Terimakasih atas sosialisasi hasil diskusi yang sangat menarik ini,
 
Sungguh suatu keberuntungan bagi saya, bisa menghadiri acara diskusi yang 
sangat meriah dan memberikan warna baru mengenai permasalahan situ ini .. 
mudah-mudahan wacana mengenai geologi teknik akan semakin membumi di masa 
mendatang... :))
 
Sayang saya hanya bisa menghadiri acara ini hingga pk 17.00 dan tidak dapat 
hadir pada acara diskusi, kalau belum terlambat saya sebenarnya mempunyai 
pertanyaan mengenai pernyataan berikut :
 
** Adanya erosi buluh (piping erosion) di kaki tanggul perlu dikaji lebih 
lanjut, karena adanya endapat situ yang cukup tebal (mencapai > 0,5 m) dibagian 
paling hulu kemungkinan dapat menjadi penghalang alamiah (natural clay blanket) 
terbentuknya erosi ini, meskipun batuan dasar tanggul tersusun atas pasir yang 
relatif tidak kompak (kekompakan buruk) dan rentan terhadap erosi.**
 
Fungsi 'natural clay blanket (ncb)' ini sebenarnya bisa teramati pada kondisi 
muka airtanah bebas di bagian hulu lokasi situ. Jika memang ada laporan dari 
penduduk mengenai kenaikan m.a.t. pada sumur2 unconfined yang signifikan 
pada saat-saat sebelum kejadian, hal ini bisa menjadi indikasi 
dari ada/tidaknya 'ncb' ini.
 
Mudah-mudahan ada yang bisa memberikan pencerahan atau data m.a.t pada 
saat-saat sebelum kejadian...
 
 
Selamat ULTAH IAGI
Fajar (2448)


Imam A. Sadisun <i...@gc.itb.ac.id> sudah menulis:


Rekan-Rekan IAGI ysh.

Acara "Diskusi Terbatas IAGI tentang Keruntuhan Tanggul Situ Gintung"
telah terlaksana dengan baik dan lancar (di Auditorium Museum Geologi,
Badan Geologi, Bandung, 7 April 2009). Acara ini ternyata cukup banyak
mendapat perhatian dari para anggota IAGI, bukan hanya yang berada di
Bandung, tercatat beberapa Rekan dari Jakarta dan Semarang juga hadir.
Acara didahului oleh sambutan Sekretaris Badan Geologi dan Sekjen IAGI.
Antusiasme peserta untuk berdiskusi sangat tinggi, sehingga acara yang
semula direncanakan berakhir jam 5 sore, “terpaksa” diperpanjang sampai
jam 6 sore. Sebagai pembicara dalam acara ini adalah :

- Adisuryo Abdillah (Balai Bendungan – PU), yang menjelaskan hasil kajian
awal gelogi teknik terhadap keruntuhan tanggul Situ Gintung
- Aldrin Tohari (Geoteknologi – LIPI), yang telah menyampaikan data dan
informasi lapangan setelah keruntuhan tanggul Situ Gintung, serta
menjelaskan mekanisme runtuhnya tanggul tersebut.
- Alwin Darmawan (Pusat Lingkungan Geologi – Badan Geologi), yang mengulas
aspek tata ruang atas kejadian bencana Situ Gintung
- Herry Purnomo (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi – Badan
Geologi) yang memaparkan hasil penyelidikan dan evaluasi kejadian bencana
Situ Gintung
- Imam A. Sadisun (Teknik Geologi FITB – ITB), yang menjelaskan berbagai
dugaan penyebab keruntuhan tanggul Situ Gintung

Sayang sekali Sotopo Purwo Nugroho (Mitigasi Bencana – BPPT) tidak dapat
hadir dalam acara diskusi ini, yang semula diharapkan bisa membahas
faktor-faktor penyebab jebolnya tanggul Situ Gintung, terutama berdasarkan
dokumentasi sebelum kejadian bencana.

Beberapa hal penting dari hasil diskusi ini antara lain :

- Tanggul Situ Gintung merupakan pada mulanya merupakan salah satu jenis
situ yang terbentuk secara alamiah. Tanggul dibuat dengan tujuan untuk
meningkatkan volume genangan, berupa urugan tanah laterit lempung lanauan
yang dipadatkan (earth dam), berwarna coklat kemerahan, plastisitas sedang
- tinggi, konsistensi kaku-sangat kaku, dengan jejak lapisan pemadatan
yang masih dapat diamati di lapangan (meskipun tidak begitu jelas).

- Batuan dasar tanggul Situ Gintung berupa endapan aluvial volkanik
Kuarter, terutama terdiri dari batupasir kerikilan, berwarna coklat -
coklat keabuan, berlapis baik, dengan arah perlapisan yang cukup
bervareasi dan beberapa indikasi adanya struktur cross bedding diantara
perlapisan tersebut.

- Berbagai data dan informasi telah mengindikasikan faktor-faktor penyebab
keruntuhan tanggul (dam failure) Situ Gintung, yaitu :
** Erosi di kaki tanggul bagian hilir (downstream), baik oleh rembesan air
yang keluar dari badan tanggul maupun oleh limpahan air dalam kondisi
genangan air melebihi level maksimumnya (overtopping).
** Overtopping akibat kenaikan air yang relatif cepat dan dalam volume air
cukup besar menyebabkan erosi di kaki tanggul semakin parah, terutama oleh
adanya proses bottom scouring pada bagian tersebut.
** Adanya erosi buluh (piping erosion) di kaki tanggul perlu dikaji lebih
lanjut, karena adanya endapat situ yang cukup tebal (mencapai > 0,5 m) di
bagian paling hulu kemungkinan dapat menjadi penghalang alamiah (natural
clay blanket) terbentuknya erosi ini, meskipun batuan dasar tanggul
tersusun atas pasir yang relatif tidak kompak (kekompakan buruk) dan
rentan terhadap erosi.

- Faktor-faktor di atas diperparah oleh :
** Curah hujan yang sangat tinggi sebelum terjadinya keruntuhan tanggul,
mengakibatkan proses overtopping yang tidak hanya melewati saluran
pelimpah (spillway), namun juga melewati mercu tanggul, sementara  pintu 
air  pembuang (outlet) tidak berfungsi sama sekali.
** Level maksimum genangan akan lebih mudah tercapai karena oleh adanya
pendangkalan situ yang berakibat pada berkurangnya kemampuan/daya
tampungnya.
** Badan tanggul telah mengalami kerusakan karena sebagian lereng hilir
digali (di sebelah kiri spillway) dan selanjutnya dibangun rumah. Galian
tersebut bahkan membentuk lereng tegak (vertikal) dengan ketinggian
bervariasi mulai 1 m - 2 m.

- Mekanisme keruntuhan tanggul berupa retrogressive failure, diawali oleh
adanya keruntuhan (failure) di kaki tanggul bagian hilir (downstream),
yang terus berkembang ke atas sepanjang spillway dan menyebabkan adanya
longsoran yang lebih besar lagi hingga pada akhirnya keseluruhan badan
tanggul di sekitar konstruksi spillway tersebut runtuh.

- Adanya alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan permukiman,
terutama di bagian hilir (tanggul) situ, mengakibatkan bencana yang sangat
dasyat. Alih fungsi lahan melanggar ketentuan kawasan perlindungan
setempat untuk kawasan sekitar danau atau waduk, yaitu daratan berkisar
antara 50-100 m dari titik pasang air tertinggi.

Hasil-hasil ini akan terus dikembangkan dan dirumuskan secara lebih baik
lagi (termasuk rekomendasi) menjadi suatu “Kontribusi IAGI terhadap
Peristiwa Keruntuhan Tanggul Situ Gintung” dan segera akan disampaikan
kepada pihak-pihak terkait. Terima kasih atas atensi dan kepedualian
Rekan-Rekan IAGI atas peristiwa keruntuhan tanggul Situ Gintung ini.
Tambahan masukan, pemikiran dan ide-ide lain masih terus dinanti.

Salam,
Imam A. Sadisun [www.sadisun.enggeol.org]
Ketua Divisi Geologi Rekayasa – IAGI 2009-2011




      

Kirim email ke