Bu Pavita, saya resend. Komputer saya mengalami ganguan.

 

From: Ong Han Ling [mailto:wim...@singnet.com.sg] 
Sent: Monday, July 13, 2015 2:26 PM
To: 'iagi-net@iagi.or.id'
Subject: ueensland, harga gasRE: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang
Perusahaan Asing

 

Ibu Pavita,

 

Maaf baru sekarang menjawab.

 

Definis cadangan adalah tekno-ekonomis. Artinya migas yang ditemukan harus
bisa diproduksi berdasarkan teknologi yang sekarang berlaku dengan
keekonomian /harga yang sekarang berlaku. Kalau salah satu tidak terpenuhi,
tidak bisa disebut sebagai cadangan. 

 

Dengan demikian cadangan sifatnya adalah dinamis dan tidak statis. Di
Indonesia kecenderungan terus menambah cadangan yang ditemukan hingga
angkanya membengkak, padahal belum tentu bisa diproduksi.

 


Contoh teknis adalah pemboran eksplorasi offshore. Umpama kita bisa bor
dilaut dengan kedalaman 1000 meter pada tahun 1974. Namun untuk produksi
baru bisa dilaksankan tahun 1994, atau 20 tahun kemudian. Sekarang orang
bisa mengebor eksplorasi pada kedalaman laut 3000 meter, tapi teknologi
produksi "belum sampai" hingga meskipun dianggap discovery dan proven karena
sudah dibor, namun tidak bisa disebut sebagai cadangan.  

 

Contoh keekonomian adalah Shell yang beroperasi di Negeria yang sedang
perang. Shell mengeluarkan cadangan dari portefolianya karena selam perang
dia tidak bisa produksi.   Kalau tidak Shell akan kena denda oleh SEC
(maupun FSC dari UK) bisa ratusan juta dollar. SEC mementingkan publik.
Shell tidak boleh bohong karena sahamnya dijual umum termasuk di US. Publik
yang membeli saham harus tahu apakah cadangan yang dicantumkan oil company
bisa diproduksi atau tidak saat ini. Pada waktu Medco melakukan road show di
US untuk menjual sahamnya sepuluh tahun yang lalu yang lalu ketentuan SEC
juga harus dipenuhi, meskipun Medco bukan perusahaan US.

 

Indonesia cadangannya terus ditambah padahal belum tentu bisa diproduksi.
Contoh adalah Natuna Exxon dengan cadangan gas sampai 54 TCF.  Namun Natuna
punya 72% CO2. Tahun 1998, Exxon-Natuna sudah diberikan POD. Sudah ada satu
pembeli dari PTT Thailand. Namun tahun 2000 mulai ditemukan gas skala
raksasa di NW Shelff Australia dan CBM di Queensland. Gas Natuna dengan 72%
CO2 tidak mungkin berkompetisi dengan  gas dari NW Shelf.  Selain itu sejak
tahun 2008, gas alam terdapat berlimpah di US. Gas Natuna perlu dipetieskan
dan dikeluarkan dari cadangan Indonesia hingga cadangan gas Indonesia
berkurang sampai 50%.  

 

Sebagai contoh konkrit adalah adanya mis-persepsi dengan gas alam di
Indonesia. Dianggap masih berlimpah cadangannya  sampai 106TCF, padahal
setengahnya datangnya dari Natuna yang secara ekonomis sekarang tidak
mungkin diproduksi. Bahkan sampai dua tahun yang lalu gas Natuna ingin
dikembangkan lagi oleh Indonesia. Presiden SBY yang dinasehati secara keliru
mendengungkan kebesaran gas Natuna. Karena dianggap kaya gas alam,
kebijaksanaan yang diambil Pemerintah keliru.   

 

Dengan anjloknya harga gas karena revolusi shale gas di US dan Canada,
proyek seperti Inpex-Masela dan IDD Chevron menjadi mengantung.
Keekonomiannya mulai diragukan. Keduanya ditemukan sekitqr 2000, tetapi
sudah 15 tahun belum juga POD dikeluarkan. POD IDD Chevron sebetulnya sudah
didikeluarkan sebesar $12 miliar dollar thn 2012, tetapi dibatalkan karena
kita ketakutan. Kemungkina keduanya bisa memenuhi nasib gas Natuna, yaitu
dipetieskan. Berarti bukan cadangan lagi. 

 

Salam,

 

HL Ong

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Parvita
Siregar
Sent: Wednesday, July 1, 2015 7:32 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

 

Baru baca tulisan Pak Ong.  

 

Pertanyaan saya, informasi cadangan ini datangnya dari mana sampai bisa
meleset?   Kalau untuk cadangan Migas, KKKS sudah dari sekitar 5 tahun yang
lalu ada yang namanya RPS, dimana setiap tahun kita harus memperbaharui
portfolio prospect and lead dan perkiraan cadangannya.  Itu dimanage oleh
team Studi dan Kajian di SKK Migas.   Apa ini yang dimaksud dengan data yang
kurang akurat dibandingkan dengan tahun 2000 sewaktu dikelola oleh
Pertamina?   

 

Salam

 

Parvita

 

PARVITA SIREGAR | SENIOR GEOLOGIST | AWE (NORTH MADURA) NZ LTD | AWE LIMITED


  _____  

P +62 21 2934 2934  |  D EXT 107  |  F +62 21 780 3566  |  M +62  811 996
616  |  E  <mailto:parvita.sire...@awexplore.com>
parvita.sire...@awexplore.com 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Ong Han
Ling
Sent: Saturday, June 20, 2015 11:34 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

 

Teman2 IAGI,

 

Memang cadangan Mineral Resources Indonesia, migas dan batubara, dapat
dikatakan kacau. Padahal cadangan merupakan segalanya untuk planning.  Pada
kesempatan ini saya ingin membahas sedikit ttg. cadangan migas. 

 

Banyak data dari ESDM keliru dan kurang teliti. Umpama banyak peta ESDM yang
mengambarkan cadangan terbukti (proven) lebih besar, sampai 3X, dari
cadangan potential. Ini  ditayangkan bertahun-tahun tanpa ada yang
berkomentar/peduli. 

 

Besarnya cadangan migas Indonesia merupakan teka-teki. Sebelum 2000,
cadangan masih diurusi Pertamina/MPS hingga hingga dapat dikatakan datanya
up to date. Setelah itu tidak ada yang peduli. 

 

Banyak orang mengutib cadangan minyak Indonesia sekarang 3.7 billion bbl
minyak. Tidak banyak berubah sejak 10 tahun yang lalu, padahal tiap tahun
dikeluarkan sekitar 300,000 bbl. Namun kalau kita bandingkan dengan cadangan
dari Inggris yang kira-kira tidak banyak beda dan maturity lapangan minyak
Inggris dan Indonesia serupa; tetapi Inggris bisa produksi 1.3 juta
bbl/hari.  Sedangkan Indonesia hanya sekitar 800,000 bbl/hari? Apakah ada
sesuatu yang keliru dengan cadangan Indonesia? 

 

Untuk cadangan gas, saya ingin mengambil sebagai contoh cadangan raksasa
yang kita banggakan, yaitu Natuna Exxon. Indonesia selalu memasukkan semua
cadangan yang pernah ditemukan. Sebagai contoh cadangan Natuna mulai
dikembangkan Exxon permulaan tahun 1980 dengan ditemukan cadangan gas
hidrokarbon sekitar  53 TCF bersih dengan kadungan 70% CO2. Cadangan Natuna
53 TCF terus dimasukkan dalam cadangan Nasional hingga menumpuk sebagai
cadangan gas Indonesia yang kekal. Banyak dikutib bahwa cadangan gas
Indonesia sekitar  106 TCF sedangkan yang dikeluarkan baru 6%. Jadi banyak
orang menganggap gas Indonesia masih berlimpah.  

 

Padahal cadangan bersifat dinamis. Definisi cadangan adalah Tekno-ekonomis,
hingga kalau tidak bisa dikeluarkan secara teknis dan secara ekonomis saat
ini juga (berarti harga sekarang dan teknologi sekarang), maka jangan
disebut sebagai cadangan nasional. Contoh adalah Shell di Negeria. Karena
setelah setahun perang dan tidak bisa produksi, cadanganya Shell dikurangi.
Laporan yang dimasukkan ke SEC (US) dan FSC (UK) berkurang. Hal ini
diperlukan supaya jangan dianggap membohongi orang yang akan membeli
sahamnya Shell dipasar Internasional.

 

Cadangan gas Natuna sebetulnya sebelum akir tahun 2000, POD sudah
dikeluarkan dan mulai dipasarkan. PTT Thailand sudah mau ambil. Namun dengan
penemuan gas raksasa di NW Shelf di Western Australia dan CBM di Queensland
permulaan tahun 2000 gas Natuna yang mengandung 70% CO2 mulai dipertanyakan
keekonomiannya. Dengan penemuan shale gas di US dan Canada sekitar tahun
2005, gas Natuna menjadi sejarah dan harus dipetieskan dan dikeluarkan dari
cadangan Indonesia. Jika cadangan gas Natuna dikeluarkan, berarti cadangan
gas Indonesia berkurang 50%. 

 

Perlu dikemukakan bahwa pada tahun 2011/2012, Presiden SBY berdasarkan
bisikan Menteri ESDM, masih membanggakan gas Natuna dan minta untuk
dilanjutkan pembicaraan dengan Exxon. Hal demikian ini akan memberi persepsi
yang keliru kepada  pengambil kebijakan gas Indonesia bahwa Indonesia kaya
gas. 

 

Salam,

 

HL Ong

 

 

Kepemeilikan cadangan Indonesia

 

Besarnya cadangan mengikuti definisi tekno-ekonomi, yaitu disebut cadangan
kalau bisa dikeluarkan secara ekonomis sekarang dengan harga sekarang.
Sedangkan kepemilikan cadangan lebih rumit. Seperti pemilikan rumah. Kita
beli rumah baru dengan downpayment 10-30%, certifikat rumah sudah atas nama
kita. Kita pemiliknya. Namun kalau mau dijual tidak bisa,
persaratan-persaratan perlu dipenuhi dan pinjaman harus dilunasi terlebih
dahulu. Demikian juga kepemilikan cadangan apakah waktu disubsurface, atau
waktu keluar di wellhead, atau waktu di export point, dsb. 

 

Namun bagi K3S yang penting bukan kepemilikan. Dia tidak peduli siapa
pemiliknya. Asal cadangan tsb. dia bisa dipakai untuk digadaikan di bank
hingga dia bisa pinjam uang untuk development. Tanpa kecualian semua
perusahaan, harus pindjam dana untuk development lapangan.  Hingga bagi K3S
yang terpenting adalah "bankability" dari cadangan tsb. 

 

Dengan PSC sekarang, K3S bisa mengadaikan dan bank Internasional dapat
menerima PSC Indonesia. Ini sudah berjalan selama 50 tahun. Perusahaan
minyak raksasa sepert TOTAL, Chevron, dsb. sudah menerima hingga yang kecil
atau Independent juga bisa menerima.    

 

Saya harapkan bahwa Indonesia tidak merubah UUMIGAS. Karena konsekwensinya
besar sekali. Dengan Nasionalisme menguat, besar kemungkinan UUMIGAS baru
akan meng-akomodasi Nasionalisme tsb. Akirnya dilakukan perubahan PSC hingga
bank diluar Negeri tidak bisa menerimanya sebagai agunan. Artinya tidak bisa
digadaikan. Kalau hal ini terjadi, berakirlah industri perminyakan
Indonesia. 

 

Salam,

Hl Ong

 

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Achmad
Luthfi
Sent: Saturday, June 6, 2015 12:22 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

 

 

Secara UU Migas dan UUD45 kalau masih di dalam bumi (cadangan) dimiliki dan
dikuasai negara 100%. Perusahaan asing maupun Pertamina busa menguasai
haknya sesuai split kalau dilakukan lifting.



Sent from Cak Phie's iPhone

Signal Kuat MOJOSARI 


On 6 Jun 2015, at 09.12, koeso...@melsa.net.id wrote:

Bukankah yg menguasai seluruh cadangan minyak Indonesia itu SKK Migas?
Perusahaan asing kan cuman contractor (PSC)n hanya dapat 15%, sedangkan
untuk melakukan kegiatan, al pemboran saja harus izin/persetujuan SKK Migas.
Atau ini hanya di atas kertas saja.?
Hehehe
Wass
RPK

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _____  

From: Ipong Kunwau <ipongkun...@gmail.com> 

Sender: <iagi-net@iagi.or.id> 

Date: Sat, 6 Jun 2015 08:23:25 +0700

To: <iagi-net@iagi.or.id>

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: Re: [iagi-net] 90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing

 

dan ini terjadi sudah sejak tahun 70-an.

 

mungkin ada baiknya melihat sejarah masa lalu sejenak ketika RI dijajah
Belanda dimana NNGPM (shell dulu kala) merajai exploration efforts di
nusantara yang kemudian berangsur berkurang porsinya ketika menjelang dan
pasca kemerdekaan dimana perusahaan Amerika spt Phillips, Sunoco, Vico,
Amoco mengambil alih kegiatan eksplorasi di seluruh Nusantara yang kemudian
disusul oleh banyak lagi perusahaan2 asing lain ambil bagian - semua tidak
lepas dari kebijakan dan poros politik Indonesia sepanjang sejarah nasakom,
demokrasi terpimpin, hingga sekarang berangsur bermetamorfosa menjadi
demokrasi liberal di negri ini maka ketidakhadirannya perusahaan2 nasional
lebih kepada tidak adanya peluang yang cukup tersedia baik itu dalam ranah
kebijakan dan pemodalan investasi jangka panjang yang fleksibel.

 

lagi lagi berbeda dengan malaysia yang dulu saya ingat betul staf petronas
banyak belajar ke Pemina kini Pertamina dan ingat betul ketika perminyakan
Malaysia identik dengan nama besar Shell - tetapi sekarang dengan
restrukturisasi pemerintahan dan politik yang terpadu maka Petronas muncul
ke permukaan bahkan bukan hanya domestik tapi mendunia.

 

selain ini, bukankah banyak negara berkembang yang mayoritas investornya
asing tetapi pemasukan negara nya positif untuk pembangunan.  apakah
kebijakannya berupa PSC kah, atau royalti kah, semua hanyalah sistem yang
ujung ujungnya tergantung kepada para pelakunya.

 

ulasan di atas mengajak kita agar tidak apriori melulu kepada investor asing
tetapi harus flash back sejarah kebijakan, sudahkah pemerintah memberi
peluang yang cukup kepada investor domestik? kalau pun kebijakannya sudah
tersedia, sudahkah law enforcement nya diupayakan secara konsisten? atau
jangan-jangan banyaknya hutang budi RI kepada negara donatur hutang maka RI
belum (tidak) bisa juga mandiri?

 

harapan harapan senantiasa menyeruak di setiap pergantian kepemerintahan
bahwa kelak semoga ada perbaikan yang berpihak kepada rakyat kebanyakan dan
pengusaha nasional, tetapi harapan itu belum Alloh berikan kepada bangsa ini
karena mungkin ketidak sungguhan semua pihak di dalam berdoa dan berkarya -
termasuk saya sendiri :-(

 

selamat berakhir pekan...

 

2015-06-06 6:57 GMT+07:00 Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>:

Kutipan dalam kapasitasnya sebagai VP semestinya akan dipercaya oleh
pembaca. 

 

Rdp

Jumat, 05/06/2015 15:30 WIB


90% Cadangan Minyak RI Dipegang Perusahaan Asing


Lani Pujiastuti - detikFinance

http://images.detik.com/customthumb/2015/06/05/1034/153218_diskusimuhammadiy
ah.jpg?w=400

Jakarta - Cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 3,7 miliar barel
saja, tapi sayangnya, hampir 90% cadangan tersebut justru dikelola oleh
perusahaan luar negeri alias asing.

"Cadangan minyak Indonesia sekitar 3,7 miliar barel oil, tapi hanya 10% yang
dikuasai Pertamina," kata Vice President Corporate Communication PT
Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro, dalam Diskusi Publik 'Mendambakan UU
Migas yang Konstitusional' di Auditorium PP Muhammadiyah Jalan Menteng Raya
No. 62 Jakarta Pusat, Jumat (5/6/2015).

Dari 90% cadangan minyak milik Indonesia saat ini, memang ada yang dikelola
perusahaan nasional seperti PGN dan Medco Energi, namun porsinya kecil,
lebih banyak dikelola oleh perusahaan asing, seperti Chevron, BP,
ConocoPhillips dan banyak lagi.

Wianda mengatakan, Pertamina menargetkan menjadi perusahaan kelas dunia pada
2025. Agar bisa mencapai target tersebut, Pertamina butuh bantuan dan
dorongan dari pemerintah.

"Pertamina 100% saham dari Indonesia. Pertamina ingin jadi global
championbisa kelola lebih besar sumber migas, ingin kelola cadangan lebih
besar. Di mata internasional ingin diakui dan bisa akuisisi blok-blok migas
besar. Saat ini bentuk dukungan pemerintah, yakni dengan keluarkan Permen
ESDM No. 15 Tahun 2015, blok-blok yang akan habis masa berlakunya ingin bisa
dominan dikelola Pertamina sebagai manajer operasi (operator)," ungkapnya.

Wianda menegaskan, bila Pertamina semakin besar, maka negara yang
mendapatkan keuntungan paling besar. Salah satu buktinya, Pertamina pada
2013 membayar pajak penghasilan Rp 73 triliun dan akan terus bertambah
seiring naiknya produksi. 

"Di 2014 kita berkontribusi Rp 9 triliun dividen ke pemerintah. Kami ingin
jadi instrumen utama dari pemerintah. 57 tahun kita distribusikan BBM
terutama PSO (subsidi). Memiliki 109 terminal BBM di seluruh Indonesia, 65
kapal dari 140-an kapal milik Pertamina dikelola untuk distribusikan BBM,"
tutupnya.


(rrd/ang)

Sent from my iPhone 
----------------------------------------------------

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
----------------------------------------------------
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the
use of 
any information posted on IAGI mailing list.
----------------------------------------------------

 


----------------------------------------------------

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
----------------------------------------------------
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the
use of 
any information posted on IAGI mailing list.
----------------------------------------------------


----------------------------------------------------

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
----------------------------------------------------
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the
use of 
any information posted on IAGI mailing list.
----------------------------------------------------


----------------------------------------------------

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
----------------------------------------------------
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the
use of 
any information posted on IAGI mailing list.
----------------------------------------------------


----------------------------------------------------

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
----------------------------------------------------
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the
use of 
any information posted on IAGI mailing list.
----------------------------------------------------


----------------------------------------------------

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
----------------------------------------------------
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.
----------------------------------------------------

Kirim email ke