Re: [iagi-net-l] Melihat Kembali Tektono-Volkanik Banten Block
Pak Daru, Terima kasih atas input-nya. Setahu saya, paper yang khusus membahas secara detail sistem segmented basements menjadi highs - lows sejak dari Ujung Kulon sampai Bayah belum pernah ada. Ada beberapa masuk di pembahasan regional seperti dari Bauman et al. (IPA, 1973) : Contribution to the Geological Knowledge of Southwest Java, kemudian ada paper tentang West Malingping Low yang diargumentasikan sebagai West Malingping High oleh Aloy et al (IAGI, 1992). Kalau mengacu kepada paper Soeria-Atmadja et al. (1994) : Tertiary Magmatic Belts in Java, umur2 yang Pak Daru sebut sebagai gap di Honje complex (10-4.95 Ma), pada saat itu di regional Jawa justru merupakan satu periode volkanik aktif (12-2 Ma, Late Miocene-Late Pliocene, yang menyambung ke Kuarter). Kalau pada periode itu di Honje malah tidak aktif menarik sekali. Saya pikir, pada gap itu (10-4.95 Ma, Mio-Plio) Jawa tengah lepas dari Sumatra dan wajar volkanik tak bermain sebab ada crustal disturbance di barat Honje - Selat Sunda pada saat itu, tidak ada subduction yang normal di wilayah itu pada gap ini. Jadi, saya pikir malah gap itu bisa berhubungan dengan lepasnya Jawa dari Sumatra. Salam, awang Sukmandaru Prihatmoko <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Menarik Pak Awang... Dari sisi batuan volkanik (igneous)-nya, Honje Complex terdiri dari 3 kelompok, secara urutan umur adalah (1) Honje volcanics, andesitic-basaltic yang berumur 10 - 11Ma (bertepatan dengan mulai membengkoknya pelurusan Sumatra - Jawa di Selat Sunda), (2) dacitic tuff dan associated rhyolite complex, yang dalam paper saya (dkk) kita sebut sebagai Cibaliung Tuff, berumur 4.95Ma (Jawa dan Sumatra sudah memisah), serta (3) basalt flows yang menorobos zona-zona struktur sebagai back arc rift basalt (?), yang ini belum ada dating-nya tapi lebih muda dari Cibaliung Tuff. Yang menarik adalah adanya time gap sekitar 5 juta tahun antara Honje volcanic dan Cibaliung Tuff dimana tidak ada aktifitas vulkanism. Apakah ini ada kaitannya dengan meredanya tectonic event pada kurun waktu tsb, sehingga volcanism juga mereda? Saya belum tahu. Untuk konsep "high and low" di seputaran Ujung Kulon - Honje - West Malingping, apakah Pak Awang punya paper detil ttg ini? Salam -Daru - Original Message - From: "Awang Satyana" To: ; Sent: Tuesday, October 26, 2004 12:07 PM Subject: [iagi-net-l] Melihat Kembali Tektono-Volkanik Banten Block > Bagian barat Pulau Jawa ini menarik secara geologi, sekarang hampir seluruhnya masuk ke dalam Provinsi Banten. Dan di geologi, wilayah ini pun biasa disebut Banten Block. van Bemmelen sejak tahun 1949 telah menyebut wilayah ini sebagai Banten Block dan membuat batasnya berupa garis hampir selatan-utara dari Teluk Pelabuhan Ratu sampai Teluk Jakarta. Bukan sekedar garis batas wilayah, ternyata adalah juga garis batas geologi. Kata van Bemmelen, terdapat perbedaan arah struktur yang menyolok antara struktur2 di Banten Block yang didominasi arah Utara-Selatan dengan struktur2 Jawa yang didominasi Barat-Timur. Publikasi2 selanjutnya memang menunjukkan hal itu. > > Publikasi2 tektonik terbaru menunjukkan bahwa Pulau Jawa pernah menyatu dengan Sumatra, sehingga orientasi Pulau Jawa pun hampir seperti Sumatra. Lalu sejak sekitar Mio-Pliosen kedua pulau saling berpisah, Pulau Jawa terputar anti-clockwisely sedangkan Sumatra terputar clockwisely, membuka Selat Sunda semakin melebar ke arah selatan mirip2 triangle zone. Penelitian terbaru paleomagnetik Jawa menunjukkan bahwa bagian timur Pulau Jawa (datanya belum lengkap, jadi baru diketahui bagian timurnya saja) pernah menduduki paleo-latitude lebih ke selatan di banding sekarang - jadi membenarkan bahwa Pulau Jawa pernah terotasi anti-clockwisely. > > Kelihatannya, pemisahan Sumatra dan Jawa ini meninggalkan banyak "luka" geologi baik di Banten maupun di Lampung, berupa segmented basements di kedua wilayah tersebut yang berarah utara-selatan, sehingga di Banten misalnya ditemukan sistem horst dan graben seperti Ujung Kulon High - Ujung Kulon Low - Honje High - West Malingping Low. Di Selat Sunda, di pusat pemisahan ini, lebih parah lagi segmentasi-nya. Dan kondisi ini diperparah dengan aktifnya Sesar Mendatar Sumatra yang dextral dan Sesar Mendatar Ujung Kulon (di offshore baratdaya Pelabuhan Ratu). Kedua sesar mendatar ini saling berposisi step-over, seperti ber-estafet dari Sesar Sumatra ke Sesar Ujung Kulon. Daerah estafet adalah Selat Sunda, akibatnya akan tebentuk extensional stress pada kedua sesar dextral tersebut di wilayah Selat Sunda, dan terbukalah Selat Sunda melalui mekanisme pull-apart basin, sebagai konsekuensi dua sesar mendatar yang membentuk releasing stepover. Segmentasi kerak di wilayah Lampung, Selat S > unda, > dan Banten jelas akan terpengaruh ini, juga pemisahan Sumatra-Jawa. > > Konsekuensi lain, adalah banyak sintetic faults yang besar-besar yang juga punya sifat releasing, baik di Lampung dan di Bante
Re: [iagi-net-l] Melihat Kembali Tektono-Volkanik Banten Block
Menarik Pak Awang... Dari sisi batuan volkanik (igneous)-nya, Honje Complex terdiri dari 3 kelompok, secara urutan umur adalah (1) Honje volcanics, andesitic-basaltic yang berumur 10 - 11Ma (bertepatan dengan mulai membengkoknya pelurusan Sumatra - Jawa di Selat Sunda), (2) dacitic tuff dan associated rhyolite complex, yang dalam paper saya (dkk) kita sebut sebagai Cibaliung Tuff, berumur 4.95Ma (Jawa dan Sumatra sudah memisah), serta (3) basalt flows yang menorobos zona-zona struktur sebagai back arc rift basalt (?), yang ini belum ada dating-nya tapi lebih muda dari Cibaliung Tuff. Yang menarik adalah adanya time gap sekitar 5 juta tahun antara Honje volcanic dan Cibaliung Tuff dimana tidak ada aktifitas vulkanism. Apakah ini ada kaitannya dengan meredanya tectonic event pada kurun waktu tsb, sehingga volcanism juga mereda? Saya belum tahu. Untuk konsep "high and low" di seputaran Ujung Kulon - Honje - West Malingping, apakah Pak Awang punya paper detil ttg ini? Salam -Daru - Original Message - From: "Awang Satyana" <[EMAIL PROTECTED]> To: <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Tuesday, October 26, 2004 12:07 PM Subject: [iagi-net-l] Melihat Kembali Tektono-Volkanik Banten Block > Bagian barat Pulau Jawa ini menarik secara geologi, sekarang hampir seluruhnya masuk ke dalam Provinsi Banten. Dan di geologi, wilayah ini pun biasa disebut Banten Block. van Bemmelen sejak tahun 1949 telah menyebut wilayah ini sebagai Banten Block dan membuat batasnya berupa garis hampir selatan-utara dari Teluk Pelabuhan Ratu sampai Teluk Jakarta. Bukan sekedar garis batas wilayah, ternyata adalah juga garis batas geologi. Kata van Bemmelen, terdapat perbedaan arah struktur yang menyolok antara struktur2 di Banten Block yang didominasi arah Utara-Selatan dengan struktur2 Jawa yang didominasi Barat-Timur. Publikasi2 selanjutnya memang menunjukkan hal itu. > > Publikasi2 tektonik terbaru menunjukkan bahwa Pulau Jawa pernah menyatu dengan Sumatra, sehingga orientasi Pulau Jawa pun hampir seperti Sumatra. Lalu sejak sekitar Mio-Pliosen kedua pulau saling berpisah, Pulau Jawa terputar anti-clockwisely sedangkan Sumatra terputar clockwisely, membuka Selat Sunda semakin melebar ke arah selatan mirip2 triangle zone. Penelitian terbaru paleomagnetik Jawa menunjukkan bahwa bagian timur Pulau Jawa (datanya belum lengkap, jadi baru diketahui bagian timurnya saja) pernah menduduki paleo-latitude lebih ke selatan di banding sekarang - jadi membenarkan bahwa Pulau Jawa pernah terotasi anti-clockwisely. > > Kelihatannya, pemisahan Sumatra dan Jawa ini meninggalkan banyak "luka" geologi baik di Banten maupun di Lampung, berupa segmented basements di kedua wilayah tersebut yang berarah utara-selatan, sehingga di Banten misalnya ditemukan sistem horst dan graben seperti Ujung Kulon High - Ujung Kulon Low - Honje High - West Malingping Low. Di Selat Sunda, di pusat pemisahan ini, lebih parah lagi segmentasi-nya. Dan kondisi ini diperparah dengan aktifnya Sesar Mendatar Sumatra yang dextral dan Sesar Mendatar Ujung Kulon (di offshore baratdaya Pelabuhan Ratu). Kedua sesar mendatar ini saling berposisi step-over, seperti ber-estafet dari Sesar Sumatra ke Sesar Ujung Kulon. Daerah estafet adalah Selat Sunda, akibatnya akan tebentuk extensional stress pada kedua sesar dextral tersebut di wilayah Selat Sunda, dan terbukalah Selat Sunda melalui mekanisme pull-apart basin, sebagai konsekuensi dua sesar mendatar yang membentuk releasing stepover. Segmentasi kerak di wilayah Lampung, Selat S > unda, > dan Banten jelas akan terpengaruh ini, juga pemisahan Sumatra-Jawa. > > Konsekuensi lain, adalah banyak sintetic faults yang besar-besar yang juga punya sifat releasing, baik di Lampung dan di Banten. Nah, ini lalu berimplikasi ke "banjir lava basal" di Lampung dan Banten karena sesar2 sintetik ini menjadi konduit untuk lepasnya magma naik ke permukaan. Di Lampung ada Rajabasa dan Sukadana complex, di Banten ada Danau Complex dengan Gunung Karang dan Pulasari puncak2nya. Ini adalah kompleks gunungapi berupa backarc volcanism yang dikontrol sistem sesar yang rifting. Di Selat Sunda sendiri, dua arah sesar utara-selatan dan sesar arah Sumatra berpotongan, dan di salah satu perpotongannya, muncul Gn. Krakatau yang paroxysmal letusannya pada 1883, pantas saja, dikontrol dua sesar. > > Lalu karena ada proses penenggelaman di Selat Sunda itu, tertariklah garis palung di depannya lebih ke arah utara, membuat pola konkaf pada palung, suatu hal yang tidak lazim sebab palung secara umum adalah konvex ke arah samudera. > > Di luar itu, di Banten Block juga ada Bayah Dome yang terkenal itu, yang batuan tertuanya (volkanik) katanya seumur dengan Jatibarang Fm. di Cirebon. Maka di banyak publikasi ditariklah garis volcanic arc Eosen dari Bayah ke Cirebon. Benarkah semudah itu menghubungkannya ? Mestinya tidak sesederhana itu, maka perlu meli
[iagi-net-l] Melihat Kembali Tektono-Volkanik Banten Block
Bagian barat Pulau Jawa ini menarik secara geologi, sekarang hampir seluruhnya masuk ke dalam Provinsi Banten. Dan di geologi, wilayah ini pun biasa disebut Banten Block. van Bemmelen sejak tahun 1949 telah menyebut wilayah ini sebagai Banten Block dan membuat batasnya berupa garis hampir selatan-utara dari Teluk Pelabuhan Ratu sampai Teluk Jakarta. Bukan sekedar garis batas wilayah, ternyata adalah juga garis batas geologi. Kata van Bemmelen, terdapat perbedaan arah struktur yang menyolok antara struktur2 di Banten Block yang didominasi arah Utara-Selatan dengan struktur2 Jawa yang didominasi Barat-Timur. Publikasi2 selanjutnya memang menunjukkan hal itu. Publikasi2 tektonik terbaru menunjukkan bahwa Pulau Jawa pernah menyatu dengan Sumatra, sehingga orientasi Pulau Jawa pun hampir seperti Sumatra. Lalu sejak sekitar Mio-Pliosen kedua pulau saling berpisah, Pulau Jawa terputar anti-clockwisely sedangkan Sumatra terputar clockwisely, membuka Selat Sunda semakin melebar ke arah selatan mirip2 triangle zone. Penelitian terbaru paleomagnetik Jawa menunjukkan bahwa bagian timur Pulau Jawa (datanya belum lengkap, jadi baru diketahui bagian timurnya saja) pernah menduduki paleo-latitude lebih ke selatan di banding sekarang - jadi membenarkan bahwa Pulau Jawa pernah terotasi anti-clockwisely. Kelihatannya, pemisahan Sumatra dan Jawa ini meninggalkan banyak "luka" geologi baik di Banten maupun di Lampung, berupa segmented basements di kedua wilayah tersebut yang berarah utara-selatan, sehingga di Banten misalnya ditemukan sistem horst dan graben seperti Ujung Kulon High - Ujung Kulon Low - Honje High - West Malingping Low. Di Selat Sunda, di pusat pemisahan ini, lebih parah lagi segmentasi-nya. Dan kondisi ini diperparah dengan aktifnya Sesar Mendatar Sumatra yang dextral dan Sesar Mendatar Ujung Kulon (di offshore baratdaya Pelabuhan Ratu). Kedua sesar mendatar ini saling berposisi step-over, seperti ber-estafet dari Sesar Sumatra ke Sesar Ujung Kulon. Daerah estafet adalah Selat Sunda, akibatnya akan tebentuk extensional stress pada kedua sesar dextral tersebut di wilayah Selat Sunda, dan terbukalah Selat Sunda melalui mekanisme pull-apart basin, sebagai konsekuensi dua sesar mendatar yang membentuk releasing stepover. Segmentasi kerak di wilayah Lampung, Selat S unda, dan Banten jelas akan terpengaruh ini, juga pemisahan Sumatra-Jawa. Konsekuensi lain, adalah banyak sintetic faults yang besar-besar yang juga punya sifat releasing, baik di Lampung dan di Banten. Nah, ini lalu berimplikasi ke "banjir lava basal" di Lampung dan Banten karena sesar2 sintetik ini menjadi konduit untuk lepasnya magma naik ke permukaan. Di Lampung ada Rajabasa dan Sukadana complex, di Banten ada Danau Complex dengan Gunung Karang dan Pulasari puncak2nya. Ini adalah kompleks gunungapi berupa backarc volcanism yang dikontrol sistem sesar yang rifting. Di Selat Sunda sendiri, dua arah sesar utara-selatan dan sesar arah Sumatra berpotongan, dan di salah satu perpotongannya, muncul Gn. Krakatau yang paroxysmal letusannya pada 1883, pantas saja, dikontrol dua sesar. Lalu karena ada proses penenggelaman di Selat Sunda itu, tertariklah garis palung di depannya lebih ke arah utara, membuat pola konkaf pada palung, suatu hal yang tidak lazim sebab palung secara umum adalah konvex ke arah samudera. Di luar itu, di Banten Block juga ada Bayah Dome yang terkenal itu, yang batuan tertuanya (volkanik) katanya seumur dengan Jatibarang Fm. di Cirebon. Maka di banyak publikasi ditariklah garis volcanic arc Eosen dari Bayah ke Cirebon. Benarkah semudah itu menghubungkannya ? Mestinya tidak sesederhana itu, maka perlu melihat kembali sejarah keseluruhan Banten Block. Masih banyak yang mesti dikerjakan dari wilayah ini. Sayang, terlalu sedikit yang peduli, tak sebanding dengan keindahan dan kekomplekan geologi tempat kita tinggal... Salam, awang - Do you Yahoo!? Yahoo! Mail Address AutoComplete - You start. We finish.