Re: [iagi-net-l] Seberapa siap mengantisipasi lahar hujan?

2010-12-20 Terurut Topik yanto R.Sumantri


Sdr ET 

Terima kasih atas infonya ,saya akan cek lagi

si Abah


    Undang2 tentang bencana sudah
ada pak. UU No 24 tahun 2007 tentang
 Penanggulangan Bencana.
Turunan yang dimandatkan oleh undang2 itu juga
 sudah disusun,
kecuali satu tentang Status Bencana
 Salam


 ET
 
 
 On Mon, 2010-12-13 at 16:32
+0700, yanto R.Sumantri wrote:
 Vick

 Tentu dan mestinya HARUS ada , itulah sakah satu tujuan
dibentuuk BNPB
 yang bersifat nasional maupun daerah.
 Yang positip dari dibentuknya badan ini adalah suatu bukti
bahwa ada
 atau
 sudah ada kesadaran bahwa kita
hidup dibagian panet yang mempunyai
 potensi

bencana alam yang besar.
 Jelasnya ada di PP yang saya
sebutkan tadi , RUU Bencana sendiri sudah
 disiapkan
.(katanya).

 si Abah


 Pak Yanto.
  Yang saat ini
terjadi di jogja adalah pasca bencana erupsi Merapi.
 
Tetapi yang sedang terjadi adalah 'bencana' sedimen atau
fenomena
  terjadinya LAHAR HUJAN. Jadi prosesi
bencananya belom selesai.
  Memang sudah ada
yg masuk recovery utk bencana erupsi. Ini terutama
 
klaten ke arah timur. Dimana hanya kena dampat abu dan hujan pasir
  saja. Kalau yg terkena awanpanas saat ini sedang waswas
lahar hujan.
 
  Mnurut bocoran seorang
kawan di bnpb, lahar hujan merupakan tupoksinya
  PU
sebagai bagian dari bencana sediment. Namun saya ga tahu apakah di
  PU juga ada sense utk masa krisis spt yg ada di PVMBG atau
BMKG ?
  Ke PUan biasanya begerak dengan modus proyek
bukan disaster. Cmiiw
 
  Rdp
 
  On 10/12/2010, yanto R.Sumantri
yrs...@rad.net.id wrote:
 

 Vick
 
  Kalau saya
baca dari PP No.21 thn 2008 , koordinator bencana dari

pre-
  pasca adal;ah BNPB baik Ousat  daerah
(provinsi) maupun Kabupaten .
  Daam hal Pasca
Bencana ada dua tahapan yaitu Rehabilitasi dan
 
Rekonstruksi.
  Dalam hal ini seluruh daerah otonom
bertugas untuk urun  biaya.
  Dalam hal daerah tidak
sanggup maka mereka dapat meminta bantuan ke
 
Pusat
  yang mempunyai dana .
 
Seluruh dana yang diperlukan haruis ada dalam APBN maupun APBD.
  Jadi hakekatbya ada koordinasi llintas kementerian.
  Baca PP No 21 / 2008, akan sangat jelas definisi
definisinya.
 
  si Abah
 
 
  Btw
Siapa penanggung jawab pengendalian atau pemegang kendali

 (koordinasi) fenomena (bencana) LAHAR HUJAN ? :


  - PVMBG, walau bukan bahaya erupsi
langsung tapi merupakan ikutan
  kegiatan
gunungapi, atau
  - BNPB, karena ini berpotensi
menyebabkan bencana.
  - atau PU, karena
merupakan bagian dari pengendalian (bencana)
 sedimen.
  - atau BMKG, karena dipicu oleh hujan deras
 
  Ada yang tahu siapa yg
menentukan daerah bahaya atau daerah rawan
 
lahar hujan dan skenario pengendaliannya ?
 
  Rdp
 

 On 08/12/2010, Sulastama Raharja sraha...@gmail.com
wrote:
  Kemarin, saya sekilas membaca 
Instrumental lahar monitoring at
 Merapi

 Volcano, Central Java, Indonesia. Di paper itu
disebutkan,
 monitoring
 
lahar
  secara instrumental dilakukan dengan
cara alat2 real-time seismic
  amplitude
  measurement (RSAM), seismic spectral amplitude
measurement (SSAM)
 and
 
acoustic flow monitoring (AFM) systems. Saya belum tahu RSAM dan
 SSAM,
  nanti

 coba saya baca lebih detil, cuman sedikit tahu tentang
AFM yang
 pernah
  saya
  translate di sini


http://mountmerapi.net/2010/11/17/sistem-deteksi-lahar/


http://mountmerapi.net/2010/11/17/sistem-deteksi-lahar/
 
  Di paper itu,
yang membuat saya sedikit terkejut adalah jumlah
 banjir
  lahar
  hujan
yang menerpa sungai Boyong, Bedok dan Bebeng 1994-1995, 50

kali
  dengan
 
durasi antara setengah jam sampai 1,5 jam. Waktu itu (November
 1994)
  guguran

 lava hanya menghasilkan material sebesar 3,5 jt meter
kubik dan 2,5
 jt
  meter
  kubik diantaranya ada di hulu sungai
boyong.
 
 
Kalau kita bandingkan dengan erupsi tahun 2010, yang konon

 mengeluarkan
  material
sebesar 140 jt meter kubik, jumlah material tahun 1994

 relatif
  tidak besar, dan
itu pun sudah menghasilkan frekuensi banjir lahar

 yang
  banyak. Saya tidak
tahu persis seberapa banyak material yang ada di

 sungai-sungai yang berhulu di Merapi, hanya bisa menyebut
banyak.
 
 
Sudahkah kita siap mengantisipasi banjir lahar hujan ini?


  Paper yang lain,  Lahars
at Merapi volcano, Central Java: an
 overview,


  1930:  Large scale; 33
events in 1930âeuro;ldquo;1931 in the Batang River;

 *large,
  scale on 2, 11, 14
January,* 19, 20 March, and 27 April; 162,
 events
  in
 
1931âeuro;ldquo;1932; large scale on 17 February and 7 April.
 
  1969:  Very
large lahars; several overflows; 44 cold lahars in
 1969;
  *large
  events
on 19, 20, 22, 23 January, 26 February*, and 5 April; 21

events
  in
 
1970 and 1971; *largest lahar on 17 January 1971, (h =  7 m at
  Salam*).
  (note:
pada tahun 1969 material piroklastiknya 7,7 jt m 3)


  Dari dua data diatas,
sedikit benang merah yang bisa diambil: 1.
 
Banjir
  lahar hujan terjadi dalam rentang
waktu yang cukup lama, bisa
 berganti

 tahun
  meskipun banjir
laharnya kadang cuma sebentar 2. Banyak event
 banjir
  lahar
  terjadi
di bulan Januari yang 

Re: [iagi-net-l] Seberapa siap mengantisipasi lahar hujan?

2010-12-13 Terurut Topik yanto R.Sumantri

Vick

Tentu dan mestinya HARUS ada , itulah sakah satu tujuan dibentuuk BNPB
yang bersifat nasional maupun daerah.
Yang positip dari dibentuknya badan ini adalah suatu bukti bahwa ada atau
sudah ada kesadaran bahwa kita hidup dibagian panet yang mempunyai potensi
bencana alam yang besar.
Jelasnya ada di PP yang saya sebutkan tadi , RUU Bencana sendiri sudah
disiapkan .(katanya).

si Abah


Pak Yanto.
 Yang saat ini terjadi di jogja adalah pasca bencana erupsi Merapi.
 Tetapi yang sedang terjadi adalah 'bencana' sedimen atau fenomena
 terjadinya LAHAR HUJAN. Jadi prosesi bencananya belom selesai.
 Memang sudah ada yg masuk recovery utk bencana erupsi. Ini terutama
 klaten ke arah timur. Dimana hanya kena dampat abu dan hujan pasir
 saja. Kalau yg terkena awanpanas saat ini sedang waswas lahar hujan.

 Mnurut bocoran seorang kawan di bnpb, lahar hujan merupakan tupoksinya
 PU sebagai bagian dari bencana sediment. Namun saya ga tahu apakah di
 PU juga ada sense utk masa krisis spt yg ada di PVMBG atau BMKG ?
 Ke PUan biasanya begerak dengan modus proyek bukan disaster. Cmiiw

 Rdp

 On 10/12/2010, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id wrote:

 Vick

 Kalau saya baca dari PP No.21 thn 2008 , koordinator bencana dari pre-
 pasca adal;ah BNPB baik Ousat  daerah (provinsi) maupun Kabupaten .
 Daam hal Pasca Bencana ada dua tahapan yaitu Rehabilitasi dan
 Rekonstruksi.
 Dalam hal ini seluruh daerah otonom bertugas untuk urun  biaya.
 Dalam hal daerah tidak sanggup maka mereka dapat meminta bantuan ke
 Pusat
 yang mempunyai dana .
 Seluruh dana yang diperlukan haruis ada dalam APBN maupun APBD.
 Jadi hakekatbya ada koordinasi llintas kementerian.
 Baca PP No 21 / 2008, akan sangat jelas definisi definisinya.

 si Abah


 Btw Siapa penanggung jawab pengendalian atau pemegang kendali
 (koordinasi) fenomena (bencana) LAHAR HUJAN ? :

 - PVMBG, walau bukan bahaya erupsi langsung tapi merupakan ikutan
 kegiatan gunungapi, atau
 - BNPB, karena ini berpotensi menyebabkan bencana.
 - atau PU, karena merupakan bagian dari pengendalian (bencana) sedimen.
 - atau BMKG, karena dipicu oleh hujan deras

 Ada yang tahu siapa yg menentukan daerah bahaya atau daerah rawan
 lahar hujan dan skenario pengendaliannya ?

 Rdp

 On 08/12/2010, Sulastama Raharja sraha...@gmail.com wrote:
 Kemarin, saya sekilas membaca  Instrumental lahar monitoring at Merapi
 Volcano, Central Java, Indonesia. Di paper itu disebutkan, monitoring
 lahar
 secara instrumental dilakukan dengan cara alat2 real-time seismic
 amplitude
 measurement (RSAM), seismic spectral amplitude measurement (SSAM) and
 acoustic flow monitoring (AFM) systems. Saya belum tahu RSAM dan SSAM,
 nanti
 coba saya baca lebih detil, cuman sedikit tahu tentang AFM yang pernah
 saya
 translate di sini
 http://mountmerapi.net/2010/11/17/sistem-deteksi-lahar/
 http://mountmerapi.net/2010/11/17/sistem-deteksi-lahar/

 Di paper itu, yang membuat saya sedikit terkejut adalah jumlah banjir
 lahar
 hujan yang menerpa sungai Boyong, Bedok dan Bebeng 1994-1995, 50 kali
 dengan
 durasi antara setengah jam sampai 1,5 jam. Waktu itu (November 1994)
 guguran
 lava hanya menghasilkan material sebesar 3,5 jt meter kubik dan 2,5 jt
 meter
 kubik diantaranya ada di hulu sungai boyong.

 Kalau kita bandingkan dengan erupsi tahun 2010, yang konon
 mengeluarkan
 material sebesar 140 jt meter kubik, jumlah material tahun 1994
 relatif
 tidak besar, dan itu pun sudah menghasilkan frekuensi banjir lahar
 yang
 banyak. Saya tidak tahu persis seberapa banyak material yang ada di
 sungai-sungai yang berhulu di Merapi, hanya bisa menyebut banyak.

 Sudahkah kita siap mengantisipasi banjir lahar hujan ini?

 Paper yang lain,  Lahars at Merapi volcano, Central Java: an overview,

 1930:  Large scale; 33 events in 1930–1931 in the Batang River;
 *large,
 scale on 2, 11, 14 January,* 19, 20 March, and 27 April; 162, events
 in
 1931–1932; large scale on 17 February and 7 April.

 1969:  Very large lahars; several overflows; 44 cold lahars in 1969;
 *large
 events on 19, 20, 22, 23 January, 26 February*, and 5 April; 21 events
 in
 1970 and 1971; *largest lahar on 17 January 1971, (h =  7 m at
 Salam*).
 (note: pada tahun 1969 material piroklastiknya 7,7 jt m 3)

 Dari dua data diatas, sedikit benang merah yang bisa diambil: 1.
 Banjir
 lahar hujan terjadi dalam rentang waktu yang cukup lama, bisa berganti
 tahun
 meskipun banjir laharnya kadang cuma sebentar 2. Banyak event banjir
 lahar
 terjadi di bulan Januari yang merupakan puncak musim hujan.

 So, sekarang sudah Desember.. Januari menjelang dan masih ada waktu
 untuk
 bersiap!

 wassalam,
 http://mountmerapi.net


 --
 Sent from my mobile device

 *Pray for  JOGJA*

 
 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...
 

Re: [iagi-net-l] Seberapa siap mengantisipasi lahar hujan?

2010-12-13 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Abah, dibawah ini penjelasan kawan yang ada di BNPB ttg penanganan lahar
hujan.

*Fyi, Sesuai dengan handover penanganan Merapi, pemerintah daerah prov
sekarang yg pegang kendali. Pusat tetap dukung utk penggerakan resources
Nasional atau International. Penanganan lahar dikoordinasikan oleh PU dlm
hal ini BBWS/Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak, seluruh BUMN nya PU sdh
siap di Jogja. Biaya utk tanggap darurat dari BNPB. Pelaksana Teknis
penanganan sungai di koordinasikan oleh BBWS/PU. Sedangkan PVMBG dan UGM
memberikan info pengamatan sungai (mereka install peralatan, biaya
pemasangan PVMBG dari BNPB/dana Tanggap Darurat) utk dasar penerbitan Early
warning dari BBWS. Instalasi alat deteksi baru 50%, tetapi utk gendol-code
sdh berfungsi. Demikian sekilas info, sy baru pulang besok sore*

agak komplikated memang tetapi yang ada seperti diatas.

rdp

2010/12/13 yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id


 Vick

 Tentu dan mestinya HARUS ada , itulah sakah satu tujuan dibentuuk BNPB
 yang bersifat nasional maupun daerah.
 Yang positip dari dibentuknya badan ini adalah suatu bukti bahwa ada atau
 sudah ada kesadaran bahwa kita hidup dibagian panet yang mempunyai potensi
 bencana alam yang besar.
 Jelasnya ada di PP yang saya sebutkan tadi , RUU Bencana sendiri sudah
 disiapkan .(katanya).

 si Abah


Pak Yanto.
  Yang saat ini terjadi di jogja adalah pasca bencana erupsi Merapi.
  Tetapi yang sedang terjadi adalah 'bencana' sedimen atau fenomena
  terjadinya LAHAR HUJAN. Jadi prosesi bencananya belom selesai.
  Memang sudah ada yg masuk recovery utk bencana erupsi. Ini terutama
  klaten ke arah timur. Dimana hanya kena dampat abu dan hujan pasir
  saja. Kalau yg terkena awanpanas saat ini sedang waswas lahar hujan.
 
  Mnurut bocoran seorang kawan di bnpb, lahar hujan merupakan tupoksinya
  PU sebagai bagian dari bencana sediment. Namun saya ga tahu apakah di
  PU juga ada sense utk masa krisis spt yg ada di PVMBG atau BMKG ?
  Ke PUan biasanya begerak dengan modus proyek bukan disaster. Cmiiw
 
  Rdp
 
  On 10/12/2010, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id wrote:
 
  Vick
 
  Kalau saya baca dari PP No.21 thn 2008 , koordinator bencana dari pre-
  pasca adal;ah BNPB baik Ousat  daerah (provinsi) maupun Kabupaten .
  Daam hal Pasca Bencana ada dua tahapan yaitu Rehabilitasi dan
  Rekonstruksi.
  Dalam hal ini seluruh daerah otonom bertugas untuk urun  biaya.
  Dalam hal daerah tidak sanggup maka mereka dapat meminta bantuan ke
  Pusat
  yang mempunyai dana .
  Seluruh dana yang diperlukan haruis ada dalam APBN maupun APBD.
  Jadi hakekatbya ada koordinasi llintas kementerian.
  Baca PP No 21 / 2008, akan sangat jelas definisi definisinya.
 
  si Abah
 
 
  Btw Siapa penanggung jawab pengendalian atau pemegang kendali
  (koordinasi) fenomena (bencana) LAHAR HUJAN ? :
 
  - PVMBG, walau bukan bahaya erupsi langsung tapi merupakan ikutan
  kegiatan gunungapi, atau
  - BNPB, karena ini berpotensi menyebabkan bencana.
  - atau PU, karena merupakan bagian dari pengendalian (bencana) sedimen.
  - atau BMKG, karena dipicu oleh hujan deras
 
  Ada yang tahu siapa yg menentukan daerah bahaya atau daerah rawan
  lahar hujan dan skenario pengendaliannya ?
 
  Rdp
 
  On 08/12/2010, Sulastama Raharja sraha...@gmail.com wrote:
  Kemarin, saya sekilas membaca  Instrumental lahar monitoring at Merapi
  Volcano, Central Java, Indonesia. Di paper itu disebutkan, monitoring
  lahar
  secara instrumental dilakukan dengan cara alat2 real-time seismic
  amplitude
  measurement (RSAM), seismic spectral amplitude measurement (SSAM) and
  acoustic flow monitoring (AFM) systems. Saya belum tahu RSAM dan SSAM,
  nanti
  coba saya baca lebih detil, cuman sedikit tahu tentang AFM yang pernah
  saya
  translate di sini
  http://mountmerapi.net/2010/11/17/sistem-deteksi-lahar/
  http://mountmerapi.net/2010/11/17/sistem-deteksi-lahar/
 
  Di paper itu, yang membuat saya sedikit terkejut adalah jumlah banjir
  lahar
  hujan yang menerpa sungai Boyong, Bedok dan Bebeng 1994-1995, 50 kali
  dengan
  durasi antara setengah jam sampai 1,5 jam. Waktu itu (November 1994)
  guguran
  lava hanya menghasilkan material sebesar 3,5 jt meter kubik dan 2,5 jt
  meter
  kubik diantaranya ada di hulu sungai boyong.
 
  Kalau kita bandingkan dengan erupsi tahun 2010, yang konon
  mengeluarkan
  material sebesar 140 jt meter kubik, jumlah material tahun 1994
  relatif
  tidak besar, dan itu pun sudah menghasilkan frekuensi banjir lahar
  yang
  banyak. Saya tidak tahu persis seberapa banyak material yang ada di
  sungai-sungai yang berhulu di Merapi, hanya bisa menyebut banyak.
 
  Sudahkah kita siap mengantisipasi banjir lahar hujan ini?
 
  Paper yang lain,  Lahars at Merapi volcano, Central Java: an overview,
 
  1930:  Large scale; 33 events in 1930–1931 in the Batang River;
  *large,
  scale on 2, 11, 14 January,* 19, 20 March, and 27 April; 162, events
  in
  1931–1932; large scale on 17 February and 7 April.
 
  1969:  Very large lahars; several 

Re: [iagi-net-l] Seberapa siap mengantisipasi lahar hujan?

2010-12-13 Terurut Topik ET Paripurno
Undang2 tentang bencana sudah ada pak. UU No 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana. Turunan yang dimandatkan oleh undang2 itu juga
sudah disusun, kecuali satu tentang Status Bencana
Salam

ET


On Mon, 2010-12-13 at 16:32 +0700, yanto R.Sumantri wrote:
 Vick
 
 Tentu dan mestinya HARUS ada , itulah sakah satu tujuan dibentuuk BNPB
 yang bersifat nasional maupun daerah.
 Yang positip dari dibentuknya badan ini adalah suatu bukti bahwa ada atau
 sudah ada kesadaran bahwa kita hidup dibagian panet yang mempunyai potensi
 bencana alam yang besar.
 Jelasnya ada di PP yang saya sebutkan tadi , RUU Bencana sendiri sudah
 disiapkan .(katanya).
 
 si Abah
 
 
 Pak Yanto.
  Yang saat ini terjadi di jogja adalah pasca bencana erupsi Merapi.
  Tetapi yang sedang terjadi adalah 'bencana' sedimen atau fenomena
  terjadinya LAHAR HUJAN. Jadi prosesi bencananya belom selesai.
  Memang sudah ada yg masuk recovery utk bencana erupsi. Ini terutama
  klaten ke arah timur. Dimana hanya kena dampat abu dan hujan pasir
  saja. Kalau yg terkena awanpanas saat ini sedang waswas lahar hujan.
 
  Mnurut bocoran seorang kawan di bnpb, lahar hujan merupakan tupoksinya
  PU sebagai bagian dari bencana sediment. Namun saya ga tahu apakah di
  PU juga ada sense utk masa krisis spt yg ada di PVMBG atau BMKG ?
  Ke PUan biasanya begerak dengan modus proyek bukan disaster. Cmiiw
 
  Rdp
 
  On 10/12/2010, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id wrote:
 
  Vick
 
  Kalau saya baca dari PP No.21 thn 2008 , koordinator bencana dari pre-
  pasca adal;ah BNPB baik Ousat  daerah (provinsi) maupun Kabupaten .
  Daam hal Pasca Bencana ada dua tahapan yaitu Rehabilitasi dan
  Rekonstruksi.
  Dalam hal ini seluruh daerah otonom bertugas untuk urun  biaya.
  Dalam hal daerah tidak sanggup maka mereka dapat meminta bantuan ke
  Pusat
  yang mempunyai dana .
  Seluruh dana yang diperlukan haruis ada dalam APBN maupun APBD.
  Jadi hakekatbya ada koordinasi llintas kementerian.
  Baca PP No 21 / 2008, akan sangat jelas definisi definisinya.
 
  si Abah
 
 
  Btw Siapa penanggung jawab pengendalian atau pemegang kendali
  (koordinasi) fenomena (bencana) LAHAR HUJAN ? :
 
  - PVMBG, walau bukan bahaya erupsi langsung tapi merupakan ikutan
  kegiatan gunungapi, atau
  - BNPB, karena ini berpotensi menyebabkan bencana.
  - atau PU, karena merupakan bagian dari pengendalian (bencana) sedimen.
  - atau BMKG, karena dipicu oleh hujan deras
 
  Ada yang tahu siapa yg menentukan daerah bahaya atau daerah rawan
  lahar hujan dan skenario pengendaliannya ?
 
  Rdp
 
  On 08/12/2010, Sulastama Raharja sraha...@gmail.com wrote:
  Kemarin, saya sekilas membaca  Instrumental lahar monitoring at Merapi
  Volcano, Central Java, Indonesia. Di paper itu disebutkan, monitoring
  lahar
  secara instrumental dilakukan dengan cara alat2 real-time seismic
  amplitude
  measurement (RSAM), seismic spectral amplitude measurement (SSAM) and
  acoustic flow monitoring (AFM) systems. Saya belum tahu RSAM dan SSAM,
  nanti
  coba saya baca lebih detil, cuman sedikit tahu tentang AFM yang pernah
  saya
  translate di sini
  http://mountmerapi.net/2010/11/17/sistem-deteksi-lahar/
  http://mountmerapi.net/2010/11/17/sistem-deteksi-lahar/
 
  Di paper itu, yang membuat saya sedikit terkejut adalah jumlah banjir
  lahar
  hujan yang menerpa sungai Boyong, Bedok dan Bebeng 1994-1995, 50 kali
  dengan
  durasi antara setengah jam sampai 1,5 jam. Waktu itu (November 1994)
  guguran
  lava hanya menghasilkan material sebesar 3,5 jt meter kubik dan 2,5 jt
  meter
  kubik diantaranya ada di hulu sungai boyong.
 
  Kalau kita bandingkan dengan erupsi tahun 2010, yang konon
  mengeluarkan
  material sebesar 140 jt meter kubik, jumlah material tahun 1994
  relatif
  tidak besar, dan itu pun sudah menghasilkan frekuensi banjir lahar
  yang
  banyak. Saya tidak tahu persis seberapa banyak material yang ada di
  sungai-sungai yang berhulu di Merapi, hanya bisa menyebut banyak.
 
  Sudahkah kita siap mengantisipasi banjir lahar hujan ini?
 
  Paper yang lain,  Lahars at Merapi volcano, Central Java: an overview,
 
  1930:  Large scale; 33 events in 1930–1931 in the Batang River;
  *large,
  scale on 2, 11, 14 January,* 19, 20 March, and 27 April; 162, events
  in
  1931–1932; large scale on 17 February and 7 April.
 
  1969:  Very large lahars; several overflows; 44 cold lahars in 1969;
  *large
  events on 19, 20, 22, 23 January, 26 February*, and 5 April; 21 events
  in
  1970 and 1971; *largest lahar on 17 January 1971, (h =  7 m at
  Salam*).
  (note: pada tahun 1969 material piroklastiknya 7,7 jt m 3)
 
  Dari dua data diatas, sedikit benang merah yang bisa diambil: 1.
  Banjir
  lahar hujan terjadi dalam rentang waktu yang cukup lama, bisa berganti
  tahun
  meskipun banjir laharnya kadang cuma sebentar 2. Banyak event banjir
  lahar
  terjadi di bulan Januari yang merupakan puncak musim hujan.
 
  So, sekarang sudah Desember.. Januari menjelang dan masih ada waktu
  untuk
  bersiap!
 

Re: [iagi-net-l] Seberapa siap mengantisipasi lahar hujan?

2010-12-13 Terurut Topik yanto R.Sumantri

Memang sementara kelihatannya agakompleks ,tapi sayaaya melihat msih dalam
spirit PP - nya.

si Abah 


 Abah, dibawah ini penjelasan kawan yang ada di BNPB ttg penanganan lahar
 hujan.

 *Fyi, Sesuai dengan handover penanganan Merapi, pemerintah daerah prov
 sekarang yg pegang kendali. Pusat tetap dukung utk penggerakan resources
 Nasional atau International. Penanganan lahar dikoordinasikan oleh PU dlm
 hal ini BBWS/Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak, seluruh BUMN nya PU
 sdh
 siap di Jogja. Biaya utk tanggap darurat dari BNPB. Pelaksana Teknis
 penanganan sungai di koordinasikan oleh BBWS/PU. Sedangkan PVMBG dan UGM
 memberikan info pengamatan sungai (mereka install peralatan, biaya
 pemasangan PVMBG dari BNPB/dana Tanggap Darurat) utk dasar penerbitan
 Early
 warning dari BBWS. Instalasi alat deteksi baru 50%, tetapi utk gendol-code
 sdh berfungsi. Demikian sekilas info, sy baru pulang besok sore*

 agak komplikated memang tetapi yang ada seperti diatas.

 rdp

 2010/12/13 yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id


 Vick

 Tentu dan mestinya HARUS ada , itulah sakah satu tujuan dibentuuk BNPB
 yang bersifat nasional maupun daerah.
 Yang positip dari dibentuknya badan ini adalah suatu bukti bahwa ada
 atau
 sudah ada kesadaran bahwa kita hidup dibagian panet yang mempunyai
 potensi
 bencana alam yang besar.
 Jelasnya ada di PP yang saya sebutkan tadi , RUU Bencana sendiri sudah
 disiapkan .(katanya).

 si Abah


Pak Yanto.
  Yang saat ini terjadi di jogja adalah pasca bencana erupsi Merapi.
  Tetapi yang sedang terjadi adalah 'bencana' sedimen atau fenomena
  terjadinya LAHAR HUJAN. Jadi prosesi bencananya belom selesai.
  Memang sudah ada yg masuk recovery utk bencana erupsi. Ini terutama
  klaten ke arah timur. Dimana hanya kena dampat abu dan hujan pasir
  saja. Kalau yg terkena awanpanas saat ini sedang waswas lahar hujan.
 
  Mnurut bocoran seorang kawan di bnpb, lahar hujan merupakan tupoksinya
  PU sebagai bagian dari bencana sediment. Namun saya ga tahu apakah di
  PU juga ada sense utk masa krisis spt yg ada di PVMBG atau BMKG ?
  Ke PUan biasanya begerak dengan modus proyek bukan disaster. Cmiiw
 
  Rdp
 
  On 10/12/2010, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id wrote:
 
  Vick
 
  Kalau saya baca dari PP No.21 thn 2008 , koordinator bencana dari
 pre-
  pasca adal;ah BNPB baik Ousat  daerah (provinsi) maupun Kabupaten .
  Daam hal Pasca Bencana ada dua tahapan yaitu Rehabilitasi dan
  Rekonstruksi.
  Dalam hal ini seluruh daerah otonom bertugas untuk urun  biaya.
  Dalam hal daerah tidak sanggup maka mereka dapat meminta bantuan ke
  Pusat
  yang mempunyai dana .
  Seluruh dana yang diperlukan haruis ada dalam APBN maupun APBD.
  Jadi hakekatbya ada koordinasi llintas kementerian.
  Baca PP No 21 / 2008, akan sangat jelas definisi definisinya.
 
  si Abah
 
 
  Btw Siapa penanggung jawab pengendalian atau pemegang kendali
  (koordinasi) fenomena (bencana) LAHAR HUJAN ? :
 
  - PVMBG, walau bukan bahaya erupsi langsung tapi merupakan ikutan
  kegiatan gunungapi, atau
  - BNPB, karena ini berpotensi menyebabkan bencana.
  - atau PU, karena merupakan bagian dari pengendalian (bencana)
 sedimen.
  - atau BMKG, karena dipicu oleh hujan deras
 
  Ada yang tahu siapa yg menentukan daerah bahaya atau daerah rawan
  lahar hujan dan skenario pengendaliannya ?
 
  Rdp
 
  On 08/12/2010, Sulastama Raharja sraha...@gmail.com wrote:
  Kemarin, saya sekilas membaca  Instrumental lahar monitoring at
 Merapi
  Volcano, Central Java, Indonesia. Di paper itu disebutkan,
 monitoring
  lahar
  secara instrumental dilakukan dengan cara alat2 real-time seismic
  amplitude
  measurement (RSAM), seismic spectral amplitude measurement (SSAM)
 and
  acoustic flow monitoring (AFM) systems. Saya belum tahu RSAM dan
 SSAM,
  nanti
  coba saya baca lebih detil, cuman sedikit tahu tentang AFM yang
 pernah
  saya
  translate di sini
  http://mountmerapi.net/2010/11/17/sistem-deteksi-lahar/
  http://mountmerapi.net/2010/11/17/sistem-deteksi-lahar/
 
  Di paper itu, yang membuat saya sedikit terkejut adalah jumlah
 banjir
  lahar
  hujan yang menerpa sungai Boyong, Bedok dan Bebeng 1994-1995, 50
 kali
  dengan
  durasi antara setengah jam sampai 1,5 jam. Waktu itu (November
 1994)
  guguran
  lava hanya menghasilkan material sebesar 3,5 jt meter kubik dan 2,5
 jt
  meter
  kubik diantaranya ada di hulu sungai boyong.
 
  Kalau kita bandingkan dengan erupsi tahun 2010, yang konon
  mengeluarkan
  material sebesar 140 jt meter kubik, jumlah material tahun 1994
  relatif
  tidak besar, dan itu pun sudah menghasilkan frekuensi banjir lahar
  yang
  banyak. Saya tidak tahu persis seberapa banyak material yang ada di
  sungai-sungai yang berhulu di Merapi, hanya bisa menyebut banyak.
 
  Sudahkah kita siap mengantisipasi banjir lahar hujan ini?
 
  Paper yang lain,  Lahars at Merapi volcano, Central Java: an
 overview,
 
  1930:  Large scale; 33 events in 1930–1931 in the Batang River;
  *large,
  scale on 2, 11, 14 January,* 19, 

Re: [iagi-net-l] Seberapa siap mengantisipasi lahar hujan?

2010-12-10 Terurut Topik yanto R.Sumantri

 Vick

Kalau saya baca dari PP No.21 thn 2008 , koordinator bencana dari pre-
pasca adal;ah BNPB baik Ousat  daerah (provinsi) maupun Kabupaten .
Daam hal Pasca Bencana ada dua tahapan yaitu Rehabilitasi dan Rekonstruksi.
Dalam hal ini seluruh daerah otonom bertugas untuk urun  biaya.
Dalam hal daerah tidak sanggup maka mereka dapat meminta bantuan ke Pusat
yang mempunyai dana .
Seluruh dana yang diperlukan haruis ada dalam APBN maupun APBD.
Jadi hakekatbya ada koordinasi llintas kementerian.
Baca PP No 21 / 2008, akan sangat jelas definisi definisinya.

si Abah


Btw Siapa penanggung jawab pengendalian atau pemegang kendali
 (koordinasi) fenomena (bencana) LAHAR HUJAN ? :

 - PVMBG, walau bukan bahaya erupsi langsung tapi merupakan ikutan
 kegiatan gunungapi, atau
 - BNPB, karena ini berpotensi menyebabkan bencana.
 - atau PU, karena merupakan bagian dari pengendalian (bencana) sedimen.
 - atau BMKG, karena dipicu oleh hujan deras

 Ada yang tahu siapa yg menentukan daerah bahaya atau daerah rawan
 lahar hujan dan skenario pengendaliannya ?

 Rdp

 On 08/12/2010, Sulastama Raharja sraha...@gmail.com wrote:
 Kemarin, saya sekilas membaca  Instrumental lahar monitoring at Merapi
 Volcano, Central Java, Indonesia. Di paper itu disebutkan, monitoring
 lahar
 secara instrumental dilakukan dengan cara alat2 real-time seismic
 amplitude
 measurement (RSAM), seismic spectral amplitude measurement (SSAM) and
 acoustic flow monitoring (AFM) systems. Saya belum tahu RSAM dan SSAM,
 nanti
 coba saya baca lebih detil, cuman sedikit tahu tentang AFM yang pernah
 saya
 translate di sini
 http://mountmerapi.net/2010/11/17/sistem-deteksi-lahar/
 http://mountmerapi.net/2010/11/17/sistem-deteksi-lahar/

 Di paper itu, yang membuat saya sedikit terkejut adalah jumlah banjir
 lahar
 hujan yang menerpa sungai Boyong, Bedok dan Bebeng 1994-1995, 50 kali
 dengan
 durasi antara setengah jam sampai 1,5 jam. Waktu itu (November 1994)
 guguran
 lava hanya menghasilkan material sebesar 3,5 jt meter kubik dan 2,5 jt
 meter
 kubik diantaranya ada di hulu sungai boyong.

 Kalau kita bandingkan dengan erupsi tahun 2010, yang konon mengeluarkan
 material sebesar 140 jt meter kubik, jumlah material tahun 1994 relatif
 tidak besar, dan itu pun sudah menghasilkan frekuensi banjir lahar yang
 banyak. Saya tidak tahu persis seberapa banyak material yang ada di
 sungai-sungai yang berhulu di Merapi, hanya bisa menyebut banyak.

 Sudahkah kita siap mengantisipasi banjir lahar hujan ini?

 Paper yang lain,  Lahars at Merapi volcano, Central Java: an overview,

 1930:  Large scale; 33 events in 1930–1931 in the Batang River; *large,
 scale on 2, 11, 14 January,* 19, 20 March, and 27 April; 162, events in
 1931–1932; large scale on 17 February and 7 April.

 1969:  Very large lahars; several overflows; 44 cold lahars in 1969;
 *large
 events on 19, 20, 22, 23 January, 26 February*, and 5 April; 21 events
 in
 1970 and 1971; *largest lahar on 17 January 1971, (h =  7 m at Salam*).
 (note: pada tahun 1969 material piroklastiknya 7,7 jt m 3)

 Dari dua data diatas, sedikit benang merah yang bisa diambil: 1. Banjir
 lahar hujan terjadi dalam rentang waktu yang cukup lama, bisa berganti
 tahun
 meskipun banjir laharnya kadang cuma sebentar 2. Banyak event banjir
 lahar
 terjadi di bulan Januari yang merupakan puncak musim hujan.

 So, sekarang sudah Desember.. Januari menjelang dan masih ada waktu
 untuk
 bersiap!

 wassalam,
 http://mountmerapi.net


 --
 Sent from my mobile device

 *Pray for  JOGJA*

 
 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...
 
 Ayo siapkan diri!
 Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 22-25 November 2010
 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
 IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
 -
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information
 posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event
 shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to
 direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting
 from loss of use, data or profits, arising out of or in 

Re: [iagi-net-l] Seberapa siap mengantisipasi lahar hujan?

2010-12-10 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Pak Yanto.
Yang saat ini terjadi di jogja adalah pasca bencana erupsi Merapi.
Tetapi yang sedang terjadi adalah 'bencana' sedimen atau fenomena
terjadinya LAHAR HUJAN. Jadi prosesi bencananya belom selesai.
Memang sudah ada yg masuk recovery utk bencana erupsi. Ini terutama
klaten ke arah timur. Dimana hanya kena dampat abu dan hujan pasir
saja. Kalau yg terkena awanpanas saat ini sedang waswas lahar hujan.

Mnurut bocoran seorang kawan di bnpb, lahar hujan merupakan tupoksinya
PU sebagai bagian dari bencana sediment. Namun saya ga tahu apakah di
PU juga ada sense utk masa krisis spt yg ada di PVMBG atau BMKG ?
Ke PUan biasanya begerak dengan modus proyek bukan disaster. Cmiiw

Rdp

On 10/12/2010, yanto R.Sumantri yrs...@rad.net.id wrote:

 Vick

 Kalau saya baca dari PP No.21 thn 2008 , koordinator bencana dari pre-
 pasca adal;ah BNPB baik Ousat  daerah (provinsi) maupun Kabupaten .
 Daam hal Pasca Bencana ada dua tahapan yaitu Rehabilitasi dan Rekonstruksi.
 Dalam hal ini seluruh daerah otonom bertugas untuk urun  biaya.
 Dalam hal daerah tidak sanggup maka mereka dapat meminta bantuan ke Pusat
 yang mempunyai dana .
 Seluruh dana yang diperlukan haruis ada dalam APBN maupun APBD.
 Jadi hakekatbya ada koordinasi llintas kementerian.
 Baca PP No 21 / 2008, akan sangat jelas definisi definisinya.

 si Abah


 Btw Siapa penanggung jawab pengendalian atau pemegang kendali
 (koordinasi) fenomena (bencana) LAHAR HUJAN ? :

 - PVMBG, walau bukan bahaya erupsi langsung tapi merupakan ikutan
 kegiatan gunungapi, atau
 - BNPB, karena ini berpotensi menyebabkan bencana.
 - atau PU, karena merupakan bagian dari pengendalian (bencana) sedimen.
 - atau BMKG, karena dipicu oleh hujan deras

 Ada yang tahu siapa yg menentukan daerah bahaya atau daerah rawan
 lahar hujan dan skenario pengendaliannya ?

 Rdp

 On 08/12/2010, Sulastama Raharja sraha...@gmail.com wrote:
 Kemarin, saya sekilas membaca  Instrumental lahar monitoring at Merapi
 Volcano, Central Java, Indonesia. Di paper itu disebutkan, monitoring
 lahar
 secara instrumental dilakukan dengan cara alat2 real-time seismic
 amplitude
 measurement (RSAM), seismic spectral amplitude measurement (SSAM) and
 acoustic flow monitoring (AFM) systems. Saya belum tahu RSAM dan SSAM,
 nanti
 coba saya baca lebih detil, cuman sedikit tahu tentang AFM yang pernah
 saya
 translate di sini
 http://mountmerapi.net/2010/11/17/sistem-deteksi-lahar/
 http://mountmerapi.net/2010/11/17/sistem-deteksi-lahar/

 Di paper itu, yang membuat saya sedikit terkejut adalah jumlah banjir
 lahar
 hujan yang menerpa sungai Boyong, Bedok dan Bebeng 1994-1995, 50 kali
 dengan
 durasi antara setengah jam sampai 1,5 jam. Waktu itu (November 1994)
 guguran
 lava hanya menghasilkan material sebesar 3,5 jt meter kubik dan 2,5 jt
 meter
 kubik diantaranya ada di hulu sungai boyong.

 Kalau kita bandingkan dengan erupsi tahun 2010, yang konon mengeluarkan
 material sebesar 140 jt meter kubik, jumlah material tahun 1994 relatif
 tidak besar, dan itu pun sudah menghasilkan frekuensi banjir lahar yang
 banyak. Saya tidak tahu persis seberapa banyak material yang ada di
 sungai-sungai yang berhulu di Merapi, hanya bisa menyebut banyak.

 Sudahkah kita siap mengantisipasi banjir lahar hujan ini?

 Paper yang lain,  Lahars at Merapi volcano, Central Java: an overview,

 1930:  Large scale; 33 events in 1930–1931 in the Batang River; *large,
 scale on 2, 11, 14 January,* 19, 20 March, and 27 April; 162, events in
 1931–1932; large scale on 17 February and 7 April.

 1969:  Very large lahars; several overflows; 44 cold lahars in 1969;
 *large
 events on 19, 20, 22, 23 January, 26 February*, and 5 April; 21 events
 in
 1970 and 1971; *largest lahar on 17 January 1971, (h =  7 m at Salam*).
 (note: pada tahun 1969 material piroklastiknya 7,7 jt m 3)

 Dari dua data diatas, sedikit benang merah yang bisa diambil: 1. Banjir
 lahar hujan terjadi dalam rentang waktu yang cukup lama, bisa berganti
 tahun
 meskipun banjir laharnya kadang cuma sebentar 2. Banyak event banjir
 lahar
 terjadi di bulan Januari yang merupakan puncak musim hujan.

 So, sekarang sudah Desember.. Januari menjelang dan masih ada waktu
 untuk
 bersiap!

 wassalam,
 http://mountmerapi.net


 --
 Sent from my mobile device

 *Pray for  JOGJA*

 
 PP-IAGI 2008-2011:
 ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
 sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
 * 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...
 
 Ayo siapkan diri!
 Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 22-25 November 2010
 -
 To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
 To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Pembayaran iuran 

[iagi-net-l] Seberapa siap mengantisipasi lahar hujan?

2010-12-08 Terurut Topik Sulastama Raharja
Kemarin, saya sekilas membaca  Instrumental lahar monitoring at Merapi
Volcano, Central Java, Indonesia. Di paper itu disebutkan, monitoring lahar
secara instrumental dilakukan dengan cara alat2 real-time seismic amplitude
measurement (RSAM), seismic spectral amplitude measurement (SSAM) and
acoustic flow monitoring (AFM) systems. Saya belum tahu RSAM dan SSAM, nanti
coba saya baca lebih detil, cuman sedikit tahu tentang AFM yang pernah saya
translate di sini http://mountmerapi.net/2010/11/17/sistem-deteksi-lahar/
http://mountmerapi.net/2010/11/17/sistem-deteksi-lahar/

Di paper itu, yang membuat saya sedikit terkejut adalah jumlah banjir lahar
hujan yang menerpa sungai Boyong, Bedok dan Bebeng 1994-1995, 50 kali dengan
durasi antara setengah jam sampai 1,5 jam. Waktu itu (November 1994) guguran
lava hanya menghasilkan material sebesar 3,5 jt meter kubik dan 2,5 jt meter
kubik diantaranya ada di hulu sungai boyong.

Kalau kita bandingkan dengan erupsi tahun 2010, yang konon mengeluarkan
material sebesar 140 jt meter kubik, jumlah material tahun 1994 relatif
tidak besar, dan itu pun sudah menghasilkan frekuensi banjir lahar yang
banyak. Saya tidak tahu persis seberapa banyak material yang ada di
sungai-sungai yang berhulu di Merapi, hanya bisa menyebut banyak.

Sudahkah kita siap mengantisipasi banjir lahar hujan ini?

Paper yang lain,  Lahars at Merapi volcano, Central Java: an overview,

1930:  Large scale; 33 events in 1930–1931 in the Batang River; *large,
scale on 2, 11, 14 January,* 19, 20 March, and 27 April; 162, events in
1931–1932; large scale on 17 February and 7 April.

1969:  Very large lahars; several overflows; 44 cold lahars in 1969; *large
events on 19, 20, 22, 23 January, 26 February*, and 5 April; 21 events in
1970 and 1971; *largest lahar on 17 January 1971, (h =  7 m at Salam*).
(note: pada tahun 1969 material piroklastiknya 7,7 jt m 3)

Dari dua data diatas, sedikit benang merah yang bisa diambil: 1. Banjir
lahar hujan terjadi dalam rentang waktu yang cukup lama, bisa berganti tahun
meskipun banjir laharnya kadang cuma sebentar 2. Banyak event banjir lahar
terjadi di bulan Januari yang merupakan puncak musim hujan.

So, sekarang sudah Desember.. Januari menjelang dan masih ada waktu untuk
bersiap!

wassalam,
http://mountmerapi.net


Re: [iagi-net-l] Seberapa siap mengantisipasi lahar hujan?

2010-12-08 Terurut Topik R.P.Koesoemadinata
PVMBG itu singkatan Pusat Vulkanologi dan Mitigrasi Bencana Geologi, jadi 
urusannya bukan vulkanologi saja tetapi bencana geologi juga, termasuk 
longsor dan tentunya lahar juga. Logisnya sih juga masih tetap ngurusin 
bahaya lahar juga.

Tetapi ya banyak instansi yang terkait, bisa rumit juga
RPK
- Original Message - 
From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, December 08, 2010 8:50 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Seberapa siap mengantisipasi lahar hujan?


Btw Siapa penanggung jawab pengendalian atau pemegang kendali
(koordinasi) fenomena (bencana) LAHAR HUJAN ? :

- PVMBG, walau bukan bahaya erupsi langsung tapi merupakan ikutan
kegiatan gunungapi, atau
- BNPB, karena ini berpotensi menyebabkan bencana.
- atau PU, karena merupakan bagian dari pengendalian (bencana) sedimen.
- atau BMKG, karena dipicu oleh hujan deras

Ada yang tahu siapa yg menentukan daerah bahaya atau daerah rawan
lahar hujan dan skenario pengendaliannya ?

Rdp

On 08/12/2010, Sulastama Raharja sraha...@gmail.com wrote:

Kemarin, saya sekilas membaca  Instrumental lahar monitoring at Merapi
Volcano, Central Java, Indonesia. Di paper itu disebutkan, monitoring 
lahar
secara instrumental dilakukan dengan cara alat2 real-time seismic 
amplitude

measurement (RSAM), seismic spectral amplitude measurement (SSAM) and
acoustic flow monitoring (AFM) systems. Saya belum tahu RSAM dan SSAM, 
nanti
coba saya baca lebih detil, cuman sedikit tahu tentang AFM yang pernah 
saya

translate di sini http://mountmerapi.net/2010/11/17/sistem-deteksi-lahar/
http://mountmerapi.net/2010/11/17/sistem-deteksi-lahar/

Di paper itu, yang membuat saya sedikit terkejut adalah jumlah banjir 
lahar
hujan yang menerpa sungai Boyong, Bedok dan Bebeng 1994-1995, 50 kali 
dengan
durasi antara setengah jam sampai 1,5 jam. Waktu itu (November 1994) 
guguran
lava hanya menghasilkan material sebesar 3,5 jt meter kubik dan 2,5 jt 
meter

kubik diantaranya ada di hulu sungai boyong.

Kalau kita bandingkan dengan erupsi tahun 2010, yang konon mengeluarkan
material sebesar 140 jt meter kubik, jumlah material tahun 1994 relatif
tidak besar, dan itu pun sudah menghasilkan frekuensi banjir lahar yang
banyak. Saya tidak tahu persis seberapa banyak material yang ada di
sungai-sungai yang berhulu di Merapi, hanya bisa menyebut banyak.

Sudahkah kita siap mengantisipasi banjir lahar hujan ini?

Paper yang lain,  Lahars at Merapi volcano, Central Java: an overview,

1930:  Large scale; 33 events in 1930–1931 in the Batang River; *large,
scale on 2, 11, 14 January,* 19, 20 March, and 27 April; 162, events in
1931–1932; large scale on 17 February and 7 April.

1969:  Very large lahars; several overflows; 44 cold lahars in 1969; 
*large

events on 19, 20, 22, 23 January, 26 February*, and 5 April; 21 events in
1970 and 1971; *largest lahar on 17 January 1971, (h =  7 m at Salam*).
(note: pada tahun 1969 material piroklastiknya 7,7 jt m 3)

Dari dua data diatas, sedikit benang merah yang bisa diambil: 1. Banjir
lahar hujan terjadi dalam rentang waktu yang cukup lama, bisa berganti 
tahun

meskipun banjir laharnya kadang cuma sebentar 2. Banyak event banjir lahar
terjadi di bulan Januari yang merupakan puncak musim hujan.

So, sekarang sudah Desember.. Januari menjelang dan masih ada waktu untuk
bersiap!

wassalam,
http://mountmerapi.net



--
Sent from my mobile device

*Pray for  JOGJA*


PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt  Bdg), 5 departemen, banyak biro...

Ayo siapkan diri!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 22-25 November 2010
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted 
on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall 
IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct 
or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss 
of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any 
information posted on IAGI mailing list