Cendekiawan Berdedikasi
Jumat, 27 Juni 2008 | 02:19 WIB
Pengantar Redaksi
Intelektual sejati tak mungkin bisa melepaskan diri dari berbagai realitas
sosial yang menjadi persoalan masyarakat. Melalui kontribusi pemikiran, ia
menawarkan alternatif, ia mencoba menyampaikan solusi, bahkan ia menjadi
pendamping bagi masyarakat yang sedang kebingungan. Cendekiawan bukanlah
mereka yang terbenam dalam menara gading.
Lima cendekiawan yang semuanya berusia di atas 70 tahun dipilih "Kompas"
sebagai Cendekiawan Berdedikasi. Salah satu aktivitas yang tak pernah mereka
tinggalkan adalah menulis, menyebarkan gagasan kepada khalayak. Gagasan
untuk mencari jawaban atas fenomena keseharian atas perjalanan sejarah
masyarakat dan bangsa Indonesia. Dan, salah satu kanal untuk menyebarkan
gagasan adalah rubrik Opini Harian "Kompas".
Penghargaan kepada lima cendekiawan itu diserahkan Pemimpin Umum Harian "Kompas"
Jakob Oetama Jumat (27/6) pagi ini, di Jakarta. Penghargaan diberikan
berkaitan dengan ulang tahun ke-43 Harian "Kompas". Berikut gambaran singkat
profil mereka, pekerja yang sepi, asketis, namun produktif.
***Mudaham Taufick Zen
Khawatirkan Negara Gagal
Usia sepuh (77) tidak menghalangi geolog kawakan Mudaham Taufick Zen
beraktivitas. Selain mengajar, anggota majelis guru besar Institut Teknologi
Bandung (ITB) ini juga bekerja di sebuah perusahaan asuransi di Jakarta.
Tugasnya memperkirakan dampak gempa terhadap infrastruktur suatu kota.
Setiap akhir pekan, barulah ia dapat menikmati waktu senggang di rumahnya
yang di asri dan banyak pepohonan di kawasan Bandung Utara. Di rumah ini
pula, MT Zen produktif menulis. "Di Jakarta, saya tidak bisa menulis.,"
ujarnya. "Di kawasan Bandung Utara, karena udaranya segar, gagasan mengalir
lancar," kata pendiri Jurusan Teknik Geofisika ITB ini.
Meski latar belakang pendidikannya geologi dan geofosika, MT Zen kelahiran
Mentok, Bangka 14 Agustus 1931, ini, mahir menulis berbagai masalah sosial
dan sastra. Maklum, minatnya memang sangat luas.
Selain mendalami geologi khususnya kegempaan, dia juga menyukai sastra,
filsafat, musik klasik, bahasa, dan olahraga. Di bidang musik, misalnya,
penyandang Bintang Mahaputra ini paham betul karya-karya Bach, Mozart, dan
Beethoven.
Di bidang olahraga, dia masih aktif naik gunung, bela diri aikido, menyelam,
dan renang 7 kilometer seminggu dua kali. Soal bahasa, jangan ditanya. Ia
menguasai lima bahasa asing, yakni Inggris, Belanda, Jerman, Perancis, dan
Jepang. Enam buku dan ratusan karya ilmiah di jurnal-jurnal ilmiah juga
telah lahir dari tangannya. "Menulis itu menjadi kebutuhan," kata guru besar
di perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat dan Wina, Austria, ini.
Satu hal yang mencemaskan MT Zen adalah kekhawatiran Indonesia menjadi
negara yang gagal seperti halnya Somalia dan Dharfur Sudan, di sana orang
saling membunuh. Tidak ada aturan. "Indonesia bisa menjadi negara yang gagal
jika tidak bisa survive di tengah kultur baru abad ke-21," ujarnya. Menurut
dia, abad ke-21 memiliki kultur tersendiri karena segala sesuatu akan
bersifat maya, misalnya modal maya dan industri maya.
Mempersiapkan Indonesia menghadapi abad ke-21, dalam pandangan MT Zen, tidak
bisa ditunda-tunda lagi. Arus globalisasi dengan segala dampaknya terus
bergulir. Di sisi lain, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah internal
yang sangat berat, terutama kesalahan dalam pengelolaan lingkungan alam dan
kegagalan sumber daya insani.
Di bidang sumber daya insani, misalnya, sistem pendidikan Indonesia gagal
menciptakan manusia berkarakter, yaitu yang punya harga diri, kebanggaan
diri, berani bertanggung jawab, dan punya etika.
Kondisi ini diperparah dengan merebaknya korupsi dengan cara yang tidak
konvensional serta dalam jumlah yang besar, bahkan mencapai triliunan. "Karena
itu, pemberantasannya pun harus dengan cara yang tidak konvensional. Jika
perlu, dengan potong 'lehernya' sebagai shock therapy," kata anggota Akademi
Ilmu Pengetahuan New York ini.
Meski Indonesia sudah dalam kondisi parah, MT Zen tetap keyakin Indonesia
masih punya masa depan yang cerah. Langkah yang paling utama adalah
Indonesia harus dipimpin oleh orang yang berkarakter, punya keberanian
mengambil tindakan, punya inisiatif dalam pembangunan serta memiliki visi
jauh ke depan. "Kalau tidak, Indonesia akan celaka," ujarnya. Berkebalikan
dari kondisi di atas yang serba muram, MT Zen menegaskan, Indonesia
sebenarnya memiliki semuanya yang dapat membuatnya menjadi bangsa yang
besar, negara adidaya. Sayangnya, semua modal positif itu saat ini diurus
secara keliru
--------------------------------------------------------------------------------
PIT IAGI KE-37 (BANDUNG)
* acara utama: 27-28 Agustus 2008
* penerimaan abstrak: kemarin2 s/d 30 April 2008
* pengumuman penerimaan abstrak: 15 Mei 2008
* batas akhir penerimaan makalah lengkap: 15 Juli 2008
* abstrak / makalah dikirimkan ke:
www.grdc.esdm.go.id/aplod
username: iagi2008
password: masukdanaplod
--------------------------------------------------------------------------------
PEMILU KETUA UMUM IAGI 2008-2011:
* pendaftaran calon ketua: 13 Pebruari - 6 Juni 2008
* penghitungan suara: waktu PIT IAGI Ke-37 di Bandung
AYO, CALONKAN DIRI ANDA SEKARANG JUGA!!!
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------