Proyek Panas Bumi Bedugul Beroperasi Lagi

Sanur, Bali, CyberNews. Proyek energi panasbumi (geothermal) di Bedugul, Bali, yang 
dihentikan 
pemerintah pada tahun 1997  kini eksploitasinya dibuka lagi dan sudah 
mampu menghasilkan. 
"Kami sudah melakukan tes ujicoba produksi dalam 1,5 bulan ke depan, 
hasilnya cukup bagus," ujar IB Ngurah Wijaya, Presdir Bali Energy Limited 
(BEL), di Sanur, Denpasar, Minggu.
Sebelum proyek dihentikan pengoperasiannya tujuh tahun lalu oleh 
pemerintah, BEL merupakan PMA milik investor migas dari California AS. 
Kini dengan nama sama, diambilalih investor lokal.
Wijaya yang juga praktisi dan pelaku pariwisata pemilik hotel, industri 
garmen hingga stasiun radio swasta FM di Bali ini menjelaskan, indikasi 
hasil bagus bisa dilihat dari hasil pembukaan pengeboran mengeluarkan uap 
kering 93 sampai 95 persen.
"Itu berarti, tekanan dihasilkan tujuh sampai 10 MW (megawatt) atau sama 
dengan 70 sampai 100 ton per-jam. Selain itu, tidak ada gas lain yang 
menyertai, sehingga geothermal di Bali ini tergolong terbaik di Tanah 
Air," ungkapnya.
Ia menjelaskan latar belakang proyek ini, dengan dikeluarkannya Keppres 
Nomor 15 tahun 2002, kelangsungan proyek dinegosiasi kembali. Setelah 
setahun proses negosiasi, persetujuan dari pemerintah didapatkan dan 
proyek dilanjutkan kembali.
Proyek yang berlokasi sekitar 30 km utara Denpasar ini, sistemnya "Joint 
Operation Contract-JOC" atau kontrak operasi bersama. Kelak hasilnya 96 
persen untuk BEL dan Pertamina mendapat empat persen.
Bila telah menghasilkan, energi panasbumi di Bedugul ini dijual kepada PLN 
yang mempunyai hak "monopoli" penjualan listrik, selanjutnya PLN 
mendistrbusikan kepada pelanggan, dalam hal ini masyarakat. "Kita menjual 
ke PLN harganya tidak boleh lebih dari lima sen dolar AS per-kwh, seperti 
halnya PLN membeli energi dari berbagai pembangkit listrik, baik air, 
minyak bumi, gas alam maupun batubara," ujarnya. 
Mengenai investasi yang telah ditanamkan, Wijaya yang juga ketua Bali 
Village organisasi nirlaba pelaku pariwisata di Bali yang garap pasar 
Eropa dan Australia mengemukakan, sudah mencapai nilai 46,7 juta dolar AS 
yang diperolehnya dari pinjaman sindikasi bank di luar negeri. Saat ini 
proyek dalam pengerjaan melanjutkan yang sudah dikerjakan sebelumnya-tujuh 
tahun lalu-, serta sosialisasi kepada masyarakat sekitarnya. 
"Memang awalnya kita targetkan ujicoba Juli mendatang, maklum membuka dan 
mengoperasikan lagi proyek yang sudah ditutup tujuh tahun tidak mudah. 
Nyatanya Mei ini kami sudah bisa tes dan hasilnya sangat baik," kata 
Wijaya yang juga Konsul kehormatan Swedia dan Finlandia di Bali ini.
Rencananya, Pusat Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) di Bedugul tersebut, 
unit I mulai produksi 10 MW pada 30 April 2006, unit II produksi 55 MW 
pada 30 Juni 2008, unit III juga 55 MW pada 30 Juni 2009 dan setahun 
kemudian unit IV 55 MW.
Proyek PLTP Bedugul berada di kawasan hutan lindung, kawasan sekitarnya 
dikitari lima gunung, yaitu gunung Catur, Pohen, Lesong, Batukahu dan 
Sangiyang, serta tiga danau, Bratan, Tamblingan dan danau Buyan.
Tentang keberatan masyarakat terkait kekuatiran kerusakan lingkungan flora 
dan fauna di habitatnya dan berkurangnya volume air di tiga danau, 
sehingga saat proyek ini pertama tahun 1995- digelar banyak ditentang, 
menurut Wijaya, itu terjadi karena kurang sosialisasi.
Sementara itu, Atik Suwardi, seorang geolog pensiunan karyawan Pertamina 
yang ikut berkiprah sejak awal dalam proyek PLTP Bedugul, beberapa waktu 
lalu saat seminar di Sanur, mengemukakan, kekuatiran tentang volume air di 
danau berkurang secara ilmiah terbantahkan.
Perut bumi yang mengandung energi panas bumi, antara lain terdapat lapisan 
bebatuan kedap air berubah sifat (cap rock) dan bawahnya terdapat reservoir (tempat 
air), dan cap rock ini ada di bagian dalam sekitar Bedugul, 
sehingga air di danau tidak mungkin menembus cap rock ini.
Sementara mengenai flora dan fauna, hasil penelitian LIPI --di Bedugul 
terdapat Kebun Raya dikelola LIPI, pohon cemara pandak ternyata tidak 
hanya hidup di Bali (endimis), terdapat juga di Jawa dan Sumatera, dan 
Jalak Bali di sekitar hutan Bedugul hanya sebagai tempat bercumbu, karena 
berkembangbiaknya di Taman Nasional Bali Barat.
Ia menjelaskan, pihak LIPI memberikan beberapa catatan kawasan yang tidak 
boleh diganggu gugat, sehingga BEL dan Pertamina sepakat melakukan 
pengeboran dengan cara miring, dan tidak di tempat sumber panasbumi 
langsung.
"Pokoknya kita tidak akan merusak lingkungan, sebelum beroperasi kita 
harus dilengkapi Amdal. Makanya kita kini intensif sosialisasi, agar semua 
pihak terkait mengerti secara jelas dan tepat," kata Ngurah Wijaya.( Ant/CN07 )




=============================
AMIR AL AMIN - DKS/OPG/WGO 
TOTAL E&P INDONESIE
BALIKPAPAN
0542-533765 - 0811592902
=============================

Kirim email ke