Re: [iagi-net-l] mengapa hanya di Indonesia ?

2005-01-23 Terurut Topik MANWAR
Abah,

Setahu saya, pak Sigit Sukmono sudah sangat sering memberikan kursus di luar
negri. Kebetulan dalam 2 tahun terakhir ini saya ada kerjasama dengan
beliau. Tapi untuk bisa ketemu beliau cukup sulit karena harus mnyesuaikan
dengan jadwal mengajarnya di LN.
Wah, kok jadi saya yang menjawab.

MA

- Original Message -
From: [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Thursday, January 20, 2005 9:39 AM
Subject: [iagi-net-l] mengapa hanya di Indonesia ?


 


 Pak Sigit Sukmono


 Dr.Sigit Sukmono

 Sudah sejak lama saya sangat terkesan dengan kursus dan langkah
 profesional Anda.
 Saya sangat ikut berbangg hati bahwa dari sektor Ilmu Kebumian,
 ITB rasanya tidak tertinggal dari negara negara di Asia, hal ini
 juga saya dengar dari beberapa rekan yang bekerja di malaysia.

 Saya sangat akan lebih bahagia , apabila kursus kursus Anda itu dapat
 juga dilakukan diluar Indonesia , katakanlah Malaysia , Brunei ,
 Filipina , Vietnam (yang juga sedang sangat aktif saat ini).

 Mungkin ada kendala pemasaran ?

 Apabila IHRDC , Petro Consultant dsb bisa mengadakan kursus kursus
 serupa di Indonesia (dengan contoh contoh kasus yang kadang kurang
 cocok diterapkan disini), tentunya Anda akan lebih mampu untuk me-
 lakukan hal itu paling tidak di Kawasan Asia Tenggara.
 Data sebagai reference ? Saya yakin banyak fihak yang akan mau
 membantu Anda.

 Semoga Anda tidak berkecil hati mendengar harapan dari seorang
 old soldier semacam saya.

 Good luck dan doa saya bersama Anda.

 Si - Abah.



 -
 To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
 To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy
Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
 Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
 Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
 -





-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



Re: [iagi-net-l] persaudaraan Islam dan tsunami

2005-01-06 Terurut Topik MANWAR
Abah,

Tadi malam di TV7 ada wawancara singkat perihal penilaian atas sumbangan
Aceh (saya tidak sempat tahu namanya). Ia mengatakan Indonesia harus
hati-hati dengan bantuan dari negara asing. Pengalaman menunjukkan
bantuan dari negara-negara maju sering tidak murni, karena ada
embel-embel persyaratan di belakangnya. Misalnya bantuan itu bersifat
pinjaman jangka panjang dengan bunga sangat rendah, atau bantuan itu akan
diberikan dalam bentuk in-kind yang pengeluarannya diatur oleh mereka
sendiri (untuk membayar peralatan, orang dan transport mereka sendiri).
Itulah barangkali bedanya bantuan negara barat dengan negara timur tengah.
Jadi kesimpulannya, nilai bantuan jangan dilihat hanya dari besarnya uang
saja.

MA

- Original Message -
From: [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, January 05, 2005 9:10 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] persaudaraan Islam dan tsunami


 
   Terima kasih Sdr. Fahrur Rozi , tapi buat saya tambah jelas malahan
 bahwa concern mereka (negara negara dan saudara saudara kita di negara
 minyak yang kaya raya) itu kalah dibandingkan dengan negara lainnya
 yang penduduknya minoritas muslim.
 Kalau kita hitung maka jumlah dari sumbangan dari negara besar dan yang
 kecil kecil (non muslim) adalah US $ 1,797 Billion .
 Dari negara jazirah dan Telk total adalah US$ 24,629 Million hal ini
 memang karena secara jumlah negara lebih sedikit.
 Sumbangan dari Arab dan Qatar malahan lebih sedikit dari sumbangan negara
 yang pernah menjadi musuh RI yaitu Portugal ( Portugal 11 sedangkan Arab
 dan Qatar 10).

 Jadi angka yang terakhir ini bisa memperlihatkan apa yang saya maksudkan
 dalam e-mail saya pertama.

 Mungkin ada yang mau menambahkan ??

 Si Abah

   ada kok pak, tapi pers gak mengekspos, berikut daftar sumbangan dari
  negara tetangga:
  Japan   : $500 million.
  US  : $350 million.
  Britain : $ 95 million
  Sweden  : $ 75.5 million
  Spain   : $ 68 million
  China   : $ 60 million
  France  : $ 57 million
  Australia   : $ 46.7 million.
  Canada  : $ 33 million.
  Germany : $ 27 million
  Switzerland : $ 21.9 million
  Denmark : $ 18.1 million
  Norway  : $ 16.6 million
  Portugal: $ 11 million
  Qatar   : $ 10 million
  Saudi Arabia: $ 10 million
  Singapore   : $  3.6 million
  New Zealand : $  3.5 million
  Finland : $  3.3 million
  Kuwait  : $  2 million
  UAE : $  2 million
  Ireland : $  1.4 million
  Italy   : $  1.3 million
  Turkey  : $  1.25 million
  Czech Rep.  : $750,000
  Iran: $627,000
  South Korea : $600,000
  Hungary : $411,000
  Greece  : $397,000
  Luxembourg  : $265,000
 
  -Original Message-
  From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Sent: Tuesday, January 04, 2005 9:51 AM
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: [iagi-net-l] persaudaraan Islam dan tsunami
 
 
 
 
 
  Rekan rekan
 
  Saya ini Muslim , dan sepanjang saya pelajari kita sesama Muslim adalah
  saudara.
  Mungkin ada yang dapat menerangkan kegelisahan saya (yg sudah lama ) dan
  ini bukan dan tidak bermaksud bersifat SARA.
 
  Dengan kejadian tsunami dimana korban terbesar dari Provinsi NAD , satu
  satunya provinsi yang menjalankan syariat Islam secara konsekwen ,
sangat
  masuk akal bahwa korban sebagian terbesar tentunya adalah masyarakat
  Muslim.
 
  Maka berbondong bondong lah kita dan dunia internasional memberikan
  bantuan dari  Polisi Dunia (USA) , Inggris , tetangga yang kadang kadang
  sangat memusuhi kita Australia , New Zaeland , Perancis , Jepang dsb.
  Tapi saya belum mendengar (apa tidak dicover mas media ya ) , bantuan
dari
  dsudara saudara kita dari negara kaya di Jazirah Arab dan negara Teluk
,
  Saya tidak tahu apa mereka itu kurang kaya sehingga  sedang menghitung
  hitung bantuan yang akan diberikan , ataukah tidak tergerak nuraninya
  dengan penderitaan saudaranya se - Agama.
 
  Maaf , sekali lagi ini hanyalah kegelisahan saya sebagai seorang Muslim
  dari negara miskin yang sedang tertimpa musibah besar.
 
  Terima kasih kalau ada yang dapat memberikan pencerahan.
 
  Si Abah
 
 
 
  -
  To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
  To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
  Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
  IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
  IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
  Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy
  Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
  Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
  Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
  Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
  Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
  [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
  Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
  

Re: [iagi-net-l] BP Migas Berharap Mahkamah Konstitusi Tidak Batalkan U U Migas

2004-12-20 Terurut Topik MANWAR
Saya jadi inget, di tahun 1966 saya pernah bertanya ke pakYuwono Sudarsono
(Menhan dan mantan Gubernus Lermhannas) perihal pengertian dikuasi oleh
negara pada pasal 33 UUD 45. Menurut beliau, masalah itu sudah menjadi
perdebatan panjang dari berbagai kalangan (dan pernah mencuat ke permukaan
ketika bisnis keluarga Cendana merambah ke bidang SDA).
Minimal ada 3 pihak yang punya kepentingan yaitu rakyat (LSM), negara
(pemerintah) dan pengusaha (penambang, pedagang, dll) dan masing-masing
pihak ingin mendefinisikan pengertian dikuasai berdasarkan kepentingannya.
Ada yang ingin mengambangkan pengertiannya (pengusaha), sementara yang lain
ingin mengabsolutkannya (LSM). Pak Yuwono (waktu itu) cenderung mengartikan
dikuasai sama dengan dikendalikan dan bukan dimiliki. Sebagai contoh,
pemerintah tidak memiliki air tanah tetapi mengendalikannya. Hal serupa juga
bisa diterapkan untuk minyak bumi.
Dalam pelaksanaannya negara dapat menunjuk (menguasakan) lembaga milik
pemerintah (contohnya BP Migas) sebagai pengendali SDA. Dalam UU Migas,
batas penguasaannya diatur sampai di titik penyerahan (well head). Setelah
itu menjadi komoditi dagangan (bisa dijual bebas). Padahal, menurut UUD
penguasaan tersebut adalah untuk tujuan kemakmuran rakyat, yang berarti
pengendaliannya harus sampai di tangan rakyat (konsumen akhir). Barangkali
rantai penguasaan inilah yang masih menjadi bahan perdebatan. Hal serupa
mungkin juga terjadi pada SDA yang lain.
Kita tunggu saja bagaimana sikap MK.

MA (bukan singkatan mahkamah agung)

- Original Message -
From: ismail [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Monday, December 20, 2004 8:43 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] BP Migas Berharap Mahkamah Konstitusi Tidak
Batalkan U U Migas


 Dua UU ( Migas , listrik) tsb yang dimasalahkan bahwa dua UU itu
 bertentangan dg UUD, seharusnya kedua komoditi tsb dikuasai oleh negara
 karena menyangkut hajat hidup orang banyak.
 Sebetulnya yg dinamakan Dikuasai oleh Negaraitu bagaimana to ? Apakah
 Negara harus mengambilnya sendiri dari dalam tanah, kemudian menjual atau
 memproses dan menjual hasilnya kepada rakyat dg harga yang murah ( kalau
 ongkos produksinya lebih mahal maka negara hrs mensubsidi.)
 Apakah memberikan Kuasa Pertambangan (KP) itu juga tdk bertentangan dg
UUD,
 mengingat Kekuasaan yg dimiliki  negara dialihkan kepada pihak lain.
 Kalau kita amati felosofi dari UU tsb adalah memberikan fungsi masing
masing
 kepada setiap stikholder SDA, bagaimana seharusnya fungsi Negara sebagai
 Penguasa SDA, Bagaimana fungsi pemerintah sebagai alat Negara dan
 Bagaimana fungsi pedagang bid SDA. yang sebelumnya fungsi fungsi tsb
saling
 dirangkap, ibaratnya pemain tapi juga merangkap wasitnya.

 ISM


 ISM

 -
 Subject: Re: [iagi-net-l] BP Migas Berharap Mahkamah Konstitusi Tidak
 Batalkan U U Migas


   Adakah yg tahu sisi lemah dari UU Migas ?
   Saya kok malah curiga adanya perebutan kepentingan pribadi/kelompok
   ketimbang kepentingan negara secara utuh ya
   ah suudzon kali ya ... :(
  
   Moga2 tidak ada yg berusaha membatalkannya. Sehingga kita dapat
   langsung konsentrasi meningkatkan usaha penemuan ladang-ladang baru.
 
   RDP
   ===
 
 
Menurut saya secara UU , UU no 21 itu sudah memadai dalam arti kata
  bahwa memang Negara melalui BP Migas sudah sangat menentukan arah dari
  kegiatan sektor hulu Migas.
  BP Migas bukan hanya saham (??? mungkin istilahnya ndak tepat ya)
dikuasai
  secara mayoritas oleh Negara , tetapi dia memang adlah negara.
  Memang kemudian terjadi komplikasi komplikasi akibat BP - Migas bukanlah
  suatu entity bisnis.
  Hal lain yang dilupakan () adalah suatu kenyaatan bahwa untuk
memiliki
  suatu posisi tawar yang tinggi Pemerintah harus memiliki suatu entity
  bisnis yang kuat dibidang hulu migas (baca Pertamina yang kuat).
  Sehingga kalau Kontraktor agak ndablek , BUMN inilah yang menjadi alat
  pemerintah untuk melakukan aktifitas.
  Dus Pertamina harus mendapatkan perlakuan khusus yang positip tentu saja
!
  Hanya kenyataan pahit yang ada didepan mata, contoh soal CEPU yang
memang
  sejak awal adalah WKP Pertamina , malahan kebijakan   Pemerintah
kayaknya
  ndak jelas dan tidak mendukung BUMN-nya sendiri.
  Apakah ada trade off dibelakang layar saya tidak tahu kontrak TAC dengan
  apa mungkin dg Exxonmobil diperpanjang , tapi embargo senjata dilepas .
Ya
  kalau ini sih namanya politik 
  Tentu saja dengan catatan bahwa Pertamina harus mau berubah dan menjadi
  suatu entity bisnis yang didukung oleh  direksi dan karyawan yang sudah
  tahu bisnis.
  Amandemen 
  Mungkin saja , ditolak dan Pemerintah mengamandemen UU tsb, tapi apakah
  kalau itu ditolak , lalu kegiatan hulu menjadi kacau , kayaknya tidak
juga
  ya .
  Kan  pengaturan akan kembali ke UU . No 8 thn 1971 (Cwiiiw).
 
  Si Abah
 
 
   BP Migas Berharap Mahkamah Konstitusi Tidak Batalkan UU Migas
   Sabtu, 18 Desember 2004 | 05:27 WIB
  
   TEMPO Interaktif, Jakarta:Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP
   Migas) 

Re: [iagi-net-l] Perlu Insentif Fiskal untuk Investor Migas -- anda setuju ?

2004-12-02 Terurut Topik MANWAR
Urun tanggapan,

Isu pajak dan bea masuk (impor) untuk industri  migas sudah sering diangkat
dalam berbagai seminar sejak UU migas baru dikeluarkan. Saya pernah ikut
seminar perihal kebijakan fiskal untuk industri migas. Disana, pejabat Bea
Cukai menjelaskan sudah ada kesamaan persepsi dengan BP Migas perihal bea
masuk, bahwa PSC yang ditandatangani sesudah UU baru akan dikenai bea masuk,
sedang PSC lama tidak. BP Migas sudah menyerahkan daftar PSC  JOB lama (+/-
100 kumpeni) kepada Bea Cukai. Namun dalam pelaksanaannya tidak semudah yang
dibayangkan, karena pelaksana di lapangan masih menghadapi berbagai kendala
(termasuk pengenal impor) (sehingga PSC dirugikan).
BP Migas pernah mengadakan seminar di Bali untuk membahas masalah investasi
dengan menghadirkan berbagai tokoh migas. Hilmi Panigoro (CEO Medco) sebagai
salah satu pembicara mengatakan, seminar itu tidak banyak manfaatnya kalau
tidak menghadirkan pejabat Dept Keuangan, karena masalah utama yang dihadapi
investor migas adalah pajak dan tenaga kerja.
Forum wartawan ESDM juga pernah mengadakan seminar yang berusaha menampilkan
berbagai tokoh terkait di bidang investasi migas. Pak Suyitno selaku
Direktur Eksekutif IPA antara lain menyampaikan masalah perpajakan sebagai
faktor penghambat investasi (dalam masa eksplorasi). Namun sayangnya, Dirjen
Pajak yang dijadwalkan menjadi salah satu pembicara berhalangan hadir.
Nampaknya Departemen Keuangan berpersepsi bahwa aturan pajak harus
diberlakukan untuk semua jenis industri (keadaan normal ), sementara
investor migas menginginkan perlakukan khusus (terutama pada masa
eksplorasi), sebagaimana pada PSC lama.
Selanjutnya bagaimana, mari kita tunggu.

MA

- Original Message -
From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, December 02, 2004 12:41 PM
Subject: [iagi-net-l] Perlu Insentif Fiskal untuk Investor Migas -- anda
setuju ?


 Dirjen Migas: Perlu Insentif Fiskal untuk Investor Migas
 Selasa, 30 November 2004 | 15:43 WIB

 TEMPO Interaktif, Jakarta: Pemerintah Indonesia terus menggodok paket
 insentif fiskal untuk investor migas dan pertambangan. Insentif ini
 diberikan agar sektor migas dan pertambangan semakin menarik. Besok
 Rabu ada pertemuan dengan Dirjen Pajak, mudah-mudahan setelah itu
 sudah mencapai final, apa tindaklanjut dan keputusan yang akan
 dikeluarkan, kata Iin Arifik Takhyan dalam konggres Ikatan Ahli
 Teknik Perminyakan Indonesia di Jakarta, Selasa (30/11).

 Menurutnya sebelumnya telah ada pertemuan dengan Dirjen Pajak yang
 meminta agar masalah pajak dikembalikan dalam keadaaan normal.
 Masalah perpajakan ini sering dijadikan alasan enggannya investor
 menanamkan modal di Indonesia. Dalam UU Migas yang lama, para
 kontraktor migas tidak perlu membayar pajak selama masa eksplorasi.
 Sedangkan dengan UU Migas baru pajak telah dikenakan saat masa
 eksplorasi.

 Dalam Production Sharing Contract itu pengertiannya dengan membayar
 85 persen itu sudah termasuk pajak-pajak, lalu ada PPN yang harus di
 reimburse itu yang sedang kita perjuangkan, tandas Iin. Pembagian
 hasil minyak antara pemerintah dan kontraktor dalam kontrak produksi
 bersama (Production Sharing Contrac) telah disepakati 85:15. Namun
 saat ini Pemerintah (dalam hal ini Dirjen Pajak) masih tetap
 mengenakan bea impor untuk barang yang digunakan dalam eksplorasi
 migas ketika masuk ke Indonesia. Sebenarnya bea impor barang ini dapat
 saja diminta kembali oleh kontraktor namun diperlukan angka pengenal
 impor.

 Dalam UU Migas lama, impor barang kontraktor migas ditanggung
 Pertamina dengan menggunakan angka pengenal impor milik Pertamina.
 Namun saat ini, tambah Iin, masalah hulu industri migas diserahkan ke
 Badan Pengelola Migas. BP Migas ini bukan sebuah perusahaan melainkan
 Badan Hukum sehingga tidak memiliki angka pengenal impor.

 Dengan dikelola BP migas, angka pengenal impor tidak jelas, maka ada
 kemungkinan akan diserahkan ke PSC atau kepada BP Migas dengan
 pengecualian, tutur Iin. Saat ini Dirjen Pajak sedang
 mempertimbangkan apakah perlu ada keputusan menteri keuangan yang
 harus diubah dan diteliti apakah permintaan itu sesuai dengan UU yang
 ada.

 Sebelumnya Menteri Pertambangan dan Energi Purnomo Yusgiantoro
 menjanjikan paket kebijakan berisi insentif untuk menggairahkan sektor
 pertambangan yang akan dikeluarkan dalam waktu dekat. Ia mengatakan,
 paket ini nantinya bisa dituangkan dalam surat keputusan bersama (SKB)
 menteri atau keputusan presiden. Kita belum tahu bentuknya bagaimana,
 masih digarap. Tapi kita harapkan bisa dikeluarkan secepatnya, kata
 Purnomo. Harapannya, saat kunjungan delegasi Kamar Dagang Amerika
 bidang Energi pada Januari 2005 diharapkan konsep itu telah tersedia.

 Muhamad Fasabeni - Tempo



 --
 my blog :
 http://putrohari.tripod.com/Putrohari/

 -
 To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 IAGI-net Archive 1: 

Re: [iagi-net-l] Badan Geologi Nasional (BGN)

2004-10-25 Terurut Topik MANWAR
Sedikit informasi historis tentang Patra Nusa Data (PND) dan National Data
Center (NDC).
Pemikiran bermula dari ketentuan perundangan bahwa data migas adalah milik
negara. Sayangnya, pemerintah tidak memiliki cukup dana untuk mengelolanya
(lebih dari 1,5 M rph pertahun), yang selama ini dibebankan ke Pertamina.
Timbullah ide untuk membentuk pusat pengelolaan data yang modern, yang
dananya diusulkan ditanggung bersama para KPS, tetapi ternyata mereka
keberatan. Akhirnya, Ditjen Migas membentuk PND yang salah satu fungsinya
mendukung pemasaran lahan migas. Repotnya, PND hanya mengurusi data yang
bisa dikomersialkan sementara sebagian besar data lainnya masih menjadi
beban Pertamina. Dengan berubah statusnya menjadi persero yang harus profit
oriented, BUMN imi keberatan menanggung beban tersebut terus menerus.
Menteri ESDM menelorkan ide membentuk NDC dibawah koordinasi Badan Litbang
ESDM (bukan Lemigas) untuk mengelola seluruh data ESDM (bukan migas saja).
NDC sudah beroperasi di gedung BRI II Jln. Sudirman JKT. Konsepnya,
mengelola data secara komersial (siapa yang butuh harus membayar iuran).
Peraturan pemerintah tentang usaha hulu migas (PP Hulu) yang baru
dikeluarkan minggu lalu, mendukung keberadaan NDC. PP Hulu juga mengatur
tentang badan usaha yang melakukan survey umum. Apakah ini ada kaitannya
dengan BGN ? Mungkin hal ini perlu diklarifikasikan ke Dept ESDM, apa visi
dan misi BGN.

Marwadi Anwar

- Original Message -
From: nsyarifuddin [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]; Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, October 26, 2004 2:34 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Badan Geologi Nasional (BGN)


 Jangan lupa Puslitbang Geoteknologi itu di bawah LIPI yang setahu saya
 kepalanya itu juga langsung lapor ke presiden.jadi perkara akses sudah
 gak kurang-kurang kok.

 Perkara dasar di kita adalah -maaf- arogansi antar birokrasi yang membuat
 proses sinergi menjadi susah. Contoh kasus yang yang mungkin masih in
adalah
 proses pembentukan pusat data nasional untuk industri perminyakan. Dulu
 sudah dibentuk satu institusi pelaksanya (Patra Nusa Data kalau gak salah
 namanya). Tapi dalam perjalanan, kelihatannya PND susah sekali mengakses
 data-data yang seharusnya sudah ada dalam pengelolaan mereka.
 Kemudian, belum lama berselang (1 tahun yl), saya dengar akan dibentuk
atau
 malah sudah dibentuk institusi baru yang namanya NDC (national Data
Center)
 dibawah koordinasi Lemigas kalau nggak salah. Saat ini saya gak tahu lagi
 bagaimana perkembangan kedua institusi ini. Tapi yang jelas tentunya akan
 ada singgungan atau overlap atau malah bentrokan wewenang antara keduanya.

 Jadi kebayang khan, dengan yang ada saja kelihatannya dana operasional
yang
 tersedia sudah pas-pasan. Apalagi kalau dibentuk lembaga baru lagi, ya
 tambah di atas kertas saja semuanya.
 alias OMDO he  he  he  he

 1. Saran saya : serahkan pekerjaan pada ahlinya
 - peta geologi dan geofisika : P3G
 - geologi kelautan : Puslitbang Geologi kelautan
 - gunung api : dit volkanologi
 - urusan bencana longsor : dit GTL
 - urusan mineral logam : ada dit SDM
 - urusan batubara : ada puslitbang batubara
 - urusan minyak : sudah ada lemigas, BP Migas, Migas dll, kurang apa lagi
?

 2. Pertanyaan saya : jadi bagian mana yang akan diurusi oleh BGN
 nantinya...?


 salam,







-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



Re: [iagi-net-l] Saat Tuhan Memerintahkan Geologi Membinasakan Sodom danGomorrah

2004-10-21 Terurut Topik MANWAR
Diskusi yang menarik. Untuk memahami hubungan kitab suci, bencana alam dan
peradaban manusia, perlu ditarik pemahaman sbb :
1. Kisah penghancuran umat dalam kitab suci adalah pelajaran dari sang
Pencipta kepada umat manusia yang hidup dikemudian hari. Kalimatnya singkat
sehingga untuk mengetahui hubungan antara sebab (ulah manusia) dan
akibat (bencana alam) perlu penelaahan (tafsir) lebih lanjut, dimana tafsir
tiap orang bisa berbeda dan belum tentu benar. Kita contohkan, ada anak
tidak diberi uang jajan oleh orang tuanya sebagai hukuman karena sering
keluyuran malam. Anak tersebut mungkin tidak ngerti apa hubungan uang jajan
dengan keluar malam. Tapi bila anaknya mampu memahami pola pikir orang
tuanya, dia akan tahu hubungannya. Jadi, jika manusia mampu memahami jalan
Allah (sunnatullah), ia akan tahu hubungan sebab akibat tadi.
2. Sunnatullah diterjemahkan menjadi ilmu pengetahuan. Pemahaman ilmu
melalui 2 arah, yaitu ilmu yang dikembangkan oleh manusia dan ilmu yang
diturunkan Allah melalui makhluk pilihannya berupa wahyu, karomah, dll.
Kebenaran ilmu yang diturunkan Allah bersifat mutlak dan kebenaran ilmu
manusia bersifat nisbi. Tugas kita adalah mencari sambungan kedua ilmu tadi.
3. Allah mencipta alam (khalaq) melalui suatu proses. Ada proses yang sudah
dapat dipahami oleh manusia (menjadi ilmu) dan ada yang belum. Mukjizat dan
kejadian gaib adalah contoh proses yang belum dapat dipahami oleh manusia.
4. Manusia adalah makhluk istimewa yang diberikan akal dan kebebasan apakah
akan memilih ikut kehendak Allah (beragama) atau kehendak syetan (ingkar).
Bila mengikuti kehendakNya akan mendapat pahala dan sebaliknya akan mendapat
dosa. Pemberian pahala / dosa didunia atau di akhirat juga merupakan proses.
Penghancuran umat manusia terdahulu melalui bencana alam juga ada prosesnya.
Cuma kita saja yang belum tentu mengerti bagaimana proses itu.

MA

- Original Message -
From: O.K Taufik [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, October 20, 2004 11:22 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Saat Tuhan Memerintahkan Geologi Membinasakan
Sodom danGomorrah


Memang tak point ke pointlah hubungannya, karena keragaman manusia menzalimi
dirinya dari waktu ke waktu semakin bervariasi, turunnya mutu lingkungan
hidup, dan endemi penyakit dengan virus yg tak dikenal sebelumnya belum
dimasukkan sebagai alternatif melumatkan manusia. kita hanya belajar saja
dari apa yg dialami manusia terdahulu, bahwa kezaliman yg dilakukan manusia
sendiri selalu beresiko, bahwa yg akan menjadi mediator pelumat adalah alam,
penyakit, kelaparan, dll kita tak tahu. Seperti yg ditulis Mas Awang bahwa
phenomena alam tersebut bagi yg memahami bisa menjadi bahan meningkatkan
keimanan seseorang, bahwa yg buruk-buruk itu datangnya dari manusia, yg
baik-baik itu datangnya dari Allah SWT...mungkin itu yg disadari bung ferdi,
perlunya hidup mengikuti alur tuhan, sampai ke darah dan DNA mengikuti alur
tuhan, seperti yg difirmankan oleh Allah SWT: Bahwa semua materi dialam
semesta bertasbih secara teratur kepadaNYA, sehingga ada keteraturan,
kepatuhan dan keseimbangan, bukan chaos seperti yg dilukiskan si ferdi ;
bencana, bunuh-bunuhan dll...
Eh..mana Geologinya Vick?

selamat ramadhan

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, October 20, 2004 7:59 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Saat Tuhan Memerintahkan Geologi Membinasakan
Sodom danGomorrah


Kalau mencari hubungan kausal antara korupsi dengan banjir di Jakarta
barangkali masih memungkinkan.

Nah bagimana hubungan kausal erupsi volcanic dengan riba atau kezaliman ?
Terus terang aku yg paling unik nantinya melihat hubungan kausal
antara freelive dengan gempa bumi, serta pasang surut laut ... :p

Btw,
aku suka dengan satu kata dari Taufik  ... wallahualam
yang saya artikan secara bebas menjadi kalimat ...
bagaimanapun juga kita mesti mempelajari seluruh alam.

RDP

On Wed, 20 Oct 2004 07:32:38 +0700, O.K Taufik [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Ada dua sisi yang menarik dipelajari dari dimusnahkannya beberapa kaum
oleh Allah SWT, secara global ada dua 1. adalah phenomena alam sebagai
mediator 2. penyebab dimusnahkannya kaum tersebut. Phenomena alam yang
tercatat adalah, gempa, eruption gunung api, petir, hujan dan banjir,
perubahan temperatur yg cepat dan extreem, storm, gelombang pasang-surut
dll.
 Penyebabnya adalah peyimpangan prilaku seksual, penyimpangan konsep
ketuhanan, penipuan takaran, kesombongan penguasaan pembangunan, penindasan,
kezaliman dan ketidakadilan. kalau bahasa kontemporernya, Frelive, freesex,
neo-liberalism, kolonialisme, materialistik, konsep ekonomi riba, korupsi,
kedigjayaan penguasaan hitek, superpower, genocide, dan mungkin globalisasi.
Semuanya ada saat ini, bagaimana pembalasannya..semua phenomena alam akan
bersinergy saat itu, untuk memusnahkan planet bumi dan manusia yg zalim.
wallahualam







-
To unsubscribe, 

[iagi-net-l] Ramadhan

2004-10-10 Terurut Topik MANWAR
Menyongsong bulan suci Ramadhan ini, kami menyampaikan salam kepada seluruh kaum 
muslimin yang membaca imil ini. 
Sebagai langkah persiapan menuju bulan ampunan, kami memohon maaf atas segala 
kekhilafan di masa lalu.
Mari kita berdoa semoga Allah SWT memberi kekuatan iman dan jasmani serta meridhoi 
amal ibadah kita. 
Amiin.

Marwadi Anwar


Re: [iagi-net-l] Saudis to Boost Oil Production Capacity as Price Hits $50

2004-10-01 Terurut Topik MANWAR
Konon katanya subsidi yang nilainya sakhohah itu (60 trilyun = 1/4 juta rph
perkepala) hanya sedikit yang dinikmati rakyat kecil. Sebagian besarnya
dinikmati oleh industri, pengusaha, pedagang dan penggede. Katanya nih,
mereka beli BBM dengn harga subsidi, terus dijual ke LN kemudian diimport
lagi dengan harga internasional. Kalau omsetnya jutaan barel, berapa trilyun
kebocoran subsidinya ?
Kalau SBY dan pemerintahan barunya bisa mengatasi mafia tersebut, sudah
lumayan efisiensinya.
Pemerintah sebenarnya sudah punya konsep untuk menghilangkan subsidi secara
bertahap, yaitu melepaskan harga ke mekanisme pasar. Tapi konsepnya buyar
keterjang urusan politik.
Pemerintahan baru harus punya keberanian untuk mengkonsep ulang penghapusan
subsidi tersebut. Di sisi penggunaan juga harus dibuat aturan-aturan yang
mengarah kepada efisiensi BBM, misalnya menetapkan pajak tinggi bagi mobil
yang cc nya besar (boros bensin), pembangunan transportasi massal (kereta
api) dalam kota, diversifikasi energi (dari BBM ke gas, dll).
Kalau mengharap kesadaran wargawegara untuk berhemat, wah susah mas.

MA

- Original Message -
From: Bambang Murti [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, October 01, 2004 10:55 AM
Subject: !RE: [iagi-net-l] Saudis to Boost Oil Production Capacity as Price
Hits $50


Wah, itu kenyataan yang harus dihadapi. Nah sekarang, sebagai anak
bangsa, apa kira-kira tindakan nyata yang bisa kita lakukan ?
Sumbang saran ? Hemat bahan bakar ? Patungan beli bus supaya bisa ngajak
temen-temen yang terbiasa bawa mobil sendiri-sendiri,  otomatis
mengurangi pemakaian bahan bakar ?
Lha kalau cuma mengeluh terus, Bardjo wae iso !!

-Original Message-
From: MANWAR [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, October 01, 2004 10:02 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Saudis to Boost Oil Production Capacity as
Price Hits $50

Negara kita memang sudah oil net importer. Produksi minyak DN menurun,
sementara kebutuhan meningkat terus, yang berarti impor akan naik terus
dengan harga yang juga naik terus. Tahun ini saja, subsidi BBM yang
direncanakan 9 trilyun, katanya akan membengkak hingga 60 trilyun.
Pemerintah tidak berani menaikkan harga BBM karena khawatir menimbulkan
gejolak politik yang luar biasa apalagi di saat ada pemilu (ingat,
kerusuhan
tahun 1988 diawali dari kenaikan harga BBM).
Pertanyaannya, darimana pemerintah mendapatkan dana subsidi tersebut ?
Ini
PR buat pemerintahan baru.
Kalau harga dinaikkan, efek domino akan terjadi. Seluruh pengguna BBM
dan
mata rantainya akan menjerit, termasuk PLN, industri, dan akhirnya
seluruh
rakyat. Kalau tidak dinaikkan, beban utang akan semakin membengkak, dan
anak
cucu kita akan ikut menderita. Krisis kedua akan melanda Indonesia ?
Wallahu
a'lam.

MA

- Original Message -
From: O.K Taufik [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, October 01, 2004 8:54 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Saudis to Boost Oil Production Capacity as
Price
Hits $50


dulu sebelum domestic fuel consumption sebesar sekarang, kenaikan harga
minyak berarti berkah buat pemerintah..ada gain buat pendapatan devisa
yg tak di perkirakan, biasanya penysunan ABPN-kan di patok pada harga
minyak saat itu, sekarang harga minyak naik, membuat semuanya menjerit,
pengusaha sangat kesusahan dengan biaya produksi yg naik, beberapa PLN
daerah yg masih tergantung BBM malah akan menurunkan daya supplynya,
negara juga harus menyediakan dana untuk subsidi BBM ke masyarakat.
Dengan ditambah situasi masalah hukum di abitrase HI, akan kah kita
mengalami kesulitan BBM?

-Original Message-
From: Ariadi Subandrio [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, October 01, 2004 8:22 AM
To: [EMAIL PROTECTED]; Rovicky Dwi Putrohari
Subject: Re: [iagi-net-l] Saudis to Boost Oil Production Capacity as
Price Hits $50


Dari minyak rasanya sudah sangat sulit kita dapat tambahan rejeki. Dari
mana lagi harapan tambahan produksi minyak Indonesia. Tahun 2001
(2002?), Caltex masih ngebor dengan 56an rigs, konon sekarang tinggal 18
(bahkan denger2 kemarin udah cabut lagi dua, jadi tinggal 16). Mudah2an
windfall penjualan gas-gas kita dapat memberi tambahan rejeki.

Akan semakin komplikated, jika khabar bahwa arm Pertamina untuk
impor-export crude PT. PETRAL kalah dalam pengadilan (masalah klaim KBC
yg menuntut pembekuan Petral) di Hongkong. Akibat lanjut dari situasi
tersebut adalah kemungkinan terganggunya pasokan feed untuk BBM Dalam
Negeri. Sementara BBM domestik tetep pake crude international price. dan
Tak ada kenaikan harga BBM. Selamat datang pemerintah baru.

salam,
ar-





-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL

Re: [iagi-net-l] Saudis to Boost Oil Production Capacity as Price Hits $50

2004-09-30 Terurut Topik MANWAR
Negara kita memang sudah oil net importer. Produksi minyak DN menurun,
sementara kebutuhan meningkat terus, yang berarti impor akan naik terus
dengan harga yang juga naik terus. Tahun ini saja, subsidi BBM yang
direncanakan 9 trilyun, katanya akan membengkak hingga 60 trilyun.
Pemerintah tidak berani menaikkan harga BBM karena khawatir menimbulkan
gejolak politik yang luar biasa apalagi di saat ada pemilu (ingat, kerusuhan
tahun 1988 diawali dari kenaikan harga BBM).
Pertanyaannya, darimana pemerintah mendapatkan dana subsidi tersebut ? Ini
PR buat pemerintahan baru.
Kalau harga dinaikkan, efek domino akan terjadi. Seluruh pengguna BBM dan
mata rantainya akan menjerit, termasuk PLN, industri, dan akhirnya seluruh
rakyat. Kalau tidak dinaikkan, beban utang akan semakin membengkak, dan anak
cucu kita akan ikut menderita. Krisis kedua akan melanda Indonesia ? Wallahu
a'lam.

MA

- Original Message -
From: O.K Taufik [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, October 01, 2004 8:54 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Saudis to Boost Oil Production Capacity as Price
Hits $50


dulu sebelum domestic fuel consumption sebesar sekarang, kenaikan harga
minyak berarti berkah buat pemerintah..ada gain buat pendapatan devisa
yg tak di perkirakan, biasanya penysunan ABPN-kan di patok pada harga
minyak saat itu, sekarang harga minyak naik, membuat semuanya menjerit,
pengusaha sangat kesusahan dengan biaya produksi yg naik, beberapa PLN
daerah yg masih tergantung BBM malah akan menurunkan daya supplynya,
negara juga harus menyediakan dana untuk subsidi BBM ke masyarakat.
Dengan ditambah situasi masalah hukum di abitrase HI, akan kah kita
mengalami kesulitan BBM?

-Original Message-
From: Ariadi Subandrio [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, October 01, 2004 8:22 AM
To: [EMAIL PROTECTED]; Rovicky Dwi Putrohari
Subject: Re: [iagi-net-l] Saudis to Boost Oil Production Capacity as
Price Hits $50


Dari minyak rasanya sudah sangat sulit kita dapat tambahan rejeki. Dari
mana lagi harapan tambahan produksi minyak Indonesia. Tahun 2001
(2002?), Caltex masih ngebor dengan 56an rigs, konon sekarang tinggal 18
(bahkan denger2 kemarin udah cabut lagi dua, jadi tinggal 16). Mudah2an
windfall penjualan gas-gas kita dapat memberi tambahan rejeki.

Akan semakin komplikated, jika khabar bahwa arm Pertamina untuk
impor-export crude PT. PETRAL kalah dalam pengadilan (masalah klaim KBC
yg menuntut pembekuan Petral) di Hongkong. Akibat lanjut dari situasi
tersebut adalah kemungkinan terganggunya pasokan feed untuk BBM Dalam
Negeri. Sementara BBM domestik tetep pake crude international price. dan
Tak ada kenaikan harga BBM. Selamat datang pemerintah baru.

salam,
ar-





-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



Re: [iagi-net-l] Pak Dirut

2004-08-25 Terurut Topik MANWAR
Penjualan saham antara perusahaan swasta dengan BUMN berbeda masalahnya.
BUMN umumnya mengelola aset atau lahan strategis milik negara yang berarti
juga milik rakyat.
Coba bayangkan seandainya perusahaan kereta api dijual ke swasta, siapa yang
bisa menentukan harga jual jalan ka (termasuk tanahnya) yang panjangnya
ribuan km. Nah, disinilah timbulnya peluang permainan dalam penentuan harga
jual. Jadi tidak heran kalau penjualan BUMN selalu dipolitisir karena di
dalamnya ada sejumlah aset yang nilainya debatable (bisa dinilai dari
berbagai aspek).

Marwadi A.

- Original Message -
From: [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, August 26, 2004 7:34 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Pak Dirut



 saya heran kenapa masih ada phobia terhadap perusahaan yang dijual
 sahamnya. padahal itu adalah cita-cita semua orang yang berbisnis. medco
 sesudah menjadi besar pun punya cita2 bisa dijual sahamnya di bej, sesudah
 itu pun maish kurang, kepengin lagi untuk dijual di nyse. selain itu
 laksamana juga sudah berbicara banyak tentang manfaat-mudharatnya prinsip
 portofolio untuk perusahaan pemerintah.

 petronas pun seperti itu, banyak anak perusahaan yang sudah menguntungkan
 dan di luar core bisnis juga dijual seperti petronas gas yang sudah
 listed di mse (dulu klse), begitu juga klcc holdings (property termasuk
 twin tower, exxonmobil dll) juga dijual sahamnya. bagusnya lagi semua
orang
 bisa membeli saham ini, tidak terbatas pada orang berduit saja.

 memang itulah bedanya, kalau di indonesia semua hal dipolitisir sehingga
 setiap kebijakan bisa dipelintir menjadi jahat dengan hanya permainan
 kata-kata. jaman suharto dulu, tutut buat jalan tol tapi herannya kok
 bisa dicaci maki semua orang yang sekarang selalu memanfaatkan jalan tol
 yang merupakan legacy dari tutut tersebut. sekarang, sampai sekarang
 tidak ada seorang pun yang berani membuat jalan tol di indonesia.

 regards-





   Rovicky Dwi
   Putrohari   To:
[EMAIL PROTECTED]
   [EMAIL PROTECTED] cc:
   il.com  Subject: RE: [iagi-net-l]
Pak Dirut

   26/08/2004 08:07
   AM
   Please respond
   to iagi-net





 From: [EMAIL PROTECTED]
 
 Kalau sudah di level top top  manajemen, saya pikir
 semua bisnis 'sama'.
 
 Yang menjadi kekhawatiran saya adalah Pertamina akan di 'indosat' kan.
 Alias dijual
 
 Karena dari wawancara dg. Laks. di website IA-ITB, si Laks. ini melihat
 negara sebagai
 suatu perusahaan. Mana yang tidak untung dijual.
 Sumber berita Tempo 26 tgl. 29 /8/2004 :

 Berita ttg tidak diperpanjangnya ExxonMobil di Cepu cukup memberikan
 harapan
 tetapi kekhawatiran Amir mungkin ada benarnya.
 lihat artikel dibawah sana.


 RDP


 Ekonomi  Bisnis
 Pertamina
 Menjual Anak dalam Timangan

 Pertamina akan menjual Patra Jasa dan Pelita Air Service.


 --
--

 BAGI Wahyu Hidayat, hari-hari mendatang boleh jadi paling menegangkan.
 Betapa tidak, pembenahan PT Pelita Air Service, anak perusahaan PT
 Pertamina
 di sektor angkutan udara, menjelang episode akhir. Nasib Pelita, bersama
14
 anak perusahaan Pertamina lainnya, bakal ditentukan dalam waktu dekat.
 Kajian direksi sang induk perusahaan terhadap nasib sang anak sudah
rampung
 Juli lalu.

 Bagai meramal nasib, Wahyu Hidayat, Direktur Utama Pelita, sedang
 giat-giatnya membuat analisis atas nasib perusahaan yang dipimpinnya. Dia
 juga menyewa konsultan dari luar sejak sebulan lalu. Biar lebih
obyektif,
 katanya kepada Taufik Kamil dari TEMPO pekan lalu.

 Bukan rahasia lagi, sebelum Pertamina menjadi perseroan pada 17 September
 tahun lalu, anak-anak perusahaan Pertamina lebih mirip benalu ketimbang
 madu. Alih-alih mereka memberikan keuntungan, sang induk justru terus
 menyusui mereka. Beban itu makin berat setelah Pertamina menjadi
perseroan.
 Karena itu, program restrukturisasi anak perusahaan menjadi kian penting.

 Memakan waktu enam bulan, kajian direksi Pertamina semasa Ariffi Nawawi
 membuahkan formula: tiga perusahaan akan dijual, bahkan kemungkinan
 dilikuidasi, tiga perusahaan akan dimerger, dan delapan lagi
dipertahankan.
 Kami sudah menetapkan secara definitif, kata direktur Pertamina masa
 Ariffi, lima hari sebelum dirinya diganti mendadak itu.

 Langkah baru yang justru dimulai Ariffi Nawawi dkk. tak berlanjut lantaran
 penggantian mendadak itu. Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi malah
 mengestafetkan tugas itu kepada Widya Purnama, Direktur Utama PT Indosat
 Tbk. Widya Purnama adalah salah seorang tokoh sukses penjualan saham
 Indosat
 milik pemerintah RI ke STT Singapura.

 Pertamina sebenarnya sudah memetakan kegiatan bisnis anak-anak
 perusahaannya. Dari 15 anak perusahaan, delapan dinyatakan terkait dengan
 bisnis inti atau core sang induk di migas: PT Elnusa, PT Geo Dipa, PT
 Pertahulu Energy, 

Re: [iagi-net-l] Pak Dirut

2004-08-25 Terurut Topik MANWAR
Pada upacara 17 Agustus 2004, Widya Purnama selaku inspektur (atau pembina
yaah) upacara berpidato tanpa text dan secara tegas mengatakan tidak ada
rencana sedikitpun untuk menjual Pertamina. Bagaimana bila diperintah oleh
Laksamana Sukardi ? ia bertanya dan menjawab sendiri  lebih baik saya
mengundurkan diri.
Jadi sikap beliau sudah jelas.

MA

- Original Message -
From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, August 26, 2004 7:07 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Pak Dirut


 From: [EMAIL PROTECTED]
 
 Kalau sudah di level top top  manajemen, saya pikir
 semua bisnis 'sama'.
 
 Yang menjadi kekhawatiran saya adalah Pertamina akan di 'indosat' kan.
 Alias dijual
 
 Karena dari wawancara dg. Laks. di website IA-ITB, si Laks. ini melihat
 negara sebagai
 suatu perusahaan. Mana yang tidak untung dijual.
 Sumber berita Tempo 26 tgl. 29 /8/2004 :

 Berita ttg tidak diperpanjangnya ExxonMobil di Cepu cukup memberikan
harapan
 tetapi kekhawatiran Amir mungkin ada benarnya.
 lihat artikel dibawah sana.


 RDP


 Ekonomi  Bisnis
 Pertamina
 Menjual Anak dalam Timangan

 Pertamina akan menjual Patra Jasa dan Pelita Air Service.


 --
--
 BAGI Wahyu Hidayat, hari-hari mendatang boleh jadi paling menegangkan.
 Betapa tidak, pembenahan PT Pelita Air Service, anak perusahaan PT
Pertamina
 di sektor angkutan udara, menjelang episode akhir. Nasib Pelita, bersama
14
 anak perusahaan Pertamina lainnya, bakal ditentukan dalam waktu dekat.
 Kajian direksi sang induk perusahaan terhadap nasib sang anak sudah
rampung
 Juli lalu.

 Bagai meramal nasib, Wahyu Hidayat, Direktur Utama Pelita, sedang
 giat-giatnya membuat analisis atas nasib perusahaan yang dipimpinnya. Dia
 juga menyewa konsultan dari luar sejak sebulan lalu. Biar lebih
obyektif,
 katanya kepada Taufik Kamil dari TEMPO pekan lalu.

 Bukan rahasia lagi, sebelum Pertamina menjadi perseroan pada 17 September
 tahun lalu, anak-anak perusahaan Pertamina lebih mirip benalu ketimbang
 madu. Alih-alih mereka memberikan keuntungan, sang induk justru terus
 menyusui mereka. Beban itu makin berat setelah Pertamina menjadi
perseroan.
 Karena itu, program restrukturisasi anak perusahaan menjadi kian penting.

 Memakan waktu enam bulan, kajian direksi Pertamina semasa Ariffi Nawawi
 membuahkan formula: tiga perusahaan akan dijual, bahkan kemungkinan
 dilikuidasi, tiga perusahaan akan dimerger, dan delapan lagi
dipertahankan.
 Kami sudah menetapkan secara definitif, kata direktur Pertamina masa
 Ariffi, lima hari sebelum dirinya diganti mendadak itu.

 Langkah baru yang justru dimulai Ariffi Nawawi dkk. tak berlanjut lantaran
 penggantian mendadak itu. Menteri Negara BUMN Laksamana Sukardi malah
 mengestafetkan tugas itu kepada Widya Purnama, Direktur Utama PT Indosat
 Tbk. Widya Purnama adalah salah seorang tokoh sukses penjualan saham
Indosat
 milik pemerintah RI ke STT Singapura.

 Pertamina sebenarnya sudah memetakan kegiatan bisnis anak-anak
 perusahaannya. Dari 15 anak perusahaan, delapan dinyatakan terkait dengan
 bisnis inti atau core sang induk di migas: PT Elnusa, PT Geo Dipa, PT
 Pertahulu Energy, dan PT Usayana di sektor hulu, serta PT Elnusa Harapan,
 Petral, PT Pertamina Tongkang, dan PT Pertajaya Lubrindo di sektor hilir.

 Tujuh dikategorikan tidak menunjang bisnis inti atau noncore: PT Pertamina
 Saving  Investment (layanan jasa keuangan), PT Pertamina Bina Medika
(jasa
 kesehatan), PT Pelita Air Service (penerbangan), PT Patra Jasa (hotel 
 properti), PT Tugu Pratama Indonesia (asuransi), PT Pertamina Training 
 Consulting (pendidikan), dan PT Patra Dok Dumai (dok dan perbengkelan).

 Dokumen yang diterima TEMPO menyatakan, anak-anak perusahaan yang
menunjang
 bisnis inti induk tetap dipertahankan. Yang tidak menunjang mungkin dijual
 atau dimerger. PT Pelita Air Service, Patra Jasa, dan PT Patra Dok Dumai
 masuk kategori divestasi. Bahkan arahan komisaris menyebutkan anak
 perusahaan yang berlokasi di Batam itu sebaiknya dilikuidasi. Di luar itu,
 seperti PT Tugu Pratama, PT Pertamina Saving  Investment, dan PT
Pertamina
 Training  Consulting, dipertahankan se-mentara karena masih untung.

 Di dokumen itu disebutkan bahwa kondisi perusahaan dok dan perbengkelan
 tersebut terparah dari anak-anak perusahaan lainnya. Selain perusahaan itu
 punya utang Rp 45 miliar, aset-asetnya parah. Hampir 90 persen berumur
lebih
 dari 30 tahun. Tahun lalu, kinerjanya jeblok hingga merugi Rp 9,5 miliar.
 Tingkat return on equity (ROE) pun minus 12 persen.

 Padahal tingkat ROE yang sehat menjadi persyaratan utama hidup-mati sang
 anak perusahaan. Sesuai dengan rapat umum pemegang saham, direksi harus
 melakukan restrukturisasi anak perusahaan, kata komisaris Pertamina, Roes
 Aryawijaya, Patokannya hanya satu tingkat ROE yang lebih baik dari
tingkat
 SBI. Kalau lebih buruk, ya, didivestasi, bahkan dilikuidasi.

 Wakil Direktur Utama PT Pertamina, Mustiko Saleh, yang 

Re: [iagi-net-l] Sdr. Bambang Indroyono

2004-05-06 Terurut Topik MANWAR
Keluarga besar JOB Pertamina Costa IGL ikut belasungkawa atas meninggalnya
Sdr. Bambang Indroyono. Semoga Allah SWT memberikan ketabahan kepada
keluarga yang ditinggalkan.

Marwadi A.

- Original Message -
From: Maryanto [EMAIL PROTECTED]
To: CPI IAGI [EMAIL PROTECTED]; [EMAIL PROTECTED];
'Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI)' [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, May 06, 2004 7:31 AM
Subject: [iagi-net-l] Sdr. Bambang Indroyono


 Innalilahi wa inna illahi rojiun,
 Telang berpulang kerahahmatulloh, Sdr. Bambang Indroyono, Kamis 6 Mei
2004,
 jam 04:00 WIB, di RS. Medistra, Jakarta.   Semoga  Alloh menerima amalnya,
 mengampuni dosanya, dan memberi ketabahan untuk keluarga yang
 ditinggalkannya.  Amin.

 Pemakaman : jam 09:00, Kamis, 6 Mei 2004, di Makam Pondok Kelapa, Jakarta.

 Rumah duka: Rumah F-15, Belakang Hotel Horizon, Bekasi.

 Riwayat hidup:
 1958Lahir di Yogyakarta
 1974-1976SMA 3B, Yogyakarta.
 1977-1983Fisika/Geofisika, FMIPA, UGM, Yogyakarta.
 1983-1996?  ARCO Jakarta.
 1996? -2004 Elnusa, Jakarta.
 Pernah menjadi Ketua I HAGI Pusat.

 Wassalam,
 Maryanto,
 Exploration, Caltex,
 Rumbai.




-

To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/

IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi



Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id

Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])

Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])

Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])

Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])

Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])

-



[iagi-net-l] lowongan HSE

2004-05-06 Terurut Topik MANWAR
Sorry, numpang lewat,
JOB Pertamina Costa International Group Ltd. memerlukan tenaga kontrak selama 6 bulan 
(bisa diperpanjang) untuk 1 orang Koordinator HSE, untuk ditempatkan di kantor pusat 
dengan alamat Menara Global Lt. 7 Jln. Jend. Gatot Subroto Kav. 27, Jakarta. 
Kualifikasi : S1, berpengalaman di bidang HSE pada industri minyak hulu (terutama 
driliing / work over dan lapangan produksi di daerah offshore) yang didukung dengan 
kursus-kursus dibidang tersebut (heatlh, safety, environment).
Bila ada yang berminat silahkan menyampaikan CV kepada General Manager JOB Petamina 
Costa IGL pada alamat tersebut. Harap memberikan nomor telpon atau alamat e mail untuk 
komunikasi cepat. 
Mohon maaf, kami hanya akan menghubungi peminat yang kualifikasinya cocok dengan 
kebutuhan.
Terima kasih

MA


Re: [iagi-net-l] Meninggal Dunia

2004-03-16 Terurut Topik MANWAR
Inna lillaahi wa inna ilaihi roji'uun.
Keluarga besar JOB Pertamina Costa IGL ikut belasungkawa atas berpulang
kerahmatullah nya ayahanda Pak Anditya.
Semoga pak Andit dan keluarga diberikan kesabaran dan ketabahan.

a/n Keluarga JOB Pertamina Costa IGL
Marwadi Anwar

- Original Message -
From: M.Yustika [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, March 16, 2004 7:37 AM
Subject: [iagi-net-l] Meninggal Dunia


 Inalillahi Roji'un, telah meninngal dunia tadi pagi jam 6.05 di Rumah
Sakit
 Cipto Mangunkusumo Jakarta  ayahanda dari Sdr Anditya Ibrahim (BP Migas).

 Kami keluarga besar Eksplorasi PetroChina menyatakan turut berduka cita
 semoga keluarga yang di tinggalkan tabah dalam menghadapi semuanya ini.

 Maryke




-

To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/

IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi



Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id

Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])

Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])

Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])

Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])

Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])

-



Re: [iagi-net-l] DPR Tak Setuju Perubahan Split Bagi Hasil Migas

2004-02-19 Terurut Topik MANWAR
Bicara tentang daya tarik investor, PSC term hanyalah salah satu aspek
disamping aspek-aspek lainnya.
Diantaranya aspek geologis, sejauh mana tingkat keyakinan investor terhadap
isi cadangan migas yang masih tersisa di negri ini. Tentunya berbeda antar
cekungan.
Kemudian aspek medan / infrastruktur, sejauh mana memberikan dukungan
terhadap upaya pengurasan cadangan.
Yang lain lagi aspek sosial, politik, keamanan, hukum, dll, sejauh mana
mampu memberikan perlindungan terhadap investasi mereka. Satu hal lagi
adalah aspek persaingan bisnis, yaitu PSC term negara-negara lain.
Kalau mau fair, mestinya dipetakan dulu seberapa besar pengaruh
masing-masing aspek tersebut terhadap minat investor. Kemudian kalau sudah
ketemu, dibuat rumus PSC Split = f (geologi, infrastuktur, politik,
etc,etc. ) pokoknya ruwet deh. Caranya ? Diseminarkan. Orang Indonesia
kan banyak yang hobi seminar. Hee hee.
Salam,
Marwadi Anwar

- Original Message -
From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, February 19, 2004 5:22 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] DPR Tak Setuju Perubahan Split Bagi Hasil Migas


 Rud,

 Barangkali betul kalau DPR 'kurang' paham soal bisnis migas ini. Dan IAGI
 bisa saja emnyelenggarakan seminar khusus utk itu. Ndak usah profit
oriented
 pun, dengan biaya dari DPR aku yakin dananya ada (wong buat demo aja ada
yg
 mendanai kok :).
 Namun aku masih ragu-ragu apakah bener bahwa iklim yg kurang menarik ini
 akibat dari split bagi hasil yang kecil ?

 Utk perusahaan pure EP yg ngga punya support services kuat, maka split
 ini mungkin kurang menarik. Tetapi kalau utk perusahaan super-market
 (serba ada, punya rig sendiri, punya logging sendiri, punya seismic proc
 sendiri dll), maka iklim model sekarang ini justru sangat menguntungkan
 apalagi dengn cost recovery scheme yg menggiurkan ... :)

 Perusahaan2 China masuk ke ngindo juga bersama-sama membawa rig companies,
 seismic processing companies dll. Nah karena Cina ini negara sosialis,
 makanya semua prusahaan ini dianggap single corporate entity  mirip
 perusahaan supermarket lah.

 Namun sakjannya selain pertanyaan awal diatas masih perlu dipertanyakan
 ulang adalah ... apakah PSC scheme ini sudah optimum buat Indonesia maupun
 contractor ?

 kalao belajar dengan tetangga2 yang sudah meninggalkan CR, kayaknya kok
ada
 yg missed disini 
 salah satunya pengawasan !!

 RDP

 From: Rudhy Tarigan [EMAIL PROTECTED]
 Reply-To: [EMAIL PROTECTED]
 To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]
 Subject: RE: [iagi-net-l] DPR Tak Setuju Perubahan Split Bagi Hasil Migas
 Date: Thu, 19 Feb 2004 16:51:33 +0700
 
 Mas Rovicky ,saya setuju dengan usulan si AbahKalau Pak Priyo 
 anggota komisi VIII kita
 perlu mengikuti kursusnya pak Ong : Economic awareness in the EP of Oil

 Gas industry, sehingga
 mereka sedikit banyaknya dapat pencerahan mengenai Petroleum Exploration
 Business in Indonesia,
 saya kira pak Menteri Purnomo  pak Rahmat S mengusulkan perubahan split
 itu tentu ada dasarnya
 karena mereka sudah memahami seluk beluk iklim investasi oil gas kita.
 atau kalau perlu pak Priyo dkk bisa  mengikuti kursusnya Daniel Johnston
 (Pakar PSC term)di Houston sana ,sehingga mereka lebih memahami lagi
 masalah strong  weakness nya PSC term kita.
 saya kira memang sudah waktunya berubah di era globalisasi seperti
sekarang
 initentu tujuan akhirnya untuk menarik minat investor ke indonesia
 seperti dulu lagi ( mbludak)...!!
 
 salam,
 rudhy tarigan
 
 
 -Original Message-
 From: Yanto R. Sumantri [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Thursday, February 19, 2004 2:54 PM
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Re: [iagi-net-l] DPR Tak Setuju Perubahan Split Bagi Hasil
 Migas
 
 
 Namanya juga DPR , kalau langsung setuju , tentunya akan dimarahi oleh
 rakyat - nya.
 Yang penting  adalah menerangkan secara teknis , mengapa harus diubah ,
 dan bagaimana dampaknya kalau tidak diubah , atau dengan kata lain kalau
 tidak diubah bagaimana supay rahayat masih bisa menimati
 sebesar-besarnya manfaat SDA.
 
 Kalau Mas Priyo Budi itu kan bukan geologist , buka juga petroleum
 enggineer , tetapi politikus yang duduk di Komisi VIII.
 
 Ya memang perlu pencerahan dooong , bagaimana kalau didakan kursus 
 Petroleum   Busineess  for DPR , yang menerangkan Upstream sampai
 Downstream Sector , jadi mereka mengerti bahwa bisnis minyak itu bukan
 hanya berlangsung di Indonesia.
 
 Hahahahahahahahahaha .
 
 Si Abah
 Rovicky Dwi Putrohari wrote:
  
   Adakah suara dari profesional migas ?
   IAGI-IATMI- dll ?
  
   RDP
   ==
   Rabu 18 Februari 2004 22:29:51 WIB
   DPR Tak Setuju Perubahan Split Bagi Hasil Migas
  
   MinergyNews.Com, Jakarta-- Komisi VIII DPR RI menyatakan tidak setuju
 dengan rencana pemerintah merubah split bagi hasil migas untuk menarik
 investor.
  
   Menurut anggota Komisi VIII DPR RI, Priyo Budi Santoso, pemerintah
tidak
 bisa seenaknya merubah split bagi hasil migas dengan alasan demi menarik
 investor. Saya tidak yakin 

Re: [iagi-net-l] Membeli data geology / perminyakan Indonesia di Amerika

2003-12-02 Terurut Topik MANWAR
Berbicara tentang kebocoran data yang secara legal berstatus sebagai
rahasia negara rasanya sudah menjadi rahasia umum. Mencari data di pasar
gelap kadang-kadang lebih mudah daripada di pasar terang (formal).
Sebenarnya Ditjen Migas sudah punya aturan main bagaimana mengelola data
migas, namun data itu umumnya tidak berada di tangannya, sehingga mudah
terjadi penyimpangan, apalagi teknologi copy mengcopy dan transfer sudah
demikian maju.
Kelihatannya Ditjen Migas perlu lebih serius menanganinya, tanpa harus
mengorbankan kepentingan dunia usaha.

Salam,
Marwadi Anwar

- Original Message -
From: PUTROHARI Rovicky [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, December 02, 2003 3:11 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Membeli data geology / perminyakan Indonesia di
Amerika


 Herman,
 Emang cukup banyak koleksinya, walopun tidak kumplit-plit tapi cukup utk
 studi ilmiah. Aku ngga yakin uni di Indonesia ada yg sekumplit ini utk
 data indonesianya.
 Apakah bener bahwa data ini bisa diakses (dibeli) ?
 Sebenernya siapa sih yg memiliki (proprietary right) dari data-data ini ?
 Indonesia, sponsor, atau sudah public domain ?
 Kalo mau nyari data di black market saja tentunya mudah mencarinya. Tapi
 UTAH.edu ini kan institusi resmi.
 Bisa jadi sulit melacak dari mana data itu lolos, beberapa aku lihat
 dari Huffco Brantas yg nota bene perusahaannya sudah lenyap, walopun
 daerahnya saat ini dikelola Lapindo Brantas dan mnurutku sudah ngga
 penting lagi mengetahui serta meneliti kebocoran ini. Namun mnurutku yg
 lebih penting Migas mustinya tanggap thd data yg mustinya masih menjadi
 proprietary Negara.

 Semoga data itu tidak dijual-belikan walopun sekedar ganti 'ongkos
 cetak' ... :(
 Aku nda tau apakah Dir MIGAS sudah membuka data menjadi open file
 setahuku policy-nya masih closed file?

 rdp




 Darman, Herman H BSP-TSX/4 [EMAIL PROTECTED]



 [iagi-net-l] Membeli data geology / perminyakan Indonesia
di Amerika

 Rekan-rekan,
 Jika anda mengalami kesulitan untuk mencari data di Indonesia boleh coba
 di EGI Utah.
 http://associates.egi.utah.edu


 Go to Quick Search select Indonesia, pilih data seismic, well,
 geochemistry atau lainnya. Saya browse well data, cukup lumayan juga
 koleksi mereka.

 Salam,

 Herman Darman







 -
 To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

 Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan
Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
 Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
 Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
 Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
 -





-
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



Re: [iagi-net-l] Indonesia Berpotensi Kehilangan Migas di Celah Timor

2003-09-25 Terurut Topik MANWAR
Ref.  Indonesia Berpotensi Kehilangan Migas di Celah Timor
 25 Sep 2003 11:26:5 WIB
Menurut hemat saya, potensi kehilangan migas di celah Timor adalah
konsekuensi logis dari hilangnya propinsi Timor Timur dari negara Indonesia.
Sebab, wilayah laut (batas negara) selalu dikaitkan dengan daratan terdekat.
Pembagian wilayah laut untuk propinsi di dalam negri juga dikaitkan dengan
batas wilayahnya di daratan.
Yang mungkin bisa dipejuangkan adalah investasi RI yang pernah dikeluarkan
di wilayah tersebut, sebagai saham RI untuk eksploitasi lebih lanjut (apa
ada ?)
Di sisi lain, setahu saya wilayah yang potensial adalah yang lokasinya lebih
dekat ke Australia (zona A, yang dalam perjanjian porsi RI cuma 10 %), dan
bila ditarik garis lurus ke wilayah perairan RI ke timur (Maluku) atau ke
barat (NTT) sudah masuk ke wilayah Australia. Artinya, lokasi terbut menjadi
daerah remote bagi Indonesia yang mungkin tidak fisibel lagi secara teknis
dan finansial.
Usulan Ariadi Subandrio untuk remapping batas wilayah RI dan Timor Leste
juga tidak banyak menolong. Pergeseran batas beberapa kilometer tidak akan
banyak mempengaruhi keekonomian lahan di wilayah laut.
Ini sekedar komentar saja.

Marwadi Anwar

- Original Message -
From: argo [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, September 25, 2003 3:00 PM
Subject: [iagi-net-l] Indonesia Berpotensi Kehilangan Migas di Celah Timor



 Akibat tidak diperbaruinya naskah perjanjian (treaty) 1989, Indonesia
 berpotensi kehilangan cadangan minyak dan gas bumi di wilayah Celah Timor.
 Diperkirakan, cadangan minyak dan gas bumi di salah satu wilayah Celah
 Timor berjumlah 3,4 triliun cubic feet (TCF) atau 96,2 miliar meter kubik.
 Contohnya di Bayu Undan. Diperkirakan cadangan minyak dan gas bumi di
sana
 berjumlah 3,4 TCF, dan itu kelas dunia, kata Ir. Bona Situmorang, PhD,
 anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) pada Tempo News Room. Namun,
 ia melanjutkan, karena naskah perjanjian tidak diperbarui, Indonesia tidak
 bisa melakukan kerja sama untuk eksploitasi di sana.

 Bona mengungkapkan, kontraktor yang akan melakukan eksploitasi di Bayu
 Undan adalah Philips Petroleum. Rencananya, mereka tahun depan (2004)
 sudah akan melakukan produksi, tutur Bona.

 Kapasitas awal yang akan diproduksi, kata Bona, berkisar 110 ribu barel
per
 hari. Jumlah tersebut dengan perincian 70 ribu untuk kondensat dan 40 ribu
 untuk LPG (liquefied petroleum gas).

 Selain Bayu Endan, ucap Bona, wilayah yang mempunyai cadangan minyak dan
 gas bumi di Celah Timor adalah Elang Kakaktua. Saat pertama kali
ditemukan,
 jumlah kapasitas awalnya 35 ribu barel per hari. Namun, jumlah itu
 sekarang sudah menurun, karena field life-nya lima tahun, katanya.

 Bona berpendapat, agar Indonesia dapat memperoleh sumber daya minyak dan
 gas di wilayah itu, perlu dilakukan penentuan batas permanen antara
 Indonesia, Timor Leste, dan Australia. Namun, ia mengingatkan, Indonesia
 juga harus memperhitungkan penentuan batas baru itu agar tidak
berimplikasi
 dengan batas-batas negara yang sudah disepakati sebelumnya.

 Selain menentukan batas permanen yang baru, khususnya antara Timor Leste
 dan Timor Barat (NTT), juga perlu ditetapkan konvensi mana yang akan
 digunakan untuk menentukan batas permanen tersebut, kata Bona.

 Sebelum Timor Leste merdeka, Bona memaparkan, Indonesia dan Australia
telah
 menyepakati kerja sama pengembangan sumber daya minyak dan gas bumi di
 Celah Timor yang dituangkan dalam naskah perjanjian (treaty) tahun
 1989. Perjanjian itu sendiri terjadi karena antara tahun 1979 sampai 1989
 tidak ada kesepakatan antara Indonesia dan Australia ihwal batas permanen
 kedua negara, tuturnya.

 Dalam naskah perjanjian tersebut, kata Bona, akhirnya dibentuk zona kerja
 sama (Zona A, B, dan C) antar kedua negara untuk mengambil minyak dan gas
 bumi di wilayah tersebut. Zona A adalah garapan bersama yang dibatasi pada
 daerah sengketa yang terletak antara median line (garis tengah) dan garis
 kedalaman 1.500 meter, sedangkan Zona B adalah daerah garapan Australia
 yang terletak antara garis tengah dan garis jarak 200 mil dari pantai
Pulau
 Timor, sisanya Zona C adalah daerah garapan Indonesia yang terletak antara
 garis kedalaman laut 1.500 m dan poros kedalaman laut dari Pulau Timor.

 Masalahnya, menurut Bona, begitu Timor Timur merdeka dan menjadi Timor
 Leste, naskah perjanjian itu turut lepas. Hal itu terjadi karena dalam
 naskah perjanjian itu disebutkan bahwa kerja sama yang dijalin antara
Timor
 Timur sebagai salah satu provinsi Indonesia dan Australia Bagian Utara,
 imbuhnya.

 Sebelumnya, Rabu (24/9) sore, Kelompok Kerja Pengkajian dan Perumusan
 Berbagai Aspek Strategis di Celah Timor (Pokja Celah Timor) meminta DPR
 agar mendesak Pemerintah Indonesia memperbarui perjanjian kerja sama
 eksploitasi minyak dan gas di Celah Timor. Pokja juga meminta pemerintah
 agar melakukan penelitian kembali atas nota kesepahaman yang telah dibuat
 antara Indonesia dan Australia mengingat telah