Dongengan menjelang akhir pekan
Have a nice week end
rdp
Minyak Dan Energi Lain Masih Cukup Untuk Menghidupi Dunia [*Skenario
dunia 
damai*]<http://rovicky.wordpress.com/2011/11/10/minyak-dan-energi-lain-masih-cukup-untuk-menghidupi-dunia-skenario-dunia-damai/>
Posted on 10 November 2011 by Rovicky |
Paradigm Shift

<http://rovicky.files.wordpress.com/2011/11/200px-duck-rabbit_illusion1.jpg>

kekiri atau kekanan ?
Krisis minyak atau krisis energi barangkali benar-benar akan terjadi tetapi
tidak akan membuat dunia ini kiamat atau kepunahan manusia, yang mungkin
akan terjadi adalah “*pergeseran cara berpikir manusia*“  untuk lebih
inovatif dan kreatif dalam penghematan dan pemanfaatan energi. Negara maju
saat ini adalah negara boros energi, tapi nanti negara majulah yang paling
sedikit kebutuhan energi perkapitanya. Barangkali itulah “*survival of the
fittest*“nya Darwin !

Apakah Indonesia mesti berhemat dari sekarang ? JANGAN BURU-BURU !
Indonesia masih harus maju dulu, perlu memberikann listrik ke seluruh
rakyat supaya memiliki daya juang dan daya saing, terutama ketika dunia
nanti mulai berlomba menguasai ilmu dan teknologi. Posisi kita saat masih
memanfaatkan energi untuk hidup dan bertahan.
Peak oil yg mulai dianggap sebagai mitos
<http://rovicky.files.wordpress.com/2011/11/peakoilprediction.jpg>

Peak Oil Production (Wikipedia) yg mulai diragukan.

Mungkin anda pernah membaca atau melihat grafik peak oil yg sangat
terkenal yg juga dikenal sebagai Hubbert Peak. Ya, grafik itu cukup jeli
menggambarkan bagaimana sebuah cara memprediksi bahwa minyak suatu saat
akan habis dan yang lebih ditakutkan adalah habis dengan penurunan yang
sangat tajam. Penurunan tajam ini mungkin akan membuat dunia kacau balau
karena sangat mungkin terjadi perebutan energi dunia dan tentusaja ujungnya
peperangan.

Skenario perebutan ini mungkin saja secara diam-diam mungkin dipersiapkan
oleh beberapa negara yang haus energi, karena kalau saja terjadi pastilah
dunia akan berantakan. Sekali lagi nafsu manusia akan sangat berperan dalam
setiap perebutan.

Namun adakah skenario lainnya ? barangkali saja akan terjadi dunia akan
tetap damai, walaupun diselingi keributan kecil antara negara yang hanya
berupa pergolakan lokal atau mungkin regional.

*[image: :(] “Wah dunia kalau ga ada pertempuran ga seru ya Pak Dhe, kayak
bude masak ga pakai garam”
**[image: :D] “Yang penting kamu ngga ikutan dalam pertempuran
berdarah-darah saja. Eyela-eyelan boleh tapi jangan pukul-pukulan”*

Yang cukup menarik dari Peak Oil ini adalah bahwa metode ini sepertinya
berlaku untuk sesuatu yang sudah diketahui. Atau secara intrinsik
mengandung perkiraan berdasarkan atas *past history*, berdasarkan sejarah
penemuan dan produksi dimasa lalu. Tentusaja tidak masuk pemikiran inovasi,
kreatifitas, ide serta pemikiran-pemikiran baru yang tidak terpikirkan
sebelumnya.

Apakah ada inovasi serta sesuatu yang belum kita ketahui ? Sebagai contoh,
penemuan minyak di Brasil dimana ditemukan minyak dibawah kubah garam,
pemanfaatan oil shale di Bakken, juga kalau di Indonesia penemuan-penemuan
minyak dibawah lapangan tua di Cepu. Itu merupakan beberapa contoh bahwa di
otak explorationist masih ada yang dapat diperas. Hal-hal baru ini
tentusaja tidak atau belum masuk dalam perumusan perkiraan produksi dari
metode Hubbert Peak.

*[image: :(] ” Looh Tapi Pakdhe kan juga pernah mendongeng tentang Peak Oil
ini untuk Indonesia, kan ?”
**[image: :D] “Iya bener Thole, ditulis
disini<http://rovicky.wordpress.com/2010/02/27/memperkirakan-profil-produksi-migas-indonesia-hingga-2050/>.
tetapi ini harus dipahami sebagai base case, atau pemikiran dasar kalau
kita hanya melakukan seperti apa adanya saat ini. Sedangkan disini kita
perlu inovasi, ide, serta pemikiran baru untuk selalu maju”*

Penurunan produksi tahun 1980an

<http://rovicky.files.wordpress.com/2010/02/peak_oil.jpg>Adanya penurunan
produksi pada awal tahun 1980an terjadi didunia bahkan di Indonesia. Fakta
ini menunjukkan bahwa kalau memang berniat dan mau, dunia ini masih akan
hidup dengan lengang ketika mengurangi produksi minyak. Artinya
berkurangnya produksi minyak tidak akan mematikan, bukan sebuah kiamat,
bahkan terlihat laju peningkatan produksinya dapat direm menjadi landai.
Ada satu pembelajaran yang telah terjadi hingga memasuki abad XXI ini.
Tata nilai dunia sudah bukan barbar

Memang kalau kita melihat sejarah dimana jaman dahulu setiap kali terjadi
perebutan sumberdaya alam ataupun sumber makanan selalu didahului dengan
peperangan. Namun dunia saat ini sudah jauh berbeda dengan jaman dahulu. Di
Indonesia saja tata nilai untuk bernegara sudah mengalami perubahan yang
sangat dahsyat dengan adanya proses reformasi yang harus dibayar mahal.

Dengan demikian kita tidak dapat dengan serta merta menggunakan kejadian
masa lampau akan terulang dengan begitu saja di dunia ini. Perang dunia
semestinya bukan lagi menjadi sumber ketakutan dan kekhawatiran. Justru
sangat diharapkan kebersamaan manusia di dunia akan menjadikan
kesejahteraan akan meningkat.

*[image: :(] “Whallah Pakdhe mimpi, nih ?”
**[image: :D] “Thole mimpi itu harus yang bagus-bagus. Karena dengan mimpi
yang bagus-bagus beginilah manusia akan benar-benar menjadi bagus”*

Bagaimana posisi Indonesia dalam pemanfaatan energi ?

Gambar dibawah ini menunjukkan bagaiaman hubungan antara GDP (perkapita)
atau pendapatan perkapita di setiap negara, dibandingkan dengan penggunaan
energinya (efisiensinya).
 <http://rovicky.files.wordpress.com/2011/11/gdpvsefisiensi.jpg>

Indonesia saat ini harusnya mengikuti garis kuning. Efisiensi khususnya
untuk negeri maju (high productive).

Dengan mudah kita melihat bahwa Indonesia berada dibawah dalam soal
produktifitas. Pendapatan perkapita kita rendah. Walaupun masuk dalam G20,
itu hanyalah dalam sekala total seluruh negara, namun karena jumlah
penduduk di Indonesia ini sangat buanyak maka angka GDP perkapitanya
menjadi sangat rendah, atau produktifitasnya rendah.
Lantas Indonesia harus bagaimana ?

Kalau melihat pola negara-negara yg digambarkan bulet dan lonjong, terlihat
bahwa negara-negara ini mengikuti sebuah pola dimana meningkatkan produksi
lebih tinggi kelasnya ketimbang dalam kelas efisiensi. Negara super hebat
semestinya memiliki produktifitas yang tinggi dan efisiensi juga tinggi,
didalamnya ada Austria, Switzerland dan Hongkong. Nah, terlihat pada
kenyataannya negara-negara yag memiliki produktifitas tinggi yang tercermin
pada GDP perkapita tinggi ini namun efisiensinya rendah.

Lingkar kuning yang memperlihatkan Indonesia ini menunjukkan bahwa
Indonesia semestinya mengarah dalam peningkatan produktifitas, bukan
mengutamakan efisiensi. Ini hanya skala prioritas, bukan berarti
mengabaikan penghematan energi. Artinya pakailah energi sesukamu tetapi
dipakai untuk hal-hal yang produktif.

*[image: :(] “Pakdhe kalau gitu lampu dikamarku harus terang ya supaya aku
kalau membaca dan belajar lebih bagus hasilnya ?”
**[image: :D] “Yaa, begitulah Thole seharusnya. Gunakan energi itu untuk
berproduksi. Dan salah satu tugas pemerintah sekarang akan menyediakan
energi untuk negeri ini ini. Sesedikit mungkin mengeksport energi.*

Tugas pemerintah Indonesia dan ESDM

Memang dengan mudah kita melihat bahwa tugas pemerintah Indonesia saat ini
terutama dalam bidang ESDM adalah menyediakan energi untuk rakyatnya. *Karena
penyediaan energi di dalam negeri ini akan memberikan dampak positip lebih
banyak ketimbang berusaha menghemat. *

Untuk negri-negeri yang sudah memiliki GDP perkapita tinggi tentunya akan
lebih mudah melakukan efisiensi dan menghemat, dan mereka akan survive
dengan penghematan energi. Tentunya cara global ini tidak harus diikuti
Indonesia dengan begitu saja, karena posisi kita berbeda dengan mereka.

Tulisan terkait :

   - Memperkirakan profil produksi migas Indonesia hingga
2050.<http://rovicky.wordpress.com/2010/02/27/memperkirakan-profil-produksi-migas-indonesia-hingga-2050/>

Kirim email ke