Sejak Hari Kamis 12 Desember 2002 kemarin, Pak Ikhsyat Ketua Pengda JAtim & sekaligus 
HUMAS IAGI telah berkoordinasi langsung dg saya lewat SMS; yaitu ketika beliau 
memberitahukan bahwa Tim IAGI Surabaya telah sampai di lokasi Pacet untuk ikut 
kontribusi dalam penanggulangan bencana tersebut. Saya sarankan untuk lebih 
berkonsentrasi
pada penanggulangan langsung dan rehabilitasi. 

Pada hari Sabtu 14 Desember Pak Ikhsyat kirim SMS lagi yang menanyakan bagaimana 
memposisikan IAGI didalam keseluruhan gerak Penanggulangan Bencana di Jawa Timur yang 
notabene didalamnya juga ada rekan-rekan dari UGM dan
DGTL BDG yang terlibat. Saya minta dia untuk berkoordinasi juga dg Pak Assegaf (Ketua 
Bidang GTL PPIAGI) dan menyarankan untuk mengambil peran inisiatif koordinasi kepada 
pihak-pihak lembaga kegeologian lain yang
terlibat. Saya coba komunikasikan koordinasi tersebut ke semua pihak, Bu Rita UGM, Pak 
Ridwan BPPT, Pak Hardoyo DGTL, juga Pak Assegaf IAGI.

Rencananya hari ini IAGI diundang JATIm untuk rakor penanggulangan bencana. Nampaknya 
Pengda JAtim akan diwakili oleh Pak MArcilinus karena Pak Ikhsyatnya akan ke JKT hari 
ini.

Sejauh menyangkut hal-hal teknis, saya tidak singgung sama sekali dalam koordinasi. 
Meskipun demikian, dalam Suara Merdeka hari ini terberitakan IAGI menyatakan (lewat 
Pak Ikhsyat) bahwa di Pacet itu bukan banjir bandang tapi longsor. Dalam komunikasi dg 
tilpon dg Pak Marci di SBY kemarin sore, sebenarnya terungkap juga bahwa situasi
koordinasi/diskusinya berputar pada masalah pengklasifikasian TIPE BENCANA. Hal ini 
juga mengemuka ketika saya tilp-tilpunan dg Pak Ridwan BPPT. Kalau Pak Ridwan lebih 
cenderung menyatakan ini semua adalah bencana tipe "GALADO"
( mungkin gabungan antara banjir dan longsorlah(??)).

Lepas dari masalah semantik dan klasifikasi tersebut, Saya melihat perlunya kita 
berkoordinasi untuk menghindari tumpang tindih, mendorong efisiensi, dan secepatnya 
melakukan hal-hal ayng dipandang perlu (dari segi geologi) untuk membantu JAWA TIMUR. 
Saya harapkan masing-masing pihak menyatakan:
1. punya (potensi) apa
2. punya rencana (kerja) apa
3. butuh (fasilitas) apa
......sedimikian rupa shg mungkin yang dibutuhkan bu RITA ada di Pak Ridwan,
yang dibutuhkan pak Ridwan ada dipunyai DGTL, sementara yang dicari-cari
DGTL dipunyai rekan-rekan Dinas ESDM JATIM,... dengan koordinasi itu, maka
bisa saling melengkapi,....

tidak perlu semuanya beli SPOT, tidak perlu semuanya melakukan interpretasi citra dan
tidak perlu semuanya sama-sama turun memetakan lokasi bencana.

(sementara itu saya dapatkan rencana dari Pak Ridwan bahwa BPPT akan Rapid
Mapping khusus konsentrasi didaerah PACET dan juga akan menggunakan data
coverage helikopter SCTV untuk bantu pemetaan)

(Bu Rita meminta juga kemungkinan identifikasi di PAcet ini bisa dipakai
untuk bikin model buat yang lain-lain di JAWA TIMUR)

(Pak Hardoyo menilai metode Pak Ridwan lebih cocok untuk Zonning bukan untuk
Warning. Metode tsb lebih akurat untuk longsor. Yang penting adalah upaya
rehabilitasinya di PACET tsb).


Kita tunggu berita selanjutnya dari rekan-rekan Surabaya

Salam

ADB


----- Original Message -----
From: "Sofyadi Roezin" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>
Cc: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Monday, December 16, 2002 8:50 PM
Subject: Pemberitaan mengenai Longsor di Modjokerto


Saya sempat membaca Harian Suara Merdeka (Semarang?) edisi Jumat 13 Desember
2002, di hal pertama memberitakan kunjungan Ketua Pengda IAGI Jawa Timur sdr
Ichsyat Syukur ke Lokasi Tanah Longsor di Modjokerto.  Harian itu memuat
bantahan dari sdr Ichsyat Syukur bahwa yang terjadi disitu bukan banjir
bandang seperti yang banyak diberitakan, tetapi Longsor, yang disebabkan
gundulnya hutan di gunung Welirang.  Berita ini menarik karena yang pertama
mengaitkan bencana itu dengan IAGI. Saya tidak mempunyai kopi koran tsb.

Kirim email ke