[image: Hutan Indonesia]
Alim ikut membantu pemulihan hutan gambut yang rusak*Saat berjalan di di
atas kanopi pohon-pohon, ada sekumpulan kupu-kupu menghalangi jalanku
sementara suara serangga mendengung lepas di udara. *

Tapi saya bukan sedang di hutan perawan, melainkan di sebuah proyek
rehabilitasi kawasan hutan yang selama ini dirusak oleh industri kayu.

Dan Alim adalah salah seorang yang terlibat dalam proyek rehabilitasi ini.

Menurutnya, proyek ini amat penting karena merupakan satu-satunya lokasi
penelitian di Kalimantan Tengah yang berupaya memulihkan kembali hutan
gambut tropis.

Lahan gambut amat penting karena kemampuannya dalam memproses gas yang
menyebabkan efek rumah kaca, seperti CO2 dan metan.

Dalam istilah Alim, hutan gambut adalah paru-paru dunia,' namun tampaknya
paru-paru dunia itu sedang mengecil.

*Kebakaran hutan*

Menurut LSM konservasi lingkungan, Wetlands International, sekitar 48% lahan
gambut di Indonesia sudah dirusak, dan sebagian besar pengrusakan disebabkan
penebangan hutan liar.
Dan dari kebakaran hutan yang berlangsung setiap tahun, CO2 yang dihasilkan
mencapat 1.400 juta ton

Marcel Silvius

Marcel Silvius, manajer program di Wetlands International, berpendapat
masalah pengrusakan hutan gambut di Kalimantan merupakan salah satu
kehancuran lingkungan terbesar dunia.

Dari pembersihan sampah dalam penebangan liar di lahan gambut saja, kata
Marcel, Indonesia menghasilkan 632 juta ton CO2 setiap tahunnya.

"Dan dari kebakaran hutan yang berlangsung setiap tahun, CO2 yang dihasilkan
mencapat 1.400 juta ton. Jadi total sekitar 2.000 juta ton CO2 setiap
tahunnya dari Indonesia," kata Marcel Silvius.

Sebagai perbandingan, Marcel, mengutip angka bahwa Negeri Belanda setiap
tahunnya menghasilkan 80 juta CO2 setiap tahunnya, walaupun Belanda yang
kecil jelas bukan bandingan dengan Indonesia.

Bagaimanapun kebakaran hutan di Indonesia tetap merupakan masalah yang
serius apalagi masih juga belum bisa diatasi.

*Masyarakat setempat*

Dan dalam beberapa kasus, beberapa perusahaan kayu memang membakar hutan
untuk memudahkan pembersihan lahan yang akan ditanam kembali.

[image: Ratni]
Ratni bekerja keras untuk bertani di lahan bekas penebangan hutan

Sesekali kebakaran hutan juga disebabkan oleh penduduk setempat yang
membersihkan lahan untuk pertanian mereka namun api kemudian menjadi tidak
terkendali.

Ratni, adalah salah seorang transmigran yang tinggak di kawasan hutan gambut
di Kalimantan Tengah.

Dia mengenang masa-masa awal yang sulit ketika baru dipindahkan ke
Kalimantan.

"Tidak ada jalan, dan tanahnya amat sulit. Kalau ditaruh puntung rokok,
tanahnya langsung terbakar. Kami harus bekerja keras sebelum bisa
menggunakannya sebagai lahan pertanian," kata Ratni.

Ratni dan para tetangganya mengaku masih menggunakan api setiap kali mereka
perlu membersihkan lahan pertanian.

Di sisi lain, lahan gambut jua semakin kering karena saluran air yang
dibangun pada masa lahan gambut sejuta hektar di jaman Presiden Suharto
dulu.

Suharto ingin mengubah 1,1 juta hektar lahan gambut menjadi sawah untuk
menghasilkan beras.

Proyek itu, yang ditentang oleh banyak kalangan, akhirnya terbengkalai dan
sempat mengeringkan sebagian hutan gambut.

*Air mulai mengalir*

Namun salah satu kawasan hutan gambut masih tampak hijau dan beberapa pohon
yang masih kecil mulai mengisi lahan.

[image: Kawasan lambut yang mengering di Kalimantan]

Di lokasi inilah Alim dan rekan-rekannya bekerja untuk kembali 'membasahi'
kawasan hutan gambut.

Dia memperlihatkan sebuah bendungan kecil yang dibangun untuk mencegah air
jangan sampai mengalir masuk ke saluran-saluran yang dibangun pemerintah
sebelumnya.

"Sejak bendungan kecil kami bangun, maka kawasan ini semakin hijau,"
katanya.

Tanpa bendungan itu maka kandungan air sangat sedikit dan tidak cukup untuk
perkembangan pohon-pohon.

Tapi Alim tetap berhati-hati dalam menjaga kandungan air di kawasan yang
sedang mereka pulihkan.

"Kalau kami secara drastis membanjiri air maka memang akan lebih banyak
pohon tapi juga membuat pertanian masyarakat jadi banjir," tambah Alim.

"Dulu pohon-pohon besar bisa menampung air di musim hujan, tapi sekarang air
bisa mengalir kemana-mana."

*Proyek pembangunan*

Pemerintah Indonesia sepakat bahwa memang tidak ada jalan keluar sederhana
untuk memulihkan kembali lahan gambut.
....jalan keluarnya adalah memberantas kemiskinan.

Agus Purnomo

Agus Purnomo, dari Kementrian Lingkungan Indonesia, mengatakan kerusakan
lahan gambut disebabkan oleh perusahaan dan juga petani lokal.

Bagi perusahaan besar, maka jalan keluarnya adalah penegakan hukum dan itu
mungkin bisa dilakukan oleh aparat hukum.

"Namun untuk penyebab keduanya, maka jalan keluarnya adalah memberantas
kemiskinan," tambahnya.

Untuk mencegah rakyat membuka lahan gambut, tambah Agus, maka harus ada
proyek pembangunan yang membantu masyarakat lokal.

Dan Ratni beserta tetangganya amat memerlukan proyek pembangunan yang
dimaksud Agus Purnomo.

Mereka mungkin menjadi penyebab kerusakan hutan gambut, namun mereka pulalah
yang merasakan langsung dampaknya.
Setiap tahun, hutan Kalimantan terbakar dan kabut menutupi kawasan tersebut.
Itu jelas berita buruk bagi Ratni dan sayurannya (Oleh Lucy Williamson
BBC News, Jakarta)

Kirim email ke