RE: [iagi-net-l] Gunung Bromo dan sekitarnya
Pak Awang Yth, Wah, penjelasannya sangat lengkap dan informatif. Selain untuk menikmati keindahannya Bromo, kami pun dapat mengetahui hubungannya dengan teori geologi. Trimakasih. Lain kali kalau berkunjung lagi ke Bromo dapat memahami dengan lebih baik. Tgl 6 Sept yll, sebelum ke sumur Madura, saya mampir dulu ke Denpasar. Seperti biasanya, saya minta kursi paling kanan supaya dapat menikmati keindahan gunung-2 di Jawa, mulai dari Ciremai, Prahu-Dieng, Sumbing-Sindoro-Merapi-Merbabu, Lawu, Wilis, Kelud sampai Bromo dan Semeru yang menawan itu. Saya sudah siapkan peta dan kamera (penumpang di samping saya pun ikut tertarik), dan kali ini Garuda terbang cukup dekat dengan kaldera, sehingga kawah gunung Batok (?) terlihat jelas. Ketika Pilot mengumumkan bahwa di sebelah kanan pesawat adalah gunung Bromo, banyak penumpang yang menengok dan mengamati cukup lama dengan wajah takjub... Ketika pulang, saya terbujuk naik bus bagus, berangkat pagi (dapat menikmati pemandangan) dari Tabanan-Negara-Gilimanuk, menyeberang Selat Bali yang ramai. Dari Gilimanuk di ujung barat Bali, saya sudah dapat menyaksikan gunung-2 di utara Banyuwangi Dari Ketapang-Bajulmati-Situbondo-Pasirputih-Paiton-Probolinggo-Pasuruan-Surabaya lancar. Di ujung timur pulau Jawa semua pepohonan di hutan sepanjang jalan mulai meranggas, kering... Di kiri-kanan jalan nampak bongkah-2 batu hitam kecoklatan. Ini hasil erupsi gunung apa dan kira-2 kapan yha? Esok paginya, ketika melintas di atas jembatan Suramadu, tiba-2 saya merasa bahagia dan bangga menyaksikan karya putra-2 bangsa. Dari ujung ke ujung jembatan semuanya nampak seragam, harmonis, simetris... rasanya mirip dengan jembatan-2 di luar negeri dalam film-2 itu. Kapan yha, jembatan sejenis dapat melintasi Selat Sunda? Ketika masuk pulau Madura (ini pengalaman yang kedua) nampak pepohonan mulai kering, khususnya yang tumbuh di atas daerah bebatuan (nampaknya batu gamping, ini masuk formasi apa yha?). Sampai di Blega sedang hari pasaran. Seperti biasanya, saya pun masuk ke pasar untuk melihat the real life... Saya melihat sangat banyak warga masyarakat kita yang sangat mandiri, ulet, pekerja keras, tidak mau bergantung dengan (maaf) pemerintah. Mereka, biasanya ibu-ibu (seperti almarhum ibu saya) adalah pelaku ekonomi yang handal. Untuk keperluan di rig, saya beli sandal. Ibu yang berjualan berwajah manis, khas Jawa-Melayu, berjilbab, dan tetap ber-make up tipis. Sangat ramah. Untuk itu saya pun berani mengeluarkan kamera. Heboh... Rupanya Ibu ini juga suka difoto. Ternyata ibu-2 yang berjualan di sebelahnya juga ikutan foto bersama. Ketika ke los kain, saya sempat beli sarung. Ibu yang berjualan nampak lebih intelek, selain berjilbab yang serasi, di lengan tangannya ada bbrp gelang emas yang ukurannya kecil-2. Walaupun di tengah pasar yang padat dan panas, seorang ibu, atau wanita tetap sangat menjaga keindahan dan estetika... Sukurlah, Ibu ini juga senang-2 saja difoto, berpose diantara kain-2 dagangannya. Ketika mata saya tertuju ke deretan kain batik yang agak aneh, Ibu ini menjelaskan bahwa ini kain batik buatan Madura. Berbeda dengan batik Solo-Yogya, promosinya. Bukan karena promosinya, tetapi demi menggerakkan industri rakyat (he-he) dan untuk oleh-2 ibunya Adit dan Wardhani (saat ini sedang menjelajah dari Hanoi di utara sampai ke Ho Chi Minh City/Saigon di Vietnam selatan) saya membeli satu kain bermotif bunga kecil-2. Tibalah kami di los penjual pisau. Ini penting lho kalau di rig. Tadinya Ibu penjual tersipu-sipu sambil menutup wajahnya ketika saya jepret, tetapi yang pada jepretan yang kedua dia mulai tersenyum sambil membungkus pisau. Saya sudah berjanji untuk menyerahkan foto-2 kepada mereka. Di luar pasar terhampar buah semangka mulai ukuran kecil sampai ukuran jumbo. Saya pun memilih yg terbesar. Sayang sekali Ibu penjual selalu memalingkan wajah ketika akan dijepret, walaupun tetap tersenyum dan sambil menimbang semangka. Karena terlalu berat, lebih dari 3 kilo, maka dia menambahkan sebongkah semen (katanya beratanya 1,5 kg). Di kios kecil pasar Blega, saya dapat menemukan kurma selezat yang dijual di Carefoure Lebakbulus. Ini oleh-2 untuk kawan-2 mudloggers dll. Tengah hari, kami tiba di lokasi sumur dengan selamat. Mohon maaf, ceritanya berbelok dari judul semula. Salam hangat dari Madura! Sugeng (Kemarin sore kami diguyur hujan cukup lebat). From: Awang Satyana [mailto:awangsaty...@yahoo.com] Sent: Tue 9/15/2009 11:18 PM To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Cc: Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Subject: Re: [iagi-net-l] Gunung Bromo dan sekitarnya Pak Franc, van Bemmelen (1949) menarik garis volcano-tectonic yang besar dari Selat Madura sampai hampir pantai selatan Jawa Timur berarah utara-selatan. Menurutnya, inilah sebuah transverse fault yang besar yang memotong tegak lurus trend struktur Jawa yang barat-timur. Transverse
Re: [iagi-net-l] Gunung Bromo dan sekitarnya
-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Cc: Geo Unpad; Eksplorasi BPMIGAS Subject: Re: [iagi-net-l] Gunung Bromo dan sekitarnya Pak Franc, van Bemmelen (1949) menarik garis volcano-tectonic yang besar dari Selat Madura sampai hampir pantai selatan Jawa Timur berarah utara-selatan. Menurutnya, inilah sebuah transverse fault yang besar yang memotong tegak lurus trend struktur Jawa yang barat-timur. Transverse fault ini menjadi lokasi semua gunungapi aktif maupun mati di wilayah ini, sehingga lineament gunungapi ini menyimpang dari lineament gunungapi Jawa pada umumnya (barat-timur). Di sini, kompleks Tengger-Semeru berarah utara-selatan. Bahkan, wilayah Grati dan Semokrong di tepi pantai utara eastern spur Jawa Timur ini, atau di sebelah selatan Selat Madura, menurut van Bemmelen (1949) masih merupakan bukit-bukit yang terjadi oleh aktivitas volcano-tectonic akibat runtuhnya kaldera Tengger. Collapse kaldera di puncak yang menyebabkan gravity sliding di kaki gunungapi membentuk ridges, adalah teori khas van Bemmelen. Ia pun menerangkan asal Gendol highs di Menoreh, Jawa Tengah dengan mekanisme yang sama sebagai akibat gravity sliding oleh runtuhnya kaldera Merapi. Van Bemmelen pun menerangkan asal Antiklinorium Samarinda di Kalimantan Timur sebagai akibat gravity sliding saat Kuching High terangkat -teorinya kemudian dikembangkan oleh Rose dan Hartono (1976) dan Hank Ott (1987). Sebuah teori yang sangat menarik dan saya cukup meyakininya. Kini, di sistem deepwater perkembangan toe thrusting juga erat kaitannya dengan gravity sliding di shelf areanya. Contoh2 di Kutei, Tarakan, dan Sarawak deepwater sangat khas membuktikan ini. Saya meminjam transverse fault Tengger-Semeru van Bemmelen ini untuk menerangkan terjadinya Depresi Lumajang ke sebelah timurnya, dengan menggunakan juga transverse fault pasangannya di wilayah Jember, yaitu Iyang (Yang)-Argopuro Fault (dalam paper terbaru saya tentang hilangnya Pegunungan Selatan Jawa di beberapa tempat -Satyana, 2009 : Disappearance of the Java's Southern Mountains - Roles of Java's Transverse Faults- Simposium Internasional Pegunungan Selatan Jawa -UGM). Kedua transverse fault ini mengapit wilayah Lumajang yang tenggelam, sehingga bisa disimpulkan bahwa kedua transverse fault tersebut merupakan block faulting yang besar dengan block terbannya (downblock) ditempati oleh Depresi Lumajang. Bahwa Lumajang tenggelam bisa dengan segera dilihat apabila kita mengamati garis pantai selatan Lumajang yang terindentasi ke dalam dan Pegunungan Selatannya yang hilang. Kembali ke Bromo, betul, ia merupakan salah satu gunungapi cinder cone yang muncul dari kaldera lautan pasir Tengger yang terkenal itu. Di kaldera Tengger yang berdiameter 10 km itu muncul beberapa gunungapi kecil. Walaupun kini kita hanya bisa temukan tiga gunungapi di kaldera ini (Batok-Bromo-Kursi yang berjajar utara-selatan mengikuti transverse fault itu), vulkanoloog Belanda Neumann van Padang (195i - catalogue of the active volcanoes of the world, p. 146-147) menyebutkan bahwa ada tujuh buah pusat letusan di kaldera Tengger ini. Gunungapi aktif di kaldera Tengger tinggal Bromo saja dengan kepundan ditutupi danau sejak 1838. Menurut Hadian dan Kusumadinata (1979 : Data Dasar Gunungapi Indonesia), undak-undak di Gunung Bromo menunjukkan bahwa pusat letusannya bergerak ke arah utara. Nah, ini bisa dihubungkan dengan hasil penelitian Pak Seno ITS alm. (murid2 Pak Seno : Dicky dan Adji, yang pernah bersama Pak Seno meneliti ini, sekarang di BPMIGAS -silakan Dicky dan Adji berbagi cerita untuk Pak Franc dan rekan2 milis lainnya. Transverse Fault Tengger-Semeru (saya sebut namanya begitu) dari van Bemmelen (1949) mungkin ada betulnya sebab semua gunungapi mati dan giat di wilayah ini membentuk kelurusan utara-selatan : mulai dari sebelah utara ke selatan : Gunung Pananjakan, Batok, Bromo, Kursi, Ranu Pani, Ranu Kumbolo (ini bekas2 kawah gunungapi) dan paling selatan adalah gunung Semeru -puncak tertinggi di Jawa (3676 m). Demikian Pak Franc sedikit cerita regional tentang Bromo yang sangat indah itu, saya mengunjungi kaldera Tengger dan semua gunungapi di dalamnya pada Desember 2005 bersama tim fieldtrip BPMIGAS dan bapak2 dosen serta mahasiswa2 UGM (Bromo saat itu merupakan tujuan akhir kami setelah selama tiga hari sebelumnya kami mempelajari deepwater sediments di Jalur Kendeng dan mengunjungi situs Meganthropus di Perning, Mojokerto). salam dari Indonesia, Awang --- On Sat, 9/12/09, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote: From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Subject: [iagi-net-l] Gunung Bromo dan sekitarnya To: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Date: Saturday, September 12, 2009, 1:57 PM Hallo semuanya, mudah2an akhir pekan ini menjadi akhir pekan yang sangat indah ... hari ini saya tiba2 ingat Alm. Pak Seno dan diskusi kami
Re: [iagi-net-l] Gunung Bromo dan sekitarnya
Pak Franc, van Bemmelen (1949) menarik garis volcano-tectonic yang besar dari Selat Madura sampai hampir pantai selatan Jawa Timur berarah utara-selatan. Menurutnya, inilah sebuah transverse fault yang besar yang memotong tegak lurus trend struktur Jawa yang barat-timur. Transverse fault ini menjadi lokasi semua gunungapi aktif maupun mati di wilayah ini, sehingga lineament gunungapi ini menyimpang dari lineament gunungapi Jawa pada umumnya (barat-timur). Di sini, kompleks Tengger-Semeru berarah utara-selatan. Bahkan, wilayah Grati dan Semokrong di tepi pantai utara eastern spur Jawa Timur ini, atau di sebelah selatan Selat Madura, menurut van Bemmelen (1949) masih merupakan bukit-bukit yang terjadi oleh aktivitas volcano-tectonic akibat runtuhnya kaldera Tengger. Collapse kaldera di puncak yang menyebabkan gravity sliding di kaki gunungapi membentuk ridges, adalah teori khas van Bemmelen. Ia pun menerangkan asal Gendol highs di Menoreh, Jawa Tengah dengan mekanisme yang sama sebagai akibat gravity sliding oleh runtuhnya kaldera Merapi. Van Bemmelen pun menerangkan asal Antiklinorium Samarinda di Kalimantan Timur sebagai akibat gravity sliding saat Kuching High terangkat -teorinya kemudian dikembangkan oleh Rose dan Hartono (1976) dan Hank Ott (1987). Sebuah teori yang sangat menarik dan saya cukup meyakininya. Kini, di sistem deepwater perkembangan toe thrusting juga erat kaitannya dengan gravity sliding di shelf areanya. Contoh2 di Kutei, Tarakan, dan Sarawak deepwater sangat khas membuktikan ini. Saya meminjam transverse fault Tengger-Semeru van Bemmelen ini untuk menerangkan terjadinya Depresi Lumajang ke sebelah timurnya, dengan menggunakan juga transverse fault pasangannya di wilayah Jember, yaitu Iyang (Yang)-Argopuro Fault (dalam paper terbaru saya tentang hilangnya Pegunungan Selatan Jawa di beberapa tempat -Satyana, 2009 : Disappearance of the Java's Southern Mountains - Roles of Java's Transverse Faults- Simposium Internasional Pegunungan Selatan Jawa -UGM). Kedua transverse fault ini mengapit wilayah Lumajang yang tenggelam, sehingga bisa disimpulkan bahwa kedua transverse fault tersebut merupakan block faulting yang besar dengan block terbannya (downblock) ditempati oleh Depresi Lumajang. Bahwa Lumajang tenggelam bisa dengan segera dilihat apabila kita mengamati garis pantai selatan Lumajang yang terindentasi ke dalam dan Pegunungan Selatannya yang hilang. Kembali ke Bromo, betul, ia merupakan salah satu gunungapi cinder cone yang muncul dari kaldera lautan pasir Tengger yang terkenal itu. Di kaldera Tengger yang berdiameter 10 km itu muncul beberapa gunungapi kecil. Walaupun kini kita hanya bisa temukan tiga gunungapi di kaldera ini (Batok-Bromo-Kursi yang berjajar utara-selatan mengikuti transverse fault itu), vulkanoloog Belanda Neumann van Padang (195i - catalogue of the active volcanoes of the world, p. 146-147) menyebutkan bahwa ada tujuh buah pusat letusan di kaldera Tengger ini. Gunungapi aktif di kaldera Tengger tinggal Bromo saja dengan kepundan ditutupi danau sejak 1838. Menurut Hadian dan Kusumadinata (1979 : Data Dasar Gunungapi Indonesia), undak-undak di Gunung Bromo menunjukkan bahwa pusat letusannya bergerak ke arah utara. Nah, ini bisa dihubungkan dengan hasil penelitian Pak Seno ITS alm. (murid2 Pak Seno : Dicky dan Adji, yang pernah bersama Pak Seno meneliti ini, sekarang di BPMIGAS -silakan Dicky dan Adji berbagi cerita untuk Pak Franc dan rekan2 milis lainnya. Transverse Fault Tengger-Semeru (saya sebut namanya begitu) dari van Bemmelen (1949) mungkin ada betulnya sebab semua gunungapi mati dan giat di wilayah ini membentuk kelurusan utara-selatan : mulai dari sebelah utara ke selatan : Gunung Pananjakan, Batok, Bromo, Kursi, Ranu Pani, Ranu Kumbolo (ini bekas2 kawah gunungapi) dan paling selatan adalah gunung Semeru -puncak tertinggi di Jawa (3676 m). Demikian Pak Franc sedikit cerita regional tentang Bromo yang sangat indah itu, saya mengunjungi kaldera Tengger dan semua gunungapi di dalamnya pada Desember 2005 bersama tim fieldtrip BPMIGAS dan bapak2 dosen serta mahasiswa2 UGM (Bromo saat itu merupakan tujuan akhir kami setelah selama tiga hari sebelumnya kami mempelajari deepwater sediments di Jalur Kendeng dan mengunjungi situs Meganthropus di Perning, Mojokerto). salam dari Indonesia, Awang --- On Sat, 9/12/09, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote: From: Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com Subject: [iagi-net-l] Gunung Bromo dan sekitarnya To: iagi-net@iagi.or.id, Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Date: Saturday, September 12, 2009, 1:57 PM Hallo semuanya, mudah2an akhir pekan ini menjadi akhir pekan yang sangat indah ... hari ini saya tiba2 ingat Alm. Pak Seno dan diskusi kami tentang Gunung Bromo dan sekitarnya, waktu HAGI mengadakan post convention field trip ke gunung Bromo. awal diskusi dimulai setelah kami melihat serigala putih dalam
[iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gunung Bromo dan sekitarnya
Terima kasih Pak Awang atas info regional geologynya. sangat informatif. mungkin sekarang lah saatnya hasil pengamatan/penelitian Van Bemellen ditambahkan dengan hasil survey geofisika yang telah dilaksanakan disana. dan bisa juga ditambahkan lagi survey yang lain. Kita tunggu info dari Adjie, Dicky dll. Mungkin teman2 dari Unibraw juga bisa menambahkan karena seingat saya Pak Yuwono dkk juga pernah survey geofisika kesana. saya ingat pernah diskusi santai di saat break di PIT HAGI di Malang mengenai potensi mempelajari gunung api dengan lab lapangan di Gn. Bromo dan sekitarnya (Kaldera Tengger). salam, fraank From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia fo...@hagi.or.id Cc: Eksplorasi BPMIGAS eksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com; Geo Unpad geo_un...@yahoogroups.com Sent: Tuesday, September 15, 2009 5:18:53 PM Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Gunung Bromo dan sekitarnya Pak Franc, van Bemmelen (1949) menarik garis volcano-tectonic yang besar dari Selat Madura sampai hampir pantai selatan Jawa Timur berarah utara-selatan. Menurutnya, inilah sebuah transverse fault yang besar yang memotong tegak lurus trend struktur Jawa yang barat-timur. Transverse fault ini menjadi lokasi semua gunungapi aktif maupun mati di wilayah ini, sehingga lineament gunungapi ini menyimpang dari lineament gunungapi Jawa pada umumnya (barat-timur). Di sini, kompleks Tengger-Semeru berarah utara-selatan. Bahkan, wilayah Grati dan Semokrong di tepi pantai utara eastern spur Jawa Timur ini, atau di sebelah selatan Selat Madura, menurut van Bemmelen (1949) masih merupakan bukit-bukit yang terjadi oleh aktivitas volcano-tectonic akibat runtuhnya kaldera Tengger. Collapse kaldera di puncak yang menyebabkan gravity sliding di kaki gunungapi membentuk ridges, adalah teori khas van Bemmelen. Ia pun menerangkan asal Gendol highs di Menoreh, Jawa Tengah dengan mekanisme yang sama sebagai akibat gravity sliding oleh runtuhnya kaldera Merapi. Van Bemmelen pun menerangkan asal Antiklinorium Samarinda di Kalimantan Timur sebagai akibat gravity sliding saat Kuching High terangkat -teorinya kemudian dikembangkan oleh Rose dan Hartono (1976) dan Hank Ott (1987). Sebuah teori yang sangat menarik dan saya cukup meyakininya. Kini, di sistem deepwater perkembangan toe thrusting juga erat kaitannya dengan gravity sliding di shelf areanya. Contoh2 di Kutei, Tarakan, dan Sarawak deepwater sangat khas membuktikan ini. Saya meminjam transverse fault Tengger-Semeru van Bemmelen ini untuk menerangkan terjadinya Depresi Lumajang ke sebelah timurnya, dengan menggunakan juga transverse fault pasangannya di wilayah Jember, yaitu Iyang (Yang)-Argopuro Fault (dalam paper terbaru saya tentang hilangnya Pegunungan Selatan Jawa di beberapa tempat -Satyana, 2009 : Disappearance of the Java's Southern Mountains - Roles of Java's Transverse Faults- Simposium Internasional Pegunungan Selatan Jawa -UGM). Kedua transverse fault ini mengapit wilayah Lumajang yang tenggelam, sehingga bisa disimpulkan bahwa kedua transverse fault tersebut merupakan block faulting yang besar dengan block terbannya (downblock) ditempati oleh Depresi Lumajang. Bahwa Lumajang tenggelam bisa dengan segera dilihat apabila kita mengamati garis pantai selatan Lumajang yang terindentasi ke dalam dan Pegunungan Selatannya yang hilang. Kembali ke Bromo, betul, ia merupakan salah satu gunungapi cinder cone yang muncul dari kaldera lautan pasir Tengger yang terkenal itu. Di kaldera Tengger yang berdiameter 10 km itu muncul beberapa gunungapi kecil. Walaupun kini kita hanya bisa temukan tiga gunungapi di kaldera ini (Batok-Bromo-Kursi yang berjajar utara-selatan mengikuti transverse fault itu), vulkanoloog Belanda Neumann van Padang (195i - catalogue of the active volcanoes of the world, p. 146-147) menyebutkan bahwa ada tujuh buah pusat letusan di kaldera Tengger ini. Gunungapi aktif di kaldera Tengger tinggal Bromo saja dengan kepundan ditutupi danau sejak 1838. Menurut Hadian dan Kusumadinata (1979 : Data Dasar Gunungapi Indonesia), undak-undak di Gunung Bromo menunjukkan bahwa pusat letusannya bergerak ke arah utara. Nah, ini bisa dihubungkan dengan hasil penelitian Pak Seno ITS alm. (murid2 Pak Seno : Dicky dan Adji, yang pernah bersama Pak Seno meneliti ini, sekarang di BPMIGAS -silakan Dicky dan Adji berbagi cerita untuk Pak Franc dan rekan2 milis lainnya. Transverse Fault Tengger-Semeru (saya sebut namanya begitu) dari van Bemmelen (1949) mungkin ada betulnya sebab semua gunungapi mati dan giat di wilayah ini membentuk kelurusan utara-selatan : mulai dari sebelah utara ke selatan : Gunung Pananjakan, Batok, Bromo, Kursi, Ranu Pani, Ranu Kumbolo (ini bekas2 kawah gunungapi) dan paling selatan adalah gunung Semeru -puncak tertinggi di Jawa (3676 m). Demikian Pak Franc sedikit cerita regional tentang Bromo yang sangat indah itu
[iagi-net-l] Gunung Bromo dan sekitarnya
Hallo semuanya, mudah2an akhir pekan ini menjadi akhir pekan yang sangat indah ... hari ini saya tiba2 ingat Alm. Pak Seno dan diskusi kami tentang Gunung Bromo dan sekitarnya, waktu HAGI mengadakan post convention field trip ke gunung Bromo. awal diskusi dimulai setelah kami melihat serigala putih dalam perjalanan ke gunung Bromo. tetapi saya tdk mau cerita serigala putihnya, tetapi tentang geology gunung Bromo. pertanyaan pertama saya waktu lagi makan siang di lembah yang indah dari pegunungan sekitar Bromo adalah apakah mungkin lembah ini adalah caldera gunung api yang lebih besar. Gunung Bromo hanya salah satu kawah tempat keluarnya magma (sekarang hanya uap). Pak Seno tidak terlalu serius menanggapi saat itu, tetapi setelah beberapa bulan, beliau menginformasikan bahwa team ITS akan mengadakan pengukuran geofisika di daerah gn Bromo dan sekitarnya untuk mencoba mendeteksi jalur magma. saya tdk tahu lagi cerita selanjutnya. saya tahu Adjie, Dicky dan teman2 yang lain yang di bimbing Pak Seno ikut dalam penelitian tsb. malahan ada yang bikin skripsi hasil pengukuran2 tsb. Pertanyaan saya adalah sampai sejauh mana penelitian itu ? apakah hasil pengukurannya masih ada? saya kira pengukuran yang dilakukan waktu itu adalah gravity, magnetic, metode listrik (DC dan EM?) dan yang lainnya. Pak Adhi dari ITS mungkin tahu lebih jauh tentang hasil penelitian ini. Pak Rovicky juga mungkin bisa cerita tentang hal ini, karena dia adalah dosen terbang geology saat dilakukan penelitian ini. Tentu saja kita bisa mendapatkan cerita regional geology juga dari expert2 kita seperti Pak Awang, Pak Andang dan yang lainnya. Ini bukan superstituous kawan, hanya koq saya tiba2 ingat Pak Seno alm. selamat berakhir pekan, salam dari afrika, frank