Sekedar urun rembug
Sebaiknya kita berTabbayun kepada pengurus IAGI yg sekarang.
Dan menyampaikan keinginan atau apapun uneg2 kita secara langsung mungkin dengan membuat janji pertemuan secara tertutup.
Karena saya menganggap bahwa para IAGI adalah seperti saudara, jadi sebaik-baiknya nasehat atau apapun yg akan kita sampaikan adalah secara langsung sehingga sama2 enak karena apa yg ingin kita sampaikan dapat langsung, dan orang yang menerima / mendengar apa2 yg kita inginkan juga lega hati karena tidak banyak orang yang tahu dan InsyaAllah justru malah dapat konsentrasi untuk memperbaiki kekurangannya.
Saya kira usaha yang pertama adalah hal itu yaitu sampaikan / klarifikasi secara langsung (pertemuan tertutup)
Karena milis IAGI ini saya yakin diikuti juga non geologist termasuk wartawan.
Dan (meskipun saya tidak ikutan memilih pengurus dan saya juga sangat banyak pengurus IAGI yg tidak saya kenal) saya yakin (sampai saat ini dan InsyaAllah sampai kemudian nanti) mereka telah dengan tulus ikhlas bekerja menjadi pengurus, terlepas dengan segala kekurangannya.
Saya tidak ada niat apapun ataupun membela siapapun. Landasan saya cuma (karena saya Muslim) bahwa kita sebaiknya selalu Husnudzon dan ber Tabayun dengan langsung, agar tidak menimbulkan fitnah.
Wass
Nug
-[ Received Mail Content ]--
Subject : [iagi-net-l] Kepengurusan IAGI dan Silaturahmi
Date : Thu, 8 Mar 2007 20:39:00 + (GMT)
From : sanggam hutabarat <[EMAIL PROTECTED]>
To : iagi-net@iagi.or.id
Rekans
Saya (mulai) prihatin dengan kenyataan yang dipaparkan Andang mengenai 'macet'nya alat2 fundamental organisasi IAGI sejak 15 bulan terakhir ini (MGI, Berita IAGI, turba ke PengDa..). Saya secara pribadi tahu pengurusan sekarang terdiri dari orang2 pintar dalam bidangnya maupun organisasi, punya visi yang tajam, luas jaringannya dan jago skill negosiasinya (birokrat-universitas-independen-swasta-bahkan internasional) dan mempunyai komitmen kuat dan tulus (paling tidak waktu awal2 terpilihnya?) untuk mempertahankan dan bahkan meningkatkan peranan dan kegunaan IAGI kedalam maupun keluar. Sebenarnya kepengurusan sekarang ini menurut saya sudah sangat di'manja' dengan berita/situasi kompemporer baru2 ini dan kondisi sekarang di tanah air (Lusi, gempa, banjir, longsor dll). Artinya peluang/momentum yg diberikan secara gratis itu seharusnya dapat dimainkan dengan 'cantik' i.e. dikelola untuk lebih memunculkan diri ke permukaan keluar dan kedalam lebih percaya diri dan secara
simultan ...ibarat 2 kali dayung 3-4 pulau terlampaui.
Saya harap teman saya keliru bila dulu mengatakan: kepengurusan setelah era ADB akan mengalami kesulitan mempertahankan boro2 melebihi apa yang kepengurusan ADB telah lalukan. Saya tidak percaya itu (sampai saat ini paling tidak). Atau keadaan sebenarnya memang sudah 2 pulau tidak sengaja terlampaui, tapi dayung belum dipakai-pakai?!
Maaf bila ada yang kurang berkenan dgn kata2 saya ini. Semuanya untuk memotivasi pengurus bekerja lebih baik untuk kami anggota IAGI khususnya.
Wassalam,
Sanggam Hutabarat
--
Andang Bachtiar <[EMAIL PROTECTED]>wrote:
P { MARGIN-TOP: 0px; MARGIN-BOTTOM: 0px } "Perseteruan" internal di komunitas IAGI (re: Surat Terbuka dari Prof RPK) tentang Lumpur Sidoardjo bukan sekedar karena "hal-biasa" yang disebut sebagai perbedaan "pendapat ilmiah" yang menyangkut hasil analisis tentang apakah penyebab-pemicu semburan tersebut adalah pemboran BJP-1 atau proses alam (gempa bumi) yang diluar kuasa pengetahuan manusia saat ini untuk memprediksi kejadian-nya dalam skala waktu manusia (bukan skala waktu geologi),. tetapi lebih ke masalah pengorganisasian pertemuan ilmiah, kematangan bersikap, "wisdom", dan etika ilmiah dalam hal-hal berikut:
1. Menyimpulkan permasalahan kontroversial saintifik yang punya implikasi hukum-politik-bisnis semata-mata dari suatu acara diskusi yang minim interaksi yang digelar dengan stempel "workshop" tetapi pada kenyataannya adalah "seminar" atau lebih parahnya menurut sebagian peserta adalah "sosialisasi pendapat sepihak" bisa dikatakan sebagai jauh dari etika - sistimatika pengambilan kesimpulan ilmiah. Untuk menyimpulkan basis ilmiah yang punya implikasi sepenting itu diperlukan "workshop" yang benar-benar "workshop", dimana setiap konsep diuji sampai tuntas dalam session-session tersendiri, yang dalam hal ini mungkin dibutuhkan lebih dari 2 hari untuk melaksanakannya.
2. Mekanisme penyelenggaraan workshop tidak secara seimbang menampilkan presentasi dan diskusi tentang berbagai konsep-pendapat, tetapi lebih cenderung ke salah satu konsep, padahal para ahli berbagi konsep lain juga hadir di acara tersebut - tetapi tidak diberi kesempatan presentasi dan diskusi secara proporsional seperti yang lainnya.
3. Pemahaman yang parsial tentang sub-sub-disiplin, kompetensi, dan profesi yang terkait dengan geosains dalam industri migas, sehingga proses analisis-sintesis permasalahan menjadi tidak optimal, seperti misalnya: tidak didiskusik