Re: [iagi-net-l] Fwd: Laporan Lengkap Tim Katastropik Purba

2012-02-18 Terurut Topik R.P.Koesoemadinata
Sebaiknya hasil geolistrik itu ditampilkan disini, beserta peta topografi 
detail serta lintasan dari survey geolistrik itu, lengkap dengan peta index 
atau koordinatnya.
Sulit membayangkan apa yang dibahas  Laporan Tim Katastropik Purba. A picture 
is worth a thousand words
RPK
  - Original Message - 
  From: bosman batubara 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Friday, February 17, 2012 8:31 PM
  Subject: Re: [iagi-net-l] Fwd: Laporan Lengkap Tim Katastropik Purba


  Ah... tampilan laporan lengkapnya enggak menarik. Tadinya aku pikir 
attachment PDF yang dilay-out bagus, ada ilustrasi, foto2 dan caption yang 
menarik, ternyata cuma body text yang benar2 bikin malas baca. Kok tim yang 
bekerja di bawah koordinasi Stap Khusus Presiden Laporan Lengkap-nya enggak 
menarik ya? 


  tabik
  bosman batubara 



--
  From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
  To: IAGI iagi-net@iagi.or.id; geologi...@googlegroups.com 
  Sent: Friday, February 17, 2012 1:09 AM
  Subject: [iagi-net-l] Fwd: Laporan Lengkap Tim Katastropik Purba



  FYI


  -- Forwarded message --
  From: e_ridzky e_rid...@yahoo.com
  Date: 2012/2/16
  Subject: Laporan Lengkap Tim Katastropik Purba
  To: Ketua IAGI - Rovicky rovi...@gmail.com



  *Tujuan tim tidak mencari piramid*


  Laporan Lengkap Tim Katastropik Purba

  Bermula meneliti data kebencanaan di masa silam, Tim Katastropik Purba 
menguak peradaban di masa silam yang musnah.

  Tim Katastropik Purba bentukan Staf Khusus Presiden telah merampungkan riset 
awal. Tim ini meneliti apakah ada keterkaitan antara kejadian bencana di masa 
silam dengan peradaban masa lalu untuk dibandingkan di masa kini. Tim ini 
terdiri dari DR. Danny Hilman, DR. Andang Bachtiar, DR. Budianto 'Didit' 
Oentowirjo, DR. Wahyu Triyoso, DR. Irwan Meilano, DR. Hamzah Latief, Ir. Wisnu 
Ariestika dan Ir. Juniardi. 

  Pada awalnya tim ini menjadikan objek utama riset melalui data kebencanaan 
dan anomali Gunung Sadahurip dan beberapa situs yang terkubur karena diduga 
kuat karena bencana. Dengan segala kehati-hatian, serta pengujian 
alat/teknologi yang digunakan, maka tim juga mengembangkan riset di beberapa 
tempat lain seperti Banda Aceh, Trowulan dan situs megalitikum Gunung Padang.

  Karena di Gunung Padang hasil uji teknologi menunjukkan kemiripan dengan 
Gunung Sadahurip, maka tim memutuskan untuk terlebih dahulu melakukan tahap 
pengeboran untuk membuktikan uji teknologi. Hasilnya ternyata membuktikan bahwa 
ada kesesuaian antara uji teknologi dan hasil pengeboran. 

  Di Gunung Padang tim menemukan bangunan yang terpendam berupa man made 
structures. Hasil yang didapat di Gunung Padang sekaligus mengalibrasi obyek 
riset utama yaitu Gunung Sadahurip yang direncanakan pengeborannya dilakukan 
pada bulan Maret ini. 

  Laporan Riset Gunung Padang

  1. Dari analisis morfologi Gunung Padang jelas memperlihatkan Gunung Padang 
seperti sebuah gundukan besar di kaki sebuah punggungan dari Gunung Karuhun 
(perbukitan tinggi di selatan Gunung Padang). Artinya, interpretasi geologi 
yang paling mungkin adalah gunung api purba atau intrusi batuan beku. Tapi 
apakah demikian? Dari hasil survei lintasan Geolistrik (memakai SuperSting R8) 
tidak mendukung interpretasi geologi ini. 

  Ada beberapa lintasan geolistrik yang dibuat: Dua lintasan dengan spasing 
elektroda 3m dan 8m untuk penampang Utara-Selatan, tiga lintasan dengan spasing 
elektroda 1m, 4m, 10m untuk penampang Barat-Timur (catatan: spasing elektroda 
3m dengan jumlah electrode 112 depth of penetrationnya ~ 60m, yang 8m sampai 
200 m-an). Singkatnya, data geolistrik tidak memperlihatkan struktur intrusi 
magma, volcanic plug ataupun gunung purba, melainkan satu geometri yang sangat 
unik dan sepertinya tidak alamiah. Inti gambaran subsurface Gunung Padang. Dari 
atas 0 - ~20m adalah lapisan horizontal dengan resistivity ratusan Ohm-meters.

  Di bawah itu ada lapisan dengan resistivity ribuan Ohm-meters (warna merah) 
dengan tebal sekitar 20-30meter, miring ke Utara tapi anehnya bagian atas 
lapisan miring ini seperti terpancung rata (di kedalaman 20 meteran itu) dan 
membaji pas di ujung selatan Situs. Ini mengindikasikan bahwa dari depth 20 
meter ke atas adalah man-made structures. Lapisan merah diduga adalah batuan 
keras massif - batuan andesit-basalt. Di bawah lapisan merah adalah lapisan 
batuan yang low-resistivity - kemungkinan berpori dan ber-air. 

  Tapi yang unik adalah adanya bentukan biru besar membulat di bawah situs yang 
sangat rendah resistivitasnya (mendekati 1 atau true conductor). Keunikan tidak 
berhenti di situ, di bawah si biru bulat itu ada lapisan dengan resistivitas 
tinggi (merah) - batuan keras yang berbentuk seperti cekungan atau cawan 
raksasa yang posisinya kira-kira sekitar 100 meter dari puncak atau sedikit di 
bawah level tempat parkir di permulaan tangga untuk naik ke situs. Penampakan 
cawan ini sangat konsisten

Re: [iagi-net-l] Fwd: Laporan Lengkap Tim Katastropik Purba

2012-02-17 Terurut Topik bosman batubara
Ah... tampilan laporan lengkapnya enggak menarik. Tadinya aku pikir attachment 
PDF yang dilay-out bagus, ada ilustrasi, foto2 dan caption yang menarik, 
ternyata cuma body text yang benar2 bikin malas baca. Kok tim yang bekerja di 
bawah koordinasi Stap Khusus Presiden Laporan Lengkap-nya enggak menarik ya? 

 
tabik
bosman batubara 



 From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
To: IAGI iagi-net@iagi.or.id; geologi...@googlegroups.com 
Sent: Friday, February 17, 2012 1:09 AM
Subject: [iagi-net-l] Fwd: Laporan Lengkap Tim Katastropik Purba
 

FYI


-- Forwarded message --
From: e_ridzky e_rid...@yahoo.com
Date: 2012/2/16
Subject: Laporan Lengkap Tim Katastropik Purba
To: Ketua IAGI - Rovicky rovi...@gmail.com



*Tujuan tim tidak mencari piramid*


Laporan Lengkap Tim Katastropik Purba

Bermula meneliti data kebencanaan di masa silam, Tim Katastropik Purba menguak 
peradaban di masa silam yang musnah.

Tim Katastropik Purba bentukan Staf Khusus Presiden telah merampungkan riset 
awal. Tim ini meneliti apakah ada keterkaitan antara kejadian bencana di masa 
silam dengan peradaban masa lalu untuk dibandingkan di masa kini. Tim ini 
terdiri dari DR. Danny Hilman, DR. Andang Bachtiar, DR. Budianto 'Didit' 
Oentowirjo, DR. Wahyu Triyoso, DR. Irwan Meilano, DR. Hamzah Latief, Ir. Wisnu 
Ariestika dan Ir. Juniardi. 

Pada awalnya tim ini menjadikan objek utama riset melalui data kebencanaan dan 
anomali Gunung Sadahurip dan beberapa situs yang terkubur karena diduga kuat 
karena bencana. Dengan segala kehati-hatian, serta pengujian alat/teknologi 
yang digunakan, maka tim juga mengembangkan riset di beberapa tempat lain 
seperti Banda Aceh, Trowulan dan situs megalitikum Gunung Padang.

Karena di Gunung Padang hasil uji teknologi menunjukkan kemiripan dengan Gunung 
Sadahurip, maka tim memutuskan untuk terlebih dahulu melakukan tahap pengeboran 
untuk membuktikan uji teknologi. Hasilnya ternyata membuktikan bahwa ada 
kesesuaian antara uji teknologi dan hasil pengeboran. 

Di Gunung Padang tim menemukan bangunan yang terpendam berupa man made 
structures. Hasil yang didapat di Gunung Padang sekaligus mengalibrasi obyek 
riset utama yaitu Gunung Sadahurip yang direncanakan pengeborannya dilakukan 
pada bulan Maret ini. 

Laporan Riset Gunung Padang

1. Dari analisis morfologi Gunung Padang jelas memperlihatkan Gunung Padang 
seperti sebuah gundukan besar di kaki sebuah punggungan dari Gunung Karuhun 
(perbukitan tinggi di selatan Gunung Padang). Artinya, interpretasi geologi 
yang paling mungkin adalah gunung api purba atau intrusi batuan beku. Tapi 
apakah demikian? Dari hasil survei lintasan Geolistrik (memakai SuperSting R8) 
tidak mendukung interpretasi geologi ini. 

Ada beberapa lintasan geolistrik yang dibuat: Dua lintasan dengan spasing 
elektroda 3m dan 8m untuk penampang Utara-Selatan, tiga lintasan dengan spasing 
elektroda 1m, 4m, 10m untuk penampang Barat-Timur (catatan: spasing elektroda 
3m dengan jumlah electrode 112 depth of penetrationnya ~ 60m, yang 8m sampai 
200 m-an). Singkatnya, data geolistrik tidak memperlihatkan struktur intrusi 
magma, volcanic plug ataupun gunung purba, melainkan satu geometri yang sangat 
unik dan sepertinya tidak alamiah. Inti gambaran subsurface Gunung Padang. Dari 
atas 0 - ~20m adalah lapisan horizontal dengan resistivity ratusan Ohm-meters.

Di bawah itu ada lapisan dengan resistivity ribuan Ohm-meters (warna merah) 
dengan tebal sekitar 20-30meter, miring ke Utara tapi anehnya bagian atas 
lapisan miring ini seperti terpancung rata (di kedalaman 20 meteran itu) dan 
membaji pas di ujung selatan Situs. Ini mengindikasikan bahwa dari depth 20 
meter ke atas adalah man-made structures. Lapisan merah diduga adalah batuan 
keras massif - batuan andesit-basalt. Di bawah lapisan merah adalah lapisan 
batuan yang low-resistivity - kemungkinan berpori dan ber-air. 

Tapi yang unik adalah adanya bentukan biru besar membulat di bawah situs yang 
sangat rendah resistivitasnya (mendekati 1 atau true conductor). Keunikan tidak 
berhenti di situ, di bawah si biru bulat itu ada lapisan dengan resistivitas 
tinggi (merah) - batuan keras yang berbentuk seperti cekungan atau cawan 
raksasa yang posisinya kira-kira sekitar 100 meter dari puncak atau sedikit di 
bawah level tempat parkir di permulaan tangga untuk naik ke situs. Penampakan 
cawan ini sangat konsisten terlihat di lintasan Utara-Selatan dan Barat-Timur. 
Sama sekali tidak terlihat ada indikasi feeding dukes atau leher intrusi di 
Penampang geolistrik.

Dugaan lapisan 20 meter ke bawah dari atas situs adalah man-made structures 
ditunjang oleh survei GPR di atas Situs. survei GPR dilakukan berbagai lintasan 
di semua Teras 1-5 dengan memakai antenna MLF 40 MHz dari SIR-20 GSSI yang 
dapat menembus kedalaman sampai sekitar 25-30 meteran. Dari survei GPR terlihat 
ada bidang very high reflector di kedalaman sekitar 3-5 meter dari permukaan di 
semua teras. Bidang ini

[iagi-net-l] Fwd: Laporan Lengkap Tim Katastropik Purba

2012-02-16 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
FYI

-- Forwarded message --
From: e_ridzky e_rid...@yahoo.com
Date: 2012/2/16
Subject: Laporan Lengkap Tim Katastropik Purba
To: Ketua IAGI - Rovicky rovi...@gmail.com


**
*Tujuan tim tidak mencari piramid*


Laporan Lengkap Tim Katastropik Purba

Bermula meneliti data kebencanaan di masa silam, Tim Katastropik Purba
menguak peradaban di masa silam yang musnah.

Tim Katastropik Purba bentukan Staf Khusus Presiden telah merampungkan
riset awal. Tim ini meneliti apakah ada keterkaitan antara kejadian bencana
di masa silam dengan peradaban masa lalu untuk dibandingkan di masa kini.
Tim ini terdiri dari DR. Danny Hilman, DR. Andang Bachtiar, DR. Budianto
'Didit' Oentowirjo, DR. Wahyu Triyoso, DR. Irwan Meilano, DR. Hamzah
Latief, Ir. Wisnu Ariestika dan Ir. Juniardi.

Pada awalnya tim ini menjadikan objek utama riset melalui data kebencanaan
dan anomali Gunung Sadahurip dan beberapa situs yang terkubur karena diduga
kuat karena bencana. Dengan segala kehati-hatian, serta pengujian
alat/teknologi yang digunakan, maka tim juga mengembangkan riset di
beberapa tempat lain seperti Banda Aceh, Trowulan dan situs megalitikum
Gunung Padang.

Karena di Gunung Padang hasil uji teknologi menunjukkan kemiripan dengan
Gunung Sadahurip, maka tim memutuskan untuk terlebih dahulu melakukan tahap
pengeboran untuk membuktikan uji teknologi. Hasilnya ternyata membuktikan
bahwa ada kesesuaian antara uji teknologi dan hasil pengeboran.

Di Gunung Padang tim menemukan bangunan yang terpendam berupa man made
structures. Hasil yang didapat di Gunung Padang sekaligus mengalibrasi
obyek riset utama yaitu Gunung Sadahurip yang direncanakan pengeborannya
dilakukan pada bulan Maret ini.

Laporan Riset Gunung Padang

1. Dari analisis morfologi Gunung Padang jelas memperlihatkan Gunung Padang
seperti sebuah gundukan besar di kaki sebuah punggungan dari Gunung Karuhun
(perbukitan tinggi di selatan Gunung Padang). Artinya, interpretasi geologi
yang paling mungkin adalah gunung api purba atau intrusi batuan beku. Tapi
apakah demikian? Dari hasil survei lintasan Geolistrik (memakai SuperSting
R8) tidak mendukung interpretasi geologi ini.

Ada beberapa lintasan geolistrik yang dibuat: Dua lintasan dengan spasing
elektroda 3m dan 8m untuk penampang Utara-Selatan, tiga lintasan dengan
spasing elektroda 1m, 4m, 10m untuk penampang Barat-Timur (catatan: spasing
elektroda 3m dengan jumlah electrode 112 depth of penetrationnya ~ 60m,
yang 8m sampai 200 m-an). Singkatnya, data geolistrik tidak memperlihatkan
struktur intrusi magma, volcanic plug ataupun gunung purba, melainkan satu
geometri yang sangat unik dan sepertinya tidak alamiah. Inti gambaran
subsurface Gunung Padang. Dari atas 0 - ~20m adalah lapisan horizontal
dengan resistivity ratusan Ohm-meters.

Di bawah itu ada lapisan dengan resistivity ribuan Ohm-meters (warna merah)
dengan tebal sekitar 20-30meter, miring ke Utara tapi anehnya bagian atas
lapisan miring ini seperti terpancung rata (di kedalaman 20 meteran itu)
dan membaji pas di ujung selatan Situs. Ini mengindikasikan bahwa dari
depth 20 meter ke atas adalah man-made structures. Lapisan merah diduga
adalah batuan keras massif - batuan andesit-basalt. Di bawah lapisan merah
adalah lapisan batuan yang low-resistivity - kemungkinan berpori dan
ber-air.

Tapi yang unik adalah adanya bentukan biru besar membulat di bawah situs
yang sangat rendah resistivitasnya (mendekati 1 atau true conductor).
Keunikan tidak berhenti di situ, di bawah si biru bulat itu ada lapisan
dengan resistivitas tinggi (merah) - batuan keras yang berbentuk seperti
cekungan atau cawan raksasa yang posisinya kira-kira sekitar 100 meter
dari puncak atau sedikit di bawah level tempat parkir di permulaan tangga
untuk naik ke situs. Penampakan cawan ini sangat konsisten terlihat di
lintasan Utara-Selatan dan Barat-Timur. Sama sekali tidak terlihat ada
indikasi feeding dukes atau leher intrusi di Penampang geolistrik.

Dugaan lapisan 20 meter ke bawah dari atas situs adalah man-made structures
ditunjang oleh survei GPR di atas Situs. survei GPR dilakukan berbagai
lintasan di semua Teras 1-5 dengan memakai antenna MLF 40 MHz dari SIR-20
GSSI yang dapat menembus kedalaman sampai sekitar 25-30 meteran. Dari
survei GPR terlihat ada bidang very high reflector di kedalaman sekitar 3-5
meter dari permukaan di semua teras. Bidang ini sangat horizontal dan juga
membentuk undak-undak seperti situs di atasnya. Di bawah bidang ini
struktur lapisan tidak kalah unik. Ada lapisan melintang yang memotong
lapisan-lapisan horizontal -tidak mungkin ada struktur geologi seperti ini
apalagi di bukit 'vulkanik'. Singkatnya, penampang georadar sangat
mendukung interpretasi struktur bangunan sampai kedalaman 20 m.

Struktur di bawah situs ini berundak juga mengikuti struktur teras situs
yang terlihat di permukaan. Dari berbagai lintasan geolistrik 2D sangat
mungkin bahwa sampai ke kedalaman sekitar 100 meter, yaitu sampai ke
struktur batuan keras berbentuk Cawan adalah