Re: [iagi-net-l] Melihat Kembali Tektono-Volkanik Banten Block

2004-10-28 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Daru,
 
Terima kasih atas input-nya. Setahu saya, paper yang khusus membahas secara detail 
sistem segmented basements menjadi highs - lows sejak dari Ujung Kulon sampai Bayah 
belum pernah ada. Ada beberapa masuk di pembahasan regional seperti dari Bauman et al. 
(IPA, 1973) : Contribution to the Geological Knowledge of Southwest Java, kemudian ada 
paper tentang West Malingping Low yang diargumentasikan sebagai West Malingping High 
oleh Aloy et al (IAGI, 1992).
 
Kalau mengacu kepada paper Soeria-Atmadja et al. (1994) : Tertiary Magmatic Belts in 
Java, umur2 yang Pak Daru sebut sebagai gap di Honje complex (10-4.95 Ma), pada saat 
itu di regional Jawa justru merupakan satu periode volkanik aktif (12-2 Ma, Late 
Miocene-Late Pliocene, yang menyambung ke Kuarter). Kalau pada periode itu di Honje 
malah tidak aktif menarik sekali. Saya pikir, pada gap itu (10-4.95 Ma, Mio-Plio) Jawa 
tengah lepas dari Sumatra dan wajar volkanik tak bermain sebab ada crustal disturbance 
di barat Honje - Selat Sunda pada saat itu, tidak ada subduction yang normal di 
wilayah itu pada gap ini. Jadi, saya pikir malah gap itu bisa berhubungan dengan 
lepasnya Jawa dari Sumatra.
 
Salam,
awang 
Sukmandaru Prihatmoko <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Menarik Pak Awang...

Dari sisi batuan volkanik (igneous)-nya, Honje Complex terdiri dari 3
kelompok, secara urutan umur adalah (1) Honje volcanics, andesitic-basaltic
yang berumur 10 - 11Ma (bertepatan dengan mulai membengkoknya pelurusan
Sumatra - Jawa di Selat Sunda), (2) dacitic tuff dan associated rhyolite
complex, yang dalam paper saya (dkk) kita sebut sebagai Cibaliung Tuff,
berumur 4.95Ma (Jawa dan Sumatra sudah memisah), serta (3) basalt flows yang
menorobos zona-zona struktur sebagai back arc rift basalt (?), yang ini
belum ada dating-nya tapi lebih muda dari Cibaliung Tuff.

Yang menarik adalah adanya time gap sekitar 5 juta tahun antara Honje
volcanic dan Cibaliung Tuff dimana tidak ada aktifitas vulkanism. Apakah ini
ada kaitannya dengan meredanya tectonic event pada kurun waktu tsb, sehingga
volcanism juga mereda? Saya belum tahu.

Untuk konsep "high and low" di seputaran Ujung Kulon - Honje - West
Malingping, apakah Pak Awang punya paper detil ttg ini?

Salam -Daru

- Original Message - 
From: "Awang Satyana" 
To: ; 
Sent: Tuesday, October 26, 2004 12:07 PM
Subject: [iagi-net-l] Melihat Kembali Tektono-Volkanik Banten Block


> Bagian barat Pulau Jawa ini menarik secara geologi, sekarang hampir
seluruhnya masuk ke dalam Provinsi Banten. Dan di geologi, wilayah ini pun
biasa disebut Banten Block. van Bemmelen sejak tahun 1949 telah menyebut
wilayah ini sebagai Banten Block dan membuat batasnya berupa garis hampir
selatan-utara dari Teluk Pelabuhan Ratu sampai Teluk Jakarta. Bukan sekedar
garis batas wilayah, ternyata adalah juga garis batas geologi. Kata van
Bemmelen, terdapat perbedaan arah struktur yang menyolok antara struktur2 di
Banten Block yang didominasi arah Utara-Selatan dengan struktur2 Jawa yang
didominasi Barat-Timur. Publikasi2 selanjutnya memang menunjukkan hal itu.
>
> Publikasi2 tektonik terbaru menunjukkan bahwa Pulau Jawa pernah menyatu
dengan Sumatra, sehingga orientasi Pulau Jawa pun hampir seperti Sumatra.
Lalu sejak sekitar Mio-Pliosen kedua pulau saling berpisah, Pulau Jawa
terputar anti-clockwisely sedangkan Sumatra terputar clockwisely, membuka
Selat Sunda semakin melebar ke arah selatan mirip2 triangle zone. Penelitian
terbaru paleomagnetik Jawa menunjukkan bahwa bagian timur Pulau Jawa
(datanya belum lengkap, jadi baru diketahui bagian timurnya saja) pernah
menduduki paleo-latitude lebih ke selatan di banding sekarang - jadi
membenarkan bahwa Pulau Jawa pernah terotasi anti-clockwisely.
>
> Kelihatannya, pemisahan Sumatra dan Jawa ini meninggalkan banyak "luka"
geologi baik di Banten maupun di Lampung, berupa segmented basements di
kedua wilayah tersebut yang berarah utara-selatan, sehingga di Banten
misalnya ditemukan sistem horst dan graben seperti Ujung Kulon High - Ujung
Kulon Low - Honje High - West Malingping Low. Di Selat Sunda, di pusat
pemisahan ini, lebih parah lagi segmentasi-nya. Dan kondisi ini diperparah
dengan aktifnya Sesar Mendatar Sumatra yang dextral dan Sesar Mendatar Ujung
Kulon (di offshore baratdaya Pelabuhan Ratu). Kedua sesar mendatar ini
saling berposisi step-over, seperti ber-estafet dari Sesar Sumatra ke Sesar
Ujung Kulon. Daerah estafet adalah Selat Sunda, akibatnya akan tebentuk
extensional stress pada kedua sesar dextral tersebut di wilayah Selat Sunda,
dan terbukalah Selat Sunda melalui mekanisme pull-apart basin, sebagai
konsekuensi dua sesar mendatar yang membentuk releasing stepover. Segmentasi
kerak di wilayah Lampung, Selat S
> unda,
> dan Banten jelas akan terpengaruh ini, juga pemisahan Sumatra-Jawa.
>
> Konsekuensi lain, adalah banyak sintetic faults yang besar-besar yang juga
punya sifat releasing, baik di Lampung dan di Bante

Re: [iagi-net-l] Melihat Kembali Tektono-Volkanik Banten Block

2004-10-27 Terurut Topik Sukmandaru Prihatmoko
Menarik Pak Awang...

Dari sisi batuan volkanik (igneous)-nya, Honje Complex terdiri dari 3
kelompok, secara urutan umur adalah (1) Honje volcanics, andesitic-basaltic
yang berumur 10 - 11Ma (bertepatan dengan mulai membengkoknya pelurusan
Sumatra - Jawa di Selat Sunda), (2) dacitic tuff dan associated rhyolite
complex, yang dalam paper saya (dkk) kita sebut sebagai Cibaliung Tuff,
berumur 4.95Ma (Jawa dan Sumatra sudah memisah), serta (3) basalt flows yang
menorobos zona-zona struktur sebagai back arc rift basalt (?), yang ini
belum ada dating-nya tapi lebih muda dari Cibaliung Tuff.

Yang menarik adalah adanya time gap sekitar 5 juta tahun antara Honje
volcanic dan Cibaliung Tuff dimana tidak ada aktifitas vulkanism. Apakah ini
ada kaitannya dengan meredanya tectonic event pada kurun waktu tsb, sehingga
volcanism juga mereda? Saya belum tahu.

Untuk konsep "high and low" di seputaran Ujung Kulon - Honje - West
Malingping, apakah Pak Awang punya paper detil ttg ini?

Salam -Daru

- Original Message - 
From: "Awang Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>; <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Tuesday, October 26, 2004 12:07 PM
Subject: [iagi-net-l] Melihat Kembali Tektono-Volkanik Banten Block


> Bagian barat Pulau Jawa ini menarik secara geologi, sekarang hampir
seluruhnya masuk ke dalam Provinsi Banten. Dan di geologi, wilayah ini pun
biasa disebut Banten Block. van Bemmelen sejak tahun 1949 telah menyebut
wilayah ini sebagai Banten Block dan membuat batasnya berupa garis hampir
selatan-utara dari Teluk Pelabuhan Ratu sampai Teluk Jakarta. Bukan sekedar
garis batas wilayah, ternyata adalah juga garis batas geologi. Kata van
Bemmelen, terdapat perbedaan arah struktur yang menyolok antara struktur2 di
Banten Block yang didominasi arah Utara-Selatan dengan struktur2 Jawa yang
didominasi Barat-Timur. Publikasi2 selanjutnya memang menunjukkan hal itu.
>
> Publikasi2 tektonik terbaru menunjukkan bahwa Pulau Jawa pernah menyatu
dengan Sumatra, sehingga orientasi Pulau Jawa pun hampir seperti Sumatra.
Lalu sejak sekitar Mio-Pliosen kedua pulau saling berpisah,  Pulau Jawa
terputar anti-clockwisely sedangkan Sumatra terputar clockwisely, membuka
Selat Sunda semakin melebar ke arah selatan mirip2 triangle zone. Penelitian
terbaru paleomagnetik Jawa menunjukkan bahwa bagian timur Pulau Jawa
(datanya belum lengkap, jadi baru diketahui bagian timurnya saja) pernah
menduduki paleo-latitude lebih ke selatan di banding sekarang - jadi
membenarkan bahwa Pulau Jawa pernah terotasi anti-clockwisely.
>
> Kelihatannya, pemisahan Sumatra dan Jawa ini meninggalkan banyak "luka"
geologi baik di Banten maupun di Lampung, berupa segmented basements di
kedua wilayah tersebut yang berarah utara-selatan, sehingga di Banten
misalnya ditemukan sistem horst dan graben seperti Ujung Kulon High - Ujung
Kulon Low - Honje High - West Malingping Low. Di Selat Sunda, di pusat
pemisahan ini, lebih parah lagi segmentasi-nya. Dan kondisi ini diperparah
dengan aktifnya Sesar Mendatar Sumatra yang dextral dan Sesar Mendatar Ujung
Kulon (di offshore baratdaya Pelabuhan Ratu). Kedua sesar mendatar ini
saling berposisi step-over, seperti ber-estafet dari Sesar Sumatra ke Sesar
Ujung Kulon. Daerah estafet adalah Selat Sunda, akibatnya akan tebentuk
extensional stress pada kedua sesar dextral tersebut di wilayah Selat Sunda,
dan terbukalah Selat Sunda melalui mekanisme pull-apart basin, sebagai
konsekuensi dua sesar mendatar yang membentuk releasing stepover. Segmentasi
kerak di wilayah Lampung, Selat S
>  unda,
>  dan Banten jelas akan terpengaruh ini, juga pemisahan Sumatra-Jawa.
>
> Konsekuensi lain, adalah banyak sintetic faults yang besar-besar yang juga
punya sifat releasing, baik di Lampung dan di Banten. Nah, ini lalu
berimplikasi ke "banjir lava basal" di Lampung dan Banten karena sesar2
sintetik ini menjadi konduit untuk lepasnya magma naik ke permukaan. Di
Lampung ada Rajabasa dan Sukadana complex, di Banten ada Danau Complex
dengan Gunung Karang dan Pulasari puncak2nya. Ini adalah kompleks gunungapi
berupa backarc volcanism yang dikontrol sistem sesar yang rifting. Di Selat
Sunda sendiri, dua arah sesar utara-selatan dan sesar arah Sumatra
berpotongan, dan di salah satu perpotongannya, muncul Gn. Krakatau yang
paroxysmal letusannya pada 1883, pantas saja, dikontrol dua sesar.
>
> Lalu karena ada proses penenggelaman di Selat Sunda itu, tertariklah garis
palung di depannya lebih ke arah utara, membuat pola konkaf pada palung,
suatu hal yang tidak lazim sebab palung secara umum adalah konvex ke arah
samudera.
>
> Di luar itu, di Banten Block juga ada Bayah Dome yang terkenal itu, yang
batuan tertuanya (volkanik) katanya seumur dengan Jatibarang Fm. di Cirebon.
Maka di banyak publikasi ditariklah garis volcanic arc Eosen dari Bayah ke
Cirebon. Benarkah semudah itu menghubungkannya ? Mestinya tidak sesederhana
itu, maka perlu meli

[iagi-net-l] Melihat Kembali Tektono-Volkanik Banten Block

2004-10-25 Terurut Topik Awang Satyana
Bagian barat Pulau Jawa ini menarik secara geologi, sekarang hampir seluruhnya masuk 
ke dalam Provinsi Banten. Dan di geologi, wilayah ini pun biasa disebut Banten Block. 
van Bemmelen sejak tahun 1949 telah menyebut wilayah ini sebagai Banten Block dan 
membuat batasnya berupa garis hampir selatan-utara dari Teluk Pelabuhan Ratu sampai 
Teluk Jakarta. Bukan sekedar garis batas wilayah, ternyata adalah juga garis batas 
geologi. Kata van Bemmelen, terdapat perbedaan arah struktur yang menyolok antara 
struktur2 di Banten Block yang didominasi arah Utara-Selatan dengan struktur2 Jawa 
yang didominasi Barat-Timur. Publikasi2 selanjutnya memang menunjukkan hal itu.
 
Publikasi2 tektonik terbaru menunjukkan bahwa Pulau Jawa pernah menyatu dengan 
Sumatra, sehingga orientasi Pulau Jawa pun hampir seperti Sumatra. Lalu sejak sekitar 
Mio-Pliosen kedua pulau saling berpisah,  Pulau Jawa terputar anti-clockwisely 
sedangkan Sumatra terputar clockwisely, membuka Selat Sunda semakin melebar ke arah 
selatan mirip2 triangle zone. Penelitian terbaru paleomagnetik Jawa menunjukkan bahwa 
bagian timur Pulau Jawa (datanya belum lengkap, jadi baru diketahui bagian timurnya 
saja) pernah menduduki paleo-latitude lebih ke selatan di banding sekarang - jadi 
membenarkan bahwa Pulau Jawa pernah terotasi anti-clockwisely.
 
Kelihatannya, pemisahan Sumatra dan Jawa ini meninggalkan banyak "luka" geologi baik 
di Banten maupun di Lampung, berupa segmented basements di kedua wilayah tersebut yang 
berarah utara-selatan, sehingga di Banten misalnya ditemukan sistem horst dan graben 
seperti Ujung Kulon High - Ujung Kulon Low - Honje High - West Malingping Low. Di 
Selat Sunda, di pusat pemisahan ini, lebih parah lagi segmentasi-nya. Dan kondisi ini 
diperparah dengan aktifnya Sesar Mendatar Sumatra yang dextral dan Sesar Mendatar 
Ujung Kulon (di offshore baratdaya Pelabuhan Ratu). Kedua sesar mendatar ini saling 
berposisi step-over, seperti ber-estafet dari Sesar Sumatra ke Sesar Ujung Kulon. 
Daerah estafet adalah Selat Sunda, akibatnya akan tebentuk extensional stress pada 
kedua sesar dextral tersebut di wilayah Selat Sunda, dan terbukalah Selat Sunda 
melalui mekanisme pull-apart basin, sebagai konsekuensi dua sesar mendatar yang 
membentuk releasing stepover. Segmentasi kerak di wilayah Lampung, Selat S
 unda,
 dan Banten jelas akan terpengaruh ini, juga pemisahan Sumatra-Jawa.
 
Konsekuensi lain, adalah banyak sintetic faults yang besar-besar yang juga punya sifat 
releasing, baik di Lampung dan di Banten. Nah, ini lalu berimplikasi ke "banjir lava 
basal" di Lampung dan Banten karena sesar2 sintetik ini menjadi konduit untuk lepasnya 
magma naik ke permukaan. Di Lampung ada Rajabasa dan Sukadana complex, di Banten ada 
Danau Complex dengan Gunung Karang dan Pulasari puncak2nya. Ini adalah kompleks 
gunungapi berupa backarc volcanism yang dikontrol sistem sesar yang rifting. Di Selat 
Sunda sendiri, dua arah sesar utara-selatan dan sesar arah Sumatra berpotongan, dan di 
salah satu perpotongannya, muncul Gn. Krakatau yang paroxysmal letusannya pada 1883, 
pantas saja, dikontrol dua sesar.
 
Lalu karena ada proses penenggelaman di Selat Sunda itu, tertariklah garis palung di 
depannya lebih ke arah utara, membuat pola konkaf pada palung, suatu hal yang tidak 
lazim sebab palung secara umum adalah konvex ke arah samudera.
 
Di luar itu, di Banten Block juga ada Bayah Dome yang terkenal itu, yang batuan 
tertuanya (volkanik) katanya seumur dengan Jatibarang Fm. di Cirebon. Maka di banyak 
publikasi ditariklah garis volcanic arc Eosen dari Bayah ke Cirebon. Benarkah semudah 
itu menghubungkannya ? Mestinya tidak sesederhana itu, maka perlu melihat kembali 
sejarah keseluruhan Banten Block.
 
Masih banyak yang mesti dikerjakan dari wilayah ini. Sayang, terlalu sedikit yang 
peduli, tak sebanding dengan keindahan dan kekomplekan geologi tempat kita tinggal...
 
Salam,
awang


-
Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail Address AutoComplete - You start. We finish.