Re: [iagi-net-l] [smp2bdg75] [Fwd: [angkatan80itb] Sukses ITB di Belanda]

2006-05-19 Terurut Topik yrsnki


   Dear all

   Saya baca ,tapi ndak ngerti .
   Apa ada  yang bisa memberikan informasi dengan lebih sederhana ,
   1. Rumus Helmholtz ?
   2. Prinsip aplikasi rumus ini , dalam menemukan lokasi minyak bumi.

Punten saya ini gatek  tapi ingin tahu.

Selamat wik - en

S- Abah





  Original Message 
 Subject: [angkatan80itb] Sukses ITB di Belanda
 From:Sigit Indriyono [EMAIL PROTECTED]
 Date:Sat, May 20, 2006 6:57 am
 To:  [EMAIL PROTECTED]
 --


 Persamaan Helmholtz Pecah di Tangan Dosen ITB
 * *
 Persamaan matematika Helmholtz sering dipakai untuk mencari titik lokasi
 minyak bumi.

 Dulu, BJ Habibie menemukan rumus yang mampu mempersingkat prediksi
 perambatan retak. Banyak lembaga di berbagai negara memakai rumus ini,
 termasuk NASA di Amerika.

 Kini, Yogi Ahmad Erlangga mengulang kesuksesan Habibie. Melalui riset
 PhD-nya, Yogi berhasil memecahkan rumus persamaan Helmholtz, Desember 2005
 lalu. Selama 30 tahun terakhir, tak ada yang berhasil memecahkan persamaan
 matematika Helmholtz yang sering dipakai untuk mencari titik lokasi minyak
 bumi itu. Persamaan matematika itu sendiri dikenal sejak satu abad silam.

 Media Barat menyebut Yogi sebagai matematikawan Belanda. Padahal, ia
 adalah pria kelahiran Tasikmalaya, dosen Institut Teknologi Bandung (ITB),
 dan saat itu sedang menempuh program PhD di Delft University of Technology
 (DUT).

 Keberhasilan itu memuluskan jalan bagi perusahaan perminyakan untuk
 memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan biaya lebih rendah. Selama
 ini, industri perminyakan sangat membutuhkan pemecahan rumus Helmholtz itu
 agar bisa lebih cepat dan efisien dalam melakukan pencarian minyak bumi.
 Setelah Yogi memecahkan persamaan Helmholtz yang selama ini justru banyak
 dihindari oleh para ilmuwan, perusahaan minyak bisa 100 kali lebih cepat
 dalam melakukan pencarian minyak -- bila dibandingkan dengan sebelumnya.

 Tak cuma itu, dari kebutuhan *hardware* pun, industri minyak bisa
 mereduksi sekitar 60 persen dari *hardware* yang biasanya. Sebagai contoh,
 program tiga dimensi yang sebelumnya diselesaikan dengan 1.000 komputer,
 dengan dipecahkannya rumus Helmholtz oleh Yogi, bisa diselesaikan hanya
 dengan 300 komputer.

 Yogi mengungkapkan, penelitian mengenai persamaan Helmholtz ini dimulai
 pada Desember 2001 silam dengan mengajukan diri untuk melakukan riset di
 DUT.
 Waktu itu, perusahaan minyak raksasa Shell datang ke DUT untuk meminta
 penyelesaian persamaan Helmholtz secara matematika numerik yang cepat atau
 disebut *robust* (bisa dipakai di semua masalah).

 Selama ini, ungkap Yogi, Shell selalu memiliki masalah dengan rumus
 Helmholtz dalam menemukan sumber minyak di bumi. Persamaan Helmholtz yang
 digunakan oleh perusahaan minyak Belanda itu membutuhkan biaya tinggi, tak
 cuma dari perhitungan waktu tetapi juga penggunaan komputer serta memori.

 ''Shell selama ini harus menggunakan rumus Helmholtz berkali-kali. Bahkan,
 kadang-kadang harus ribuan kali untuk survei hanya di satu daerah saja.
 Itu sangat mahal dari sisi biaya, waktu dan *hardware*,'' ungkap Yogi
 kepada *Republika*.

 Karena itu, sambung pria yang lulus dengan nilai *cum laude* saat
 menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 itu, Shell meminta DUT melakukan
 penelitian yang mengarah pada persamaan Helmholtz agar bisa lebih efisien,
 cepat, dan kebutuhan *hardware* yang cukup kecil. Untuk proyek penelitian
 tersebut, Pemerintah Belanda membiayainya karena proyek ini dianggap
 sebagai bagian dari kegiatan untuk meningkatkan perekonomian Belanda.

 Yogi yang memiliki hobi memasak, melukis, dan olah raga itu, memecahkan
 rumus Helmholtz setelah berkutat selama empat tahun. Yang membuat
 penelitian itu lama, ungkap dia, karena persamaan Helmholtz dalam
 matematika numerik yaitu matematika yang bisa diolah dengan menggunakan
 komputer.

 Karena itu, dalam melakukan penelitian, diperlukan beberapa tahapan yang
 masing-masing tak sebentar. Apalagi, sambung dia, persamaan ini memang
 sangat sulit. Ada dua cara untuk menguraikan matematika numerik yaitu
 secara langsung (*direct*) dan literasi. ''Banyak pakar yang menghindari
 penelitian untuk memecahkan rumus Helmholtz karena memang sulit,'' kata
 pria kelahiran Tasikmalaya 32 tahun silam ini.

 Pakar terakhir yang memecahkan teori Helmholtz adalah Mike Giles dan Prof
 Turkel, berasal dari Swiss dan Israel, masing-masing dengan caranya
 sendiri.
 Teori dari kedua pakar itulah yang kemudian dianalisisnya beberapa waktu
 sehingga kemudian bisa dioptimalkan dan dijadikan metode yang cukup cepat.

 ''Saya punya persamaan matematika dalam bentuk diferensial. Yang saya
 lakukan untuk memecahkan rumus Helmholtz itu adalah mengubah persamaan ini
 menjadi persamaan linear aljabar biasa. Begitu saya 

RE: [iagi-net-l] [smp2bdg75] [Fwd: [angkatan80itb] Sukses ITB di Belanda]

2006-05-19 Terurut Topik Achmad Luthfi
Hebat eui kang yogi ahmad.selamat

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, May 19, 2006 10:18 AM
To: iagi-net@iagi.or.id; [EMAIL PROTECTED]
Subject: [iagi-net-l] [smp2bdg75] [Fwd: [angkatan80itb] Sukses ITB di
Belanda]

-FYI



 Original Message

Subject: [angkatan80itb] Sukses ITB di Belanda
From:Sigit Indriyono [EMAIL PROTECTED]
Date:Sat, May 20, 2006 6:57 am
To:  [EMAIL PROTECTED]

--


Persamaan Helmholtz Pecah di Tangan Dosen ITB
* *
Persamaan matematika Helmholtz sering dipakai untuk mencari titik lokasi
minyak bumi.

Dulu, BJ Habibie menemukan rumus yang mampu mempersingkat prediksi
perambatan retak. Banyak lembaga di berbagai negara memakai rumus ini,
termasuk NASA di Amerika.

Kini, Yogi Ahmad Erlangga mengulang kesuksesan Habibie. Melalui riset
PhD-nya, Yogi berhasil memecahkan rumus persamaan Helmholtz, Desember
2005
lalu. Selama 30 tahun terakhir, tak ada yang berhasil memecahkan
persamaan
matematika Helmholtz yang sering dipakai untuk mencari titik lokasi
minyak
bumi itu. Persamaan matematika itu sendiri dikenal sejak satu abad
silam.

Media Barat menyebut Yogi sebagai matematikawan Belanda. Padahal, ia
adalah pria kelahiran Tasikmalaya, dosen Institut Teknologi Bandung
(ITB),
dan saat itu sedang menempuh program PhD di Delft University of
Technology
(DUT).

Keberhasilan itu memuluskan jalan bagi perusahaan perminyakan untuk
memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan biaya lebih rendah. Selama
ini, industri perminyakan sangat membutuhkan pemecahan rumus Helmholtz
itu
agar bisa lebih cepat dan efisien dalam melakukan pencarian minyak bumi.
Setelah Yogi memecahkan persamaan Helmholtz yang selama ini justru
banyak
dihindari oleh para ilmuwan, perusahaan minyak bisa 100 kali lebih cepat
dalam melakukan pencarian minyak -- bila dibandingkan dengan sebelumnya.

Tak cuma itu, dari kebutuhan *hardware* pun, industri minyak bisa
mereduksi sekitar 60 persen dari *hardware* yang biasanya. Sebagai
contoh,
program tiga dimensi yang sebelumnya diselesaikan dengan 1.000 komputer,
dengan dipecahkannya rumus Helmholtz oleh Yogi, bisa diselesaikan hanya
dengan 300 komputer.

Yogi mengungkapkan, penelitian mengenai persamaan Helmholtz ini dimulai
pada Desember 2001 silam dengan mengajukan diri untuk melakukan riset di
DUT.
Waktu itu, perusahaan minyak raksasa Shell datang ke DUT untuk meminta
penyelesaian persamaan Helmholtz secara matematika numerik yang cepat
atau
disebut *robust* (bisa dipakai di semua masalah).

Selama ini, ungkap Yogi, Shell selalu memiliki masalah dengan rumus
Helmholtz dalam menemukan sumber minyak di bumi. Persamaan Helmholtz
yang
digunakan oleh perusahaan minyak Belanda itu membutuhkan biaya tinggi,
tak
cuma dari perhitungan waktu tetapi juga penggunaan komputer serta
memori.

''Shell selama ini harus menggunakan rumus Helmholtz berkali-kali.
Bahkan,
kadang-kadang harus ribuan kali untuk survei hanya di satu daerah saja.
Itu sangat mahal dari sisi biaya, waktu dan *hardware*,'' ungkap Yogi
kepada *Republika*.

Karena itu, sambung pria yang lulus dengan nilai *cum laude* saat
menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 itu, Shell meminta DUT melakukan
penelitian yang mengarah pada persamaan Helmholtz agar bisa lebih
efisien,
cepat, dan kebutuhan *hardware* yang cukup kecil. Untuk proyek
penelitian
tersebut, Pemerintah Belanda membiayainya karena proyek ini dianggap
sebagai bagian dari kegiatan untuk meningkatkan perekonomian Belanda.

Yogi yang memiliki hobi memasak, melukis, dan olah raga itu, memecahkan
rumus Helmholtz setelah berkutat selama empat tahun. Yang membuat
penelitian itu lama, ungkap dia, karena persamaan Helmholtz dalam
matematika numerik yaitu matematika yang bisa diolah dengan menggunakan
komputer.

Karena itu, dalam melakukan penelitian, diperlukan beberapa tahapan yang
masing-masing tak sebentar. Apalagi, sambung dia, persamaan ini memang
sangat sulit. Ada dua cara untuk menguraikan matematika numerik yaitu
secara langsung (*direct*) dan literasi. ''Banyak pakar yang menghindari
penelitian untuk memecahkan rumus Helmholtz karena memang sulit,'' kata
pria kelahiran Tasikmalaya 32 tahun silam ini.

Pakar terakhir yang memecahkan teori Helmholtz adalah Mike Giles dan
Prof
Turkel, berasal dari Swiss dan Israel, masing-masing dengan caranya
sendiri.
Teori dari kedua pakar itulah yang kemudian dianalisisnya beberapa waktu
sehingga kemudian bisa dioptimalkan dan dijadikan metode yang cukup
cepat.

''Saya punya persamaan matematika dalam bentuk diferensial. Yang saya
lakukan untuk memecahkan rumus Helmholtz itu adalah mengubah persamaan
ini
menjadi persamaan linear aljabar biasa. Begitu saya dapatkan, saya
pecahkan dengan metode *direct* atau literasi,'' ujarnya.

metode langsung, papar Yogi, bila dalam perjalanannya kemudian menemukan
masalah yang

[iagi-net-l] [smp2bdg75] [Fwd: [angkatan80itb] Sukses ITB di Belanda]

2006-05-18 Terurut Topik liesye . tardjamah
-FYI



 Original Message 
Subject: [angkatan80itb] Sukses ITB di Belanda
From:Sigit Indriyono [EMAIL PROTECTED]
Date:Sat, May 20, 2006 6:57 am
To:  [EMAIL PROTECTED]
--


Persamaan Helmholtz Pecah di Tangan Dosen ITB
* *
Persamaan matematika Helmholtz sering dipakai untuk mencari titik lokasi
minyak bumi.

Dulu, BJ Habibie menemukan rumus yang mampu mempersingkat prediksi
perambatan retak. Banyak lembaga di berbagai negara memakai rumus ini,
termasuk NASA di Amerika.

Kini, Yogi Ahmad Erlangga mengulang kesuksesan Habibie. Melalui riset
PhD-nya, Yogi berhasil memecahkan rumus persamaan Helmholtz, Desember 2005
lalu. Selama 30 tahun terakhir, tak ada yang berhasil memecahkan persamaan
matematika Helmholtz yang sering dipakai untuk mencari titik lokasi minyak
bumi itu. Persamaan matematika itu sendiri dikenal sejak satu abad silam.

Media Barat menyebut Yogi sebagai matematikawan Belanda. Padahal, ia
adalah pria kelahiran Tasikmalaya, dosen Institut Teknologi Bandung (ITB),
dan saat itu sedang menempuh program PhD di Delft University of Technology
(DUT).

Keberhasilan itu memuluskan jalan bagi perusahaan perminyakan untuk
memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan biaya lebih rendah. Selama
ini, industri perminyakan sangat membutuhkan pemecahan rumus Helmholtz itu
agar bisa lebih cepat dan efisien dalam melakukan pencarian minyak bumi.
Setelah Yogi memecahkan persamaan Helmholtz yang selama ini justru banyak
dihindari oleh para ilmuwan, perusahaan minyak bisa 100 kali lebih cepat
dalam melakukan pencarian minyak -- bila dibandingkan dengan sebelumnya.

Tak cuma itu, dari kebutuhan *hardware* pun, industri minyak bisa
mereduksi sekitar 60 persen dari *hardware* yang biasanya. Sebagai contoh,
program tiga dimensi yang sebelumnya diselesaikan dengan 1.000 komputer,
dengan dipecahkannya rumus Helmholtz oleh Yogi, bisa diselesaikan hanya
dengan 300 komputer.

Yogi mengungkapkan, penelitian mengenai persamaan Helmholtz ini dimulai
pada Desember 2001 silam dengan mengajukan diri untuk melakukan riset di
DUT.
Waktu itu, perusahaan minyak raksasa Shell datang ke DUT untuk meminta
penyelesaian persamaan Helmholtz secara matematika numerik yang cepat atau
disebut *robust* (bisa dipakai di semua masalah).

Selama ini, ungkap Yogi, Shell selalu memiliki masalah dengan rumus
Helmholtz dalam menemukan sumber minyak di bumi. Persamaan Helmholtz yang
digunakan oleh perusahaan minyak Belanda itu membutuhkan biaya tinggi, tak
cuma dari perhitungan waktu tetapi juga penggunaan komputer serta memori.

''Shell selama ini harus menggunakan rumus Helmholtz berkali-kali. Bahkan,
kadang-kadang harus ribuan kali untuk survei hanya di satu daerah saja.
Itu sangat mahal dari sisi biaya, waktu dan *hardware*,'' ungkap Yogi
kepada *Republika*.

Karena itu, sambung pria yang lulus dengan nilai *cum laude* saat
menyelesaikan pendidikan S1 dan S2 itu, Shell meminta DUT melakukan
penelitian yang mengarah pada persamaan Helmholtz agar bisa lebih efisien,
cepat, dan kebutuhan *hardware* yang cukup kecil. Untuk proyek penelitian
tersebut, Pemerintah Belanda membiayainya karena proyek ini dianggap
sebagai bagian dari kegiatan untuk meningkatkan perekonomian Belanda.

Yogi yang memiliki hobi memasak, melukis, dan olah raga itu, memecahkan
rumus Helmholtz setelah berkutat selama empat tahun. Yang membuat
penelitian itu lama, ungkap dia, karena persamaan Helmholtz dalam
matematika numerik yaitu matematika yang bisa diolah dengan menggunakan
komputer.

Karena itu, dalam melakukan penelitian, diperlukan beberapa tahapan yang
masing-masing tak sebentar. Apalagi, sambung dia, persamaan ini memang
sangat sulit. Ada dua cara untuk menguraikan matematika numerik yaitu
secara langsung (*direct*) dan literasi. ''Banyak pakar yang menghindari
penelitian untuk memecahkan rumus Helmholtz karena memang sulit,'' kata
pria kelahiran Tasikmalaya 32 tahun silam ini.

Pakar terakhir yang memecahkan teori Helmholtz adalah Mike Giles dan Prof
Turkel, berasal dari Swiss dan Israel, masing-masing dengan caranya
sendiri.
Teori dari kedua pakar itulah yang kemudian dianalisisnya beberapa waktu
sehingga kemudian bisa dioptimalkan dan dijadikan metode yang cukup cepat.

''Saya punya persamaan matematika dalam bentuk diferensial. Yang saya
lakukan untuk memecahkan rumus Helmholtz itu adalah mengubah persamaan ini
menjadi persamaan linear aljabar biasa. Begitu saya dapatkan, saya
pecahkan dengan metode *direct* atau literasi,'' ujarnya.

metode langsung, papar Yogi, bila dalam perjalanannya kemudian menemukan
masalah yang besar maka akan mahal dari segi waktu dan biaya. Namun metode
literasi pun belum tentu bisa memperoleh solusi atau kadang-kadang
diperoleh dengan waktu yang cukup lama. Hanya, kata dia, yang pasti,
dengan metode literasi selalu murah dari segi *hardware*.

''Persamaan Helmholtz ini