komisariat Cirebon 

PENDAFTARAN DAN SEKERTARIAT

Panitia Seminar Peranan data geologi dan reservoir terhadap pengembangan
minyak dan gas bumi
d/a. Kampus Akamigas Balongan
Jln. Jendral Sudirman No.17
Indramayu, 45212.
Jawa Barat

Contact Person:
Dimas A. Wibowo: 085697090046
Moh. Syahroni: 081222121687

Biaya Pendaftaran:
- ProfesionalUmum: Rp. 100.000,-/ orang
- Mahasiswa/i: Rp. 50.000,-/ orang

Pembayaran dapat dilakukan paling lambat tanggal 14 January 2010 dengan cara
transfer ke nomor rekening berikut di bawah ini :
Bank Mandiri No. Rekening: 134.000.508.3158 atas nama Mohamad Syahroni.
Bukti transfer/setor dapat digunakan untuk menukarkan tiket masuk pada hari
acara. 

Mengenai pendaftaran peserta seminar, dapat dilakukan melalui online.
Ketentuan pendaftaran adalah sebagai berikut :
1. Alamat email pendaftaran :  mailto:oceanovolution2...@yahoo.com
bem.b...@yahoo.com
2. Subject : Pendaftaran Seminar KMI goes to Akamigas Balongan  2010
3. Dengan menuliskan : 

Nama : 

Alamat : 

Nomor Handphone : 

Email : 

Instansi / Perusahaan : 



Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima
kasih.
Wassalam,

Rana Manggala Mahdi
NPA : 2867

No virus found in this incoming message.
Checked by AVG - www.avg.com
Version: 8.5.431 / Virus Database: 270.14.123/2594 - Release Date: 01/03/10
09:41:00



No virus found in this incoming message.
Checked by AVG - www.avg.com 
Version: 8.5.432 / Virus Database: 270.14.125/2600 - Release Date: 01/04/10
19:35:00



PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan makalah!
Untuk dipresentasikan di PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 4-6 Oktober 2010
Deadline penyerahan makalah - 15 Februari 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Bls: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)

2010-01-07 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Frank,
 
Toe-thrusting bukan oleh extension, apalagi compression. Ia karena 
gravity-sliding yang berhubungan dengan differential gravity movement, yang 
memerlukan upifted area, subsided area, dan progradasi sedimen. Ruang gerak 
jelas dibutuhkan sebab ke situlah fokus pelengseran. Dan space of accommodation 
semacam itu bukan masalah di Kutei dan Tarakan sebab mereka adalah embayment 
yang subsided -akan membuka ruang gerak yang maksimal. Tempat semacam itu 
sedikit bermasalah di Serayu Utara, juga Bogor, dan Kendeng atau Randublatung 
di Jawa sebab mereka pada prinsipnya bergeometri trough -palung (sempit tetapi 
dalam). Namun sempitnya itu sekarang, setelah dideformasi dan diperdalam 
tectonic load berikutnya. Dulunya mereka lumayan lebar dan dalam sehingga 
gliding tectonics bisa berjalan. Material plastis telah kita bahas kemarin, 
justru itu yang menjadi toe-nya atau decollement atau detachment atau floor of 
thrust (jangan kelirukan gliding tectonics dengan floor of
 thrust dan roof of thrust dalam sistem duplex pada thin-skinned tectonics).
 
Strike-slip bukan suatu keharusan dalam gliding tectonics, kebetulan saja di 
Makassar dan Tarakan ada strike-slip faults yang kata beberapa peneliti 
di bekas rifting Makassar Strait pada Paleogen. dari data seismik, saya tak 
melihat ada pengaruh deformasi Paleogen ke deformasi to-thrusting yang 
seluruhnya di Neogen. Di Tarakan, strike-slip-nya lebih muda, ada yang baru 
muncul atau re-activated pada Neogen. Sesar2 semacam ini bisa membatasi 
blok-blok toe-thrusting sebagai barrier, dan dalam skala kecil benar bisa 
menyatu ke sisi utara atau selatan sistem toe-thrusting sebagai tear faults. 
Memang, strike-slip fault tak mendorong toe-thrusting.
 
Sesar2 normal di outer shelf dan upper slope bisa memicu toe-thrusting di 
sebelah downdip-nya, paling tidak membuat massa runtuhan, sebelum mereka 
sendiri lalu terdeformasi secara toe-thrusting. Tetapi, normal faults yang 
berjasa dalam hal ini adalah normal faults paling luar yang paling dekat 
(frontal) dengan to-thrust paling updip (untuk diskusi kasus lihat paper paling 
baru dari teman2 Eni Bukat Bu Teten - Hediaty et al. (2009 -IPA) tentang 
mekanisme hubungan normal faults dan toe-thrusting di Tarakan.
 
Paleogen dan Neogen di Kutei dan Tarakan harus dicurigai dibatasi oleh 
decollement yang besar. Yang satu terdeformasi, yang lain tidak, mungkin saja 
sebab mereka berada dalam sistem thin-skinned tectonics, bukan thick-skinned 
tectonics; tetapi yang Paleogen pun tak terkompresi; jadi yang Neogen 
terdeformasi secara toe-thrusting yang thin-skinned tectonics, Paleogennya 
devoid of deformation dengan structural style yang sama.
 
salam,
Awang

--- Pada Jum, 8/1/10, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com menulis:


Dari: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
Judul: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek 
HC (was : Geologic Transect ...)
Kepada: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id, 
iagi-net@iagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id
Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 12:26 PM


Mau ikutan nanya lagi.
apakah Toe-thrust itu lebih sering disebabkan oleh extension dan bukan 
compression.  karena, supaya bisa tergelincir harus ada ruang geraknya selain 
material plastis dibawahnya.
terus apakah strike slipnya itu adalah hasil dari tear-fault (fault sobekan?)  
ditepi dari toe-thrust faultnya? jadi strike slip faultnya bukan penyebabnya?
Kemudian apakah Thrust fault yang kelihatan itu disebabkan oleh dorongan dari 
normal fault yang di ujung satu dari toe-thrust system?

kecuali kalau material yang dibawahnya material plastis yang di kompressi tanpa 
menyebabkan kompressi di material yang diatas bahan plastis. tapi bagaimana ini 
bisa terjadi?

terima kasih atas penjelasanannya




From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id
Sent: Fri, January 8, 2010 9:19:26 AM
Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : 
Geologic Transect ...)


Vicki,

Saya tidak melihat komponen kinematika kompresi yang signifikan untuk 
to-thrusting di Makassar Strait maupun Tarakan deepwater. Beberapa penulis 
sering menyebut kompresi dari Sulawesi sebagai asal kinematika struktur2 
positif ini, tetapi data seismik terbaru yang memotong Selat Makassar tak 
menunjukkan structural grain kompresif apa pun di level Neogen sampai ke Kutei 
maupun Tarakan, struktur kompresif dari Sulawesi ini hanya sampai bagian barat 
Sulawesi offshore. Maka saya melihat bahwa toe thrusting di sini berasal dari 
kinematika internal dari progradasi sedimen dan dipicu gliding tectonics dari 
Kuching uplift dan semua updip ullifts lainnya di Kute dan Tarakan onshore.

Beberapa penulis pun 

Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)

2010-01-07 Terurut Topik noor syarifuddin
Pak Awang,
Terima kasih penjelasannya.

Kalau paleo-gliding mungkin kita bisa melihat jejak hulu dari potongan yang 
menggelincir dengan adanya area di barat Kutei yang hampir tidak ada sediment 
sama sekali (kelihatan sangat jelas di peta SLAR). Namun kalau gliding yang 
lebih muda, itu kira-kira di mana ya...? Rasanya hampir semua section dari 
sumur-sumur yang ada sedimentasinya selalu menerus dan tidak ada rumpang. 

Dalam skala kecil kita memang mengamati di satu lapangan adanya gelinciran blok 
(shale scouring) yang dalam log section akan terlihat sebagai rumpang 
sedimentasi. Tapi untuk skala satu cekungan rasanya belum pernah mendengar.


salam, 



From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id; 
Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
Sent: Fri, January 8, 2010 12:19:16 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)

Pak Noor,
 
Terima kasih atas informasinya. Bulan Maret 2009 saya bersama teman-teman dari 
SPC Mahakam Hilir ke lapangan, termasuk meninjau sumur ex VICO Pelarang-1 yang 
dibor di puncak bukit yang sebenarnya puncak antiklin. Di lereng antiklin 
ditemukan banyak singkapan batupasir, tetapi saat tiba di puncak antiklin, 
hampir seluruhnya napal yang pasti lebih tua. Pelarang-1 pun mengalami masalah 
overpressure sebab yang dibornya kebanyakan serpih Pamaluan. Batupasir 
Pulubalang atau Balikpapannya kelihatannya sudah dikanibalisasi dan diendapkan 
di lereng-lerengnya, atau sinklinnya. Maka di wilayah ini tak bisa lagi play 
antiklin jadi target, harus semacam updip pinchout di lereng antiklin atau 
bahkan sinklin. Bukan hanya sumur Pelarang saja yang mengalami begitu, tetapi 
beberapa sumur lain yang dibor di puncak antiklin sebelah barat Cekungan Kutei 
mengalami problem yang sama.
 
Gliding tectonics di Kutei sebenarnya dipicu saat Kuching High naik setelah 
selesainya spreading South China Sea, itu sekitar late-Oligocene sampai 
earliest Miocene, sehingga delta pertama di Kutei umurnya early Miocene, sebab 
Kuching High jadi provenance utama delta2 di Kutei. Setelah itu, center of 
gliding tectonics makin bergerak ke arah timurnya masuk ke Upper Kutei Basin, 
lalu makin muda masuk ke bagian barat Lower Kutei Basin saat inversi 
intra-Miosen terjadi. Pada periode tektonik berikutnya (Mio-Plio dan 
Plio-Plistosen, center pengangkatan makin bergerak ke timur bersamaan dengan 
jalannya progradasi sedimen yang semakin muda juga bergerak semakin ke timur. 
Maka dapat dilihat bahwa gliding tectonics sebenarnya menerus, hanya center of 
upliftnya bermigrasi makin muda makin ke timur. Pada Plio-Pleistosen ia sudah 
masuk ke offshore, yang menyebabkan extensional faults di wilayah outer shelf, 
tetapi kemudian toe-thrusting di slope-nya.
 
Migrasi center of uplift yang memicu gliding tectonics maju ke arah 
embayment-nya atau depresi utamanya juga terjadi di Jawa Barat yang menghadapi 
Palung Bogor (ingat migrasi thrust Pak Suyono Martodjojo, 1984 sejak dari Walat 
thrust sampai inversi Baribis), juga terjadi di antara Serayu Selatan dan 
Serayu Utara, center of uplifts-nya maju terus ke utara semakin muda (lihat 
penampang evolusi geologi Jawa Tengah dari van Bemmelen, di lembar peta 
-plate, no. 35).
 
salam,
Awang 

--- Pada Jum, 8/1/10, noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com menulis:


Dari: noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com
Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 9:35 AM


Pak Awang,
Cekungan Kutei memang masih menyimpan banyak misteri. Beberapa indikasi 
tectonic gliding memang pernah dikemukakan beberapa peneliti. Data-data 
pengeboran juga mendukung hipotesis ini. Seingat saya sumur Prangat-1 itu 
adalah salah satu contoh pengeboran di puncak antiklin yang isinya shale 
semua

Tapi ada satu yang masih mengganjal: data bore-hole ovalization (break-out) 
menunjukkan ada kemenerusan trend yang relatif sama baik secara lateral maupun 
vertikal. Ini tentunya mencerminkan setting stress tektonik yang relatif sama 
dari waktu-ke-waktu. Sementara itu kalau kita memakai hipotesis tectonic 
gliding, maka tentu itu sifatnya sesaat' dan tidak menerus seperti ini.


salam,



From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia 
fo...@hagi.or.id
Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad 
geo_un...@yahoogroups.com
Sent: Thu, January 7, 2010 5:23:18 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic 
Transect ...)

Pak Frank,
 
Iya, gliding tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation, 
biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita menyebutnya 
decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh kepada massa yang