>Kalau dibandingkan dengan yang dari India dan Philipina bagaimana Pak. >Banyak lho expertise mereka yang bersedia dibayar murah. > >Salam >Syafri > > >"Z. Nurzaman" <[EMAIL PROTECTED]> on 02/21/2003 11:36:15 AM >Pak Witan dll. > >Jangan takut keserobot, soalnya standar gaji di Indonesia masih terlalu >rendah dibanding di luar, sang expat akan miris dengan gaji tersebut, >kecuali expatnya dari Myanmar :-) > >Cheers >Zamzam
Saya kok kadang malah sedih kalo mendengar adanya kekawatiran kehilangan pekerjaan karena ada orang lain (pesaing) yg mau digaji lebih murah. Bukan ini yang mustinya dikhawatirkan !! Kalo aku sangat yakin bahwa "gaji" (income) identik atau lebih berkorelasi kuat dengan 'standard hidup', maka saya akan mencari mencari standard hidup yang lebih tinggi tentunya --> itu baru namanya kemajuan ! Berhasil mendapatkan pekerjaan namun dengan cara menurunkan sandard gaji menurutku suatu kemunduran ! --> Ini yang musti dihindari. Jadi jangan takut dengan standard gaji pekerja dari luar, standard gaji bule yang ada sekarang ini yang musti dikejar !! Tingkat kesejahteraan masyarakat di dunia manapun saat ini (yg paling mudah) dilihat dari tolok ukur "income !". itu jelas sekali. Negara-negara kaya tentun karena dihiasi dengan income rakyatnya yang cukup tinggi. Jaman kita hidup "saat ini" yg dihargai dimana-mana .... jujur sajah lah masih ada dibilik kecil, dicelah batin ini perasaan minder dengan si bule .... lebih banyak dalam hal --> materi. Walopun disisi lain ada "intangible income" yg sebut saja --> "hikmah" dengan memperoleh pekerjaan yang memang disukai, dengan pengalaman yang diperoleh, dengan CV yg cukup canggih. Namun tolok ukur hikmah ini hanyalah "virtual", tidak nyata dan sangat sulit dijadikan patokan. Dan bahkan seringkali yg terjadi adalah karena kecilnya income materi ini justru akhirnya menimbulkan dengki kecil yg meruntuhkan hikmah yg awalnya sudah dibangun, sayang sekali kan ? Lah kalo kita khawatir karena "kualitas profesinya" yg lebih rendah untuk bersaing --> itu yang lebih pas ! Beratri kita musti meningkatkan daya saing dengan bekerja, berlatih dan belajar secara "lebih" dari biasanya. Dan ini akan bersama-sama meningkatkan taraf hidup yg sejalan dengan meningkatnya standart keprofesiannya. Aku tentunya tidak bermaksud mengajak materialistis (an sich) tapi mustinya ya jangan melupakan hal-hal yang realistis dalam menjalani kehidupan ini. Emang ada yg mau dibodohi lagi dengan digaji pakai hikmah ? ... kesenengan investor deh :-) 'memang uang bukan segalanya kan masih ada mastercard, visa dan atm bca ... upst !' have a nice week end RDP duh, diajak sugih wae kok engel men si' 8-) --------------------------------------------------------------------- To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) ---------------------------------------------------------------------