[iagi-net-l] Pulau dan Selat Muria ( Muryo) (was : RE: [iagi-net-l] Gagal Visa !!)

2007-11-20 Thread Awang Harun Satyana
Abah,

Info lengkap tentang JCB sudah di-posting Pak Maryanto, terima kasih Mas.

Soal Pulau Muria. Geografi Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah zaman Erlangga 
pada abad ke-11 sedikit berbeda dengan kondisinya sekarang. Saat itu, Bengawan 
Solo masih bermuara di depan Madura, bukan di Ujung Pangkah seperti sekarang 
(kalau saja masih seperti pada zaman Erlangga, maka teman2 Amerada Hess tak 
akan sebanyak sekarang mengeluarkan dana buat survey seismik transisi dan 
mendatangkan barge buat mengebor sumur2nya di Lapangan Ujung Pangkah), 
Tulungagung masih berupa rawa2, juga Wringinsapta (barat Mojokerto)dan muara 
Kali Brantas masih penuh rawa. Di Jawa Tengah utara ada Pulau Muryo dan ada 
Selat Muryo tempat Kali Lusi dan Kali Tuntang bermuara. 

Kerajaan Demak abad ke-16, setelah 500 tahun sejak zaman Erlangga. Selat Muryo 
telah banyak tertutup oleh sedimentasi dari Kali Lusi dan Tuntang yang membuang 
lumpurnya di celah sempit laut di selatan Pulau Muryo. Ahli sejarah Indonesia 
masa lalu, Rd. Moh Ali (buku teks sejarahnya mungkin dipakai Abah saat sekolah 
menengah dulu - saya hanya mendapatkannya dari pedagang buku bekas) pernah 
menulis dalam buku "Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara" (Ali, 
1963) sebagai berikut. Pada suatu peristiwa Raden Patah diperintahkan oleh 
gurunya yaitu Sunan Ngampel agar merantau ke barat dan bermukim di sebuah 
tempat yang terlindung oleh gelagah wangi. Saat itu, Raden Patah masih sebagai 
seorang bangsawan Majapahit. Dalam perantauannya, Raden Patah sampai ke daerah 
rawa di tepi selatan Pulau Muryo, yaitu rawa-rawa besar yang menutup laut atau 
lebih tepat selat yang terdapat di antara Pulau Muryo dan daratan Jawa Tengah. 
Di situlah ditemukan gelagah wangi dan rawa, kemudian nama itu berubah menjadi 
Demak sampai sekarang.

Buku lain, "Negara Krtagama" (Slametmuljana, 1979) menguatkan tulisan Moh Ali, 
ahli sejarah ini menulis bahwa Raden Patah membuka hutan di Glagahwangi dan 
menjadikannya dukuh baru bernama Bintara, maka Raja Demak pertama ini suka 
disebut juga Sultan Bintara.

Dulunya Demak terletak di tepi laut, tetapi sekarang letaknya dari Laut Jawa 
sekitar 30 km. Ini disokong oleh pendapat mahaguru sejarah Belanda De Graaf dan 
Pigeaud dalam bukunya "De Eerste Moslimse Vorstendommen op Java" (Martinus 
Nijhoff, 1974) yang menulis : letak Demak cukup menguntungkan bagi kegiatan 
perdagangan maupun pertanian. Selat yang memisahkan Jawa Tengah dari Pulau 
Muryo pada masa itu cukup lebar dan dapat dilayari dengan leluasa, sehingga 
dari Semarang melalui Demak, perahu dapat berlayar sampai Rembang, baru sejak 
abad ke-17 Selat Muryo tak dapat dipakai lagi sepanjang tahun.

Dalam abad ke-17, khususnya pada musim penghujan, perahu2 kecil dapat berlayar 
dari Japara menuju Pati yang terletak di tepi Kali Juwana. Pada tahun 1657 
tercatat dalam sejarah bahwa Tumenggung Pati mengumumkan bahwa ia bermaksud 
memerintahkan menggali terusan yang menghubungkan Demak dengan Pati, sehingga 
Juwana dapat dijadikan pusat perniagaan kambali.

Perhubungan Demak dengan pedalaman Jawa Tengah sendiri adalah melalui Kali 
Serang, yang muaranya di antara Demak dan Jepara. Sampai akhir abad ke-18, 
Sungai Serang dapat dilayari dengan kapal-kapal kecil sampai ke suatu pedalaman 
bernama Godong. Mata air Serang ada di lereng gunung Merbabu, ada juga yang di 
pegunungan Kendeng Tengah. Di sebelah selatan pegunungan ini terbentanglah 
bentang alam Pengging (sebelah timur Boyolali) dan Pajang (sekitar Kartasura). 
Nah, wilayah sekitar Boyolali ini kemudian akan berperan dalam episode sejarah 
pasca Demak, zaman Jaka Tingkir, keturunan Majapahit juga.

Sedimentasi Selat Muria (Muryo) mudah dilihat dari foto2 udara dan satelit; 
tetapi catatan2 sejarah membuktikannya. 

Zaman Plistosen, selat dan rawa2 di sekitar Pulau dan Selat Muria ini menjadi 
tempat berkubangnya hewan2 besar mamalia sebangsa kudanil, tapir, bahkan gajah. 
Tahun 60-an fosil2nya mulai ditemukan, bahkan minggu lalu pun masih terus 
ditemukan oleh para ahli paleontologi seperti Pak Zaim maupun para ahli 
arkeologi dari balai2 arkeologi di Jawa. Patiayam antara lain daerah penemuan 
di wilayah ini, dan sisa hominids pun pernah ditemukan Pak Zaim di sini.

Salam,
awang

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, November 21, 2007 10:20 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Gagal Visa !!




Awang 

"Pulau Muria" ? Apa pula
gerangan 
Ngomong ngomong JCB - 2007 , kok belum ada komentar ya
???
Masa yang tua duluan yang ngomong   

Si-Abah

___




JOINT CONVENTION BALI 2007
The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and 
Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007

To unsubscribe, sen

Re: [iagi-net-l] Pulau dan Selat Muria ( Muryo) (was : RE: [iagi-net-l] Gagal Visa !!)

2007-11-20 Thread yrsnki


Awang

Terima kasih , saya juga pernah dengar bahwa pantai Laut
Jawa di Semarang dulu terletak ditanjakan Gombel sekarang, apakah itu
benar ?
Apa memang ada patahan yang aktif di selatan semarang ?

Si-Abah

__
> Abah, 
> 
> Info lengkap tentang JCB sudah
di-posting Pak Maryanto, terima kasih Mas. 
> 
> Soal
Pulau Muria. Geografi Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah zaman 
>
Erlangga pada abad ke-11 sedikit berbeda dengan kondisinya sekarang. Saat

> itu, Bengawan Solo masih bermuara di depan Madura, bukan di
Ujung Pangkah 
> seperti sekarang (kalau saja masih seperti pada
zaman Erlangga, maka 
> teman2 Amerada Hess tak akan sebanyak
sekarang mengeluarkan dana buat 
> survey seismik transisi dan
mendatangkan barge buat mengebor sumur2nya di 
> Lapangan Ujung
Pangkah), Tulungagung masih berupa rawa2, juga Wringinsapta 
>
(barat Mojokerto)dan muara Kali Brantas masih penuh rawa. Di Jawa Tengah

> utara ada Pulau Muryo dan ada Selat Muryo tempat Kali Lusi dan
Kali 
> Tuntang bermuara. 
> 
> Kerajaan Demak
abad ke-16, setelah 500 tahun sejak zaman Erlangga. Selat 
> Muryo
telah banyak tertutup oleh sedimentasi dari Kali Lusi dan Tuntang 
> yang membuang lumpurnya di celah sempit laut di selatan Pulau
Muryo. Ahli 
> sejarah Indonesia masa lalu, Rd. Moh Ali (buku teks
sejarahnya mungkin 
> dipakai Abah saat sekolah menengah dulu -
saya hanya mendapatkannya dari 
> pedagang buku bekas) pernah
menulis dalam buku "Peranan Bangsa Indonesia 
> dalam Sejarah
Asia Tenggara" (Ali, 1963) sebagai berikut. Pada suatu 
>
peristiwa Raden Patah diperintahkan oleh gurunya yaitu Sunan Ngampel agar

> merantau ke barat dan bermukim di sebuah tempat yang terlindung
oleh 
> gelagah wangi. Saat itu, Raden Patah masih sebagai seorang
bangsawan 
> Majapahit. Dalam perantauannya, Raden Patah sampai ke
daerah rawa di tepi 
> selatan Pulau Muryo, yaitu rawa-rawa besar
yang menutup laut atau lebih 
> tepat selat yang terdapat di
antara Pulau Muryo dan daratan Jawa Tengah. 
> Di situlah
ditemukan gelagah wangi dan rawa, kemudian nama itu berubah 
>
menjadi Demak sampai sekarang. 
> 
> Buku lain,
"Negara Krtagama" (Slametmuljana, 1979) menguatkan tulisan Moh

> Ali, ahli sejarah ini menulis bahwa Raden Patah membuka hutan
di 
> Glagahwangi dan menjadikannya dukuh baru bernama Bintara,
maka Raja Demak 
> pertama ini suka disebut juga Sultan Bintara.

> 
> Dulunya Demak terletak di tepi laut, tetapi sekarang
letaknya dari Laut 
> Jawa sekitar 30 km. Ini disokong oleh
pendapat mahaguru sejarah Belanda De 
> Graaf dan Pigeaud dalam
bukunya "De Eerste Moslimse Vorstendommen op Java" 
>
(Martinus Nijhoff, 1974) yang menulis : letak Demak cukup menguntungkan

> bagi kegiatan perdagangan maupun pertanian. Selat yang
memisahkan Jawa 
> Tengah dari Pulau Muryo pada masa itu cukup
lebar dan dapat dilayari 
> dengan leluasa, sehingga dari Semarang
melalui Demak, perahu dapat 
> berlayar sampai Rembang, baru sejak
abad ke-17 Selat Muryo tak dapat 
> dipakai lagi sepanjang tahun.

> 
> Dalam abad ke-17, khususnya pada musim penghujan,
perahu2 kecil dapat 
> berlayar dari Japara menuju Pati yang
terletak di tepi Kali Juwana. Pada 
> tahun 1657 tercatat dalam
sejarah bahwa Tumenggung Pati mengumumkan bahwa 
> ia bermaksud
memerintahkan menggali terusan yang menghubungkan Demak 
> dengan
Pati, sehingga Juwana dapat dijadikan pusat perniagaan kambali. 
>

> Perhubungan Demak dengan pedalaman Jawa Tengah sendiri adalah
melalui Kali 
> Serang, yang muaranya di antara Demak dan Jepara.
Sampai akhir abad ke-18, 
> Sungai Serang dapat dilayari dengan
kapal-kapal kecil sampai ke suatu 
> pedalaman bernama Godong.
Mata air Serang ada di lereng gunung Merbabu, 
> ada juga yang di
pegunungan Kendeng Tengah. Di sebelah selatan pegunungan 
> ini
terbentanglah bentang alam Pengging (sebelah timur Boyolali) dan 
> Pajang (sekitar Kartasura). Nah, wilayah sekitar Boyolali ini
kemudian 
> akan berperan dalam episode sejarah pasca Demak, zaman
Jaka Tingkir, 
> keturunan Majapahit juga. 
> 
>
Sedimentasi Selat Muria (Muryo) mudah dilihat dari foto2 udara dan 
> satelit; tetapi catatan2 sejarah membuktikannya. 
> 
> Zaman Plistosen, selat dan rawa2 di sekitar Pulau dan Selat Muria
ini 
> menjadi tempat berkubangnya hewan2 besar mamalia sebangsa
kudanil, tapir, 
> bahkan gajah. Tahun 60-an fosil2nya mulai
ditemukan, bahkan minggu lalu 
> pun masih terus ditemukan oleh
para ahli paleontologi seperti Pak Zaim 
> maupun para ahli
arkeologi dari balai2 arkeologi di Jawa. Patiayam antara 
> lain
daerah penemuan di wilayah ini, dan sisa hominids pun pernah 
>
ditemukan Pak Zaim di sini. 
> 
> Salam, 
> awang

> 
> -Original Message- 
> 
From:
[EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
> Sent: Wednesday,
November 21, 2007 10:20 C++ 
> To: iagi-net@iagi.or.id 
>
Subject: Re: [iagi-net-l] Gagal Visa !! 
> 
> 
>

> 
> Awang  
> 
> "Pulau
Muria" ? Apa pula 
> gerangan  
> Ngomong
ngomong JCB - 2007 , 

Re: [iagi-net-l] Pulau dan Selat Muria ( Muryo) (was : RE: [iagi-net-l] Gagal Visa !!)

2007-11-20 Thread zaim
 Ass.w.W.,
Abah Yth.,
Benar apa yang diungkapkan Pak Awang; dalam buku The Geology of
Indonesia-nya van Bemmelen(1949)juga diungkapkan bahwa pada abad ke 16
Muria masih merupakan sebuah pulau yang terpisah dari P.Jawa, dengan selat
yang memanjang barat-timur: Semarang - Kudus - Pati, yang sekarang
merupakan jalur jalan raya yang padat.Data pemboran air daerah Pati dan
Demak sampai kedalaman 30-50 an meter masih mengandung Cl (Chlorine) yang
sangat tinggi, yang berasal dari air laut yang masih terjebak dalam
sedimen laut (connate water?) berumur Holosen - Resen di daerah
tersebut,yang memperkuat apa yang diungkapkan van Bemmelen tersebut.
Wassalam,

Yahdi Zaim,
KKGP - FITB

>
> Awang
>
> Terima kasih , saya juga pernah dengar bahwa pantai Laut
> Jawa di Semarang dulu terletak ditanjakan Gombel sekarang, apakah itu
> benar ?
> Apa memang ada patahan yang aktif di selatan semarang ?
>
> Si-Abah
>
> __
>> Abah,
>>
>> Info lengkap tentang JCB sudah
> di-posting Pak Maryanto, terima kasih Mas.
>>
>> Soal
> Pulau Muria. Geografi Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah zaman
>>
> Erlangga pada abad ke-11 sedikit berbeda dengan kondisinya sekarang.
> Saat
>
>> itu, Bengawan Solo masih bermuara di depan Madura, bukan di
> Ujung Pangkah
>> seperti sekarang (kalau saja masih seperti pada
> zaman Erlangga, maka
>> teman2 Amerada Hess tak akan sebanyak
> sekarang mengeluarkan dana buat
>> survey seismik transisi dan
> mendatangkan barge buat mengebor sumur2nya di
>> Lapangan Ujung
> Pangkah), Tulungagung masih berupa rawa2, juga Wringinsapta
>>
> (barat Mojokerto)dan muara Kali Brantas masih penuh rawa. Di Jawa Tengah
>
>> utara ada Pulau Muryo dan ada Selat Muryo tempat Kali Lusi dan
> Kali
>> Tuntang bermuara.
>>
>> Kerajaan Demak
> abad ke-16, setelah 500 tahun sejak zaman Erlangga. Selat
>> Muryo
> telah banyak tertutup oleh sedimentasi dari Kali Lusi dan Tuntang
>> yang membuang lumpurnya di celah sempit laut di selatan Pulau
> Muryo. Ahli
>> sejarah Indonesia masa lalu, Rd. Moh Ali (buku teks
> sejarahnya mungkin
>> dipakai Abah saat sekolah menengah dulu -
> saya hanya mendapatkannya dari
>> pedagang buku bekas) pernah
> menulis dalam buku "Peranan Bangsa Indonesia
>> dalam Sejarah
> Asia Tenggara" (Ali, 1963) sebagai berikut. Pada suatu
>>
> peristiwa Raden Patah diperintahkan oleh gurunya yaitu Sunan Ngampel
> agar
>
>> merantau ke barat dan bermukim di sebuah tempat yang terlindung
> oleh
>> gelagah wangi. Saat itu, Raden Patah masih sebagai seorang
> bangsawan
>> Majapahit. Dalam perantauannya, Raden Patah sampai ke
> daerah rawa di tepi
>> selatan Pulau Muryo, yaitu rawa-rawa besar
> yang menutup laut atau lebih
>> tepat selat yang terdapat di
> antara Pulau Muryo dan daratan Jawa Tengah.
>> Di situlah
> ditemukan gelagah wangi dan rawa, kemudian nama itu berubah
>>
> menjadi Demak sampai sekarang.
>>
>> Buku lain,
> "Negara Krtagama" (Slametmuljana, 1979) menguatkan tulisan Moh
>
>> Ali, ahli sejarah ini menulis bahwa Raden Patah membuka hutan
> di
>> Glagahwangi dan menjadikannya dukuh baru bernama Bintara,
> maka Raja Demak
>> pertama ini suka disebut juga Sultan Bintara.
>
>>
>> Dulunya Demak terletak di tepi laut, tetapi sekarang
> letaknya dari Laut
>> Jawa sekitar 30 km. Ini disokong oleh
> pendapat mahaguru sejarah Belanda De
>> Graaf dan Pigeaud dalam
> bukunya "De Eerste Moslimse Vorstendommen op Java"
>>
> (Martinus Nijhoff, 1974) yang menulis : letak Demak cukup menguntungkan
>
>> bagi kegiatan perdagangan maupun pertanian. Selat yang
> memisahkan Jawa
>> Tengah dari Pulau Muryo pada masa itu cukup
> lebar dan dapat dilayari
>> dengan leluasa, sehingga dari Semarang
> melalui Demak, perahu dapat
>> berlayar sampai Rembang, baru sejak
> abad ke-17 Selat Muryo tak dapat
>> dipakai lagi sepanjang tahun.
>
>>
>> Dalam abad ke-17, khususnya pada musim penghujan,
> perahu2 kecil dapat
>> berlayar dari Japara menuju Pati yang
> terletak di tepi Kali Juwana. Pada
>> tahun 1657 tercatat dalam
> sejarah bahwa Tumenggung Pati mengumumkan bahwa
>> ia bermaksud
> memerintahkan menggali terusan yang menghubungkan Demak
>> dengan
> Pati, sehingga Juwana dapat dijadikan pusat perniagaan kambali.
>>
>
>> Perhubungan Demak dengan pedalaman Jawa Tengah sendiri adalah
> melalui Kali
>> Serang, yang muaranya di antara Demak dan Jepara.
> Sampai akhir abad ke-18,
>> Sungai Serang dapat dilayari dengan
> kapal-kapal kecil sampai ke suatu
>> pedalaman bernama Godong.
> Mata air Serang ada di lereng gunung Merbabu,
>> ada juga yang di
> pegunungan Kendeng Tengah. Di sebelah selatan pegunungan
>> ini
> terbentanglah bentang alam Pengging (sebelah timur Boyolali) dan
>> Pajang (sekitar Kartasura). Nah, wilayah sekitar Boyolali ini
> kemudian
>> akan berperan dalam episode sejarah pasca Demak, zaman
> Jaka Tingkir,
>> keturunan Majapahit juga.
>>
>>
> Sedimentasi Selat Muria (Muryo) mudah dilihat dari foto2 udara dan
>> satelit; tetapi catatan2 sejarah membukti

RE: [iagi-net-l] Pulau dan Selat Muria ( Muryo) (was : RE: [iagi-net-l] Gagal Visa !!)

2007-11-20 Thread Awang Harun Satyana
Benar Abah, itu hanya masalah sedimentasi Kuarter pantai utara, sehingga
pantai makin berjalan ke utara. Tak ada patahan aktif di selatan
Semarang, di sebelah timurnya RMKS fault zone berhenti di bawah
Karimunjawa Arch yang stabil. Hanya di selatan Brebes sampai Semarang
ada slope curam masuk ke North Serayu Deep. Slope ekivalen di Jawa Barat
di utara Cekungan Bogor pernah jadi normal fault pada Paleogen (begitu
juga kelihatannya di selatan Brebes-Semarang), tetapi kemudian saat
Pliosen ia terinversikan jadi sesar naik (a.l. Baribis) - ini
kelihatannya tak terjadi buat slope di selatan Brebes-Semarang.
Inversinya terjadi lebih ke timur pada series Kendeng thrusts.

Salam,
awang

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, November 21, 2007 1:51 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Pulau dan Selat Muria ( Muryo) (was : RE:
[iagi-net-l] Gagal Visa !!)



Awang

Terima kasih , saya juga pernah dengar bahwa pantai Laut
Jawa di Semarang dulu terletak ditanjakan Gombel sekarang, apakah itu
benar ?
Apa memang ada patahan yang aktif di selatan semarang ?

Si-Abah

__



JOINT CONVENTION BALI 2007
The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and 
Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI be 
liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or 
damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, 
arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI 
mailing list.
-



RE: [iagi-net-l] Pulau dan Selat Muria ( Muryo) (was : RE: [iagi-net-l] Gagal Visa !!)

2007-11-21 Thread Maryanto (Maryant)
 
Resend...(tanpa lampiran gambar).

-Original Message-
From: Maryanto (Maryant) 
Sent: Wednesday, November 21, 2007 4:14 PM
To: 'iagi-net@iagi.or.id'; 'Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia'
Subject: RE: [iagi-net-l] Pulau dan Selat Muria ( Muryo) (was : RE: 
[iagi-net-l] Gagal Visa !!)


Mantablah info Mas Awang.

Salamologi sudah prediksikan bahwa, "maximum fooding surface" siklus 7 Ka, 
adalah th 78 BC, 6922 AD. Muka laut menurun sejak th 78 BC, hingga minimum 3500 
th kemudian, lalu naik hingga maximum lagi pada th 6922 AD.

Di dalam siklus itu, terdapat siklus 700 a, dengan mfs th 78 BC, 622 AD, 1322 
AD, 2022 AD, 2722 AD, ...
Di dalam siklus itu ada siklus 70 a, dengan mfs diantaranya adalah : 1322 AD, 
1392, 1462, 1522, 1602, 1672, 1742, 1812, 1882, 1952, 2022, 2092, ...

Pusat-pusat kerajaan pantai, sejak 0 Masehi, terdengarlah sellau kini berada 
jauh dari pantai, atas muka laut yang menurun itu. Pusat kerajaan setelah 0 
Masehi itu, misalnya, Sunda, Mojopahit-Mojokerto, Demak, Banten, Batavia, 
Paris, London,...hayoo manalagiii   

Kota, tahun kasarnya, elevasi kini:

Roma,   500 BC-500 AD,  150 ft.
Sunda,  800-1000 (AD),  300 ft.
Mojopahit,  1200-1478 AD,70 ft.
Demak,  1400-1600 AD,20 ft.
Banten, mesjid, 1400-180020 ft.
Jkt, Museum Fatahilah, 1600-1945,   25 ft.
Paris,  1200-2000,  100 ft.
London, 1200-2000,   50 ft.

Hayooo, mana lagiii ?

Elevasi daerah jalur timur-barat di sekitar kota Demak-Pati-Kudus, dengan 
terendahnya kini kurang dar 20 ft. Dulu pernah sebagi selat. Artinya, dari 
tahun itu, muka laut menurun. 

Muka laut, data seratus tahun terakhir, th 1880-2000, tunjukkan muka laut naik, 
dengan 1.2 mm/th. Dugakan, muka laut maximum pada th 2022, lalu menurun, dan 
baru naik lagi, dengan elevasi sekarang, pada 5000 (lima ribu tahun lagi).

Data itu, dengan banyak properties alam yang telah di korelasikan.

Global temperatur, tunjukkan bahwa siklusnya naik turun, maxium-minimum, sesuai 
dengan grafik naik-turn  muka laut itu.

Jadi, teperatur kini, akan naik hingga th 2022, dan menurun dan lalu naik lagi, 
dengan akan sam dengan temperatur sekarang adalah 5000 th lagi. 

Data temperatur 1900-2000, tunjukkan kenaikan temperatur dengan 0.007 derajad 
celcious pertahun. Nah, isu global warming, katakan bahwa akan terjadi gradien 
kenaikan itu sepuluh kali lipat, yakni 0.07 deg C/th. Akibatkan akan naik 3.5 
derajd hingga 2050 AD nanti. Dan terus naik. Maryanto, tak percaya itu, dabn 
dugakan naik hingga hanya th 2022, lalu menurun, dan batru naik lagi, dan sama 
temeratur sekarang pada th 7000, ataw 5000 th lagi.

(Mas Awang, dataku sebut kota Demak hanya 10 km dari pantai, bukan30 km yang di 
sebutkan Mas Awang).

Komentar ?

Salam,
Maryanto.
 
-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, November 21, 2007 11:23 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Pulau dan Selat Muria ( Muryo) (was : RE: [iagi-net-l] 
Gagal Visa !!)

Abah,

Info lengkap tentang JCB sudah di-posting Pak Maryanto, terima kasih Mas.

Soal Pulau Muria. Geografi Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah zaman Erlangga 
pada abad ke-11 sedikit berbeda dengan kondisinya sekarang. Saat itu, Bengawan 
Solo masih bermuara di depan Madura, bukan di Ujung Pangkah seperti sekarang 
(kalau saja masih seperti pada zaman Erlangga, maka teman2 Amerada Hess tak 
akan sebanyak sekarang mengeluarkan dana buat survey seismik transisi dan 
mendatangkan barge buat mengebor sumur2nya di Lapangan Ujung Pangkah), 
Tulungagung masih berupa rawa2, juga Wringinsapta (barat Mojokerto)dan muara 
Kali Brantas masih penuh rawa. Di Jawa Tengah utara ada Pulau Muryo dan ada 
Selat Muryo tempat Kali Lusi dan Kali Tuntang bermuara. 

Kerajaan Demak abad ke-16, setelah 500 tahun sejak zaman Erlangga. Selat Muryo 
telah banyak tertutup oleh sedimentasi dari Kali Lusi dan Tuntang yang membuang 
lumpurnya di celah sempit laut di selatan Pulau Muryo. Ahli sejarah Indonesia 
masa lalu, Rd. Moh Ali (buku teks sejarahnya mungkin dipakai Abah saat sekolah 
menengah dulu - saya hanya mendapatkannya dari pedagang buku bekas) pernah 
menulis dalam buku "Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara" (Ali, 
1963) sebagai berikut. Pada suatu peristiwa Raden Patah diperintahkan oleh 
gurunya yaitu Sunan Ngampel agar merantau ke barat dan bermukim di sebuah 
tempat yang terlindung oleh gelagah wangi. Saat itu, Raden Patah masih sebagai 
seorang bangsawan Majapahit. Dalam perantauannya, Raden Patah sampai ke daerah 
rawa di tepi selatan Pulau Muryo, yaitu rawa-rawa besar yang menutup laut atau 
lebih tepat selat yang terdapat di antara Pulau Muryo dan daratan Jawa Tengah. 
Di situlah ditemukan gelagah wangi dan rawa, kemudian nama itu berubah menjadi 
Demak sampai sekarang.

Buku lain, "Negara Krtagama" (Slametmuljana, 1

RE: [iagi-net-l] Pulau dan Selat Muria ( Muryo) (was : RE: [iagi-net-l] Gagal Visa !!)

2007-11-21 Thread Awang Harun Satyana
Mas Maryanto,

Terima kasih atas analisis SALAM kepada kasus paleo & recent- sites pusat2 
peradaban.

Demak 10 km atau 30 km dari pantai dua2nya benar. Saat ini Demak sekitar 10 km 
dari pantai. Tulisan saya 30 km adalah jarak relatif >600 tahun yang lalu 
terhadap pantai selatan Pulau Muria, bukan terhadap pantai utara saat ini. 
Pantai selatan Pulau Muria ini kini ditempati kota2 kecil Bangsri dan Bae.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Maryanto (Maryant) [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, November 21, 2007 4:17 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Pulau dan Selat Muria ( Muryo) (was : RE: 
[iagi-net-l] Gagal Visa !!)

 
Resend...(tanpa lampiran gambar).

-Original Message-
From: Maryanto (Maryant) 
Sent: Wednesday, November 21, 2007 4:14 PM
To: 'iagi-net@iagi.or.id'; 'Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia'
Subject: RE: [iagi-net-l] Pulau dan Selat Muria ( Muryo) (was : RE: 
[iagi-net-l] Gagal Visa !!)


Mantablah info Mas Awang.

Salamologi sudah prediksikan bahwa, "maximum fooding surface" siklus 7 Ka, 
adalah th 78 BC, 6922 AD. Muka laut menurun sejak th 78 BC, hingga minimum 3500 
th kemudian, lalu naik hingga maximum lagi pada th 6922 AD.

Di dalam siklus itu, terdapat siklus 700 a, dengan mfs th 78 BC, 622 AD, 1322 
AD, 2022 AD, 2722 AD, ...
Di dalam siklus itu ada siklus 70 a, dengan mfs diantaranya adalah : 1322 AD, 
1392, 1462, 1522, 1602, 1672, 1742, 1812, 1882, 1952, 2022, 2092, ...

Pusat-pusat kerajaan pantai, sejak 0 Masehi, terdengarlah sellau kini berada 
jauh dari pantai, atas muka laut yang menurun itu. Pusat kerajaan setelah 0 
Masehi itu, misalnya, Sunda, Mojopahit-Mojokerto, Demak, Banten, Batavia, 
Paris, London,...hayoo manalagiii   

Kota, tahun kasarnya, elevasi kini:

Roma,   500 BC-500 AD,  150 ft.
Sunda,  800-1000 (AD),  300 ft.
Mojopahit,  1200-1478 AD,70 ft.
Demak,  1400-1600 AD,20 ft.
Banten, mesjid, 1400-180020 ft.
Jkt, Museum Fatahilah, 1600-1945,   25 ft.
Paris,  1200-2000,  100 ft.
London, 1200-2000,   50 ft.

Hayooo, mana lagiii ?

Elevasi daerah jalur timur-barat di sekitar kota Demak-Pati-Kudus, dengan 
terendahnya kini kurang dar 20 ft. Dulu pernah sebagi selat. Artinya, dari 
tahun itu, muka laut menurun. 

Muka laut, data seratus tahun terakhir, th 1880-2000, tunjukkan muka laut naik, 
dengan 1.2 mm/th. Dugakan, muka laut maximum pada th 2022, lalu menurun, dan 
baru naik lagi, dengan elevasi sekarang, pada 5000 (lima ribu tahun lagi).

Data itu, dengan banyak properties alam yang telah di korelasikan.

Global temperatur, tunjukkan bahwa siklusnya naik turun, maxium-minimum, sesuai 
dengan grafik naik-turn  muka laut itu.

Jadi, teperatur kini, akan naik hingga th 2022, dan menurun dan lalu naik lagi, 
dengan akan sam dengan temperatur sekarang adalah 5000 th lagi. 

Data temperatur 1900-2000, tunjukkan kenaikan temperatur dengan 0.007 derajad 
celcious pertahun. Nah, isu global warming, katakan bahwa akan terjadi gradien 
kenaikan itu sepuluh kali lipat, yakni 0.07 deg C/th. Akibatkan akan naik 3.5 
derajd hingga 2050 AD nanti. Dan terus naik. Maryanto, tak percaya itu, dabn 
dugakan naik hingga hanya th 2022, lalu menurun, dan batru naik lagi, dan sama 
temeratur sekarang pada th 7000, ataw 5000 th lagi.

(Mas Awang, dataku sebut kota Demak hanya 10 km dari pantai, bukan30 km yang di 
sebutkan Mas Awang).

Komentar ?

Salam,
Maryanto.
 
-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, November 21, 2007 11:23 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net-l] Pulau dan Selat Muria ( Muryo) (was : RE: [iagi-net-l] 
Gagal Visa !!)

Abah,

Info lengkap tentang JCB sudah di-posting Pak Maryanto, terima kasih Mas.

Soal Pulau Muria. Geografi Jawa Timur dan sebagian Jawa Tengah zaman Erlangga 
pada abad ke-11 sedikit berbeda dengan kondisinya sekarang. Saat itu, Bengawan 
Solo masih bermuara di depan Madura, bukan di Ujung Pangkah seperti sekarang 
(kalau saja masih seperti pada zaman Erlangga, maka teman2 Amerada Hess tak 
akan sebanyak sekarang mengeluarkan dana buat survey seismik transisi dan 
mendatangkan barge buat mengebor sumur2nya di Lapangan Ujung Pangkah), 
Tulungagung masih berupa rawa2, juga Wringinsapta (barat Mojokerto)dan muara 
Kali Brantas masih penuh rawa. Di Jawa Tengah utara ada Pulau Muryo dan ada 
Selat Muryo tempat Kali Lusi dan Kali Tuntang bermuara. 

Kerajaan Demak abad ke-16, setelah 500 tahun sejak zaman Erlangga. Selat Muryo 
telah banyak tertutup oleh sedimentasi dari Kali Lusi dan Tuntang yang membuang 
lumpurnya di celah sempit laut di selatan Pulau Muryo. Ahli sejarah Indonesia 
masa lalu, Rd. Moh Ali (buku teks sejarahnya mungkin dipakai Abah saat sekolah 
menengah dulu - saya hanya mendapatkannya dari pedagang buku bekas) pernah 
menulis dalam buku "Peranan Bangsa Indonesi

RE: [iagi-net-l] Pulau dan Selat Muria ( Muryo) (was : RE: [iagi-net-l] Gagal Visa !!)

2007-11-21 Thread Maryanto (Maryant)

> Di kutip dari Mas Awang: Dalam abad ke-17, khususnya pada musim penghujan, 
> perahu2 kecil dapat berlayar dari Japara menuju Pati yang terletak di tepi 
> Kali Juwana. Pada tahun 1657 tercatat dalam sejarah bahwa Tumenggung Pati 
> mengumumkan bahwa ia bermaksud memerintahkan menggali terusan yang 
> menghubungkan Demak dengan Pati, sehingga Juwana dapat dijadikan pusat 
> perniagaan kambali.

MYT:
Ya, nandanya cocok lah dengan analisaku. Kalender SALAM tunjukkan bahwa 
referensinya adalah tahun 2000. Artinya harga SALAM adalah nol, untuk tahun 
itu. Ini kira-kira adalah kondisi kini, bahwa muka laut nol untuk salam unit 
nol. Dan muka laut lebih tinggi bila harga su negatif. Elevasi di atas nol, 
bila harga su positif. 

Grafik itu (Gag bisa terlampir di iagi.net, ada di HAGI.net, dan ada juga di 
Resonansi ke 4 HAGI Agustus, dan juga kini Resonansi ke-5 November 2007), 
terlihat bahwa sejak th 1479, harga salam unit mulai positif, hingga th 1900.

Ini dugakan bahwa selama itu, Selat Demak-Kudus-Pati, sudah di atas muka laut 
elevasinya, dan hanya bisa di layari kalok ada sungai menghubungkan laut jawa 
bag barat Demak, dengan Laut Jawa di timur Pati. Influk sedimen, tentu 
berpengaruh juga. Namun nadanya, pengaruh perubahan muka laut global ini jauh 
lebih dominan di banding pengaruh pendangkalan, pemadatan sedimen pada kondisi 
kenaikan daratan.

Gag gitu ?

Apasih yang di jual pembawa isu global warming? Solar cell ? Menyetop 
penggunaan kayu hutan ? Ya biar saja berkonferensi di Bali bulan depan, di 
tempat kita-kita kumpul kemarin (The Westin hotel, Nusa Dua, Bali) soal global 
warming itu). Lalu, nanti grafikku akan semakin laris, "mengkonter global 
warming, isu dunia".

Gimana hayooo... ?

Salam,
Maryanto.
 

-Original Message-
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, November 22, 2007 7:56 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Pulau dan Selat Muria ( Muryo) (was : RE: 
[iagi-net-l] Gagal Visa !!)

Mas Maryanto,

Terima kasih atas analisis SALAM kepada kasus paleo & recent- sites pusat2 
peradaban.

Demak 10 km atau 30 km dari pantai dua2nya benar. Saat ini Demak sekitar 10 km 
dari pantai. Tulisan saya 30 km adalah jarak relatif >600 tahun yang lalu 
terhadap pantai selatan Pulau Muria, bukan terhadap pantai utara saat ini. 
Pantai selatan Pulau Muria ini kini ditempati kota2 kecil Bangsri dan Bae.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Maryanto (Maryant) [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, November 21, 2007 4:17 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Pulau dan Selat Muria ( Muryo) (was : RE: 
[iagi-net-l] Gagal Visa !!)

 
Resend...(tanpa lampiran gambar).

-Original Message-
From: Maryanto (Maryant)
Sent: Wednesday, November 21, 2007 4:14 PM
To: 'iagi-net@iagi.or.id'; 'Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia'
Subject: RE: [iagi-net-l] Pulau dan Selat Muria ( Muryo) (was : RE: 
[iagi-net-l] Gagal Visa !!)


Mantablah info Mas Awang.

Salamologi sudah prediksikan bahwa, "maximum fooding surface" siklus 7 Ka, 
adalah th 78 BC, 6922 AD. Muka laut menurun sejak th 78 BC, hingga minimum 3500 
th kemudian, lalu naik hingga maximum lagi pada th 6922 AD.

Di dalam siklus itu, terdapat siklus 700 a, dengan mfs th 78 BC, 622 AD, 1322 
AD, 2022 AD, 2722 AD, ...
Di dalam siklus itu ada siklus 70 a, dengan mfs diantaranya adalah : 1322 AD, 
1392, 1462, 1522, 1602, 1672, 1742, 1812, 1882, 1952, 2022, 2092, ...

Pusat-pusat kerajaan pantai, sejak 0 Masehi, terdengarlah sellau kini berada 
jauh dari pantai, atas muka laut yang menurun itu. Pusat kerajaan setelah 0 
Masehi itu, misalnya, Sunda, Mojopahit-Mojokerto, Demak, Banten, Batavia, 
Paris, London,...hayoo manalagiii   

Kota, tahun kasarnya, elevasi kini:

Roma,   500 BC-500 AD,  150 ft.
Sunda,  800-1000 (AD),  300 ft.
Mojopahit,  1200-1478 AD,70 ft.
Demak,  1400-1600 AD,20 ft.
Banten, mesjid, 1400-180020 ft.
Jkt, Museum Fatahilah, 1600-1945,   25 ft.
Paris,  1200-2000,  100 ft.
London, 1200-2000,   50 ft.

Hayooo, mana lagiii ?

Elevasi daerah jalur timur-barat di sekitar kota Demak-Pati-Kudus, dengan 
terendahnya kini kurang dar 20 ft. Dulu pernah sebagi selat. Artinya, dari 
tahun itu, muka laut menurun. 

Muka laut, data seratus tahun terakhir, th 1880-2000, tunjukkan muka laut naik, 
dengan 1.2 mm/th. Dugakan, muka laut maximum pada th 2022, lalu menurun, dan 
baru naik lagi, dengan elevasi sekarang, pada 5000 (lima ribu tahun lagi).

Data itu, dengan banyak properties alam yang telah di korelasikan.

Global temperatur, tunjukkan bahwa siklusnya naik turun, maxium-minimum, sesuai 
dengan grafik naik-turn  muka laut itu.

Jadi, teperatur kini, akan naik hingga th 2022, dan menurun dan lalu naik lagi, 
dengan akan sam dengan temperatur sekarang adalah 5000 th lagi. 

Data