Film King Kong sedang serentak diputar di seluruh dunia. Walaupun plotnya
berjalan lambat, cukup asyik menyaksikannya, terutama saat tokoh utama film
rekaan Peter Jackson ini, King Kong, berkelahi mati-matian melawan empat
dinosaurus.
Minggu lalu, koran USA Today menurunkan dua halaman penuh soal latar belakang
film ini. Settingnya terjadi si sebuah pulau kecil di sebelah barat Sumatra,
Pulau Tengkorak, sebuah pulau yang terbelah sesar2 aktif (hmm..splay Sesar
Mentawai ? he..he..). Sebuah pulau yang dulu dihuni manusia dari Sumatra dan
membangun benteng tinggi-tinggi untuk melindungi diri dari serangan makhluk2
raksasa yang menghuni pulau ini. Hanya karena gempa aktif, perbentengan runtuh
dan komunitas manusia asal Sumatra ini sebagian besar punah dimangsa predator
raksasa.
Adalah sebuah kru film yang sengaja mendatangi pulau ini untuk membuat film
petualangan. Tiba di pulau, mereka dicerai-beraikan oleh sisa penduduk pribumi
dan tentu saja para dinosaurus. Karena lebih moderen saja dan ambisi yang
tinggi, mereka akhirnya bisa mengatasi semua problem di pulau terpencil itu
bahkan menawan sang Kong Kong ke Broadway !
Cukup asyik mengikutinya, sebagai fiksi saja, tak perlu mencari-cari aspek
sains-nya. Hanya, boleh saja kita berkomentar soal apa memang bisa King Kong
dan Dinosaurus ada di pulau terpencil barat Sumatra ?
Kata Charles Darwin, an island is an experiment, binatang-binatang yang
pindah dari pulau besar ke pulau kecil lama-lama akan mengalami perubahan
struktur tubuh, berevolusi. Ini sudah dibuktikannya dengan Pulau Galapagos di
barat Amerika Selatan. Kita bawa konsepnya ke pulau rekaan Tengkorak di barat
Sumatra. King Kong adalah hasil evolusi gorila jantan punggung perak.
Keberatan (1). Gorila tak pernah hidup sepanjang evolusinya di Pulau Sumatra.
Di Pulau Sumatra hanya hidup orangutan dan gibbon (siamang), kera-kera besar.
Gorila hanya hidup di Afrika Timur, yang terkenal pernah diteliti secara
seksama oleh Dian Fossey.
Keberatan (2). Evolusi di pulau terpencil akan terjadi melalui dua perubahan
: gigantisme, dan sebaliknya dwarfisme. Gigantisme jarang terjadi, dan paling
besar pun yang pernah terjadi adalah 3x ukuran asalnya. King Kong jauh melebihi
rasio 3x. Dwarfisme lebih sering terjadi, karena efek keterbatasan makanan di
pulau terpencil. Ingat saja Homo floresiansis, yang kemungkinan akibat efek
pengerdilan hominid yang pindah dari Jawa ke Flores.
Keberatan (3). Dalam biologi evolusi, hewan ukuran besar akan punya jumlah
populasi kecil, sedangkan hewan kecil akan punya jumlah populasi besar. Maka,
hewan besar akan cenderung lebih cepat punah dibandingkan hewan kecil. Tetapi,
di Pulau Tengkorak terjadi yang sebaliknya.
Keberatan (4). Coba amati T. rex di situ, di mana ada T. rex dengan tiga
cakar ? Hanya di film itu, T rex. sebenarnya hanya punya dua cakar.
Keberatan (5). Emang dinosaurus punya periode hidup sama dengan manusia dan
gorila ? Tidak, mereka telah punah sejak di K-T boundary di 65 Ma.
Ah...kan hanya film, emang ! Selamat nonton film bagus yang sudah susah
dibuat ini.
salam,
awang
__
Do You Yahoo!?
Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
http://mail.yahoo.com