Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)
Pak Frank, Iya, gliding tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation, biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita menyebutnya decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh kepada massa yang dilengserkan, semakin tebal tentu semakin mungkin tergelincir. Gliding tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift atau sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada daerah yang terangkat, slope, dan daerah tenggelam. Pada saat postrift dan sagging hanya ada daerah tenggelam. Kasus di Sumatra basins, pada saat postrift dan sagging, structural grain masih didominasi extensional faults, bukan toe -thrusting ala gliding tectonics. Jadi, tak usah kita membedakannya sebab periode kejadiannya pun berlainan. Dalam mata eksplorasi migas, decollement sering menjadi sealing/cap yang resilient. Jadi bila ada deformasi post-rift yang ditutupi decollement, itu bisa jadi trap sub-decollement structure yang baik. Kadang2 deformasi postrift tak tertutup oleh decollement syn-orogen (secara 3-D), nah dalam kasus ini generated hydrocarbon dari synrift sequence bisa masuk ke trap toe-thrusting di atas decollement. Sands yang re-worked berkali-kali tentu akan semakin baik sebab semakin banyak fraksi mineral stabilnya yang tertinggal yaitu kuarsa, dan semakin banyak clay-winnowing-nya sehingga membersihkan pasir dari pengotor lempung. Reservoir2 di laut dalam Makassar Strait membuktikan ini. Agar sands di toe-thrust block memberikan aliran turbiditnya sendiri, maka toe-thrust block itu harus pernah tersingkap dan di-kanibal pasirnya lalu diendapkan ulang sebagai turbidit sands di downdipnya. Tetapi saya tak yakin ini terjadi untuk toe-thrust block di sistem deep-water sebab itu akan membutuhkan forced regression yang sangat besar untuk batupasir di toe-thrust block tersingkap. Tetapi bila batupasir di toe-thrust block tergerus oleh submarine gravity flow, bisa saja itu mengendapkan ulang pasirnya. Di Kutei Basin, yang namanya sands di puncak antiklin terangkat dan di-kanibal lalu diendapkan ulang di hilirnya adalah sudah biasa. Maka banyak antiklin di bagian onshore Kutei sebelah barat tak punya lagi pasir sebab pasirnya sudah dikanibalisasi. Maka mengebor sumur di puncak-puncak antiklin yang terkanibal adalah kesalahan besar, yang ditemukan hanyalah shales dengan interbeds tipis sands dan overpressured. Dan dalam sistem to-thrusting yang sejalan dengan progradasi, mengebor sumur di puncak antiklinnya pun kesalahan sebab di situ pasir akan tipis sebab pasir akan mengumpul di ponded basin di belakang thrust block. Bila di puncak antiklin, akan ada diapir dan sands yang tipis. Flank antiklin harus menjadi targetnya. salam, Awang salam, Awang --- Pada Kam, 7/1/10, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com menulis: Dari: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Kepada: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Tanggal: Kamis, 7 Januari, 2010, 9:24 AM Pak Awang, Ulasan yang menarik sekali. saya mau tanya mengenai lengseran nya ... pertama, apakah mekanisme gliding tektonik(lengseran) ini selalu memerlukan plastic zone dimana sediment-blocknya akan bergeser? jadi perlu shale/salt yang plastics dan mungkin juga perlu ketebalan tertentu? pertanyaan kedua, di daerah extension, sering sekali terjadi rifting, lalu terendapkan synrift sediment, lalu post rift. seandainya post-rift sedimentnya ada plastics sediment misalnya shale atau salt, dan extension force terus berjalan, tersedia accomodation space yang bukan diisi dengan longsoran tetapi dengan lengseran (yang bisa besar sekali dimensinya). kemudian bisa saja terjadi toe-trust structure pada sediment diatas shale atau saltnya. nah pertanyaan saya adalah bagaimana membedakan fenomena ini dengan gliding tectonic yang hanya disebabkan oleh gravity seperti yang Pak Awang deskripsikan. yang paling penting adalah apakah perlu membedakannya dilihat dari mata eksplorasi migas? Pertanyaan ketiga mengenai longsoran setelah toe-thrust terjadi. apakah mungkin kualitas reservoir dari sand lebih baik setelah sand itu tersebut di rework dan menjadi endapan turbidit? dan apakah mungkin ada beberapa aliran turbidite di satu toe-thrust block? jadi tidak tergantung dengan sungai yang ada di onshorenya. terima kasih sebelumnya atas penjelasannya. salam, frank From: unt...@dgtl.esdm.go.id unt...@dgtl.esdm.go.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wed, January 6, 2010 5:28:40 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Penjelasan pak Awang menarik sekali karena saya sedang mempelajari apa iya bahwa endapan Tersier di Jawa bukan merupakan suatu akuifer. Jadi bedanya Pak Awang cari minyak saya coba untuk cari air di pegunungan Tersier untuk mendukung
[iagi-net-l] Qardian ANHAR is out of the office.
I will be out of the office starting 01/07/2010 and will not return until 01/19/2010. I will respond to your message when I return. This e-mail (including any attached documents) is intended only for the recipient(s) named above. It may contain confidential or legally privileged information and should not be copied or disclosed to, or otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient, please contact the sender and delete the e-mail from your system.
Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)
Pak Awang, Apakah betul untuk proses pengkanibalisasi-an itu sebenarnya adalah case thrust propagation fold yang memang berasosiasi dgn toe-thrust di bagian distal suatu delta? Saya kira mungkin masih ada komponen lateral kompresi yang signifikan disana, dan lebih besar daripada hanya gliding tectonics saja layaknya avalanche suatu paket sedimen yg semi-kompak (CMIIW). Karena kasus turbidit sands yang terendapkan di downdip tersebut adalah seiring dgn propagasi dari thrustnya, semakin sloping, semakin intensif pula turbidit eventnya. Dan itu setidaknya membutuhkan lateral kompresi yang lebih dominan seperti halnya yang terjadi di beberapa reservoir turbidit di Delta Niger, karena berasosiasi dgn toe thrust faulting yang cukup panjang secara length of faultnya. Mohon koreksinya. Lalu bagaimana dgn kasus di Jawa Timur contohnya thrust fault ke arah Utara yg berumur Mio-Plio pada Kendeng Zone dan thrust fault ke arah Selatan Rembang-Madura Zone layaknya Triangle Zone di Ramba dan Supat fault di South Sumatra basin? Apakah ada potensi turbidit reservoir dsana? Mohon pencerahannya. Thanks. Wassalam Vicki Amir From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com Sent: Thu, 7 January, 2010 16:23:18 Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Pak Frank, Iya, gliding tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation, biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita menyebutnya decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh kepada massa yang dilengserkan, semakin tebal tentu semakin mungkin tergelincir. Gliding tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift atau sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada daerah yang terangkat, slope, dan daerah tenggelam. Pada saat postrift dan sagging hanya ada daerah tenggelam. Kasus di Sumatra basins, pada saat postrift dan sagging, structural grain masih didominasi extensional faults, bukan toe -thrusting ala gliding tectonics. Jadi, tak usah kita membedakannya sebab periode kejadiannya pun berlainan. Dalam mata eksplorasi migas, decollement sering menjadi sealing/cap yang resilient. Jadi bila ada deformasi post-rift yang ditutupi decollement, itu bisa jadi trap sub-decollement structure yang baik. Kadang2 deformasi postrift tak tertutup oleh decollement syn-orogen (secara 3-D), nah dalam kasus ini generated hydrocarbon dari synrift sequence bisa masuk ke trap toe-thrusting di atas decollement. Sands yang re-worked berkali-kali tentu akan semakin baik sebab semakin banyak fraksi mineral stabilnya yang tertinggal yaitu kuarsa, dan semakin banyak clay-winnowing-nya sehingga membersihkan pasir dari pengotor lempung. Reservoir2 di laut dalam Makassar Strait membuktikan ini. Agar sands di toe-thrust block memberikan aliran turbiditnya sendiri, maka toe-thrust block itu harus pernah tersingkap dan di-kanibal pasirnya lalu diendapkan ulang sebagai turbidit sands di downdipnya. Tetapi saya tak yakin ini terjadi untuk toe-thrust block di sistem deep-water sebab itu akan membutuhkan forced regression yang sangat besar untuk batupasir di toe-thrust block tersingkap. Tetapi bila batupasir di toe-thrust block tergerus oleh submarine gravity flow, bisa saja itu mengendapkan ulang pasirnya. Di Kutei Basin, yang namanya sands di puncak antiklin terangkat dan di-kanibal lalu diendapkan ulang di hilirnya adalah sudah biasa. Maka banyak antiklin di bagian onshore Kutei sebelah barat tak punya lagi pasir sebab pasirnya sudah dikanibalisasi. Maka mengebor sumur di puncak-puncak antiklin yang terkanibal adalah kesalahan besar, yang ditemukan hanyalah shales dengan interbeds tipis sands dan overpressured. Dan dalam sistem to-thrusting yang sejalan dengan progradasi, mengebor sumur di puncak antiklinnya pun kesalahan sebab di situ pasir akan tipis sebab pasir akan mengumpul di ponded basin di belakang thrust block. Bila di puncak antiklin, akan ada diapir dan sands yang tipis. Flank antiklin harus menjadi targetnya. salam, Awang salam, Awang --- Pada Kam, 7/1/10, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com menulis: Dari: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Kepada: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Tanggal: Kamis, 7 Januari, 2010, 9:24 AM Pak Awang, Ulasan yang menarik sekali. saya mau tanya mengenai lengseran nya ... pertama, apakah mekanisme gliding tektonik(lengseran) ini selalu memerlukan plastic zone dimana sediment-blocknya akan bergeser? jadi perlu shale/salt yang plastics dan mungkin juga perlu ketebalan tertentu? pertanyaan kedua, di daerah extension, sering sekali
Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)
Vicki, Saya tidak melihat komponen kinematika kompresi yang signifikan untuk to-thrusting di Makassar Strait maupun Tarakan deepwater. Beberapa penulis sering menyebut kompresi dari Sulawesi sebagai asal kinematika struktur2 positif ini, tetapi data seismik terbaru yang memotong Selat Makassar tak menunjukkan structural grain kompresif apa pun di level Neogen sampai ke Kutei maupun Tarakan, struktur kompresif dari Sulawesi ini hanya sampai bagian barat Sulawesi offshore. Maka saya melihat bahwa toe thrusting di sini berasal dari kinematika internal dari progradasi sedimen dan dipicu gliding tectonics dari Kuching uplift dan semua updip ullifts lainnya di Kute dan Tarakan onshore. Beberapa penulis pun mengatakan toe-thrusting ini dikendalikan oleh transversal faults (strike-slip faults) yang ada di level Paleogen. Tetapi, hubungan antara Paleogen dan Neogen sediments di Kutei maupun Tarakan tidak jelas karena terlalu dalam, sehingga kendali tersebut tak bisa dievaluasi lebih jauh. Paper saya dkk di Journal of Asian Earth Sciences dapat menjelaskan lebih jauh tentang hal ini (Satyana, A.H., Imanhardjo, D.N., and Surantoko, 1999, Tectonic Controls on the Hydrocarbon Habitats of the Barito, Kutei, and Tarakan basins, Eastern Kalimantan, Indonesia : Major Dissimilarities in Adjoining Basins, Journal of Asian Earth Sciences, 17 (1999), p. 99-122). Kendeng Zone dan Rembang Zone memang punya deformasi dengan vergency reverse faults dan thrusts yang berlainan. Akibatnya, Zone Randublatung berada pada posisi downblock baik terhadap Kendeng Zone maupun Rembang Zone. Maka Randublatung Zone sangat depressed, subsided dan tenggelam, sebagai triangle zone, membuat Bouguer gravity-nya paling minimum negatif di Jawa. Deformasi di Kendeng Zone dan Rembang Zone ini sama-sekali bukan gliding tectonics; tetapi sebelum Kendeng dan Rembang terdeformasi, gliding tectonics di Randublatung bisa beroperasi, persis seperti di Serayu Utara, termasuk melipat sedimen turbidit yang diendapkan di depresi Randublatung. Kemudian pada Mio-Pliosen, Randublatung ini semakin tenggelam oleh tectonic load dan thrust sheets yang berulang-ulang terutama di Kendeng Zone. saya meyakini bahwa kini di Randublatung Zone ada deepwater Ngrayong dan isolated carbonate platform yang ditumbuhi pinnacle reefs tipe Banyu Urip/Mudi/Sukowati tetapi jauh sudah tenggelam oleh deformasi Mio-Pliosen. salam, Awang --- Pada Jum, 8/1/10, vicki amir vickirezkya...@yahoo.com menulis: Dari: vicki amir vickirezkya...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Kepada: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 7:56 AM Pak Awang, Apakah betul untuk proses pengkanibalisasi-an itu sebenarnya adalah case thrust propagation fold yang memang berasosiasi dgn toe-thrust di bagian distal suatu delta? Saya kira mungkin masih ada komponen lateral kompresi yang signifikan disana, dan lebih besar daripada hanya gliding tectonics saja layaknya avalanche suatu paket sedimen yg semi-kompak (CMIIW). Karena kasus turbidit sands yang terendapkan di downdip tersebut adalah seiring dgn propagasi dari thrustnya, semakin sloping, semakin intensif pula turbidit eventnya. Dan itu setidaknya membutuhkan lateral kompresi yang lebih dominan seperti halnya yang terjadi di beberapa reservoir turbidit di Delta Niger, karena berasosiasi dgn toe thrust faulting yang cukup panjang secara length of faultnya. Mohon koreksinya. Lalu bagaimana dgn kasus di Jawa Timur contohnya thrust fault ke arah Utara yg berumur Mio-Plio pada Kendeng Zone dan thrust fault ke arah Selatan Rembang-Madura Zone layaknya Triangle Zone di Ramba dan Supat fault di South Sumatra basin? Apakah ada potensi turbidit reservoir dsana? Mohon pencerahannya. Thanks. Wassalam Vicki Amir From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com Sent: Thu, 7 January, 2010 16:23:18 Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Pak Frank, Iya, gliding tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation, biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita menyebutnya decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh kepada massa yang dilengserkan, semakin tebal tentu semakin mungkin tergelincir. Gliding tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift atau sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada daerah yang terangkat, slope, dan daerah tenggelam. Pada saat postrift dan sagging hanya ada daerah tenggelam. Kasus di Sumatra basins, pada saat postrift dan
[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Teknologi Akuisisi Seismik (was: Gliding Tectonics dan Prospek HC)
Terima kasih Pak Tyo atas informasinya. Bila kelak teknologi dan metode akuisisi seismik dapat meresolusi dengan baik struktur-struktur dan horizon di bawah tutupan volkanik di Jawa, maka semoga kita punya provinsi hidrokarbon yang baru di Jawa. Amin. Tentang prospek hidrokarbon di onshore Jawa Barat selatan (sebagian besar merupakan zona fisiografi Pegunungan Selatan Jawa Barat) memang sedikit sekali diketahui sebab surveinya pun sangat terbatas, hanya ada studi regional, field traverse, gravity dan magnetik yang pernah dilakukan oleh Pertamina. Di wilayah Banten selatan ada beberapa sumur stratigrafi yang dibor oleh Amoco di dekat Gunung Halimun, tetapi antara Blok Banten dan blok Pegunungan Selatan Jawa Barat adalah dua hal yang tak bisa dibandingkan. Ketiadaan oil atau gas seep di Pegunungan Selatan Jawa (Jawa Barat, Jawa Timur, dan Gunung Kidul Yogyakarta) merupakan aspek negatif pertama tentang prospek hidrokarbon di wilayah ini. Di selatan Jawa memang banyak seeps, tetapi hanya di area Banyumas, dan di situ Jawa tak dibentengi oleh Pegunungan Selatan (lihat van Bemmelen, 1949). Absennya Pegunungan Selatan ini, menurut hemat saya, karena indentasi tektonik di Jawa Tengah (pernah saya bahas di PIT IAGI 2005, AAPG Perth, 2006, IPA 2007 dan Simposium Internasional Pegunungan Selatan UGM Yogyakarta, 2009). Memang tidak semua lapangan minyak atau gas ditemukan oleh seep, tetapi 80 % hydrocarbon basins mengeluarkan seep (McGregor, 1998). Maka cekungan sedimen atau wilayah regional yang tak punya seep sama sekali harus dicurigai sebagai area yang tak punya kapasitas menggenerasikan hidrokarbon. Seep harus selalu dilihat sebagai unsur positif (terdapat generasi hidrokarbon dan migrasinya) daripada negatif (perangkap yang bocor). Hampir semua lapangan raksasa di dunia ditemukan oleh seep. Dan teknologi multibeam bathymetry dan piston coring yang dilakukan di cekungan2 frontier sekarang justru mencari seep di dasar laut sebagai early precaution untuk basin yang efektif menggenerasikan hidrokarbon. Dua sumur offshore yang dibor Java Shell tahun 1971-1972 di Pegunungan Selatan Jawa yang tenggelam di Lautan Hindia sebelah baratdaya Yogya (Borelis-1 dan Alveolina-1) menemukan reservoir dan build up carbonate trap yang baik, tetapi kering, sebab area itu tak punya kapasitas menggenerasikan hidrokarbon. Begitu juga dengan Pegunungan Selatan Jawa Barat, reservoir dan trap tak kurang bagus dapat berkembang di situ, baik yang kuarsaan di dalam ekivalen Ciletuh Beds (ekivalen dengan porphyritic quartz di Karang Sambung), reefs2 umur ekivalen Wonosari (Bojonglopang) dan volkanoklastik Jampang (lihat paper Baumann et al, (1972 -IPA) atau paper terbaru dari Pak Edy Sunardi dan Pak Billy Adhiperdana (Unpad) di PIT IPA 2008 : An Account for the Petroleum Prospectivity of the Southern Mountains of West Java : A Geological Frontier in the West. Tetapi tantangan terbesarnya, adalah effective sources, thermal bukan masalah. salam, Awang --- Pada Kam, 7/1/10, Brahmantyo Krisnahadi Gunawan brahmanty...@bpmigas.com menulis: Dari: Brahmantyo Krisnahadi Gunawan brahmanty...@bpmigas.com Judul: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Teknologi Akuisisi Seismik (was: Gliding Tectonics dan Prospek HC) Kepada: iagi-net@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id Tanggal: Kamis, 7 Januari, 2010, 11:44 AM Betul Pak Awang, banyak area cekungan potensial di Jawa dan Sumatera yang belum dieksplorasi karena di permukaannya tertutup endapan volkanik, masih banyak yang gentar untuk melakukan akuisisi di area seperti ini, umumnya karena berdasarkan tampilan data seismik dari akuisisi lama di daerah volcanic cover (sebelum tahun 90-an) yang tidak bagus, wajar saja karena kapabilitas teknologi akuisisi dan processing saat itu masih terbatas. Volcanic cover deposit yang menimbullkan masalah, dapat berupa endapan Volkanik Kuarter (Bat beku, dan breksi volkanik), atau singkapan dari sedimen turbidit pre -Kuarter yang dominan fragmen volkanik ( Turbidite - Volcaniclastic breccia) seperti singkapan Fm. Halang dkk di Jawa Tengah Selatan. Keduanya sama2 menimbulkan hambatan permukaan untuk akuisisi seismik al. : - Masalah Statik (topografi variatif, morfologi terjal) dan Korelasi S-R, produktivitas (batuan keras dan laju mobilisasi), dan hambatan penetrasi energi sumber (absorbsi difraksi energi). Hasil akusisi seismik oleh Pertamina setelah tahun 1992 di Jawa Tengah bagian utara dan Selatan, sudah mendapatkan tampilan data seismik cukup bagus, setidaknya memadai untuk mendefinisikan struktur geologi bawah permukaan . Untuk resolusi vertikal memang masih Teknik dan Teknologi akusisi maupun processing sekarang sudah makin maju lagi , maka saat ini saya yakin sesulit apapun masalah volcanic cover di permukaan, konfigurasi struktur geologi dari cekungan
Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)
Pak Awang, Cekungan Kutei memang masih menyimpan banyak misteri. Beberapa indikasi tectonic gliding memang pernah dikemukakan beberapa peneliti. Data-data pengeboran juga mendukung hipotesis ini. Seingat saya sumur Prangat-1 itu adalah salah satu contoh pengeboran di puncak antiklin yang isinya shale semua Tapi ada satu yang masih mengganjal: data bore-hole ovalization (break-out) menunjukkan ada kemenerusan trend yang relatif sama baik secara lateral maupun vertikal. Ini tentunya mencerminkan setting stress tektonik yang relatif sama dari waktu-ke-waktu. Sementara itu kalau kita memakai hipotesis tectonic gliding, maka tentu itu sifatnya sesaat' dan tidak menerus seperti ini. salam, From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com Sent: Thu, January 7, 2010 5:23:18 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Pak Frank, Iya, gliding tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation, biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita menyebutnya decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh kepada massa yang dilengserkan, semakin tebal tentu semakin mungkin tergelincir. Gliding tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift atau sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada daerah yang terangkat, slope, dan daerah tenggelam. Pada saat postrift dan sagging hanya ada daerah tenggelam. Kasus di Sumatra basins, pada saat postrift dan sagging, structural grain masih didominasi extensional faults, bukan toe -thrusting ala gliding tectonics. Jadi, tak usah kita membedakannya sebab periode kejadiannya pun berlainan. Dalam mata eksplorasi migas, decollement sering menjadi sealing/cap yang resilient. Jadi bila ada deformasi post-rift yang ditutupi decollement, itu bisa jadi trap sub-decollement structure yang baik. Kadang2 deformasi postrift tak tertutup oleh decollement syn-orogen (secara 3-D), nah dalam kasus ini generated hydrocarbon dari synrift sequence bisa masuk ke trap toe-thrusting di atas decollement. Sands yang re-worked berkali-kali tentu akan semakin baik sebab semakin banyak fraksi mineral stabilnya yang tertinggal yaitu kuarsa, dan semakin banyak clay-winnowing-nya sehingga membersihkan pasir dari pengotor lempung. Reservoir2 di laut dalam Makassar Strait membuktikan ini. Agar sands di toe-thrust block memberikan aliran turbiditnya sendiri, maka toe-thrust block itu harus pernah tersingkap dan di-kanibal pasirnya lalu diendapkan ulang sebagai turbidit sands di downdipnya. Tetapi saya tak yakin ini terjadi untuk toe-thrust block di sistem deep-water sebab itu akan membutuhkan forced regression yang sangat besar untuk batupasir di toe-thrust block tersingkap. Tetapi bila batupasir di toe-thrust block tergerus oleh submarine gravity flow, bisa saja itu mengendapkan ulang pasirnya. Di Kutei Basin, yang namanya sands di puncak antiklin terangkat dan di-kanibal lalu diendapkan ulang di hilirnya adalah sudah biasa. Maka banyak antiklin di bagian onshore Kutei sebelah barat tak punya lagi pasir sebab pasirnya sudah dikanibalisasi. Maka mengebor sumur di puncak-puncak antiklin yang terkanibal adalah kesalahan besar, yang ditemukan hanyalah shales dengan interbeds tipis sands dan overpressured. Dan dalam sistem to-thrusting yang sejalan dengan progradasi, mengebor sumur di puncak antiklinnya pun kesalahan sebab di situ pasir akan tipis sebab pasir akan mengumpul di ponded basin di belakang thrust block. Bila di puncak antiklin, akan ada diapir dan sands yang tipis. Flank antiklin harus menjadi targetnya. salam, Awang salam, Awang --- Pada Kam, 7/1/10, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com menulis: Dari: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Kepada: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Tanggal: Kamis, 7 Januari, 2010, 9:24 AM Pak Awang, Ulasan yang menarik sekali. saya mau tanya mengenai lengseran nya ... pertama, apakah mekanisme gliding tektonik(lengseran) ini selalu memerlukan plastic zone dimana sediment-blocknya akan bergeser? jadi perlu shale/salt yang plastics dan mungkin juga perlu ketebalan tertentu? pertanyaan kedua, di daerah extension, sering sekali terjadi rifting, lalu terendapkan synrift sediment, lalu post rift. seandainya post-rift sedimentnya ada plastics sediment misalnya shale atau salt, dan extension force terus berjalan, tersedia accomodation space yang bukan diisi dengan longsoran tetapi dengan lengseran (yang bisa besar sekali dimensinya). kemudian bisa saja terjadi toe-trust structure pada sediment diatas shale atau saltnya. nah pertanyaan saya adalah bagaimana
Fw: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)
Pak Awang, Melihat case di Serayu, Kutei, dan Tarakan, saya melihat ada kesamaan. Pada ketiga basin tersebut mungkin dijumpai transversal faults (strike-slip faults) yang ada di level Paleogen. Terkait dengan keterbatasan teknologi akuisisi seismik seperti yang Bapak utarakan kemarin kita belum bisa meng explore nya lebih jauh. Saya beranggapan kalo gliding tectonics ini berasosiasi dengan tiga hal : 1. Kompensasi gravity (exhumation concept) berhubungan dengan keseimbangan isostasi, 2. Lateral compression yang men generate major strike-slip/transversal fault, 3. Gravity influence dari suatu paket sedimen itu sendiri, dari penjelasan Pak Awang saya pikir faktor 1 dan 3 yang jadi faktor dominan. Artinya, dengan atau tanpa adanya lateral compression pun gliding tectonics dapat berjalan ? Maaf kalau salah menangkap, mohon koreksinya Pak. Menanggapi diskusi sebelumnya tentang prospek turbidite reservoir di Randublatung zone, saya sepakat Pak. Tetapi lagi-lagi jika bermain di sana mungkin akuisisi seismik pun harus ultra deep seperti hal nya di Serayu. Belum lagi tutupan vulkanik kuarter tebal yang mengubur nya, jadi faktor yang menyebabkan sulitnya kita mendapatkan data seismik yang bagus. Kebetulan saat ini saya sedang mempelajari Ngrayong sand di Rembang Zone hingga perbatasan Rembang-Kendeng. Ngrayong berupa anticlinal trap berasosiasi dengan reverse/inverse hingga flower structure. Dari literatur yang saya baca seperti dari publikasi paper IAGI maupun IPA masalah depositional environment dari Ngrayong sendiri masih banyak versi. Terutama di Rembang Zone sendiri dengan adanya hiatus disana. Untuk genetik dari struktur-struktur di Rembang Zone, Bapak bilang struktur disini beda dengan di Kendeng. Mungkin bisa dijelaskan sedikit Pak tentang ini ? Terutama untuk compressional deformation yang terjadi pada intra Miosen bersamaan dengan diendapkan nya Ngrayong. Terima Kasih, Salam, Budi Santoso --- On Fri, 1/8/10, Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com wrote: From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com Date: Friday, January 8, 2010, 8:19 AM Vicki, Saya tidak melihat komponen kinematika kompresi yang signifikan untuk to-thrusting di Makassar Strait maupun Tarakan deepwater. Beberapa penulis sering menyebut kompresi dari Sulawesi sebagai asal kinematika struktur2 positif ini, tetapi data seismik terbaru yang memotong Selat Makassar tak menunjukkan structural grain kompresif apa pun di level Neogen sampai ke Kutei maupun Tarakan, struktur kompresif dari Sulawesi ini hanya sampai bagian barat Sulawesi offshore. Maka saya melihat bahwa toe thrusting di sini berasal dari kinematika internal dari progradasi sedimen dan dipicu gliding tectonics dari Kuching uplift dan semua updip ullifts lainnya di Kute dan Tarakan onshore. Beberapa penulis pun mengatakan toe-thrusting ini dikendalikan oleh transversal faults (strike-slip faults) yang ada di level Paleogen. Tetapi, hubungan antara Paleogen dan Neogen sediments di Kutei maupun Tarakan tidak jelas karena terlalu dalam, sehingga kendali tersebut tak bisa dievaluasi lebih jauh. Paper saya dkk di Journal of Asian Earth Sciences dapat menjelaskan lebih jauh tentang hal ini (Satyana, A.H., Imanhardjo, D.N., and Surantoko, 1999, Tectonic Controls on the Hydrocarbon Habitats of the Barito, Kutei, and Tarakan basins, Eastern Kalimantan, Indonesia : Major Dissimilarities in Adjoining Basins, Journal of Asian Earth Sciences, 17 (1999), p. 99-122). Kendeng Zone dan Rembang Zone memang punya deformasi dengan vergency reverse faults dan thrusts yang berlainan. Akibatnya, Zone Randublatung berada pada posisi downblock baik terhadap Kendeng Zone maupun Rembang Zone. Maka Randublatung Zone sangat depressed, subsided dan tenggelam, sebagai triangle zone, membuat Bouguer gravity-nya paling minimum negatif di Jawa. Deformasi di Kendeng Zone dan Rembang Zone ini sama-sekali bukan gliding tectonics; tetapi sebelum Kendeng dan Rembang terdeformasi, gliding tectonics di Randublatung bisa beroperasi, persis seperti di Serayu Utara, termasuk melipat sedimen turbidit yang diendapkan di depresi Randublatung. Kemudian pada Mio-Pliosen, Randublatung ini semakin tenggelam oleh tectonic load dan thrust sheets yang berulang-ulang terutama di Kendeng Zone. saya meyakini bahwa kini di Randublatung Zone ada deepwater Ngrayong dan isolated carbonate platform yang ditumbuhi pinnacle reefs tipe Banyu Urip/Mudi/Sukowati tetapi jauh sudah tenggelam oleh deformasi Mio-Pliosen. salam, Awang --- Pada Jum, 8/1/10, vicki amir vickirezkya...@yahoo.com menulis: Dari: vicki amir vickirezkya...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Kepada:
[iagi-net-l] Sr. Geologist Sr. Geophysicist position, Salamander Energy
Selamat tahun baru, semoga 2010 membawa berkah dan rahmat bagi kita semua. Bagi yang berminat untuk sekalian mencari tempat baru untuk bekerja, silakan kirimkan CV ke saya via japri. Untuk yang pengalaman 8 tahun ke atas saja. Terimakasih, Parvita H. Siregar Chief Geologist Salamander Energy Indonesia Suite 1502, Indonesia Stock Exchange Bld. 15th Fl, Tower 2 Jln. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190, Indonesia Tel: +62 21 5291 2900 fax: +62 21 3000 4020 mailto: parvita.sire...@salamander-energy.com mailto:parvita.sire...@salamander-energy.com P Please consider the environment before you print Disclamer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is priviledged, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited.
[iagi-net-l] A proposal to extend geological time into the era before the Earth existed
Beyond Hades Jan 7th 2010 From Economist.com A proposal to extend geological time into the era before the Earth existed TIME travel is normally fixed in both direction and speed: forward only, and no more or less than twenty four hours a day. Part of the thrill of a new year is the sense of this stately progress leaping, just a little, as a year ticks over in a second. When two digits tick by at once the thrill expands further as the grain gets coarser. Dividing history into ten-year chunks on the basis of the last-but-one digit is arbitrary, but knowing that it will be thus divided, despite the senselessness of so doing, gives the 09 to 10 transition and its ilk added relish. Something new, or at least different, has begun. Given that time travel moves only forward, it might seem that this would be the only way new periods can be added to history. Not so, though, if you are a geologist or Earth scientist. For them the past offers billions of years of room for redefinition and subdivision, with the beginnings and endings of various geological periods and subperiods tussled over continuously. A recent paper goes further, offering the possibility of adding periods where there were previously none: of extending the Earth’s history, not further into the future, but further into the past. SPL To appreciate this, a quick recap of the Earth’s origins. About 4.6 billion years ago a large cloud of gas, probably shocked by a nearby supernova, fell in on itself, forming grains of dust and, rather more spectacularly, a star. In the disk of gas and dust around this nascent sun smaller objects coalesced into larger ones, encountering each other with ever greater violence as they became ever larger. Near the end of this process a Mars-sized object crashed into a Venus-sized object, in the process creating the Earth (which is larger than Venus) and the Moon (which is smaller than Mars). This knockabout phase lasted only a few tens of millions of years, though the orbits of the planets, especially the big ones further from the sun, did not settle down until a few hundreds of millions of years later. At present, the Earth’s geological history does not deal with this period well, for the simple reason that geologists deal mostly with rocks, and rocks older than about 3.8 billion years are rare indeed. Rocks from 3.8 billion years ago to 2.5 billion years ago are assigned to the Earth’s earliest geological eon, the Archaean. Anything earlier—a few lumps of Greenland and Canada, and rock-residues preserved now only as inclusions in larger, later, rocks—are referred to as belonging to the Hadean, an informal and ill-defined but useful and evocative term. The new proposal suggests not just that the Hadean should be formalised, but also that a new aeon, the Chaotian, should be recognised as extending extend further back in time than the Earth itself. The Chaotian would begin with the beginning of the cloud’s collapse, be punctuated in the middle with the ignition of the sun and come to an end with the collision that created the Earth-moon doublet in its sort of modern form. In a fit of further distinctions, the authors—Colin Goldblatt, a young researcher at NASA’s Ames Research Centre http://www.nasa.gov/centers/ames/home/index.html, and three older colleagues with considerable previous form in the framing of provocative hypotheses—suggest the Nephelean and Erebrean for the periods before the sun’s ignition, the Hyperitian and Titanomachean for those after. http://ad.doubleclick.net/click%3Bh=v8/391c/3/0/%2a/w%3B212227215%3B0-0%3B0%3B42206572%3B4307-300/250%3B30392834/30410711/1%3B%3B%7Esscs%3D%3fhttp://www.economist.com/mobilehttp://ad.doubleclick.net/jump/teg.tdqk/llsk/a;nav=world_politics_v_all_world_politics;nh=5D3F577D;a=earthscience;!c=15207606;pos=mpu_left;tile=4;sz=350x300,336x236,300x250,250x250;ord=375479436? Other than demonstrating that there are scientists abroad with classical educations, lively imaginations and a little spare time on their hands, what would such a seemingly silly extension of geological history to the pre-rock, pre-planet era actually achieve? Two things. One, which the authors themselves put forward, is that given the increasing amount of serious and informative science being done with respect to the early history of the Earth and the solar system—not least in the context of observations of other systems round other stars—an agreed vocabulary with which to discuss the timing of various events and transitions would be helpful. A second is that if the solar system is to be considered a system, in the sense of something more than the sum of its parts, it needs a system-wide timescale that stretches back to its beginning, and into which the timescales of the various planets can be pieced as they become better understood. To use the Earth’s geology, which is the best understood of that of any planet, as the basis for this is as good a solution as any. Following on from that, and of less
Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)
Pak Noor, Terima kasih atas informasinya. Bulan Maret 2009 saya bersama teman-teman dari SPC Mahakam Hilir ke lapangan, termasuk meninjau sumur ex VICO Pelarang-1 yang dibor di puncak bukit yang sebenarnya puncak antiklin. Di lereng antiklin ditemukan banyak singkapan batupasir, tetapi saat tiba di puncak antiklin, hampir seluruhnya napal yang pasti lebih tua. Pelarang-1 pun mengalami masalah overpressure sebab yang dibornya kebanyakan serpih Pamaluan. Batupasir Pulubalang atau Balikpapannya kelihatannya sudah dikanibalisasi dan diendapkan di lereng-lerengnya, atau sinklinnya. Maka di wilayah ini tak bisa lagi play antiklin jadi target, harus semacam updip pinchout di lereng antiklin atau bahkan sinklin. Bukan hanya sumur Pelarang saja yang mengalami begitu, tetapi beberapa sumur lain yang dibor di puncak antiklin sebelah barat Cekungan Kutei mengalami problem yang sama. Gliding tectonics di Kutei sebenarnya dipicu saat Kuching High naik setelah selesainya spreading South China Sea, itu sekitar late-Oligocene sampai earliest Miocene, sehingga delta pertama di Kutei umurnya early Miocene, sebab Kuching High jadi provenance utama delta2 di Kutei. Setelah itu, center of gliding tectonics makin bergerak ke arah timurnya masuk ke Upper Kutei Basin, lalu makin muda masuk ke bagian barat Lower Kutei Basin saat inversi intra-Miosen terjadi. Pada periode tektonik berikutnya (Mio-Plio dan Plio-Plistosen, center pengangkatan makin bergerak ke timur bersamaan dengan jalannya progradasi sedimen yang semakin muda juga bergerak semakin ke timur. Maka dapat dilihat bahwa gliding tectonics sebenarnya menerus, hanya center of upliftnya bermigrasi makin muda makin ke timur. Pada Plio-Pleistosen ia sudah masuk ke offshore, yang menyebabkan extensional faults di wilayah outer shelf, tetapi kemudian toe-thrusting di slope-nya. Migrasi center of uplift yang memicu gliding tectonics maju ke arah embayment-nya atau depresi utamanya juga terjadi di Jawa Barat yang menghadapi Palung Bogor (ingat migrasi thrust Pak Suyono Martodjojo, 1984 sejak dari Walat thrust sampai inversi Baribis), juga terjadi di antara Serayu Selatan dan Serayu Utara, center of uplifts-nya maju terus ke utara semakin muda (lihat penampang evolusi geologi Jawa Tengah dari van Bemmelen, di lembar peta -plate, no. 35). salam, Awang --- Pada Jum, 8/1/10, noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com menulis: Dari: noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 9:35 AM Pak Awang, Cekungan Kutei memang masih menyimpan banyak misteri. Beberapa indikasi tectonic gliding memang pernah dikemukakan beberapa peneliti. Data-data pengeboran juga mendukung hipotesis ini. Seingat saya sumur Prangat-1 itu adalah salah satu contoh pengeboran di puncak antiklin yang isinya shale semua Tapi ada satu yang masih mengganjal: data bore-hole ovalization (break-out) menunjukkan ada kemenerusan trend yang relatif sama baik secara lateral maupun vertikal. Ini tentunya mencerminkan setting stress tektonik yang relatif sama dari waktu-ke-waktu. Sementara itu kalau kita memakai hipotesis tectonic gliding, maka tentu itu sifatnya sesaat' dan tidak menerus seperti ini. salam, From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com Sent: Thu, January 7, 2010 5:23:18 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Pak Frank, Iya, gliding tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation, biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita menyebutnya decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh kepada massa yang dilengserkan, semakin tebal tentu semakin mungkin tergelincir. Gliding tectonics biasanya terjadi pada syn-orogen, bukan pada post-rift atau sagging, sebab inti gliding tectonics adalah ada daerah yang terangkat, slope, dan daerah tenggelam. Pada saat postrift dan sagging hanya ada daerah tenggelam. Kasus di Sumatra basins, pada saat postrift dan sagging, structural grain masih didominasi extensional faults, bukan toe -thrusting ala gliding tectonics. Jadi, tak usah kita membedakannya sebab periode kejadiannya pun berlainan. Dalam mata eksplorasi migas, decollement sering menjadi sealing/cap yang resilient. Jadi bila ada deformasi post-rift yang ditutupi decollement, itu bisa jadi trap sub-decollement structure yang baik. Kadang2 deformasi postrift tak tertutup oleh decollement syn-orogen (secara 3-D), nah dalam kasus ini generated hydrocarbon dari synrift sequence bisa masuk ke trap toe-thrusting di atas decollement. Sands yang re-worked berkali-kali tentu akan semakin baik sebab semakin
[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)
Mau ikutan nanya lagi. apakah Toe-thrust itu lebih sering disebabkan oleh extension dan bukan compression. karena, supaya bisa tergelincir harus ada ruang geraknya selain material plastis dibawahnya. terus apakah strike slipnya itu adalah hasil dari tear-fault (fault sobekan?) ditepi dari toe-thrust faultnya? jadi strike slip faultnya bukan penyebabnya? Kemudian apakah Thrust fault yang kelihatan itu disebabkan oleh dorongan dari normal fault yang di ujung satu dari toe-thrust system? kecuali kalau material yang dibawahnya material plastis yang di kompressi tanpa menyebabkan kompressi di material yang diatas bahan plastis. tapi bagaimana ini bisa terjadi? terima kasih atas penjelasanannya From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id Sent: Fri, January 8, 2010 9:19:26 AM Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Vicki, Saya tidak melihat komponen kinematika kompresi yang signifikan untuk to-thrusting di Makassar Strait maupun Tarakan deepwater. Beberapa penulis sering menyebut kompresi dari Sulawesi sebagai asal kinematika struktur2 positif ini, tetapi data seismik terbaru yang memotong Selat Makassar tak menunjukkan structural grain kompresif apa pun di level Neogen sampai ke Kutei maupun Tarakan, struktur kompresif dari Sulawesi ini hanya sampai bagian barat Sulawesi offshore. Maka saya melihat bahwa toe thrusting di sini berasal dari kinematika internal dari progradasi sedimen dan dipicu gliding tectonics dari Kuching uplift dan semua updip ullifts lainnya di Kute dan Tarakan onshore. Beberapa penulis pun mengatakan toe-thrusting ini dikendalikan oleh transversal faults (strike-slip faults) yang ada di level Paleogen. Tetapi, hubungan antara Paleogen dan Neogen sediments di Kutei maupun Tarakan tidak jelas karena terlalu dalam, sehingga kendali tersebut tak bisa dievaluasi lebih jauh. Paper saya dkk di Journal of Asian Earth Sciences dapat menjelaskan lebih jauh tentang hal ini (Satyana, A.H., Imanhardjo, D.N., and Surantoko, 1999, Tectonic Controls on the Hydrocarbon Habitats of the Barito, Kutei, and Tarakan basins, Eastern Kalimantan, Indonesia : Major Dissimilarities in Adjoining Basins, Journal of Asian Earth Sciences, 17 (1999), p. 99-122). Kendeng Zone dan Rembang Zone memang punya deformasi dengan vergency reverse faults dan thrusts yang berlainan. Akibatnya, Zone Randublatung berada pada posisi downblock baik terhadap Kendeng Zone maupun Rembang Zone. Maka Randublatung Zone sangat depressed, subsided dan tenggelam, sebagai triangle zone, membuat Bouguer gravity-nya paling minimum negatif di Jawa. Deformasi di Kendeng Zone dan Rembang Zone ini sama-sekali bukan gliding tectonics; tetapi sebelum Kendeng dan Rembang terdeformasi, gliding tectonics di Randublatung bisa beroperasi, persis seperti di Serayu Utara, termasuk melipat sedimen turbidit yang diendapkan di depresi Randublatung. Kemudian pada Mio-Pliosen, Randublatung ini semakin tenggelam oleh tectonic load dan thrust sheets yang berulang-ulang terutama di Kendeng Zone. saya meyakini bahwa kini di Randublatung Zone ada deepwater Ngrayong dan isolated carbonate platform yang ditumbuhi pinnacle reefs tipe Banyu Urip/Mudi/Sukowati tetapi jauh sudah tenggelam oleh deformasi Mio-Pliosen. salam, Awang --- Pada Jum, 8/1/10, vicki amir vickirezkya...@yahoo.com menulis: Dari: vicki amir vickirezkya...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Kepada: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 7:56 AM Pak Awang, Apakah betul untuk proses pengkanibalisasi-an itu sebenarnya adalah case thrust propagation fold yang memang berasosiasi dgn toe-thrust di bagian distal suatu delta? Saya kira mungkin masih ada komponen lateral kompresi yang signifikan disana, dan lebih besar daripada hanya gliding tectonics saja layaknya avalanche suatu paket sedimen yg semi-kompak (CMIIW). Karena kasus turbidit sands yang terendapkan di downdip tersebut adalah seiring dgn propagasi dari thrustnya, semakin sloping, semakin intensif pula turbidit eventnya. Dan itu setidaknya membutuhkan lateral kompresi yang lebih dominan seperti halnya yang terjadi di beberapa reservoir turbidit di Delta Niger, karena berasosiasi dgn toe thrust faulting yang cukup panjang secara length of faultnya. Mohon koreksinya. Lalu bagaimana dgn kasus di Jawa Timur contohnya thrust fault ke arah Utara yg berumur Mio-Plio pada Kendeng Zone dan thrust fault ke arah Selatan Rembang-Madura Zone layaknya Triangle Zone di Ramba dan Supat fault di South Sumatra basin? Apakah ada
[iagi-net-l] FW: [pp-iagi-2008] Seminar Nasional Geologi - Akamigas Balongan - KMI Goes to Campus (16 Januari 2010), Indramayu, Jawa Barat.
Rekan-rekan anggota IAGI, BEM AKAMIGAS Balongan bekerjasama dengan KOMUNITAS MIGAS INDONESIA (KMI) mengundang kehadiran Bapak/Ibu/Saudara dalam kegiatan Seminar Nasional Geologi yang akan diselenggarakan pada : NAMA DAN TEMA KEGIATAN: Nama Kegiatan : Seminar Nasional Oil and Gas Tema Kegiatan : Peranan Data Geologi dan Reservoir Terhadap Pengembangan Cadangan Minyak dan Gas Bumi WAKTU DAN TEMPAT: Seminar KMI Goes To Campus - AKAMIGAS Balongan Hari/Tanggal : Sabtu, 16 Januari 2010 Waktu : Pk. 08.10 WIB s.d selesai Tempat : Gedung Pertemuan Patra Ayu, Komplek Pertamina RU VI, Indramayu PEMBICARA DAN TOPIK: 1. Agus Guntoro - Assisten II, Vice Rector for academic affair, Trisakti University : Exploration Concepts in The Frontier Areas in Determine Petroleum Systems for Searching Hydrocarbon 2. Sulistiyono Atmosudjono - Senior Geologist, Anggota KMI : Potensi Hidrokarbon Indonesia Tinjauan Dari Sisi Geologi 3. D.Subyar Mujihandono S.T - Petro Research : Pengembangan Cadangan Gas Bumi Ditinjau dari Aspek Data Geologi 4. Kuswo Wahyono - BP Migas, Mantan ketua umum IATMI : Reservoir Management 5. IATMI Komisariat Cirebon PENDAFTARAN DAN SEKERTARIAT Panitia Seminar Peranan data geologi dan reservoir terhadap pengembangan minyak dan gas bumi d/a. Kampus Akamigas Balongan Jln. Jendral Sudirman No.17 Indramayu, 45212. Jawa Barat Contact Person: Dimas A. Wibowo: 085697090046 Moh. Syahroni: 081222121687 Biaya Pendaftaran: - ProfesionalUmum: Rp. 100.000,-/ orang - Mahasiswa/i: Rp. 50.000,-/ orang Pembayaran dapat dilakukan paling lambat tanggal 14 January 2010 dengan cara transfer ke nomor rekening berikut di bawah ini : Bank Mandiri No. Rekening: 134.000.508.3158 atas nama Mohamad Syahroni. Bukti transfer/setor dapat digunakan untuk menukarkan tiket masuk pada hari acara. Mengenai pendaftaran peserta seminar, dapat dilakukan melalui online. Ketentuan pendaftaran adalah sebagai berikut : 1. Alamat email pendaftaran : mailto:oceanovolution2...@yahoo.com bem.b...@yahoo.com 2. Subject : Pendaftaran Seminar KMI goes to Akamigas Balongan 2010 3. Dengan menuliskan : Nama : Alamat : Nomor Handphone : Email : Instansi / Perusahaan : Demikian disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih. Wassalam, Rana Manggala Mahdi NPA : 2867 No virus found in this incoming message. Checked by AVG - www.avg.com Version: 8.5.431 / Virus Database: 270.14.123/2594 - Release Date: 01/03/10 09:41:00 No virus found in this incoming message. Checked by AVG - www.avg.com Version: 8.5.432 / Virus Database: 270.14.125/2600 - Release Date: 01/04/10 19:35:00 PP-IAGI 2008-2011: ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com * 2 sekretariat (Jkt Bdg), 5 departemen, banyak biro... Ayo siapkan makalah! Untuk dipresentasikan di PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 4-6 Oktober 2010 Deadline penyerahan makalah - 15 Februari 2010 - To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Bls: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)
Pak Frank, Toe-thrusting bukan oleh extension, apalagi compression. Ia karena gravity-sliding yang berhubungan dengan differential gravity movement, yang memerlukan upifted area, subsided area, dan progradasi sedimen. Ruang gerak jelas dibutuhkan sebab ke situlah fokus pelengseran. Dan space of accommodation semacam itu bukan masalah di Kutei dan Tarakan sebab mereka adalah embayment yang subsided -akan membuka ruang gerak yang maksimal. Tempat semacam itu sedikit bermasalah di Serayu Utara, juga Bogor, dan Kendeng atau Randublatung di Jawa sebab mereka pada prinsipnya bergeometri trough -palung (sempit tetapi dalam). Namun sempitnya itu sekarang, setelah dideformasi dan diperdalam tectonic load berikutnya. Dulunya mereka lumayan lebar dan dalam sehingga gliding tectonics bisa berjalan. Material plastis telah kita bahas kemarin, justru itu yang menjadi toe-nya atau decollement atau detachment atau floor of thrust (jangan kelirukan gliding tectonics dengan floor of thrust dan roof of thrust dalam sistem duplex pada thin-skinned tectonics). Strike-slip bukan suatu keharusan dalam gliding tectonics, kebetulan saja di Makassar dan Tarakan ada strike-slip faults yang kata beberapa peneliti di bekas rifting Makassar Strait pada Paleogen. dari data seismik, saya tak melihat ada pengaruh deformasi Paleogen ke deformasi to-thrusting yang seluruhnya di Neogen. Di Tarakan, strike-slip-nya lebih muda, ada yang baru muncul atau re-activated pada Neogen. Sesar2 semacam ini bisa membatasi blok-blok toe-thrusting sebagai barrier, dan dalam skala kecil benar bisa menyatu ke sisi utara atau selatan sistem toe-thrusting sebagai tear faults. Memang, strike-slip fault tak mendorong toe-thrusting. Sesar2 normal di outer shelf dan upper slope bisa memicu toe-thrusting di sebelah downdip-nya, paling tidak membuat massa runtuhan, sebelum mereka sendiri lalu terdeformasi secara toe-thrusting. Tetapi, normal faults yang berjasa dalam hal ini adalah normal faults paling luar yang paling dekat (frontal) dengan to-thrust paling updip (untuk diskusi kasus lihat paper paling baru dari teman2 Eni Bukat Bu Teten - Hediaty et al. (2009 -IPA) tentang mekanisme hubungan normal faults dan toe-thrusting di Tarakan. Paleogen dan Neogen di Kutei dan Tarakan harus dicurigai dibatasi oleh decollement yang besar. Yang satu terdeformasi, yang lain tidak, mungkin saja sebab mereka berada dalam sistem thin-skinned tectonics, bukan thick-skinned tectonics; tetapi yang Paleogen pun tak terkompresi; jadi yang Neogen terdeformasi secara toe-thrusting yang thin-skinned tectonics, Paleogennya devoid of deformation dengan structural style yang sama. salam, Awang --- Pada Jum, 8/1/10, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com menulis: Dari: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Judul: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Kepada: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id, iagi-net@iagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com, Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com, Forum HAGI fo...@hagi.or.id Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 12:26 PM Mau ikutan nanya lagi. apakah Toe-thrust itu lebih sering disebabkan oleh extension dan bukan compression. karena, supaya bisa tergelincir harus ada ruang geraknya selain material plastis dibawahnya. terus apakah strike slipnya itu adalah hasil dari tear-fault (fault sobekan?) ditepi dari toe-thrust faultnya? jadi strike slip faultnya bukan penyebabnya? Kemudian apakah Thrust fault yang kelihatan itu disebabkan oleh dorongan dari normal fault yang di ujung satu dari toe-thrust system? kecuali kalau material yang dibawahnya material plastis yang di kompressi tanpa menyebabkan kompressi di material yang diatas bahan plastis. tapi bagaimana ini bisa terjadi? terima kasih atas penjelasanannya From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id Sent: Fri, January 8, 2010 9:19:26 AM Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Vicki, Saya tidak melihat komponen kinematika kompresi yang signifikan untuk to-thrusting di Makassar Strait maupun Tarakan deepwater. Beberapa penulis sering menyebut kompresi dari Sulawesi sebagai asal kinematika struktur2 positif ini, tetapi data seismik terbaru yang memotong Selat Makassar tak menunjukkan structural grain kompresif apa pun di level Neogen sampai ke Kutei maupun Tarakan, struktur kompresif dari Sulawesi ini hanya sampai bagian barat Sulawesi offshore. Maka saya melihat bahwa toe thrusting di sini berasal dari kinematika internal dari progradasi sedimen dan dipicu gliding tectonics dari Kuching uplift dan semua updip ullifts lainnya di Kute dan Tarakan onshore. Beberapa penulis pun
Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...)
Pak Awang, Terima kasih penjelasannya. Kalau paleo-gliding mungkin kita bisa melihat jejak hulu dari potongan yang menggelincir dengan adanya area di barat Kutei yang hampir tidak ada sediment sama sekali (kelihatan sangat jelas di peta SLAR). Namun kalau gliding yang lebih muda, itu kira-kira di mana ya...? Rasanya hampir semua section dari sumur-sumur yang ada sedimentasinya selalu menerus dan tidak ada rumpang. Dalam skala kecil kita memang mengamati di satu lapangan adanya gelinciran blok (shale scouring) yang dalam log section akan terlihat sebagai rumpang sedimentasi. Tapi untuk skala satu cekungan rasanya belum pernah mendengar. salam, From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com; Forum HAGI fo...@hagi.or.id; Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com Sent: Fri, January 8, 2010 12:19:16 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Pak Noor, Terima kasih atas informasinya. Bulan Maret 2009 saya bersama teman-teman dari SPC Mahakam Hilir ke lapangan, termasuk meninjau sumur ex VICO Pelarang-1 yang dibor di puncak bukit yang sebenarnya puncak antiklin. Di lereng antiklin ditemukan banyak singkapan batupasir, tetapi saat tiba di puncak antiklin, hampir seluruhnya napal yang pasti lebih tua. Pelarang-1 pun mengalami masalah overpressure sebab yang dibornya kebanyakan serpih Pamaluan. Batupasir Pulubalang atau Balikpapannya kelihatannya sudah dikanibalisasi dan diendapkan di lereng-lerengnya, atau sinklinnya. Maka di wilayah ini tak bisa lagi play antiklin jadi target, harus semacam updip pinchout di lereng antiklin atau bahkan sinklin. Bukan hanya sumur Pelarang saja yang mengalami begitu, tetapi beberapa sumur lain yang dibor di puncak antiklin sebelah barat Cekungan Kutei mengalami problem yang sama. Gliding tectonics di Kutei sebenarnya dipicu saat Kuching High naik setelah selesainya spreading South China Sea, itu sekitar late-Oligocene sampai earliest Miocene, sehingga delta pertama di Kutei umurnya early Miocene, sebab Kuching High jadi provenance utama delta2 di Kutei. Setelah itu, center of gliding tectonics makin bergerak ke arah timurnya masuk ke Upper Kutei Basin, lalu makin muda masuk ke bagian barat Lower Kutei Basin saat inversi intra-Miosen terjadi. Pada periode tektonik berikutnya (Mio-Plio dan Plio-Plistosen, center pengangkatan makin bergerak ke timur bersamaan dengan jalannya progradasi sedimen yang semakin muda juga bergerak semakin ke timur. Maka dapat dilihat bahwa gliding tectonics sebenarnya menerus, hanya center of upliftnya bermigrasi makin muda makin ke timur. Pada Plio-Pleistosen ia sudah masuk ke offshore, yang menyebabkan extensional faults di wilayah outer shelf, tetapi kemudian toe-thrusting di slope-nya. Migrasi center of uplift yang memicu gliding tectonics maju ke arah embayment-nya atau depresi utamanya juga terjadi di Jawa Barat yang menghadapi Palung Bogor (ingat migrasi thrust Pak Suyono Martodjojo, 1984 sejak dari Walat thrust sampai inversi Baribis), juga terjadi di antara Serayu Selatan dan Serayu Utara, center of uplifts-nya maju terus ke utara semakin muda (lihat penampang evolusi geologi Jawa Tengah dari van Bemmelen, di lembar peta -plate, no. 35). salam, Awang --- Pada Jum, 8/1/10, noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com menulis: Dari: noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com Judul: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Jumat, 8 Januari, 2010, 9:35 AM Pak Awang, Cekungan Kutei memang masih menyimpan banyak misteri. Beberapa indikasi tectonic gliding memang pernah dikemukakan beberapa peneliti. Data-data pengeboran juga mendukung hipotesis ini. Seingat saya sumur Prangat-1 itu adalah salah satu contoh pengeboran di puncak antiklin yang isinya shale semua Tapi ada satu yang masih mengganjal: data bore-hole ovalization (break-out) menunjukkan ada kemenerusan trend yang relatif sama baik secara lateral maupun vertikal. Ini tentunya mencerminkan setting stress tektonik yang relatif sama dari waktu-ke-waktu. Sementara itu kalau kita memakai hipotesis tectonic gliding, maka tentu itu sifatnya sesaat' dan tidak menerus seperti ini. salam, From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com Sent: Thu, January 7, 2010 5:23:18 PM Subject: Re: [iagi-net-l] Gliding Tectonics dan Prospek HC (was : Geologic Transect ...) Pak Frank, Iya, gliding tectonics perlu lapisan plastis sebagai floor of deformation, biasanya shale yang berfungsi sebagai bidang gelincir itu. Kita menyebutnya decollement/detachment. Ketebalan tertentu akan berpengaruh kepada massa yang