[iagi-net-l] Geologi-Geofisika-Geokimia -- Heavy Oil Fields in Indonesia

2006-05-21 Terurut Topik Putrohari, Rovicky
Mas Yanto,

Apa yg disarankan Dog Waples (ahli Geokimia) untuk lebih mendahulukan
geologi hanyalah karena Dia (wektu itu) menyadari bahwa geokimia ilmunya
baru. Juga data-data yg dipakai representasinya sangat kurang
dibandingkan data geologi. Membayangkan fraksi sample batuan yg hanya
berukuran 5 inci dengan ukuran formasi tentunya seolah-olah tidak ada
apa-apanya, apalagi dibandingkan dengan sample minyak yg hanya sekian
cc untuk mewakili berjuta-juta barrel. 

Apa yg Doug maksudkan dengan mendahulukan argumentasi geologi adalah,
seandainya ada argumentasi geologi dan geokimia yg tidak akur, maka coba
dulu geologinya harus diubah terlebih dahulu. Kalau geologinya memang
sudah kekeuh ya data geokimia bisa dibuang. Karena kelemahan
representasi tadi. Geokimia seolah hanya supporting data geologi. Yang
dicari memang historical perpective dari alam.

Tentunya pada akhirnya yang terjadi memang kesepakatan. Memang
seolah-olah kok tidak scientifik, tetapi menurut saya ya memang
begitulah kehidupan. Cuman kalau ujug-ujug sudah menyadari keterbatasan
manusia nanti malah ngga naju-naju, walopun jelas manusia itu ya
terbatas dink ya.

Hal yg sama antara fisika experimen dengan pure-fisika (duh, nanti ada
yg terisnggung dibilang tidak pure :)
Wah ini menjurus ke OOT juga nantinya. Btw, di sebelah (oot) sedang
berdiskusi awal kesadaran manusia looh ... Menarik juga ternyata diskusi
dengan temen-temen ahli geologi tentang masalah yg tidak berhubungan
dengan geologi.

RDP
bagi yg tertarik diskusi oot silahkan kirim ke :
[EMAIL PROTECTED]

-Original Message-
From: Yanto Salim [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, May 22, 2006 8:44 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Heavy Oil Fields in Indonesia

Yang tidak konvergen adalah cara berpikir manusia yang terbatas. Yangg
disebut orang yang berkompetensi termasuk manusia yang terbatas, yang
terjadi adalah kesimpulan dari masing masing disiplin yang belum
mencapai tingkat pemecahannya.
  
Kalau berpijak dengan cara berpikir begini maka argumentasi data mana
atau disiplin mana yang dipakai/diutamakan tidak akan terjadi.
Perkembangan ilmu, data  dan pengalaman suatu waktu akan menjelaskan
kenapa ke tidak konvergen yang lalu terjadi.

Yanto Salim


Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, May 21, 2006 6:45 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Heavy Oil Fields in Indonesia

Kalau tripartit (geologi-geofisika-geokimia) ini tidak konvergen, mana
yg dianggap bener ?

Aku dulu (sekitar 8-10 tahun lalu) pernah diskusi dengan Doug Waples
sepanjang perjalanan naik mobil dari Bandung ke Jakarta, ngobrol tentang
Geologi-Geokimia. Nah Doug bilang kalau andata geology dan geokimia
kesimpulannya tidak akur, beliau menyarankan untuk menggunakan
argumentasi geologi. Karena kajian geokimia lebih banyak kelemahannya.
(tentunya setelah dikaji oleh orang yg sama-sama kompetensinya).

Nah kalau argumentasi geologi dengan geofisika manakah argumentasi yg
lebih bisa dipercaya ?

RDP

On 5/19/06, Lambok Parulian Marpaung [EMAIL PROTECTED]
wrote:
 Sehubungan dengan tripartid yang dikatakan Pa Awang. Di daerah Jabung
pernah
 dilakukan studi geokimia secara detail, dan sangat membantu dalam
pemahaman
 sistem petroleum. Sehingga benar yang dikatakan Pa Awang, tidak
mereka-reka,
 tapi ada guidance untuk mencari prospek sampai drillable prospect.

 Salam,
 Lambok

 - Original Message -
 From: Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Friday, May 19, 2006 3:48 PM
 Subject: RE: [iagi-net-l] Heavy Oil Fields in Indonesia


 Pak Slamet,

 Data sulfur, API, n-parafin, isoprenoid dari minyak2 di suatu kawasan
kalau
 dihubungkan dan dipahami secara regional akan menggambarkan oil
grouping
 serta karakteristiknya. Lalu, source facies-nya bisa kita duga-duga.
Kalau
 lalu kita masukkan pemahaman geologic setting dan stratigrafinya akan 
 membimbing kita ke pemahaman apa source-nya (formasi apa) dan di mana 
 kitchen-nya. Akibatnya, kita akan tahu bagaimana gambaran migrasinya.
Juga
 bisa untuk menaksir kawasan terbiodegradasi atau bebas biodegradasi
bila
 kita libatkan struktur geologi di dalamnya.

 Kalau kita hubungkan data VR dan heatflow tiap sumur, atau dengan
heatflow
 regional, kita bisa merekonstruksi sejarah pematangannya, di mana 
 oil/gas/overmature window saat ini, dan di mana dulu.

 Geokimia akan nyaring berbunyi bila kita tiupkan nafas geologi ke
dalamnya.
 Dan tanpa geokimia, semua hanya reka-reka. Kematangan atau oil
grouping
 hanya ditunjukkan oleh geokimia, dan kembali ke tadi, geokimia akan
sangat
 berguna kalau geologi jadi sokogurunya.

 Maka, tripartit geologi-geofisika-geokimia tak boleh diceraiberaikan.

 Salam,
 awang

 -Original Message-
 From: Riyadi, Slamet S [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Friday, May 19, 2006 8:08 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Heavy Oil Fields in Indonesia


 Terima kasih atas penjelasanya.

 Andaikata, kita 

RE: [iagi-net-l] Geologi-Geofisika-Geokimia -- Heavy Oil Fields in Indonesia

2006-05-21 Terurut Topik Hasan Sidi
 Tentunya pada akhirnya yang terjadi memang kesepakatan. 
 Memang seolah-olah kok tidak scientifik, tetapi menurut saya 
 ya memang begitulah kehidupan. 

Tentunya kesepakatan tsb harus didasarkan pada error-bar tiap metoda dan
overall objective dari study tsb. Kalau well-spacing 1 km, prediksi
ketebalan deep blanket sand via well log mungkin lebih akurat. Kalau dalam
600km2 3D hanya ada 1 deep-water well, untuk eksplorasi, seismik-lah yang
akan lebih banyak bicara. 

FHS 

-
-  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-  Call For Papers until 26 May 2006
-  Submit to: [EMAIL PROTECTED]
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-



RE: [iagi-net-l] Geologi-Geofisika-Geokimia -- Heavy Oil Fields in Indonesia

2006-05-21 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Zaman dulu, minyak hanya dicari dengan geologi - cukup memetakan rembesan 
minyak dengan pemetaan geologi permukaan. Sekarang, saat menemukan sumber 
minyak baru semakin sulit, harus ada data geofisika dan geokimia untuk 
meyakinkan kita bahwa ada perangkap, ada reservoir, dan kemungkinan 
pengisiannya. 
 
Jelas, geofisika dan geokimia sangat membantu interpretasi geologi. Dua 
geophysicist bisa berbeda pendapat soal flat spot yang ditemukannya - itu batas 
fluida atau batas litologi ? Dengan kemajuan teknologi geofisika, saya pikir 
perbedaan pendapat itu akan semakin diminimalisasi. Dua geochemist pun bisa 
berbeda pendapat ketika menafsirkan data biomarker - ini pun semakin 
diminimalisasi sebab teknologi geokimia semakin pasti. Perbedaan pendapat di 
geologi lebih besar dan lebih banyak karena tingkat kuantifikasinya tak sebesar 
geofisika dan geokimia.
 
Saya akan lebih percaya kepada geofisika untuk prediksi kualitas reservoir 
secara lateral. Saya akan lebih percaya kepada geokimia soal kemungkinan 
kematangan suatu depresi. Maka, kalau antara tripartit 3G itu (geo-gef-geokem) 
ada sesuatu yang tak konvergen, ya kita lihat dulu apa masalahnya, apakah 
menyangkut geo, gef, atau geokimia. Jadi, tak bisa langsung bilang bahwa kalau 
ada beda pendapat geo dan geokem, maka pilih geo saja; begitu juga kalau ada 
beda pendapat antara geo dan gef.
 
Kata John Hunt, ahli geokimia terkemuka, finding and producing a vast amount 
of oil requires the ingenuity and hardwork of many people - petroleum 
exploration geologist, geophysicists, geochemists, and drilling and production 
engineers.
 
salam,
awang

-Original Message-
From: Putrohari, Rovicky [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, May 22, 2006 8:35 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Geologi-Geofisika-Geokimia -- Heavy Oil Fields in 
Indonesia

Mas Yanto,

Apa yg disarankan Dog Waples (ahli Geokimia) untuk lebih mendahulukan
geologi hanyalah karena Dia (wektu itu) menyadari bahwa geokimia ilmunya
baru. Juga data-data yg dipakai representasinya sangat kurang
dibandingkan data geologi. Membayangkan fraksi sample batuan yg hanya
berukuran 5 inci dengan ukuran formasi tentunya seolah-olah tidak ada
apa-apanya, apalagi dibandingkan dengan sample minyak yg hanya sekian
cc untuk mewakili berjuta-juta barrel. 

Apa yg Doug maksudkan dengan mendahulukan argumentasi geologi adalah,
seandainya ada argumentasi geologi dan geokimia yg tidak akur, maka coba
dulu geologinya harus diubah terlebih dahulu. Kalau geologinya memang
sudah kekeuh ya data geokimia bisa dibuang. Karena kelemahan
representasi tadi. Geokimia seolah hanya supporting data geologi. Yang
dicari memang historical perpective dari alam.

Tentunya pada akhirnya yang terjadi memang kesepakatan. Memang
seolah-olah kok tidak scientifik, tetapi menurut saya ya memang
begitulah kehidupan. Cuman kalau ujug-ujug sudah menyadari keterbatasan
manusia nanti malah ngga naju-naju, walopun jelas manusia itu ya
terbatas dink ya.

Hal yg sama antara fisika experimen dengan pure-fisika (duh, nanti ada
yg terisnggung dibilang tidak pure :)
Wah ini menjurus ke OOT juga nantinya. Btw, di sebelah (oot) sedang
berdiskusi awal kesadaran manusia looh ... Menarik juga ternyata diskusi
dengan temen-temen ahli geologi tentang masalah yg tidak berhubungan
dengan geologi.

RDP
bagi yg tertarik diskusi oot silahkan kirim ke :
[EMAIL PROTECTED]

-Original Message-
From: Yanto Salim [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, May 22, 2006 8:44 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Heavy Oil Fields in Indonesia

Yang tidak konvergen adalah cara berpikir manusia yang terbatas. Yangg
disebut orang yang berkompetensi termasuk manusia yang terbatas, yang
terjadi adalah kesimpulan dari masing masing disiplin yang belum
mencapai tingkat pemecahannya.
  
Kalau berpijak dengan cara berpikir begini maka argumentasi data mana
atau disiplin mana yang dipakai/diutamakan tidak akan terjadi.
Perkembangan ilmu, data  dan pengalaman suatu waktu akan menjelaskan
kenapa ke tidak konvergen yang lalu terjadi.

Yanto Salim


Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Sunday, May 21, 2006 6:45 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Heavy Oil Fields in Indonesia

Kalau tripartit (geologi-geofisika-geokimia) ini tidak konvergen, mana
yg dianggap bener ?

Aku dulu (sekitar 8-10 tahun lalu) pernah diskusi dengan Doug Waples
sepanjang perjalanan naik mobil dari Bandung ke Jakarta, ngobrol tentang
Geologi-Geokimia. Nah Doug bilang kalau andata geology dan geokimia
kesimpulannya tidak akur, beliau menyarankan untuk menggunakan
argumentasi geologi. Karena kajian geokimia lebih banyak kelemahannya.
(tentunya setelah dikaji oleh orang yg sama-sama kompetensinya).

Nah kalau argumentasi geologi dengan geofisika manakah argumentasi yg
lebih bisa dipercaya ?

RDP

On 5/19/06, Lambok Parulian Marpaung [EMAIL PROTECTED]
wrote:
 Sehubungan dengan tripartid yang dikatakan Pa Awang