Re: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi

2012-11-11 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Rekan rekan

Secara legal , saya kira dapat dikatakan bahwa ini adalah risiko bisis , akan 
tetap kalai kita melihatnya dari segi profesional maka diperlukan langkah 
berikut :

1. Apakah ahli yang melakukan studi dan memberikan rekomendasi adalah seorang 
profesional yang memiliki dan memang merupakan praktisi dibidang ini (dalam 
makahal ini CBM).
2. Apakah laporan atau feasibility study yang disdorkan kepada investor 
memenuhi kaidah ilmu yang umum diterima dalan kalangan praktisi .
3. Apakah antara  data dan rekomendasi yang diajukan secara teknis wajar ???

Sebenarnya apabila yang melakukan studi tb adalah anggota IAGI ,"pelanggaran" 
yang dilakukannya sudah dapat "diadili" oleh Dewan Kehormatan IAGI berdasarkan 
Kode Etik IAGI.
Apabila ternyata ybs melakukan hal hal yang tidak sesuai dengan kaidah teknis , 
maka IAGI dapat memberikan hukuman umpamanya pemecatan  , pengumuman ybs 
dikhalayak profesioanal dsb.

Rekomendasi IAGI dapat dipakai oleh Perusahaan yang merasa dirugikan untuk 
melakukan tuntutan perdata kepengadilan.

Saya kira itulah hadirnya Kode Etik IAGI sebagai salah satu pelaksanaan fungsi 
IAGI sebagai mana ditulis dalam AD /ART IAGI.

si Abah


 From noor syarifuddin 
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, November 11, 2012 9:48 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi
 

Indeed, seharusnyalah IAGI dan anggotanya cukup kritis terhadap angka2 
perkiraan resources maupun cadangan...
Saya melihat bukan di CBM saja, waktu diskusi Mahakam ada juga yg omong samgat 
bombastis ttg residual mahakam post 2017

Salam, 




 From:  abacht...@cbn.net.id ; 
To:  ; 
Subject:  [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi 
Sent:  Sun, Nov 11, 2012 1:30:15 AM 
 

nDang, I need your opinion. Perusahaan asing yg minta pendapat saya sbg 
konsultan independen ttg potentiality & risk blok CBM-nya itu (yg pernah saya 
ingatkan daerah situ ga ada batubaranya, kalupun ada pasti gak komersial): skrg 
malah nanya: kalau mau nuntut ("sue") siapa ya yg bisa kita tuntut? Krn mrk 
merasa "ditipu" oleh perguruan tinggi pertama yg mengusulkan blok CBM ke mrk, 
kemudian merasa "ditipu" juga oleh pemerintah yg memverifikasi hasil 
joint-study yg mrk biayai yg dilakukan oleh perguruan tinggi kedua, dan yg 
terakhir merasa wakil2 pemerintah yg ngawasi rencana dan pelaksanaan pemboran 
eksplorasi sumur2 CBM-nyapun kayaknya membiarkan saja mrk meresikokan uang 
sampai 15juta dollar u/ngebor dsb, pdhl harusnya mrk ngerti juga-lah bhw daerah 
itu tdk prospek. Selain bingung mau nuntut siapa, mrk juga bingung mau ngapain 
lagi dg blok yg mrk punya. Lha wong sdh gak ada apa2nya.

Wah, kalau nuntut secara hukum ya nggak bisalah, pak. Harusnya pengusaha asing 
itu juga sdh mengerti: begitulah resiko eksplorasi. Bisa ilang samasekali duit 
15juta dollar plus plus gak kembali. Meskipun itu menyangkut CBM yg bukan 
konvensional oil-gas yg lebih beresiko lagi. Mestinya khan mrk juga punya 
explorationist sendiri yg mempertimbangkan semua resiko venture-nya secara 
lebih hati2, bukan sekedar modal duit dan menganggap ini semua spt dagang sapi 
- sapinya ada tinggal dibeli, disembelih dan dijual lagi dpt untung rejeki.

Tapi bagaimanapun juga, nDang, sangat disayangkan kenapa koq dengan data yg 
sama2 menunjukkan batubara di atas dan di bawah tanah-nya itu hanya beberapa 
seam tipis: para pengusul, para pen-studi dan panel pem-verifikasi koq 
menyimpulkan CBM-nya cadangannya besarnya luar biasa sekali? Malah dg terang2an 
mrk memakai density 1.8 s/d 2.0 untuk menghitung volume batubara yg mana 
menurut saya itu sudah
 keterlaluan gak professional-nya: membesar-besarkan angka potensi. Khan 
harusnya pakai 1.3-an lah density. Belum lagi ketebalan yg direkayasa jauh 
lebih besar dr data yg ada tanpa alasan yg jelas sama sekali.

Wah, kalau masalah yg spt itu, pak: ini yg ke-4 yg saya temui. Jangan heran 
kalau sejak bbrp tahun terakhir ini banyak berkeliaran professional (kadang dg 
label akademisi) yg membuat analisis blok2 u/oil&gas dan juga CBM (dan sebentar 
lagi shale gas) untuk kemudian ditawarkan - dijual ke calon2 investor yg 
termakan oleh iming2 jumlah "cadangan" yg dibikin besar sekali (bahkan tdk tahu 
beda sumberdaya dg cadangan dan berbagai skenario penamaannya yg tdk pasti). 
Kemudian stlah sang investor yg umumnya tdk berlatarbelakang oilgas E&P itu 
yakin diajaklah mrk melakukan - membiayai joint study, dst dst sampai akhirnya 
nanti diverifikasi - disetujui oleh pemerintah u/jadi blok yg ditawarkan dg 
skema "direct-offer" bukan "open tender".
 Padahal blok2 yg ditawarkan itu juga nggak nambah data apapun selain pembaruan 
peta2 lead-prospek dr kumpeni2 terdahulu atau bahkan dibikin lead-prospek baru 
dg data baru yg didapat dr "pasar gelap" yg pemerintah juga gak punya inventori.

Bagi sebagian pihak di pemerintahan: performance mrk dinilai dr berapa 

Re: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi

2012-11-11 Terurut Topik noor syarifuddin
Ya secra teori harusnya ada proses itu sblm bidding, karena isi bid khan 
terserah masing2 perusahaan sesuai dgn pemahaman mereka masing2..
Tapi memang soal JS ini tiga kategori:
- perusahaan yg gak nganggep hasil jS dan melakukan study sdr, jd JS hanya 
formalitas
- perusahaan yg mencoba terlibat dlm proses JS tapi juga melakukan study 
pembanding
- perusahaan yg pasrah bongkokan dan percaya hsl JS sbg acuan bisnis...

Saya kira kasus yg terakhir banyak terjadi di prshaan pemula yg tdk paham 
bisnis migas...


Salam

Re: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi

2012-11-11 Terurut Topik liamsi
Ikutan nimbrung thd Resiko Ekplorasi ini ,
Kalau di Ekplorasi Geothermal sekarang ada mekanisme mitigasi
Resiko Ekplorasi ini termasuk Penyediaan dananya ( dana
pinjaman lunak ). Lha anehnya justru pengelolaanya bukan di
ESDM ( padahal masalah eklporasi itu domainya ESDM to
sakjane...) tapi di Departemen Keuangan.
baru baru ini ada Peraturan Menteri Keuangan N0.03/PMK.011/2012
tentang penyediaan  Dana Geothermal untuk memitigasi Resiko
ekplorasi , Dana ini bisa dipakai oleh Pemda ( yg akan
menyiapkan WKP ) atau Perusahaan yg sdh punya IUP ( memenangkan
tender WKP ) untuk melakukan ekplorasi.Disini sudah diatur kegiatan ekplorasi 
apa saja yg didanai dg
dana ini yaitu : Survai rici G&G , survai MT , pengeboran
dangkal/landaian suhu dan pengeboran ekplorasi.Disini juga diatur siapa yang 
boleh melakukan pekerjaan
ekplorasi tsb ( tidak sembarangan konsultan / PT dapat
melakukan ekplorasi tsb ), perusahaan/institusi yg ditunjuk
untuk melakukan ekplorasi tsb sdh mempunyai reputasi ( ini akan
ditentukan oleh Dept Keuangan ) shg nantinya hasilnya ( data
ekplorasi ) dapat dipertanggung jawabkan, Dana yg disediakan
kira kira 30 juta USD per WK.
Sebetulnya di Migas dan Geothermal ini hampir sama ( semua
diatur dalam UU nya ) , Pemerintah menyiapkan Wilayah Kerja /WK
( karena pemerintah tentunya dananya disediakan oleh APBN ), 
Untuk Menyiapkan WK tsb dilakukan Survai Umum ( Migas ) atau
Studi Pendahuluan ( Geothermal ), ini bisa dilakuan sendiri (
oleh pemerintah ) atau diberikan Ijin/penugasan kpd pihak lain
( Perusahaan yg berminat),
karena ada Dana sdh tersedia ( APBN ) dan Ada Kewenangan untuk
melaksanakan Survai Umum/ studi pendahuluan ( ada di UU nya ,
lha kan pemerintah itu pelaksana UU ) maka ya yg penting
jalankan dulu shg banyak WK yg ditetapkan , apakah WK ini
"layak" untuk diteruskan ( ditawarkan ) , itu soal lain

ISM


> Selain soal tehnis, kita juga mesti mengrti soal hukum.
> Kalau saja akan ada tuntut menuntut.
> Itulah sebabnya didalam setiap survey logging atau survey
> apapun selalu
> ada "disclaimers". Sebagai sebuah klaisul escape yg selalu
> saja
> dilakukaoleh perusahaan-2 asing yg selama ini juga sudah
> diakui oleh kontraktor2 itu sendiri.
> Dari kacamata professionalism, bukan hasil akan ada atau
> tidak adanya setelah dilakukan uji pengeboran, tetapi yg
> lebih penting apakah kesimpulan yg diambil sudah menggunakan
> kaidah keilmuan yg diakui. Diketahuinya sebuah prospek itu
> dry atau discovery selalu saja setelah dilakukan uji
> pengeboran dan pengetesan. Namun jelas tidak bisa (belum
> bisa) menggunakan hasil pengeboran utk melakukan tuntutan.
> Kalau kegagalan eksplorasi trus dianggep pelanggaran hukum
> wharakadah 
> Kecuali penipuan data, data manipulation, seperti yg terjadi
> di busang dsb saya kira tidak dapat serta merta menyatakan
> bahwa usulan yg salah atau kesimpulan yg keliru dari sebuah
> penelitian dipakai sebagai tuduhan tindakan penipuan.
>
> Just my 2c
>
> Rdp
>
> On Sunday, November 11, 2012, wrote:
>
>> nDang, I need your opinion. Perusahaan asing yg minta
>> pendapat saya sbg konsultan independen ttg potentiality &
>> risk blok CBM-nya itu (yg pernah saya ingatkan daerah situ
>> ga ada batubaranya, kalupun ada pasti gak komersial): skrg
>> malah nanya: kalau mau nuntut ("sue") siapa ya yg bisa kita
>> tuntut? Krn mrk merasa "ditipu" oleh perguruan tinggi
>> pertama yg mengusulkan blok CBM ke mrk, kemudian merasa
>> "ditipu" juga oleh pemerintah yg memverifikasi hasil
>> joint-study yg mrk biayai yg dilakukan oleh perguruan
>> tinggi kedua, dan yg terakhir merasa wakil2 pemerintah yg
>> ngawasi rencana dan pelaksanaan pemboran eksplorasi sumur2
>> CBM-nyapun kayaknya membiarkan saja mrk meresikokan uang
>> sampai 15juta dollar u/ngebor dsb, pdhl harusnya mrk ngerti
>> juga-lah bhw daerah itu tdk prospek. Selain bingung mau
>> nuntut siapa, mrk juga bingung mau ngapain lagi dg blok yg
>> mrk punya. Lha wong sdh gak ada apa2nya.
>>
>> Wah, kalau nuntut secara hukum ya nggak bisalah, pak.
>> Harusnya pengusaha asing itu juga sdh mengerti: begitulah
>> resiko eksplorasi. Bisa ilang samasekali duit 15juta dollar
>> plus plus gak kembali. Meskipun itu menyangkut CBM yg bukan
>> konvensional oil-gas yg lebih beresiko lagi. Mestinya khan
>> mrk juga punya explorationist sendiri yg mempertimbangkan
>> semua resiko venture-nya secara lebih hati2, bukan sekedar
>> modal duit dan menganggap ini semua spt dagang sapi -
>> sapinya ada tinggal dibeli, disembelih dan dijual lagi dpt
>> untung rejeki.
>>
>> Tapi bagaimanapun juga, nDang, sangat disayangkan kenapa
>> koq dengan data yg sama2 menunjukkan batubara di atas dan
>> di bawah tanah-nya itu hanya beberapa seam tipis: para
>> pengusul, para pen-studi dan panel pem-verifikasi koq
>> menyimpulkan CBM-nya cadangannya besarnya luar biasa
>> sekali? Malah dg terang2an mrk memakai density 1.8 s/d 2.0
>> untuk menghitung volume batubara yg mana menurut saya itu
>> sudah keterlaluan gak professional-nya: membesar-besarkan

Re: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi

2012-11-11 Terurut Topik puluh . rianto
Iya betul.
Lebih pas dianalogikan dengan sewa mobil...
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: 
Date: Sun, 11 Nov 2012 20:13:05 
To: 
Reply-To: 
Subject: Re: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi
Mungkin lebih pasnya bukan jual beli mobil tapi sewa
menyewa/kontrak mobil.Kebetulan mobilnya Plat merah yg disewakan supaya 
menghasilkan
uang, dalam sewa menyewa ini ada aturan yaitu penyewa
menanggung semua  resiko kalau terjadi sesuatu termasuk tidak
ada penumpang shg tdk ada penghasilan, baru kalau ada untung 
dibagi dua penyewa dan pemilik mobil.Disisi lain Pemilik mobil ini diharuskan 
menyiapkan mobil tsb
supaya "layak" sewa , tapi kalau ternyata mobil tsb tidak laik
jalan bahkan mencelakaan penyewa ( boro boro dapat untung ), si
pemilik ini tidak menaggung apapun( enek juga ya pemilik
mobil ini, shg si pemilik bisa semaunya cari montir atau
bengkel untuk menyiapkan mobil sewaan tsb tanpa dilihat
kualifikasinya ).Disini seharusnya Penyewa sudah sadar/tahu betul sejak awal
bagaimana aturan di sewa menyewa / kontrak mobil plat merah
tsb,karena resiko ada dipenyewa.shg jangan percaya 100%
kalau mobil tsb telah dinyatakan layak/laik jalan oleh
pemiliknya
ISM




> Sekedar mencoba memahami permasalah ini, dengan analogi jual
> beli mobil bekas (??)

> Membeli mobil bekas tentu resikonya lebih tinggi dari mobil
> baru. Khususnya mobil bekas dari wilayah yg pemakaiannya
> dikenal secara umum sering overload, service tidak teratur
> oleh pemakai, bekas taxi, dll. Itu semua sudah harus
> diperhitungkan resikonya oleh pembeli (investor).

> Tapi yg dipermasalahkan bukan resiko yg itu. Yg
> dipermasalahkan adalah Resiko akibat manipulasi atas
> informasi mobil bekas itu, misal kilometer diturunkan supaya
> kelihatan belum lama dipakai, buku service dihilangkan
> supaya tdk dapat dilacak riwayatnya, dll)

> Praktek semacam itu, di negara lain bisa dipidana... Sebagai
> bentuk perlindungan pemerintah atas konsumen (investor).
> Mungkin itu ya yg dipermasalahkan... Kenapa disini praktek
> spt itu "sepertinya" dibiarkan terjadi (oleh pemerintah)?
> Tidak ada aturan yg jelas, tidak ada sangsi...

> Itu mungkin membuat investor merasa tertipu...
>
> Note: Disclaimer bisa dilakukan untuk menghindari dari
> tuntutan hukum, sepanjang tidak ada (kesengajaan) manipulasi
> informasi didalamnya.

> Atau jangan2, kita mesti kasih tahu investor bahwa Resiko2
> (teknis dan non teknis = resiko eksplorasi dan resiko
> bisnis) itu sudah harus diperhitungkan/siap ditanggung
> investor kalo usaha disini?

> (Termasuk dalam resiko bisnis adalah ketidakakuratan
> informasi entah disengaja atau tidak, meskipun sudah
> diverifikasi oleh siapapun lembaganya).

> Entahlah apakah analoginya tepat utk menggambarkannya...
>
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -Original Message-----
> From: Rovicky Dwi Putrohari 
> Date: Sun, 11 Nov 2012 16:05:17
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Reply-To: 
> Subject: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi
> Selain soal tehnis, kita juga mesti mengrti soal hukum.
> Kalau saja akan ada
 tuntut menuntut.
> Itulah sebabnya didalam setiap survey logging atau survey
> apapun selalu
> ada "disclaimers". Sebagai sebuah klaisul escape yg selalu
> saja
> dilakukaoleh perusahaan-2 asing yg selama ini juga sudah
> diakui oleh
 kontraktor2 itu sendiri.
> Dari kacamata professionalism, bukan hasil akan ada atau
> tidak adanya
 setelah dilakukan uji pengeboran, tetapi yg
> lebih penting apakah kesimpulan
 yg diambil sudah
> menggunakan kaidah keilmuan yg diakui. Diketahuinya sebuah
> prospek itu dry atau discovery selalu saja setelah dilakukan
> uji pengeboran
 dan pengetesan. Namun jelas tidak bisa
> (belum bisa) menggunakan hasil
 pengeboran utk melakukan
> tuntutan. Kalau kegagalan eksplorasi trus dianggep
> pelanggaran hukum wharakadah 
> Kecuali penipuan data, data manipulation, seperti yg terjadi
> di busang dsb
 saya kira tidak dapat serta merta menyatakan
> bahwa usulan yg salah atau
 kesimpulan yg keliru dari sebuah
> penelitian dipakai sebagai tuduhan
 tindakan penipuan.
>
> Just my 2c
>
> Rdp
>
> On Sunday, November 11, 2012, wrote:
>
>> nDang, I need your opinion. Perusahaan asing yg minta
>> pendapat saya sbg
 konsultan independen ttg potentiality &
>> risk blok CBM-nya itu (yg pernah
 saya ingatkan daerah situ
>> ga ada batubaranya, kalupun ada pasti gak
 komersial): skrg
>> malah nanya: kalau mau nuntut ("sue") siapa ya yg bisa
>> kita tuntut? Krn mrk merasa "ditipu" oleh perguruan tinggi
>> pertama yg
 mengusulkan blok CBM ke mrk, kemudian merasa
>> "ditipu" juga oleh pemerintah
 yg memverifikasi hasil
>> joint-study yg mrk biayai yg dilakukan oleh
 perguruan
>>

Re: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi

2012-11-11 Terurut Topik liamsi
Mungkin lebih pasnya bukan jual beli mobil tapi sewa
menyewa/kontrak mobil.Kebetulan mobilnya Plat merah yg disewakan supaya 
menghasilkan
uang, dalam sewa menyewa ini ada aturan yaitu penyewa
menanggung semua  resiko kalau terjadi sesuatu termasuk tidak
ada penumpang shg tdk ada penghasilan, baru kalau ada untung 
dibagi dua penyewa dan pemilik mobil.Disisi lain Pemilik mobil ini diharuskan 
menyiapkan mobil tsb
supaya "layak" sewa , tapi kalau ternyata mobil tsb tidak laik
jalan bahkan mencelakaan penyewa ( boro boro dapat untung ), si
pemilik ini tidak menaggung apapun( enek juga ya pemilik
mobil ini, shg si pemilik bisa semaunya cari montir atau
bengkel untuk menyiapkan mobil sewaan tsb tanpa dilihat
kualifikasinya ).Disini seharusnya Penyewa sudah sadar/tahu betul sejak awal
bagaimana aturan di sewa menyewa / kontrak mobil plat merah
tsb,karena resiko ada dipenyewa.shg jangan percaya 100%
kalau mobil tsb telah dinyatakan layak/laik jalan oleh
pemiliknya
ISM




> Sekedar mencoba memahami permasalah ini, dengan analogi jual
> beli mobil bekas (??)

> Membeli mobil bekas tentu resikonya lebih tinggi dari mobil
> baru. Khususnya mobil bekas dari wilayah yg pemakaiannya
> dikenal secara umum sering overload, service tidak teratur
> oleh pemakai, bekas taxi, dll. Itu semua sudah harus
> diperhitungkan resikonya oleh pembeli (investor).

> Tapi yg dipermasalahkan bukan resiko yg itu. Yg
> dipermasalahkan adalah Resiko akibat manipulasi atas
> informasi mobil bekas itu, misal kilometer diturunkan supaya
> kelihatan belum lama dipakai, buku service dihilangkan
> supaya tdk dapat dilacak riwayatnya, dll)

> Praktek semacam itu, di negara lain bisa dipidana... Sebagai
> bentuk perlindungan pemerintah atas konsumen (investor).
> Mungkin itu ya yg dipermasalahkan... Kenapa disini praktek
> spt itu "sepertinya" dibiarkan terjadi (oleh pemerintah)?
> Tidak ada aturan yg jelas, tidak ada sangsi...

> Itu mungkin membuat investor merasa tertipu...
>
> Note: Disclaimer bisa dilakukan untuk menghindari dari
> tuntutan hukum, sepanjang tidak ada (kesengajaan) manipulasi
> informasi didalamnya.

> Atau jangan2, kita mesti kasih tahu investor bahwa Resiko2
> (teknis dan non teknis = resiko eksplorasi dan resiko
> bisnis) itu sudah harus diperhitungkan/siap ditanggung
> investor kalo usaha disini?

> (Termasuk dalam resiko bisnis adalah ketidakakuratan
> informasi entah disengaja atau tidak, meskipun sudah
> diverifikasi oleh siapapun lembaganya).

> Entahlah apakah analoginya tepat utk menggambarkannya...
>
>
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
>
> -Original Message-----
> From: Rovicky Dwi Putrohari 
> Date: Sun, 11 Nov 2012 16:05:17
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Reply-To: 
> Subject: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi
> Selain soal tehnis, kita juga mesti mengrti soal hukum.
> Kalau saja akan ada
 tuntut menuntut.
> Itulah sebabnya didalam setiap survey logging atau survey
> apapun selalu
> ada "disclaimers". Sebagai sebuah klaisul escape yg selalu
> saja
> dilakukaoleh perusahaan-2 asing yg selama ini juga sudah
> diakui oleh
 kontraktor2 itu sendiri.
> Dari kacamata professionalism, bukan hasil akan ada atau
> tidak adanya
 setelah dilakukan uji pengeboran, tetapi yg
> lebih penting apakah kesimpulan
 yg diambil sudah
> menggunakan kaidah keilmuan yg diakui. Diketahuinya sebuah
> prospek itu dry atau discovery selalu saja setelah dilakukan
> uji pengeboran
 dan pengetesan. Namun jelas tidak bisa
> (belum bisa) menggunakan hasil
 pengeboran utk melakukan
> tuntutan. Kalau kegagalan eksplorasi trus dianggep
> pelanggaran hukum wharakadah 
> Kecuali penipuan data, data manipulation, seperti yg terjadi
> di busang dsb
 saya kira tidak dapat serta merta menyatakan
> bahwa usulan yg salah atau
 kesimpulan yg keliru dari sebuah
> penelitian dipakai sebagai tuduhan
 tindakan penipuan.
>
> Just my 2c
>
> Rdp
>
> On Sunday, November 11, 2012, wrote:
>
>> nDang, I need your opinion. Perusahaan asing yg minta
>> pendapat saya sbg
 konsultan independen ttg potentiality &
>> risk blok CBM-nya itu (yg pernah
 saya ingatkan daerah situ
>> ga ada batubaranya, kalupun ada pasti gak
 komersial): skrg
>> malah nanya: kalau mau nuntut ("sue") siapa ya yg bisa
>> kita tuntut? Krn mrk merasa "ditipu" oleh perguruan tinggi
>> pertama yg
 mengusulkan blok CBM ke mrk, kemudian merasa
>> "ditipu" juga oleh pemerintah
 yg memverifikasi hasil
>> joint-study yg mrk biayai yg dilakukan oleh
 perguruan
>> tinggi kedua, dan yg terakhir merasa wakil2 pemerintah yg
>> ngawasi
 rencana dan pelaksanaan pemboran eksplorasi sumur2
>> CBM-nyapun kayaknya
 membiarkan saja mrk meresikokan uang
>> sampai 15juta

Re: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi

2012-11-11 Terurut Topik puluh . rianto
Sekedar mencoba memahami permasalah ini, dengan analogi jual beli mobil bekas 
(??)

Membeli mobil bekas tentu resikonya lebih tinggi dari mobil baru. Khususnya 
mobil bekas dari wilayah yg pemakaiannya dikenal secara umum sering overload, 
service tidak teratur oleh pemakai, bekas taxi, dll. Itu semua sudah harus 
diperhitungkan resikonya oleh pembeli (investor).

Tapi yg dipermasalahkan bukan resiko yg itu. Yg dipermasalahkan adalah Resiko 
akibat manipulasi atas informasi mobil bekas itu, misal kilometer diturunkan 
supaya kelihatan belum lama dipakai, buku service dihilangkan supaya tdk dapat 
dilacak riwayatnya, dll)

Praktek semacam itu, di negara lain bisa dipidana... Sebagai bentuk 
perlindungan pemerintah atas konsumen (investor). Mungkin itu ya yg 
dipermasalahkan... Kenapa disini praktek spt itu "sepertinya" dibiarkan terjadi 
(oleh pemerintah)? Tidak ada aturan yg jelas, tidak ada sangsi... 

Itu mungkin membuat investor merasa tertipu... 

Note: Disclaimer bisa dilakukan untuk menghindari dari tuntutan hukum, 
sepanjang tidak ada (kesengajaan) manipulasi informasi didalamnya.

Atau jangan2, kita mesti kasih tahu investor bahwa Resiko2 (teknis dan non 
teknis = resiko eksplorasi dan resiko bisnis) itu sudah harus 
diperhitungkan/siap ditanggung investor kalo usaha disini?

(Termasuk dalam resiko bisnis adalah ketidakakuratan informasi entah disengaja 
atau tidak, meskipun sudah diverifikasi oleh siapapun lembaganya).

Entahlah apakah analoginya tepat utk menggambarkannya...


Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari 
Date: Sun, 11 Nov 2012 16:05:17 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi
Selain soal tehnis, kita juga mesti mengrti soal hukum. Kalau saja akan ada
tuntut menuntut.
 Itulah sebabnya didalam setiap survey logging atau survey apapun selalu
ada "disclaimers". Sebagai sebuah klaisul escape yg selalu saja
dilakukaoleh perusahaan-2 asing yg selama ini juga sudah diakui oleh
kontraktor2 itu sendiri.
Dari kacamata professionalism, bukan hasil akan ada atau tidak adanya
setelah dilakukan uji pengeboran, tetapi yg lebih penting apakah kesimpulan
yg diambil sudah menggunakan kaidah keilmuan yg diakui. Diketahuinya sebuah
prospek itu dry atau discovery selalu saja setelah dilakukan uji pengeboran
dan pengetesan. Namun jelas tidak bisa (belum bisa) menggunakan hasil
pengeboran utk melakukan tuntutan. Kalau kegagalan eksplorasi trus dianggep
pelanggaran hukum wharakadah 
Kecuali penipuan data, data manipulation, seperti yg terjadi di busang dsb
saya kira tidak dapat serta merta menyatakan bahwa usulan yg salah atau
kesimpulan yg keliru dari sebuah penelitian dipakai sebagai tuduhan
tindakan penipuan.

Just my 2c

Rdp

On Sunday, November 11, 2012, wrote:

> nDang, I need your opinion. Perusahaan asing yg minta pendapat saya sbg
> konsultan independen ttg potentiality & risk blok CBM-nya itu (yg pernah
> saya ingatkan daerah situ ga ada batubaranya, kalupun ada pasti gak
> komersial): skrg malah nanya: kalau mau nuntut ("sue") siapa ya yg bisa
> kita tuntut? Krn mrk merasa "ditipu" oleh perguruan tinggi pertama yg
> mengusulkan blok CBM ke mrk, kemudian merasa "ditipu" juga oleh pemerintah
> yg memverifikasi hasil joint-study yg mrk biayai yg dilakukan oleh
> perguruan tinggi kedua, dan yg terakhir merasa wakil2 pemerintah yg ngawasi
> rencana dan pelaksanaan pemboran eksplorasi sumur2 CBM-nyapun kayaknya
> membiarkan saja mrk meresikokan uang sampai 15juta dollar u/ngebor dsb,
> pdhl harusnya mrk ngerti juga-lah bhw daerah itu tdk prospek. Selain
> bingung mau nuntut siapa, mrk juga bingung mau ngapain lagi dg blok yg mrk
> punya. Lha wong sdh gak ada apa2nya.
>
> Wah, kalau nuntut secara hukum ya nggak bisalah, pak. Harusnya pengusaha
> asing itu juga sdh mengerti: begitulah resiko eksplorasi. Bisa ilang
> samasekali duit 15juta dollar plus plus gak kembali. Meskipun itu
> menyangkut CBM yg bukan konvensional oil-gas yg lebih beresiko lagi.
> Mestinya khan mrk juga punya explorationist sendiri yg mempertimbangkan
> semua resiko venture-nya secara lebih hati2, bukan sekedar modal duit dan
> menganggap ini semua spt dagang sapi - sapinya ada tinggal dibeli,
> disembelih dan dijual lagi dpt untung rejeki.
>
> Tapi bagaimanapun juga, nDang, sangat disayangkan kenapa koq dengan data
> yg sama2 menunjukkan batubara di atas dan di bawah tanah-nya itu hanya
> beberapa seam tipis: para pengusul, para pen-studi dan panel pem-verifikasi
> koq menyimpulkan CBM-nya cadangannya besarnya luar biasa sekali? Malah dg
> terang2an mrk memakai density 1.8 s/d 2.0 untuk menghitung volume batubara
> yg mana menurut saya itu sudah keterlaluan gak professional-nya:
> membesar-besarkan angka potensi. Khan harusnya pakai 1.3-an lah density.
> Belum lagi ketebalan yg direkayasa jauh lebi

Re: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi

2012-11-11 Terurut Topik aloysunarno
Pengalaman saya: banyak calon investor energy (beginer) bernafsu memenangkan 
new block,ttp tdk memiliki geoscientist permanen akhirnya menyewa 
konsultan.mental konsultan ada profesional ada yg penting dpt fee. Yg terakhir 
ini yg menentukan bernafsu dpt fee konsultan + success fee.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari 
Date: Sun, 11 Nov 2012 16:05:17 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: 
Subject: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi

Selain soal tehnis, kita juga mesti mengrti soal hukum. Kalau saja akan ada
tuntut menuntut.
 Itulah sebabnya didalam setiap survey logging atau survey apapun selalu
ada "disclaimers". Sebagai sebuah klaisul escape yg selalu saja
dilakukaoleh perusahaan-2 asing yg selama ini juga sudah diakui oleh
kontraktor2 itu sendiri.
Dari kacamata professionalism, bukan hasil akan ada atau tidak adanya
setelah dilakukan uji pengeboran, tetapi yg lebih penting apakah kesimpulan
yg diambil sudah menggunakan kaidah keilmuan yg diakui. Diketahuinya sebuah
prospek itu dry atau discovery selalu saja setelah dilakukan uji pengeboran
dan pengetesan. Namun jelas tidak bisa (belum bisa) menggunakan hasil
pengeboran utk melakukan tuntutan. Kalau kegagalan eksplorasi trus dianggep
pelanggaran hukum wharakadah 
Kecuali penipuan data, data manipulation, seperti yg terjadi di busang dsb
saya kira tidak dapat serta merta menyatakan bahwa usulan yg salah atau
kesimpulan yg keliru dari sebuah penelitian dipakai sebagai tuduhan
tindakan penipuan.

Just my 2c

Rdp

On Sunday, November 11, 2012, wrote:

> nDang, I need your opinion. Perusahaan asing yg minta pendapat saya sbg
> konsultan independen ttg potentiality & risk blok CBM-nya itu (yg pernah
> saya ingatkan daerah situ ga ada batubaranya, kalupun ada pasti gak
> komersial): skrg malah nanya: kalau mau nuntut ("sue") siapa ya yg bisa
> kita tuntut? Krn mrk merasa "ditipu" oleh perguruan tinggi pertama yg
> mengusulkan blok CBM ke mrk, kemudian merasa "ditipu" juga oleh pemerintah
> yg memverifikasi hasil joint-study yg mrk biayai yg dilakukan oleh
> perguruan tinggi kedua, dan yg terakhir merasa wakil2 pemerintah yg ngawasi
> rencana dan pelaksanaan pemboran eksplorasi sumur2 CBM-nyapun kayaknya
> membiarkan saja mrk meresikokan uang sampai 15juta dollar u/ngebor dsb,
> pdhl harusnya mrk ngerti juga-lah bhw daerah itu tdk prospek. Selain
> bingung mau nuntut siapa, mrk juga bingung mau ngapain lagi dg blok yg mrk
> punya. Lha wong sdh gak ada apa2nya.
>
> Wah, kalau nuntut secara hukum ya nggak bisalah, pak. Harusnya pengusaha
> asing itu juga sdh mengerti: begitulah resiko eksplorasi. Bisa ilang
> samasekali duit 15juta dollar plus plus gak kembali. Meskipun itu
> menyangkut CBM yg bukan konvensional oil-gas yg lebih beresiko lagi.
> Mestinya khan mrk juga punya explorationist sendiri yg mempertimbangkan
> semua resiko venture-nya secara lebih hati2, bukan sekedar modal duit dan
> menganggap ini semua spt dagang sapi - sapinya ada tinggal dibeli,
> disembelih dan dijual lagi dpt untung rejeki.
>
> Tapi bagaimanapun juga, nDang, sangat disayangkan kenapa koq dengan data
> yg sama2 menunjukkan batubara di atas dan di bawah tanah-nya itu hanya
> beberapa seam tipis: para pengusul, para pen-studi dan panel pem-verifikasi
> koq menyimpulkan CBM-nya cadangannya besarnya luar biasa sekali? Malah dg
> terang2an mrk memakai density 1.8 s/d 2.0 untuk menghitung volume batubara
> yg mana menurut saya itu sudah keterlaluan gak professional-nya:
> membesar-besarkan angka potensi. Khan harusnya pakai 1.3-an lah density.
> Belum lagi ketebalan yg direkayasa jauh lebih besar dr data yg ada tanpa
> alasan yg jelas sama sekali.
>
> Wah, kalau masalah yg spt itu, pak: ini yg ke-4 yg saya temui. Jangan
> heran kalau sejak bbrp tahun terakhir ini banyak berkeliaran professional
> (kadang dg label akademisi) yg membuat analisis blok2 u/oil&gas dan juga
> CBM (dan sebentar lagi shale gas) untuk kemudian ditawarkan - dijual ke
> calon2 investor yg termakan oleh iming2 jumlah "cadangan" yg dibikin besar
> sekali (bahkan tdk tahu beda sumberdaya dg cadangan dan berbagai skenario
> penamaannya yg tdk pasti). Kemudian stlah sang investor yg umumnya tdk
> berlatarbelakang oilgas E&P itu yakin diajaklah mrk melakukan - membiayai
> joint study, dst dst sampai akhirnya nanti diverifikasi - disetujui oleh
> pemerintah u/jadi blok yg ditawarkan dg skema "direct-offer" bukan "open
> tender". Padahal blok2 yg ditawarkan itu juga nggak nambah data apapun
> selain pembaruan peta2 lead-prospek dr kumpeni2 terdahulu atau bahkan
> dibikin lead-prospek baru dg data baru yg didapat dr "pasar gelap" yg
> pemerintah juga gak punya inventori.
>
> Bagi sebagian pihak di pemerintahan:

Re: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi

2012-11-11 Terurut Topik o - musakti
Memangnya klu pakai sistem langsung tunjuk, kumpeni gak boleh mengadakan due 
dilligence sebelum sign kontrak ?


[iagi-net-l] Resiko Eksplorasi

2012-11-11 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Selain soal tehnis, kita juga mesti mengrti soal hukum. Kalau saja akan ada
tuntut menuntut.
 Itulah sebabnya didalam setiap survey logging atau survey apapun selalu
ada "disclaimers". Sebagai sebuah klaisul escape yg selalu saja
dilakukaoleh perusahaan-2 asing yg selama ini juga sudah diakui oleh
kontraktor2 itu sendiri.
Dari kacamata professionalism, bukan hasil akan ada atau tidak adanya
setelah dilakukan uji pengeboran, tetapi yg lebih penting apakah kesimpulan
yg diambil sudah menggunakan kaidah keilmuan yg diakui. Diketahuinya sebuah
prospek itu dry atau discovery selalu saja setelah dilakukan uji pengeboran
dan pengetesan. Namun jelas tidak bisa (belum bisa) menggunakan hasil
pengeboran utk melakukan tuntutan. Kalau kegagalan eksplorasi trus dianggep
pelanggaran hukum wharakadah 
Kecuali penipuan data, data manipulation, seperti yg terjadi di busang dsb
saya kira tidak dapat serta merta menyatakan bahwa usulan yg salah atau
kesimpulan yg keliru dari sebuah penelitian dipakai sebagai tuduhan
tindakan penipuan.

Just my 2c

Rdp

On Sunday, November 11, 2012, wrote:

> nDang, I need your opinion. Perusahaan asing yg minta pendapat saya sbg
> konsultan independen ttg potentiality & risk blok CBM-nya itu (yg pernah
> saya ingatkan daerah situ ga ada batubaranya, kalupun ada pasti gak
> komersial): skrg malah nanya: kalau mau nuntut ("sue") siapa ya yg bisa
> kita tuntut? Krn mrk merasa "ditipu" oleh perguruan tinggi pertama yg
> mengusulkan blok CBM ke mrk, kemudian merasa "ditipu" juga oleh pemerintah
> yg memverifikasi hasil joint-study yg mrk biayai yg dilakukan oleh
> perguruan tinggi kedua, dan yg terakhir merasa wakil2 pemerintah yg ngawasi
> rencana dan pelaksanaan pemboran eksplorasi sumur2 CBM-nyapun kayaknya
> membiarkan saja mrk meresikokan uang sampai 15juta dollar u/ngebor dsb,
> pdhl harusnya mrk ngerti juga-lah bhw daerah itu tdk prospek. Selain
> bingung mau nuntut siapa, mrk juga bingung mau ngapain lagi dg blok yg mrk
> punya. Lha wong sdh gak ada apa2nya.
>
> Wah, kalau nuntut secara hukum ya nggak bisalah, pak. Harusnya pengusaha
> asing itu juga sdh mengerti: begitulah resiko eksplorasi. Bisa ilang
> samasekali duit 15juta dollar plus plus gak kembali. Meskipun itu
> menyangkut CBM yg bukan konvensional oil-gas yg lebih beresiko lagi.
> Mestinya khan mrk juga punya explorationist sendiri yg mempertimbangkan
> semua resiko venture-nya secara lebih hati2, bukan sekedar modal duit dan
> menganggap ini semua spt dagang sapi - sapinya ada tinggal dibeli,
> disembelih dan dijual lagi dpt untung rejeki.
>
> Tapi bagaimanapun juga, nDang, sangat disayangkan kenapa koq dengan data
> yg sama2 menunjukkan batubara di atas dan di bawah tanah-nya itu hanya
> beberapa seam tipis: para pengusul, para pen-studi dan panel pem-verifikasi
> koq menyimpulkan CBM-nya cadangannya besarnya luar biasa sekali? Malah dg
> terang2an mrk memakai density 1.8 s/d 2.0 untuk menghitung volume batubara
> yg mana menurut saya itu sudah keterlaluan gak professional-nya:
> membesar-besarkan angka potensi. Khan harusnya pakai 1.3-an lah density.
> Belum lagi ketebalan yg direkayasa jauh lebih besar dr data yg ada tanpa
> alasan yg jelas sama sekali.
>
> Wah, kalau masalah yg spt itu, pak: ini yg ke-4 yg saya temui. Jangan
> heran kalau sejak bbrp tahun terakhir ini banyak berkeliaran professional
> (kadang dg label akademisi) yg membuat analisis blok2 u/oil&gas dan juga
> CBM (dan sebentar lagi shale gas) untuk kemudian ditawarkan - dijual ke
> calon2 investor yg termakan oleh iming2 jumlah "cadangan" yg dibikin besar
> sekali (bahkan tdk tahu beda sumberdaya dg cadangan dan berbagai skenario
> penamaannya yg tdk pasti). Kemudian stlah sang investor yg umumnya tdk
> berlatarbelakang oilgas E&P itu yakin diajaklah mrk melakukan - membiayai
> joint study, dst dst sampai akhirnya nanti diverifikasi - disetujui oleh
> pemerintah u/jadi blok yg ditawarkan dg skema "direct-offer" bukan "open
> tender". Padahal blok2 yg ditawarkan itu juga nggak nambah data apapun
> selain pembaruan peta2 lead-prospek dr kumpeni2 terdahulu atau bahkan
> dibikin lead-prospek baru dg data baru yg didapat dr "pasar gelap" yg
> pemerintah juga gak punya inventori.
>
> Bagi sebagian pihak di pemerintahan: performance mrk dinilai dr berapa
> banyak bisa jualan blok migas/cbm/shalegas tanpa peduli apakah blok2 itu
> punya potensi yg bener2 sdh terevaluasi. Bagi sebagian pihak petualang
> eksplorasi hal tsb menjadi peluang untuk terus menerus melakukan "studi" -
> apapun kwalitas studinya - dg alasan ikut membantu pemerintah menggalakkan
> eksplorasi. Bagi kalangan investor yg tdk punya latar belakang new
> venturing eksplorasi: hati-hati
>
> Sayang banget ya, nDang. Saya koq malah kuatir: secara professional kita2
> ini di akademisi maupun di industri jadi kena imbasnya: gak dipercaya lagi
> oleh publik krn mempermainkan ketidak tahuan publik atas ketidak-pastian /
> resiko eksplorasi untuk alasan2 komersial sempit dan tujuan pemenuhan
> kine

Re: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi

2012-11-10 Terurut Topik fatchurzamil

Waktu joint evaluasi/srudi utk ngambil blok Cbm yg terlibat adalah perusahaan 
yg akan nawar,  perguruan tinggi+Dit.migas/pemerintah, lha waktu studi berjalan 
kan sdh tahu semua bgmn potensi blok tsb, berarti sipihak pemerintah juga sdh 
tahu prospek area tsb. Fz

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: abacht...@cbn.net.id
Date: Sun, 11 Nov 2012 01:30:15 
To: 
Reply-To: 
Subject: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi

nDang, I need your opinion. Perusahaan asing yg minta pendapat saya sbg 
konsultan independen ttg potentiality & risk blok CBM-nya itu (yg pernah saya 
ingatkan daerah situ ga ada batubaranya, kalupun ada pasti gak komersial): skrg 
malah nanya: kalau mau nuntut ("sue") siapa ya yg bisa kita tuntut? Krn mrk 
merasa "ditipu" oleh perguruan tinggi pertama yg mengusulkan blok CBM ke mrk, 
kemudian merasa "ditipu" juga oleh pemerintah yg memverifikasi hasil 
joint-study yg mrk biayai yg dilakukan oleh perguruan tinggi kedua, dan yg 
terakhir merasa wakil2 pemerintah yg ngawasi rencana dan pelaksanaan pemboran 
eksplorasi sumur2 CBM-nyapun kayaknya membiarkan saja mrk meresikokan uang 
sampai 15juta dollar u/ngebor dsb, pdhl harusnya mrk ngerti juga-lah bhw daerah 
itu tdk prospek. Selain bingung mau nuntut siapa, mrk juga bingung mau ngapain 
lagi dg blok yg mrk punya. Lha wong sdh gak ada apa2nya.

Wah, kalau nuntut secara hukum ya nggak bisalah, pak. Harusnya pengusaha asing 
itu juga sdh mengerti: begitulah resiko eksplorasi. Bisa ilang samasekali duit 
15juta dollar plus plus gak kembali. Meskipun itu menyangkut CBM yg bukan 
konvensional oil-gas yg lebih beresiko lagi. Mestinya khan mrk juga punya 
explorationist sendiri yg mempertimbangkan semua resiko venture-nya secara 
lebih hati2, bukan sekedar modal duit dan menganggap ini semua spt dagang sapi 
- sapinya ada tinggal dibeli, disembelih dan dijual lagi dpt untung rejeki.

Tapi bagaimanapun juga, nDang, sangat disayangkan kenapa koq dengan data yg 
sama2 menunjukkan batubara di atas dan di bawah tanah-nya itu hanya beberapa 
seam tipis: para pengusul, para pen-studi dan panel pem-verifikasi koq 
menyimpulkan CBM-nya cadangannya besarnya luar biasa sekali? Malah dg terang2an 
mrk memakai density 1.8 s/d 2.0 untuk menghitung volume batubara yg mana 
menurut saya itu sudah keterlaluan gak professional-nya: membesar-besarkan 
angka potensi. Khan harusnya pakai 1.3-an lah density. Belum lagi ketebalan yg 
direkayasa jauh lebih besar dr data yg ada tanpa alasan yg jelas sama sekali.

Wah, kalau masalah yg spt itu, pak: ini yg ke-4 yg saya temui. Jangan heran 
kalau sejak bbrp tahun terakhir ini banyak berkeliaran professional (kadang dg 
label akademisi) yg membuat analisis blok2 u/oil&gas dan juga CBM (dan sebentar 
lagi shale gas) untuk kemudian ditawarkan - dijual ke calon2 investor yg 
termakan oleh iming2 jumlah "cadangan" yg dibikin besar sekali (bahkan tdk tahu 
beda sumberdaya dg cadangan dan berbagai skenario penamaannya yg tdk pasti). 
Kemudian stlah sang investor yg umumnya tdk berlatarbelakang oilgas E&P itu 
yakin diajaklah mrk melakukan - membiayai joint study, dst dst sampai akhirnya 
nanti diverifikasi - disetujui oleh pemerintah u/jadi blok yg ditawarkan dg 
skema "direct-offer" bukan "open tender". Padahal blok2 yg ditawarkan itu juga 
nggak nambah data apapun selain pembaruan peta2 lead-prospek dr kumpeni2 
terdahulu atau bahkan dibikin lead-prospek baru dg data baru yg didapat dr 
"pasar gelap" yg pemerintah juga gak punya inventori.

Bagi sebagian pihak di pemerintahan: performance mrk dinilai dr berapa banyak 
bisa jualan blok migas/cbm/shalegas tanpa peduli apakah blok2 itu punya potensi 
yg bener2 sdh terevaluasi. Bagi sebagian pihak petualang eksplorasi hal tsb 
menjadi peluang untuk terus menerus melakukan "studi" - apapun kwalitas 
studinya - dg alasan ikut membantu pemerintah menggalakkan eksplorasi. Bagi 
kalangan investor yg tdk punya latar belakang new venturing eksplorasi: 
hati-hati

Sayang banget ya, nDang. Saya koq malah kuatir: secara professional kita2 ini 
di akademisi maupun di industri jadi kena imbasnya: gak dipercaya lagi oleh 
publik krn mempermainkan ketidak tahuan publik atas ketidak-pastian / resiko 
eksplorasi untuk alasan2 komersial sempit dan tujuan pemenuhan kinerja aparat. 
Jangan2 mrk nanti - terutama orang2 luar negeri - jadi sinis melihat IAGI atau 
HAGI yg membiarkan saja kasus2 un-ethical itu terjadi.

Kalau begitu mari kita bicarakan di forum organisasi, pak. Saya akan sampaikan 
nanti insyaallah ke kawan2 G&G spy bisa jadi bahan untuk ditindaklanjuti.

Salam
Minggu yg mengendap
ADB - IAGI 0800
Jkt-Bandung : sepanjang jalan tol
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Re: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi

2012-11-10 Terurut Topik Rendra Amirin
Mas 'nDang', Ibarat kata, orang menang judi. Uang judi dimakan hantu, uang 
hantu dimakan setan, gak jelas pula akhirnya.
Mas 'nDang', aku jadi ingt juga tatkala heboh explorasi emas dan bahan galian 
lain era 80an, pernah kenal geologist philippines berbuat "ngawur" demi pesanan 
investor dengan menambah serbuk emas kedalam bulk sample. Kita pasti bisa duga 
itu adalah "tipu" walau sempat Busang diexpose punya emas terbesar didunia 
"edan". Nah sekarang pun juga gak beda, bahkan lbh lihai utk urusan "tipu" ini 
didunia minyak. Dongengmu memang benar, buktinya selama aku "melu" drilling 
explorasi dari Irian sampai Aceh ya sukses rationya "sial melulu" alias "dry", 
kok bisa?.lantas bisa laku dijual lagi, lantas dst..sperti benang kusut. 
Kalaupun ada discovery, dianggap orang "lucky factor" kayak Genting oil, 
Premier oil (yg kabarnya, awalnya cuma dikompori oleh broker2). Itulah judi 
tipsani.

Salam "bengong dihari Minggu -nun ditengah lautan"
Rendra -" k3ra ngalam"
Powered by Randy. com@2012

-----Original Message-
From: abacht...@cbn.net.id
Date: Sun, 11 Nov 2012 01:30:15 
To: 
Reply-To: 
Subject: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi
nDang, I need your opinion. Perusahaan asing yg minta pendapat saya sbg 
konsultan independen ttg potentiality & risk blok CBM-nya itu (yg pernah saya 
ingatkan daerah situ ga ada batubaranya, kalupun ada pasti gak komersial): skrg 
malah nanya: kalau mau nuntut ("sue") siapa ya yg bisa kita tuntut? Krn mrk 
merasa "ditipu" oleh perguruan tinggi pertama yg mengusulkan blok CBM ke mrk, 
kemudian merasa "ditipu" juga oleh pemerintah yg memverifikasi hasil 
joint-study yg mrk biayai yg dilakukan oleh perguruan tinggi kedua, dan yg 
terakhir merasa wakil2 pemerintah yg ngawasi rencana dan pelaksanaan pemboran 
eksplorasi sumur2 CBM-nyapun kayaknya membiarkan saja mrk meresikokan uang 
sampai 15juta dollar u/ngebor dsb, pdhl harusnya mrk ngerti juga-lah bhw daerah 
itu tdk prospek. Selain bingung mau nuntut siapa, mrk juga bingung mau ngapain 
lagi dg blok yg mrk punya. Lha wong sdh gak ada apa2nya.

Wah, kalau nuntut secara hukum ya nggak bisalah, pak. Harusnya pengusaha asing 
itu juga sdh mengerti: begitulah resiko eksplorasi. Bisa ilang samasekali duit 
15juta dollar plus plus gak kembali. Meskipun itu menyangkut CBM yg bukan 
konvensional oil-gas yg lebih beresiko lagi. Mestinya khan mrk juga punya 
explorationist sendiri yg mempertimbangkan semua resiko venture-nya secara 
lebih hati2, bukan sekedar modal duit dan menganggap ini semua spt dagang sapi 
- sapinya ada tinggal dibeli, disembelih dan dijual lagi dpt untung rejeki.

Tapi bagaimanapun juga, nDang, sangat disayangkan kenapa koq dengan data yg 
sama2 menunjukkan batubara di atas dan di bawah tanah-nya itu hanya beberapa 
seam tipis: para pengusul, para pen-studi dan panel pem-verifikasi koq 
menyimpulkan CBM-nya cadangannya besarnya luar biasa sekali? Malah dg terang2an 
mrk memakai density 1.8 s/d 2.0 untuk menghitung volume batubara yg mana 
menurut saya itu sudah keterlaluan gak professional-nya: membesar-besarkan 
angka potensi. Khan harusnya pakai 1.3-an lah density. Belum lagi ketebalan yg 
direkayasa jauh lebih besar dr data yg ada tanpa alasan yg jelas sama sekali.

Wah, kalau masalah yg spt itu, pak: ini yg ke-4 yg saya temui. Jangan heran 
kalau sejak bbrp tahun terakhir ini banyak berkeliaran professional (kadang dg 
label akademisi) yg membuat analisis blok2 u/oil&gas dan juga CBM (dan sebentar 
lagi shale gas) untuk kemudian ditawarkan - dijual ke calon2 investor yg 
termakan oleh iming2 jumlah "cadangan" yg dibikin besar sekali (bahkan tdk tahu 
beda sumberdaya dg cadangan dan berbagai skenario penamaannya yg tdk pasti). 
Kemudian stlah sang investor yg umumnya tdk berlatarbelakang oilgas E&P itu 
yakin diajaklah mrk melakukan - membiayai joint study, dst dst sampai akhirnya 
nanti diverifikasi - disetujui oleh pemerintah u/jadi blok yg ditawarkan dg 
skema "direct-offer" bukan "open tender". Padahal blok2 yg ditawarkan itu juga 
nggak nambah data apapun selain pembaruan peta2 lead-prospek dr kumpeni2 
terdahulu atau bahkan dibikin lead-prospek baru dg data baru yg didapat dr 
"pasar gelap" yg pemerintah juga gak punya inventori.

Bagi sebagian pihak di pemerintahan: performance mrk dinilai dr berapa banyak 
bisa jualan blok migas/cbm/shalegas tanpa peduli apakah blok2 itu punya potensi 
yg bener2 sdh terevaluasi. Bagi sebagian pihak petualang eksplorasi hal tsb 
menjadi peluang untuk terus menerus melakukan "studi" - apapun kwalitas 
studinya - dg alasan ikut membantu pemerintah menggalakkan eksplorasi. Bagi 
kalangan investor yg tdk punya latar belakang new venturing eksplorasi: 
hati-hati

Sayang banget ya, nDang. Saya koq malah kuatir: secara professional kita2 ini 
di akademisi 

Re: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi

2012-11-10 Terurut Topik leonardl

Jualan dari manapun, seharusnya diimbangi oleh yang membeli dengan proses 
quality control yang bagus, sehingga pihak yang menjual tidak seperti sedang 
menjual "kecap nomor satu". Setiap penjual selalu menjual "high expectation", 
sehingga yang membeli harus teliti benar.

Salam
LL


Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: abacht...@cbn.net.id
Date: Sun, 11 Nov 2012 01:30:15 
To: 
Reply-To: 
Subject: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi

nDang, I need your opinion. Perusahaan asing yg minta pendapat saya sbg 
konsultan independen ttg potentiality & risk blok CBM-nya itu (yg pernah saya 
ingatkan daerah situ ga ada batubaranya, kalupun ada pasti gak komersial): skrg 
malah nanya: kalau mau nuntut ("sue") siapa ya yg bisa kita tuntut? Krn mrk 
merasa "ditipu" oleh perguruan tinggi pertama yg mengusulkan blok CBM ke mrk, 
kemudian merasa "ditipu" juga oleh pemerintah yg memverifikasi hasil 
joint-study yg mrk biayai yg dilakukan oleh perguruan tinggi kedua, dan yg 
terakhir merasa wakil2 pemerintah yg ngawasi rencana dan pelaksanaan pemboran 
eksplorasi sumur2 CBM-nyapun kayaknya membiarkan saja mrk meresikokan uang 
sampai 15juta dollar u/ngebor dsb, pdhl harusnya mrk ngerti juga-lah bhw daerah 
itu tdk prospek. Selain bingung mau nuntut siapa, mrk juga bingung mau ngapain 
lagi dg blok yg mrk punya. Lha wong sdh gak ada apa2nya.

Wah, kalau nuntut secara hukum ya nggak bisalah, pak. Harusnya pengusaha asing 
itu juga sdh mengerti: begitulah resiko eksplorasi. Bisa ilang samasekali duit 
15juta dollar plus plus gak kembali. Meskipun itu menyangkut CBM yg bukan 
konvensional oil-gas yg lebih beresiko lagi. Mestinya khan mrk juga punya 
explorationist sendiri yg mempertimbangkan semua resiko venture-nya secara 
lebih hati2, bukan sekedar modal duit dan menganggap ini semua spt dagang sapi 
- sapinya ada tinggal dibeli, disembelih dan dijual lagi dpt untung rejeki.

Tapi bagaimanapun juga, nDang, sangat disayangkan kenapa koq dengan data yg 
sama2 menunjukkan batubara di atas dan di bawah tanah-nya itu hanya beberapa 
seam tipis: para pengusul, para pen-studi dan panel pem-verifikasi koq 
menyimpulkan CBM-nya cadangannya besarnya luar biasa sekali? Malah dg terang2an 
mrk memakai density 1.8 s/d 2.0 untuk menghitung volume batubara yg mana 
menurut saya itu sudah keterlaluan gak professional-nya: membesar-besarkan 
angka potensi. Khan harusnya pakai 1.3-an lah density. Belum lagi ketebalan yg 
direkayasa jauh lebih besar dr data yg ada tanpa alasan yg jelas sama sekali.

Wah, kalau masalah yg spt itu, pak: ini yg ke-4 yg saya temui. Jangan heran 
kalau sejak bbrp tahun terakhir ini banyak berkeliaran professional (kadang dg 
label akademisi) yg membuat analisis blok2 u/oil&gas dan juga CBM (dan sebentar 
lagi shale gas) untuk kemudian ditawarkan - dijual ke calon2 investor yg 
termakan oleh iming2 jumlah "cadangan" yg dibikin besar sekali (bahkan tdk tahu 
beda sumberdaya dg cadangan dan berbagai skenario penamaannya yg tdk pasti). 
Kemudian stlah sang investor yg umumnya tdk berlatarbelakang oilgas E&P itu 
yakin diajaklah mrk melakukan - membiayai joint study, dst dst sampai akhirnya 
nanti diverifikasi - disetujui oleh pemerintah u/jadi blok yg ditawarkan dg 
skema "direct-offer" bukan "open tender". Padahal blok2 yg ditawarkan itu juga 
nggak nambah data apapun selain pembaruan peta2 lead-prospek dr kumpeni2 
terdahulu atau bahkan dibikin lead-prospek baru dg data baru yg didapat dr 
"pasar gelap" yg pemerintah juga gak punya inventori.

Bagi sebagian pihak di pemerintahan: performance mrk dinilai dr berapa banyak 
bisa jualan blok migas/cbm/shalegas tanpa peduli apakah blok2 itu punya potensi 
yg bener2 sdh terevaluasi. Bagi sebagian pihak petualang eksplorasi hal tsb 
menjadi peluang untuk terus menerus melakukan "studi" - apapun kwalitas 
studinya - dg alasan ikut membantu pemerintah menggalakkan eksplorasi. Bagi 
kalangan investor yg tdk punya latar belakang new venturing eksplorasi: 
hati-hati

Sayang banget ya, nDang. Saya koq malah kuatir: secara professional kita2 ini 
di akademisi maupun di industri jadi kena imbasnya: gak dipercaya lagi oleh 
publik krn mempermainkan ketidak tahuan publik atas ketidak-pastian / resiko 
eksplorasi untuk alasan2 komersial sempit dan tujuan pemenuhan kinerja aparat. 
Jangan2 mrk nanti - terutama orang2 luar negeri - jadi sinis melihat IAGI atau 
HAGI yg membiarkan saja kasus2 un-ethical itu terjadi.

Kalau begitu mari kita bicarakan di forum organisasi, pak. Saya akan sampaikan 
nanti insyaallah ke kawan2 G&G spy bisa jadi bahan untuk ditindaklanjuti.

Salam
Minggu yg mengendap
ADB - IAGI 0800
Jkt-Bandung : sepanjang jalan tol
Powered by Telkomsel BlackBerry®



Re: [iagi-net-l] Resiko Eksplorasi

2012-11-10 Terurut Topik noor syarifuddin
Indeed, seharusnyalah IAGI dan anggotanya cukup kritis terhadap angka2 
perkiraan resources maupun cadangan...
Saya melihat bukan di CBM saja, waktu diskusi Mahakam ada juga yg omong samgat 
bombastis ttg residual mahakam post 2017

Salam,

[iagi-net-l] Resiko Eksplorasi

2012-11-10 Terurut Topik abachtiar
nDang, I need your opinion. Perusahaan asing yg minta pendapat saya sbg 
konsultan independen ttg potentiality & risk blok CBM-nya itu (yg pernah saya 
ingatkan daerah situ ga ada batubaranya, kalupun ada pasti gak komersial): skrg 
malah nanya: kalau mau nuntut ("sue") siapa ya yg bisa kita tuntut? Krn mrk 
merasa "ditipu" oleh perguruan tinggi pertama yg mengusulkan blok CBM ke mrk, 
kemudian merasa "ditipu" juga oleh pemerintah yg memverifikasi hasil 
joint-study yg mrk biayai yg dilakukan oleh perguruan tinggi kedua, dan yg 
terakhir merasa wakil2 pemerintah yg ngawasi rencana dan pelaksanaan pemboran 
eksplorasi sumur2 CBM-nyapun kayaknya membiarkan saja mrk meresikokan uang 
sampai 15juta dollar u/ngebor dsb, pdhl harusnya mrk ngerti juga-lah bhw daerah 
itu tdk prospek. Selain bingung mau nuntut siapa, mrk juga bingung mau ngapain 
lagi dg blok yg mrk punya. Lha wong sdh gak ada apa2nya.

Wah, kalau nuntut secara hukum ya nggak bisalah, pak. Harusnya pengusaha asing 
itu juga sdh mengerti: begitulah resiko eksplorasi. Bisa ilang samasekali duit 
15juta dollar plus plus gak kembali. Meskipun itu menyangkut CBM yg bukan 
konvensional oil-gas yg lebih beresiko lagi. Mestinya khan mrk juga punya 
explorationist sendiri yg mempertimbangkan semua resiko venture-nya secara 
lebih hati2, bukan sekedar modal duit dan menganggap ini semua spt dagang sapi 
- sapinya ada tinggal dibeli, disembelih dan dijual lagi dpt untung rejeki.

Tapi bagaimanapun juga, nDang, sangat disayangkan kenapa koq dengan data yg 
sama2 menunjukkan batubara di atas dan di bawah tanah-nya itu hanya beberapa 
seam tipis: para pengusul, para pen-studi dan panel pem-verifikasi koq 
menyimpulkan CBM-nya cadangannya besarnya luar biasa sekali? Malah dg terang2an 
mrk memakai density 1.8 s/d 2.0 untuk menghitung volume batubara yg mana 
menurut saya itu sudah keterlaluan gak professional-nya: membesar-besarkan 
angka potensi. Khan harusnya pakai 1.3-an lah density. Belum lagi ketebalan yg 
direkayasa jauh lebih besar dr data yg ada tanpa alasan yg jelas sama sekali.

Wah, kalau masalah yg spt itu, pak: ini yg ke-4 yg saya temui. Jangan heran 
kalau sejak bbrp tahun terakhir ini banyak berkeliaran professional (kadang dg 
label akademisi) yg membuat analisis blok2 u/oil&gas dan juga CBM (dan sebentar 
lagi shale gas) untuk kemudian ditawarkan - dijual ke calon2 investor yg 
termakan oleh iming2 jumlah "cadangan" yg dibikin besar sekali (bahkan tdk tahu 
beda sumberdaya dg cadangan dan berbagai skenario penamaannya yg tdk pasti). 
Kemudian stlah sang investor yg umumnya tdk berlatarbelakang oilgas E&P itu 
yakin diajaklah mrk melakukan - membiayai joint study, dst dst sampai akhirnya 
nanti diverifikasi - disetujui oleh pemerintah u/jadi blok yg ditawarkan dg 
skema "direct-offer" bukan "open tender". Padahal blok2 yg ditawarkan itu juga 
nggak nambah data apapun selain pembaruan peta2 lead-prospek dr kumpeni2 
terdahulu atau bahkan dibikin lead-prospek baru dg data baru yg didapat dr 
"pasar gelap" yg pemerintah juga gak punya inventori.

Bagi sebagian pihak di pemerintahan: performance mrk dinilai dr berapa banyak 
bisa jualan blok migas/cbm/shalegas tanpa peduli apakah blok2 itu punya potensi 
yg bener2 sdh terevaluasi. Bagi sebagian pihak petualang eksplorasi hal tsb 
menjadi peluang untuk terus menerus melakukan "studi" - apapun kwalitas 
studinya - dg alasan ikut membantu pemerintah menggalakkan eksplorasi. Bagi 
kalangan investor yg tdk punya latar belakang new venturing eksplorasi: 
hati-hati

Sayang banget ya, nDang. Saya koq malah kuatir: secara professional kita2 ini 
di akademisi maupun di industri jadi kena imbasnya: gak dipercaya lagi oleh 
publik krn mempermainkan ketidak tahuan publik atas ketidak-pastian / resiko 
eksplorasi untuk alasan2 komersial sempit dan tujuan pemenuhan kinerja aparat. 
Jangan2 mrk nanti - terutama orang2 luar negeri - jadi sinis melihat IAGI atau 
HAGI yg membiarkan saja kasus2 un-ethical itu terjadi.

Kalau begitu mari kita bicarakan di forum organisasi, pak. Saya akan sampaikan 
nanti insyaallah ke kawan2 G&G spy bisa jadi bahan untuk ditindaklanjuti.

Salam
Minggu yg mengendap
ADB - IAGI 0800
Jkt-Bandung : sepanjang jalan tol
Powered by Telkomsel BlackBerry®