Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI

2012-02-17 Thread Yanto R. Sumantri
Rekan

Saya ingin tanya , apakah untuk melakukan pemborn dengan peralatan kecil 
seperti itu ada prosedur nya ?
Bgmn prsedurnya ? Siapa yang berwenang ? PemDa Kab /Prop/Kemenetrian ?


Kalau classtion itu benar kejadian  , saya bayangkan generasi ilmuwan sekarang 
akan ditertawakan oleh anak/cucu kita kali ya .
Mun ceuk basa Sunda mah " Ngarebutkeun pepesan kosong " (Naon basa Madura - na 
pak Miko ?)

si Abah



 From: Budi Brahmantyo 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, February 17, 2012 7:41 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
 
Memang begitu selentingannya.
Tetapi menurut Kepala Dinas Budpar Cianjur yang saya kenal baik, pak Himam
Haris, meyakinkan saya bahwa permohonan izin pengeboran datangnya dari
LIPI.

Nah lho???

BB





> Jelas salah kaprah juga tuh kalau class actionnya dialamatkan ke LIPI,
> sepengetahuan saya LIPI tak terlibat tapi ada "tokoh" LIPI yang yang ikut
> sebagai anggota tim bentukan staf khusus keperidenan tersebut.
>
> 2012/2/17 Ismail 
>
>> **
>> Apakah LIPI terlibat secara institusional , berarti dana nya dari APBN
>> dan
>> tentunya karena ini institusi pemerintah sdh berkoordinasi dg instansi
>> terkait didaerah tsb
>>
>> Persoalan akan lain kalau keterlibatannya bukan secara institusional
>> tapi
>> perorangan dalam Tim tsb
>>
>>
>> Sent by Liamsi's Mobile Phone
>> --
>> *From: *"yahdi zaim" 
>> *Date: *Fri, 17 Feb 2012 00:12:00 +
>> *To: *
>> *ReplyTo: *
>> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Pak RDP dan Rekans,
>> Di koran Pikiran Rakyat hari ini di halaman 19 di sudut kanan atas ada
>> berita: "Budayawan Akan Ajukan 'Class Action' ke LIPI" yg berita
>> singkatnya, Class Action tsb akan diajukan ke LIPI berkaitan dengan
>> pemboran Gunung Padang yang dikatakan tanpa ijin.
>> Wah bakal tambah ramai nih...
>> Wslm,
>> Zaim
>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>> --
>> *From: *Rovicky Dwi Putrohari 
>> *Date: *Thu, 16 Feb 2012 22:14:23 +0700
>> *To: *e_rid...@yahoo.com; IAGI
>> *ReplyTo: *
>> *Cc: *refere...@yahoogroups.com;
>> alumni_gamais_...@yahoogroups.com
>> *Subject: *[iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Waaa,
>> Kalau skeptis itu memang bawaannya saintist. Sains itu diawali dengan
>> keraguan bukan semangat dan keyakinan. Jadi kalau ada yg sekptis pada
>> sesuatu penemuan bukan berarti ybs menolak. Secara mudah orang skpetis
>> itu
>> baru akan mengikuti atau menyetujui adanya hipotesa baru bila sudah
>> menemukan evidence. Tanpa evidence kok sudah meyakini sebauh penemuan
>> karena ditemukan si anu yg terkenal berarti itu taklid buta   Sains
>> ndak mengenal hal taklid seperti itu. Banyak saintis bergelar doktor yg
>> tidak sepaham dengan promotornya  Dan sains itu tidak ada loncatan
>> besar yng datangnya "ujug-ujug mak pluk".
>> Mohon maaf saja  Sains itu jalannya thimik-thimik, bukan berlari
>> kencang. Mirip seperti proses evolusi, pelan tapi pasti.
>>
>> Nah budaya riset yg menurun itu bukan karena skeptis Tapi mungkin
>> pesimistis pada hasil yg akan diperoleh. Saintis murni melakukan
>> penelitian
>> seringkali bukan karena tujuan, tapi karena keingintahuan. Ketiadaan
>> rasa
>> ingin tahu bukan berarti pesimis atau skeptis loo. Bisa saja tidak
>> menarik
>> karema kemasan atau pengungkapan yang rumit.
>>
>> Yang penting menurut saya, seorang peneliti sejati seringkali tidak
>> memperdulikan dampak dari temuannya ... Sikapnya adalah "persistent"
>> dalam
>> bahasa mudahnya "tekun" dalam melakukan riset. Jangan membayangkan atau
>> memikirkan hasilnya akan menggelegar. Kebanyakan penemuan besar didunia
>> tidak disadari oleh penemunya. Jadi kalau anda telah menemukan sesuatu,
>> jangan punya harapan anda akan mendapatkan hasilnya secara instant. No.
>> No
>>  Bukan seperti itu "reward" atau penghargaan yang diperoleh oleh
>> seorang penemu sejati. Ketika nanti manusia menyadari, barulah "nama"
>> anda
>> akan dikenal dan "dikenang". Syukur-syukur didoakan, ilmu yg bermanfaat
>> adalah sebuah amal jariah.
>>
>> Kalau anda menemukan sesuatu ikhlas saja dengan apa yg ditemukan. Memang
>> kalau diamati, hanya penemuan yg berlanjut yang bermanfaat. Jadi satu
>> hal
>> lain yang penting adalah sikap dari si peneliti ketika menemukan hasil
>> risetnya. Sikap "low profile", lembah manah, sopan, membuat orang
>> memberikan apresiasi atas penemuan dan kalau diteruskan maka penemuan
>> itu
>> menjadi sebuah ilmu yg bermanfaat. Yang seperti ditulis diatas, menjadi
>> amal jariah.
>>
>> So,
>> Kalau anda merasa menemukan sesuatu, uNgkapkan saja apa adanya
>> sejujurnya.
>> Duniapun Sekarang tahu bahwa bukan Darwin yg menemukan teori evolusi,
>> dia
>> Hanyalah mengembangkan dan menuliskan, namun saat ini semua tahu bahwa
>> Lamark, juga Wallace lebih duluan mengemukakan ide evolusi yang
>> fenomenal
>> ini. Malah Darwin yg akhirnya dicaci oleh orang yg "tersinggung" karena
>> pe

Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI

2012-02-17 Thread Yanto R. Sumantri
Danny

Oknum apa ???
Sya kira perlu diperjelas , karena sekarang kalau satu institusi KEPEPET lalu 
berkelit dngan menamakan OKNUM . Nah gitu nyatanya disaat ini.
Ada oknum Polisi , oknum aparat , oknum DPR , oknum parta dan oknum2 macam 
macam lagi.

terima kasih.

si Abah



 From: "danny.hil...@gmail.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, February 17, 2012 2:00 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
 
Masa sih Pak Himam bilang gitu. Coba ditanya lagi deh.  Ijin diperoleh dari 
Dirjen Purbakala dan diijinkan DisBudpar juga tentunya.
Barusan saya ngobrol dgn  Pak Himam, beliau bilang sekelompok budayawan yang 
protes itu OKNUM katanya... Nah Lo ?


Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-Original Message-
From: "Budi Brahmantyo" 
Date: Fri, 17 Feb 2012 12:41:41 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Memang begitu selentingannya.
Tetapi menurut Kepala Dinas Budpar Cianjur yang saya kenal baik, pak Himam
Haris, meyakinkan saya bahwa permohonan izin pengeboran datangnya dari
LIPI.

Nah lho???

BB





> Jelas salah kaprah juga tuh kalau class actionnya dialamatkan ke LIPI,
> sepengetahuan saya LIPI tak terlibat tapi ada "tokoh" LIPI yang yang ikut
> sebagai anggota tim bentukan staf khusus keperidenan tersebut.
>
> 2012/2/17 Ismail 
>
>> **
>> Apakah LIPI terlibat secara institusional , berarti dana nya dari APBN
>> dan
>> tentunya karena ini institusi pemerintah sdh berkoordinasi dg instansi
>> terkait didaerah tsb
>>
>> Persoalan akan lain kalau keterlibatannya bukan secara institusional
>> tapi
>> perorangan dalam Tim tsb
>>
>>
>> Sent by Liamsi's Mobile Phone
>> --
>> *From: *"yahdi zaim" 
>> *Date: *Fri, 17 Feb 2012 00:12:00 +
>> *To: *
>> *ReplyTo: *
>> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Pak RDP dan Rekans,
>> Di koran Pikiran Rakyat hari ini di halaman 19 di sudut kanan atas ada
>> berita: "Budayawan Akan Ajukan 'Class Action' ke LIPI" yg berita
>> singkatnya, Class Action tsb akan diajukan ke LIPI berkaitan dengan
>> pemboran Gunung Padang yang dikatakan tanpa ijin.
>> Wah bakal tambah ramai nih...
>> Wslm,
>> Zaim
>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>> --
>> *From: *Rovicky Dwi Putrohari 
>> *Date: *Thu, 16 Feb 2012 22:14:23 +0700
>> *To: *e_rid...@yahoo.com; IAGI
>> *ReplyTo: *
>> *Cc: *refere...@yahoogroups.com;
>> alumni_gamais_...@yahoogroups.com
>> *Subject: *[iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Waaa,
>> Kalau skeptis itu memang bawaannya saintist. Sains itu diawali dengan
>> keraguan bukan semangat dan keyakinan. Jadi kalau ada yg sekptis pada
>> sesuatu penemuan bukan berarti ybs menolak. Secara mudah orang skpetis
>> itu
>> baru akan mengikuti atau menyetujui adanya hipotesa baru bila sudah
>> menemukan evidence. Tanpa evidence kok sudah meyakini sebauh penemuan
>> karena ditemukan si anu yg terkenal berarti itu taklid buta   Sains
>> ndak mengenal hal taklid seperti itu. Banyak saintis bergelar doktor yg
>> tidak sepaham dengan promotornya  Dan sains itu tidak ada loncatan
>> besar yng datangnya "ujug-ujug mak pluk".
>> Mohon maaf saja  Sains itu jalannya thimik-thimik, bukan berlari
>> kencang. Mirip seperti proses evolusi, pelan tapi pasti.
>>
>> Nah budaya riset yg menurun itu bukan karena skeptis Tapi mungkin
>> pesimistis pada hasil yg akan diperoleh. Saintis murni melakukan
>> penelitian
>> seringkali bukan karena tujuan, tapi karena keingintahuan. Ketiadaan
>> rasa
>> ingin tahu bukan berarti pesimis atau skeptis loo. Bisa saja tidak
>> menarik
>> karema kemasan atau pengungkapan yang rumit.
>>
>> Yang penting menurut saya, seorang peneliti sejati seringkali tidak
>> memperdulikan dampak dari temuannya ... Sikapnya adalah "persistent"
>> dalam
>> bahasa mudahnya "tekun" dalam melakukan riset. Jangan membayangkan atau
>> memikirkan hasilnya akan menggelegar. Kebanyakan penemuan besar didunia
>> tidak disadari oleh penemunya. Jadi kalau anda telah menemukan sesuatu,
>> jangan punya harapan anda akan mendapatkan hasilnya secara instant. No.
>> No
>>  Bukan seperti itu "reward" atau penghargaan yang diperoleh oleh
>> seorang penemu sejati. Ketika nanti manusia menyadari, barulah "nama"
>> anda
>> akan dikenal dan "dikenang". Syukur-syukur didoakan, ilmu yg bermanfaat
>> adalah sebuah amal jariah.
>>
>> Kalau anda menemukan sesuatu ikhlas saja dengan apa yg ditemukan. Memang
>> kalau diamati, hanya penemuan yg berlanjut yang bermanfaat. Jadi satu
>> hal
>> lain yang penting adalah sikap dari si peneliti ketika menemukan hasil
>> risetnya. Sikap "low profile", lembah manah, sopan, membuat orang
>> memberikan apresiasi atas penemuan dan kalau diteruskan maka penemuan
>> itu
>> menjadi sebuah ilmu yg bermanfaat. Yang seperti ditulis diatas, menjadi
>> amal jariah.
>>
>> So,
>> Kalau anda merasa me

Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI

2012-02-17 Thread danny . hilman
Engga ada yang kepepet pak. Biasa2 aja. Intinya Kata KaDisBudpar yang protes 
itu tidak merepresentasikan. Kaum budayawan Garut tapi pemikiran satu atau 
beberapa orang saja.  Perkara itu mau disebut Oknum atau bukan ya engga 
masalah... Yg jelas Pihak aparat setempat juga masyarakat di sekitar G Padang 
tidak ada yg protes.  Malah sangat senang pak.  Bayangkan, yg tadinya 
pengunjung hanya sedikit sekarang bisa 1000 sehari.  Jalan juga katanya mau 
dibagusin dsb dll.
Gitu Pak.  



Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-Original Message-
From: "Yanto R. Sumantri" 
Date: Fri, 17 Feb 2012 00:04:05 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Danny

Oknum apa ???
Sya kira perlu diperjelas , karena sekarang kalau satu institusi KEPEPET lalu 
berkelit dngan menamakan OKNUM . Nah gitu nyatanya disaat ini.
Ada oknum Polisi , oknum aparat , oknum DPR , oknum parta dan oknum2 macam 
macam lagi.

terima kasih.

si Abah



 From: "danny.hil...@gmail.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, February 17, 2012 2:00 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
 
Masa sih Pak Himam bilang gitu. Coba ditanya lagi deh.  Ijin diperoleh dari 
Dirjen Purbakala dan diijinkan DisBudpar juga tentunya.
Barusan saya ngobrol dgn  Pak Himam, beliau bilang sekelompok budayawan yang 
protes itu OKNUM katanya... Nah Lo ?


Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-Original Message-
From: "Budi Brahmantyo" 
Date: Fri, 17 Feb 2012 12:41:41 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Memang begitu selentingannya.
Tetapi menurut Kepala Dinas Budpar Cianjur yang saya kenal baik, pak Himam
Haris, meyakinkan saya bahwa permohonan izin pengeboran datangnya dari
LIPI.

Nah lho???

BB





> Jelas salah kaprah juga tuh kalau class actionnya dialamatkan ke LIPI,
> sepengetahuan saya LIPI tak terlibat tapi ada "tokoh" LIPI yang yang ikut
> sebagai anggota tim bentukan staf khusus keperidenan tersebut.
>
> 2012/2/17 Ismail 
>
>> **
>> Apakah LIPI terlibat secara institusional , berarti dana nya dari APBN
>> dan
>> tentunya karena ini institusi pemerintah sdh berkoordinasi dg instansi
>> terkait didaerah tsb
>>
>> Persoalan akan lain kalau keterlibatannya bukan secara institusional
>> tapi
>> perorangan dalam Tim tsb
>>
>>
>> Sent by Liamsi's Mobile Phone
>> --
>> *From: *"yahdi zaim" 
>> *Date: *Fri, 17 Feb 2012 00:12:00 +
>> *To: *
>> *ReplyTo: *
>> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Pak RDP dan Rekans,
>> Di koran Pikiran Rakyat hari ini di halaman 19 di sudut kanan atas ada
>> berita: "Budayawan Akan Ajukan 'Class Action' ke LIPI" yg berita
>> singkatnya, Class Action tsb akan diajukan ke LIPI berkaitan dengan
>> pemboran Gunung Padang yang dikatakan tanpa ijin.
>> Wah bakal tambah ramai nih...
>> Wslm,
>> Zaim
>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>> --
>> *From: *Rovicky Dwi Putrohari 
>> *Date: *Thu, 16 Feb 2012 22:14:23 +0700
>> *To: *e_rid...@yahoo.com; IAGI
>> *ReplyTo: *
>> *Cc: *refere...@yahoogroups.com;
>> alumni_gamais_...@yahoogroups.com
>> *Subject: *[iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Waaa,
>> Kalau skeptis itu memang bawaannya saintist. Sains itu diawali dengan
>> keraguan bukan semangat dan keyakinan. Jadi kalau ada yg sekptis pada
>> sesuatu penemuan bukan berarti ybs menolak. Secara mudah orang skpetis
>> itu
>> baru akan mengikuti atau menyetujui adanya hipotesa baru bila sudah
>> menemukan evidence. Tanpa evidence kok sudah meyakini sebauh penemuan
>> karena ditemukan si anu yg terkenal berarti itu taklid buta   Sains
>> ndak mengenal hal taklid seperti itu. Banyak saintis bergelar doktor yg
>> tidak sepaham dengan promotornya  Dan sains itu tidak ada loncatan
>> besar yng datangnya "ujug-ujug mak pluk".
>> Mohon maaf saja  Sains itu jalannya thimik-thimik, bukan berlari
>> kencang. Mirip seperti proses evolusi, pelan tapi pasti.
>>
>> Nah budaya riset yg menurun itu bukan karena skeptis Tapi mungkin
>> pesimistis pada hasil yg akan diperoleh. Saintis murni melakukan
>> penelitian
>> seringkali bukan karena tujuan, tapi karena keingintahuan. Ketiadaan
>> rasa
>> ingin tahu bukan berarti pesimis atau skeptis loo. Bisa saja tidak
>> menarik
>> karema kemasan atau pengungkapan yang rumit.
>>
>> Yang penting menurut saya, seorang peneliti sejati seringkali tidak
>> memperdulikan dampak dari temuannya ... Sikapnya adalah "persistent"
>> dalam
>> bahasa mudahnya "tekun" dalam melakukan riset. Jangan membayangkan atau
>> memikirkan hasilnya akan menggelegar. Kebanyakan penemuan besar didunia
>> tidak disadari oleh penemunya. Jadi kalau anda telah menemukan sesuatu,
>> jangan punya harapan anda akan mendapatkan hasilnya secara instant. No.
>> No
>> 

Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI

2012-02-17 Thread Yanto R. Sumantri
Oh gitu ya Danny , syukurlah , jadi si Abah suudon.
Jadi tambah banyak ya pengunjungnya ! Iya tuh saya juga jadi pengen nengok 
gunung Padang.
Nuhun infona 

Saya berpendapat bahwa diskusi mengenai Gn Padang , Sadahurip dan pyramide 
merupakan hal yang memberikan  dampak positip  "awareness" masyarakat  terhadap 
ilmu pengetahuan

Berbeda pendapat kan biasa dalam ilmu ..pengetahuan.

si Abah




 From: "danny.hil...@gmail.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, February 17, 2012 3:33 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
 

Engga ada yang kepepet pak. Biasa2 aja. Intinya Kata KaDisBudpar yang protes 
itu tidak merepresentasikan. Kaum budayawan Garut tapi pemikiran satu atau 
beberapa orang saja.  Perkara itu mau disebut Oknum atau bukan ya engga 
masalah... Yg jelas Pihak aparat setempat juga masyarakat di sekitar G Padang 
tidak ada yg protes.  Malah sangat senang pak.  Bayangkan, yg tadinya 
pengunjung hanya sedikit sekarang bisa 1000 sehari.  Jalan juga katanya mau 
dibagusin dsb dll.
Gitu Pak. 



Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI


From:  "Yanto R. Sumantri"  
Date: Fri, 17 Feb 2012 00:04:05 -0800 (PST)
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:   
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI

Danny

Oknum apa ???
Sya kira perlu diperjelas , karena sekarang kalau satu institusi KEPEPET lalu 
berkelit dngan menamakan OKNUM . Nah gitu nyatanya disaat ini.
Ada oknum Polisi , oknum aparat , oknum DPR , oknum parta dan oknum2 macam 
macam lagi.

terima kasih.

si Abah



 From: "danny.hil...@gmail.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, February 17, 2012 2:00 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
 
Masa sih Pak Himam bilang gitu. Coba ditanya lagi deh.  Ijin diperoleh dari 
Dirjen Purbakala dan diijinkan DisBudpar juga tentunya.
Barusan saya ngobrol dgn  Pak Himam, beliau bilang sekelompok budayawan yang 
protes itu OKNUM katanya... Nah Lo ?


Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-Original Message-
From: "Budi Brahmantyo" 
Date: Fri, 17 Feb 2012 12:41:41 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Memang begitu selentingannya.
Tetapi menurut Kepala Dinas Budpar Cianjur yang saya kenal baik, pak
 Himam
Haris, meyakinkan saya bahwa permohonan izin pengeboran datangnya dari
LIPI.

Nah lho???

BB





> Jelas salah kaprah juga tuh kalau class actionnya dialamatkan ke LIPI,
> sepengetahuan saya LIPI tak terlibat tapi ada "tokoh" LIPI yang yang ikut
> sebagai anggota tim bentukan staf khusus keperidenan tersebut.
>
> 2012/2/17 Ismail 
>
>> **
>> Apakah LIPI terlibat secara institusional , berarti dana nya dari APBN
>> dan
>> tentunya karena ini institusi pemerintah sdh berkoordinasi dg instansi
>> terkait didaerah tsb
>>
>> Persoalan akan lain kalau keterlibatannya bukan secara institusional
>> tapi
>> perorangan dalam Tim tsb
>>
>>
>> Sent by Liamsi's Mobile Phone
>>
 --
>> *From: *"yahdi zaim" 
>> *Date: *Fri, 17 Feb 2012 00:12:00 +
>> *To: *
>> *ReplyTo: *
>> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Pak RDP dan Rekans,
>> Di koran Pikiran Rakyat hari ini di halaman 19 di sudut kanan atas ada
>> berita: "Budayawan Akan Ajukan 'Class Action' ke LIPI" yg berita
>> singkatnya, Class Action tsb akan diajukan ke LIPI berkaitan dengan
>> pemboran Gunung Padang yang dikatakan tanpa ijin.
>> Wah bakal tambah ramai nih...
>> Wslm,
>>
 Zaim
>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>> --
>> *From: *Rovicky Dwi Putrohari 
>> *Date: *Thu, 16 Feb 2012 22:14:23 +0700
>> *To: *e_rid...@yahoo.com; IAGI
>> *ReplyTo: *
>> *Cc: *refere...@yahoogroups.com;
>> alumni_gamais_...@yahoogroups.com
>> *Subject: *[iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Waaa,
>> Kalau skeptis itu memang bawaannya saintist. Sains itu diawali dengan
>> keraguan bukan semangat dan keyakinan. Jadi kalau ada yg sekptis pada
>> sesuatu penemuan bukan berarti ybs menolak. Secara mudah orang skpetis
>> itu
>> baru akan mengikuti atau menyetujui adanya hipotesa baru bila sudah
>> menemukan evidence. Tanpa evidence kok sudah meyakini sebauh penemuan
>> karena ditemukan si anu yg terkenal berarti itu
 taklid buta   Sains
>> ndak mengenal hal taklid seperti itu. Banyak saintis bergelar doktor yg
>> tidak sepaham dengan promotornya  Dan sains itu tidak ada loncatan
>> besar yng datangnya "ujug-ujug mak pluk".
>> Mohon maaf saja  Sains itu jalannya thimik-thimik, bukan berlari
>> kencang. Mirip seperti proses evolusi, pelan tapi pasti.
>>
>> Nah budaya riset yg menurun itu bukan karena skeptis Tapi mungkin
>> pesimistis pada hasil yg akan diperoleh. Saintis murni melakukan
>> penelitian
>> seringkali bukan karena tujuan, tapi karena keing

Re: [iagi-net-l] Gunung Sadahurip : Piramida Alam?

2012-02-17 Thread hsemim
Ternyata saya punya pandangan yang mirip dengan Pak Ben.  Waktu saya nulis, 
saya belum baca tulisan Pak Ben.  He he  Se-idea rupanya!
Cheers,
Habash
Sent via BlackBerry from Maxis

-Original Message-
From: benyamin sembiring 
Date: Thu, 16 Feb 2012 17:33:58 
To: 
Reply-To: 
Subject: [iagi-net-l] Gunung Sadahurip : Piramida Alam?
Gunung Sadahurip : Piramida Alam?



Menyimak diskusi tentang Gunung Sadahurip apakah sebuah piramida buatan
manusia atau gunung bentukan alam sangat menarik. Masing-masing punya
argumentasi nya.

Dari diskusi ini ada beberpa hal yang menjadi ketertarikan saya untuk
mengambil “kesimpulan sementara” tentang perdebatan ini, yaitu :

1.   - Piramida bukan saja harus mengacu kepada piramida besar ,
Giza,  yang
ada di mesir.  Menurut saya pernyataan ini bahwa apabila ada bentukan mirip
piramida bisa saja dikatan piramida walaupun tidak mengikuti aturan
piramida di Mesir

2.  -  Hasil penelitian beberapa ahli geologi bahwa di Gunung Sadahurip
terdapat batuan beku yang berbentuk columnar joint, andesit dll. Sehingga
kelompok ini menapsirkan bahwa Gunung Sadahurip adalah bentukan alam yang
mirip piramida.

3.  -  Ada juga sekelompok ahli geologi yang melakukan penelitian di
Gunung Sadahurip bahwa disana ditemukan sisa sisa/bekas aktivitas manusia
(artefak/ekofak). Bahkan kelompok ini juga melakukan penelitian geofisika
sehingga yakin betul bentukan tersebut berbeda (ada bedanya) dengan
bentukan alam biasa. Kelompok ini meyakini bahwa Gunung Sadahurip adalah
piramida buatan manusia.

Ada banyak bentukan alam yang dipergunakan oleh manusia untuk membangun
suatu tempat beraktivitas, bisa saja itu tempat hunian maupun tempat
pemujaan. Misalnya Gua Gajah di Bali, Gua Selomangleng di Kediri. Paling
tidak kedua tempat itu adalah batuan bentukan alam yang dibangun oleh
manusia untuk keperluan beribadah, mungkin. Namun dilakukan berbabagi
bentukan sehingga tempat itu bukan murni hasil bentukan alam, tapi sudah
ada modifikasi manusia. Nah..bisakah Gunung Sadahurip seperti itu?


Yang ingin saya katakan bahwa ada banyak bentukan alam yang bisa
dipergunakan oleh manusia untuk berbagai keperluannya. Jadi kalau Gunung
Sadahurip yang berbentuk piramida itu dipergunakan oleh manusia untuk
keperluannya dan membangun sesuatu disana adalah hal yang wajar saja.
Apalagi kalau piramida gak harus mengacu kepada bentuk piramida Giza.


Memperhatikan hal di atas apakah tidak mungkin Gunung Sadahurip adalah
gunung bentukan alam, yang kebetulan berbentuk piramida, dimanfaatkan
manusia untuk dijadikan tempat untuk keperluan manusia saat itu. Begitu
cerdasnya manusia saat itu, untuk apa mengangkat batuan sekian banyaknya
untuk buat piramida, toh sudah ada gunung bentukan alam yang bisa
dipergunakan, tinggal memolesnya saja menjadi seperti yang diinginkan. Bisa
saja membangun suatu bangunan di puncak ataupun sisi lain sehingga
diperkirakan beberapa ahli ada sebuah ruangan hasil karya manusia.


Oleh karena itu, jadilah Gunung Sadahurip adalah Piramida Alam.


Terlalu dini memang.


Salam

Benyamin Sembiring



Re: [iagi-net-l] Gunung Sadahurip : Piramida Alam?

2012-02-17 Thread parlaungan . d
Adakah cerita dongeng/legenda rakyat ttg Sadahurip? Biasanya di Indonesia kalau 
ada bentuk alam/batu yang aneh ada dongengnya, misalnya Batu Malinkundang, 
Sangkuriang (Tangkuban Perahu), dll. 
Salam, 
Laung 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: hse...@gmail.com
Date: Fri, 17 Feb 2012 09:14:00 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Gunung Sadahurip : Piramida Alam?
Ternyata saya punya pandangan yang mirip dengan Pak Ben.  Waktu saya nulis, 
saya belum baca tulisan Pak Ben.  He he  Se-idea rupanya!
Cheers,
Habash
Sent via BlackBerry from Maxis

-Original Message-
From: benyamin sembiring 
Date: Thu, 16 Feb 2012 17:33:58 
To: 
Reply-To: 
Subject: [iagi-net-l] Gunung Sadahurip : Piramida Alam?
Gunung Sadahurip : Piramida Alam?



Menyimak diskusi tentang Gunung Sadahurip apakah sebuah piramida buatan
manusia atau gunung bentukan alam sangat menarik. Masing-masing punya
argumentasi nya.

Dari diskusi ini ada beberpa hal yang menjadi ketertarikan saya untuk
mengambil “kesimpulan sementara” tentang perdebatan ini, yaitu :

1.   - Piramida bukan saja harus mengacu kepada piramida besar ,
Giza,  yang
ada di mesir.  Menurut saya pernyataan ini bahwa apabila ada bentukan mirip
piramida bisa saja dikatan piramida walaupun tidak mengikuti aturan
piramida di Mesir

2.  -  Hasil penelitian beberapa ahli geologi bahwa di Gunung Sadahurip
terdapat batuan beku yang berbentuk columnar joint, andesit dll. Sehingga
kelompok ini menapsirkan bahwa Gunung Sadahurip adalah bentukan alam yang
mirip piramida.

3.  -  Ada juga sekelompok ahli geologi yang melakukan penelitian di
Gunung Sadahurip bahwa disana ditemukan sisa sisa/bekas aktivitas manusia
(artefak/ekofak). Bahkan kelompok ini juga melakukan penelitian geofisika
sehingga yakin betul bentukan tersebut berbeda (ada bedanya) dengan
bentukan alam biasa. Kelompok ini meyakini bahwa Gunung Sadahurip adalah
piramida buatan manusia.

Ada banyak bentukan alam yang dipergunakan oleh manusia untuk membangun
suatu tempat beraktivitas, bisa saja itu tempat hunian maupun tempat
pemujaan. Misalnya Gua Gajah di Bali, Gua Selomangleng di Kediri. Paling
tidak kedua tempat itu adalah batuan bentukan alam yang dibangun oleh
manusia untuk keperluan beribadah, mungkin. Namun dilakukan berbabagi
bentukan sehingga tempat itu bukan murni hasil bentukan alam, tapi sudah
ada modifikasi manusia. Nah..bisakah Gunung Sadahurip seperti itu?


Yang ingin saya katakan bahwa ada banyak bentukan alam yang bisa
dipergunakan oleh manusia untuk berbagai keperluannya. Jadi kalau Gunung
Sadahurip yang berbentuk piramida itu dipergunakan oleh manusia untuk
keperluannya dan membangun sesuatu disana adalah hal yang wajar saja.
Apalagi kalau piramida gak harus mengacu kepada bentuk piramida Giza.


Memperhatikan hal di atas apakah tidak mungkin Gunung Sadahurip adalah
gunung bentukan alam, yang kebetulan berbentuk piramida, dimanfaatkan
manusia untuk dijadikan tempat untuk keperluan manusia saat itu. Begitu
cerdasnya manusia saat itu, untuk apa mengangkat batuan sekian banyaknya
untuk buat piramida, toh sudah ada gunung bentukan alam yang bisa
dipergunakan, tinggal memolesnya saja menjadi seperti yang diinginkan. Bisa
saja membangun suatu bangunan di puncak ataupun sisi lain sehingga
diperkirakan beberapa ahli ada sebuah ruangan hasil karya manusia.


Oleh karena itu, jadilah Gunung Sadahurip adalah Piramida Alam.


Terlalu dini memang.


Salam

Benyamin Sembiring



Re: Bls: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia

2012-02-17 Thread ronald . siregar

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Amin Bunyamin 
Date: Fri, 17 Feb 2012 15:00:14 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: Bls: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia


Pak eko yg baik, 

itulah tatanan peradaban dunia yang 'ADIL'
ADIL tidak mesti setarakhan? hehehe

just a joke ojo seurieus :)

3323




 Dari: Eko Prasetyo 
Kepada: iagi-net@iagi.or.id 
Dikirim: Jumat, 17 Februari 2012 12:58
Judul: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
 

Sebuah forum tentang peningkatan SDM, dihadiri orang2 pintar dan bermutu 
tinggi, dengan beberapa orang dari budaya adi luhung penjunjung tinggi 
penerapan HAM, kesetaraan GENDER, RAS, dan AGAMA, 

terjadi diskriminasi honor? 



MUNAFIK!


Re: [iagi-net-l] Gunung Sadahurip : Piramida Alam?

2012-02-17 Thread danny . hilman
Ada. Folklorenya: Massa batuan yang hilang di Lembah Batu Rahong itu dulu 
diambil dan dipindahkan ke G Sadahurip.  Waktu sy tanya gimana caranya? Jawaban 
tetua di sana:"Ah gampil etamah,ngan sapaculeun". :-). Wk wk wk

Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-Original Message-
From: parlaunga...@gmail.com
Date: Fri, 17 Feb 2012 09:16:00 
To: IAGI
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Gunung Sadahurip : Piramida Alam?
Adakah cerita dongeng/legenda rakyat ttg Sadahurip? Biasanya di Indonesia kalau 
ada bentuk alam/batu yang aneh ada dongengnya, misalnya Batu Malinkundang, 
Sangkuriang (Tangkuban Perahu), dll. 
Salam, 
Laung 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: hse...@gmail.com
Date: Fri, 17 Feb 2012 09:14:00 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Gunung Sadahurip : Piramida Alam?
Ternyata saya punya pandangan yang mirip dengan Pak Ben.  Waktu saya nulis, 
saya belum baca tulisan Pak Ben.  He he  Se-idea rupanya!
Cheers,
Habash
Sent via BlackBerry from Maxis

-Original Message-
From: benyamin sembiring 
Date: Thu, 16 Feb 2012 17:33:58 
To: 
Reply-To: 
Subject: [iagi-net-l] Gunung Sadahurip : Piramida Alam?
Gunung Sadahurip : Piramida Alam?



Menyimak diskusi tentang Gunung Sadahurip apakah sebuah piramida buatan
manusia atau gunung bentukan alam sangat menarik. Masing-masing punya
argumentasi nya.

Dari diskusi ini ada beberpa hal yang menjadi ketertarikan saya untuk
mengambil “kesimpulan sementara” tentang perdebatan ini, yaitu :

1.   - Piramida bukan saja harus mengacu kepada piramida besar ,
Giza,  yang
ada di mesir.  Menurut saya pernyataan ini bahwa apabila ada bentukan mirip
piramida bisa saja dikatan piramida walaupun tidak mengikuti aturan
piramida di Mesir

2.  -  Hasil penelitian beberapa ahli geologi bahwa di Gunung Sadahurip
terdapat batuan beku yang berbentuk columnar joint, andesit dll. Sehingga
kelompok ini menapsirkan bahwa Gunung Sadahurip adalah bentukan alam yang
mirip piramida.

3.  -  Ada juga sekelompok ahli geologi yang melakukan penelitian di
Gunung Sadahurip bahwa disana ditemukan sisa sisa/bekas aktivitas manusia
(artefak/ekofak). Bahkan kelompok ini juga melakukan penelitian geofisika
sehingga yakin betul bentukan tersebut berbeda (ada bedanya) dengan
bentukan alam biasa. Kelompok ini meyakini bahwa Gunung Sadahurip adalah
piramida buatan manusia.

Ada banyak bentukan alam yang dipergunakan oleh manusia untuk membangun
suatu tempat beraktivitas, bisa saja itu tempat hunian maupun tempat
pemujaan. Misalnya Gua Gajah di Bali, Gua Selomangleng di Kediri. Paling
tidak kedua tempat itu adalah batuan bentukan alam yang dibangun oleh
manusia untuk keperluan beribadah, mungkin. Namun dilakukan berbabagi
bentukan sehingga tempat itu bukan murni hasil bentukan alam, tapi sudah
ada modifikasi manusia. Nah..bisakah Gunung Sadahurip seperti itu?


Yang ingin saya katakan bahwa ada banyak bentukan alam yang bisa
dipergunakan oleh manusia untuk berbagai keperluannya. Jadi kalau Gunung
Sadahurip yang berbentuk piramida itu dipergunakan oleh manusia untuk
keperluannya dan membangun sesuatu disana adalah hal yang wajar saja.
Apalagi kalau piramida gak harus mengacu kepada bentuk piramida Giza.


Memperhatikan hal di atas apakah tidak mungkin Gunung Sadahurip adalah
gunung bentukan alam, yang kebetulan berbentuk piramida, dimanfaatkan
manusia untuk dijadikan tempat untuk keperluan manusia saat itu. Begitu
cerdasnya manusia saat itu, untuk apa mengangkat batuan sekian banyaknya
untuk buat piramida, toh sudah ada gunung bentukan alam yang bisa
dipergunakan, tinggal memolesnya saja menjadi seperti yang diinginkan. Bisa
saja membangun suatu bangunan di puncak ataupun sisi lain sehingga
diperkirakan beberapa ahli ada sebuah ruangan hasil karya manusia.


Oleh karena itu, jadilah Gunung Sadahurip adalah Piramida Alam.


Terlalu dini memang.


Salam

Benyamin Sembiring



Re: [iagi-net-l] Gunung Sadahurip : Piramida Alam?

2012-02-17 Thread hsemim
Have a nice week-end dan selamat memacul!  Sampurasun Akang, mulih heula ah, 
parantos wengi!
Sent via BlackBerry from Maxis

-Original Message-
From: danny.hil...@gmail.com
Date: Fri, 17 Feb 2012 09:33:42 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Gunung Sadahurip : Piramida Alam?
Ada. Folklorenya: Massa batuan yang hilang di Lembah Batu Rahong itu dulu 
diambil dan dipindahkan ke G Sadahurip.  Waktu sy tanya gimana caranya? Jawaban 
tetua di sana:"Ah gampil etamah,ngan sapaculeun". :-). Wk wk wk

Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-Original Message-
From: parlaunga...@gmail.com
Date: Fri, 17 Feb 2012 09:16:00 
To: IAGI
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Gunung Sadahurip : Piramida Alam?
Adakah cerita dongeng/legenda rakyat ttg Sadahurip? Biasanya di Indonesia kalau 
ada bentuk alam/batu yang aneh ada dongengnya, misalnya Batu Malinkundang, 
Sangkuriang (Tangkuban Perahu), dll. 
Salam, 
Laung 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: hse...@gmail.com
Date: Fri, 17 Feb 2012 09:14:00 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Gunung Sadahurip : Piramida Alam?
Ternyata saya punya pandangan yang mirip dengan Pak Ben.  Waktu saya nulis, 
saya belum baca tulisan Pak Ben.  He he  Se-idea rupanya!
Cheers,
Habash
Sent via BlackBerry from Maxis

-Original Message-
From: benyamin sembiring 
Date: Thu, 16 Feb 2012 17:33:58 
To: 
Reply-To: 
Subject: [iagi-net-l] Gunung Sadahurip : Piramida Alam?
Gunung Sadahurip : Piramida Alam?



Menyimak diskusi tentang Gunung Sadahurip apakah sebuah piramida buatan
manusia atau gunung bentukan alam sangat menarik. Masing-masing punya
argumentasi nya.

Dari diskusi ini ada beberpa hal yang menjadi ketertarikan saya untuk
mengambil “kesimpulan sementara” tentang perdebatan ini, yaitu :

1.   - Piramida bukan saja harus mengacu kepada piramida besar ,
Giza,  yang
ada di mesir.  Menurut saya pernyataan ini bahwa apabila ada bentukan mirip
piramida bisa saja dikatan piramida walaupun tidak mengikuti aturan
piramida di Mesir

2.  -  Hasil penelitian beberapa ahli geologi bahwa di Gunung Sadahurip
terdapat batuan beku yang berbentuk columnar joint, andesit dll. Sehingga
kelompok ini menapsirkan bahwa Gunung Sadahurip adalah bentukan alam yang
mirip piramida.

3.  -  Ada juga sekelompok ahli geologi yang melakukan penelitian di
Gunung Sadahurip bahwa disana ditemukan sisa sisa/bekas aktivitas manusia
(artefak/ekofak). Bahkan kelompok ini juga melakukan penelitian geofisika
sehingga yakin betul bentukan tersebut berbeda (ada bedanya) dengan
bentukan alam biasa. Kelompok ini meyakini bahwa Gunung Sadahurip adalah
piramida buatan manusia.

Ada banyak bentukan alam yang dipergunakan oleh manusia untuk membangun
suatu tempat beraktivitas, bisa saja itu tempat hunian maupun tempat
pemujaan. Misalnya Gua Gajah di Bali, Gua Selomangleng di Kediri. Paling
tidak kedua tempat itu adalah batuan bentukan alam yang dibangun oleh
manusia untuk keperluan beribadah, mungkin. Namun dilakukan berbabagi
bentukan sehingga tempat itu bukan murni hasil bentukan alam, tapi sudah
ada modifikasi manusia. Nah..bisakah Gunung Sadahurip seperti itu?


Yang ingin saya katakan bahwa ada banyak bentukan alam yang bisa
dipergunakan oleh manusia untuk berbagai keperluannya. Jadi kalau Gunung
Sadahurip yang berbentuk piramida itu dipergunakan oleh manusia untuk
keperluannya dan membangun sesuatu disana adalah hal yang wajar saja.
Apalagi kalau piramida gak harus mengacu kepada bentuk piramida Giza.


Memperhatikan hal di atas apakah tidak mungkin Gunung Sadahurip adalah
gunung bentukan alam, yang kebetulan berbentuk piramida, dimanfaatkan
manusia untuk dijadikan tempat untuk keperluan manusia saat itu. Begitu
cerdasnya manusia saat itu, untuk apa mengangkat batuan sekian banyaknya
untuk buat piramida, toh sudah ada gunung bentukan alam yang bisa
dipergunakan, tinggal memolesnya saja menjadi seperti yang diinginkan. Bisa
saja membangun suatu bangunan di puncak ataupun sisi lain sehingga
diperkirakan beberapa ahli ada sebuah ruangan hasil karya manusia.


Oleh karena itu, jadilah Gunung Sadahurip adalah Piramida Alam.


Terlalu dini memang.


Salam

Benyamin Sembiring



Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI

2012-02-17 Thread Bandono Salim
Hehehe biasa to nas, kalo gak cocok yaa sebut saja oknum, biasa birokrat.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: danny.hil...@gmail.com
Date: Fri, 17 Feb 2012 07:00:07 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Masa sih Pak Himam bilang gitu. Coba ditanya lagi deh.  Ijin diperoleh dari 
Dirjen Purbakala dan diijinkan DisBudpar juga tentunya.
Barusan saya ngobrol dgn  Pak Himam, beliau bilang sekelompok budayawan yang 
protes itu OKNUM katanya... Nah Lo ?


Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-Original Message-
From: "Budi Brahmantyo" 
Date: Fri, 17 Feb 2012 12:41:41 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Memang begitu selentingannya.
Tetapi menurut Kepala Dinas Budpar Cianjur yang saya kenal baik, pak Himam
Haris, meyakinkan saya bahwa permohonan izin pengeboran datangnya dari
LIPI.

Nah lho???

BB





> Jelas salah kaprah juga tuh kalau class actionnya dialamatkan ke LIPI,
> sepengetahuan saya LIPI tak terlibat tapi ada "tokoh" LIPI yang yang ikut
> sebagai anggota tim bentukan staf khusus keperidenan tersebut.
>
> 2012/2/17 Ismail 
>
>> **
>> Apakah LIPI terlibat secara institusional , berarti dana nya dari APBN
>> dan
>> tentunya karena ini institusi pemerintah sdh berkoordinasi dg instansi
>> terkait didaerah tsb
>>
>> Persoalan akan lain kalau keterlibatannya bukan secara institusional
>> tapi
>> perorangan dalam Tim tsb
>>
>>
>> Sent by Liamsi's Mobile Phone
>> --
>> *From: *"yahdi zaim" 
>> *Date: *Fri, 17 Feb 2012 00:12:00 +
>> *To: *
>> *ReplyTo: *
>> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Pak RDP dan Rekans,
>> Di koran Pikiran Rakyat hari ini di halaman 19 di sudut kanan atas ada
>> berita: "Budayawan Akan Ajukan 'Class Action' ke LIPI" yg berita
>> singkatnya, Class Action tsb akan diajukan ke LIPI berkaitan dengan
>> pemboran Gunung Padang yang dikatakan tanpa ijin.
>> Wah bakal tambah ramai nih...
>> Wslm,
>> Zaim
>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>> --
>> *From: *Rovicky Dwi Putrohari 
>> *Date: *Thu, 16 Feb 2012 22:14:23 +0700
>> *To: *e_rid...@yahoo.com; IAGI
>> *ReplyTo: *
>> *Cc: *refere...@yahoogroups.com;
>> alumni_gamais_...@yahoogroups.com
>> *Subject: *[iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Waaa,
>> Kalau skeptis itu memang bawaannya saintist. Sains itu diawali dengan
>> keraguan bukan semangat dan keyakinan. Jadi kalau ada yg sekptis pada
>> sesuatu penemuan bukan berarti ybs menolak. Secara mudah orang skpetis
>> itu
>> baru akan mengikuti atau menyetujui adanya hipotesa baru bila sudah
>> menemukan evidence. Tanpa evidence kok sudah meyakini sebauh penemuan
>> karena ditemukan si anu yg terkenal berarti itu taklid buta   Sains
>> ndak mengenal hal taklid seperti itu. Banyak saintis bergelar doktor yg
>> tidak sepaham dengan promotornya  Dan sains itu tidak ada loncatan
>> besar yng datangnya "ujug-ujug mak pluk".
>> Mohon maaf saja  Sains itu jalannya thimik-thimik, bukan berlari
>> kencang. Mirip seperti proses evolusi, pelan tapi pasti.
>>
>> Nah budaya riset yg menurun itu bukan karena skeptis Tapi mungkin
>> pesimistis pada hasil yg akan diperoleh. Saintis murni melakukan
>> penelitian
>> seringkali bukan karena tujuan, tapi karena keingintahuan. Ketiadaan
>> rasa
>> ingin tahu bukan berarti pesimis atau skeptis loo. Bisa saja tidak
>> menarik
>> karema kemasan atau pengungkapan yang rumit.
>>
>> Yang penting menurut saya, seorang peneliti sejati seringkali tidak
>> memperdulikan dampak dari temuannya ... Sikapnya adalah "persistent"
>> dalam
>> bahasa mudahnya "tekun" dalam melakukan riset. Jangan membayangkan atau
>> memikirkan hasilnya akan menggelegar. Kebanyakan penemuan besar didunia
>> tidak disadari oleh penemunya. Jadi kalau anda telah menemukan sesuatu,
>> jangan punya harapan anda akan mendapatkan hasilnya secara instant. No.
>> No
>>  Bukan seperti itu "reward" atau penghargaan yang diperoleh oleh
>> seorang penemu sejati. Ketika nanti manusia menyadari, barulah "nama"
>> anda
>> akan dikenal dan "dikenang". Syukur-syukur didoakan, ilmu yg bermanfaat
>> adalah sebuah amal jariah.
>>
>> Kalau anda menemukan sesuatu ikhlas saja dengan apa yg ditemukan. Memang
>> kalau diamati, hanya penemuan yg berlanjut yang bermanfaat. Jadi satu
>> hal
>> lain yang penting adalah sikap dari si peneliti ketika menemukan hasil
>> risetnya. Sikap "low profile", lembah manah, sopan, membuat orang
>> memberikan apresiasi atas penemuan dan kalau diteruskan maka penemuan
>> itu
>> menjadi sebuah ilmu yg bermanfaat. Yang seperti ditulis diatas, menjadi
>> amal jariah.
>>
>> So,
>> Kalau anda merasa menemukan sesuatu, uNgkapkan saja apa adanya
>> sejujurnya.
>> Duniapun Sekarang tahu bahwa bukan Darwin yg menemukan teori evolusi,
>> dia
>> Hanyalah mengembangkan dan menuliskan, namun saat ini s

Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI

2012-02-17 Thread Bandono Salim
Abah, setau saya, ngebor kecuali di rumah sendiri kalee harus ada ijin, paling 
tidak pemberitahuan ke warga sekitar, dan ada pernyataan tidak keberatan, 
hahaha kayak bikin rumah.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Yanto R. Sumantri" 
Date: Fri, 17 Feb 2012 00:00:15 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Rekan

Saya ingin tanya , apakah untuk melakukan pemborn dengan peralatan kecil 
seperti itu ada prosedur nya ?
Bgmn prsedurnya ? Siapa yang berwenang ? PemDa Kab /Prop/Kemenetrian ?


Kalau classtion itu benar kejadian  , saya bayangkan generasi ilmuwan sekarang 
akan ditertawakan oleh anak/cucu kita kali ya .
Mun ceuk basa Sunda mah " Ngarebutkeun pepesan kosong " (Naon basa Madura - na 
pak Miko ?)

si Abah



 From: Budi Brahmantyo 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, February 17, 2012 7:41 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
 
Memang begitu selentingannya.
Tetapi menurut Kepala Dinas Budpar Cianjur yang saya kenal baik, pak Himam
Haris, meyakinkan saya bahwa permohonan izin pengeboran datangnya dari
LIPI.

Nah lho???

BB





> Jelas salah kaprah juga tuh kalau class actionnya dialamatkan ke LIPI,
> sepengetahuan saya LIPI tak terlibat tapi ada "tokoh" LIPI yang yang ikut
> sebagai anggota tim bentukan staf khusus keperidenan tersebut.
>
> 2012/2/17 Ismail 
>
>> **
>> Apakah LIPI terlibat secara institusional , berarti dana nya dari APBN
>> dan
>> tentunya karena ini institusi pemerintah sdh berkoordinasi dg instansi
>> terkait didaerah tsb
>>
>> Persoalan akan lain kalau keterlibatannya bukan secara institusional
>> tapi
>> perorangan dalam Tim tsb
>>
>>
>> Sent by Liamsi's Mobile Phone
>> --
>> *From: *"yahdi zaim" 
>> *Date: *Fri, 17 Feb 2012 00:12:00 +
>> *To: *
>> *ReplyTo: *
>> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Pak RDP dan Rekans,
>> Di koran Pikiran Rakyat hari ini di halaman 19 di sudut kanan atas ada
>> berita: "Budayawan Akan Ajukan 'Class Action' ke LIPI" yg berita
>> singkatnya, Class Action tsb akan diajukan ke LIPI berkaitan dengan
>> pemboran Gunung Padang yang dikatakan tanpa ijin.
>> Wah bakal tambah ramai nih...
>> Wslm,
>> Zaim
>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>> --
>> *From: *Rovicky Dwi Putrohari 
>> *Date: *Thu, 16 Feb 2012 22:14:23 +0700
>> *To: *e_rid...@yahoo.com; IAGI
>> *ReplyTo: *
>> *Cc: *refere...@yahoogroups.com;
>> alumni_gamais_...@yahoogroups.com
>> *Subject: *[iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Waaa,
>> Kalau skeptis itu memang bawaannya saintist. Sains itu diawali dengan
>> keraguan bukan semangat dan keyakinan. Jadi kalau ada yg sekptis pada
>> sesuatu penemuan bukan berarti ybs menolak. Secara mudah orang skpetis
>> itu
>> baru akan mengikuti atau menyetujui adanya hipotesa baru bila sudah
>> menemukan evidence. Tanpa evidence kok sudah meyakini sebauh penemuan
>> karena ditemukan si anu yg terkenal berarti itu taklid buta   Sains
>> ndak mengenal hal taklid seperti itu. Banyak saintis bergelar doktor yg
>> tidak sepaham dengan promotornya  Dan sains itu tidak ada loncatan
>> besar yng datangnya "ujug-ujug mak pluk".
>> Mohon maaf saja  Sains itu jalannya thimik-thimik, bukan berlari
>> kencang. Mirip seperti proses evolusi, pelan tapi pasti.
>>
>> Nah budaya riset yg menurun itu bukan karena skeptis Tapi mungkin
>> pesimistis pada hasil yg akan diperoleh. Saintis murni melakukan
>> penelitian
>> seringkali bukan karena tujuan, tapi karena keingintahuan. Ketiadaan
>> rasa
>> ingin tahu bukan berarti pesimis atau skeptis loo. Bisa saja tidak
>> menarik
>> karema kemasan atau pengungkapan yang rumit.
>>
>> Yang penting menurut saya, seorang peneliti sejati seringkali tidak
>> memperdulikan dampak dari temuannya ... Sikapnya adalah "persistent"
>> dalam
>> bahasa mudahnya "tekun" dalam melakukan riset. Jangan membayangkan atau
>> memikirkan hasilnya akan menggelegar. Kebanyakan penemuan besar didunia
>> tidak disadari oleh penemunya. Jadi kalau anda telah menemukan sesuatu,
>> jangan punya harapan anda akan mendapatkan hasilnya secara instant. No.
>> No
>>  Bukan seperti itu "reward" atau penghargaan yang diperoleh oleh
>> seorang penemu sejati. Ketika nanti manusia menyadari, barulah "nama"
>> anda
>> akan dikenal dan "dikenang". Syukur-syukur didoakan, ilmu yg bermanfaat
>> adalah sebuah amal jariah.
>>
>> Kalau anda menemukan sesuatu ikhlas saja dengan apa yg ditemukan. Memang
>> kalau diamati, hanya penemuan yg berlanjut yang bermanfaat. Jadi satu
>> hal
>> lain yang penting adalah sikap dari si peneliti ketika menemukan hasil
>> risetnya. Sikap "low profile", lembah manah, sopan, membuat orang
>> memberikan apresiasi atas penemuan dan kalau diteruskan maka penemuan
>> itu
>> menjadi sebuah ilmu yg bermanfaat. Yang seperti ditulis diatas, menjadi
>> amal jariah.
>>

Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI

2012-02-17 Thread Bandono Salim
Mnrt koran pr, itu kuncennya dan petinggi kampung pada ikut protes.
Tapi siapa sih berani protes ke presiden?
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Yanto R. Sumantri" 
Date: Fri, 17 Feb 2012 00:45:16 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Oh gitu ya Danny , syukurlah , jadi si Abah suudon.
Jadi tambah banyak ya pengunjungnya ! Iya tuh saya juga jadi pengen nengok 
gunung Padang.
Nuhun infona 

Saya berpendapat bahwa diskusi mengenai Gn Padang , Sadahurip dan pyramide 
merupakan hal yang memberikan  dampak positip  "awareness" masyarakat  terhadap 
ilmu pengetahuan

Berbeda pendapat kan biasa dalam ilmu ..pengetahuan.

si Abah




 From: "danny.hil...@gmail.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, February 17, 2012 3:33 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
 

Engga ada yang kepepet pak. Biasa2 aja. Intinya Kata KaDisBudpar yang protes 
itu tidak merepresentasikan. Kaum budayawan Garut tapi pemikiran satu atau 
beberapa orang saja.  Perkara itu mau disebut Oknum atau bukan ya engga 
masalah... Yg jelas Pihak aparat setempat juga masyarakat di sekitar G Padang 
tidak ada yg protes.  Malah sangat senang pak.  Bayangkan, yg tadinya 
pengunjung hanya sedikit sekarang bisa 1000 sehari.  Jalan juga katanya mau 
dibagusin dsb dll.
Gitu Pak. 



Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI


From:  "Yanto R. Sumantri"  
Date: Fri, 17 Feb 2012 00:04:05 -0800 (PST)
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:   
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI

Danny

Oknum apa ???
Sya kira perlu diperjelas , karena sekarang kalau satu institusi KEPEPET lalu 
berkelit dngan menamakan OKNUM . Nah gitu nyatanya disaat ini.
Ada oknum Polisi , oknum aparat , oknum DPR , oknum parta dan oknum2 macam 
macam lagi.

terima kasih.

si Abah



 From: "danny.hil...@gmail.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, February 17, 2012 2:00 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
 
Masa sih Pak Himam bilang gitu. Coba ditanya lagi deh.  Ijin diperoleh dari 
Dirjen Purbakala dan diijinkan DisBudpar juga tentunya.
Barusan saya ngobrol dgn  Pak Himam, beliau bilang sekelompok budayawan yang 
protes itu OKNUM katanya... Nah Lo ?


Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-Original Message-
From: "Budi Brahmantyo" 
Date: Fri, 17 Feb 2012 12:41:41 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Memang begitu selentingannya.
Tetapi menurut Kepala Dinas Budpar Cianjur yang saya kenal baik, pak
 Himam
Haris, meyakinkan saya bahwa permohonan izin pengeboran datangnya dari
LIPI.

Nah lho???

BB





> Jelas salah kaprah juga tuh kalau class actionnya dialamatkan ke LIPI,
> sepengetahuan saya LIPI tak terlibat tapi ada "tokoh" LIPI yang yang ikut
> sebagai anggota tim bentukan staf khusus keperidenan tersebut.
>
> 2012/2/17 Ismail 
>
>> **
>> Apakah LIPI terlibat secara institusional , berarti dana nya dari APBN
>> dan
>> tentunya karena ini institusi pemerintah sdh berkoordinasi dg instansi
>> terkait didaerah tsb
>>
>> Persoalan akan lain kalau keterlibatannya bukan secara institusional
>> tapi
>> perorangan dalam Tim tsb
>>
>>
>> Sent by Liamsi's Mobile Phone
>>
 --
>> *From: *"yahdi zaim" 
>> *Date: *Fri, 17 Feb 2012 00:12:00 +
>> *To: *
>> *ReplyTo: *
>> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Pak RDP dan Rekans,
>> Di koran Pikiran Rakyat hari ini di halaman 19 di sudut kanan atas ada
>> berita: "Budayawan Akan Ajukan 'Class Action' ke LIPI" yg berita
>> singkatnya, Class Action tsb akan diajukan ke LIPI berkaitan dengan
>> pemboran Gunung Padang yang dikatakan tanpa ijin.
>> Wah bakal tambah ramai nih...
>> Wslm,
>>
 Zaim
>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>> --
>> *From: *Rovicky Dwi Putrohari 
>> *Date: *Thu, 16 Feb 2012 22:14:23 +0700
>> *To: *e_rid...@yahoo.com; IAGI
>> *ReplyTo: *
>> *Cc: *refere...@yahoogroups.com;
>> alumni_gamais_...@yahoogroups.com
>> *Subject: *[iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Waaa,
>> Kalau skeptis itu memang bawaannya saintist. Sains itu diawali dengan
>> keraguan bukan semangat dan keyakinan. Jadi kalau ada yg sekptis pada
>> sesuatu penemuan bukan berarti ybs menolak. Secara mudah orang skpetis
>> itu
>> baru akan mengikuti atau menyetujui adanya hipotesa baru bila sudah
>> menemukan evidence. Tanpa evidence kok sudah meyakini sebauh penemuan
>> karena ditemukan si anu yg terkenal berarti itu
 taklid buta   Sains
>> ndak mengenal hal taklid seperti itu. Banyak saintis bergelar doktor yg
>> tidak sepaham dengan promotornya  Dan sains itu tidak ada loncatan
>> besar yng datangnya "ujug-ujug mak pluk".
>> Moho

Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI

2012-02-17 Thread Bandono Salim
Hehehe itu namanya cari enak, kesana ia kesini ok.
Sdh biasa, nggak perlu heran, 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: danny.hil...@gmail.com
Date: Fri, 17 Feb 2012 07:00:07 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Masa sih Pak Himam bilang gitu. Coba ditanya lagi deh.  Ijin diperoleh dari 
Dirjen Purbakala dan diijinkan DisBudpar juga tentunya.
Barusan saya ngobrol dgn  Pak Himam, beliau bilang sekelompok budayawan yang 
protes itu OKNUM katanya... Nah Lo ?


Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-Original Message-
From: "Budi Brahmantyo" 
Date: Fri, 17 Feb 2012 12:41:41 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Memang begitu selentingannya.
Tetapi menurut Kepala Dinas Budpar Cianjur yang saya kenal baik, pak Himam
Haris, meyakinkan saya bahwa permohonan izin pengeboran datangnya dari
LIPI.

Nah lho???

BB





> Jelas salah kaprah juga tuh kalau class actionnya dialamatkan ke LIPI,
> sepengetahuan saya LIPI tak terlibat tapi ada "tokoh" LIPI yang yang ikut
> sebagai anggota tim bentukan staf khusus keperidenan tersebut.
>
> 2012/2/17 Ismail 
>
>> **
>> Apakah LIPI terlibat secara institusional , berarti dana nya dari APBN
>> dan
>> tentunya karena ini institusi pemerintah sdh berkoordinasi dg instansi
>> terkait didaerah tsb
>>
>> Persoalan akan lain kalau keterlibatannya bukan secara institusional
>> tapi
>> perorangan dalam Tim tsb
>>
>>
>> Sent by Liamsi's Mobile Phone
>> --
>> *From: *"yahdi zaim" 
>> *Date: *Fri, 17 Feb 2012 00:12:00 +
>> *To: *
>> *ReplyTo: *
>> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Pak RDP dan Rekans,
>> Di koran Pikiran Rakyat hari ini di halaman 19 di sudut kanan atas ada
>> berita: "Budayawan Akan Ajukan 'Class Action' ke LIPI" yg berita
>> singkatnya, Class Action tsb akan diajukan ke LIPI berkaitan dengan
>> pemboran Gunung Padang yang dikatakan tanpa ijin.
>> Wah bakal tambah ramai nih...
>> Wslm,
>> Zaim
>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>> --
>> *From: *Rovicky Dwi Putrohari 
>> *Date: *Thu, 16 Feb 2012 22:14:23 +0700
>> *To: *e_rid...@yahoo.com; IAGI
>> *ReplyTo: *
>> *Cc: *refere...@yahoogroups.com;
>> alumni_gamais_...@yahoogroups.com
>> *Subject: *[iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Waaa,
>> Kalau skeptis itu memang bawaannya saintist. Sains itu diawali dengan
>> keraguan bukan semangat dan keyakinan. Jadi kalau ada yg sekptis pada
>> sesuatu penemuan bukan berarti ybs menolak. Secara mudah orang skpetis
>> itu
>> baru akan mengikuti atau menyetujui adanya hipotesa baru bila sudah
>> menemukan evidence. Tanpa evidence kok sudah meyakini sebauh penemuan
>> karena ditemukan si anu yg terkenal berarti itu taklid buta   Sains
>> ndak mengenal hal taklid seperti itu. Banyak saintis bergelar doktor yg
>> tidak sepaham dengan promotornya  Dan sains itu tidak ada loncatan
>> besar yng datangnya "ujug-ujug mak pluk".
>> Mohon maaf saja  Sains itu jalannya thimik-thimik, bukan berlari
>> kencang. Mirip seperti proses evolusi, pelan tapi pasti.
>>
>> Nah budaya riset yg menurun itu bukan karena skeptis Tapi mungkin
>> pesimistis pada hasil yg akan diperoleh. Saintis murni melakukan
>> penelitian
>> seringkali bukan karena tujuan, tapi karena keingintahuan. Ketiadaan
>> rasa
>> ingin tahu bukan berarti pesimis atau skeptis loo. Bisa saja tidak
>> menarik
>> karema kemasan atau pengungkapan yang rumit.
>>
>> Yang penting menurut saya, seorang peneliti sejati seringkali tidak
>> memperdulikan dampak dari temuannya ... Sikapnya adalah "persistent"
>> dalam
>> bahasa mudahnya "tekun" dalam melakukan riset. Jangan membayangkan atau
>> memikirkan hasilnya akan menggelegar. Kebanyakan penemuan besar didunia
>> tidak disadari oleh penemunya. Jadi kalau anda telah menemukan sesuatu,
>> jangan punya harapan anda akan mendapatkan hasilnya secara instant. No.
>> No
>>  Bukan seperti itu "reward" atau penghargaan yang diperoleh oleh
>> seorang penemu sejati. Ketika nanti manusia menyadari, barulah "nama"
>> anda
>> akan dikenal dan "dikenang". Syukur-syukur didoakan, ilmu yg bermanfaat
>> adalah sebuah amal jariah.
>>
>> Kalau anda menemukan sesuatu ikhlas saja dengan apa yg ditemukan. Memang
>> kalau diamati, hanya penemuan yg berlanjut yang bermanfaat. Jadi satu
>> hal
>> lain yang penting adalah sikap dari si peneliti ketika menemukan hasil
>> risetnya. Sikap "low profile", lembah manah, sopan, membuat orang
>> memberikan apresiasi atas penemuan dan kalau diteruskan maka penemuan
>> itu
>> menjadi sebuah ilmu yg bermanfaat. Yang seperti ditulis diatas, menjadi
>> amal jariah.
>>
>> So,
>> Kalau anda merasa menemukan sesuatu, uNgkapkan saja apa adanya
>> sejujurnya.
>> Duniapun Sekarang tahu bahwa bukan Darwin yg menemukan teori evolusi,
>> dia
>> Hanyalah mengembangkan dan menuliskan, namun sa

Re: [iagi-net-l] Fwd: Laporan Lengkap Tim Katastropik Purba

2012-02-17 Thread bosman batubara
Ah... tampilan laporan lengkapnya enggak menarik. Tadinya aku pikir attachment 
PDF yang dilay-out bagus, ada ilustrasi, foto2 dan caption yang menarik, 
ternyata cuma body text yang benar2 bikin malas baca. Kok tim yang bekerja di 
bawah koordinasi Stap Khusus Presiden "Laporan Lengkap"-nya enggak menarik ya? 

 
tabik
bosman batubara 



 From: Rovicky Dwi Putrohari 
To: IAGI ; geologi...@googlegroups.com 
Sent: Friday, February 17, 2012 1:09 AM
Subject: [iagi-net-l] Fwd: Laporan Lengkap Tim Katastropik Purba
 

FYI


-- Forwarded message --
From: e_ridzky 
Date: 2012/2/16
Subject: Laporan Lengkap Tim Katastropik Purba
To: Ketua IAGI - Rovicky 



*Tujuan tim tidak mencari piramid*


Laporan Lengkap Tim Katastropik Purba

Bermula meneliti data kebencanaan di masa silam, Tim Katastropik Purba menguak 
peradaban di masa silam yang musnah.

Tim Katastropik Purba bentukan Staf Khusus Presiden telah merampungkan riset 
awal. Tim ini meneliti apakah ada keterkaitan antara kejadian bencana di masa 
silam dengan peradaban masa lalu untuk dibandingkan di masa kini. Tim ini 
terdiri dari DR. Danny Hilman, DR. Andang Bachtiar, DR. Budianto 'Didit' 
Oentowirjo, DR. Wahyu Triyoso, DR. Irwan Meilano, DR. Hamzah Latief, Ir. Wisnu 
Ariestika dan Ir. Juniardi. 

Pada awalnya tim ini menjadikan objek utama riset melalui data kebencanaan dan 
anomali Gunung Sadahurip dan beberapa situs yang terkubur karena diduga kuat 
karena bencana. Dengan segala kehati-hatian, serta pengujian alat/teknologi 
yang digunakan, maka tim juga mengembangkan riset di beberapa tempat lain 
seperti Banda Aceh, Trowulan dan situs megalitikum Gunung Padang.

Karena di Gunung Padang hasil uji teknologi menunjukkan kemiripan dengan Gunung 
Sadahurip, maka tim memutuskan untuk terlebih dahulu melakukan tahap pengeboran 
untuk membuktikan uji teknologi. Hasilnya ternyata membuktikan bahwa ada 
kesesuaian antara uji teknologi dan hasil pengeboran. 

Di Gunung Padang tim menemukan bangunan yang terpendam berupa man made 
structures. Hasil yang didapat di Gunung Padang sekaligus mengalibrasi obyek 
riset utama yaitu Gunung Sadahurip yang direncanakan pengeborannya dilakukan 
pada bulan Maret ini. 

Laporan Riset Gunung Padang

1. Dari analisis morfologi Gunung Padang jelas memperlihatkan Gunung Padang 
seperti sebuah gundukan besar di kaki sebuah punggungan dari Gunung Karuhun 
(perbukitan tinggi di selatan Gunung Padang). Artinya, interpretasi geologi 
yang paling mungkin adalah gunung api purba atau intrusi batuan beku. Tapi 
apakah demikian? Dari hasil survei lintasan Geolistrik (memakai SuperSting R8) 
tidak mendukung interpretasi geologi ini. 

Ada beberapa lintasan geolistrik yang dibuat: Dua lintasan dengan spasing 
elektroda 3m dan 8m untuk penampang Utara-Selatan, tiga lintasan dengan spasing 
elektroda 1m, 4m, 10m untuk penampang Barat-Timur (catatan: spasing elektroda 
3m dengan jumlah electrode 112 depth of penetrationnya ~ 60m, yang 8m sampai 
200 m-an). Singkatnya, data geolistrik tidak memperlihatkan struktur intrusi 
magma, volcanic plug ataupun gunung purba, melainkan satu geometri yang sangat 
unik dan sepertinya tidak alamiah. Inti gambaran subsurface Gunung Padang. Dari 
atas 0 - ~20m adalah lapisan horizontal dengan resistivity ratusan Ohm-meters.

Di bawah itu ada lapisan dengan resistivity ribuan Ohm-meters (warna merah) 
dengan tebal sekitar 20-30meter, miring ke Utara tapi anehnya bagian atas 
lapisan miring ini seperti "terpancung rata" (di kedalaman 20 meteran itu) dan 
membaji pas di ujung selatan Situs. Ini mengindikasikan bahwa dari depth 20 
meter ke atas adalah man-made structures. Lapisan merah diduga adalah batuan 
keras massif - batuan andesit-basalt. Di bawah lapisan merah adalah lapisan 
batuan yang low-resistivity - kemungkinan berpori dan ber-air. 

Tapi yang unik adalah adanya bentukan biru besar membulat di bawah situs yang 
sangat rendah resistivitasnya (mendekati 1 atau true conductor). Keunikan tidak 
berhenti di situ, di bawah si biru bulat itu ada lapisan dengan resistivitas 
tinggi (merah) - batuan keras yang berbentuk seperti cekungan atau "cawan 
raksasa" yang posisinya kira-kira sekitar 100 meter dari puncak atau sedikit di 
bawah level tempat parkir di permulaan tangga untuk naik ke situs. Penampakan 
cawan ini sangat konsisten terlihat di lintasan Utara-Selatan dan Barat-Timur. 
Sama sekali tidak terlihat ada indikasi "feeding dukes" atau leher intrusi di 
Penampang geolistrik.

Dugaan lapisan 20 meter ke bawah dari atas situs adalah man-made structures 
ditunjang oleh survei GPR di atas Situs. survei GPR dilakukan berbagai lintasan 
di semua Teras 1-5 dengan memakai antenna MLF 40 MHz dari SIR-20 GSSI yang 
dapat menembus kedalaman sampai sekitar 25-30 meteran. Dari survei GPR terlihat 
ada bidang very high reflector di kedalaman sekitar 3-5 meter dari permukaan di 
semua teras. Bidang ini sangat horizontal dan juga membentuk undak-undak 
seperti situs di

Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI

2012-02-17 Thread danny . hilman
Wartawan PR-nya lagi mabuk cendol kali pak.  Awas ketularan :-) 

Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-Original Message-
From: "Bandono Salim" 
Date: Fri, 17 Feb 2012 12:50:25 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Mnrt koran pr, itu kuncennya dan petinggi kampung pada ikut protes.
Tapi siapa sih berani protes ke presiden?
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Yanto R. Sumantri" 
Date: Fri, 17 Feb 2012 00:45:16 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Oh gitu ya Danny , syukurlah , jadi si Abah suudon.
Jadi tambah banyak ya pengunjungnya ! Iya tuh saya juga jadi pengen nengok 
gunung Padang.
Nuhun infona 

Saya berpendapat bahwa diskusi mengenai Gn Padang , Sadahurip dan pyramide 
merupakan hal yang memberikan  dampak positip  "awareness" masyarakat  terhadap 
ilmu pengetahuan

Berbeda pendapat kan biasa dalam ilmu ..pengetahuan.

si Abah




 From: "danny.hil...@gmail.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, February 17, 2012 3:33 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
 

Engga ada yang kepepet pak. Biasa2 aja. Intinya Kata KaDisBudpar yang protes 
itu tidak merepresentasikan. Kaum budayawan Garut tapi pemikiran satu atau 
beberapa orang saja.  Perkara itu mau disebut Oknum atau bukan ya engga 
masalah... Yg jelas Pihak aparat setempat juga masyarakat di sekitar G Padang 
tidak ada yg protes.  Malah sangat senang pak.  Bayangkan, yg tadinya 
pengunjung hanya sedikit sekarang bisa 1000 sehari.  Jalan juga katanya mau 
dibagusin dsb dll.
Gitu Pak. 



Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI


From:  "Yanto R. Sumantri"  
Date: Fri, 17 Feb 2012 00:04:05 -0800 (PST)
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:   
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI

Danny

Oknum apa ???
Sya kira perlu diperjelas , karena sekarang kalau satu institusi KEPEPET lalu 
berkelit dngan menamakan OKNUM . Nah gitu nyatanya disaat ini.
Ada oknum Polisi , oknum aparat , oknum DPR , oknum parta dan oknum2 macam 
macam lagi.

terima kasih.

si Abah



 From: "danny.hil...@gmail.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, February 17, 2012 2:00 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
 
Masa sih Pak Himam bilang gitu. Coba ditanya lagi deh.  Ijin diperoleh dari 
Dirjen Purbakala dan diijinkan DisBudpar juga tentunya.
Barusan saya ngobrol dgn  Pak Himam, beliau bilang sekelompok budayawan yang 
protes itu OKNUM katanya... Nah Lo ?


Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-Original Message-
From: "Budi Brahmantyo" 
Date: Fri, 17 Feb 2012 12:41:41 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Memang begitu selentingannya.
Tetapi menurut Kepala Dinas Budpar Cianjur yang saya kenal baik, pak
 Himam
Haris, meyakinkan saya bahwa permohonan izin pengeboran datangnya dari
LIPI.

Nah lho???

BB





> Jelas salah kaprah juga tuh kalau class actionnya dialamatkan ke LIPI,
> sepengetahuan saya LIPI tak terlibat tapi ada "tokoh" LIPI yang yang ikut
> sebagai anggota tim bentukan staf khusus keperidenan tersebut.
>
> 2012/2/17 Ismail 
>
>> **
>> Apakah LIPI terlibat secara institusional , berarti dana nya dari APBN
>> dan
>> tentunya karena ini institusi pemerintah sdh berkoordinasi dg instansi
>> terkait didaerah tsb
>>
>> Persoalan akan lain kalau keterlibatannya bukan secara institusional
>> tapi
>> perorangan dalam Tim tsb
>>
>>
>> Sent by Liamsi's Mobile Phone
>>
 --
>> *From: *"yahdi zaim" 
>> *Date: *Fri, 17 Feb 2012 00:12:00 +
>> *To: *
>> *ReplyTo: *
>> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Pak RDP dan Rekans,
>> Di koran Pikiran Rakyat hari ini di halaman 19 di sudut kanan atas ada
>> berita: "Budayawan Akan Ajukan 'Class Action' ke LIPI" yg berita
>> singkatnya, Class Action tsb akan diajukan ke LIPI berkaitan dengan
>> pemboran Gunung Padang yang dikatakan tanpa ijin.
>> Wah bakal tambah ramai nih...
>> Wslm,
>>
 Zaim
>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>> --
>> *From: *Rovicky Dwi Putrohari 
>> *Date: *Thu, 16 Feb 2012 22:14:23 +0700
>> *To: *e_rid...@yahoo.com; IAGI
>> *ReplyTo: *
>> *Cc: *refere...@yahoogroups.com;
>> alumni_gamais_...@yahoogroups.com
>> *Subject: *[iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Waaa,
>> Kalau skeptis itu memang bawaannya saintist. Sains itu diawali dengan
>> keraguan bukan semangat dan keyakinan. Jadi kalau ada yg sekptis pada
>> sesuatu penemuan bukan berarti ybs menolak. Secara mudah orang skpetis
>> itu
>> baru akan mengikuti atau menyetujui adanya hipotesa baru bila sudah
>> menemukan evidence. Tanpa evide

Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI

2012-02-17 Thread Bandono Salim
:) :0 :o :( :( gitu ya, 
Smga selamat dunia aherat 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: danny.hil...@gmail.com
Date: Fri, 17 Feb 2012 15:01:51 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Wartawan PR-nya lagi mabuk cendol kali pak.  Awas ketularan :-) 

Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-Original Message-
From: "Bandono Salim" 
Date: Fri, 17 Feb 2012 12:50:25 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Mnrt koran pr, itu kuncennya dan petinggi kampung pada ikut protes.
Tapi siapa sih berani protes ke presiden?
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: "Yanto R. Sumantri" 
Date: Fri, 17 Feb 2012 00:45:16 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Oh gitu ya Danny , syukurlah , jadi si Abah suudon.
Jadi tambah banyak ya pengunjungnya ! Iya tuh saya juga jadi pengen nengok 
gunung Padang.
Nuhun infona 

Saya berpendapat bahwa diskusi mengenai Gn Padang , Sadahurip dan pyramide 
merupakan hal yang memberikan  dampak positip  "awareness" masyarakat  terhadap 
ilmu pengetahuan

Berbeda pendapat kan biasa dalam ilmu ..pengetahuan.

si Abah




 From: "danny.hil...@gmail.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, February 17, 2012 3:33 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
 

Engga ada yang kepepet pak. Biasa2 aja. Intinya Kata KaDisBudpar yang protes 
itu tidak merepresentasikan. Kaum budayawan Garut tapi pemikiran satu atau 
beberapa orang saja.  Perkara itu mau disebut Oknum atau bukan ya engga 
masalah... Yg jelas Pihak aparat setempat juga masyarakat di sekitar G Padang 
tidak ada yg protes.  Malah sangat senang pak.  Bayangkan, yg tadinya 
pengunjung hanya sedikit sekarang bisa 1000 sehari.  Jalan juga katanya mau 
dibagusin dsb dll.
Gitu Pak. 



Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI


From:  "Yanto R. Sumantri"  
Date: Fri, 17 Feb 2012 00:04:05 -0800 (PST)
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:   
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI

Danny

Oknum apa ???
Sya kira perlu diperjelas , karena sekarang kalau satu institusi KEPEPET lalu 
berkelit dngan menamakan OKNUM . Nah gitu nyatanya disaat ini.
Ada oknum Polisi , oknum aparat , oknum DPR , oknum parta dan oknum2 macam 
macam lagi.

terima kasih.

si Abah



 From: "danny.hil...@gmail.com" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, February 17, 2012 2:00 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
 
Masa sih Pak Himam bilang gitu. Coba ditanya lagi deh.  Ijin diperoleh dari 
Dirjen Purbakala dan diijinkan DisBudpar juga tentunya.
Barusan saya ngobrol dgn  Pak Himam, beliau bilang sekelompok budayawan yang 
protes itu OKNUM katanya... Nah Lo ?


Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-Original Message-
From: "Budi Brahmantyo" 
Date: Fri, 17 Feb 2012 12:41:41 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
Memang begitu selentingannya.
Tetapi menurut Kepala Dinas Budpar Cianjur yang saya kenal baik, pak
 Himam
Haris, meyakinkan saya bahwa permohonan izin pengeboran datangnya dari
LIPI.

Nah lho???

BB





> Jelas salah kaprah juga tuh kalau class actionnya dialamatkan ke LIPI,
> sepengetahuan saya LIPI tak terlibat tapi ada "tokoh" LIPI yang yang ikut
> sebagai anggota tim bentukan staf khusus keperidenan tersebut.
>
> 2012/2/17 Ismail 
>
>> **
>> Apakah LIPI terlibat secara institusional , berarti dana nya dari APBN
>> dan
>> tentunya karena ini institusi pemerintah sdh berkoordinasi dg instansi
>> terkait didaerah tsb
>>
>> Persoalan akan lain kalau keterlibatannya bukan secara institusional
>> tapi
>> perorangan dalam Tim tsb
>>
>>
>> Sent by Liamsi's Mobile Phone
>>
 --
>> *From: *"yahdi zaim" 
>> *Date: *Fri, 17 Feb 2012 00:12:00 +
>> *To: *
>> *ReplyTo: *
>> *Subject: *Re: [iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Pak RDP dan Rekans,
>> Di koran Pikiran Rakyat hari ini di halaman 19 di sudut kanan atas ada
>> berita: "Budayawan Akan Ajukan 'Class Action' ke LIPI" yg berita
>> singkatnya, Class Action tsb akan diajukan ke LIPI berkaitan dengan
>> pemboran Gunung Padang yang dikatakan tanpa ijin.
>> Wah bakal tambah ramai nih...
>> Wslm,
>>
 Zaim
>> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>> --
>> *From: *Rovicky Dwi Putrohari 
>> *Date: *Thu, 16 Feb 2012 22:14:23 +0700
>> *To: *e_rid...@yahoo.com; IAGI
>> *ReplyTo: *
>> *Cc: *refere...@yahoogroups.com;
>> alumni_gamais_...@yahoogroups.com
>> *Subject: *[iagi-net-l] Re: Tulisan menarik peneliti Budaya UI
>>
>> Waaa,
>> Kalau skeptis itu memang bawaannya saintist. Sains itu diawali dengan
>> 

[iagi-net-l] Salam kenal

2012-02-17 Thread Bandono Salim
Hehehe inget atu abah, bikin pesta lebaran pakai cempor minyak, 
Oh iya apa kabarnya kang lucky sama mas toto?
Kalau abah mah katempna masih keker .
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Re: [iagi-net-l] Salam kenal

2012-02-17 Thread ok.taufik
Salam kenal juga 
--Original Message--
From: Bandono Salim
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Salam kenal
Sent: Feb 17, 2012 10:15 PM

Hehehe inget atu abah, bikin pesta lebaran pakai cempor minyak, 
Oh iya apa kabarnya kang lucky sama mas toto?
Kalau abah mah katempna masih keker .
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Re: [iagi-net-l] Salam kenal

2012-02-17 Thread Bandono Salim
Terimakasih, jumpa di dunia maya. Kapan2 ktm di dunia nyata.
--Original Message--
From: ok.taufik
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Salam kenal
Sent: Feb 17, 2012 22:29

Salam kenal juga 
--Original Message--
From: Bandono Salim
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Salam kenal
Sent: Feb 17, 2012 10:15 PM

Hehehe inget atu abah, bikin pesta lebaran pakai cempor minyak, 
Oh iya apa kabarnya kang lucky sama mas toto?
Kalau abah mah katempna masih keker .
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia

2012-02-17 Thread Joseph M. Sihombing
Bukan cuma dikalangan profesional saja 'gaji' expat indonesia kalah ama 'gaji' 
expat india atau paling miris lagi ama expat filipina... para TKW kita juga 
dihargai lebih rendah ketimbang PLRT dari dua negara tersebut gaji TKW kita 
secara resmi yang harus dicantumkan di kontrak kerja mereka adalah sekitar 
600-800 real atau dirham, setara 1,5-1,8 juta rupiah untuk saat ini (sudah sama 
dengan UMR yang berhasil diperjuangkan para buruh bbrp waktu lalu)... sedangkan 
untuk india dan filipina masing-2 negara sudah menetapkan minimum upah para 
PLRT mereka sebesar 1100 real/dirham untuk indian, dan 1400 real/dirham untuk 
filipina...
di sektor hospitality (hotelier, retail/niaga) sering kali TKI kita mendapatkan 
remunirasi yang lebih rendah ketimbang staff dari dua negara tersebut... 
padahal posisi pekerjaan yang sama...

yah memang bukan cuma badan internasional seperti UNESCO yang membuat rendah 
harkat bangsa kita...tapi pemerintah kita sendiri juga yang melakukannya... 
terbukti bahwa pemerintah dan dewan (komisi 9) belum memahami dan menyadari 
bagaimana bangsa lain melihat bangsa kita sebagai bangsa yang rendah... 
setidaknya itu terlihat bagaimana anggota dewan Komisi 9 (masalah TKI) belum 
memahami betul problematika yang dihadapi para TKI diluar negri saat studi 
banding bbrp hari yang lalu di Abu Dhabi dalam rangka upaya revisi UU No. 
39/2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negri

maaf melenceng jadi masalah TKI.

salam

joseph



 From: "z...@gc.itb.ac.id" 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Cc: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Friday, February 17, 2012 2:02 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
 

Rekans,
Saya ingin berbagi pengalaman masalah "honor" ataupun "gaji" yang sedang
didiskusikan ini.
Tahun 2005 saya terlibat kerjasama internasional riset dan pengembangan
pendidikan perguruan tinggi Asia dan Eropa melalui Program Asia Link
dengan tema "Human Origins Patrimony in Southeast Asia - HOPsea" yang
didanai oleh Uni Eropa.
Dari Asia: Indonesia (ITB-Penanggungjawab Prof.Y.Zaim) dan Filipina (Univ.
Philippines Dilliman - Manila,Prof.E.Dizon), Eropa: Perancis (Institut de
Paleontologie Humaine-Paris,Prof.F.Semah) dan Jerman (Univ.of
Frankfurt,Prof.F.Schrenk dan Dr.C.Hertler),dengan Team Leader-nya
Perancis. Masing2 perwakilan diminta membuat proposal kegiatan dan anggota
tim yang terlibat, untuk dikumpulkan dan dirangkum oleh team leader,
diajukan ke Uni Eropa untuk pendanaan.
Dalam usulan pendanaan, ada item "honor" peserta, meski dalam ketentuan
komponen "honor" tersebut TIDAK BOLEH diterima pribadi, melainkan untuk
operasional kegiatan, terutama untuk transportasi, karena transportasi
tidak ditanggung oleh Uni Eropa dan menjadi tanggungjawab masing2
perguruan tinggi yang terlibat. Oleh karena itu disepakati transportasi
menggunakan dana dari "honor".
Setelah dirangkum team leader, diedarkan kembali ke masing-masing negara
peserta dan ketika saya cermati masalah pendanaan..sangat mengejutkan
dan menyakitkan!
Mengejutkan dan menyakitkan karena, coba lihat perbandingannya:
Honor untuk orang Eropa (Perancis dan Jerman) ditulis honornya: 2700 Euro,
Filipina: 500 Euro dan Indonesia: 300 Euro. Dalam pertemuan di Paris, saya
marah besar dan protes keras, karena merasa ada diskriminasi dengan kulit
putih, bahkan lebih rendah dari Filipina. Dalam pertemuan itu dijelaskan
dan ditunjukkan dokumen oleh team leader, Prof. Semah bahwa rujukan untuk
"honor" tersebut adalah resmi internasional yang dikeluarkan oleh UNESCO,
dan Uni Eropa memang mensyaratkan setiap angka untuk pendanaan harus ada
acuan resminya.Dalam pertemuan itu saya terdiam, malu juga dengan teman2
Eropa dan Filipina,kok demikian rendah Indonesia di mata UNESCO
Nah Rekans, ternyata,paling tidak pada tahun 2005 UNESCO sebagai badan
resmi dunia memang memandang harkat Indonesia itu sangat rendah. Coba
kalau kita buat perbandingan Eropa:Filipina:Indonesia = 2700:500:300 =
silahkan hitung.
Jadi ya resminya, pengakuan dunia untuk "honor" juga mungkin "gaji" orang
Indonesia memang sangat rendah.Sekedar untuk diketahui.
Untuk kondidi sekarang, saya tidak tahu, karena Program Asia Link selesai
tahun 2007.
Wasalam,
Zaim

> kalau untuk pegawai lokal apa ada batasannya juga?  kan sering dijadikan
> senjata tuh sama hr bahwa "katanya" ada pembatasan gaji nasional dari
> "pihak berwenang".
> kalau rasio expatnya 1:2:3 , orang indonesianya dibawah 1 atau di atas 3
> ya
> ?
> 2012/2/16 o - musakti 
>
>>   Ganti topik sikit dari piramida aah.
>>
>> Baru dapat kiriman permen menkeu no. 258/2011 tentang BATASAN MAKSIMUM
>> BIAYA RENUMERASI TENAGA KERJA ASING UNTUK KONTRAKTOR KONTRAK KERJASAMA
>> MINYAK DAN GAS BUMI.
>>
>> Yang menarik, at least buat saya yang telah terbiasa dengan hal yang
>> sama
>> di middle east, terrnyata Negara kita juga menerapkan sistim 'kasta'
>> dalam
>> renumerasi berdasarkan warna pasport.
>>
>> Ada tiga golongan pasport dalam permen ini :
>> 1) kawasan Asia (a

Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia

2012-02-17 Thread Sanggam Hutabarat
Mas Noor cocok ..korelasi tepatnya bukan ke harkat ..profesional Ind. yg di 
luar maupun didalam banyak yg dapat paket yg bagus/sangt layak koq skrg ini..  
Infonya kan angka kelas menengah di tanah air meningkat ckp tajam



On Feb 17, 2012, at 7:31, noor syarifuddin  wrote:

tahun 2005 UNESCO sebagai badan resmi dunia memang memandang harkat >Indonesia 
itu sangat rendah.

saya kok jadi bingung kenapa gaji rendah kemudian menjadi ekivalen dengan 
harkat yang rendahmestinya bukan begitu yah

UNESCO menetapkan standar itu kemungkinan berdasar indek kebutuhan hidup di 
masing-masing negara (yang mungkin berkorelasi dengan tingkat pendapatan per 
capitanya).

Ini sekedar gambaran: UMR tahun 2012 sekarang ini sekitar 1,4-1,5 jutaan. 
Bandingkan dengan angka UMRnya Perancis (SMIC) yang di awal tahun 2012 itu 
sekitar 1400 euro (~ 16,8 juta dengan kurs Rp 12,000). Dari angka Upah minimum 
ini saja negara kita itu 1/12nya negara Perancis

Di wiki ada list yang cukup lengkap tentang upah minimum tiap negara, tapi ini 
saya cuplikan beberapa yang berkaitan dengan diskusi (negara : Upah Minimum 
tahunan - %GDP per capita):

USA:15,080 - 33%
Perancis:   17,701 - 53%
Pakistan:2,484 - 93%
Kuwait: 12,341 - 33%
Malaysia:4,735 - 34%
Philipina:   2,053 - 58%
Indonesia:   1,027 - 25%




salam,



--- On Fri, 2/17/12, z...@gc.itb.ac.id  wrote:

From: z...@gc.itb.ac.id 
Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: iagi-net@iagi.or.id
Date: Friday, February 17, 2012, 5:02 AM

Rekans,
Saya ingin berbagi pengalaman masalah "honor" ataupun "gaji"
yang sedang
didiskusikan ini.
Tahun 2005 saya terlibat kerjasama internasional riset dan
pengembangan
pendidikan perguruan tinggi Asia dan Eropa melalui Program
Asia Link
dengan tema "Human Origins Patrimony in Southeast Asia -
HOPsea" yang
didanai oleh Uni Eropa.
Dari Asia: Indonesia (ITB-Penanggungjawab Prof.Y.Zaim) dan
Filipina (Univ.
Philippines Dilliman - Manila,Prof.E.Dizon), Eropa: Perancis
(Institut de
Paleontologie Humaine-Paris,Prof.F.Semah) dan Jerman
(Univ.of
Frankfurt,Prof.F.Schrenk dan Dr.C.Hertler),dengan Team
Leader-nya
Perancis. Masing2 perwakilan diminta membuat proposal
kegiatan dan anggota
tim yang terlibat, untuk dikumpulkan dan dirangkum oleh team
leader,
diajukan ke Uni Eropa untuk pendanaan.
Dalam usulan pendanaan, ada item "honor" peserta, meski
dalam ketentuan
komponen "honor" tersebut TIDAK BOLEH diterima pribadi,
melainkan untuk
operasional kegiatan, terutama untuk transportasi, karena
transportasi
tidak ditanggung oleh Uni Eropa dan menjadi tanggungjawab
masing2
perguruan tinggi yang terlibat. Oleh karena itu disepakati
transportasi
menggunakan dana dari "honor".
Setelah dirangkum team leader, diedarkan kembali ke
masing-masing negara
peserta dan ketika saya cermati masalah
pendanaan..sangat mengejutkan
dan menyakitkan!
Mengejutkan dan menyakitkan karena, coba lihat
perbandingannya:
Honor untuk orang Eropa (Perancis dan Jerman) ditulis
honornya: 2700 Euro,
Filipina: 500 Euro dan Indonesia: 300 Euro. Dalam pertemuan
di Paris, saya
marah besar dan protes keras, karena merasa ada diskriminasi
dengan kulit
putih, bahkan lebih rendah dari Filipina. Dalam pertemuan
itu dijelaskan
dan ditunjukkan dokumen oleh team leader, Prof. Semah bahwa
rujukan untuk
"honor" tersebut adalah resmi internasional yang dikeluarkan
oleh UNESCO,
dan Uni Eropa memang mensyaratkan setiap angka untuk
pendanaan harus ada
acuan resminya.Dalam pertemuan itu saya terdiam, malu juga
dengan teman2
Eropa dan Filipina,kok demikian rendah Indonesia di mata
UNESCO
Nah Rekans, ternyata,paling tidak pada tahun 2005 UNESCO
sebagai badan
resmi dunia memang memandang harkat Indonesia itu sangat
rendah. Coba
kalau kita buat perbandingan Eropa:Filipina:Indonesia =
2700:500:300 =
silahkan hitung.
Jadi ya resminya, pengakuan dunia untuk "honor" juga mungkin
"gaji" orang
Indonesia memang sangat rendah.Sekedar untuk diketahui.
Untuk kondidi sekarang, saya tidak tahu, karena Program Asia
Link selesai
tahun 2007.
Wasalam,
Zaim

kalau untuk pegawai lokal apa ada batasannya
juga?  kan sering dijadikan
senjata tuh sama hr bahwa "katanya" ada pembatasan gaji
nasional dari
"pihak berwenang".
kalau rasio expatnya 1:2:3 , orang indonesianya dibawah
1 atau di atas 3
ya
?
2012/2/16 o - musakti 

   Ganti topik sikit dari piramida
aah.

Baru dapat kiriman permen menkeu no. 258/2011
tentang BATASAN MAKSIMUM
BIAYA RENUMERASI TENAGA KERJA ASING UNTUK
KONTRAKTOR KONTRAK KERJASAMA
MINYAK DAN GAS BUMI.

Yang menarik, at least buat saya yang telah
terbiasa dengan hal yang
sama
di middle east, terrnyata Negara kita juga
menerapkan sistim 'kasta'
dalam
renumerasi berdasarkan warna pasport.

Ada tiga golongan pasport dalam permen ini :
1) kawasan Asia (asumsi saya ini mencakup India,
pakistan) Afrika dan
timur tengah
2) kawasan eropa, australasia (jepun, malaysia
masuk sini ?) dan amerika
selatan
3) tentunya yang paling tops dari amerika
utara.

Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia

2012-02-17 Thread Prianggito Sulistiono
Kalau di sektor hard rock exploration / mining sih remunerasi profesional asal 
Indonesia yg bekerja di luar negeri disamakan dg bangsa2 lain.  Tidak ada 
penerapan 'salary cap' berdasarkan bangsa atau warna kulit

salam
Prianggito

Sent from my iPhone


On 18/02/2012, at 8:51 AM, Sanggam Hutabarat  wrote:

> Mas Noor cocok ..korelasi tepatnya bukan ke harkat ..profesional Ind. yg di 
> luar maupun didalam banyak yg dapat paket yg bagus/sangt layak koq skrg ini.. 
>  Infonya kan angka kelas menengah di tanah air meningkat ckp tajam
> 
> 
> 
> On Feb 17, 2012, at 7:31, noor syarifuddin  wrote:
> 
> tahun 2005 UNESCO sebagai badan resmi dunia memang memandang harkat 
> >Indonesia itu sangat rendah.
> 
> saya kok jadi bingung kenapa gaji rendah kemudian menjadi ekivalen dengan 
> harkat yang rendahmestinya bukan begitu yah
> 
> UNESCO menetapkan standar itu kemungkinan berdasar indek kebutuhan hidup di 
> masing-masing negara (yang mungkin berkorelasi dengan tingkat pendapatan per 
> capitanya).
> 
> Ini sekedar gambaran: UMR tahun 2012 sekarang ini sekitar 1,4-1,5 jutaan. 
> Bandingkan dengan angka UMRnya Perancis (SMIC) yang di awal tahun 2012 itu 
> sekitar 1400 euro (~ 16,8 juta dengan kurs Rp 12,000). Dari angka Upah 
> minimum ini saja negara kita itu 1/12nya negara Perancis
> 
> Di wiki ada list yang cukup lengkap tentang upah minimum tiap negara, tapi 
> ini saya cuplikan beberapa yang berkaitan dengan diskusi (negara : Upah 
> Minimum tahunan - %GDP per capita):
> 
> USA:15,080 - 33%
> Perancis:   17,701 - 53%
> Pakistan:2,484 - 93%
> Kuwait: 12,341 - 33%
> Malaysia:4,735 - 34%
> Philipina:   2,053 - 58%
> Indonesia:   1,027 - 25%
> 
> 
> 
> 
> salam,
> 
> 
> 
> --- On Fri, 2/17/12, z...@gc.itb.ac.id  wrote:
> 
> From: z...@gc.itb.ac.id 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Cc: iagi-net@iagi.or.id
> Date: Friday, February 17, 2012, 5:02 AM
> 
> Rekans,
> Saya ingin berbagi pengalaman masalah "honor" ataupun "gaji"
> yang sedang
> didiskusikan ini.
> Tahun 2005 saya terlibat kerjasama internasional riset dan
> pengembangan
> pendidikan perguruan tinggi Asia dan Eropa melalui Program
> Asia Link
> dengan tema "Human Origins Patrimony in Southeast Asia -
> HOPsea" yang
> didanai oleh Uni Eropa.
> Dari Asia: Indonesia (ITB-Penanggungjawab Prof.Y.Zaim) dan
> Filipina (Univ.
> Philippines Dilliman - Manila,Prof.E.Dizon), Eropa: Perancis
> (Institut de
> Paleontologie Humaine-Paris,Prof.F.Semah) dan Jerman
> (Univ.of
> Frankfurt,Prof.F.Schrenk dan Dr.C.Hertler),dengan Team
> Leader-nya
> Perancis. Masing2 perwakilan diminta membuat proposal
> kegiatan dan anggota
> tim yang terlibat, untuk dikumpulkan dan dirangkum oleh team
> leader,
> diajukan ke Uni Eropa untuk pendanaan.
> Dalam usulan pendanaan, ada item "honor" peserta, meski
> dalam ketentuan
> komponen "honor" tersebut TIDAK BOLEH diterima pribadi,
> melainkan untuk
> operasional kegiatan, terutama untuk transportasi, karena
> transportasi
> tidak ditanggung oleh Uni Eropa dan menjadi tanggungjawab
> masing2
> perguruan tinggi yang terlibat. Oleh karena itu disepakati
> transportasi
> menggunakan dana dari "honor".
> Setelah dirangkum team leader, diedarkan kembali ke
> masing-masing negara
> peserta dan ketika saya cermati masalah
> pendanaan..sangat mengejutkan
> dan menyakitkan!
> Mengejutkan dan menyakitkan karena, coba lihat
> perbandingannya:
> Honor untuk orang Eropa (Perancis dan Jerman) ditulis
> honornya: 2700 Euro,
> Filipina: 500 Euro dan Indonesia: 300 Euro. Dalam pertemuan
> di Paris, saya
> marah besar dan protes keras, karena merasa ada diskriminasi
> dengan kulit
> putih, bahkan lebih rendah dari Filipina. Dalam pertemuan
> itu dijelaskan
> dan ditunjukkan dokumen oleh team leader, Prof. Semah bahwa
> rujukan untuk
> "honor" tersebut adalah resmi internasional yang dikeluarkan
> oleh UNESCO,
> dan Uni Eropa memang mensyaratkan setiap angka untuk
> pendanaan harus ada
> acuan resminya.Dalam pertemuan itu saya terdiam, malu juga
> dengan teman2
> Eropa dan Filipina,kok demikian rendah Indonesia di mata
> UNESCO
> Nah Rekans, ternyata,paling tidak pada tahun 2005 UNESCO
> sebagai badan
> resmi dunia memang memandang harkat Indonesia itu sangat
> rendah. Coba
> kalau kita buat perbandingan Eropa:Filipina:Indonesia =
> 2700:500:300 =
> silahkan hitung.
> Jadi ya resminya, pengakuan dunia untuk "honor" juga mungkin
> "gaji" orang
> Indonesia memang sangat rendah.Sekedar untuk diketahui.
> Untuk kondidi sekarang, saya tidak tahu, karena Program Asia
> Link selesai
> tahun 2007.
> Wasalam,
> Zaim
> 
> kalau untuk pegawai lokal apa ada batasannya
> juga?  kan sering dijadikan
> senjata tuh sama hr bahwa "katanya" ada pembatasan gaji
> nasional dari
> "pihak berwenang".
> kalau rasio expatnya 1:2:3 , orang indonesianya dibawah
> 1 atau di atas 3
> ya
> ?
> 2012/2/16 o - musakti 
> 
>   Ganti topik sikit dari piramida
> aah.
> 
> Baru dapat kiriman perme

Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia

2012-02-17 Thread Bandono Salim
Wah untung jua yang kerja di hard rock. Setau saya dulu ada beda gaji antara 
expat dgn indonesia tahun 70an di inco.  Entah sekarang.

Kalau di dunia minyak, kita pemilik minyak hehehe kerjanya 
Gajinya  

Gak apa yang penting happy.
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Prianggito Sulistiono 
Date: Sat, 18 Feb 2012 10:29:54 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
Kalau di sektor hard rock exploration / mining sih remunerasi profesional asal 
Indonesia yg bekerja di luar negeri disamakan dg bangsa2 lain.  Tidak ada 
penerapan 'salary cap' berdasarkan bangsa atau warna kulit

salam
Prianggito

Sent from my iPhone


On 18/02/2012, at 8:51 AM, Sanggam Hutabarat  wrote:

> Mas Noor cocok ..korelasi tepatnya bukan ke harkat ..profesional Ind. yg di 
> luar maupun didalam banyak yg dapat paket yg bagus/sangt layak koq skrg ini.. 
>  Infonya kan angka kelas menengah di tanah air meningkat ckp tajam
> 
> 
> 
> On Feb 17, 2012, at 7:31, noor syarifuddin  wrote:
> 
> tahun 2005 UNESCO sebagai badan resmi dunia memang memandang harkat 
> >Indonesia itu sangat rendah.
> 
> saya kok jadi bingung kenapa gaji rendah kemudian menjadi ekivalen dengan 
> harkat yang rendahmestinya bukan begitu yah
> 
> UNESCO menetapkan standar itu kemungkinan berdasar indek kebutuhan hidup di 
> masing-masing negara (yang mungkin berkorelasi dengan tingkat pendapatan per 
> capitanya).
> 
> Ini sekedar gambaran: UMR tahun 2012 sekarang ini sekitar 1,4-1,5 jutaan. 
> Bandingkan dengan angka UMRnya Perancis (SMIC) yang di awal tahun 2012 itu 
> sekitar 1400 euro (~ 16,8 juta dengan kurs Rp 12,000). Dari angka Upah 
> minimum ini saja negara kita itu 1/12nya negara Perancis
> 
> Di wiki ada list yang cukup lengkap tentang upah minimum tiap negara, tapi 
> ini saya cuplikan beberapa yang berkaitan dengan diskusi (negara : Upah 
> Minimum tahunan - %GDP per capita):
> 
> USA:15,080 - 33%
> Perancis:   17,701 - 53%
> Pakistan:2,484 - 93%
> Kuwait: 12,341 - 33%
> Malaysia:4,735 - 34%
> Philipina:   2,053 - 58%
> Indonesia:   1,027 - 25%
> 
> 
> 
> 
> salam,
> 
> 
> 
> --- On Fri, 2/17/12, z...@gc.itb.ac.id  wrote:
> 
> From: z...@gc.itb.ac.id 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Cc: iagi-net@iagi.or.id
> Date: Friday, February 17, 2012, 5:02 AM
> 
> Rekans,
> Saya ingin berbagi pengalaman masalah "honor" ataupun "gaji"
> yang sedang
> didiskusikan ini.
> Tahun 2005 saya terlibat kerjasama internasional riset dan
> pengembangan
> pendidikan perguruan tinggi Asia dan Eropa melalui Program
> Asia Link
> dengan tema "Human Origins Patrimony in Southeast Asia -
> HOPsea" yang
> didanai oleh Uni Eropa.
> Dari Asia: Indonesia (ITB-Penanggungjawab Prof.Y.Zaim) dan
> Filipina (Univ.
> Philippines Dilliman - Manila,Prof.E.Dizon), Eropa: Perancis
> (Institut de
> Paleontologie Humaine-Paris,Prof.F.Semah) dan Jerman
> (Univ.of
> Frankfurt,Prof.F.Schrenk dan Dr.C.Hertler),dengan Team
> Leader-nya
> Perancis. Masing2 perwakilan diminta membuat proposal
> kegiatan dan anggota
> tim yang terlibat, untuk dikumpulkan dan dirangkum oleh team
> leader,
> diajukan ke Uni Eropa untuk pendanaan.
> Dalam usulan pendanaan, ada item "honor" peserta, meski
> dalam ketentuan
> komponen "honor" tersebut TIDAK BOLEH diterima pribadi,
> melainkan untuk
> operasional kegiatan, terutama untuk transportasi, karena
> transportasi
> tidak ditanggung oleh Uni Eropa dan menjadi tanggungjawab
> masing2
> perguruan tinggi yang terlibat. Oleh karena itu disepakati
> transportasi
> menggunakan dana dari "honor".
> Setelah dirangkum team leader, diedarkan kembali ke
> masing-masing negara
> peserta dan ketika saya cermati masalah
> pendanaan..sangat mengejutkan
> dan menyakitkan!
> Mengejutkan dan menyakitkan karena, coba lihat
> perbandingannya:
> Honor untuk orang Eropa (Perancis dan Jerman) ditulis
> honornya: 2700 Euro,
> Filipina: 500 Euro dan Indonesia: 300 Euro. Dalam pertemuan
> di Paris, saya
> marah besar dan protes keras, karena merasa ada diskriminasi
> dengan kulit
> putih, bahkan lebih rendah dari Filipina. Dalam pertemuan
> itu dijelaskan
> dan ditunjukkan dokumen oleh team leader, Prof. Semah bahwa
> rujukan untuk
> "honor" tersebut adalah resmi internasional yang dikeluarkan
> oleh UNESCO,
> dan Uni Eropa memang mensyaratkan setiap angka untuk
> pendanaan harus ada
> acuan resminya.Dalam pertemuan itu saya terdiam, malu juga
> dengan teman2
> Eropa dan Filipina,kok demikian rendah Indonesia di mata
> UNESCO
> Nah Rekans, ternyata,paling tidak pada tahun 2005 UNESCO
> sebagai badan
> resmi dunia memang memandang harkat Indonesia itu sangat
> rendah. Coba
> kalau kita buat perbandingan Eropa:Filipina:Indonesia =
> 2700:500:300 =
> silahkan hitung.
> Jadi ya resminya, pengakuan dunia untuk "honor" juga mungkin
> "gaji" orang
> Indonesia memang sangat rendah.Sekedar untuk diketahui.
> Untuk kondidi sekarang, saya t

Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia

2012-02-17 Thread Prianggito Sulistiono
Pak, ini cuma berlaku utk yg kerja di luar negri (dan bukan di middle east) Yg 
di Indonesia yaa jelas ada pembedaan.
Postingan saya itu menanggapi rekan yg menulis mengenai kondisi di middle east

salam
PS

Sent from my iPhone


On 18/02/2012, at 11:34 AM, "Bandono Salim"  wrote:

> Wah untung jua yang kerja di hard rock. Setau saya dulu ada beda gaji antara 
> expat dgn indonesia tahun 70an di inco.  Entah sekarang.
> 
> Kalau di dunia minyak, kita pemilik minyak hehehe kerjanya 
> Gajinya  
> 
> Gak apa yang penting happy.
> Salam.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> 
> -Original Message-
> From: Prianggito Sulistiono 
> Date: Sat, 18 Feb 2012 10:29:54 
> To: 
> Reply-To: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
> Kalau di sektor hard rock exploration / mining sih remunerasi profesional 
> asal Indonesia yg bekerja di luar negeri disamakan dg bangsa2 lain.  Tidak 
> ada penerapan 'salary cap' berdasarkan bangsa atau warna kulit
> 
> salam
> Prianggito
> 
> Sent from my iPhone
> 
> 
> On 18/02/2012, at 8:51 AM, Sanggam Hutabarat  wrote:
> 
>> Mas Noor cocok ..korelasi tepatnya bukan ke harkat ..profesional Ind. yg di 
>> luar maupun didalam banyak yg dapat paket yg bagus/sangt layak koq skrg 
>> ini..  Infonya kan angka kelas menengah di tanah air meningkat ckp tajam
>> 
>> 
>> 
>> On Feb 17, 2012, at 7:31, noor syarifuddin  wrote:
>> 
>> tahun 2005 UNESCO sebagai badan resmi dunia memang memandang harkat 
>> >Indonesia itu sangat rendah.
>> 
>> saya kok jadi bingung kenapa gaji rendah kemudian menjadi ekivalen dengan 
>> harkat yang rendahmestinya bukan begitu yah
>> 
>> UNESCO menetapkan standar itu kemungkinan berdasar indek kebutuhan hidup di 
>> masing-masing negara (yang mungkin berkorelasi dengan tingkat pendapatan per 
>> capitanya).
>> 
>> Ini sekedar gambaran: UMR tahun 2012 sekarang ini sekitar 1,4-1,5 jutaan. 
>> Bandingkan dengan angka UMRnya Perancis (SMIC) yang di awal tahun 2012 itu 
>> sekitar 1400 euro (~ 16,8 juta dengan kurs Rp 12,000). Dari angka Upah 
>> minimum ini saja negara kita itu 1/12nya negara Perancis
>> 
>> Di wiki ada list yang cukup lengkap tentang upah minimum tiap negara, tapi 
>> ini saya cuplikan beberapa yang berkaitan dengan diskusi (negara : Upah 
>> Minimum tahunan - %GDP per capita):
>> 
>> USA:15,080 - 33%
>> Perancis:   17,701 - 53%
>> Pakistan:2,484 - 93%
>> Kuwait: 12,341 - 33%
>> Malaysia:4,735 - 34%
>> Philipina:   2,053 - 58%
>> Indonesia:   1,027 - 25%
>> 
>> 
>> 
>> 
>> salam,
>> 
>> 
>> 
>> --- On Fri, 2/17/12, z...@gc.itb.ac.id  wrote:
>> 
>> From: z...@gc.itb.ac.id 
>> Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
>> To: iagi-net@iagi.or.id
>> Cc: iagi-net@iagi.or.id
>> Date: Friday, February 17, 2012, 5:02 AM
>> 
>> Rekans,
>> Saya ingin berbagi pengalaman masalah "honor" ataupun "gaji"
>> yang sedang
>> didiskusikan ini.
>> Tahun 2005 saya terlibat kerjasama internasional riset dan
>> pengembangan
>> pendidikan perguruan tinggi Asia dan Eropa melalui Program
>> Asia Link
>> dengan tema "Human Origins Patrimony in Southeast Asia -
>> HOPsea" yang
>> didanai oleh Uni Eropa.
>> Dari Asia: Indonesia (ITB-Penanggungjawab Prof.Y.Zaim) dan
>> Filipina (Univ.
>> Philippines Dilliman - Manila,Prof.E.Dizon), Eropa: Perancis
>> (Institut de
>> Paleontologie Humaine-Paris,Prof.F.Semah) dan Jerman
>> (Univ.of
>> Frankfurt,Prof.F.Schrenk dan Dr.C.Hertler),dengan Team
>> Leader-nya
>> Perancis. Masing2 perwakilan diminta membuat proposal
>> kegiatan dan anggota
>> tim yang terlibat, untuk dikumpulkan dan dirangkum oleh team
>> leader,
>> diajukan ke Uni Eropa untuk pendanaan.
>> Dalam usulan pendanaan, ada item "honor" peserta, meski
>> dalam ketentuan
>> komponen "honor" tersebut TIDAK BOLEH diterima pribadi,
>> melainkan untuk
>> operasional kegiatan, terutama untuk transportasi, karena
>> transportasi
>> tidak ditanggung oleh Uni Eropa dan menjadi tanggungjawab
>> masing2
>> perguruan tinggi yang terlibat. Oleh karena itu disepakati
>> transportasi
>> menggunakan dana dari "honor".
>> Setelah dirangkum team leader, diedarkan kembali ke
>> masing-masing negara
>> peserta dan ketika saya cermati masalah
>> pendanaan..sangat mengejutkan
>> dan menyakitkan!
>> Mengejutkan dan menyakitkan karena, coba lihat
>> perbandingannya:
>> Honor untuk orang Eropa (Perancis dan Jerman) ditulis
>> honornya: 2700 Euro,
>> Filipina: 500 Euro dan Indonesia: 300 Euro. Dalam pertemuan
>> di Paris, saya
>> marah besar dan protes keras, karena merasa ada diskriminasi
>> dengan kulit
>> putih, bahkan lebih rendah dari Filipina. Dalam pertemuan
>> itu dijelaskan
>> dan ditunjukkan dokumen oleh team leader, Prof. Semah bahwa
>> rujukan untuk
>> "honor" tersebut adalah resmi internasional yang dikeluarkan
>> oleh UNESCO,
>> dan Uni Eropa memang mensyaratkan setiap angka untuk
>> pendanaan harus ada
>> acuan resminya.Dalam pertemuan itu saya terdiam, malu juga
>> dengan teman2
>> Eropa dan Filipina,kok demikian renda

Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia

2012-02-17 Thread Bandono Salim
Wah kasian pemilik kok begitu kapan warganegara ini jadi pemilik segala 
sumberdaya alam untuk kepentingan warganegara?
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Prianggito Sulistiono 
Date: Sat, 18 Feb 2012 11:42:54 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
Pak, ini cuma berlaku utk yg kerja di luar negri (dan bukan di middle east) Yg 
di Indonesia yaa jelas ada pembedaan.
Postingan saya itu menanggapi rekan yg menulis mengenai kondisi di middle east

salam
PS

Sent from my iPhone


On 18/02/2012, at 11:34 AM, "Bandono Salim"  wrote:

> Wah untung jua yang kerja di hard rock. Setau saya dulu ada beda gaji antara 
> expat dgn indonesia tahun 70an di inco.  Entah sekarang.
> 
> Kalau di dunia minyak, kita pemilik minyak hehehe kerjanya 
> Gajinya  
> 
> Gak apa yang penting happy.
> Salam.
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> 
> -Original Message-
> From: Prianggito Sulistiono 
> Date: Sat, 18 Feb 2012 10:29:54 
> To: 
> Reply-To: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
> Kalau di sektor hard rock exploration / mining sih remunerasi profesional 
> asal Indonesia yg bekerja di luar negeri disamakan dg bangsa2 lain.  Tidak 
> ada penerapan 'salary cap' berdasarkan bangsa atau warna kulit
> 
> salam
> Prianggito
> 
> Sent from my iPhone
> 
> 
> On 18/02/2012, at 8:51 AM, Sanggam Hutabarat  wrote:
> 
>> Mas Noor cocok ..korelasi tepatnya bukan ke harkat ..profesional Ind. yg di 
>> luar maupun didalam banyak yg dapat paket yg bagus/sangt layak koq skrg 
>> ini..  Infonya kan angka kelas menengah di tanah air meningkat ckp tajam
>> 
>> 
>> 
>> On Feb 17, 2012, at 7:31, noor syarifuddin  wrote:
>> 
>> tahun 2005 UNESCO sebagai badan resmi dunia memang memandang harkat 
>> >Indonesia itu sangat rendah.
>> 
>> saya kok jadi bingung kenapa gaji rendah kemudian menjadi ekivalen dengan 
>> harkat yang rendahmestinya bukan begitu yah
>> 
>> UNESCO menetapkan standar itu kemungkinan berdasar indek kebutuhan hidup di 
>> masing-masing negara (yang mungkin berkorelasi dengan tingkat pendapatan per 
>> capitanya).
>> 
>> Ini sekedar gambaran: UMR tahun 2012 sekarang ini sekitar 1,4-1,5 jutaan. 
>> Bandingkan dengan angka UMRnya Perancis (SMIC) yang di awal tahun 2012 itu 
>> sekitar 1400 euro (~ 16,8 juta dengan kurs Rp 12,000). Dari angka Upah 
>> minimum ini saja negara kita itu 1/12nya negara Perancis
>> 
>> Di wiki ada list yang cukup lengkap tentang upah minimum tiap negara, tapi 
>> ini saya cuplikan beberapa yang berkaitan dengan diskusi (negara : Upah 
>> Minimum tahunan - %GDP per capita):
>> 
>> USA:15,080 - 33%
>> Perancis:   17,701 - 53%
>> Pakistan:2,484 - 93%
>> Kuwait: 12,341 - 33%
>> Malaysia:4,735 - 34%
>> Philipina:   2,053 - 58%
>> Indonesia:   1,027 - 25%
>> 
>> 
>> 
>> 
>> salam,
>> 
>> 
>> 
>> --- On Fri, 2/17/12, z...@gc.itb.ac.id  wrote:
>> 
>> From: z...@gc.itb.ac.id 
>> Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
>> To: iagi-net@iagi.or.id
>> Cc: iagi-net@iagi.or.id
>> Date: Friday, February 17, 2012, 5:02 AM
>> 
>> Rekans,
>> Saya ingin berbagi pengalaman masalah "honor" ataupun "gaji"
>> yang sedang
>> didiskusikan ini.
>> Tahun 2005 saya terlibat kerjasama internasional riset dan
>> pengembangan
>> pendidikan perguruan tinggi Asia dan Eropa melalui Program
>> Asia Link
>> dengan tema "Human Origins Patrimony in Southeast Asia -
>> HOPsea" yang
>> didanai oleh Uni Eropa.
>> Dari Asia: Indonesia (ITB-Penanggungjawab Prof.Y.Zaim) dan
>> Filipina (Univ.
>> Philippines Dilliman - Manila,Prof.E.Dizon), Eropa: Perancis
>> (Institut de
>> Paleontologie Humaine-Paris,Prof.F.Semah) dan Jerman
>> (Univ.of
>> Frankfurt,Prof.F.Schrenk dan Dr.C.Hertler),dengan Team
>> Leader-nya
>> Perancis. Masing2 perwakilan diminta membuat proposal
>> kegiatan dan anggota
>> tim yang terlibat, untuk dikumpulkan dan dirangkum oleh team
>> leader,
>> diajukan ke Uni Eropa untuk pendanaan.
>> Dalam usulan pendanaan, ada item "honor" peserta, meski
>> dalam ketentuan
>> komponen "honor" tersebut TIDAK BOLEH diterima pribadi,
>> melainkan untuk
>> operasional kegiatan, terutama untuk transportasi, karena
>> transportasi
>> tidak ditanggung oleh Uni Eropa dan menjadi tanggungjawab
>> masing2
>> perguruan tinggi yang terlibat. Oleh karena itu disepakati
>> transportasi
>> menggunakan dana dari "honor".
>> Setelah dirangkum team leader, diedarkan kembali ke
>> masing-masing negara
>> peserta dan ketika saya cermati masalah
>> pendanaan..sangat mengejutkan
>> dan menyakitkan!
>> Mengejutkan dan menyakitkan karena, coba lihat
>> perbandingannya:
>> Honor untuk orang Eropa (Perancis dan Jerman) ditulis
>> honornya: 2700 Euro,
>> Filipina: 500 Euro dan Indonesia: 300 Euro. Dalam pertemuan
>> di Paris, saya
>> marah besar dan protes keras, karena merasa ada diskriminasi
>> dengan kulit
>> putih, bahkan lebih rendah dari Filipina. Dalam pertemuan
>> itu dijelaskan
>> dan ditunjukkan dokumen oleh team leader, Prof

Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia

2012-02-17 Thread Shofiyuddin
Saya mau nanya, apa kita bisa terima kalo ada expatriat digaji lebih rendah
dari kita? Atau diperlakukan sebagai orang lokal?
On Feb 18, 2012 7:59 AM, "Bandono Salim"  wrote:

> Wah kasian pemilik kok begitu kapan warganegara ini jadi pemilik segala
> sumberdaya alam untuk kepentingan warganegara?
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -Original Message-
> From: Prianggito Sulistiono 
> Date: Sat, 18 Feb 2012 11:42:54
> To: 
> Reply-To: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
> Pak, ini cuma berlaku utk yg kerja di luar negri (dan bukan di middle
> east) Yg di Indonesia yaa jelas ada pembedaan.
> Postingan saya itu menanggapi rekan yg menulis mengenai kondisi di middle
> east
>
> salam
> PS
>
> Sent from my iPhone
>
>
> On 18/02/2012, at 11:34 AM, "Bandono Salim"  wrote:
>
> > Wah untung jua yang kerja di hard rock. Setau saya dulu ada beda gaji
> antara expat dgn indonesia tahun 70an di inco.  Entah sekarang.
> >
> > Kalau di dunia minyak, kita pemilik minyak hehehe kerjanya 
> > Gajinya 
> >
> > Gak apa yang penting happy.
> > Salam.
> > Powered by Telkomsel BlackBerry®
> >
> > -Original Message-
> > From: Prianggito Sulistiono 
> > Date: Sat, 18 Feb 2012 10:29:54
> > To: 
> > Reply-To: 
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
> > Kalau di sektor hard rock exploration / mining sih remunerasi
> profesional asal Indonesia yg bekerja di luar negeri disamakan dg bangsa2
> lain.  Tidak ada penerapan 'salary cap' berdasarkan bangsa atau warna kulit
> >
> > salam
> > Prianggito
> >
> > Sent from my iPhone
> >
> >
> > On 18/02/2012, at 8:51 AM, Sanggam Hutabarat 
> wrote:
> >
> >> Mas Noor cocok ..korelasi tepatnya bukan ke harkat ..profesional Ind.
> yg di luar maupun didalam banyak yg dapat paket yg bagus/sangt layak koq
> skrg ini..  Infonya kan angka kelas menengah di tanah air meningkat ckp
> tajam
> >>
> >>
> >>
> >> On Feb 17, 2012, at 7:31, noor syarifuddin 
> wrote:
> >>
> >> tahun 2005 UNESCO sebagai badan resmi dunia memang memandang harkat
> >Indonesia itu sangat rendah.
> >>
> >> saya kok jadi bingung kenapa gaji rendah kemudian menjadi ekivalen
> dengan harkat yang rendahmestinya bukan begitu yah
> >>
> >> UNESCO menetapkan standar itu kemungkinan berdasar indek kebutuhan
> hidup di masing-masing negara (yang mungkin berkorelasi dengan tingkat
> pendapatan per capitanya).
> >>
> >> Ini sekedar gambaran: UMR tahun 2012 sekarang ini sekitar 1,4-1,5
> jutaan. Bandingkan dengan angka UMRnya Perancis (SMIC) yang di awal tahun
> 2012 itu sekitar 1400 euro (~ 16,8 juta dengan kurs Rp 12,000). Dari angka
> Upah minimum ini saja negara kita itu 1/12nya negara Perancis
> >>
> >> Di wiki ada list yang cukup lengkap tentang upah minimum tiap negara,
> tapi ini saya cuplikan beberapa yang berkaitan dengan diskusi (negara :
> Upah Minimum tahunan - %GDP per capita):
> >>
> >> USA:15,080 - 33%
> >> Perancis:   17,701 - 53%
> >> Pakistan:2,484 - 93%
> >> Kuwait: 12,341 - 33%
> >> Malaysia:4,735 - 34%
> >> Philipina:   2,053 - 58%
> >> Indonesia:   1,027 - 25%
> >>
> >>
> >>
> >>
> >> salam,
> >>
> >>
> >>
> >> --- On Fri, 2/17/12, z...@gc.itb.ac.id  wrote:
> >>
> >> From: z...@gc.itb.ac.id 
> >> Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
> >> To: iagi-net@iagi.or.id
> >> Cc: iagi-net@iagi.or.id
> >> Date: Friday, February 17, 2012, 5:02 AM
> >>
> >> Rekans,
> >> Saya ingin berbagi pengalaman masalah "honor" ataupun "gaji"
> >> yang sedang
> >> didiskusikan ini.
> >> Tahun 2005 saya terlibat kerjasama internasional riset dan
> >> pengembangan
> >> pendidikan perguruan tinggi Asia dan Eropa melalui Program
> >> Asia Link
> >> dengan tema "Human Origins Patrimony in Southeast Asia -
> >> HOPsea" yang
> >> didanai oleh Uni Eropa.
> >> Dari Asia: Indonesia (ITB-Penanggungjawab Prof.Y.Zaim) dan
> >> Filipina (Univ.
> >> Philippines Dilliman - Manila,Prof.E.Dizon), Eropa: Perancis
> >> (Institut de
> >> Paleontologie Humaine-Paris,Prof.F.Semah) dan Jerman
> >> (Univ.of
> >> Frankfurt,Prof.F.Schrenk dan Dr.C.Hertler),dengan Team
> >> Leader-nya
> >> Perancis. Masing2 perwakilan diminta membuat proposal
> >> kegiatan dan anggota
> >> tim yang terlibat, untuk dikumpulkan dan dirangkum oleh team
> >> leader,
> >> diajukan ke Uni Eropa untuk pendanaan.
> >> Dalam usulan pendanaan, ada item "honor" peserta, meski
> >> dalam ketentuan
> >> komponen "honor" tersebut TIDAK BOLEH diterima pribadi,
> >> melainkan untuk
> >> operasional kegiatan, terutama untuk transportasi, karena
> >> transportasi
> >> tidak ditanggung oleh Uni Eropa dan menjadi tanggungjawab
> >> masing2
> >> perguruan tinggi yang terlibat. Oleh karena itu disepakati
> >> transportasi
> >> menggunakan dana dari "honor".
> >> Setelah dirangkum team leader, diedarkan kembali ke
> >> masing-masing negara
> >> peserta dan ketika saya cermati masalah
> >> pendanaan..sangat mengejutkan
> >> dan menyakitkan!
> >> Mengejutkan dan menyakitkan karena, coba lihat
> >> perbandin

Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia

2012-02-17 Thread Bandono Salim
Iya dong, setingkat laah. 
Kalo pemilik modal boleh saja, kalo sama2 pegawai kenapa lain?
Hehehe nasib bangsa terjajah dari dulu sampai sdh merasa merdeka 66th.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Shofiyuddin 
Date: Sat, 18 Feb 2012 08:10:54 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
Saya mau nanya, apa kita bisa terima kalo ada expatriat digaji lebih rendah
dari kita? Atau diperlakukan sebagai orang lokal?
On Feb 18, 2012 7:59 AM, "Bandono Salim"  wrote:

> Wah kasian pemilik kok begitu kapan warganegara ini jadi pemilik segala
> sumberdaya alam untuk kepentingan warganegara?
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -Original Message-
> From: Prianggito Sulistiono 
> Date: Sat, 18 Feb 2012 11:42:54
> To: 
> Reply-To: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
> Pak, ini cuma berlaku utk yg kerja di luar negri (dan bukan di middle
> east) Yg di Indonesia yaa jelas ada pembedaan.
> Postingan saya itu menanggapi rekan yg menulis mengenai kondisi di middle
> east
>
> salam
> PS
>
> Sent from my iPhone
>
>
> On 18/02/2012, at 11:34 AM, "Bandono Salim"  wrote:
>
> > Wah untung jua yang kerja di hard rock. Setau saya dulu ada beda gaji
> antara expat dgn indonesia tahun 70an di inco.  Entah sekarang.
> >
> > Kalau di dunia minyak, kita pemilik minyak hehehe kerjanya 
> > Gajinya 
> >
> > Gak apa yang penting happy.
> > Salam.
> > Powered by Telkomsel BlackBerry®
> >
> > -Original Message-
> > From: Prianggito Sulistiono 
> > Date: Sat, 18 Feb 2012 10:29:54
> > To: 
> > Reply-To: 
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
> > Kalau di sektor hard rock exploration / mining sih remunerasi
> profesional asal Indonesia yg bekerja di luar negeri disamakan dg bangsa2
> lain.  Tidak ada penerapan 'salary cap' berdasarkan bangsa atau warna kulit
> >
> > salam
> > Prianggito
> >
> > Sent from my iPhone
> >
> >
> > On 18/02/2012, at 8:51 AM, Sanggam Hutabarat 
> wrote:
> >
> >> Mas Noor cocok ..korelasi tepatnya bukan ke harkat ..profesional Ind.
> yg di luar maupun didalam banyak yg dapat paket yg bagus/sangt layak koq
> skrg ini..  Infonya kan angka kelas menengah di tanah air meningkat ckp
> tajam
> >>
> >>
> >>
> >> On Feb 17, 2012, at 7:31, noor syarifuddin 
> wrote:
> >>
> >> tahun 2005 UNESCO sebagai badan resmi dunia memang memandang harkat
> >Indonesia itu sangat rendah.
> >>
> >> saya kok jadi bingung kenapa gaji rendah kemudian menjadi ekivalen
> dengan harkat yang rendahmestinya bukan begitu yah
> >>
> >> UNESCO menetapkan standar itu kemungkinan berdasar indek kebutuhan
> hidup di masing-masing negara (yang mungkin berkorelasi dengan tingkat
> pendapatan per capitanya).
> >>
> >> Ini sekedar gambaran: UMR tahun 2012 sekarang ini sekitar 1,4-1,5
> jutaan. Bandingkan dengan angka UMRnya Perancis (SMIC) yang di awal tahun
> 2012 itu sekitar 1400 euro (~ 16,8 juta dengan kurs Rp 12,000). Dari angka
> Upah minimum ini saja negara kita itu 1/12nya negara Perancis
> >>
> >> Di wiki ada list yang cukup lengkap tentang upah minimum tiap negara,
> tapi ini saya cuplikan beberapa yang berkaitan dengan diskusi (negara :
> Upah Minimum tahunan - %GDP per capita):
> >>
> >> USA:15,080 - 33%
> >> Perancis:   17,701 - 53%
> >> Pakistan:2,484 - 93%
> >> Kuwait: 12,341 - 33%
> >> Malaysia:4,735 - 34%
> >> Philipina:   2,053 - 58%
> >> Indonesia:   1,027 - 25%
> >>
> >>
> >>
> >>
> >> salam,
> >>
> >>
> >>
> >> --- On Fri, 2/17/12, z...@gc.itb.ac.id  wrote:
> >>
> >> From: z...@gc.itb.ac.id 
> >> Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
> >> To: iagi-net@iagi.or.id
> >> Cc: iagi-net@iagi.or.id
> >> Date: Friday, February 17, 2012, 5:02 AM
> >>
> >> Rekans,
> >> Saya ingin berbagi pengalaman masalah "honor" ataupun "gaji"
> >> yang sedang
> >> didiskusikan ini.
> >> Tahun 2005 saya terlibat kerjasama internasional riset dan
> >> pengembangan
> >> pendidikan perguruan tinggi Asia dan Eropa melalui Program
> >> Asia Link
> >> dengan tema "Human Origins Patrimony in Southeast Asia -
> >> HOPsea" yang
> >> didanai oleh Uni Eropa.
> >> Dari Asia: Indonesia (ITB-Penanggungjawab Prof.Y.Zaim) dan
> >> Filipina (Univ.
> >> Philippines Dilliman - Manila,Prof.E.Dizon), Eropa: Perancis
> >> (Institut de
> >> Paleontologie Humaine-Paris,Prof.F.Semah) dan Jerman
> >> (Univ.of
> >> Frankfurt,Prof.F.Schrenk dan Dr.C.Hertler),dengan Team
> >> Leader-nya
> >> Perancis. Masing2 perwakilan diminta membuat proposal
> >> kegiatan dan anggota
> >> tim yang terlibat, untuk dikumpulkan dan dirangkum oleh team
> >> leader,
> >> diajukan ke Uni Eropa untuk pendanaan.
> >> Dalam usulan pendanaan, ada item "honor" peserta, meski
> >> dalam ketentuan
> >> komponen "honor" tersebut TIDAK BOLEH diterima pribadi,
> >> melainkan untuk
> >> operasional kegiatan, terutama untuk transportasi, karena
> >> transportasi
> >> tidak ditanggung oleh Uni Eropa dan menjadi tanggungjawab
> >> masing2
> >> perguruan tinggi yang terlib

Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia

2012-02-17 Thread rakhmadi . avianto
Soal gaji ini memang Pelik ya, tapi kalo GOI mau kaya negara2 ME mestine ya isa 
mas

Masalahnya ga brani aza kalee

Avi
NPA 0666

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Shofiyuddin 
Date: Sat, 18 Feb 2012 08:10:54 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
Saya mau nanya, apa kita bisa terima kalo ada expatriat digaji lebih rendah
dari kita? Atau diperlakukan sebagai orang lokal?
On Feb 18, 2012 7:59 AM, "Bandono Salim"  wrote:

> Wah kasian pemilik kok begitu kapan warganegara ini jadi pemilik segala
> sumberdaya alam untuk kepentingan warganegara?
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -Original Message-
> From: Prianggito Sulistiono 
> Date: Sat, 18 Feb 2012 11:42:54
> To: 
> Reply-To: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
> Pak, ini cuma berlaku utk yg kerja di luar negri (dan bukan di middle
> east) Yg di Indonesia yaa jelas ada pembedaan.
> Postingan saya itu menanggapi rekan yg menulis mengenai kondisi di middle
> east
>
> salam
> PS
>
> Sent from my iPhone
>
>
> On 18/02/2012, at 11:34 AM, "Bandono Salim"  wrote:
>
> > Wah untung jua yang kerja di hard rock. Setau saya dulu ada beda gaji
> antara expat dgn indonesia tahun 70an di inco.  Entah sekarang.
> >
> > Kalau di dunia minyak, kita pemilik minyak hehehe kerjanya 
> > Gajinya 
> >
> > Gak apa yang penting happy.
> > Salam.
> > Powered by Telkomsel BlackBerry®
> >
> > -Original Message-
> > From: Prianggito Sulistiono 
> > Date: Sat, 18 Feb 2012 10:29:54
> > To: 
> > Reply-To: 
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
> > Kalau di sektor hard rock exploration / mining sih remunerasi
> profesional asal Indonesia yg bekerja di luar negeri disamakan dg bangsa2
> lain.  Tidak ada penerapan 'salary cap' berdasarkan bangsa atau warna kulit
> >
> > salam
> > Prianggito
> >
> > Sent from my iPhone
> >
> >
> > On 18/02/2012, at 8:51 AM, Sanggam Hutabarat 
> wrote:
> >
> >> Mas Noor cocok ..korelasi tepatnya bukan ke harkat ..profesional Ind.
> yg di luar maupun didalam banyak yg dapat paket yg bagus/sangt layak koq
> skrg ini..  Infonya kan angka kelas menengah di tanah air meningkat ckp
> tajam
> >>
> >>
> >>
> >> On Feb 17, 2012, at 7:31, noor syarifuddin 
> wrote:
> >>
> >> tahun 2005 UNESCO sebagai badan resmi dunia memang memandang harkat
> >Indonesia itu sangat rendah.
> >>
> >> saya kok jadi bingung kenapa gaji rendah kemudian menjadi ekivalen
> dengan harkat yang rendahmestinya bukan begitu yah
> >>
> >> UNESCO menetapkan standar itu kemungkinan berdasar indek kebutuhan
> hidup di masing-masing negara (yang mungkin berkorelasi dengan tingkat
> pendapatan per capitanya).
> >>
> >> Ini sekedar gambaran: UMR tahun 2012 sekarang ini sekitar 1,4-1,5
> jutaan. Bandingkan dengan angka UMRnya Perancis (SMIC) yang di awal tahun
> 2012 itu sekitar 1400 euro (~ 16,8 juta dengan kurs Rp 12,000). Dari angka
> Upah minimum ini saja negara kita itu 1/12nya negara Perancis
> >>
> >> Di wiki ada list yang cukup lengkap tentang upah minimum tiap negara,
> tapi ini saya cuplikan beberapa yang berkaitan dengan diskusi (negara :
> Upah Minimum tahunan - %GDP per capita):
> >>
> >> USA:15,080 - 33%
> >> Perancis:   17,701 - 53%
> >> Pakistan:2,484 - 93%
> >> Kuwait: 12,341 - 33%
> >> Malaysia:4,735 - 34%
> >> Philipina:   2,053 - 58%
> >> Indonesia:   1,027 - 25%
> >>
> >>
> >>
> >>
> >> salam,
> >>
> >>
> >>
> >> --- On Fri, 2/17/12, z...@gc.itb.ac.id  wrote:
> >>
> >> From: z...@gc.itb.ac.id 
> >> Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
> >> To: iagi-net@iagi.or.id
> >> Cc: iagi-net@iagi.or.id
> >> Date: Friday, February 17, 2012, 5:02 AM
> >>
> >> Rekans,
> >> Saya ingin berbagi pengalaman masalah "honor" ataupun "gaji"
> >> yang sedang
> >> didiskusikan ini.
> >> Tahun 2005 saya terlibat kerjasama internasional riset dan
> >> pengembangan
> >> pendidikan perguruan tinggi Asia dan Eropa melalui Program
> >> Asia Link
> >> dengan tema "Human Origins Patrimony in Southeast Asia -
> >> HOPsea" yang
> >> didanai oleh Uni Eropa.
> >> Dari Asia: Indonesia (ITB-Penanggungjawab Prof.Y.Zaim) dan
> >> Filipina (Univ.
> >> Philippines Dilliman - Manila,Prof.E.Dizon), Eropa: Perancis
> >> (Institut de
> >> Paleontologie Humaine-Paris,Prof.F.Semah) dan Jerman
> >> (Univ.of
> >> Frankfurt,Prof.F.Schrenk dan Dr.C.Hertler),dengan Team
> >> Leader-nya
> >> Perancis. Masing2 perwakilan diminta membuat proposal
> >> kegiatan dan anggota
> >> tim yang terlibat, untuk dikumpulkan dan dirangkum oleh team
> >> leader,
> >> diajukan ke Uni Eropa untuk pendanaan.
> >> Dalam usulan pendanaan, ada item "honor" peserta, meski
> >> dalam ketentuan
> >> komponen "honor" tersebut TIDAK BOLEH diterima pribadi,
> >> melainkan untuk
> >> operasional kegiatan, terutama untuk transportasi, karena
> >> transportasi
> >> tidak ditanggung oleh Uni Eropa dan menjadi tanggungjawab
> >> masing2
> >> perguruan tinggi yang terlibat. Oleh karena itu disepakati

Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia

2012-02-17 Thread Bandono Salim
Kalau mau beda, yaa waktu kasih bonus di negaranya sono, itu kan urusan negara 
dgn warganya. Di sini kan siapa pemilik negri ini kan?

Mungki bener gak berani azaa
Salam 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: rakhmadi.avia...@gmail.com
Date: Sat, 18 Feb 2012 01:21:17 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
Soal gaji ini memang Pelik ya, tapi kalo GOI mau kaya negara2 ME mestine ya isa 
mas

Masalahnya ga brani aza kalee

Avi
NPA 0666

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Shofiyuddin 
Date: Sat, 18 Feb 2012 08:10:54 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
Saya mau nanya, apa kita bisa terima kalo ada expatriat digaji lebih rendah
dari kita? Atau diperlakukan sebagai orang lokal?
On Feb 18, 2012 7:59 AM, "Bandono Salim"  wrote:

> Wah kasian pemilik kok begitu kapan warganegara ini jadi pemilik segala
> sumberdaya alam untuk kepentingan warganegara?
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -Original Message-
> From: Prianggito Sulistiono 
> Date: Sat, 18 Feb 2012 11:42:54
> To: 
> Reply-To: 
> Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
> Pak, ini cuma berlaku utk yg kerja di luar negri (dan bukan di middle
> east) Yg di Indonesia yaa jelas ada pembedaan.
> Postingan saya itu menanggapi rekan yg menulis mengenai kondisi di middle
> east
>
> salam
> PS
>
> Sent from my iPhone
>
>
> On 18/02/2012, at 11:34 AM, "Bandono Salim"  wrote:
>
> > Wah untung jua yang kerja di hard rock. Setau saya dulu ada beda gaji
> antara expat dgn indonesia tahun 70an di inco.  Entah sekarang.
> >
> > Kalau di dunia minyak, kita pemilik minyak hehehe kerjanya 
> > Gajinya 
> >
> > Gak apa yang penting happy.
> > Salam.
> > Powered by Telkomsel BlackBerry®
> >
> > -Original Message-
> > From: Prianggito Sulistiono 
> > Date: Sat, 18 Feb 2012 10:29:54
> > To: 
> > Reply-To: 
> > Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
> > Kalau di sektor hard rock exploration / mining sih remunerasi
> profesional asal Indonesia yg bekerja di luar negeri disamakan dg bangsa2
> lain.  Tidak ada penerapan 'salary cap' berdasarkan bangsa atau warna kulit
> >
> > salam
> > Prianggito
> >
> > Sent from my iPhone
> >
> >
> > On 18/02/2012, at 8:51 AM, Sanggam Hutabarat 
> wrote:
> >
> >> Mas Noor cocok ..korelasi tepatnya bukan ke harkat ..profesional Ind.
> yg di luar maupun didalam banyak yg dapat paket yg bagus/sangt layak koq
> skrg ini..  Infonya kan angka kelas menengah di tanah air meningkat ckp
> tajam
> >>
> >>
> >>
> >> On Feb 17, 2012, at 7:31, noor syarifuddin 
> wrote:
> >>
> >> tahun 2005 UNESCO sebagai badan resmi dunia memang memandang harkat
> >Indonesia itu sangat rendah.
> >>
> >> saya kok jadi bingung kenapa gaji rendah kemudian menjadi ekivalen
> dengan harkat yang rendahmestinya bukan begitu yah
> >>
> >> UNESCO menetapkan standar itu kemungkinan berdasar indek kebutuhan
> hidup di masing-masing negara (yang mungkin berkorelasi dengan tingkat
> pendapatan per capitanya).
> >>
> >> Ini sekedar gambaran: UMR tahun 2012 sekarang ini sekitar 1,4-1,5
> jutaan. Bandingkan dengan angka UMRnya Perancis (SMIC) yang di awal tahun
> 2012 itu sekitar 1400 euro (~ 16,8 juta dengan kurs Rp 12,000). Dari angka
> Upah minimum ini saja negara kita itu 1/12nya negara Perancis
> >>
> >> Di wiki ada list yang cukup lengkap tentang upah minimum tiap negara,
> tapi ini saya cuplikan beberapa yang berkaitan dengan diskusi (negara :
> Upah Minimum tahunan - %GDP per capita):
> >>
> >> USA:15,080 - 33%
> >> Perancis:   17,701 - 53%
> >> Pakistan:2,484 - 93%
> >> Kuwait: 12,341 - 33%
> >> Malaysia:4,735 - 34%
> >> Philipina:   2,053 - 58%
> >> Indonesia:   1,027 - 25%
> >>
> >>
> >>
> >>
> >> salam,
> >>
> >>
> >>
> >> --- On Fri, 2/17/12, z...@gc.itb.ac.id  wrote:
> >>
> >> From: z...@gc.itb.ac.id 
> >> Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
> >> To: iagi-net@iagi.or.id
> >> Cc: iagi-net@iagi.or.id
> >> Date: Friday, February 17, 2012, 5:02 AM
> >>
> >> Rekans,
> >> Saya ingin berbagi pengalaman masalah "honor" ataupun "gaji"
> >> yang sedang
> >> didiskusikan ini.
> >> Tahun 2005 saya terlibat kerjasama internasional riset dan
> >> pengembangan
> >> pendidikan perguruan tinggi Asia dan Eropa melalui Program
> >> Asia Link
> >> dengan tema "Human Origins Patrimony in Southeast Asia -
> >> HOPsea" yang
> >> didanai oleh Uni Eropa.
> >> Dari Asia: Indonesia (ITB-Penanggungjawab Prof.Y.Zaim) dan
> >> Filipina (Univ.
> >> Philippines Dilliman - Manila,Prof.E.Dizon), Eropa: Perancis
> >> (Institut de
> >> Paleontologie Humaine-Paris,Prof.F.Semah) dan Jerman
> >> (Univ.of
> >> Frankfurt,Prof.F.Schrenk dan Dr.C.Hertler),dengan Team
> >> Leader-nya
> >> Perancis. Masing2 perwakilan diminta membuat proposal
> >> kegiatan dan anggota
> >> tim yang terlibat, untuk dikumpulkan dan dirangkum oleh team
> >> leader,
> >> diajukan ke Uni Eropa untuk pendanaan.
> >> Dalam usulan p

Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia

2012-02-17 Thread fatchur zamil
Kayaknya tarif/gaji tenaga ahli Indonesia mengacu pada aturan Bapenas dan 
Inkindo atau aturan lainnya(?), sehingga perusahaan asing nggajinya 
menyesuaikan aturan tersebut. Kalau memang begitu untuk menaikan derajatnya ya 
aturannya aja yang harus dirubah disesuaikan dengan referensi negara2 lain. Fz

--- Pada Sab, 18/2/12, Bandono Salim  menulis:

Dari: Bandono Salim 
Judul: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Sabtu, 18 Februari, 2012, 8:28 AM

Kalau mau beda, yaa waktu kasih bonus di negaranya sono, itu kan urusan negara 
dgn warganya. Di sini kan siapa pemilik negri ini kan?

Mungki bener gak berani azaa
Salam Powered by Telkomsel BlackBerry®From:  rakhmadi.avia...@gmail.com
Date: Sat, 18 Feb 2012 01:21:17 +To: ReplyTo:  

Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
Soal gaji ini memang Pelik ya, tapi kalo GOI mau kaya negara2 ME mestine ya isa 
mas

Masalahnya ga brani aza kalee

Avi
NPA 0666
Powered by Telkomsel BlackBerry®From:  Shofiyuddin 
Date: Sat, 18 Feb 2012 08:10:54 +0700To: ReplyTo:  

Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia
Saya mau nanya, apa kita bisa terima kalo ada expatriat digaji lebih rendah 
dari kita? Atau diperlakukan sebagai orang lokal? 
On Feb 18, 2012 7:59 AM, "Bandono Salim"  wrote:

Wah kasian pemilik kok begitu kapan warganegara ini jadi pemilik segala 
sumberdaya alam untuk kepentingan warganegara?

Powered by Telkomsel BlackBerry®



-Original Message-

From: Prianggito Sulistiono 

Date: Sat, 18 Feb 2012 11:42:54

To: 

Reply-To: 

Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia

Pak, ini cuma berlaku utk yg kerja di luar negri (dan bukan di middle east) Yg 
di Indonesia yaa jelas ada pembedaan.

Postingan saya itu menanggapi rekan yg menulis mengenai kondisi di middle east



salam

PS



Sent from my iPhone





On 18/02/2012, at 11:34 AM, "Bandono Salim"  wrote:



> Wah untung jua yang kerja di hard rock. Setau saya dulu ada beda gaji antara 
> expat dgn indonesia tahun 70an di inco.  Entah sekarang.

>

> Kalau di dunia minyak, kita pemilik minyak hehehe kerjanya 

> Gajinya 

>

> Gak apa yang penting happy.

> Salam.

> Powered by Telkomsel BlackBerry®

>

> -Original Message-

> From: Prianggito Sulistiono 

> Date: Sat, 18 Feb 2012 10:29:54

> To: 

> Reply-To: 

> Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia

> Kalau di sektor hard rock exploration / mining sih remunerasi profesional 
> asal Indonesia yg bekerja di luar negeri disamakan dg bangsa2 lain.  Tidak 
> ada penerapan 'salary cap' berdasarkan bangsa atau warna kulit


>

> salam

> Prianggito

>

> Sent from my iPhone

>

>

> On 18/02/2012, at 8:51 AM, Sanggam Hutabarat  wrote:

>

>> Mas Noor cocok ..korelasi tepatnya bukan ke harkat ..profesional Ind. yg di 
>> luar maupun didalam banyak yg dapat paket yg bagus/sangt layak koq skrg 
>> ini..  Infonya kan angka kelas menengah di tanah air meningkat ckp tajam


>>

>>

>>

>> On Feb 17, 2012, at 7:31, noor syarifuddin  wrote:

>>

>> tahun 2005 UNESCO sebagai badan resmi dunia memang memandang harkat 
>> >Indonesia itu sangat rendah.

>>

>> saya kok jadi bingung kenapa gaji rendah kemudian menjadi ekivalen dengan 
>> harkat yang rendahmestinya bukan begitu yah

>>

>> UNESCO menetapkan standar itu kemungkinan berdasar indek kebutuhan hidup di 
>> masing-masing negara (yang mungkin berkorelasi dengan tingkat pendapatan per 
>> capitanya).

>>

>> Ini sekedar gambaran: UMR tahun 2012 sekarang ini sekitar 1,4-1,5 jutaan. 
>> Bandingkan dengan angka UMRnya Perancis (SMIC) yang di awal tahun 2012 itu 
>> sekitar 1400 euro (~ 16,8 juta dengan kurs Rp 12,000). Dari angka Upah 
>> minimum ini saja negara kita itu 1/12nya negara Perancis


>>

>> Di wiki ada list yang cukup lengkap tentang upah minimum tiap negara, tapi 
>> ini saya cuplikan beberapa yang berkaitan dengan diskusi (negara : Upah 
>> Minimum tahunan - %GDP per capita):

>>

>> USA:        15,080 - 33%

>> Perancis:   17,701 - 53%

>> Pakistan:    2,484 - 93%

>> Kuwait:     12,341 - 33%

>> Malaysia:    4,735 - 34%

>> Philipina:   2,053 - 58%

>> Indonesia:   1,027 - 25%

>>

>>

>>

>>

>> salam,

>>

>>

>>

>> --- On Fri, 2/17/12, z...@gc.itb.ac.id  wrote:

>>

>> From: z...@gc.itb.ac.id 

>> Subject: Re: [iagi-net-l] Gaji expat di Indonesia

>> To: iagi-net@iagi.or.id

>> Cc: iagi-net@iagi.or.id

>> Date: Friday, February 17, 2012, 5:02 AM

>>

>> Rekans,

>> Saya ingin berbagi pengalaman masalah "honor" ataupun "gaji"

>> yang sedang

>> didiskusikan ini.

>> Tahun 2005 saya terlibat kerjasama internasional riset dan

>> pengembangan

>> pendidikan perguruan tinggi Asia dan Eropa melalui Program

>> Asia Link

>> dengan tema "Human Origins Patrimony in Southeast Asia -

>> HOPsea" yang

>> didanai oleh Uni Eropa.

>> Dari Asia: Indonesia (ITB-Penanggungjawab Prof.Y.Zaim) dan

>> Filipina (Univ.

>> Philippines Dilliman - Manila,Prof.E.Dizon), Eropa: Perancis

>> (Institut de

>> Pa