Re: [iagi-net-l] Antisipasi kemungkinan gempa berikut nya Re: [iagi-net-l] Simulasi Gempa

2006-07-18 Terurut Topik liamsi
Kalau diperhatikan ternyata Kebingungan masyarakat terus saja
terjadi , meskipun pembahasan masalah Bencana ( Gempa/sunami)
sangat intensif sejak sunami Aceh , apalagi disusul terus dg
gempa gempa lainya .Isu sunami setelah gempa bahkan melanda masyarakat Yogya 
yang
notabene gudangnya ilmuwan dan letaknya jauh dari laut, isu
sunami besar besaran yang akan terjadi lagi juga melanda
pangandaran, cilacap kemarin meskipun gempannya sudah terjadi 
cukup lama, sehingga samapai sekarang masih ngungsi di bukit
bukit/tempat tinggi. Dan tragisnya Begitu ada bencana (
gempa/sunami) ternyata yang paling sigap adalah para
pencuri/penjarah dg memanfaatkan kepanikan warganya.Mungkin perlu dilihat lagi 
, apakah sosialisasi ttg kebencanaan
ini sudah efektif ? atau jangan jangan belum membumi dg bahasa
yang mudah dipahami dan praktis , tidak sekedar teori apa
mengapanya  saja, akan lebih penting kalau diajarkan bgaimana
kalau peristiwa itu terjadi ( apa antisipasinya ) dan Daerah
mana saja yang berbahaya ( dikosongkan ) shg semacam di Yogya
tadi orang tidak akan termakan isu sunami karena memang
daerahnya sangat jauh dr pantai., dst. dst..
ISM


> sudah saatnya mendesak pemerintah untuk kembali sosialisasi
> cara-cara penyelamatan diri jika terjadi gempa. saya cukup
> prihatin melihat (dan membaca berita ttg) para pekerja di
> gedung2 tinggi jakarta yang berebutan keluar gedung dengan
> menggunakan lift pada saat terjadi gempa pangandaran
> kemaren, padahal seharusnya yang dilakukan adalah turun
> melalui jalur evakuasi (tangga darurat).
>
>
> On 7/18/06, Franciscus B Sinartio <[EMAIL PROTECTED]>
> wrote:
>>
>> supaya tidak kecolongan lagi, mungkin baik juga IAGI
>> membuat semacam riset kecil untuk mempelajari kemungkinan
>> terjadi nya gempa beikut nya terutama di daerah sekitar
>> ring of fire ini.
>> gunanya bukan untuk membuat panik, tetapi untuk masukan ke
>> "authorities" untuk mengadakan latihan early warning baik
>> persiapan early warning untuk tsunami maupun untuk
>> antisipasi efek dari gempa.
>>
>> pertanyaan saya apakah daerah sekitar gempa di Sumatra
>> dengan daerah gempa yang barusan juga rentan untuk gempa?
>> misalnya sekitar krakatau, selat sunda terus ke utara
>> dekat2 fault Semangko (Sumatra fault) ?
>> hari ini kawan dari aussie kirim lagi berita bahwa dia ada
>> reading em signature lagi, cuma dia tidak mau sebut tempat
>> lagi katanya sekitar p Jawa.  soalnya pengukuran dia salah
>> 1 % saja, maka range kesalahan nya sudah antara yogya
>> sampai padang, atau mungkin lebih besar range nya
>>
>> fbs
>>
>>
>> - Original Message 
>> From: soegiri <[EMAIL PROTECTED]>
>> To: Intranet PND <[EMAIL PROTECTED]>
>> Cc: Iagi-Net 
>> Sent: Tuesday, July 18, 2006 8:35:17 AM
>> Subject: [iagi-net-l] Simulasi Gempa dan tsunami di
>> Pangandaran (Kompas online,18/7/2006)
>>
>>
>> Memahami Tsunami di Pangandaran
>>
>> JAKARTA, KCM - Aceh kebobolan dan sekali lagi Pangandaran
>> pun sedikit lepas
>> dari perhatian saat gempa dan tsunami lewat di sekitar
>> pekarangan kita. Ibarat tamu tak diundang, gempa dan
>> tsunami selalu datang tiba-tiba. Sampai
>> sekarang, tidak seorang ahli pun yang terbukti mampu
>> mendeteksi
>> kedatangannya dengan tepat.
>> Ancaman tsunami di Pangandaran, Jawa Barat memang telah
>> diprediksi jauh-jauh
>> hari seperti halnya gempa dan tsunami seperti di Aceh atau
>> gempa merusak di
>> Yogyakarta. Namun, tidak dapat dipastikan dengan tepat
>> kapan datangnya, bisa
>> ratusan tahun, puluhan tahun, bahkan hitungan bulan dan
>> hari.
>> Sejauh ini, para ahli geologi, geofisika, dan disiplin ilmu
>> lain yang mendukung telah dapat memperkirakan terjadinya
>> gempa dan tsunami di sutau kawasan berdasarkan siklus
>> catatan sejarah. Sayangnya belum semua daerah teramati dan
>> memiliki catatan sejarah kegempaan. Maka, pemahaman
>> mengenai terjadinya gempa dan tsunami menjadi hal yang
>> sangat penting untuk mengantisipasi jatuhnya korban.
>> Pangandaran dan Aceh
>> Ketidaktahuan masyarakat atau pemahaman yang bermacam-macam
>> sering menimbulkan kebingungan dan keresahan saat terjadi
>> bencana. Pemahaman yang tepat perlu ditanamkan, misalnya,
>> tidak semua gempa bisa menimbulkan tsunami. Menurut Kepala
>> Bidang Seismologi Teknik dan Tsunami Badan Meteorologi dan
>> Geofisika (BMG) Fauzi, Ph. D., tsunami umumnya dipicu gempa
>> yang berkekuatan lebih dari 6,5 Skala Richter (SR) dan
>> pusat gempa berada di
>> laut.
>> Gempa yang terjadi Senin (17/7) pukul 15.19 WIB, misalnya,
>> berpusat di selatan Pulau Jawa, tepatnya 9,46 Lintang
>> Selatan (LS) dan 107,19 Bujur Timur (BT) pada kedalaman 33
>> kilometer. Terukur dengan kekuatan 6,8 Skala Richter (SR)
>> oleh BMG dan 7,2 Mw (momen magnitude) yang kemudian
>> direvisi menjadi 7,7 Mw oleh United States Geological
>> Survey (USGS), gempa terjadi di
>> laut sehingga berpotensi menghasilkan tsunami.
>> Pacific Tsunami Warning System di Hawaii juga sempat
>> mengingatkan potensi tsunami karena gempa. Alat pengukur
>> tinggi gelombang (t

Re: [iagi-net-l] antisipasi kemungkinan gempa berikut nya Re: [iagi-net-l] Simulasi Gempa

2006-07-18 Terurut Topik M Fakhrur Razi

sudah saatnya mendesak pemerintah untuk kembali sosialisasi cara-cara
penyelamatan diri jika terjadi gempa. saya cukup prihatin melihat (dan
membaca berita ttg) para pekerja di gedung2 tinggi jakarta yang berebutan
keluar gedung dengan menggunakan lift pada saat terjadi gempa pangandaran
kemaren, padahal seharusnya yang dilakukan adalah turun melalui jalur
evakuasi (tangga darurat).


On 7/18/06, Franciscus B Sinartio <[EMAIL PROTECTED]> wrote:


supaya tidak kecolongan lagi, mungkin baik juga IAGI membuat semacam riset
kecil untuk mempelajari kemungkinan terjadi nya gempa beikut nya terutama di
daerah sekitar ring of fire ini.
gunanya bukan untuk membuat panik, tetapi untuk masukan ke "authorities"
untuk mengadakan latihan early warning baik persiapan early warning untuk
tsunami maupun untuk antisipasi efek dari gempa.

pertanyaan saya apakah daerah sekitar gempa di Sumatra dengan daerah gempa
yang barusan juga rentan untuk gempa?
misalnya sekitar krakatau, selat sunda terus ke utara dekat2 fault
Semangko (Sumatra fault) ?
hari ini kawan dari aussie kirim lagi berita bahwa dia ada reading em
signature lagi, cuma dia tidak mau sebut tempat lagi katanya sekitar p
Jawa.  soalnya pengukuran dia salah 1 % saja, maka range kesalahan nya sudah
antara yogya sampai padang, atau mungkin lebih besar range nya

fbs


- Original Message 
From: soegiri <[EMAIL PROTECTED]>
To: Intranet PND <[EMAIL PROTECTED]>
Cc: Iagi-Net 
Sent: Tuesday, July 18, 2006 8:35:17 AM
Subject: [iagi-net-l] Simulasi Gempa dan tsunami di Pangandaran (Kompas
online,18/7/2006)


Memahami Tsunami di Pangandaran

JAKARTA, KCM - Aceh kebobolan dan sekali lagi Pangandaran pun sedikit
lepas
dari perhatian saat gempa dan tsunami lewat di sekitar pekarangan kita.
Ibarat tamu tak diundang, gempa dan tsunami selalu datang tiba-tiba.
Sampai
sekarang, tidak seorang ahli pun yang terbukti mampu mendeteksi
kedatangannya dengan tepat.
Ancaman tsunami di Pangandaran, Jawa Barat memang telah diprediksi
jauh-jauh
hari seperti halnya gempa dan tsunami seperti di Aceh atau gempa merusak
di
Yogyakarta. Namun, tidak dapat dipastikan dengan tepat kapan datangnya,
bisa
ratusan tahun, puluhan tahun, bahkan hitungan bulan dan hari.
Sejauh ini, para ahli geologi, geofisika, dan disiplin ilmu lain yang
mendukung telah dapat memperkirakan terjadinya gempa dan tsunami di sutau
kawasan berdasarkan siklus catatan sejarah. Sayangnya belum semua daerah
teramati dan memiliki catatan sejarah kegempaan. Maka, pemahaman mengenai
terjadinya gempa dan tsunami menjadi hal yang sangat penting untuk
mengantisipasi jatuhnya korban.
Pangandaran dan Aceh
Ketidaktahuan masyarakat atau pemahaman yang bermacam-macam sering
menimbulkan kebingungan dan keresahan saat terjadi bencana. Pemahaman yang
tepat perlu ditanamkan, misalnya, tidak semua gempa bisa menimbulkan
tsunami. Menurut Kepala Bidang Seismologi Teknik dan Tsunami Badan
Meteorologi dan Geofisika (BMG) Fauzi, Ph. D., tsunami umumnya dipicu
gempa
yang berkekuatan lebih dari 6,5 Skala Richter (SR) dan pusat gempa berada
di
laut.
Gempa yang terjadi Senin (17/7) pukul 15.19 WIB, misalnya, berpusat di
selatan Pulau Jawa, tepatnya 9,46 Lintang Selatan (LS) dan 107,19 Bujur
Timur (BT) pada kedalaman 33 kilometer. Terukur dengan kekuatan 6,8 Skala
Richter (SR) oleh BMG dan 7,2 Mw (momen magnitude) yang kemudian direvisi
menjadi 7,7 Mw oleh United States Geological Survey (USGS), gempa terjadi
di
laut sehingga berpotensi menghasilkan tsunami.
Pacific Tsunami Warning System di Hawaii juga sempat mengingatkan potensi
tsunami karena gempa. Alat pengukur tinggi gelombang (tide gauge) terdekat
yang terpasang di Benoa, Bali mengukur kenaikan muka air laut setinggi 4
centimeter yang menunjukkan potensi terjadinya tsunami di pantai-pantai
terdekat dari pusat gempa baik di Indonesia maupun Australia.
Proses terjadinya tsunami di Pangandaran dan sebagian pantai selatan Pulau
Jawa pada dasarnya tidak berbeda dengan tsunami di Aceh. Keduanya
sama-sama
dipicu gempa tektonik di sekitar zona subduksi atau penunjaman lempeng
Indo-Australia dan Eurasia. Hanya saja, kekuatan gempa yang lebih kecil
dan
jarak yang jauh dari daratan membuat tsunami yang menyapu sebagian pantai
selatan Pulau Jawa itu lebih lemah daripada tsunami di Aceh.
Pusat gempa berada di sekitar zona penunjaman yang merupakan ujung
pertemuan
lempeng Indo-Asia dengan Australia. Pergeseran lempeng ini sebenarnya
terus
terjadi sejak terbentuknya lempeng-lempeng tersebut jutaan tahun lalu.
Seiring berjalannya waktu, gaya dorong mendorong kedua lempeng menyebabkan
energi terkumpul di titik tersebut. "Karena kedua lempeng tidak sanggup
lagi
menahan energi yang terkumpuk, energi dilepaskan sehingga menghasilkan
gempa," kata Fauzi.
Saat energi dilepaskan, lempeng Eurasia yang berada di atas lempeng
Indo-Australia terangkat sehingga mendorong gejolak air laut di atasnya.
Gejolak air laut akan mengalir ke segala arah dalam bentuk gelombang yang
merambat dengan kecepatan hingga 800 kilometer per

[iagi-net-l] antisipasi kemungkinan gempa berikut nya Re: [iagi-net-l] Simulasi Gempa

2006-07-18 Terurut Topik Franciscus B Sinartio
supaya tidak kecolongan lagi, mungkin baik juga IAGI membuat semacam riset 
kecil untuk mempelajari kemungkinan terjadi nya gempa beikut nya terutama di 
daerah sekitar ring of fire ini.
gunanya bukan untuk membuat panik, tetapi untuk masukan ke "authorities" untuk 
mengadakan latihan early warning baik persiapan early warning untuk tsunami 
maupun untuk antisipasi efek dari gempa.  
 
pertanyaan saya apakah daerah sekitar gempa di Sumatra dengan daerah gempa yang 
barusan juga rentan untuk gempa?
misalnya sekitar krakatau, selat sunda terus ke utara dekat2 fault Semangko 
(Sumatra fault) ?
hari ini kawan dari aussie kirim lagi berita bahwa dia ada reading em signature 
lagi, cuma dia tidak mau sebut tempat lagi katanya sekitar p Jawa.  soalnya 
pengukuran dia salah 1 % saja, maka range kesalahan nya sudah antara yogya 
sampai padang, atau mungkin lebih besar range nya
 
fbs
 

- Original Message 
From: soegiri <[EMAIL PROTECTED]>
To: Intranet PND <[EMAIL PROTECTED]>
Cc: Iagi-Net 
Sent: Tuesday, July 18, 2006 8:35:17 AM
Subject: [iagi-net-l] Simulasi Gempa dan tsunami di Pangandaran (Kompas 
online,18/7/2006)


Memahami Tsunami di Pangandaran

JAKARTA, KCM - Aceh kebobolan dan sekali lagi Pangandaran pun sedikit lepas
dari perhatian saat gempa dan tsunami lewat di sekitar pekarangan kita.
Ibarat tamu tak diundang, gempa dan tsunami selalu datang tiba-tiba. Sampai
sekarang, tidak seorang ahli pun yang terbukti mampu mendeteksi
kedatangannya dengan tepat.
Ancaman tsunami di Pangandaran, Jawa Barat memang telah diprediksi jauh-jauh
hari seperti halnya gempa dan tsunami seperti di Aceh atau gempa merusak di
Yogyakarta. Namun, tidak dapat dipastikan dengan tepat kapan datangnya, bisa
ratusan tahun, puluhan tahun, bahkan hitungan bulan dan hari.
Sejauh ini, para ahli geologi, geofisika, dan disiplin ilmu lain yang
mendukung telah dapat memperkirakan terjadinya gempa dan tsunami di sutau
kawasan berdasarkan siklus catatan sejarah. Sayangnya belum semua daerah
teramati dan memiliki catatan sejarah kegempaan. Maka, pemahaman mengenai
terjadinya gempa dan tsunami menjadi hal yang sangat penting untuk
mengantisipasi jatuhnya korban.
Pangandaran dan Aceh
Ketidaktahuan masyarakat atau pemahaman yang bermacam-macam sering
menimbulkan kebingungan dan keresahan saat terjadi bencana. Pemahaman yang
tepat perlu ditanamkan, misalnya, tidak semua gempa bisa menimbulkan
tsunami. Menurut Kepala Bidang Seismologi Teknik dan Tsunami Badan
Meteorologi dan Geofisika (BMG) Fauzi, Ph. D., tsunami umumnya dipicu gempa
yang berkekuatan lebih dari 6,5 Skala Richter (SR) dan pusat gempa berada di
laut.
Gempa yang terjadi Senin (17/7) pukul 15.19 WIB, misalnya, berpusat di
selatan Pulau Jawa, tepatnya 9,46 Lintang Selatan (LS) dan 107,19 Bujur
Timur (BT) pada kedalaman 33 kilometer. Terukur dengan kekuatan 6,8 Skala
Richter (SR) oleh BMG dan 7,2 Mw (momen magnitude) yang kemudian direvisi
menjadi 7,7 Mw oleh United States Geological Survey (USGS), gempa terjadi di
laut sehingga berpotensi menghasilkan tsunami.
Pacific Tsunami Warning System di Hawaii juga sempat mengingatkan potensi
tsunami karena gempa. Alat pengukur tinggi gelombang (tide gauge) terdekat
yang terpasang di Benoa, Bali mengukur kenaikan muka air laut setinggi 4
centimeter yang menunjukkan potensi terjadinya tsunami di pantai-pantai
terdekat dari pusat gempa baik di Indonesia maupun Australia.
Proses terjadinya tsunami di Pangandaran dan sebagian pantai selatan Pulau
Jawa pada dasarnya tidak berbeda dengan tsunami di Aceh. Keduanya sama-sama
dipicu gempa tektonik di sekitar zona subduksi atau penunjaman lempeng
Indo-Australia dan Eurasia. Hanya saja, kekuatan gempa yang lebih kecil dan
jarak yang jauh dari daratan membuat tsunami yang menyapu sebagian pantai
selatan Pulau Jawa itu lebih lemah daripada tsunami di Aceh.
Pusat gempa berada di sekitar zona penunjaman yang merupakan ujung pertemuan
lempeng Indo-Asia dengan Australia. Pergeseran lempeng ini sebenarnya terus
terjadi sejak terbentuknya lempeng-lempeng tersebut jutaan tahun lalu.
Seiring berjalannya waktu, gaya dorong mendorong kedua lempeng menyebabkan
energi terkumpul di titik tersebut. "Karena kedua lempeng tidak sanggup lagi
menahan energi yang terkumpuk, energi dilepaskan sehingga menghasilkan
gempa," kata Fauzi.
Saat energi dilepaskan, lempeng Eurasia yang berada di atas lempeng
Indo-Australia terangkat sehingga mendorong gejolak air laut di atasnya.
Gejolak air laut akan mengalir ke segala arah dalam bentuk gelombang yang
merambat dengan kecepatan hingga 800 kilometer perjam. Air laut di daratan
terdekat sempat surut karena tertarik energi gelombang yang terangkat di
atas zona penunjaman.
"Ketinggian gelombang saat masih di dekat epicenter (pusat gempa) hanya
sekitar 1 hingga 1,3 meter," kata Fauzi. Namun, ketinggian gelombangnya akan
semakin tinggi ketika mendekati pantai yang mendangkal. Sebagaimana
dilaporkan masyarakat di lapangan, tinggi gelombang saat memecah bibir
pantai mencapai 4 meter hingg