Sekedar tambahan, tentunya buat si mahasiswa.
Banyak alasan kenapa sebuah abstrak ditolak pada suatu forum. Salah satunya
adalah karena isinya tidak sesuai dengan 'topik' forum tsb. Seperti contoh IPA
tsb, yg mengupas dunia migas secara 'poleksosbud' (ya sisi GG, sisi SHE, sisi
komersil, sisi rekayasa, dll.). Nah, sehebat apa pun abstrak tetapi menelaah
ttg ekstraksi nikel, misalnya, ya tidak akan diterima. Coba kalau dikirimkan ke
forum MGEI, misalnya lagi, tentu peluangnya lebih besar utk diterima.
Salam dari mBogor,
Syaiful
Mohammad Syaiful
* handphone: +62-812-9372808
* business: msyai...@etti.co.id
-Original Message-
From: Awang Satyana awangsaty...@yahoo.com
Date: Sat, 14 Feb 2009 00:03:10
To: Geo Unpadgeo_un...@yahoogroups.com
Cc: IAGIiagi-net@iagi.or.id; Forum HAGIfo...@hagi.or.id; Eksplorasi
BPMIGASeksplorasi_bpmi...@yahoogroups.com
Subject: [iagi-net-l] Kecewa karena Abstrak Makalah Ditolak
Seorang mahasiswa mengirim e-mail kepada saya, mengeluhkan abstraknya ditolak
suatu forum pertemuan ilmiah, dan menanyakan bagaimana kiat menulis abstrak
agar bisa lolos seleksi.
Saya menjawab emailnya bahwa penolakan abstrak adalah sebuah risiko pengiriman
abstrak, sama halnya bahwa seseorang harus bersiap ditolak permintaannya bila
mengajukan suatu permintaan. Bila tidak ingin ditolak, tentu jangan pernah
mengajukan atau meminta sesuatu. Tetapi, itu tentu bukan cara yang baik.
Meminta atau mengajukan sesuatu punya peluang 1 : 1 (bisa ditolak, bisa
diterima). Sementara bila tidak pernah mengajukan atau meminta, maka peluangnya
0. Memilih dua kemungkinan itu, saya akan mencoba meminta /mengajukan sekalipun
ada kemungkinan ditolak, siapa tahu malahan diterima. Dalam hal ini berlaku
suatu kata-kata mutiara, ”you only fail when you only fail to try”. Untuk
segala hal yang baik, patut dicoba. Yang jangan pernah dicoba adalah segala hal
yang jahat (narkoba, misalnya, jangan pernah mencicipi narkoba – say no to
drugs !)
Saya menjawab si mahasiswa dengan menceritakan pengalaman saya menulis
makalah/artikel selama 20 tahun ini. Sampai sekarang pun, meskipun saya telah
cukup senior sebagai penulis makalah, saya masih suka mengalami penolakan
abstrak-abstrak /artikel2 yang saya ajukan. Saya tak membiarkan abstrak2 saya
yang ditolak tetap sebagai abstrak, saya tetap mengembangkannya sebagai makalah
lengkap walaupun tak dipublikasikan, kelak akan aya ajukan lagi untuk
dipublikasikan. Saya tak pernah merasa percuma membuat makalah2 lengkap dan
artikel2 sekalipun tak diterima untuk dipublikasikan sebab menulis membuat saya
belajar.
Saya menyarankan kepada si mahasiswa : jangan membiarkan abstrak yang ditolak
tetap sebagai abstrak. Tetap kembangkan menjadi makalah lengkap, dan ajukan
lagi pada kesempatan berikutnya, atau ajukan ke forum lain, atau kirimkan ke
jurnal2 ilmiah. Banyak forum pertemuan ilmiah menolak banyak abstrak karena
mereka punya slot yang terbatas untuk presentasi. Seperti pertemuan IPA tahun
ini, Panitia telah menerima sekitar 370 abstrak makalah, lebih dari setengahnya
terpaksa ditolak sebab ruang dan waktu yang tersedia untuk presentasi lisan dan
poster hanya untuk sekitar 160 makalah dalam dua hari pertemuan.
Bila makalah ditulis bukan sebagai ringkasan penelitian yang telah selesai
dilakukan, tetapi penelitian yang sedang berjalan, maka abstrak biasanya
ditulis saat penelitian berjalan 20 %. Dalam hal ini, menulis makalah
lengkapnya adalah jalan menyelesaikan penelitian. Untuk jenis makalah seperti
ini, maka menulis abstrak membuat pengetahuan si peneliti berkembang 20 %
tentang tema penelitian, meneruskannya dengan melakukan berbagai penelitian
(studi literatur, analisis, sintesis,dll.) akan menambahkan 80 %
pengetahuannya. Maka setiap penulis yang menghentikan penelitiannya saat
abstraknya ditolak, ia akan tetap berpengetahuan 20 %.
Kalau saja tidak banyak penulis yang berhenti menulis saat abstraknya ditolak,
tentu telah banyak abstrak yang ditolak telah menjadi makalah penuh, dan sebuah
makalah penuh akan jauh lebih bermanfaat untuk pendidikan banyak orang
dibandingkan sekedar abstrak.
Untuk adik2 mahasiswa khsususnya, teruslah meneliti dan menuliskannya, jangan
berhenti saat abstrak penelitian/tulisan ditolak. Akan selalu ada kesempatan
lain untuk mempublikasikannya. Abstrak yang ditolak bukan tanda kekalahan.
Kekalahan adalah ketika abstrak ditolak lalu kita berhenti meneliti dan menulis.
salam,
awang