Re: [iagi-net-l] Selamatkan... kawasan resapan (lagi)
Terimakasih pak Avi, maaf saya lupa menjelaskan bahwa di hidrogeologi, datum yang digunakan umumnya adalah di atas permukaan laut (dpl atau MSL). Pengamatan yang dilakukan adalah pada sumur artesis, yaitu sumur yang mengambil pada sistem airtanah tertekan atau yang memiliki tekanan lebih besar dari 1 atm. Betul seperti kata bapak, untuk kondisi yang bapak sebut itu adalah sistem non artesis atau sistem airtanah bebas (ini kalau menggunakan klasifikasi kedalaman 60 m dari pak Sukardi di Jakarta). Sistem ini akan berfluktuasi dengan iklim.. pada saat kemarau muka airtanah akan turun dan dalam beberapa kasus hingga kering .. pada saat musim hujan muka airtanah akan naik terisi kembali. Pemboran artesis di Jakarta yang saya bicarakan adalah adalah pemboran dengan target hidrostratigrafi akifer zone 2 yaitu Fm Genteng, Serpong dan Kaliwangu (mengacu kepada pembagian yang dibuat pak Fahri dan Pak Lambok). Salam, Fajar (2114) Kang Jae, apa kabar? .. Kita pindah gelanggang untuk diskusi yang terlalu teknis dan sulit From: rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Thursday, March 1, 2012 9:14 AM Subject: Re: [iagi-net-l] Selamatkan... kawasan resapan (lagi) Fajar, ada pengamatan ngga kira2 formasi apa yg dianggap aquifer itu, apa just sand or limestone reservoir misal di bawak kedalaman 125 meter. Karena kalo sumur di rumah2 ku di Jaksel MAT ada di 3-5 meter, black sand aquifer di 16-25 meter (tergantung lokasi), tuff aquifer di 4 meter to 15 meter. Kalau aquifer2 yg kusebut tadi ngga ada yg artetis. Oh ya pada saat bikin perhitungan artetis plus sekian itu apa sudah dikoreksi dg topografi? mungkin akan lebih baek kalau plus sekian dari MSL (mean sea level). Well done selamat ber-observasi Avi NPA 0666 nomor cuantik
Re: [iagi-net-l] Selamatkan... kawasan resapan (lagi)
Bisa dilihat dari hasil observasinya pak Dhe, Pemboran artesis pertama yang dilaporkan di Jakarta adalah di Benteng Prince Frederick tahun 1848 dengan kondisi artesis positif (flowing well) dengan ketinggian +2,4 meter... sayang sampai kemarin cari-cari sumur ini masih belum ketemu :(.. hanya saat ini muka airtanah di wilayah ini berdasarkan data pada sumur pantau adalah artesis negatif - 25 meter Semarang... ini saya masih mencari informasi sumur tertuanya (mohon info dari rekan-rekan jika mengetahuinya), hanya ada data pada sumur pantau yang dibuat pada tahun 1970 memiliki kondisi artesis positif juga dengan ketingian +1,5 meter saat ini telah menjadi artesis negatif -18 meter Bandung.. pemboran pertama dilaporkan di stasiun Kereta Api Bandung dengan kondisi artesis positif dengan ketinggian + 4 meter .. saat ini juga telah menjadi artesis negatif. Data pendukung lainnya adalah dengan menghitung head pada minimal 3 piesometer/sumur pantau yang diletakkan pada sistem akifer yang sama dengan kedalaman yang berbeda. Untuk di Jakarta ini bisa dihitung di kompleks sumur pantau Senayan sedangkan untuk di Semarang ini bisa dihitung di komplek kecil sumur pantau di Distamben Jawa Tengah. Hanya untuk detail perhitungan dengan metode ini, mungkin kita diskusikan di gelanggang lain saja pak Dhe, agar tidak terlalu sulit untuk rakyat. Salam, Fajar (2114) Mohon dikoreksi jika ada yang memiliki data lebih akurat... terimakasih From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Mas Fajar, Menarik sekali mengenai perubahan kawasan resapan ini. Apakah nilai (angka) resapan ini diukur atau diperkirakan berdasarkan parameter lithologi, tutupan lahan dll ? Maksud saya, apakah ada usaha (hasil) pengukuran jumlah air yang meresap setelah hujan, dan jumlah air yang menjadi runoff. Salam RDP
Re: [iagi-net-l] Selamatkan... kawasan resapan (lagi)
Fajar, ada pengamatan ngga kira2 formasi apa yg dianggap aquifer itu, apa just sand or limestone reservoir misal di bawak kedalaman 125 meter. Karena kalo sumur di rumah2 ku di Jaksel MAT ada di 3-5 meter, black sand aquifer di 16-25 meter (tergantung lokasi), tuff aquifer di 4 meter to 15 meter. Kalau aquifer2 yg kusebut tadi ngga ada yg artetis. Oh ya pada saat bikin perhitungan artetis plus sekian itu apa sudah dikoreksi dg topografi? mungkin akan lebih baek kalau plus sekian dari MSL (mean sea level). Well done selamat ber-observasi Avi NPA 0666 nomor cuantik 2012/3/1 Fajar Lubis fajardich...@yahoo.com Bisa dilihat dari hasil observasinya pak Dhe, Pemboran artesis pertama yang dilaporkan di Jakarta adalah di Benteng Prince Frederick tahun 1848 dengan kondisi artesis positif (flowing well) dengan ketinggian +2,4 meter... sayang sampai kemarin cari-cari sumur ini masih belum ketemu :(.. hanya saat ini muka airtanah di wilayah ini berdasarkan data pada sumur pantau adalah artesis negatif - 25 meter Semarang... ini saya masih mencari informasi sumur tertuanya (mohon info dari rekan-rekan jika mengetahuinya), hanya ada data pada sumur pantau yang dibuat pada tahun 1970 memiliki kondisi artesis positif juga dengan ketingian +1,5 meter saat ini telah menjadi artesis negatif -18 meter Bandung.. pemboran pertama dilaporkan di stasiun Kereta Api Bandung dengan kondisi artesis positif dengan ketinggian + 4 meter .. saat ini juga telah menjadi artesis negatif. Data pendukung lainnya adalah dengan menghitung head pada minimal 3 piesometer/sumur pantau yang diletakkan pada sistem akifer yang sama dengan kedalaman yang berbeda. Untuk di Jakarta ini bisa dihitung di kompleks sumur pantau Senayan sedangkan untuk di Semarang ini bisa dihitung di komplek kecil sumur pantau di Distamben Jawa Tengah. Hanya untuk detail perhitungan dengan metode ini, mungkin kita diskusikan di gelanggang lain saja pak Dhe, agar tidak terlalu sulit untuk rakyat. Salam, Fajar (2114) Mohon dikoreksi jika ada yang memiliki data lebih akurat... terimakasih -- *From:* Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com ** Mas Fajar, Menarik sekali mengenai perubahan kawasan resapan ini. Apakah nilai (angka) resapan ini diukur atau diperkirakan berdasarkan parameter lithologi, tutupan lahan dll ? Maksud saya, apakah ada usaha (hasil) pengukuran jumlah air yang meresap setelah hujan, dan jumlah air yang menjadi runoff. Salam RDP
Re: [iagi-net-l] Selamatkan... kawasan resapan (lagi)
Kang Fajar, Gak perlu pindah gelanggang lain disini saja untuk memperkaya pengetahuan kita Jadi inget waktu di lab dulu, cari cari data hidro jkt Salam, Jdn Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Fajar Lubis fajardich...@yahoo.com Date: Thu, 1 Mar 2012 09:36:21 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Selamatkan... kawasan resapan (lagi) Bisa dilihat dari hasil observasinya pak Dhe, Pemboran artesis pertama yang dilaporkan di Jakarta adalah di Benteng Prince Frederick tahun 1848 dengan kondisi artesis positif (flowing well) dengan ketinggian +2,4 meter... sayang sampai kemarin cari-cari sumur ini masih belum ketemu :(.. hanya saat ini muka airtanah di wilayah ini berdasarkan data pada sumur pantau adalah artesis negatif - 25 meter Semarang... ini saya masih mencari informasi sumur tertuanya (mohon info dari rekan-rekan jika mengetahuinya), hanya ada data pada sumur pantau yang dibuat pada tahun 1970 memiliki kondisi artesis positif juga dengan ketingian +1,5 meter saat ini telah menjadi artesis negatif -18 meter Bandung.. pemboran pertama dilaporkan di stasiun Kereta Api Bandung dengan kondisi artesis positif dengan ketinggian + 4 meter .. saat ini juga telah menjadi artesis negatif. Data pendukung lainnya adalah dengan menghitung head pada minimal 3 piesometer/sumur pantau yang diletakkan pada sistem akifer yang sama dengan kedalaman yang berbeda. Untuk di Jakarta ini bisa dihitung di kompleks sumur pantau Senayan sedangkan untuk di Semarang ini bisa dihitung di komplek kecil sumur pantau di Distamben Jawa Tengah. Hanya untuk detail perhitungan dengan metode ini, mungkin kita diskusikan di gelanggang lain saja pak Dhe, agar tidak terlalu sulit untuk rakyat. Salam, Fajar (2114) Mohon dikoreksi jika ada yang memiliki data lebih akurat... terimakasih From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Mas Fajar, Menarik sekali mengenai perubahan kawasan resapan ini. Apakah nilai (angka) resapan ini diukur atau diperkirakan berdasarkan parameter lithologi, tutupan lahan dll ? Maksud saya, apakah ada usaha (hasil) pengukuran jumlah air yang meresap setelah hujan, dan jumlah air yang menjadi runoff. Salam RDP