Saya berandai-andai jika saya jadi ternyata adalah
oknum tersebut:

Pertama, data tersebut adalah "milik umum",karena
sudah published, contohnya data tersebut (menurut sdr
B. Semiring) sudah ada di buku "membumikan geologi"
yang 'setiap' orang bisa membeli atau akhirnya membaca
dan dengan ilmu yang dimilikinya memahaminya . . . dan
jika sedikit lebih 'cerdik', kreatif maksud saya, bisa
'menjual'nya

Kalau saya kebetulan sedikit tahu tentang ilmu
tersebut, kemudian berdasarkan data yang sudah jadi
milik umum tersebut seorang klien memilikinya dan
meminta jasa konsultasi saya, dan saya memberikan jasa
tersebut kepada pihak yang memerlukan, sepertinya kok
saya "sah" melakukannya . . . karena disini saya
sedang "menjual" kemampuan yang saya miliki, tidak
lebih dari itu; dan memberikan jasa konsultasi dengan
imbalan tertentu . .  wajar!Yang menurut saya jadi
tidak wajar jika: 1. data tersebut confidence dan 2.
saya mengatasnamakan lembaga tertentu (mis IAGI)
sebagai payung saya dalam melakukan jasa konsultasi
tersebut. Tapi kalau saya hanya katakan, saya ini
anggota IAGI  . . ya mestinya halal . . karena memang
saya anggotanya. Sebutan "calo" adalah bahasa
pergaulan kita sehari-hari dengan konotasi negatif dan
dalam hal ini saya tak keberatan disebut "calo" karena
bagi sebagian orang tidak mudah menemukan padanan kata
untuk posisi orang yang sedang melakukan pekerjaan
menyediakan jasa konsultasi. Mestinya sebitan
"konsultan" lebih elegan dan bebas dari keasan
memfitnah. Kemudian kata 'fee' selalu berkonotasi
mendapatkan sesuatu yang tak pada tempatnya bagi
seorang "calo", diperburuk lagi dengan sebutan "oknum"
. . wah tambah terpuruklah saya yang "konsultan" ini .
. . dan sayangnya hal-hal seperti ini tak juga pandang
bulu; merasuki semua lapisan, siapapun dia, ilmuwan,
professional apalagi politikus karbitan selalu
dihinggapinya dan akan selalu berkutat bahkan
diam-diam menikmatinya.

Jadi sejauh ini, jangan-jangan ada sebagian dari kita
telah terlalu jauh berburuksangka . . . berpikir
terlalu rumit dengan skenario-skenario khas politikus
negeri ini yang penuh intrik . . . dst. Jadi menurut
saya, kalau saya yang di oknumkan, maka saya akan
menyatakan diri sejelas-jelasnya, karena gak ada yang
perlu ditutupi dan yang lebih penting polemik tidak
berlarut juga fitnah segera berakhir . . .
syukur-syukur dari fee konsultasi tersebut sebagian
darinya 'dihibahkan' kepada pihak tertentu (IAGI??)
sebagai pihak yang secara meyakinkan dan
sungguh-sungguh telah menyusun dan menerbitkan data
tersebut untuk kepentingan umum . . . hingga bisa
digunakan sebagai pijakan yang valid untuk melakukan
negosiasi. Pekerjaan halal berdasarkan sumber yang
halal dan dilakukan secara halal insya Alloh  . . .
barokah. Wallohu alam bishowab. 

TJ

--- Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> Yang bikin susah itu dengan adanya sebutan OKNUM.
> Kenapa ngga bilang saja orangnya. Dan kalau dibaca
> ulang sebutan itu
> bukan dari Republika. Tetapi dari sumber di Dinas
> ESDM, jadi yg tahu
> atau yg menunjuk hidung itu petugas dinas ESDMnya.
> 
> Jadi aku yakin PP-IAGI ngga bisa mencari nama
> "oknum" dari Republika.
> 
> start quote ---
> Pasalnya, data kandungan Migas yang digunakan
> sebagai acuan pembagian PI,
> ialah data dari "oknum" Ikatan Ahli Geologi
> Indonesia (IAGI), yang kenyataan
> di lapangannya berlainan.
> 
> Sumber di Dinas ESDM Jatim, menyebutkan bahwa oknum
> IAGI tersebut, berperan
> sebagai 'calo'. Data versi IAGI itu, dijual kepada
> Pemkab Bojonegoro, Blora
> maupun Pemprop Jatim serta Jateng. "Ya tentunya
> tidak gratis, oknum itu
> diduga mendapat 'imbalan' miliaran rupiah. Pasalnya
> imbalan diminta dari
> empat pihak, yaitu Pemkab Bojonegoro, Blora maupun
> Pemprop Jatim dan
> Jateng," ucapnya.
> --- end quote
> 
> 
> 
> On 9/13/06, Sukmandaru Prihatmoko
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> > Wah.... makin kesini kok opininya mengarah ke
> ..... bahwa "oknum' yg disebut
> > Republika adalah ADB.
> >
> > Apakah pp-iagi sudah mendapatkan jawaban dari
> Republika siapa gerangan
> > "oknum" ini, ataukah ini akan jadi rahasia
> Republika selamanya. Gimana ya
> > hasil meeting pp lama vs pp baru??
> >
> > Saya pikir, apapun hasil meeting dan
> investigasinya, iagi tetap harus
> > membuat klarifikasi (mamakai hak jawab) ke
> Republika, spt saran Abah Yanto.
> >
> > Salam - Daru
> >
>

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

---------------------------------------------------------------------
-----  PIT IAGI ke 35 di Pekanbaru
-----  Call For Papers until 26 May 2006             
-----  Submit to: [EMAIL PROTECTED]    
---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke