Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Kartiko, saya tdk menyatakan MICRO-MAGNETIC sdh dilakukan di Gn Padang. Yg saya tuliskan: Magnetic Survey sudah dilakukan awal 2012. ADB Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com Date: Wed, 8 May 2013 11:03:35 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Pak Danny Apakah hasil 3Dnya boleh dishare di millist ini ? atau masih confidential ? Mas Andang yang menyampaikan bahwa sudah dilakukan micro magnetic juga di gunung Padang, sedang yang belum dilakukan adalah micro gravity. Salam Kartiko On 5/8/13, danny.hil...@gmail.com danny.hil...@gmail.com wrote: Lintasan Geolistrik untuk Bukit G Padang sudah banyak. Sudah 3D. Kalau lintasan yg khusus dibuat dgn resolusi sangat tinggi (spacing 1m) di sekitar lokasi penggalian ada 5 lintasan. 3 lines Barat - Timur (termasuk yg dipampang di artikel Viva News) dan 2 line Utara - Selatan (crossline). Semua lines konsisten satu sama lain. Tidak hanya satu model sebetulnya, ada dua macam best-fit model (utk setiap lintasan) dgn tingkat akurasi yg sama tingginya (RMS ~5%). Tidak ada yg di Clip. Tidak dilakukan survey micro magnetic. Yg dilakukan survey GPR. Hasil GPR dan Geolistrik konsisten. Demikian Pak. Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI -Original Message- From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Wed, 8 May 2013 07:59:30 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Pak Danny Tulisan di vivanews, untuk lintasan resistivity apakah memang hanya ada 1 lintasan ? mungkin kalau ada 3/4 lintasan inline crossline bisa lebih memberikan gambaran bentuk high resistivity yang dianggap sebagai struktur bawah permukaannya. Selain itu hasil resistivity di bagian bawah tepat di bawah daerah yang dianggap sebagai struktur banguan di bawah permukaan seperti di clip, apakah masih rahasia atau memang ada masalah teknis ? Bagaimana dengan overlay micro magnetic dengan resistivitynya apakah ada koherensi interpretasi dan saling mengkonfirmasi ? Salam Kartiko On 5/7/13, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com wrote: Salam IAGI, Bagi yang serius ingin mengerti salah satu topik perdebatan Gunung Padang, dan juga untuk rekan-rekan yang ingin melihat susunan batu kolom 'ber-semen' yang dihebohkan itu. Ini dia foto-foto dan uraiannya. P1090031_adj_sm.jpg Foto 1. Batu kolom (columnar joint) disusun horisontal berarah barat-timur yang tersingkap di dinding antara teras satu dan dua. Menurut kami dinding batu-batu kolom disusun rapih bak 'batu bata' umurnya lebih tua dari situs Gunung Padang yang bergaya menhir-menhir yang didirikan diatasnya. Dengan kata lain yang membuat dua gaya menyusun batu ini dari dua generasi yang berbeda. Situs Gunung Padang bergaya menhir ( lebih muda) memang produk budaya sederhana (hanya menyusun ulang dari yang sudah ada) - baik Tim Petisi 34 (ARKENAS) ataupun Tim mandiri tidak ada perbedaan pendapat, tapi yang disusun rapih di bawahnya adalah hasil budaya tinggi. Perhatikan bahwa ada 'material bukan tanah' diantara kolom-kolom batu tersebut. Lutfi_Kotakgali2005_AI.jpg Foto 2 Adalah Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras satu memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat di dinding (horisontal dan berarah barat-timur). Dua-duanya memperlihatkan ada lapisan material yang membungkus atau yang berada diantara batu-batu kolom tersebut. Balai Arkeologi/ARKENAS/Tim Petisi 34 menganggap susunan batu kolom yang berada kurang dari satu meter di bawah permukaan ini sebagai SUMBER BATUAN ALAMIAH (INSITU) yang ditambang untuk membuat situs batu-batu menhir di atasnya, dan menyebut material diantara batu kolom tersebut sebagai 'Kerak Lempung'. Tim Mandiri Terpadu berpendapat bahwa susunan batu kolom yang terlihat di dinding ataupun di bawah tanah ini TIDAK DALAM POSISI INSITU (NON-ALAMIAH) melainkan sudah disusun sangat rapih oleh manusia. Alasan utamanya karena kami tahu lapisan batuan di bawah situs ini HORISONTAL/sejajar permukaan, artinya batu-batu kolom ini SEJAJAR LAPISAN. Batu-batu kolom ini hanya bisa disebut masih dalam posisi alamiah (insitu) jika dan hanya jika merupakan INTRUSI VERTIKAL (baca tautan makalah yang dikirim oleh Sdr Rozak). Faktanya TIDAK ADA INTRUSI VERTIKAL di sini (dari data geolistrik dan georadar). Tim Mandiri menyebut 'kerak lempung'nya Balai Arkeologi tersebut sebagai 'semen purba'. Selanjutnya, Perhatikan bahwa di kotak gali terlihat bahwa antara susunan batu ber-semen dan situs menhir di atasnya dipisahkan oleh lapisan tanah. Jadi GAP WAKTU-nya terlihat jelas diwakili oleh lapisan tanah berbongkah batu tersebut. Sedangkan pada dinding antara Teras 1 dan 2 (Foto 1) gap
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Rekan Razi, Di Oman kan surganya ofiolit, ada kekar kolom gak di pillow basalt atau di dyke diabasnya? YSY 2013/5/8 abacht...@cbn.net.id Kartiko, saya tdk menyatakan MICRO-MAGNETIC sdh dilakukan di Gn Padang. Yg saya tuliskan: Magnetic Survey sudah dilakukan awal 2012. ADB Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com Date: Wed, 8 May 2013 11:03:35 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Pak Danny Apakah hasil 3Dnya boleh dishare di millist ini ? atau masih confidential ? Mas Andang yang menyampaikan bahwa sudah dilakukan micro magnetic juga di gunung Padang, sedang yang belum dilakukan adalah micro gravity. Salam Kartiko On 5/8/13, danny.hil...@gmail.com danny.hil...@gmail.com wrote: Lintasan Geolistrik untuk Bukit G Padang sudah banyak. Sudah 3D. Kalau lintasan yg khusus dibuat dgn resolusi sangat tinggi (spacing 1m) di sekitar lokasi penggalian ada 5 lintasan. 3 lines Barat - Timur (termasuk yg dipampang di artikel Viva News) dan 2 line Utara - Selatan (crossline). Semua lines konsisten satu sama lain. Tidak hanya satu model sebetulnya, ada dua macam best-fit model (utk setiap lintasan) dgn tingkat akurasi yg sama tingginya (RMS ~5%). Tidak ada yg di Clip. Tidak dilakukan survey micro magnetic. Yg dilakukan survey GPR. Hasil GPR dan Geolistrik konsisten. Demikian Pak. Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI -Original Message- From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Wed, 8 May 2013 07:59:30 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Pak Danny Tulisan di vivanews, untuk lintasan resistivity apakah memang hanya ada 1 lintasan ? mungkin kalau ada 3/4 lintasan inline crossline bisa lebih memberikan gambaran bentuk high resistivity yang dianggap sebagai struktur bawah permukaannya. Selain itu hasil resistivity di bagian bawah tepat di bawah daerah yang dianggap sebagai struktur banguan di bawah permukaan seperti di clip, apakah masih rahasia atau memang ada masalah teknis ? Bagaimana dengan overlay micro magnetic dengan resistivitynya apakah ada koherensi interpretasi dan saling mengkonfirmasi ? Salam Kartiko On 5/7/13, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com wrote: Salam IAGI, Bagi yang serius ingin mengerti salah satu topik perdebatan Gunung Padang, dan juga untuk rekan-rekan yang ingin melihat susunan batu kolom 'ber-semen' yang dihebohkan itu. Ini dia foto-foto dan uraiannya. P1090031_adj_sm.jpg Foto 1. Batu kolom (columnar joint) disusun horisontal berarah barat-timur yang tersingkap di dinding antara teras satu dan dua. Menurut kami dinding batu-batu kolom disusun rapih bak 'batu bata' umurnya lebih tua dari situs Gunung Padang yang bergaya menhir-menhir yang didirikan diatasnya. Dengan kata lain yang membuat dua gaya menyusun batu ini dari dua generasi yang berbeda. Situs Gunung Padang bergaya menhir ( lebih muda) memang produk budaya sederhana (hanya menyusun ulang dari yang sudah ada) - baik Tim Petisi 34 (ARKENAS) ataupun Tim mandiri tidak ada perbedaan pendapat, tapi yang disusun rapih di bawahnya adalah hasil budaya tinggi. Perhatikan bahwa ada 'material bukan tanah' diantara kolom-kolom batu tersebut. Lutfi_Kotakgali2005_AI.jpg Foto 2 Adalah Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras satu memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat di dinding (horisontal dan berarah barat-timur). Dua-duanya memperlihatkan ada lapisan material yang membungkus atau yang berada diantara batu-batu kolom tersebut. Balai Arkeologi/ARKENAS/Tim Petisi 34 menganggap susunan batu kolom yang berada kurang dari satu meter di bawah permukaan ini sebagai SUMBER BATUAN ALAMIAH (INSITU) yang ditambang untuk membuat situs batu-batu menhir di atasnya, dan menyebut material diantara batu kolom tersebut sebagai 'Kerak Lempung'. Tim Mandiri Terpadu berpendapat bahwa susunan batu kolom yang terlihat di dinding ataupun di bawah tanah ini TIDAK DALAM POSISI INSITU (NON-ALAMIAH) melainkan sudah disusun sangat rapih oleh manusia. Alasan utamanya karena kami tahu lapisan batuan di bawah situs ini HORISONTAL/sejajar permukaan, artinya batu-batu kolom ini SEJAJAR LAPISAN. Batu-batu kolom ini hanya bisa disebut masih dalam posisi alamiah (insitu) jika dan hanya jika merupakan INTRUSI VERTIKAL (baca tautan makalah yang dikirim oleh Sdr Rozak). Faktanya TIDAK ADA INTRUSI VERTIKAL di sini (dari data geolistrik dan georadar). Tim Mandiri menyebut 'kerak lempung'nya Balai Arkeologi tersebut sebagai 'semen purba'. Selanjutnya, Perhatikan bahwa
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Betul pak, sampai-sampai kota muscat berada dibawah Moho hehehe Di oman saya belum pernah liat kekar kolom pak, sheeted-dykes banyak kekar karena pendinginan tapi bentuknya gak kayak kolom Pillow basalt di sekitar muscat ataupun yg spektakuler di area sohar juga gak ada kekar kolomnya pak. Area terdekat yg saya liat langsung columnar joint cenozoic di Yemen, dideket sana'a salam Razi 2013/5/8 yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com Rekan Razi, Di Oman kan surganya ofiolit, ada kekar kolom gak di pillow basalt atau di dyke diabasnya? YSY 2013/5/8 abacht...@cbn.net.id Kartiko, saya tdk menyatakan MICRO-MAGNETIC sdh dilakukan di Gn Padang. Yg saya tuliskan: Magnetic Survey sudah dilakukan awal 2012. ADB Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com Date: Wed, 8 May 2013 11:03:35 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Pak Danny Apakah hasil 3Dnya boleh dishare di millist ini ? atau masih confidential ? Mas Andang yang menyampaikan bahwa sudah dilakukan micro magnetic juga di gunung Padang, sedang yang belum dilakukan adalah micro gravity. Salam Kartiko On 5/8/13, danny.hil...@gmail.com danny.hil...@gmail.com wrote: Lintasan Geolistrik untuk Bukit G Padang sudah banyak. Sudah 3D. Kalau lintasan yg khusus dibuat dgn resolusi sangat tinggi (spacing 1m) di sekitar lokasi penggalian ada 5 lintasan. 3 lines Barat - Timur (termasuk yg dipampang di artikel Viva News) dan 2 line Utara - Selatan (crossline). Semua lines konsisten satu sama lain. Tidak hanya satu model sebetulnya, ada dua macam best-fit model (utk setiap lintasan) dgn tingkat akurasi yg sama tingginya (RMS ~5%). Tidak ada yg di Clip. Tidak dilakukan survey micro magnetic. Yg dilakukan survey GPR. Hasil GPR dan Geolistrik konsisten. Demikian Pak. Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI -Original Message- From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Wed, 8 May 2013 07:59:30 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Pak Danny Tulisan di vivanews, untuk lintasan resistivity apakah memang hanya ada 1 lintasan ? mungkin kalau ada 3/4 lintasan inline crossline bisa lebih memberikan gambaran bentuk high resistivity yang dianggap sebagai struktur bawah permukaannya. Selain itu hasil resistivity di bagian bawah tepat di bawah daerah yang dianggap sebagai struktur banguan di bawah permukaan seperti di clip, apakah masih rahasia atau memang ada masalah teknis ? Bagaimana dengan overlay micro magnetic dengan resistivitynya apakah ada koherensi interpretasi dan saling mengkonfirmasi ? Salam Kartiko On 5/7/13, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com wrote: Salam IAGI, Bagi yang serius ingin mengerti salah satu topik perdebatan Gunung Padang, dan juga untuk rekan-rekan yang ingin melihat susunan batu kolom 'ber-semen' yang dihebohkan itu. Ini dia foto-foto dan uraiannya. P1090031_adj_sm.jpg Foto 1. Batu kolom (columnar joint) disusun horisontal berarah barat-timur yang tersingkap di dinding antara teras satu dan dua. Menurut kami dinding batu-batu kolom disusun rapih bak 'batu bata' umurnya lebih tua dari situs Gunung Padang yang bergaya menhir-menhir yang didirikan diatasnya. Dengan kata lain yang membuat dua gaya menyusun batu ini dari dua generasi yang berbeda. Situs Gunung Padang bergaya menhir ( lebih muda) memang produk budaya sederhana (hanya menyusun ulang dari yang sudah ada) - baik Tim Petisi 34 (ARKENAS) ataupun Tim mandiri tidak ada perbedaan pendapat, tapi yang disusun rapih di bawahnya adalah hasil budaya tinggi. Perhatikan bahwa ada 'material bukan tanah' diantara kolom-kolom batu tersebut. Lutfi_Kotakgali2005_AI.jpg Foto 2 Adalah Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras satu memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat di dinding (horisontal dan berarah barat-timur). Dua-duanya memperlihatkan ada lapisan material yang membungkus atau yang berada diantara batu-batu kolom tersebut. Balai Arkeologi/ARKENAS/Tim Petisi 34 menganggap susunan batu kolom yang berada kurang dari satu meter di bawah permukaan ini sebagai SUMBER BATUAN ALAMIAH (INSITU) yang ditambang untuk membuat situs batu-batu menhir di atasnya, dan menyebut material diantara batu kolom tersebut sebagai 'Kerak Lempung'. Tim Mandiri Terpadu berpendapat bahwa susunan batu kolom yang terlihat di dinding ataupun di bawah tanah ini TIDAK DALAM POSISI INSITU (NON-ALAMIAH) melainkan sudah disusun sangat rapih oleh manusia. Alasan utamanya karena kami tahu lapisan batuan di bawah situs ini
RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Ah Abah mah mani ujug2. Likewise buat rekan-rekan semua. Peneliti juga manusia J Ada aksi ada reaksi. Hatur nuhun atas wejangannya. Insya Allah From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Yanto R. Sumantri Sent: 07 Mei 2013 13:25 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG DR. Danny Hilman ysh Saya menghargai usaha Anda untuk membuktikan sesuatu yang menurut Anda dan kawan kawan adalah suatu yang benar dan akan bermanfaat bagi bangsa dan Negara.an berkorban untuk itu. Saya hanya ingatkan agar Anda harus dapat membalas kritik kepada Anda atau hipotesa yang Anda yakini dengan TETAP berpegang kepada ETIKA seorang ILMUWAN.Apalagi dalam ruang publik. Semoga dapat direnungkan . Terima kasih. yanto r sumantri / si Abah Anggota Dewan Penasehat IAGI _ From: yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com To: iagi-net iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, May 5, 2013 12:29 AM Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Dr. Danny Hilman yang baik dan budiman, Saya marah karena anda bilang asbun! Apakah anda tidak pernah diajar sopan santun? Tolong baca baik2 komentar saya itu seluruhnya, bagian mana yang asbun? Ini milis terbuka dibaca ribuan orang lho. Mengenai kolomnar joint yang anda pake kartu truf itu kebetulan ada rekan yang send salah satu contoh singkapan bagus sekali, tolong perhatikan arahnya, ada yang vertikal, ada yang horizontal, bahkan saya pernah lihat ada yang berbentuk kipas, sangat kompleks. Salam hormat, Yatno (yang bergelar baru doktor geologi asbun). 2013/5/5 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Pak Yatno, daripada asbun dan komentar hal-hal yang bapak sendiri kurang paham mendingan bantuin Mang Okim untuk bedain susunan kolom andesit yang alamiah atau bukan. Atau sekalian ikut meneliti semen Gunung Padang itu dengan keahlian bapak. Itu baru mantap. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus yuwono Sent: 05 Mei 2013 0:12 To: iagi-net Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Mang Okim yth, Jadi apakah memang betul pijakan hipotesa kemungkinan adanya bangunan canggih di bawah G Padang itu didasarkan atas dugaan paranormal (ghoib)? Wah..wah..wah (gk ada komentar lanjut). Sharing I : Kalo menggunakan paranormal gitu, meskipun saya yang doktor geologi dengan desertasi petrologi volkanik purba ini, masih bisa mentolerir bila menggunakan jasa paranormal misalnya kalo menyangkut keselamatan nyawa manusia (misal mencari orang hilang dsb nya). Tapi kalo untuk tujuan mencari endapan mineral, ataupun esplorasi geologi lainnya, dibayar berapapun saya tidak akan mau nglakoni, karena saya menganggap pelecehan terhadap geoscience. Malu sama profesor yang membimbing saya, malu sama almamater tempat saya mendapat gelar, malu sama kaidah science itu sendiri (meskipun mungkin berhasil?). Sharing II : Seingat saya, ajaran dari Prof Sukendar Alm: di bidang geologi, ada banyak tool untuk mendapatkan data (geologi) salah satunya adalah metoda geofisik. Jadi (menurut beliau, dan saya juga percaya) geofisik adalah tool. Namanya saja tool, jadi hasil geofisik adalah basic data, bukan final result untuk membuat sintesa geologi. Yang lebih berkompeten untuk membuat sintesa- nya adalah geologist bukan geophysisist. Dalam hal G Padang geologist yang paling berkompeten untuk membuat sintesa nya adalah geologist bidang gunungapi karena materi yang dipelajari adalah produk volkanik (karena tidak semua geologist mengenal dengan baik karakter volcanic products, apalagi geophysisist). Bisa saja seorang geophysisist belajar geologi tetapi yaitu, pasti pengetahuan dasar geologinya sangat tidak memadai dibanding geologist yang sehari- hari menggeluti ilmu geologi itu sendiri. Bukan melecehkan teman2 geophysisist wong nyatanya kebanyakan mereka rata2 makmur secara finansial karena sering dapat proyek yg nilainya em -em an dan mereka rata2 pandai-pandai. Tetapi saya ingin mendudukkan profesi masing2 secara proporsional. Sekedar sharing malam Minggu. Salam, Yatno 2013/5/4 bandon...@gmail.com Naa siapa mas yang penasihat turangga seta? Powered by Telkomsel BlackBerryR _ From: Sujatmiko m...@cbn.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 12:31:59 +0700 To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Abah Yanto, Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu, pencetus pertamanya adalah Yasasan Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika mereka presentasi di kantor Wagub Jabar dimana mang Okim spesial diundang. Disanalah mang Okim lihat video yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta tentang hasil interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga Seta ( asalnya dari bisikan ghoib ). Semoga jelas Abah, Wassalam, Mang Okim From: Yanto R
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Bapak2, Sudah banyak argumen dari para Geologist yang pro, kontra maupun netral... Berikut link beberapa tulisan mengenai Gunung Padang dari portal Majalah National Geographic Indonesia yang nara sumbernya Arkeolog.. Mungkin ada yg bahasanya sedikit berbeda... http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/01/situs-megalitikum-gunung-padang-dirusak http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/01/konstruksi-gunung-padang-dirancang-arsitek-purba-ulung http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/05/pelajaran-gunung-padang-dan-etika-penelitian http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/05/mengulik-fakta-sejati-gunung-padang http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/05/ketua-tim-mandiri-gunung-padang-bukan-piramida http://m.nationalgeographic.co.id/berita/2012/03/pusat-arkeologi-nasional-tak-ada-piramida-dan-peradaban-atlantis-di-nusantara Selamat membaca... Regards, Adie 3602 Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 23:24:42 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG DR. Danny Hilman ysh Saya menghargai usaha Anda untuk membuktikan sesuatu yang menurut Anda dan kawan kawan adalah suatu yang benar dan akan bermanfaat bagi bangsa dan Negara.an berkorban untuk itu. Saya hanya ingatkan agar Anda harus dapat membalas kritik kepada Anda atau hipotesa yang Anda yakini dengan TETAP berpegang kepada ETIKA seorang ILMUWAN.Apalagi dalam ruang publik. Semoga dapat direnungkan . Terima kasih. yanto r sumantri / si Abah Anggota Dewan Penasehat IAGI From: yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com To: iagi-net iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, May 5, 2013 12:29 AM Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Dr. Danny Hilman yang baik dan budiman, Saya marah karena anda bilang asbun! Apakah anda tidak pernah diajar sopan santun? Tolong baca baik2 komentar saya itu seluruhnya, bagian mana yang asbun? Ini milis terbuka dibaca ribuan orang lho. Mengenai kolomnar joint yang anda pake kartu truf itu kebetulan ada rekan yang send salah satu contoh singkapan bagus sekali, tolong perhatikan arahnya, ada yang vertikal, ada yang horizontal, bahkan saya pernah lihat ada yang berbentuk kipas, sangat kompleks. Salam hormat, Yatno (yang bergelar baru doktor geologi asbun). 2013/5/5 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Pak Yatno, daripada asbun dan komentar hal-hal yang bapak sendiri kurang paham mendingan bantuin Mang Okim untuk bedain susunan kolom andesit yang alamiah atau bukan. Atau sekalian ikut meneliti semen Gunung Padang itu dengan keahlian bapak. Itu baru mantap. From:iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus yuwono Sent: 05 Mei 2013 0:12 To: iagi-net Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Mang Okim yth, Jadi apakah memang betul pijakan hipotesa kemungkinan adanya bangunan canggih di bawah G Padang itu didasarkan atas dugaan paranormal (ghoib)? Wah..wah..wah (gk ada komentar lanjut). Sharing I : Kalo menggunakan paranormal gitu, meskipun saya yang doktor geologi dengan desertasi petrologi volkanik purba ini, masih bisa mentolerir bila menggunakan jasa paranormal misalnya kalo menyangkut keselamatan nyawa manusia (misal mencari orang hilang dsb nya). Tapi kalo untuk tujuan mencari endapan mineral, ataupun esplorasi geologi lainnya, dibayar berapapun saya tidak akan mau nglakoni, karena saya menganggap pelecehan terhadap geoscience. Malu sama profesor yang membimbing saya, malu sama almamater tempat saya mendapat gelar, malu sama kaidah science itu sendiri (meskipun mungkin berhasil?). Sharing II : Seingat saya, ajaran dari Prof Sukendar Alm: di bidang geologi, ada banyak tool untuk mendapatkan data (geologi) salah satunya adalah metoda geofisik. Jadi (menurut beliau, dan saya juga percaya) geofisik adalah tool. Namanya saja tool, jadi hasil geofisik adalah basic data, bukan final result untuk membuat sintesa geologi. Yang lebih berkompeten untuk membuat sintesa- nya adalah geologist bukan geophysisist. Dalam hal G Padang geologist yang paling berkompeten untuk membuat sintesa nya adalah geologist bidang gunungapi karena materi yang dipelajari adalah produk volkanik (karena tidak semua geologist mengenal dengan baik karakter volcanic products, apalagi geophysisist). Bisa saja seorang geophysisist belajar geologi tetapi yaitu, pasti pengetahuan dasar geologinya sangat tidak memadai dibanding geologist yang sehari- hari menggeluti ilmu geologi itu sendiri. Bukan melecehkan teman2 geophysisist wong nyatanya kebanyakan mereka rata2 makmur secara finansial karena sering dapat proyek yg nilainya em -em an dan mereka rata2 pandai-pandai. Tetapi saya ingin mendudukkan profesi masing2
Re: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Ha...ha.. kirain masih sendirian aja Danny. Sebetulnya pengin juga hadir di presentasi, tapi ya maklum dah mulai turun kondisi fisik nya. Nanti aja kalo pas di Bandung dan lagi enak badan pasti saya usahakan hadir. Bahkan sebetulnya pengin liat dengan mata kepala sendiri kaya apa sih G Padang itu? Kemarin waktu ngasih kursus Applied Petrology di Horison Bandung kan ikut nganter field trip ke G Papandayan yang sekarang lagi ngadat, wah pulang2 masuk angin, diatas kedinginan dan hujan lagi. Salam, Yatno 2013/5/7 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Iya nih Pak. Kapan dong bisa berpartisipasi kalau kami presentasi, Hari Sabtu kemarin kami kan presentasi juga di acara FGMI. Pak Yatno absen juga. Status saya tidak sendirian pak, sudah menikah dan punya anak. Alhamdulillah. ** ** *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *yustinus yuwono *Sent:* 07 Mei 2013 1:56 *To:* iagi-net *Subject:* Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG ** ** Ha...haa... Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang juga skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg ya, saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik yang ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya? YSY ** ** On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.com wrote: Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk kecewa. Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok. Kamana wae euy? Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI -- *From: *Ben Sapiie bsap...@geodin.net *Sender: *iagi-net@iagi.or.id *Date: *Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG ** ** Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan penelitian Gunung Padang. Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. ** ** Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000 sdh sangat maju. Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti.. ** ** DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan hasil team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang mengatut teori expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic. Sejarah memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau hipotesa bisa sangat panjang Atau tidak berakhir.. ** ** Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang sekarang kelihatannya akan tertunda.. ** ** Salam, ** ** Ben Sapiie ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** Send from my iPad On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote: http://en.wikipedia.org/wiki/Human ** ** sekedar memperlancar diskusi, ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur hamo sapiens. ** ** saya cut dan paste sedikit juga ** ** *Humans* (*Homo sapiens*) are primateshttp://en.wikipedia.org/wiki/Primate of the family Hominidae http://en.wikipedia.org/wiki/Hominidae, and the only extant http://en.wiktionary.org/wiki/extant species of the genus * Homo http://en.wikipedia.org/wiki/Homo*.[2]http://en.wikipedia.org/wiki/Human#cite_note-2 [3] http://en.wikipedia.org/wiki/Human#cite_note-3 Humans are characterized by having a largehttp://en.wikipedia.org/wiki/Encephalization brain http://en.wikipedia.org/wiki/Human_brain relative to body size, with a particularly well developed neocortexhttp://en.wikipedia.org/wiki/Neocortex , prefrontal cortex http://en.wikipedia.org/wiki/Prefrontal_cortex and temporal lobes http://en.wikipedia.org/wiki/Temporal_lobe, making them capable of abstract reasoning http
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
lebih lanjut lagi dari DR. Ali Akbar dapat di baca di link di bawah: http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/01/konstruksi-gunung-pada ng-dirancang-arsitek-purba-ulung Semoga bermanfaat. DHN (Koord. Tim Mandiri Terpadu) From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of a...@geologist.com Sent: 07 Mei 2013 17:37 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Bapak2, Sudah banyak argumen dari para Geologist yang pro, kontra maupun netral... Berikut link beberapa tulisan mengenai Gunung Padang dari portal Majalah National Geographic Indonesia yang nara sumbernya Arkeolog.. Mungkin ada yg bahasanya sedikit berbeda... http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/01/situs-megalitikum-gunu ng-padang-dirusak http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/01/konstruksi-gunung-pada ng-dirancang-arsitek-purba-ulung http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/05/pelajaran-gunung-padan g-dan-etika-penelitian http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/05/mengulik-fakta-sejati- gunung-padang http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/05/ketua-tim-mandiri-gunu ng-padang-bukan-piramida http://m.nationalgeographic.co.id/berita/2012/03/pusat-arkeologi-nasional-ta k-ada-piramida-dan-peradaban-atlantis-di-nusantara Selamat membaca... Regards, Adie 3602 Powered by Telkomsel BlackBerryR _ From: Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 23:24:42 -0700 (PDT) To: iagi-net@iagi.or.id mailto:iagi-net@iagi.or.id%3ciagi-...@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG DR. Danny Hilman ysh Saya menghargai usaha Anda untuk membuktikan sesuatu yang menurut Anda dan kawan kawan adalah suatu yang benar dan akan bermanfaat bagi bangsa dan Negara.an berkorban untuk itu. Saya hanya ingatkan agar Anda harus dapat membalas kritik kepada Anda atau hipotesa yang Anda yakini dengan TETAP berpegang kepada ETIKA seorang ILMUWAN.Apalagi dalam ruang publik. Semoga dapat direnungkan . Terima kasih. yanto r sumantri / si Abah Anggota Dewan Penasehat IAGI _ From: yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com To: iagi-net iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, May 5, 2013 12:29 AM Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Dr. Danny Hilman yang baik dan budiman, Saya marah karena anda bilang asbun! Apakah anda tidak pernah diajar sopan santun? Tolong baca baik2 komentar saya itu seluruhnya, bagian mana yang asbun? Ini milis terbuka dibaca ribuan orang lho. Mengenai kolomnar joint yang anda pake kartu truf itu kebetulan ada rekan yang send salah satu contoh singkapan bagus sekali, tolong perhatikan arahnya, ada yang vertikal, ada yang horizontal, bahkan saya pernah lihat ada yang berbentuk kipas, sangat kompleks. Salam hormat, Yatno (yang bergelar baru doktor geologi asbun). 2013/5/5 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Pak Yatno, daripada asbun dan komentar hal-hal yang bapak sendiri kurang paham mendingan bantuin Mang Okim untuk bedain susunan kolom andesit yang alamiah atau bukan. Atau sekalian ikut meneliti semen Gunung Padang itu dengan keahlian bapak. Itu baru mantap. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus yuwono Sent: 05 Mei 2013 0:12 To: iagi-net Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Mang Okim yth, Jadi apakah memang betul pijakan hipotesa kemungkinan adanya bangunan canggih di bawah G Padang itu didasarkan atas dugaan paranormal (ghoib)? Wah..wah..wah (gk ada komentar lanjut). Sharing I : Kalo menggunakan paranormal gitu, meskipun saya yang doktor geologi dengan desertasi petrologi volkanik purba ini, masih bisa mentolerir bila menggunakan jasa paranormal misalnya kalo menyangkut keselamatan nyawa manusia (misal mencari orang hilang dsb nya). Tapi kalo untuk tujuan mencari endapan mineral, ataupun esplorasi geologi lainnya, dibayar berapapun saya tidak akan mau nglakoni, karena saya menganggap pelecehan terhadap geoscience. Malu sama profesor yang membimbing saya, malu sama almamater tempat saya mendapat gelar, malu sama kaidah science itu sendiri (meskipun mungkin berhasil?). Sharing II : Seingat saya, ajaran dari Prof Sukendar Alm: di bidang geologi, ada banyak tool untuk mendapatkan data (geologi) salah satunya adalah metoda geofisik. Jadi (menurut beliau, dan saya juga percaya) geofisik adalah tool. Namanya saja tool, jadi hasil geofisik adalah basic data, bukan final result untuk membuat sintesa geologi. Yang lebih berkompeten untuk membuat sintesa- nya adalah geologist bukan geophysisist. Dalam hal G Padang geologist yang paling berkompeten untuk membuat sintesa nya adalah geologist bidang gunungapi karena materi yang
Re: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
mAS yATNO tUA MANA SIH NDA SAMA SAYA HEHEHE SI aBAH From: yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com To: iagi-net iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 7, 2013 8:44 PM Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Ha...ha.. kirain masih sendirian aja Danny. Sebetulnya pengin juga hadir di presentasi, tapi ya maklum dah mulai turun kondisi fisik nya. Nanti aja kalo pas di Bandung dan lagi enak badan pasti saya usahakan hadir. Bahkan sebetulnya pengin liat dengan mata kepala sendiri kaya apa sih G Padang itu? Kemarin waktu ngasih kursus Applied Petrology di Horison Bandung kan ikut nganter field trip ke G Papandayan yang sekarang lagi ngadat, wah pulang2 masuk angin, diatas kedinginan dan hujan lagi. Salam, Yatno 2013/5/7 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Iya nih Pak. Kapan dong bisa berpartisipasi kalau kami presentasi, Hari Sabtu kemarin kami kan presentasi juga di acara FGMI. Pak Yatno absen juga. Status saya tidak sendirian pak, sudah menikah dan punya anak. Alhamdulillah. From:iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus yuwono Sent: 07 Mei 2013 1:56 To: iagi-net Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Ha...haa... Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang juga skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg ya, saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik yang ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya? YSY On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.com wrote: Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk kecewa. Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok. Kamana wae euy? Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI From: Ben Sapiie bsap...@geodin.net Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan penelitian Gunung Padang. Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000 sdh sangat maju. Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti.. DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan hasil team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang mengatut teori expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic. Sejarah memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau hipotesa bisa sangat panjang Atau tidak berakhir.. Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang sekarang kelihatannya akan tertunda.. Salam, Ben Sapiie Send from my iPad On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote: http://en.wikipedia.org/wiki/Human sekedar memperlancar diskusi, ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur hamo sapiens. saya cut dan paste sedikit juga Humans (Homo sapiens) are primates of the family Hominidae, and the only extant species of the genus Homo.[2][3] Humans are characterized by having a large brain relative to body size, with a particularly well developed neocortex, prefrontal cortex and temporal lobes, making them capable of abstract reasoning, language, introspection, problem solving and culture through social learning. This mental capability, combined with an adaptation to bipedal locomotion that frees the hands for manipulating objects, has allowed humans to make far greater use of tools than any other species. Humans are the only extant species known to build firesand cook their food, as well as the only known species to clothe themselves and create and use numerous other technologies
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Lintasan Geolistrik untuk Bukit G Padang sudah banyak. Sudah 3D. Kalau lintasan yg khusus dibuat dgn resolusi sangat tinggi (spacing 1m) di sekitar lokasi penggalian ada 5 lintasan. 3 lines Barat - Timur (termasuk yg dipampang di artikel Viva News) dan 2 line Utara - Selatan (crossline). Semua lines konsisten satu sama lain. Tidak hanya satu model sebetulnya, ada dua macam best-fit model (utk setiap lintasan) dgn tingkat akurasi yg sama tingginya (RMS ~5%). Tidak ada yg di Clip. Tidak dilakukan survey micro magnetic. Yg dilakukan survey GPR. Hasil GPR dan Geolistrik konsisten. Demikian Pak. Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI -Original Message- From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Wed, 8 May 2013 07:59:30 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Pak Danny Tulisan di vivanews, untuk lintasan resistivity apakah memang hanya ada 1 lintasan ? mungkin kalau ada 3/4 lintasan inline crossline bisa lebih memberikan gambaran bentuk high resistivity yang dianggap sebagai struktur bawah permukaannya. Selain itu hasil resistivity di bagian bawah tepat di bawah daerah yang dianggap sebagai struktur banguan di bawah permukaan seperti di clip, apakah masih rahasia atau memang ada masalah teknis ? Bagaimana dengan overlay micro magnetic dengan resistivitynya apakah ada koherensi interpretasi dan saling mengkonfirmasi ? Salam Kartiko On 5/7/13, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com wrote: Salam IAGI, Bagi yang serius ingin mengerti salah satu topik perdebatan Gunung Padang, dan juga untuk rekan-rekan yang ingin melihat susunan batu kolom 'ber-semen' yang dihebohkan itu. Ini dia foto-foto dan uraiannya. P1090031_adj_sm.jpg Foto 1. Batu kolom (columnar joint) disusun horisontal berarah barat-timur yang tersingkap di dinding antara teras satu dan dua. Menurut kami dinding batu-batu kolom disusun rapih bak 'batu bata' umurnya lebih tua dari situs Gunung Padang yang bergaya menhir-menhir yang didirikan diatasnya. Dengan kata lain yang membuat dua gaya menyusun batu ini dari dua generasi yang berbeda. Situs Gunung Padang bergaya menhir ( lebih muda) memang produk budaya sederhana (hanya menyusun ulang dari yang sudah ada) - baik Tim Petisi 34 (ARKENAS) ataupun Tim mandiri tidak ada perbedaan pendapat, tapi yang disusun rapih di bawahnya adalah hasil budaya tinggi. Perhatikan bahwa ada 'material bukan tanah' diantara kolom-kolom batu tersebut. Lutfi_Kotakgali2005_AI.jpg Foto 2 Adalah Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras satu memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat di dinding (horisontal dan berarah barat-timur). Dua-duanya memperlihatkan ada lapisan material yang membungkus atau yang berada diantara batu-batu kolom tersebut. Balai Arkeologi/ARKENAS/Tim Petisi 34 menganggap susunan batu kolom yang berada kurang dari satu meter di bawah permukaan ini sebagai SUMBER BATUAN ALAMIAH (INSITU) yang ditambang untuk membuat situs batu-batu menhir di atasnya, dan menyebut material diantara batu kolom tersebut sebagai 'Kerak Lempung'. Tim Mandiri Terpadu berpendapat bahwa susunan batu kolom yang terlihat di dinding ataupun di bawah tanah ini TIDAK DALAM POSISI INSITU (NON-ALAMIAH) melainkan sudah disusun sangat rapih oleh manusia. Alasan utamanya karena kami tahu lapisan batuan di bawah situs ini HORISONTAL/sejajar permukaan, artinya batu-batu kolom ini SEJAJAR LAPISAN. Batu-batu kolom ini hanya bisa disebut masih dalam posisi alamiah (insitu) jika dan hanya jika merupakan INTRUSI VERTIKAL (baca tautan makalah yang dikirim oleh Sdr Rozak). Faktanya TIDAK ADA INTRUSI VERTIKAL di sini (dari data geolistrik dan georadar). Tim Mandiri menyebut 'kerak lempung'nya Balai Arkeologi tersebut sebagai 'semen purba'. Selanjutnya, Perhatikan bahwa di kotak gali terlihat bahwa antara susunan batu ber-semen dan situs menhir di atasnya dipisahkan oleh lapisan tanah. Jadi GAP WAKTU-nya terlihat jelas diwakili oleh lapisan tanah berbongkah batu tersebut. Sedangkan pada dinding antara Teras 1 dan 2 (Foto 1) gap waktu ini tidak terlihat karena tidak ada lapisan tanah yang memisahkannya (mirip 'hiatus' dalam geologi). KOtakGali-AbeMAr2013.jpg Foto 3. Kotak Gali Tim Arkeologi UI - DR. Ali Akbar di lereng timur memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat pada Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras 1 (Foto 2) dan di dinding teras (Foto 1). Arah batu kolomnya sama, yaitu barat-timur. Terlihat ada satu batu kolom yang pecah yang disusun dan direkatkan kembali oleh bahan 'semen' tersebut. Di kabarkan bahwa Tim ARKENAS juga menggali lokasi sama di lereng timur ini dan menemukan fenomena yang juga sama tapi mereka tetap beranggapan bahwa susunan batuan di bawah tanah ini adalah batuan sumber
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Pak Danny Apakah hasil 3Dnya boleh dishare di millist ini ? atau masih confidential ? Mas Andang yang menyampaikan bahwa sudah dilakukan micro magnetic juga di gunung Padang, sedang yang belum dilakukan adalah micro gravity. Salam Kartiko On 5/8/13, danny.hil...@gmail.com danny.hil...@gmail.com wrote: Lintasan Geolistrik untuk Bukit G Padang sudah banyak. Sudah 3D. Kalau lintasan yg khusus dibuat dgn resolusi sangat tinggi (spacing 1m) di sekitar lokasi penggalian ada 5 lintasan. 3 lines Barat - Timur (termasuk yg dipampang di artikel Viva News) dan 2 line Utara - Selatan (crossline). Semua lines konsisten satu sama lain. Tidak hanya satu model sebetulnya, ada dua macam best-fit model (utk setiap lintasan) dgn tingkat akurasi yg sama tingginya (RMS ~5%). Tidak ada yg di Clip. Tidak dilakukan survey micro magnetic. Yg dilakukan survey GPR. Hasil GPR dan Geolistrik konsisten. Demikian Pak. Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI -Original Message- From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Wed, 8 May 2013 07:59:30 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Pak Danny Tulisan di vivanews, untuk lintasan resistivity apakah memang hanya ada 1 lintasan ? mungkin kalau ada 3/4 lintasan inline crossline bisa lebih memberikan gambaran bentuk high resistivity yang dianggap sebagai struktur bawah permukaannya. Selain itu hasil resistivity di bagian bawah tepat di bawah daerah yang dianggap sebagai struktur banguan di bawah permukaan seperti di clip, apakah masih rahasia atau memang ada masalah teknis ? Bagaimana dengan overlay micro magnetic dengan resistivitynya apakah ada koherensi interpretasi dan saling mengkonfirmasi ? Salam Kartiko On 5/7/13, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com wrote: Salam IAGI, Bagi yang serius ingin mengerti salah satu topik perdebatan Gunung Padang, dan juga untuk rekan-rekan yang ingin melihat susunan batu kolom 'ber-semen' yang dihebohkan itu. Ini dia foto-foto dan uraiannya. P1090031_adj_sm.jpg Foto 1. Batu kolom (columnar joint) disusun horisontal berarah barat-timur yang tersingkap di dinding antara teras satu dan dua. Menurut kami dinding batu-batu kolom disusun rapih bak 'batu bata' umurnya lebih tua dari situs Gunung Padang yang bergaya menhir-menhir yang didirikan diatasnya. Dengan kata lain yang membuat dua gaya menyusun batu ini dari dua generasi yang berbeda. Situs Gunung Padang bergaya menhir ( lebih muda) memang produk budaya sederhana (hanya menyusun ulang dari yang sudah ada) - baik Tim Petisi 34 (ARKENAS) ataupun Tim mandiri tidak ada perbedaan pendapat, tapi yang disusun rapih di bawahnya adalah hasil budaya tinggi. Perhatikan bahwa ada 'material bukan tanah' diantara kolom-kolom batu tersebut. Lutfi_Kotakgali2005_AI.jpg Foto 2 Adalah Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras satu memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat di dinding (horisontal dan berarah barat-timur). Dua-duanya memperlihatkan ada lapisan material yang membungkus atau yang berada diantara batu-batu kolom tersebut. Balai Arkeologi/ARKENAS/Tim Petisi 34 menganggap susunan batu kolom yang berada kurang dari satu meter di bawah permukaan ini sebagai SUMBER BATUAN ALAMIAH (INSITU) yang ditambang untuk membuat situs batu-batu menhir di atasnya, dan menyebut material diantara batu kolom tersebut sebagai 'Kerak Lempung'. Tim Mandiri Terpadu berpendapat bahwa susunan batu kolom yang terlihat di dinding ataupun di bawah tanah ini TIDAK DALAM POSISI INSITU (NON-ALAMIAH) melainkan sudah disusun sangat rapih oleh manusia. Alasan utamanya karena kami tahu lapisan batuan di bawah situs ini HORISONTAL/sejajar permukaan, artinya batu-batu kolom ini SEJAJAR LAPISAN. Batu-batu kolom ini hanya bisa disebut masih dalam posisi alamiah (insitu) jika dan hanya jika merupakan INTRUSI VERTIKAL (baca tautan makalah yang dikirim oleh Sdr Rozak). Faktanya TIDAK ADA INTRUSI VERTIKAL di sini (dari data geolistrik dan georadar). Tim Mandiri menyebut 'kerak lempung'nya Balai Arkeologi tersebut sebagai 'semen purba'. Selanjutnya, Perhatikan bahwa di kotak gali terlihat bahwa antara susunan batu ber-semen dan situs menhir di atasnya dipisahkan oleh lapisan tanah. Jadi GAP WAKTU-nya terlihat jelas diwakili oleh lapisan tanah berbongkah batu tersebut. Sedangkan pada dinding antara Teras 1 dan 2 (Foto 1) gap waktu ini tidak terlihat karena tidak ada lapisan tanah yang memisahkannya (mirip 'hiatus' dalam geologi). KOtakGali-AbeMAr2013.jpg Foto 3. Kotak Gali Tim Arkeologi UI - DR. Ali Akbar di lereng timur memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat pada Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras 1 (Foto 2) dan di dinding teras (Foto 1). Arah batu kolomnya
Re: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Setua saya ya tua abah pak. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 7 May 2013 19:06:54 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG mAS yATNO tUA MANA SIH NDA SAMA SAYA HEHEHE SI aBAH From: yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com To: iagi-net iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 7, 2013 8:44 PM Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Ha...ha.. kirain masih sendirian aja Danny. Sebetulnya pengin juga hadir di presentasi, tapi ya maklum dah mulai turun kondisi fisik nya. Nanti aja kalo pas di Bandung dan lagi enak badan pasti saya usahakan hadir. Bahkan sebetulnya pengin liat dengan mata kepala sendiri kaya apa sih G Padang itu? Kemarin waktu ngasih kursus Applied Petrology di Horison Bandung kan ikut nganter field trip ke G Papandayan yang sekarang lagi ngadat, wah pulang2 masuk angin, diatas kedinginan dan hujan lagi. Salam, Yatno 2013/5/7 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Iya nih Pak. Kapan dong bisa berpartisipasi kalau kami presentasi, Hari Sabtu kemarin kami kan presentasi juga di acara FGMI. Pak Yatno absen juga. Status saya tidak sendirian pak, sudah menikah dan punya anak. Alhamdulillah. From:iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus yuwono Sent: 07 Mei 2013 1:56 To: iagi-net Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Ha...haa... Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang juga skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg ya, saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik yang ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya? YSY On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.com wrote: Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk kecewa. Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok. Kamana wae euy? Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI From: Ben Sapiie bsap...@geodin.net Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan penelitian Gunung Padang. Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000 sdh sangat maju. Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti.. DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan hasil team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang mengatut teori expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic. Sejarah memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau hipotesa bisa sangat panjang Atau tidak berakhir.. Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang sekarang kelihatannya akan tertunda.. Salam, Ben Sapiie Send from my iPad On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote: http://en.wikipedia.org/wiki/Human sekedar memperlancar diskusi, ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur hamo sapiens. saya cut dan paste sedikit juga Humans (Homo sapiens) are primates of the family Hominidae, and the only extant species of the genus Homo.[2][3] Humans are characterized by having a large brain relative to body size, with a particularly well developed neocortex, prefrontal cortex and temporal lobes, making them capable of abstract reasoning, language, introspection, problem solving and culture through social learning. This mental
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Utk data lebih lengkap tidak di Milist Public ini pak. Kalau di ruang seminar sih sudah sering di-share. Secara bertahap akan dipublish ke publik pak. Karena analisisnya juga masih terus, bertahap juga. Survey magnetic hanya dilakukan di atas situs tidak di luar pagar di lereng timur ini. Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI -Original Message- From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Wed, 8 May 2013 11:03:35 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Pak Danny Apakah hasil 3Dnya boleh dishare di millist ini ? atau masih confidential ? Mas Andang yang menyampaikan bahwa sudah dilakukan micro magnetic juga di gunung Padang, sedang yang belum dilakukan adalah micro gravity. Salam Kartiko On 5/8/13, danny.hil...@gmail.com danny.hil...@gmail.com wrote: Lintasan Geolistrik untuk Bukit G Padang sudah banyak. Sudah 3D. Kalau lintasan yg khusus dibuat dgn resolusi sangat tinggi (spacing 1m) di sekitar lokasi penggalian ada 5 lintasan. 3 lines Barat - Timur (termasuk yg dipampang di artikel Viva News) dan 2 line Utara - Selatan (crossline). Semua lines konsisten satu sama lain. Tidak hanya satu model sebetulnya, ada dua macam best-fit model (utk setiap lintasan) dgn tingkat akurasi yg sama tingginya (RMS ~5%). Tidak ada yg di Clip. Tidak dilakukan survey micro magnetic. Yg dilakukan survey GPR. Hasil GPR dan Geolistrik konsisten. Demikian Pak. Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI -Original Message- From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Wed, 8 May 2013 07:59:30 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Pak Danny Tulisan di vivanews, untuk lintasan resistivity apakah memang hanya ada 1 lintasan ? mungkin kalau ada 3/4 lintasan inline crossline bisa lebih memberikan gambaran bentuk high resistivity yang dianggap sebagai struktur bawah permukaannya. Selain itu hasil resistivity di bagian bawah tepat di bawah daerah yang dianggap sebagai struktur banguan di bawah permukaan seperti di clip, apakah masih rahasia atau memang ada masalah teknis ? Bagaimana dengan overlay micro magnetic dengan resistivitynya apakah ada koherensi interpretasi dan saling mengkonfirmasi ? Salam Kartiko On 5/7/13, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com wrote: Salam IAGI, Bagi yang serius ingin mengerti salah satu topik perdebatan Gunung Padang, dan juga untuk rekan-rekan yang ingin melihat susunan batu kolom 'ber-semen' yang dihebohkan itu. Ini dia foto-foto dan uraiannya. P1090031_adj_sm.jpg Foto 1. Batu kolom (columnar joint) disusun horisontal berarah barat-timur yang tersingkap di dinding antara teras satu dan dua. Menurut kami dinding batu-batu kolom disusun rapih bak 'batu bata' umurnya lebih tua dari situs Gunung Padang yang bergaya menhir-menhir yang didirikan diatasnya. Dengan kata lain yang membuat dua gaya menyusun batu ini dari dua generasi yang berbeda. Situs Gunung Padang bergaya menhir ( lebih muda) memang produk budaya sederhana (hanya menyusun ulang dari yang sudah ada) - baik Tim Petisi 34 (ARKENAS) ataupun Tim mandiri tidak ada perbedaan pendapat, tapi yang disusun rapih di bawahnya adalah hasil budaya tinggi. Perhatikan bahwa ada 'material bukan tanah' diantara kolom-kolom batu tersebut. Lutfi_Kotakgali2005_AI.jpg Foto 2 Adalah Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras satu memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat di dinding (horisontal dan berarah barat-timur). Dua-duanya memperlihatkan ada lapisan material yang membungkus atau yang berada diantara batu-batu kolom tersebut. Balai Arkeologi/ARKENAS/Tim Petisi 34 menganggap susunan batu kolom yang berada kurang dari satu meter di bawah permukaan ini sebagai SUMBER BATUAN ALAMIAH (INSITU) yang ditambang untuk membuat situs batu-batu menhir di atasnya, dan menyebut material diantara batu kolom tersebut sebagai 'Kerak Lempung'. Tim Mandiri Terpadu berpendapat bahwa susunan batu kolom yang terlihat di dinding ataupun di bawah tanah ini TIDAK DALAM POSISI INSITU (NON-ALAMIAH) melainkan sudah disusun sangat rapih oleh manusia. Alasan utamanya karena kami tahu lapisan batuan di bawah situs ini HORISONTAL/sejajar permukaan, artinya batu-batu kolom ini SEJAJAR LAPISAN. Batu-batu kolom ini hanya bisa disebut masih dalam posisi alamiah (insitu) jika dan hanya jika merupakan INTRUSI VERTIKAL (baca tautan makalah yang dikirim oleh Sdr Rozak). Faktanya TIDAK ADA INTRUSI VERTIKAL di sini (dari data geolistrik dan georadar). Tim Mandiri menyebut 'kerak lempung'nya Balai Arkeologi tersebut sebagai 'semen purba'. Selanjutnya, Perhatikan bahwa di kotak gali terlihat bahwa
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
RDP yang baik, Ya,kita2 ini baru ngomong doang, saya sendiri sebetulnya uingiiin.. sekali ke lap G Padang yang sedang jadi primadona sorotan banyak kalangan ini. Krn kendala menjaga kesehatan fisik aja sehingga belum kesampaian. Saya berpikir klo masih aktif mo ngirim mhs ke sana utk tugas akhir surface mapping detail sehingga ada data geologi permukaan yang up to date sehingga ada pijakan yang lebih baik untuk interpretasi subsurface nya, mungkin juga dapat membantu siapa saja yang concern. Wah banyak maunya tapi ya itu tadi kendala fisik. Sementara ya hanya bisa ngomong doang berdasar pengalaman dan profesional opinion yang saya miliki. Salam, YSY 2013/5/8 danny.hil...@gmail.com Lintasan Geolistrik untuk Bukit G Padang sudah banyak. Sudah 3D. Kalau lintasan yg khusus dibuat dgn resolusi sangat tinggi (spacing 1m) di sekitar lokasi penggalian ada 5 lintasan. 3 lines Barat - Timur (termasuk yg dipampang di artikel Viva News) dan 2 line Utara - Selatan (crossline). Semua lines konsisten satu sama lain. Tidak hanya satu model sebetulnya, ada dua macam best-fit model (utk setiap lintasan) dgn tingkat akurasi yg sama tingginya (RMS ~5%). Tidak ada yg di Clip. Tidak dilakukan survey micro magnetic. Yg dilakukan survey GPR. Hasil GPR dan Geolistrik konsisten. Demikian Pak. Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI -Original Message- From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Wed, 8 May 2013 07:59:30 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Pak Danny Tulisan di vivanews, untuk lintasan resistivity apakah memang hanya ada 1 lintasan ? mungkin kalau ada 3/4 lintasan inline crossline bisa lebih memberikan gambaran bentuk high resistivity yang dianggap sebagai struktur bawah permukaannya. Selain itu hasil resistivity di bagian bawah tepat di bawah daerah yang dianggap sebagai struktur banguan di bawah permukaan seperti di clip, apakah masih rahasia atau memang ada masalah teknis ? Bagaimana dengan overlay micro magnetic dengan resistivitynya apakah ada koherensi interpretasi dan saling mengkonfirmasi ? Salam Kartiko On 5/7/13, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com wrote: Salam IAGI, Bagi yang serius ingin mengerti salah satu topik perdebatan Gunung Padang, dan juga untuk rekan-rekan yang ingin melihat susunan batu kolom 'ber-semen' yang dihebohkan itu. Ini dia foto-foto dan uraiannya. P1090031_adj_sm.jpg Foto 1. Batu kolom (columnar joint) disusun horisontal berarah barat-timur yang tersingkap di dinding antara teras satu dan dua. Menurut kami dinding batu-batu kolom disusun rapih bak 'batu bata' umurnya lebih tua dari situs Gunung Padang yang bergaya menhir-menhir yang didirikan diatasnya. Dengan kata lain yang membuat dua gaya menyusun batu ini dari dua generasi yang berbeda. Situs Gunung Padang bergaya menhir ( lebih muda) memang produk budaya sederhana (hanya menyusun ulang dari yang sudah ada) - baik Tim Petisi 34 (ARKENAS) ataupun Tim mandiri tidak ada perbedaan pendapat, tapi yang disusun rapih di bawahnya adalah hasil budaya tinggi. Perhatikan bahwa ada 'material bukan tanah' diantara kolom-kolom batu tersebut. Lutfi_Kotakgali2005_AI.jpg Foto 2 Adalah Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras satu memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat di dinding (horisontal dan berarah barat-timur). Dua-duanya memperlihatkan ada lapisan material yang membungkus atau yang berada diantara batu-batu kolom tersebut. Balai Arkeologi/ARKENAS/Tim Petisi 34 menganggap susunan batu kolom yang berada kurang dari satu meter di bawah permukaan ini sebagai SUMBER BATUAN ALAMIAH (INSITU) yang ditambang untuk membuat situs batu-batu menhir di atasnya, dan menyebut material diantara batu kolom tersebut sebagai 'Kerak Lempung'. Tim Mandiri Terpadu berpendapat bahwa susunan batu kolom yang terlihat di dinding ataupun di bawah tanah ini TIDAK DALAM POSISI INSITU (NON-ALAMIAH) melainkan sudah disusun sangat rapih oleh manusia. Alasan utamanya karena kami tahu lapisan batuan di bawah situs ini HORISONTAL/sejajar permukaan, artinya batu-batu kolom ini SEJAJAR LAPISAN. Batu-batu kolom ini hanya bisa disebut masih dalam posisi alamiah (insitu) jika dan hanya jika merupakan INTRUSI VERTIKAL (baca tautan makalah yang dikirim oleh Sdr Rozak). Faktanya TIDAK ADA INTRUSI VERTIKAL di sini (dari data geolistrik dan georadar). Tim Mandiri menyebut 'kerak lempung'nya Balai Arkeologi tersebut sebagai 'semen purba'. Selanjutnya, Perhatikan bahwa di kotak gali terlihat bahwa antara susunan batu ber-semen dan situs menhir di atasnya dipisahkan oleh lapisan tanah. Jadi GAP WAKTU-nya terlihat jelas diwakili oleh lapisan tanah berbongkah batu tersebut. Sedangkan
Re: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Kang Yanto, Mungkin umur kita gk beda jauh ya, saya lahir 9-2-1947, jadi jalan umur 67 lah, klo misalkan anda lebih tua tapi lebih dikaruniai kesehatan yang lebih baik dari saya, mungkin karena gizi nya lebih baik wong dulunya di Pertamina he...he... Salam, Oemar Bakrie 2013/5/8 bandon...@gmail.com Setua saya ya tua abah pak. Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: * Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Tue, 7 May 2013 19:06:54 -0700 (PDT) *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG mAS yATNO tUA MANA SIH NDA SAMA SAYA HEHEHE SI aBAH -- *From:* yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com *To:* iagi-net iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Tuesday, May 7, 2013 8:44 PM *Subject:* Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Ha...ha.. kirain masih sendirian aja Danny. Sebetulnya pengin juga hadir di presentasi, tapi ya maklum dah mulai turun kondisi fisik nya. Nanti aja kalo pas di Bandung dan lagi enak badan pasti saya usahakan hadir. Bahkan sebetulnya pengin liat dengan mata kepala sendiri kaya apa sih G Padang itu? Kemarin waktu ngasih kursus Applied Petrology di Horison Bandung kan ikut nganter field trip ke G Papandayan yang sekarang lagi ngadat, wah pulang2 masuk angin, diatas kedinginan dan hujan lagi. Salam, Yatno 2013/5/7 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Iya nih Pak. Kapan dong bisa berpartisipasi kalau kami presentasi, Hari Sabtu kemarin kami kan presentasi juga di acara FGMI. Pak Yatno absen juga. Status saya tidak sendirian pak, sudah menikah dan punya anak. Alhamdulillah. ** ** *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *yustinus yuwono *Sent:* 07 Mei 2013 1:56 *To:* iagi-net *Subject:* Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG ** ** Ha...haa... Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang juga skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg ya, saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik yang ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya? YSY ** ** On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.com wrote: Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk kecewa. Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok. Kamana wae euy? Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI -- *From: *Ben Sapiie bsap...@geodin.net *Sender: *iagi-net@iagi.or.id *Date: *Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG ** ** Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan penelitian Gunung Padang. Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. ** ** Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000 sdh sangat maju. Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti.. ** ** DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan hasil team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang mengatut teori expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic. Sejarah memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau hipotesa bisa sangat panjang Atau tidak berakhir.. ** ** Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang sekarang kelihatannya akan tertunda.. ** ** Salam, ** ** Ben Sapiie ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** Send from my iPad On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar
Re: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Yat, soal kesehatan kalao kepala tidak kena musibah, dipukul, jatuh (hehe masak kapalanya jatuh) atau kebentur sangat keras, dan baik2 jaga makan rasanya yaa dengan makanan sederhana saja cukuplah. Hehehe kakek2 kita dulu umurnya cukup panjang bahkan lebih dari 80 karena makan nya tidak neko neko. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Wed, 8 May 2013 11:23:58 To: iagi-netiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Kang Yanto, Mungkin umur kita gk beda jauh ya, saya lahir 9-2-1947, jadi jalan umur 67 lah, klo misalkan anda lebih tua tapi lebih dikaruniai kesehatan yang lebih baik dari saya, mungkin karena gizi nya lebih baik wong dulunya di Pertamina he...he... Salam, Oemar Bakrie 2013/5/8 bandon...@gmail.com Setua saya ya tua abah pak. Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: * Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Tue, 7 May 2013 19:06:54 -0700 (PDT) *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG mAS yATNO tUA MANA SIH NDA SAMA SAYA HEHEHE SI aBAH -- *From:* yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com *To:* iagi-net iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Tuesday, May 7, 2013 8:44 PM *Subject:* Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Ha...ha.. kirain masih sendirian aja Danny. Sebetulnya pengin juga hadir di presentasi, tapi ya maklum dah mulai turun kondisi fisik nya. Nanti aja kalo pas di Bandung dan lagi enak badan pasti saya usahakan hadir. Bahkan sebetulnya pengin liat dengan mata kepala sendiri kaya apa sih G Padang itu? Kemarin waktu ngasih kursus Applied Petrology di Horison Bandung kan ikut nganter field trip ke G Papandayan yang sekarang lagi ngadat, wah pulang2 masuk angin, diatas kedinginan dan hujan lagi. Salam, Yatno 2013/5/7 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Iya nih Pak. Kapan dong bisa berpartisipasi kalau kami presentasi, Hari Sabtu kemarin kami kan presentasi juga di acara FGMI. Pak Yatno absen juga. Status saya tidak sendirian pak, sudah menikah dan punya anak. Alhamdulillah. ** ** *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *yustinus yuwono *Sent:* 07 Mei 2013 1:56 *To:* iagi-net *Subject:* Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG ** ** Ha...haa... Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang juga skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg ya, saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik yang ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya? YSY ** ** On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.com wrote: Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk kecewa. Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok. Kamana wae euy? Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI -- *From: *Ben Sapiie bsap...@geodin.net *Sender: *iagi-net@iagi.or.id *Date: *Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG ** ** Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan penelitian Gunung Padang. Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. ** ** Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000 sdh sangat maju. Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti.. ** ** DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus demikian
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Danny yth, Bagus lah dah ada yang melakukan. Saya percaya Andri banyak pengalaman lap, dulu sering diskusi dengan saya mengenai volcanic terain dan petrografi volkanik, banyak foto2 nya termasuk singkapan kekar2 kolom yang bagus2. Untuk Andri tolong silakan pinjam ke Iman Sudisun dia saya kasih Laporan dan peta2 geol teknik dari Jatigede yang dulu kita kerjakan dengan Consultan Snowy Mountain dari Australia. Petanya luar biasa detail krn untuk design bendungan besar, untuk referensi membuat peta detail yang baik dan informatif dengan skala besar bagus sekali kalau dicontoh. Klo gk salah petanya skala 5.000. Sekedar info, tugas akhir S1 saya dulu di Jatigede di bawah bimbingan Prof Sampurno th70 an. Salam buat Andri. Salam, YSY 2013/5/8 danny.hil...@gmail.com ** Skr ini sudah ada 1 mahasiswa S1 geologi ITB yg sedang memetakan geologinya (5x5 km2) dibawah bimbingan Rekan Andri Subandrio dan saya. Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI -- *From: * yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Wed, 8 May 2013 11:17:47 +0700 *To: *iagi-netiagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG RDP yang baik, Ya,kita2 ini baru ngomong doang, saya sendiri sebetulnya uingiiin.. sekali ke lap G Padang yang sedang jadi primadona sorotan banyak kalangan ini. Krn kendala menjaga kesehatan fisik aja sehingga belum kesampaian. Saya berpikir klo masih aktif mo ngirim mhs ke sana utk tugas akhir surface mapping detail sehingga ada data geologi permukaan yang up to date sehingga ada pijakan yang lebih baik untuk interpretasi subsurface nya, mungkin juga dapat membantu siapa saja yang concern. Wah banyak maunya tapi ya itu tadi kendala fisik. Sementara ya hanya bisa ngomong doang berdasar pengalaman dan profesional opinion yang saya miliki. Salam, YSY 2013/5/8 danny.hil...@gmail.com Lintasan Geolistrik untuk Bukit G Padang sudah banyak. Sudah 3D. Kalau lintasan yg khusus dibuat dgn resolusi sangat tinggi (spacing 1m) di sekitar lokasi penggalian ada 5 lintasan. 3 lines Barat - Timur (termasuk yg dipampang di artikel Viva News) dan 2 line Utara - Selatan (crossline). Semua lines konsisten satu sama lain. Tidak hanya satu model sebetulnya, ada dua macam best-fit model (utk setiap lintasan) dgn tingkat akurasi yg sama tingginya (RMS ~5%). Tidak ada yg di Clip. Tidak dilakukan survey micro magnetic. Yg dilakukan survey GPR. Hasil GPR dan Geolistrik konsisten. Demikian Pak. Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI -Original Message- From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Wed, 8 May 2013 07:59:30 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Pak Danny Tulisan di vivanews, untuk lintasan resistivity apakah memang hanya ada 1 lintasan ? mungkin kalau ada 3/4 lintasan inline crossline bisa lebih memberikan gambaran bentuk high resistivity yang dianggap sebagai struktur bawah permukaannya. Selain itu hasil resistivity di bagian bawah tepat di bawah daerah yang dianggap sebagai struktur banguan di bawah permukaan seperti di clip, apakah masih rahasia atau memang ada masalah teknis ? Bagaimana dengan overlay micro magnetic dengan resistivitynya apakah ada koherensi interpretasi dan saling mengkonfirmasi ? Salam Kartiko On 5/7/13, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com wrote: Salam IAGI, Bagi yang serius ingin mengerti salah satu topik perdebatan Gunung Padang, dan juga untuk rekan-rekan yang ingin melihat susunan batu kolom 'ber-semen' yang dihebohkan itu. Ini dia foto-foto dan uraiannya. P1090031_adj_sm.jpg Foto 1. Batu kolom (columnar joint) disusun horisontal berarah barat-timur yang tersingkap di dinding antara teras satu dan dua. Menurut kami dinding batu-batu kolom disusun rapih bak 'batu bata' umurnya lebih tua dari situs Gunung Padang yang bergaya menhir-menhir yang didirikan diatasnya. Dengan kata lain yang membuat dua gaya menyusun batu ini dari dua generasi yang berbeda. Situs Gunung Padang bergaya menhir ( lebih muda) memang produk budaya sederhana (hanya menyusun ulang dari yang sudah ada) - baik Tim Petisi 34 (ARKENAS) ataupun Tim mandiri tidak ada perbedaan pendapat, tapi yang disusun rapih di bawahnya adalah hasil budaya tinggi. Perhatikan bahwa ada 'material bukan tanah' diantara kolom-kolom batu tersebut. Lutfi_Kotakgali2005_AI.jpg Foto 2 Adalah Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras satu memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat di dinding (horisontal dan berarah barat-timur). Dua-duanya memperlihatkan ada lapisan material yang membungkus atau yang berada
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Sedikit ikut nimbrung walaupun tanpa data. Kalo ambil dari referensi dan cerita yang ada di kitab suci dan agama-agama samawi.Bukannya memang dikatakan jaman lalu pun pernah ada peradaban yang sangat modern lalu di hancurkan oleh Allah karena dosa-dosa penduduknya? Apakah mungkin yang disebut homo sapiens itu adalah manusia pertama generasi terakhir setelah dimusnahkannya penduduk suatu bangsa oleh Allah tersebut? Sedangkan yang diteliti itu memang manusia sebelum pemusnahan massal tersebut? Salam Ridwan (RiFa TeA) 2013/5/6 bandon...@gmail.com Menarik sekali semen/perekat jaman purba yang dibuat dari lempung, unsur karbon dan besi. Bagi saya kalau jaman 13000 tahun lalu sdh ditemukan perekat batu yang bagus dan bertahan sampai sekarang; kenapa tidak kita coba sekarang? Kita tidak perlu buat pabrik besar, menghancurkan bukit kapur yang juga berfungsi sbg tandon air, tidak perlu impor gipsum dan gali pasir besi dan bukit kwarsa. Mohon komposisi semen yang ditemukan di gn Padang dpt dimanfaatkan bagi pembangunan. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: bandon...@gmail.com Date: Sun, 5 May 2013 06:22:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: bandon...@gmail.com Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Semen purba berumur 23.000 tahun Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa merekamenemukan semen perekat kolom andesit berumur 13.000 - 23.000 tahun, Di atas aku copy paste dari mang okim. Kalau di bawah ini copy paste dari ahli geofisika TTPMG Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahupersis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu adadiantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Naa silakan tanya ke ybs. Salam Powered by Telkomsel BlackBerry® -- Salam, RiFa TeA http://refleksirifa.blogspot.com/ -Indahnya Nikmatnya berbagi dalam Kebaikan dan Kebenaran (modifikasi dari KZ) -Salah satu tugas dalam hidup ini begitu sederhana, hanya bersabar dan besyukur (AFF) -Orang yang melewatkan satu hari dalam hidupnya tanpa ada suatu hak yang ia tunaikan atau suatu fardu yang ia lakukan atau kemuliaan yang ia wariskan atau pujian yang ia hasilkan atau kebaikan yang ia tanamkan atau ilmu yang ia dapatkan,maka sungguh-sungguh ia telah durhaka pada harinya dan menganiaya diri. (Dr. Yusuf Al-qardhawi) - YM Gtalk : rifa120
RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas Andang. Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir. Karbon-karbon itu diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir. Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit. Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit. Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya jutaan - puluhan juta tahun. Nah harusnya umur pasir itu ya jutaan juga kalau selaras. Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun? Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus. Menurut ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak). Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras dengan lapisan kolom andesitnya). Pertanyaannya. Bagaimana pasir itu bisa menclok di dekat puncak bukit ini? Di bawa orang dari sungai atau tempat lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa tsunami setinggi 800 meter ke situ (ketawa) ? Dua-duanya sulit dipercaya bukan, tapi saya pilih yang option pertama. Kalau kita menganggap bahwa lapisan kolom andesit itu bangunan, maka pasir itu interpretasinya ya bagian dari bangunan, misalnya sengaja dimasukkan di situ untuk mengisi satu ruang/rongga sebagai material pengawet/penyangga untuk menyimpan sesuatu. Mungkin ada option lain. Silahkan saja. Intinya memilih sampel untuk melakukan karbon dating memang harus benar-benar mempelajari konteksnya dengan sangat hati-hati. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 10:41 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Pak Dani, sedikit mau mempertajam tentang umur. Geologi mempelajari bagaimana hasil karya Tuhan (alam). Oleh karena itu karya Tuhan mungkin masih banyak sekali yg tidak diketahui manusia bagaimana Tuhan menciptakannya. Jadi apabila ada sesuatu yg tidak sesuai dgn apa yg kita biasa pahami, jangan dulu kita katakan sebagai karya manusia. Arkeologi mempelajari bagaimana hasil karya manusia. KEBUDAYAN. Biasanya apabila manusia tidak bisa menjelaskan suatu fenomeno itu lah dikatakan sebagai karya Tuhan. Untuk umur yg bapak lakukan itu, umur apa pak? misal pasir yg ditemukan : Umur pasir diayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu (lebih muda).. Kalo geologi umur yg dimaksud adalah umur saat Tuhan (alam) membuatnya/terbentuknya. Tapi kalo arkeologi adalah umur pasir tersebut saat berinteraksi dgn manusia. Nah...bagaimana bapak tau kapan pasir tersebut berinteraksi dgn manusia, kira-kira dari apanya pak? Mungkin pasir tersebut diangkat dgn ember/karung, ember/karung tersebut ditemukan dan bisa kita tau umur pembuatan ember tersebut, disitulah kita bisa tau pasir tersebut kapan berinteraksi dgn manusia. Saat pasir tidak berinteraksi dgn manusia, kayaknya bukan arkeologi. Jadi apabila pasir tersebut tidak bisa kita buktikan bahwa pernah berinteraksi dgn manusia, hasil karya manusia, kayaknya gak cocok masuk ke dunia arkeologi. begitu juga untuk umur semen, umur tanah urukan? Pak Dani, mohon dishare data-data arkeologi apa yg tim miliki atau artefak apa yg sudah ditemukan untuk mendukung penelitian ini. Saya berharap ada bangunan besar seperti animasi Pak Ali Akbar, mirip piramida, supaya Indonesia menjadi kiblat peradaban dunia. Salam benz Pada 5 Mei 2013 16.24, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Ilmuwan itu harus 'skeptis', namun di sini sering diterjemahkan menjadi 'apatis'. Skeptis yang benar selalu berusaha memahami dengan seksama semua tahapan dan analisa penelitian orang, terutama masalah akurasi dan ketidakpastiannya. Etika ilmiah yang benar adalah menanyakan dengan sopan kepada peneliti apabila ada sesuatu yang dirasa belum clear, bukan memandang remeh peneliti apalagi langsung mem-vonis bahwa hasil penelitiannya salah. Sikap skeptis berarti banyak diskusi sehingga saling mengisi ilmu membuat analisa menjadi lebih tajam. Itulah kenapa seorang Oppenheimer ketika ditanya tentang Sadahurip dan Gunung Padang jawabannya saya tidak tahu; terus terang saya skeptis, tapi saya ingin sekali melihat data dan analisanya karena apabila benar, ini hal yang sangat luarbiasa. Jadi skeptis bukan semangat menghina atau membuang hasil penelitian orang, itu apatis, melainkan semangat untuk membuat hasil penelitian menjadi lebih baik. Keraguan akan hasil dating adalah hal yang memang seharusnya demikian, karena sampai sekarang kamipun masih terus menganalisanya, sering diskusi dengan teman-teman yang lebih ahli dalam hal ini. Hasil dating Gunung Padang sekarang yang terbaik untuk tahap ini yang bisa kami lakukan dengan
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Setau aku, sisa 2 orang di itb yang faham! Tentang delapsi, Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Irwandi Nurdin wandi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 12:52:40 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Sepertinya teori delapsi bukan saja telah ditinggalkan, namun mencari infonya di internet pun tidak saya peroleh. Bagi yang baru belajar geologi tentu langsung belajar dari teori lempeng tektonik. Sehingga saya menarik juga untuk sedikit mengetahui bagaimana teori delapsi, khususnya *Olisostrom-Delapsi*. Bagi kebanyakan geologiwan ini merupakan pertanyaan sederhana dan sepele. Namun kalau dilihat dari sisi sejarah perkembangan ilmu geologi khususnya di Indonesia ini menjadi menarik. Dan apa yang menjadi mapan saat ini akan usang dimasa yang akan datang. Oleh karena itu kalau ada link yang menjelaskan teori tersebut mohon dibagikan, sekedar ingin mengetahui sejarah perkembagan ilmu geologi di Indonesia. Maklum yang antik2 susah dapatnya kecuali dari sesepuh. Wassalam. Irwandi
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Salam, Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada situs tersebut. Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang di situs tersebut. Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. Pak Data arkeologi nya yg mana? Pak Dani, pertanyaan ini sederhana, Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? maksud saya begini pak, Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog) dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara scientifik. Salam benz Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.commenulis: Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas Andang. Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir. Karbon-karbon itu diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir. Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit. Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit. Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya jutaan – puluhan juta tahun. Nah harusnya umur pasir itu ya jutaan juga kalau selaras. Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun? Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus. Menurut ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak). Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras dengan lapisan kolom andesitnya). Pertanyaannya. Bagaimana pasir itu bisa menclok di dekat puncak bukit ini? Di bawa orang dari sungai atau tempat lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa tsunami setinggi 800 meter ke situ (ketawa) ? Dua-duanya sulit dipercaya bukan, tapi saya pilih yang option pertama. Kalau kita menganggap bahwa lapisan kolom andesit itu bangunan, maka pasir itu interpretasinya ya bagian dari bangunan, misalnya sengaja dimasukkan di situ untuk mengisi satu ruang/rongga sebagai material pengawet/penyangga untuk menyimpan sesuatu. Mungkin ada option lain. Silahkan saja. Intinya memilih sampel untuk melakukan karbon dating memang harus benar-benar mempelajari konteksnya dengan sangat hati-hati. ** ** *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *benyamin sembiring *Sent:* 06 Mei 2013 10:41 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG ** ** Salam, Pak Dani, sedikit mau mempertajam tentang umur. ** ** Geologi mempelajari bagaimana hasil karya Tuhan (alam). Oleh karena itu karya Tuhan mungkin masih banyak sekali yg tidak diketahui manusia bagaimana Tuhan menciptakannya. Jadi apabila ada sesuatu yg tidak sesuai dgn apa yg kita biasa pahami, jangan dulu kita katakan sebagai karya manusia. Arkeologi mempelajari bagaimana hasil karya manusia. KEBUDAYAN. Biasanya apabila manusia tidak bisa menjelaskan suatu fenomeno itu lah dikatakan sebagai karya Tuhan. Untuk umur yg bapak lakukan itu, umur apa pak? misal pasir yg ditemukan : Umur pasir diayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu (lebih muda).. Kalo geologi umur yg dimaksud adalah umur saat Tuhan (alam) membuatnya/terbentuknya. Tapi kalo arkeologi adalah umur pasir tersebut saat berinteraksi dgn manusia. Nah...bagaimana bapak tau kapan pasir tersebut berinteraksi dgn manusia, kira-kira dari apanya pak? Mungkin pasir tersebut diangkat dgn ember/karung, ember/karung tersebut ditemukan dan bisa kita tau umur pembuatan ember tersebut, disitulah kita bisa tau pasir tersebut kapan berinteraksi dgn manusia. Saat pasir tidak berinteraksi dgn manusia, kayaknya bukan arkeologi. ** ** Jadi apabila pasir tersebut tidak bisa kita buktikan bahwa pernah berinteraksi dgn manusia, hasil karya manusia, kayaknya gak cocok masuk ke dunia arkeologi. ** ** begitu juga untuk umur semen, umur tanah urukan? Pak Dani, mohon dishare data-data arkeologi apa yg tim miliki atau artefak apa yg sudah ditemukan untuk mendukung penelitian ini. Saya berharap ada bangunan besar seperti animasi Pak Ali Akbar, mirip piramida, supaya Indonesia menjadi kiblat peradaban dunia. Salam benz ** ** ** ** ** ** Pada 5 Mei 2013 16.24, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Ilmuwan itu harus 'skeptis', namun di sini sering diterjemahkan menjadi 'apatis'. Skeptis yang benar selalu berusaha memahami dengan seksama semua tahapan dan analisa penelitian orang, terutama masalah akurasi dan ketidakpastiannya. Etika ilmiah yang benar adalah menanyakan dengan sopan kepada peneliti
RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Saya tidak mengerti pertanyaannya. Ada kerancuan beda pengertian di sini. Coba dibaca teliti dulu uraian saya di bawah.Karbon yang didating bukan sisa pembakaran tapi karbon alamiah dari sisa-sisa renik tumbuhan atau hewan. Maksud data arkeologi itu apa ya di sini? Penelitian di Gunung Padang tidak ditujukan untuk penelitian gempa. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 15:01 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada situs tersebut. Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang di situs tersebut. Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. Pak Data arkeologi nya yg mana? Pak Dani, pertanyaan ini sederhana, Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? maksud saya begini pak, Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog) dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara scientifik. Salam benz Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas Andang. Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir. Karbon-karbon itu diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir. Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit. Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit. Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya jutaan - puluhan juta tahun. Nah harusnya umur pasir itu ya jutaan juga kalau selaras. Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun? Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus. Menurut ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak). Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras dengan lapisan kolom andesitnya). Pertanyaannya. Bagaimana pasir itu bisa menclok di dekat puncak bukit ini? Di bawa orang dari sungai atau tempat lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa tsunami setinggi 800 meter ke situ (ketawa) ? Dua-duanya sulit dipercaya bukan, tapi saya pilih yang option pertama. Kalau kita menganggap bahwa lapisan kolom andesit itu bangunan, maka pasir itu interpretasinya ya bagian dari bangunan, misalnya sengaja dimasukkan di situ untuk mengisi satu ruang/rongga sebagai material pengawet/penyangga untuk menyimpan sesuatu. Mungkin ada option lain. Silahkan saja. Intinya memilih sampel untuk melakukan karbon dating memang harus benar-benar mempelajari konteksnya dengan sangat hati-hati. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 10:41 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Pak Dani, sedikit mau mempertajam tentang umur. Geologi mempelajari bagaimana hasil karya Tuhan (alam). Oleh karena itu karya Tuhan mungkin masih banyak sekali yg tidak diketahui manusia bagaimana Tuhan menciptakannya. Jadi apabila ada sesuatu yg tidak sesuai dgn apa yg kita biasa pahami, jangan dulu kita katakan sebagai karya manusia. Arkeologi mempelajari bagaimana hasil karya manusia. KEBUDAYAN. Biasanya apabila manusia tidak bisa menjelaskan suatu fenomeno itu lah dikatakan sebagai karya Tuhan. Untuk umur yg bapak lakukan itu, umur apa pak? misal pasir yg ditemukan : Umur pasir diayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu (lebih muda).. Kalo geologi umur yg dimaksud adalah umur saat Tuhan (alam) membuatnya/terbentuknya. Tapi kalo arkeologi adalah umur pasir tersebut saat berinteraksi dgn manusia. Nah...bagaimana bapak tau kapan pasir tersebut berinteraksi dgn manusia, kira-kira dari apanya pak? Mungkin pasir tersebut diangkat dgn ember/karung, ember/karung tersebut ditemukan dan bisa kita tau umur pembuatan ember tersebut, disitulah kita bisa tau pasir tersebut kapan berinteraksi dgn manusia. Saat pasir tidak berinteraksi dgn manusia, kayaknya bukan arkeologi. Jadi apabila pasir tersebut tidak bisa kita buktikan bahwa pernah berinteraksi dgn manusia, hasil karya manusia, kayaknya gak cocok masuk ke dunia arkeologi. begitu juga untuk umur semen, umur tanah urukan? Pak Dani, mohon dishare data-data arkeologi apa yg tim miliki atau artefak apa yg sudah ditemukan untuk mendukung penelitian ini. Saya berharap ada bangunan besar seperti animasi Pak Ali Akbar, mirip piramida, supaya Indonesia menjadi kiblat peradaban dunia. Salam benz Pada 5 Mei
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
salam, Pak data arkeologi itu yg saya maksud adalah artefak? Bukan kah seharusnya artefak yg berbicara, bukan batu yang berbicara. Arkeolog berbicara atas dasar artefak dan geolog bicara atas dasar batu. Saya pikir kalo artefak yg berbicara masalah ini tidak akan panjang. semoga sukses pak penggaliannya gali terus pak supaya terungkap kebenaran bahwa Indonesia punya peradaban yg maju salam benz Pada 6 Mei 2013 15.11, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.commenulis: Saya tidak mengerti pertanyaannya. Ada kerancuan beda pengertian di sini. Coba dibaca teliti dulu uraian saya di bawah.Karbon yang didating bukan sisa pembakaran tapi karbon alamiah dari sisa-sisa renik tumbuhan atau hewan. Maksud data arkeologi itu apa ya di sini? Penelitian di Gunung Padang tidak ditujukan untuk penelitian gempa. ** ** *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *benyamin sembiring *Sent:* 06 Mei 2013 15:01 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG ** ** Salam, Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada situs tersebut. Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang di situs tersebut. Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. Pak Data arkeologi nya yg mana? ** ** Pak Dani, pertanyaan ini sederhana, Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? *** * ** ** maksud saya begini pak, Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog) dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara scientifik. Salam benz ** ** Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas Andang. Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir. Karbon-karbon itu diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir. Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit. Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit. Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya jutaan – puluhan juta tahun. Nah harusnya umur pasir itu ya jutaan juga kalau selaras. Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun? Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus. Menurut ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak). Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras dengan lapisan kolom andesitnya). Pertanyaannya. Bagaimana pasir itu bisa menclok di dekat puncak bukit ini? Di bawa orang dari sungai atau tempat lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa tsunami setinggi 800 meter ke situ (ketawa) ? Dua-duanya sulit dipercaya bukan, tapi saya pilih yang option pertama. Kalau kita menganggap bahwa lapisan kolom andesit itu bangunan, maka pasir itu interpretasinya ya bagian dari bangunan, misalnya sengaja dimasukkan di situ untuk mengisi satu ruang/rongga sebagai material pengawet/penyangga untuk menyimpan sesuatu. Mungkin ada option lain. Silahkan saja. Intinya memilih sampel untuk melakukan karbon dating memang harus benar-benar mempelajari konteksnya dengan sangat hati-hati. *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *benyamin sembiring *Sent:* 06 Mei 2013 10:41 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Pak Dani, sedikit mau mempertajam tentang umur. Geologi mempelajari bagaimana hasil karya Tuhan (alam). Oleh karena itu karya Tuhan mungkin masih banyak sekali yg tidak diketahui manusia bagaimana Tuhan menciptakannya. Jadi apabila ada sesuatu yg tidak sesuai dgn apa yg kita biasa pahami, jangan dulu kita katakan sebagai karya manusia. Arkeologi mempelajari bagaimana hasil karya manusia. KEBUDAYAN. Biasanya apabila manusia tidak bisa menjelaskan suatu fenomeno itu lah dikatakan sebagai karya Tuhan. Untuk umur yg bapak lakukan itu, umur apa pak? misal pasir yg ditemukan : Umur pasir diayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu (lebih muda).. Kalo geologi umur yg dimaksud adalah umur saat Tuhan (alam) membuatnya/terbentuknya. Tapi kalo arkeologi adalah umur pasir tersebut saat berinteraksi dgn manusia. Nah...bagaimana bapak tau kapan pasir tersebut berinteraksi dgn manusia, kira-kira dari apanya pak? Mungkin pasir tersebut diangkat dgn ember/karung
RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
'Artefak' atau 'Fitur' budaya yang banyak terlihat sekarang adalah susunan batu-batu kolom dan dugaan semen itulah. Tim Pak Ali Akbar ada juga sih menemukan beberapa artefak lain atau 'artepak' yang seperti anda maksud, tapi belum ada yang benar-benar signifikan.Dalam tahapan eksplorasi seperti sekarang, kita sebagai ahli geologi fungsinya adalah membantu bidang arkeologi ini untuk menyingkap artefak dan fitur budaya yang sekarang masih 'diselimuti' oleh faktor 'batu' (dan tanah) itu. Apabila nanti tersingkap, tugas utama ahli geologi selesai sudah. Para arkeolog yang maju di depan. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 15:31 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG salam, Pak data arkeologi itu yg saya maksud adalah artefak? Bukan kah seharusnya artefak yg berbicara, bukan batu yang berbicara. Arkeolog berbicara atas dasar artefak dan geolog bicara atas dasar batu. Saya pikir kalo artefak yg berbicara masalah ini tidak akan panjang. semoga sukses pak penggaliannya gali terus pak supaya terungkap kebenaran bahwa Indonesia punya peradaban yg maju salam benz Pada 6 Mei 2013 15.11, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Saya tidak mengerti pertanyaannya. Ada kerancuan beda pengertian di sini. Coba dibaca teliti dulu uraian saya di bawah.Karbon yang didating bukan sisa pembakaran tapi karbon alamiah dari sisa-sisa renik tumbuhan atau hewan. Maksud data arkeologi itu apa ya di sini? Penelitian di Gunung Padang tidak ditujukan untuk penelitian gempa. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 15:01 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada situs tersebut. Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang di situs tersebut. Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. Pak Data arkeologi nya yg mana? Pak Dani, pertanyaan ini sederhana, Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? maksud saya begini pak, Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog) dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara scientifik. Salam benz Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas Andang. Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir. Karbon-karbon itu diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir. Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit. Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit. Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya jutaan - puluhan juta tahun. Nah harusnya umur pasir itu ya jutaan juga kalau selaras. Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun? Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus. Menurut ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak). Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras dengan lapisan kolom andesitnya). Pertanyaannya. Bagaimana pasir itu bisa menclok di dekat puncak bukit ini? Di bawa orang dari sungai atau tempat lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa tsunami setinggi 800 meter ke situ (ketawa) ? Dua-duanya sulit dipercaya bukan, tapi saya pilih yang option pertama. Kalau kita menganggap bahwa lapisan kolom andesit itu bangunan, maka pasir itu interpretasinya ya bagian dari bangunan, misalnya sengaja dimasukkan di situ untuk mengisi satu ruang/rongga sebagai material pengawet/penyangga untuk menyimpan sesuatu. Mungkin ada option lain. Silahkan saja. Intinya memilih sampel untuk melakukan karbon dating memang harus benar-benar mempelajari konteksnya dengan sangat hati-hati. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 10:41 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Pak Dani, sedikit mau mempertajam tentang umur. Geologi mempelajari bagaimana hasil karya Tuhan (alam). Oleh karena itu karya Tuhan mungkin masih banyak sekali yg tidak diketahui manusia bagaimana Tuhan menciptakannya. Jadi apabila ada sesuatu yg tidak sesuai dgn apa yg kita biasa pahami, jangan dulu kita katakan sebagai karya manusia. Arkeologi mempelajari bagaimana hasil karya manusia. KEBUDAYAN. Biasanya
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Salam, Pak Dani, menurut saya inilah akar permasalahannya, sehingga para pendekar Prof Arkeologi dll sangat marah. Mengapa harus marah, karena tim yg Bapak pimpin tidak mempunyai temuan baru, data arkeologi baru, artefak baru yg cukup significan tapi akan melakukan penggalian arkeologi besar besaran. Perlu kita ingat bahwa ini adalah ranah arkeologi, sudah tentu data arkeologi lah yg bicara. Apa yg bapak temukan dari geofsika, pengamatan geologi lapangan itu hanya data pendukung, belum bisa dikatakan hasil peradaban manusia, bukan data arkeologi. Jadi menurut mereka tim ini menyalahi kaidah harus dihentikan. Ini menurut saya pak. Seperti dalam kasus hukum yg sudah final (inkrah gimana tulisannya ya..), kasus bisa diangkat kembali apabila ditemukannya/didapatnya bukti baru yg sangat kuat. Apapun sukses deh pak benz Pada 6 Mei 2013 16.05, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.commenulis: ‘Artefak’ atau ‘Fitur’ budaya yang banyak terlihat sekarang adalah susunan batu-batu kolom dan dugaan semen itulah. Tim Pak Ali Akbar ada juga sih menemukan beberapa artefak lain atau ‘artepak’ yang seperti anda maksud, tapi belum ada yang benar-benar signifikan.Dalam tahapan eksplorasi seperti sekarang, kita sebagai ahli geologi fungsinya adalah membantu bidang arkeologi ini untuk menyingkap artefak dan fitur budaya yang sekarang masih ‘diselimuti’ oleh faktor ‘batu’ (dan tanah) itu. Apabila nanti tersingkap, tugas utama ahli geologi selesai sudah. Para arkeolog yang maju di depan. ** ** *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *benyamin sembiring *Sent:* 06 Mei 2013 15:31 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG ** ** salam, Pak data arkeologi itu yg saya maksud adalah artefak? Bukan kah seharusnya artefak yg berbicara, bukan batu yang berbicara. Arkeolog berbicara atas dasar artefak dan geolog bicara atas dasar batu.** ** Saya pikir kalo artefak yg berbicara masalah ini tidak akan panjang. ** ** semoga sukses pak penggaliannya gali terus pak supaya terungkap kebenaran bahwa Indonesia punya peradaban yg maju salam benz ** ** ** ** Pada 6 Mei 2013 15.11, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Saya tidak mengerti pertanyaannya. Ada kerancuan beda pengertian di sini. Coba dibaca teliti dulu uraian saya di bawah.Karbon yang didating bukan sisa pembakaran tapi karbon alamiah dari sisa-sisa renik tumbuhan atau hewan. Maksud data arkeologi itu apa ya di sini? Penelitian di Gunung Padang tidak ditujukan untuk penelitian gempa. *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *benyamin sembiring *Sent:* 06 Mei 2013 15:01 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada situs tersebut. Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang di situs tersebut. Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. Pak Data arkeologi nya yg mana? Pak Dani, pertanyaan ini sederhana, Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? *** * maksud saya begini pak, Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog) dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara scientifik. Salam benz Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas Andang. Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir. Karbon-karbon itu diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir. Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit. Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit. Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya jutaan – puluhan juta tahun. Nah harusnya umur pasir itu ya jutaan juga kalau selaras. Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun? Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus. Menurut ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak). Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras dengan lapisan kolom andesitnya). Pertanyaannya. Bagaimana pasir itu bisa menclok di dekat puncak bukit ini? Di bawa orang dari sungai atau tempat lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Tim belum pernah merencanakan eskavasi besar pak. Yang mau dilakukan adalah testpit dangkal, itupun dilakukan oleh Tim Arkeologi UI bukan oleh Tim Geologi Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI -Original Message- From: benyamin sembiring benyaminsembir...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 16:21:48 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Pak Dani, menurut saya inilah akar permasalahannya, sehingga para pendekar Prof Arkeologi dll sangat marah. Mengapa harus marah, karena tim yg Bapak pimpin tidak mempunyai temuan baru, data arkeologi baru, artefak baru yg cukup significan tapi akan melakukan penggalian arkeologi besar besaran. Perlu kita ingat bahwa ini adalah ranah arkeologi, sudah tentu data arkeologi lah yg bicara. Apa yg bapak temukan dari geofsika, pengamatan geologi lapangan itu hanya data pendukung, belum bisa dikatakan hasil peradaban manusia, bukan data arkeologi. Jadi menurut mereka tim ini menyalahi kaidah harus dihentikan. Ini menurut saya pak. Seperti dalam kasus hukum yg sudah final (inkrah gimana tulisannya ya..), kasus bisa diangkat kembali apabila ditemukannya/didapatnya bukti baru yg sangat kuat. Apapun sukses deh pak benz Pada 6 Mei 2013 16.05, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.commenulis: ‘Artefak’ atau ‘Fitur’ budaya yang banyak terlihat sekarang adalah susunan batu-batu kolom dan dugaan semen itulah. Tim Pak Ali Akbar ada juga sih menemukan beberapa artefak lain atau ‘artepak’ yang seperti anda maksud, tapi belum ada yang benar-benar signifikan.Dalam tahapan eksplorasi seperti sekarang, kita sebagai ahli geologi fungsinya adalah membantu bidang arkeologi ini untuk menyingkap artefak dan fitur budaya yang sekarang masih ‘diselimuti’ oleh faktor ‘batu’ (dan tanah) itu. Apabila nanti tersingkap, tugas utama ahli geologi selesai sudah. Para arkeolog yang maju di depan. ** ** *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *benyamin sembiring *Sent:* 06 Mei 2013 15:31 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG ** ** salam, Pak data arkeologi itu yg saya maksud adalah artefak? Bukan kah seharusnya artefak yg berbicara, bukan batu yang berbicara. Arkeolog berbicara atas dasar artefak dan geolog bicara atas dasar batu.** ** Saya pikir kalo artefak yg berbicara masalah ini tidak akan panjang. ** ** semoga sukses pak penggaliannya gali terus pak supaya terungkap kebenaran bahwa Indonesia punya peradaban yg maju salam benz ** ** ** ** Pada 6 Mei 2013 15.11, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Saya tidak mengerti pertanyaannya. Ada kerancuan beda pengertian di sini. Coba dibaca teliti dulu uraian saya di bawah.Karbon yang didating bukan sisa pembakaran tapi karbon alamiah dari sisa-sisa renik tumbuhan atau hewan. Maksud data arkeologi itu apa ya di sini? Penelitian di Gunung Padang tidak ditujukan untuk penelitian gempa. *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *benyamin sembiring *Sent:* 06 Mei 2013 15:01 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada situs tersebut. Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang di situs tersebut. Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. Pak Data arkeologi nya yg mana? Pak Dani, pertanyaan ini sederhana, Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? *** * maksud saya begini pak, Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog) dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara scientifik. Salam benz Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas Andang. Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir. Karbon-karbon itu diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir. Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit. Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit. Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya jutaan – puluhan juta tahun. Nah harusnya
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Kalau sisa artefaknya keramik cina, eropa, yaa itu kan masa 1400M dan 1600M. . Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 16:05:36 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG 'Artefak' atau 'Fitur' budaya yang banyak terlihat sekarang adalah susunan batu-batu kolom dan dugaan semen itulah. Tim Pak Ali Akbar ada juga sih menemukan beberapa artefak lain atau 'artepak' yang seperti anda maksud, tapi belum ada yang benar-benar signifikan.Dalam tahapan eksplorasi seperti sekarang, kita sebagai ahli geologi fungsinya adalah membantu bidang arkeologi ini untuk menyingkap artefak dan fitur budaya yang sekarang masih 'diselimuti' oleh faktor 'batu' (dan tanah) itu. Apabila nanti tersingkap, tugas utama ahli geologi selesai sudah. Para arkeolog yang maju di depan. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 15:31 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG salam, Pak data arkeologi itu yg saya maksud adalah artefak? Bukan kah seharusnya artefak yg berbicara, bukan batu yang berbicara. Arkeolog berbicara atas dasar artefak dan geolog bicara atas dasar batu. Saya pikir kalo artefak yg berbicara masalah ini tidak akan panjang. semoga sukses pak penggaliannya gali terus pak supaya terungkap kebenaran bahwa Indonesia punya peradaban yg maju salam benz Pada 6 Mei 2013 15.11, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Saya tidak mengerti pertanyaannya. Ada kerancuan beda pengertian di sini. Coba dibaca teliti dulu uraian saya di bawah.Karbon yang didating bukan sisa pembakaran tapi karbon alamiah dari sisa-sisa renik tumbuhan atau hewan. Maksud data arkeologi itu apa ya di sini? Penelitian di Gunung Padang tidak ditujukan untuk penelitian gempa. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 15:01 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada situs tersebut. Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang di situs tersebut. Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. Pak Data arkeologi nya yg mana? Pak Dani, pertanyaan ini sederhana, Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? maksud saya begini pak, Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog) dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara scientifik. Salam benz Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com menulis: Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas Andang. Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir. Karbon-karbon itu diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir. Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit. Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit. Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya jutaan - puluhan juta tahun. Nah harusnya umur pasir itu ya jutaan juga kalau selaras. Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun? Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus. Menurut ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak). Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras dengan lapisan kolom andesitnya). Pertanyaannya. Bagaimana pasir itu bisa menclok di dekat puncak bukit ini? Di bawa orang dari sungai atau tempat lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa tsunami setinggi 800 meter ke situ (ketawa) ? Dua-duanya sulit dipercaya bukan, tapi saya pilih yang option pertama. Kalau kita menganggap bahwa lapisan kolom andesit itu bangunan, maka pasir itu interpretasinya ya bagian dari bangunan, misalnya sengaja dimasukkan di situ untuk mengisi satu ruang/rongga sebagai material pengawet/penyangga untuk menyimpan sesuatu. Mungkin ada option lain. Silahkan saja. Intinya memilih sampel untuk melakukan karbon dating memang harus benar-benar mempelajari konteksnya dengan sangat hati-hati. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin sembiring Sent: 06 Mei 2013 10:41 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Pak Dani, sedikit mau mempertajam
Re: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Ha...haa... Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang juga skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg ya, saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik yang ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya? YSY On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.com wrote: Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk kecewa. Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok. Kamana wae euy? Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI -- *From: * Ben Sapiie bsap...@geodin.net *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan penelitian Gunung Padang. Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000 sdh sangat maju. Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti.. DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan hasil team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang mengatut teori expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic. Sejarah memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau hipotesa bisa sangat panjang Atau tidak berakhir.. Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang sekarang kelihatannya akan tertunda.. Salam, Ben Sapiie Send from my iPad On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote: http://en.wikipedia.org/wiki/Human sekedar memperlancar diskusi, ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur hamo sapiens. saya cut dan paste sedikit juga *Humans* (*Homo sapiens*) are primateshttp://en.wikipedia.org/wiki/Primate of the family Hominidae http://en.wikipedia.org/wiki/Hominidae, and the only extant http://en.wiktionary.org/wiki/extant species of the genus * Homo http://en.wikipedia.org/wiki/Homo*.[2]http://en.wikipedia.org/wiki/Human#cite_note-2 [3] http://en.wikipedia.org/wiki/Human#cite_note-3 Humans are characterized by having a largehttp://en.wikipedia.org/wiki/Encephalization brain http://en.wikipedia.org/wiki/Human_brain relative to body size, with a particularly well developed neocortexhttp://en.wikipedia.org/wiki/Neocortex , prefrontal cortex http://en.wikipedia.org/wiki/Prefrontal_cortex and temporal lobes http://en.wikipedia.org/wiki/Temporal_lobe, making them capable of abstract reasoning http://en.wikipedia.org/wiki/Reasoning, languagehttp://en.wikipedia.org/wiki/Language , introspection http://en.wikipedia.org/wiki/Introspection, problem solving http://en.wikipedia.org/wiki/Problem_solving and culturehttp://en.wikipedia.org/wiki/Culture through social learning. This mental capability, combined with an adaptation to bipedal http://en.wikipedia.org/wiki/Bipedal locomotion that frees the hands for manipulating objects, has allowed humans to make far greater use of tools http://en.wikipedia.org/wiki/Tool than any other species. Humans are the only extant species known to build fireshttp://en.wikipedia.org/wiki/Fire and cook their food http://en.wikipedia.org/wiki/Cooking, as well as the only known species to clothe http://en.wikipedia.org/wiki/Clothing themselves and create and use numerous other technologieshttp://en.wikipedia.org/wiki/Technology and arts http://en.wikipedia.org/wiki/Art. The scientific study of humans is the discipline of anthropologyhttp://en.wikipedia.org/wiki/Anthropology . Humans are uniquely adept at utilizing systems of symbolic communication such as language and art for self-expression, the exchange of ideas, and organization. Humans create complex social structureshttp://en.wikipedia.org/wiki/Social_structure composed of many cooperating
RE: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Iya nih Pak. Kapan dong bisa berpartisipasi kalau kami presentasi, Hari Sabtu kemarin kami kan presentasi juga di acara FGMI. Pak Yatno absen juga. Status saya tidak sendirian pak, sudah menikah dan punya anak. Alhamdulillah. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus yuwono Sent: 07 Mei 2013 1:56 To: iagi-net Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Ha...haa... Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang juga skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg ya, saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik yang ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya? YSY On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.com wrote: Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk kecewa. Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok. Kamana wae euy? Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI _ From: Ben Sapiie bsap...@geodin.net Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan penelitian Gunung Padang. Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000 sdh sangat maju. Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti.. DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan hasil team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang mengatut teori expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic. Sejarah memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau hipotesa bisa sangat panjang Atau tidak berakhir.. Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang sekarang kelihatannya akan tertunda.. Salam, Ben Sapiie Send from my iPad On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote: http://en.wikipedia.org/wiki/Human sekedar memperlancar diskusi, ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur hamo sapiens. saya cut dan paste sedikit juga Humans (Homo sapiens) are http://en.wikipedia.org/wiki/Primate primates of the family http://en.wikipedia.org/wiki/Hominidae Hominidae, and the only http://en.wiktionary.org/wiki/extant extant species of the genus http://en.wikipedia.org/wiki/Homo Homo. http://en.wikipedia.org/wiki/Human#cite_note-2 [2] http://en.wikipedia.org/wiki/Human#cite_note-3 [3] Humans are characterized by having a http://en.wikipedia.org/wiki/Encephalization large http://en.wikipedia.org/wiki/Human_brain brain relative to body size, with a particularly well developed http://en.wikipedia.org/wiki/Neocortex neocortex, http://en.wikipedia.org/wiki/Prefrontal_cortex prefrontal cortex and http://en.wikipedia.org/wiki/Temporal_lobe temporal lobes, making them capable of abstract http://en.wikipedia.org/wiki/Reasoning reasoning, http://en.wikipedia.org/wiki/Language language, http://en.wikipedia.org/wiki/Introspection introspection, http://en.wikipedia.org/wiki/Problem_solving problem solving and http://en.wikipedia.org/wiki/Culture culture through social learning. This mental capability, combined with an adaptation to http://en.wikipedia.org/wiki/Bipedal bipedal locomotion that frees the hands for manipulating objects, has allowed humans to make far greater use of http://en.wikipedia.org/wiki/Tool tools than any other species. Humans are the only extant species known to build http://en.wikipedia.org/wiki/Fire firesand http://en.wikipedia.org/wiki/Cooking cook their food, as well as the only known species to http://en.wikipedia.org/wiki/Clothing clothe themselves and create and use numerous other http://en.wikipedia.org/wiki/Technology technologies and http://en.wikipedia.org/wiki
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Semen purba berumur 23.000 tahun Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa merekamenemukan semen perekat kolom andesit berumur 13.000 - 23.000 tahun, Di atas aku copy paste dari mang okim. Kalau di bawah ini copy paste dari ahli geofisika TTPMG Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahupersis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu adadiantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Naa silakan tanya ke ybs. Salam Powered by Telkomsel BlackBerry®
RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Ilmuwan itu harus 'skeptis', namun di sini sering diterjemahkan menjadi 'apatis'. Skeptis yang benar selalu berusaha memahami dengan seksama semua tahapan dan analisa penelitian orang, terutama masalah akurasi dan ketidakpastiannya. Etika ilmiah yang benar adalah menanyakan dengan sopan kepada peneliti apabila ada sesuatu yang dirasa belum clear, bukan memandang remeh peneliti apalagi langsung mem-vonis bahwa hasil penelitiannya salah. Sikap skeptis berarti banyak diskusi sehingga saling mengisi ilmu membuat analisa menjadi lebih tajam. Itulah kenapa seorang Oppenheimer ketika ditanya tentang Sadahurip dan Gunung Padang jawabannya saya tidak tahu; terus terang saya skeptis, tapi saya ingin sekali melihat data dan analisanya karena apabila benar, ini hal yang sangat luarbiasa. Jadi skeptis bukan semangat menghina atau membuang hasil penelitian orang, itu apatis, melainkan semangat untuk membuat hasil penelitian menjadi lebih baik. Keraguan akan hasil dating adalah hal yang memang seharusnya demikian, karena sampai sekarang kamipun masih terus menganalisanya, sering diskusi dengan teman-teman yang lebih ahli dalam hal ini. Hasil dating Gunung Padang sekarang yang terbaik untuk tahap ini yang bisa kami lakukan dengan segala keterbatasan yang ada. Sudah jauh lebih baik dari kelompok Petisi 34 yang tidak punya data umur karbon dating sama sekali, kecuali karbon dating dari longsoran di sungai di bawahnya yang kemudian dijadikan umur maksimal untuk situs, entah apa alasannya, bahkan longsoran itu asalnya darimana, apakah dari Gunung Padang atau Gunung Karuhun, tidak dibahas Penentuan umur karbon yang dilakukan oleh Beta Analytic terkenal sangat akurat dan dijamin keakuratannya. Yang krusial adalah: umur itu merepresentasikan apa? Apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan? Kunci utama adalah mendapatkan SAMPEL terbaik. Waktu itu option kami sangat terbatas. Kami belum berhasi menemukan sampel terbaik, misalnya renik biologi yang sudah pasti insitu atau paling tidak lempengan charcoal. Yang kami dating adalah very fine grain carbon yang disseminated dalam materialnya. Nonetheless, kelihatannya umur-umur yang akmi dapat cukup konsisten. Perkiraan umur dari bangunan di bawah kedalaman 5m-8m yang diwakili oleh karbon di dalam 'semen' adalah berkisar antara 13.000 - 23.000 tahun lalu. Umur pasir ayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu (lebih muda), umur tanah urug yang menutupnya 8600 tahun lalu. Bagian atas stratigrafinya ditutup oleh lapisan pasir-kerikil yang umur karbonnya 6600 tahun lalu (yang di kedalaman 4-5 meter). Yang paling bisa dipercaya (terbaik) dalam batch-1 umur karbon sekarang adalah umur dari tanah urug yaitu 8600 tahun lalu. Yang kedua adalah umur pasir. Umur semen menurut hemat saya yang mempunyai ketidakpastian paling tinggi. Tapi rasanya masih cukup masuk akal apabila untuk sekarang ini umurnya dianggap dalam kisaran batas min dan maxnya yaitu dari 13.000 sampai 23.000 itu. Penggalian itu salahsatu agendanya adalah dalam rangka mencari sampel yang lebih baik untuk karbon dating. Rencananya akan dilakukan lagi karbon dating dari sampel penggaliannya Pak Ali Akbar. Sekian dulu. Mudah-mudahan keterangan ini membantu. Saya harus boarding sebentar lagi Salam -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of bandon...@gmail.com Sent: 05 Mei 2013 13:22 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Semen purba berumur 23.000 tahun Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa merekamenemukan semen perekat kolom andesit berumur 13.000 - 23.000 tahun, Di atas aku copy paste dari mang okim. Kalau di bawah ini copy paste dari ahli geofisika TTPMG Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahupersis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu adadiantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Naa silakan tanya ke ybs. Salam Powered by Telkomsel BlackBerry®
RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Homo Sapiens atau manusia modern sudah muncul sejak 190.000 tahun lalu Pak. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of bandon...@gmail.com Sent: 05 Mei 2013 9:44 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Setau aku piramida maya itu dibangun pada masa sejarah. Manusia sdh dpt mengolah logam, mengenal angka, huruf dsb. Bisa meramal kiamat th 2012 meskipun tdk terjadi. Manusia modern (homo sapien sapien) kata ahlinya kan baru muncul di 1 BC. (Apa bener pak Prof Yahdi Zaim? Betulkan bila aku salah) Naa di tanah Sunda sdh ada peradaban besar yang memakai semen berumur 23000 BC. Kan luar biasa itu. Itu sisi menariknya. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerryR _ From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 +0700 To: iagi-net@iagi.or.id mailto:iagi-net@iagi.or.id%3ciagi-...@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah terus berlanjut keramaian diskusi Situs G. Padang dari dua kubu. Kalau dilihat dari korelasi nama Piramid dengan kebiasaan nama orang. Di G. Padang konon ada yang berpendapat di G. Padang ada situs Piramid, dimana terminologi Piramid yang merupakan situs purbakala lebih populer di Mesir, misalnya Piramid Giza. Mungkin saja Piramid bangunan kuno ala Mesir ini hadir di Jawa Barat G. Padang), karena kalau kita lihat model penamaan orang di Sunda khususnya sering terjadi perulangan seperti Erly Tjarlia, Ajat Sudrajat. Di Mesir juga kita jumpai mungkin leluhurnya dari Tanah Sunda, misalnya mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali. Ini sekedar intermezo untuk meredakan ketegangan soal situs G. Padang. Lam Salam, On Sunday, May 5, 2013, wrote: Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens) itu munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C. (Hihihi buku kuno ada dirumaku) Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit buku baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin cement bercampur besi pada 23000 S.M Salam. Powered by Telkomsel BlackBerryR -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja. Mungkin Pak Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa petrografi dan kimianya atau pake XRD. Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan sumber oleh Arkenas/BALAR. Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan geolistrik). Tidak ada intrusi (dyke) vertikal. Artinya susunan kolom itu bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan). Kalau tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu persis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu ada diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu. 23.000-an tahun mah sudah tidak ada atuh. Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an. Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Sujatmiko Sent: 04 Mei 2013 10:11 To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- . Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Terimakasih, Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 16:24:53 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Ilmuwan itu harus 'skeptis', namun di sini sering diterjemahkan menjadi 'apatis'. Skeptis yang benar selalu berusaha memahami dengan seksama semua tahapan dan analisa penelitian orang, terutama masalah akurasi dan ketidakpastiannya. Etika ilmiah yang benar adalah menanyakan dengan sopan kepada peneliti apabila ada sesuatu yang dirasa belum clear, bukan memandang remeh peneliti apalagi langsung mem-vonis bahwa hasil penelitiannya salah. Sikap skeptis berarti banyak diskusi sehingga saling mengisi ilmu membuat analisa menjadi lebih tajam. Itulah kenapa seorang Oppenheimer ketika ditanya tentang Sadahurip dan Gunung Padang jawabannya saya tidak tahu; terus terang saya skeptis, tapi saya ingin sekali melihat data dan analisanya karena apabila benar, ini hal yang sangat luarbiasa. Jadi skeptis bukan semangat menghina atau membuang hasil penelitian orang, itu apatis, melainkan semangat untuk membuat hasil penelitian menjadi lebih baik. Keraguan akan hasil dating adalah hal yang memang seharusnya demikian, karena sampai sekarang kamipun masih terus menganalisanya, sering diskusi dengan teman-teman yang lebih ahli dalam hal ini. Hasil dating Gunung Padang sekarang yang terbaik untuk tahap ini yang bisa kami lakukan dengan segala keterbatasan yang ada. Sudah jauh lebih baik dari kelompok Petisi 34 yang tidak punya data umur karbon dating sama sekali, kecuali karbon dating dari longsoran di sungai di bawahnya yang kemudian dijadikan umur maksimal untuk situs, entah apa alasannya, bahkan longsoran itu asalnya darimana, apakah dari Gunung Padang atau Gunung Karuhun, tidak dibahas Penentuan umur karbon yang dilakukan oleh Beta Analytic terkenal sangat akurat dan dijamin keakuratannya. Yang krusial adalah: umur itu merepresentasikan apa? Apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan? Kunci utama adalah mendapatkan SAMPEL terbaik. Waktu itu option kami sangat terbatas. Kami belum berhasi menemukan sampel terbaik, misalnya renik biologi yang sudah pasti insitu atau paling tidak lempengan charcoal. Yang kami dating adalah very fine grain carbon yang disseminated dalam materialnya. Nonetheless, kelihatannya umur-umur yang akmi dapat cukup konsisten. Perkiraan umur dari bangunan di bawah kedalaman 5m-8m yang diwakili oleh karbon di dalam 'semen' adalah berkisar antara 13.000 - 23.000 tahun lalu. Umur pasir ayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu (lebih muda), umur tanah urug yang menutupnya 8600 tahun lalu. Bagian atas stratigrafinya ditutup oleh lapisan pasir-kerikil yang umur karbonnya 6600 tahun lalu (yang di kedalaman 4-5 meter). Yang paling bisa dipercaya (terbaik) dalam batch-1 umur karbon sekarang adalah umur dari tanah urug yaitu 8600 tahun lalu. Yang kedua adalah umur pasir. Umur semen menurut hemat saya yang mempunyai ketidakpastian paling tinggi. Tapi rasanya masih cukup masuk akal apabila untuk sekarang ini umurnya dianggap dalam kisaran batas min dan maxnya yaitu dari 13.000 sampai 23.000 itu. Penggalian itu salahsatu agendanya adalah dalam rangka mencari sampel yang lebih baik untuk karbon dating. Rencananya akan dilakukan lagi karbon dating dari sampel penggaliannya Pak Ali Akbar. Sekian dulu. Mudah-mudahan keterangan ini membantu. Saya harus boarding sebentar lagi Salam -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of bandon...@gmail.com Sent: 05 Mei 2013 13:22 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Semen purba berumur 23.000 tahun Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa merekamenemukan semen perekat kolom andesit berumur 13.000 - 23.000 tahun, Di atas aku copy paste dari mang okim. Kalau di bawah ini copy paste dari ahli geofisika TTPMG Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahupersis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu adadiantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Naa silakan tanya ke ybs. Salam Powered by Telkomsel BlackBerry®
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Maaf referensinya dari mana? Aku punya referensi kan buku tua, semoga aku dapat baca juga referensi buku baru. Setau saya manusia modern: homo sapien sapien. Yang 10 000 BC Hehehe bisa jadi salah. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 16:29:39 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Homo Sapiens atau manusia modern sudah muncul sejak 190.000 tahun lalu Pak. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of bandon...@gmail.com Sent: 05 Mei 2013 9:44 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Setau aku piramida maya itu dibangun pada masa sejarah. Manusia sdh dpt mengolah logam, mengenal angka, huruf dsb. Bisa meramal kiamat th 2012 meskipun tdk terjadi. Manusia modern (homo sapien sapien) kata ahlinya kan baru muncul di 1 BC. (Apa bener pak Prof Yahdi Zaim? Betulkan bila aku salah) Naa di tanah Sunda sdh ada peradaban besar yang memakai semen berumur 23000 BC. Kan luar biasa itu. Itu sisi menariknya. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerryR _ From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 +0700 To: iagi-net@iagi.or.id mailto:iagi-net@iagi.or.id%3ciagi-...@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah terus berlanjut keramaian diskusi Situs G. Padang dari dua kubu. Kalau dilihat dari korelasi nama Piramid dengan kebiasaan nama orang. Di G. Padang konon ada yang berpendapat di G. Padang ada situs Piramid, dimana terminologi Piramid yang merupakan situs purbakala lebih populer di Mesir, misalnya Piramid Giza. Mungkin saja Piramid bangunan kuno ala Mesir ini hadir di Jawa Barat G. Padang), karena kalau kita lihat model penamaan orang di Sunda khususnya sering terjadi perulangan seperti Erly Tjarlia, Ajat Sudrajat. Di Mesir juga kita jumpai mungkin leluhurnya dari Tanah Sunda, misalnya mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali. Ini sekedar intermezo untuk meredakan ketegangan soal situs G. Padang. Lam Salam, On Sunday, May 5, 2013, wrote: Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens) itu munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C. (Hihihi buku kuno ada dirumaku) Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit buku baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin cement bercampur besi pada 23000 S.M Salam. Powered by Telkomsel BlackBerryR -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja. Mungkin Pak Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa petrografi dan kimianya atau pake XRD. Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan sumber oleh Arkenas/BALAR. Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan geolistrik). Tidak ada intrusi (dyke) vertikal. Artinya susunan kolom itu bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan). Kalau tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu persis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu ada diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu. 23.000-an tahun mah sudah tidak ada atuh. Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an. Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Sujatmiko Sent: 04 Mei 2013 10:11 To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang
[iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
http://en.wikipedia.org/wiki/Human sekedar memperlancar diskusi, ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur hamo sapiens. saya cut dan paste sedikit juga Humans (Homo sapiens) are primates of the family Hominidae, and the only extant species of the genus Homo.[2][3] Humans are characterized by having a large brain relative to body size, with a particularly well developed neocortex, prefrontal cortex and temporal lobes, making them capable of abstract reasoning, language, introspection, problem solving and culture through social learning. This mental capability, combined with an adaptation to bipedal locomotion that frees the hands for manipulating objects, has allowed humans to make far greater use of tools than any other species. Humans are the only extant species known to build firesand cook their food, as well as the only known species to clothe themselves and create and use numerous other technologies and arts. The scientific study of humans is the discipline of anthropology. Humans are uniquely adept at utilizing systems of symbolic communication such as language and art for self-expression, the exchange of ideas, and organization. Humans create complex social structures composed of many cooperating and competing groups, from families and kinship networks to states. Social interactions between humans have established an extremely wide variety of values, social norms, and rituals, which together form the basis of human society. Humans are noted for their desire to understand and influence their environment, seeking to explain and manipulate phenomena through science, philosophy, mythology, and religion. Homo sapiens originated in Africa, where it reached anatomical modernity about 200,000 years ago and began to exhibit full behavioral modernity around 50,000 years ago.[4] The human lineage diverged from the last common ancestor with its closest living relative, the chimpanzee, some five million years ago, evolving into the Australopithecines and eventually the genus Homo.[5] The first Homo species to move out of Africa wasHomo erectus, the African variety of which, together with Homo heidelbergensis, is considered to be the immediate ancestor of modern humans.[6][7] Homo sapiens proceeded to colonize the continents, arriving inEurasia 125,000-60,000 years ago,[8][9] Australia around 40,000 years ago, the Americas around 15,000 years ago, and remote islands such as Hawaii, Easter Island, Madagascar, and New Zealand between the years AD 300 and 1280.[10][11] Humans began to practice sedentary agriculture about 12,000 years ago, domesticating plants and animals which allowed for the growth of civilization. Humans subsequently established various forms of government, religion, and culture around the world, unifying people within a region and leading to the development of states and empires. The rapid advancement of scientific and medical understanding in the 19th and 20th centuries led to the development of fuel-driven technologies and improved health, causing the human population to rise exponentially. With individuals widespread in every continent except Antarctica, humans are a cosmopolitanspecies, and by 2012, their population was estimated to be around 7 billion.[12][13] From: bandon...@gmail.com bandon...@gmail.com To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Sunday, May 5, 2013 4:50 AM Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Maaf referensinya dari mana? Aku punya referensi kan buku tua, semoga aku dapat baca juga referensi buku baru. Setau saya manusia modern: homo sapien sapien. Yang 10 000 BC Hehehe bisa jadi salah. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 16:29:39 +0700 To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Homo Sapiens atau manusia modern sudah muncul sejak 190.000 tahun lalu Pak. From:iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of bandon...@gmail.com Sent: 05 Mei 2013 9:44 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Setau aku piramida maya itu dibangun pada masa sejarah. Manusia sdh dpt mengolah logam, mengenal angka, huruf dsb. Bisa meramal kiamat th 2012 meskipun tdk terjadi. Manusia modern (homo sapien sapien) kata ahlinya kan baru muncul di 1 BC. (Apa bener pak Prof Yahdi Zaim? Betulkan bila aku salah) Naa di tanah Sunda sdh ada peradaban besar yang memakai semen berumur 23000 BC. Kan luar biasa itu. Itu sisi menariknya. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 +0700 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] SITUS
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Berdebat terus... Capek dan letih, tapi itulah geologi... yg tidak bosan2 buat kita untuk belajar dan mengetahui. Sekedar refreshing saja (take break sekejap) : Https://fbcdn-video-a.akamaihd.net/hvideo-ak-ash3/v/755748_10200984942043962_2090439898_n.mp4?oh=a8467340f6bffee526ea2fb988548064oe=51867BF9__gda__=1367790325_54d7e440284f0fe4856f55c1ebe72de5 Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: bandon...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 09:50:04 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Maaf referensinya dari mana? Aku punya referensi kan buku tua, semoga aku dapat baca juga referensi buku baru. Setau saya manusia modern: homo sapien sapien. Yang 10 000 BC Hehehe bisa jadi salah. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 16:29:39 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Homo Sapiens atau manusia modern sudah muncul sejak 190.000 tahun lalu Pak. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of bandon...@gmail.com Sent: 05 Mei 2013 9:44 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Setau aku piramida maya itu dibangun pada masa sejarah. Manusia sdh dpt mengolah logam, mengenal angka, huruf dsb. Bisa meramal kiamat th 2012 meskipun tdk terjadi. Manusia modern (homo sapien sapien) kata ahlinya kan baru muncul di 1 BC. (Apa bener pak Prof Yahdi Zaim? Betulkan bila aku salah) Naa di tanah Sunda sdh ada peradaban besar yang memakai semen berumur 23000 BC. Kan luar biasa itu. Itu sisi menariknya. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerryR _ From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 +0700 To: iagi-net@iagi.or.id mailto:iagi-net@iagi.or.id%3ciagi-...@iagi.or.id iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah terus berlanjut keramaian diskusi Situs G. Padang dari dua kubu. Kalau dilihat dari korelasi nama Piramid dengan kebiasaan nama orang. Di G. Padang konon ada yang berpendapat di G. Padang ada situs Piramid, dimana terminologi Piramid yang merupakan situs purbakala lebih populer di Mesir, misalnya Piramid Giza. Mungkin saja Piramid bangunan kuno ala Mesir ini hadir di Jawa Barat G. Padang), karena kalau kita lihat model penamaan orang di Sunda khususnya sering terjadi perulangan seperti Erly Tjarlia, Ajat Sudrajat. Di Mesir juga kita jumpai mungkin leluhurnya dari Tanah Sunda, misalnya mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali. Ini sekedar intermezo untuk meredakan ketegangan soal situs G. Padang. Lam Salam, On Sunday, May 5, 2013, wrote: Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens) itu munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C. (Hihihi buku kuno ada dirumaku) Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit buku baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin cement bercampur besi pada 23000 S.M Salam. Powered by Telkomsel BlackBerryR -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja. Mungkin Pak Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa petrografi dan kimianya atau pake XRD. Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan sumber oleh Arkenas/BALAR. Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan geolistrik). Tidak ada intrusi (dyke) vertikal. Artinya susunan kolom itu bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan). Kalau tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu persis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu ada diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia
Re: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan penelitian Gunung Padang. Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000 sdh sangat maju. Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti.. DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan hasil team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang mengatut teori expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic. Sejarah memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau hipotesa bisa sangat panjang Atau tidak berakhir.. Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang sekarang kelihatannya akan tertunda.. Salam, Ben Sapiie Send from my iPad On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote: http://en.wikipedia.org/wiki/Human sekedar memperlancar diskusi, ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur hamo sapiens. saya cut dan paste sedikit juga Humans (Homo sapiens) are primates of the family Hominidae, and the only extant species of the genus Homo.[2][3] Humans are characterized by having a large brain relative to body size, with a particularly well developed neocortex, prefrontal cortex and temporal lobes, making them capable of abstract reasoning, language, introspection, problem solving and culture through social learning. This mental capability, combined with an adaptation to bipedal locomotion that frees the hands for manipulating objects, has allowed humans to make far greater use of tools than any other species. Humans are the only extant species known to build firesand cook their food, as well as the only known species to clothe themselves and create and use numerous other technologies and arts. The scientific study of humans is the discipline of anthropology. Humans are uniquely adept at utilizing systems of symbolic communication such as language and art for self-expression, the exchange of ideas, and organization. Humans create complex social structures composed of many cooperating and competing groups, from families and kinship networks to states. Social interactions between humans have established an extremely wide variety of values, social norms, and rituals, which together form the basis of human society. Humans are noted for their desire to understand and influence their environment, seeking to explain and manipulate phenomena through science, philosophy, mythology, and religion. Homo sapiens originated in Africa, where it reached anatomical modernity about 200,000 years ago and began to exhibit full behavioral modernity around 50,000 years ago.[4] The human lineage diverged from the last common ancestor with its closest living relative, the chimpanzee, some five million years ago, evolving into the Australopithecines and eventually the genus Homo.[5] The first Homo species to move out of Africa wasHomo erectus, the African variety of which, together with Homo heidelbergensis, is considered to be the immediate ancestor of modern humans.
Re: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Nampaknya tidak begitu Ben, masih akan dilanjutkan dibawah dep/dir/budpar (Budaya n pariwisata). Aku tdk ngerti sekarang sudah jadi kementrian sendiri atau dibawah naungan depdikbudpar? Karena menyangkut kebudayaan dan kepariwisataan Indonesia. Ada baiknya kok, dulu waktu masih remaja, habis berantem malah jadi teman baik sampai sekarang. Karena jadi saling mengenal lebih dekat. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Ben Sapiie bsap...@geodin.net Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 17:49:18 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan penelitian Gunung Padang. Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000 sdh sangat maju. Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti.. DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan hasil team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang mengatut teori expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic. Sejarah memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau hipotesa bisa sangat panjang Atau tidak berakhir.. Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang sekarang kelihatannya akan tertunda.. Salam, Ben Sapiie Send from my iPad On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote: http://en.wikipedia.org/wiki/Human sekedar memperlancar diskusi, ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur hamo sapiens. saya cut dan paste sedikit juga Humans (Homo sapiens) are primates of the family Hominidae, and the only extant species of the genus Homo.[2][3] Humans are characterized by having a large brain relative to body size, with a particularly well developed neocortex, prefrontal cortex and temporal lobes, making them capable of abstract reasoning, language, introspection, problem solving and culture through social learning. This mental capability, combined with an adaptation to bipedal locomotion that frees the hands for manipulating objects, has allowed humans to make far greater use of tools than any other species. Humans are the only extant species known to build firesand cook their food, as well as the only known species to clothe themselves and create and use numerous other technologies and arts. The scientific study of humans is the discipline of anthropology. Humans are uniquely adept at utilizing systems of symbolic communication such as language and art for self-expression, the exchange of ideas, and organization. Humans create complex social structures composed of many cooperating and competing groups, from families and kinship networks to states. Social interactions between humans have established an extremely wide variety of values, social norms, and rituals, which together form the basis of human society. Humans are noted for their desire to understand and influence their environment, seeking to explain and manipulate phenomena through science, philosophy, mythology, and religion. Homo sapiens originated in Africa, where it reached anatomical modernity about 200,000 years ago and began to exhibit full behavioral modernity around 50,000 years ago.[4] The human lineage diverged from the last common ancestor with its closest living relative, the chimpanzee, some five million years ago, evolving into the Australopithecines and eventually the genus Homo.[5] The first Homo species to move out of Africa wasHomo erectus, the African variety of which, together with Homo heidelbergensis, is considered to be the immediate ancestor of modern humans.
Re: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk kecewa. Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok. Kamana wae euy? Danny Hilman Natawidjaja LabEarth (Laboratory for Earth Hazards) Geoteknologi - LIPI -Original Message- From: Ben Sapiie bsap...@geodin.net Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 17:49:18 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan penelitian Gunung Padang. Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000 sdh sangat maju. Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti.. DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan hasil team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang mengatut teori expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic. Sejarah memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau hipotesa bisa sangat panjang Atau tidak berakhir.. Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang sekarang kelihatannya akan tertunda.. Salam, Ben Sapiie Send from my iPad On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote: http://en.wikipedia.org/wiki/Human sekedar memperlancar diskusi, ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur hamo sapiens. saya cut dan paste sedikit juga Humans (Homo sapiens) are primates of the family Hominidae, and the only extant species of the genus Homo.[2][3] Humans are characterized by having a large brain relative to body size, with a particularly well developed neocortex, prefrontal cortex and temporal lobes, making them capable of abstract reasoning, language, introspection, problem solving and culture through social learning. This mental capability, combined with an adaptation to bipedal locomotion that frees the hands for manipulating objects, has allowed humans to make far greater use of tools than any other species. Humans are the only extant species known to build firesand cook their food, as well as the only known species to clothe themselves and create and use numerous other technologies and arts. The scientific study of humans is the discipline of anthropology. Humans are uniquely adept at utilizing systems of symbolic communication such as language and art for self-expression, the exchange of ideas, and organization. Humans create complex social structures composed of many cooperating and competing groups, from families and kinship networks to states. Social interactions between humans have established an extremely wide variety of values, social norms, and rituals, which together form the basis of human society. Humans are noted for their desire to understand and influence their environment, seeking to explain and manipulate phenomena through science, philosophy, mythology, and religion. Homo sapiens originated in Africa, where it reached anatomical modernity about 200,000 years ago and began to exhibit full behavioral modernity around 50,000 years ago.[4] The human lineage diverged from the last common ancestor with its closest living relative, the chimpanzee, some five million years ago, evolving into the Australopithecines and eventually the genus Homo.[5] The first Homo species to move out of Africa wasHomo erectus, the African variety of which, together with Homo heidelbergensis, is considered to be the immediate ancestor of modern humans.
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Hehehe kalau belajar tak ada capenya, makin sulit makin merangsang otak, hati dan fisik. Otak segar hati peka dan fisik membaik. Kalau lapar makan kalau lelah tidur. Kalau lupa tanya ke yang tau/cari referensi. Salam Powered by Telkomsel BlackBerry®
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Menarik sekali semen/perekat jaman purba yang dibuat dari lempung, unsur karbon dan besi. Bagi saya kalau jaman 13000 tahun lalu sdh ditemukan perekat batu yang bagus dan bertahan sampai sekarang; kenapa tidak kita coba sekarang? Kita tidak perlu buat pabrik besar, menghancurkan bukit kapur yang juga berfungsi sbg tandon air, tidak perlu impor gipsum dan gali pasir besi dan bukit kwarsa. Mohon komposisi semen yang ditemukan di gn Padang dpt dimanfaatkan bagi pembangunan. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: bandon...@gmail.com Date: Sun, 5 May 2013 06:22:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: bandon...@gmail.com Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Semen purba berumur 23.000 tahun Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa merekamenemukan semen perekat kolom andesit berumur 13.000 - 23.000 tahun, Di atas aku copy paste dari mang okim. Kalau di bawah ini copy paste dari ahli geofisika TTPMG Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahupersis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu adadiantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Naa silakan tanya ke ybs. Salam Powered by Telkomsel BlackBerry®
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
dulu. Mudah-mudahan keterangan ini membantu. Saya harus boarding sebentar lagi Salam -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of bandon...@gmail.com Sent: 05 Mei 2013 13:22 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Semen purba berumur 23.000 tahun Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa merekamenemukan semen perekat kolom andesit berumur 13.000 - 23.000 tahun, Di atas aku copy paste dari mang okim. Kalau di bawah ini copy paste dari ahli geofisika TTPMG Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahupersis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu adadiantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Naa silakan tanya ke ybs. Salam Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *benyamin sembiring* WebRep Overall rating
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Bisa dilihat juga di turangga seta, bukak saja lewat opung google. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: benyamin sembiring benyaminsembir...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Mon, 6 May 2013 10:41:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam, Pak Dani, sedikit mau mempertajam tentang umur. Geologi mempelajari bagaimana hasil karya Tuhan (alam). Oleh karena itu karya Tuhan mungkin masih banyak sekali yg tidak diketahui manusia bagaimana Tuhan menciptakannya. Jadi apabila ada sesuatu yg tidak sesuai dgn apa yg kita biasa pahami, jangan dulu kita katakan sebagai karya manusia. Arkeologi mempelajari bagaimana hasil karya manusia. KEBUDAYAN. Biasanya apabila manusia tidak bisa menjelaskan suatu fenomeno itu lah dikatakan sebagai karya Tuhan. Untuk umur yg bapak lakukan itu, umur apa pak? misal pasir yg ditemukan : Umur pasir diayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu (lebih muda).. Kalo geologi umur yg dimaksud adalah umur saat Tuhan (alam) membuatnya/terbentuknya. Tapi kalo arkeologi adalah umur pasir tersebut saat berinteraksi dgn manusia. Nah...bagaimana bapak tau kapan pasir tersebut berinteraksi dgn manusia, kira-kira dari apanya pak? Mungkin pasir tersebut diangkat dgn ember/karung, ember/karung tersebut ditemukan dan bisa kita tau umur pembuatan ember tersebut, disitulah kita bisa tau pasir tersebut kapan berinteraksi dgn manusia. Saat pasir tidak berinteraksi dgn manusia, kayaknya bukan arkeologi. Jadi apabila pasir tersebut tidak bisa kita buktikan bahwa pernah berinteraksi dgn manusia, hasil karya manusia, kayaknya gak cocok masuk ke dunia arkeologi. begitu juga untuk umur semen, umur tanah urukan? Pak Dani, mohon dishare data-data arkeologi apa yg tim miliki atau artefak apa yg sudah ditemukan untuk mendukung penelitian ini. Saya berharap ada bangunan besar seperti animasi Pak Ali Akbar, mirip piramida, supaya Indonesia menjadi kiblat peradaban dunia. Salam benz Pada 5 Mei 2013 16.24, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.commenulis: Ilmuwan itu harus 'skeptis', namun di sini sering diterjemahkan menjadi 'apatis'. Skeptis yang benar selalu berusaha memahami dengan seksama semua tahapan dan analisa penelitian orang, terutama masalah akurasi dan ketidakpastiannya. Etika ilmiah yang benar adalah menanyakan dengan sopan kepada peneliti apabila ada sesuatu yang dirasa belum clear, bukan memandang remeh peneliti apalagi langsung mem-vonis bahwa hasil penelitiannya salah. Sikap skeptis berarti banyak diskusi sehingga saling mengisi ilmu membuat analisa menjadi lebih tajam. Itulah kenapa seorang Oppenheimer ketika ditanya tentang Sadahurip dan Gunung Padang jawabannya saya tidak tahu; terus terang saya skeptis, tapi saya ingin sekali melihat data dan analisanya karena apabila benar, ini hal yang sangat luarbiasa. Jadi skeptis bukan semangat menghina atau membuang hasil penelitian orang, itu apatis, melainkan semangat untuk membuat hasil penelitian menjadi lebih baik. Keraguan akan hasil dating adalah hal yang memang seharusnya demikian, karena sampai sekarang kamipun masih terus menganalisanya, sering diskusi dengan teman-teman yang lebih ahli dalam hal ini. Hasil dating Gunung Padang sekarang yang terbaik untuk tahap ini yang bisa kami lakukan dengan segala keterbatasan yang ada. Sudah jauh lebih baik dari kelompok Petisi 34 yang tidak punya data umur karbon dating sama sekali, kecuali karbon dating dari longsoran di sungai di bawahnya yang kemudian dijadikan umur maksimal untuk situs, entah apa alasannya, bahkan longsoran itu asalnya darimana, apakah dari Gunung Padang atau Gunung Karuhun, tidak dibahas Penentuan umur karbon yang dilakukan oleh Beta Analytic terkenal sangat akurat dan dijamin keakuratannya. Yang krusial adalah: umur itu merepresentasikan apa? Apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan? Kunci utama adalah mendapatkan SAMPEL terbaik. Waktu itu option kami sangat terbatas. Kami belum berhasi menemukan sampel terbaik, misalnya renik biologi yang sudah pasti insitu atau paling tidak lempengan charcoal. Yang kami dating adalah very fine grain carbon yang disseminated dalam materialnya. Nonetheless, kelihatannya umur-umur yang akmi dapat cukup konsisten. Perkiraan umur dari bangunan di bawah kedalaman 5m-8m yang diwakili oleh karbon di dalam 'semen' adalah berkisar antara 13.000 - 23.000 tahun lalu. Umur pasir ayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu (lebih muda), umur tanah urug yang menutupnya 8600 tahun lalu. Bagian atas stratigrafinya ditutup oleh lapisan pasir-kerikil yang umur karbonnya 6600 tahun lalu (yang di kedalaman 4-5 meter). Yang paling bisa dipercaya (terbaik) dalam batch-1 umur karbon sekarang adalah umur dari tanah urug yaitu 8600 tahun lalu. Yang kedua adalah umur pasir. Umur semen menurut hemat saya yang mempunyai ketidakpastian paling
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Naa siapa mas yang penasihat turangga seta? Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Sujatmiko m...@cbn.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 12:31:59 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Abah Yanto, Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu, pencetus pertamanya adalah Yasasan Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika mereka presentasi di kantor Wagub Jabar dimana mang Okim spesial diundang. Disanalah mang Okim lihat video yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta tentang hasil interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga Seta ( asalnya dari bisikan ghoib ). Semoga jelas Abah, Wassalam, Mang Okim From: Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] Sent: 04 Mei 2013 12:11 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Mang Okim Apakah untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ? Kalau baca UU cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI. Tapi memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena prinsip yang dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik Negara. Saya sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe). Salam manis dari sweet seventy si Abah _ From: Sujatmiko m...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI economicgeol...@yahoogroups.com Sent: Saturday, May 4, 2013 10:10 AM Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- . Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut dan juga di Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya puluhan tahun, di antaranya ada yang doktor dan bahkan profesor. Berkat para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan stone tools alias artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh Bagawan Atlantis Oppenheimer yang ketika berkunjung ke Pak SBY tahun lalu atas undangan Stafsus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana berpesan : Untuk mengetahui kejayaan manusia pra-sejarah di Indonesia, telitilah stone tools, jangan piramida di perut gunung, karena hal itu tidak mudah ! Believe it or not, koleksi artefak mang Okim yang umumnya dari periode Paleolitik sudah nyampe puluhan ribu batu, dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Jenis batunya beragam, demikian juga tipologinya. Dari hasil buka-buka internet dan baca-baca buku arkeologi, mang Okim menjadi yakin bahwa manusia prasejarah Indonesia memang lebih maju dari rekan-rekannya di negara lain. Semen purba berumur 23.000 tahun Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa mereka menemukan semen perekat kolom andesit berumur 13.000 - 23.000 tahun, mang Okim kebetulan sedang bersama beberapa Arkeolog dan mendengarkan diskusi mereka. Mereka bilang bahwa penentuan umur yang demikian nothing to do with archeology or paleo-culture . Lain halnya kalau semen tersebut bertautan dengan objek arkeologi yang sudah confirmed. Ketika mang Okim berkunjung ke Gunung Padang 3 hari lalu, semen purba tersebut sempat mang Okim amati bersama Prof. Sutikno Bronto dan Ir. Pudjo Asmoro, keduanya ahli gunung api purba. Semen purba tersebut yang tersingkap di tebing undak antara teras 1 dan teras 2 diduga kuat sebagai hasil pelapukan batuan andesit dimana terlihat adanya perlapisan semu yang di bagian tengahnya ada lapisan tipis karbon hitam sub-horizontal . Fenomena semacam ini sangat umum terlihat di singkapan batuan yang mengalami proces leaching. Nah, kalau contoh semen purba ini didating, tentu saja bermanfaat, tetapi tidak untuk arkeologi melainkan untuk geologi - - - ta' iya !!! Dari contoh sederhana di atas apalagi dengan dating yang nyampe 23.000 tahun, seharusnya Dr. Ali Akbar memberikan sinyal kepada Tim Mandiri bahwa
RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja. Mungkin Pak Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa petrografi dan kimianya atau pake XRD. Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan sumber oleh Arkenas/BALAR. Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan geolistrik). Tidak ada intrusi (dyke) vertikal. Artinya susunan kolom itu bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan). Kalau tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu persis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu ada diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu. 23.000-an tahun mah sudah tidak ada atuh. Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an. Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Sujatmiko Sent: 04 Mei 2013 10:11 To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- . Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut dan juga di Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya puluhan tahun, di antaranya ada yang doktor dan bahkan profesor. Berkat para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan stone tools alias artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh Bagawan Atlantis Oppenheimer yang ketika berkunjung ke Pak SBY tahun lalu atas undangan Stafsus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana berpesan : Untuk mengetahui kejayaan manusia pra-sejarah di Indonesia, telitilah stone tools, jangan piramida di perut gunung, karena hal itu tidak mudah ! Believe it or not, koleksi artefak mang Okim yang umumnya dari periode Paleolitik sudah nyampe puluhan ribu batu, dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Jenis batunya beragam, demikian juga tipologinya. Dari hasil buka-buka internet dan baca-baca buku arkeologi, mang Okim menjadi yakin bahwa manusia prasejarah Indonesia memang lebih maju dari rekan-rekannya di negara lain. Semen purba berumur 23.000 tahun Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa mereka menemukan semen perekat kolom andesit berumur 13.000 - 23.000 tahun, mang Okim kebetulan sedang bersama beberapa Arkeolog dan mendengarkan diskusi mereka. Mereka bilang bahwa penentuan umur yang demikian nothing to do with archeology or paleo-culture . Lain halnya kalau semen tersebut bertautan dengan objek arkeologi yang sudah confirmed. Ketika mang Okim berkunjung ke Gunung Padang 3 hari lalu, semen purba tersebut sempat mang Okim amati bersama Prof. Sutikno Bronto dan Ir. Pudjo Asmoro, keduanya ahli gunung api purba. Semen purba tersebut yang tersingkap di tebing undak antara teras 1 dan teras 2 diduga kuat sebagai hasil pelapukan batuan andesit dimana terlihat adanya perlapisan semu yang di bagian tengahnya ada lapisan tipis karbon hitam sub-horizontal . Fenomena semacam ini sangat umum terlihat di singkapan batuan yang mengalami proces leaching. Nah, kalau contoh semen purba ini didating, tentu saja bermanfaat, tetapi tidak untuk arkeologi melainkan untuk geologi - - - ta' iya !!! Dari contoh sederhana di atas apalagi
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Mang Okim yth, Jadi apakah memang betul pijakan hipotesa kemungkinan adanya bangunan canggih di bawah G Padang itu didasarkan atas dugaan paranormal (ghoib)? Wah..wah..wah (gk ada komentar lanjut). Sharing I : Kalo menggunakan paranormal gitu, meskipun saya yang doktor geologi dengan desertasi petrologi volkanik purba ini, masih bisa mentolerir bila menggunakan jasa paranormal misalnya kalo menyangkut keselamatan nyawa manusia (misal mencari orang hilang dsb nya). Tapi kalo untuk tujuan mencari endapan mineral, ataupun esplorasi geologi lainnya, dibayar berapapun saya tidak akan mau nglakoni, karena saya menganggap pelecehan terhadap geoscience. Malu sama profesor yang membimbing saya, malu sama almamater tempat saya mendapat gelar, malu sama kaidah science itu sendiri (meskipun mungkin berhasil?). Sharing II : Seingat saya, ajaran dari Prof Sukendar Alm: di bidang geologi, ada banyak tool untuk mendapatkan data (geologi) salah satunya adalah metoda geofisik. Jadi (menurut beliau, dan saya juga percaya) geofisik adalah tool. Namanya saja tool, jadi hasil geofisik adalah basic data, bukan final result untuk membuat sintesa geologi. Yang lebih berkompeten untuk membuat sintesa- nya adalah geologist bukan geophysisist. Dalam hal G Padang geologist yang paling berkompeten untuk membuat sintesa nya adalah geologist bidang gunungapi karena materi yang dipelajari adalah produk volkanik (karena tidak semua geologist mengenal dengan baik karakter volcanic products, apalagi geophysisist). Bisa saja seorang geophysisist belajar geologi tetapi yaitu, pasti pengetahuan dasar geologinya sangat tidak memadai dibanding geologist yang sehari- hari menggeluti ilmu geologi itu sendiri. Bukan melecehkan teman2 geophysisist wong nyatanya kebanyakan mereka rata2 makmur secara finansial karena sering dapat proyek yg nilainya em -em an dan mereka rata2 pandai-pandai. Tetapi saya ingin mendudukkan profesi masing2 secara proporsional. Sekedar sharing malam Minggu. Salam, Yatno 2013/5/4 bandon...@gmail.com Naa siapa mas yang penasihat turangga seta? Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: * Sujatmiko m...@cbn.net.id *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Sat, 4 May 2013 12:31:59 +0700 *To: *iagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Abah Yanto, ** ** Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu, pencetus pertamanya adalah Yasasan Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika mereka presentasi di kantor Wagub Jabar dimana mang Okim spesial diundang. Disanalah mang Okim lihat video yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta tentang hasil interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga Seta ( asalnya dari bisikan ghoib ). Semoga jelas Abah, ** ** Wassalam, ** ** Mang Okim ** ** *From:* Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] *Sent:* 04 Mei 2013 12:11 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG ** ** Mang Okim ** ** Apakah untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ? Kalau baca UU cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI. Tapi memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena prinsip yang dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik Negara. ** ** Saya sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe). ** ** Salam manis dari sweet seventy si Abah ** ** ** ** -- *From:* Sujatmiko m...@cbn.net.id *To:* iagi-net@iagi.or.id *Cc:* MGEI economicgeol...@yahoogroups.com *Sent:* Saturday, May 4, 2013 10:10 AM *Subject:* [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- . Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut dan juga di Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut maka mang Okim dapat berkenalan dengan
RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Pak Yatno, daripada asbun dan komentar hal-hal yang bapak sendiri kurang paham mendingan bantuin Mang Okim untuk bedain susunan kolom andesit yang alamiah atau bukan. Atau sekalian ikut meneliti semen Gunung Padang itu dengan keahlian bapak. Itu baru mantap. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus yuwono Sent: 05 Mei 2013 0:12 To: iagi-net Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Mang Okim yth, Jadi apakah memang betul pijakan hipotesa kemungkinan adanya bangunan canggih di bawah G Padang itu didasarkan atas dugaan paranormal (ghoib)? Wah..wah..wah (gk ada komentar lanjut). Sharing I : Kalo menggunakan paranormal gitu, meskipun saya yang doktor geologi dengan desertasi petrologi volkanik purba ini, masih bisa mentolerir bila menggunakan jasa paranormal misalnya kalo menyangkut keselamatan nyawa manusia (misal mencari orang hilang dsb nya). Tapi kalo untuk tujuan mencari endapan mineral, ataupun esplorasi geologi lainnya, dibayar berapapun saya tidak akan mau nglakoni, karena saya menganggap pelecehan terhadap geoscience. Malu sama profesor yang membimbing saya, malu sama almamater tempat saya mendapat gelar, malu sama kaidah science itu sendiri (meskipun mungkin berhasil?). Sharing II : Seingat saya, ajaran dari Prof Sukendar Alm: di bidang geologi, ada banyak tool untuk mendapatkan data (geologi) salah satunya adalah metoda geofisik. Jadi (menurut beliau, dan saya juga percaya) geofisik adalah tool. Namanya saja tool, jadi hasil geofisik adalah basic data, bukan final result untuk membuat sintesa geologi. Yang lebih berkompeten untuk membuat sintesa- nya adalah geologist bukan geophysisist. Dalam hal G Padang geologist yang paling berkompeten untuk membuat sintesa nya adalah geologist bidang gunungapi karena materi yang dipelajari adalah produk volkanik (karena tidak semua geologist mengenal dengan baik karakter volcanic products, apalagi geophysisist). Bisa saja seorang geophysisist belajar geologi tetapi yaitu, pasti pengetahuan dasar geologinya sangat tidak memadai dibanding geologist yang sehari- hari menggeluti ilmu geologi itu sendiri. Bukan melecehkan teman2 geophysisist wong nyatanya kebanyakan mereka rata2 makmur secara finansial karena sering dapat proyek yg nilainya em -em an dan mereka rata2 pandai-pandai. Tetapi saya ingin mendudukkan profesi masing2 secara proporsional. Sekedar sharing malam Minggu. Salam, Yatno 2013/5/4 bandon...@gmail.com Naa siapa mas yang penasihat turangga seta? Powered by Telkomsel BlackBerryR _ From: Sujatmiko m...@cbn.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 12:31:59 +0700 To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Abah Yanto, Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu, pencetus pertamanya adalah Yasasan Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika mereka presentasi di kantor Wagub Jabar dimana mang Okim spesial diundang. Disanalah mang Okim lihat video yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta tentang hasil interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga Seta ( asalnya dari bisikan ghoib ). Semoga jelas Abah, Wassalam, Mang Okim From: Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] Sent: 04 Mei 2013 12:11 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Mang Okim Apakah untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ? Kalau baca UU cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI. Tapi memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena prinsip yang dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik Negara. Saya sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe). Salam manis dari sweet seventy si Abah _ From: Sujatmiko m...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI economicgeol...@yahoogroups.com Sent: Saturday, May 4, 2013 10:10 AM Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- . Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut dan juga di
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Dr. Danny Hilman yang baik dan budiman, Saya marah karena anda bilang asbun! Apakah anda tidak pernah diajar sopan santun? Tolong baca baik2 komentar saya itu seluruhnya, bagian mana yang asbun? Ini milis terbuka dibaca ribuan orang lho. Mengenai kolomnar joint yang anda pake kartu truf itu kebetulan ada rekan yang send salah satu contoh singkapan bagus sekali, tolong perhatikan arahnya, ada yang vertikal, ada yang horizontal, bahkan saya pernah lihat ada yang berbentuk kipas, sangat kompleks. Salam hormat, Yatno (yang bergelar baru doktor geologi asbun). 2013/5/5 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Pak Yatno, daripada asbun dan komentar hal-hal yang bapak sendiri kurang paham mendingan bantuin Mang Okim untuk bedain susunan kolom andesit yang alamiah atau bukan. Atau sekalian ikut meneliti semen Gunung Padang itu dengan keahlian bapak. Itu baru mantap. ** ** *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *yustinus yuwono *Sent:* 05 Mei 2013 0:12 *To:* iagi-net *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG ** ** Mang Okim yth, ** ** Jadi apakah memang betul pijakan hipotesa kemungkinan adanya bangunan canggih di bawah G Padang itu didasarkan atas dugaan paranormal (ghoib)? Wah..wah..wah (gk ada komentar lanjut). ** ** Sharing I : Kalo menggunakan paranormal gitu, meskipun saya yang doktor geologi dengan desertasi petrologi volkanik purba ini, masih bisa mentolerir bila menggunakan jasa paranormal misalnya kalo menyangkut keselamatan nyawa manusia (misal mencari orang hilang dsb nya). Tapi kalo untuk tujuan mencari endapan mineral, ataupun esplorasi geologi lainnya, dibayar berapapun saya tidak akan mau nglakoni, karena saya menganggap pelecehan terhadap geoscience. Malu sama profesor yang membimbing saya, malu sama almamater tempat saya mendapat gelar, malu sama kaidah science itu sendiri (meskipun mungkin berhasil?). ** ** Sharing II : Seingat saya, ajaran dari Prof Sukendar Alm: di bidang geologi, ada banyak tool untuk mendapatkan data (geologi) salah satunya adalah metoda geofisik. Jadi (menurut beliau, dan saya juga percaya) geofisik adalah tool. Namanya saja tool, jadi hasil geofisik adalah basic data, bukan final result untuk membuat sintesa geologi. Yang lebih berkompeten untuk membuat sintesa- nya adalah geologist bukan geophysisist. Dalam hal G Padang geologist yang paling berkompeten untuk membuat sintesa nya adalah geologist bidang gunungapi karena materi yang dipelajari adalah produk volkanik (karena tidak semua geologist mengenal dengan baik karakter volcanic products, apalagi geophysisist). Bisa saja seorang geophysisist belajar geologi tetapi yaitu, pasti pengetahuan dasar geologinya sangat tidak memadai dibanding geologist yang sehari- hari menggeluti ilmu geologi itu sendiri. Bukan melecehkan teman2 geophysisist wong nyatanya kebanyakan mereka rata2 makmur secara finansial karena sering dapat proyek yg nilainya em -em an dan mereka rata2 pandai-pandai. Tetapi saya ingin mendudukkan profesi masing2 secara proporsional. ** ** Sekedar sharing malam Minggu. Salam, Yatno ** ** 2013/5/4 bandon...@gmail.com Naa siapa mas yang penasihat turangga seta? Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: *Sujatmiko m...@cbn.net.id *Sender: *iagi-net@iagi.or.id *Date: *Sat, 4 May 2013 12:31:59 +0700 *To: *iagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id *Subject: *RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG ** ** Abah Yanto, Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu, pencetus pertamanya adalah Yasasan Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika mereka presentasi di kantor Wagub Jabar dimana mang Okim spesial diundang. Disanalah mang Okim lihat video yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta tentang hasil interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga Seta ( asalnya dari bisikan ghoib ). Semoga jelas Abah, Wassalam, Mang Okim *From:* Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] *Sent:* 04 Mei 2013 12:11 *To:* iagi-net@iagi.or.id *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Mang Okim Apakah untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ? Kalau baca UU cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI. Tapi memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena prinsip yang dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik Negara. Saya sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe). Salam manis dari sweet seventy si Abah -- *From:* Sujatmiko m...@cbn.net.id *To:* iagi-net@iagi.or.id *Cc:* MGEI
RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Artikel dan gambar menarik. Prinsipnya arah kolom tegak lurus arah aliran atau permukaan pendinginan. Deflection dari arah umum tidak aneh. Ada beda arah kolom ekstrim yang dimaksud itu maksudnya yang foto paling bawahnya? Untuk kasus khusus apabila lavanya masuk ke dalam air sehingga mengalami pendinginan dipengaruhi oleh arus air. Yang terlihat seperti acak itu hanya bagian atas dari lava yang karena aliran air membuat front'pendinginannya bayak arah sehingga terjadi struktur yang bukan columnar joint biasa tapi disebut sebagai:ENTABLATURE. Dalam foto idak jelas diperlihatkan apakah masih berbentuk kolom hexagonal atau tidak (disebutnya sebagai irregular, hackly jointing) -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of gozal...@gmail.com Sent: 05 Mei 2013 0:08 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam rekan dan senior, Saya cukup menikmati diskusi ini, sangat menarik... Hanya iseng saja googling di internet tanpa tendensi ke salah satu interpretasi, ternyata posisi columnar joint bisa kemana saja, link di bawah, blog nya AGU, ada dokumentasi singkapan menunjukkan posisi columnar joint dari vertikal, rebah sampai horizontal di singkapan yang sama dan dalam jarak yang dekat... Saya attachkan juga image nya. Ada yang bisa memberi pencerahan? http://blogs.agu.org/georneys/2012/11/18/geology-word-of-the-week-c-is-for-c olumnar-jointing/ Salam hormat Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja. Mungkin Pak Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa petrografi dan kimianya atau pake XRD. Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan sumber oleh Arkenas/BALAR. Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan geolistrik). Tidak ada intrusi (dyke) vertikal. Artinya susunan kolom itu bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan). Kalau tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu persis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu ada diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu. 23.000-an tahun mah sudah tidak ada atuh. Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an. Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Sujatmiko Sent: 04 Mei 2013 10:11 To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- . Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut dan juga di Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya puluhan tahun, di antaranya ada yang doktor dan bahkan profesor. Berkat para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan stone tools alias artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh Bagawan Atlantis Oppenheimer yang ketika
RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Oh kalau yang diatach ini kelihatannya hanya deflection saja, mungkin karena didekat edges lava-nya atau karena iregularity morfologi/base-nya. Tapi kelihatannya engga sampai 90 derajat ah bedanya. Itu 'efek'angle foto saja. Mungkin sekitar 20-30 derajat saja deflectionnya. Waktu saya ke singkapan columnar joint di Giant Cause Way, Irlandia Utara, saya juga mengamati gejala ini. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of gozal...@gmail.com Sent: 05 Mei 2013 0:08 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam rekan dan senior, Saya cukup menikmati diskusi ini, sangat menarik... Hanya iseng saja googling di internet tanpa tendensi ke salah satu interpretasi, ternyata posisi columnar joint bisa kemana saja, link di bawah, blog nya AGU, ada dokumentasi singkapan menunjukkan posisi columnar joint dari vertikal, rebah sampai horizontal di singkapan yang sama dan dalam jarak yang dekat... Saya attachkan juga image nya. Ada yang bisa memberi pencerahan? http://blogs.agu.org/georneys/2012/11/18/geology-word-of-the-week-c-is-for-c olumnar-jointing/ Salam hormat Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja. Mungkin Pak Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa petrografi dan kimianya atau pake XRD. Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan sumber oleh Arkenas/BALAR. Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan geolistrik). Tidak ada intrusi (dyke) vertikal. Artinya susunan kolom itu bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan). Kalau tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu persis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu ada diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu. 23.000-an tahun mah sudah tidak ada atuh. Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an. Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Sujatmiko Sent: 04 Mei 2013 10:11 To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- . Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut dan juga di Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya puluhan tahun, di antaranya ada yang doktor dan bahkan profesor. Berkat para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan stone tools alias artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh Bagawan Atlantis Oppenheimer yang ketika berkunjung ke Pak SBY tahun lalu atas undangan Stafsus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana berpesan : Untuk mengetahui kejayaan manusia pra-sejarah di Indonesia, telitilah stone tools, jangan piramida di perut gunung, karena hal itu tidak mudah ! Believe it or not, koleksi artefak mang Okim
RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Yang bilang dugaan bangunan di bawah G.Padang berdasarkan paranormal. Yang paling bekompeten interpretasi geolistrik untuk lingkungan Gunung Api hanya vulkcanologist. Gitu Pak. Mohon maaf kalau bapak sampai tersinggung. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus yuwono Sent: 05 Mei 2013 0:30 To: iagi-net Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Dr. Danny Hilman yang baik dan budiman, Saya marah karena anda bilang asbun! Apakah anda tidak pernah diajar sopan santun? Tolong baca baik2 komentar saya itu seluruhnya, bagian mana yang asbun? Ini milis terbuka dibaca ribuan orang lho. Mengenai kolomnar joint yang anda pake kartu truf itu kebetulan ada rekan yang send salah satu contoh singkapan bagus sekali, tolong perhatikan arahnya, ada yang vertikal, ada yang horizontal, bahkan saya pernah lihat ada yang berbentuk kipas, sangat kompleks. Salam hormat, Yatno (yang bergelar baru doktor geologi asbun). 2013/5/5 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Pak Yatno, daripada asbun dan komentar hal-hal yang bapak sendiri kurang paham mendingan bantuin Mang Okim untuk bedain susunan kolom andesit yang alamiah atau bukan. Atau sekalian ikut meneliti semen Gunung Padang itu dengan keahlian bapak. Itu baru mantap. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus yuwono Sent: 05 Mei 2013 0:12 To: iagi-net Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Mang Okim yth, Jadi apakah memang betul pijakan hipotesa kemungkinan adanya bangunan canggih di bawah G Padang itu didasarkan atas dugaan paranormal (ghoib)? Wah..wah..wah (gk ada komentar lanjut). Sharing I : Kalo menggunakan paranormal gitu, meskipun saya yang doktor geologi dengan desertasi petrologi volkanik purba ini, masih bisa mentolerir bila menggunakan jasa paranormal misalnya kalo menyangkut keselamatan nyawa manusia (misal mencari orang hilang dsb nya). Tapi kalo untuk tujuan mencari endapan mineral, ataupun esplorasi geologi lainnya, dibayar berapapun saya tidak akan mau nglakoni, karena saya menganggap pelecehan terhadap geoscience. Malu sama profesor yang membimbing saya, malu sama almamater tempat saya mendapat gelar, malu sama kaidah science itu sendiri (meskipun mungkin berhasil?). Sharing II : Seingat saya, ajaran dari Prof Sukendar Alm: di bidang geologi, ada banyak tool untuk mendapatkan data (geologi) salah satunya adalah metoda geofisik. Jadi (menurut beliau, dan saya juga percaya) geofisik adalah tool. Namanya saja tool, jadi hasil geofisik adalah basic data, bukan final result untuk membuat sintesa geologi. Yang lebih berkompeten untuk membuat sintesa- nya adalah geologist bukan geophysisist. Dalam hal G Padang geologist yang paling berkompeten untuk membuat sintesa nya adalah geologist bidang gunungapi karena materi yang dipelajari adalah produk volkanik (karena tidak semua geologist mengenal dengan baik karakter volcanic products, apalagi geophysisist). Bisa saja seorang geophysisist belajar geologi tetapi yaitu, pasti pengetahuan dasar geologinya sangat tidak memadai dibanding geologist yang sehari- hari menggeluti ilmu geologi itu sendiri. Bukan melecehkan teman2 geophysisist wong nyatanya kebanyakan mereka rata2 makmur secara finansial karena sering dapat proyek yg nilainya em -em an dan mereka rata2 pandai-pandai. Tetapi saya ingin mendudukkan profesi masing2 secara proporsional. Sekedar sharing malam Minggu. Salam, Yatno 2013/5/4 bandon...@gmail.com Naa siapa mas yang penasihat turangga seta? Powered by Telkomsel BlackBerryR _ From: Sujatmiko m...@cbn.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 12:31:59 +0700 To: iagi-net@iagi.or.id ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Abah Yanto, Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu, pencetus pertamanya adalah Yasasan Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika mereka presentasi di kantor Wagub Jabar dimana mang Okim spesial diundang. Disanalah mang Okim lihat video yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta tentang hasil interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga Seta ( asalnya dari bisikan ghoib ). Semoga jelas Abah, Wassalam, Mang Okim From: Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] Sent: 04 Mei 2013 12:11 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Mang Okim Apakah untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ? Kalau baca UU cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI. Tapi memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena prinsip yang dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik Negara. Saya sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe). Salam manis dari sweet seventy si Abah
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Oh begitu, terimakasih banyak, jadi yang posisi alamiahnya horizontal tidak dapat dikategorikan sebagai columnar joint :) Best regards, Gozali Sent from my BlackBerry® smartphone powered by U Mobile -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 00:39:20 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Artikel dan gambar menarik. Prinsipnya arah kolom tegak lurus arah aliran atau permukaan pendinginan. Deflection dari arah umum tidak aneh. Ada beda arah kolom ekstrim yang dimaksud itu maksudnya yang foto paling bawahnya? Untuk kasus khusus apabila lavanya masuk ke dalam air sehingga mengalami pendinginan dipengaruhi oleh arus air. Yang terlihat seperti acak itu hanya bagian atas dari lava yang karena aliran air membuat front'pendinginannya bayak arah sehingga terjadi struktur yang bukan columnar joint biasa tapi disebut sebagai:ENTABLATURE. Dalam foto idak jelas diperlihatkan apakah masih berbentuk kolom hexagonal atau tidak (disebutnya sebagai irregular, hackly jointing) -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of gozal...@gmail.com Sent: 05 Mei 2013 0:08 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam rekan dan senior, Saya cukup menikmati diskusi ini, sangat menarik... Hanya iseng saja googling di internet tanpa tendensi ke salah satu interpretasi, ternyata posisi columnar joint bisa kemana saja, link di bawah, blog nya AGU, ada dokumentasi singkapan menunjukkan posisi columnar joint dari vertikal, rebah sampai horizontal di singkapan yang sama dan dalam jarak yang dekat... Saya attachkan juga image nya. Ada yang bisa memberi pencerahan? http://blogs.agu.org/georneys/2012/11/18/geology-word-of-the-week-c-is-for-c olumnar-jointing/ Salam hormat Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja. Mungkin Pak Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa petrografi dan kimianya atau pake XRD. Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan sumber oleh Arkenas/BALAR. Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan geolistrik). Tidak ada intrusi (dyke) vertikal. Artinya susunan kolom itu bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan). Kalau tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu persis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu ada diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu. 23.000-an tahun mah sudah tidak ada atuh. Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an. Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Sujatmiko Sent: 04 Mei 2013 10:11 To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- . Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut dan juga di Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Betul juga Pak, Mungkin fotografernya menggunakan lensa khusus (semacam fish eye), jadi distorsinya besar sekali. Best regards, Sent from my BlackBerry® smartphone powered by U Mobile -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 00:44:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Oh kalau yang diatach ini kelihatannya hanya deflection saja, mungkin karena didekat edges lava-nya atau karena iregularity morfologi/base-nya. Tapi kelihatannya engga sampai 90 derajat ah bedanya. Itu 'efek'angle foto saja. Mungkin sekitar 20-30 derajat saja deflectionnya. Waktu saya ke singkapan columnar joint di Giant Cause Way, Irlandia Utara, saya juga mengamati gejala ini. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of gozal...@gmail.com Sent: 05 Mei 2013 0:08 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam rekan dan senior, Saya cukup menikmati diskusi ini, sangat menarik... Hanya iseng saja googling di internet tanpa tendensi ke salah satu interpretasi, ternyata posisi columnar joint bisa kemana saja, link di bawah, blog nya AGU, ada dokumentasi singkapan menunjukkan posisi columnar joint dari vertikal, rebah sampai horizontal di singkapan yang sama dan dalam jarak yang dekat... Saya attachkan juga image nya. Ada yang bisa memberi pencerahan? http://blogs.agu.org/georneys/2012/11/18/geology-word-of-the-week-c-is-for-c olumnar-jointing/ Salam hormat Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja. Mungkin Pak Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa petrografi dan kimianya atau pake XRD. Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan sumber oleh Arkenas/BALAR. Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan geolistrik). Tidak ada intrusi (dyke) vertikal. Artinya susunan kolom itu bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan). Kalau tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu persis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu ada diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu. 23.000-an tahun mah sudah tidak ada atuh. Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an. Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Sujatmiko Sent: 04 Mei 2013 10:11 To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- . Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut dan juga di Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya puluhan tahun, di antaranya ada yang doktor dan bahkan profesor. Berkat para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan geo
RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Kalau columnar jointnya berasal dari dyke (vertical) kolomnya akan horisontal, atau kalau lapisan lavanya sudah terlipat oleh tektonik bisa ada yang horisontal juga pak. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of gozal...@gmail.com Sent: 05 Mei 2013 0:49 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Oh begitu, terimakasih banyak, jadi yang posisi alamiahnya horizontal tidak dapat dikategorikan sebagai columnar joint :) Best regards, Gozali Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 00:39:20 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Artikel dan gambar menarik. Prinsipnya arah kolom tegak lurus arah aliran atau permukaan pendinginan. Deflection dari arah umum tidak aneh. Ada beda arah kolom ekstrim yang dimaksud itu maksudnya yang foto paling bawahnya? Untuk kasus khusus apabila lavanya masuk ke dalam air sehingga mengalami pendinginan dipengaruhi oleh arus air. Yang terlihat seperti acak itu hanya bagian atas dari lava yang karena aliran air membuat front'pendinginannya bayak arah sehingga terjadi struktur yang bukan columnar joint biasa tapi disebut sebagai:ENTABLATURE. Dalam foto idak jelas diperlihatkan apakah masih berbentuk kolom hexagonal atau tidak (disebutnya sebagai irregular, hackly jointing) -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of gozal...@gmail.com Sent: 05 Mei 2013 0:08 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam rekan dan senior, Saya cukup menikmati diskusi ini, sangat menarik... Hanya iseng saja googling di internet tanpa tendensi ke salah satu interpretasi, ternyata posisi columnar joint bisa kemana saja, link di bawah, blog nya AGU, ada dokumentasi singkapan menunjukkan posisi columnar joint dari vertikal, rebah sampai horizontal di singkapan yang sama dan dalam jarak yang dekat... Saya attachkan juga image nya. Ada yang bisa memberi pencerahan? http://blogs.agu.org/georneys/2012/11/18/geology-word-of-the-week-c-is-for-c olumnar-jointing/ Salam hormat Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja. Mungkin Pak Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa petrografi dan kimianya atau pake XRD. Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan sumber oleh Arkenas/BALAR. Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan geolistrik). Tidak ada intrusi (dyke) vertikal. Artinya susunan kolom itu bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan). Kalau tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu persis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu ada diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu. 23.000-an tahun mah sudah tidak ada atuh. Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an. Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Sujatmiko Sent: 04 Mei 2013 10:11 To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- . Nah, 40 tahun kemudian
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Terimakasih banyak Pak, Jadi dalam kasus gunung padang ini letak columnar joint yang horizontal sempurna dan rapi ini hanya dimungkinkan karena diletakkan sedemikian rupa oleh peradaban? Karena tidak mungkin ada pengaruh air atau dike atau posisi intrusi yang sudah pada tepinya? Best regards, Gozali Sent from my BlackBerry® smartphone powered by U Mobile -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 00:55:32 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Kalau columnar jointnya berasal dari dyke (vertical) kolomnya akan horisontal, atau kalau lapisan lavanya sudah terlipat oleh tektonik bisa ada yang horisontal juga pak. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of gozal...@gmail.com Sent: 05 Mei 2013 0:49 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Oh begitu, terimakasih banyak, jadi yang posisi alamiahnya horizontal tidak dapat dikategorikan sebagai columnar joint :) Best regards, Gozali Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 00:39:20 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Artikel dan gambar menarik. Prinsipnya arah kolom tegak lurus arah aliran atau permukaan pendinginan. Deflection dari arah umum tidak aneh. Ada beda arah kolom ekstrim yang dimaksud itu maksudnya yang foto paling bawahnya? Untuk kasus khusus apabila lavanya masuk ke dalam air sehingga mengalami pendinginan dipengaruhi oleh arus air. Yang terlihat seperti acak itu hanya bagian atas dari lava yang karena aliran air membuat front'pendinginannya bayak arah sehingga terjadi struktur yang bukan columnar joint biasa tapi disebut sebagai:ENTABLATURE. Dalam foto idak jelas diperlihatkan apakah masih berbentuk kolom hexagonal atau tidak (disebutnya sebagai irregular, hackly jointing) -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of gozal...@gmail.com Sent: 05 Mei 2013 0:08 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam rekan dan senior, Saya cukup menikmati diskusi ini, sangat menarik... Hanya iseng saja googling di internet tanpa tendensi ke salah satu interpretasi, ternyata posisi columnar joint bisa kemana saja, link di bawah, blog nya AGU, ada dokumentasi singkapan menunjukkan posisi columnar joint dari vertikal, rebah sampai horizontal di singkapan yang sama dan dalam jarak yang dekat... Saya attachkan juga image nya. Ada yang bisa memberi pencerahan? http://blogs.agu.org/georneys/2012/11/18/geology-word-of-the-week-c-is-for-c olumnar-jointing/ Salam hormat Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja. Mungkin Pak Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa petrografi dan kimianya atau pake XRD. Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan sumber oleh Arkenas/BALAR. Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan geolistrik). Tidak ada intrusi (dyke) vertikal. Artinya susunan kolom itu bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan). Kalau tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu persis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu ada diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu. 23.000-an tahun mah sudah tidak ada atuh. Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an. Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Sujatmiko Sent: 04 Mei 2013 10:11 To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI Subject
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens) itu munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C. (Hihihi buku kuno ada dirumaku) Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit buku baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin cement bercampur besi pada 23000 S.M Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja. Mungkin Pak Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa petrografi dan kimianya atau pake XRD. Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan sumber oleh Arkenas/BALAR. Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan geolistrik). Tidak ada intrusi (dyke) vertikal. Artinya susunan kolom itu bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan). Kalau tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu persis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu ada diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu. 23.000-an tahun mah sudah tidak ada atuh. Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an. Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Sujatmiko Sent: 04 Mei 2013 10:11 To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- . Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut dan juga di Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya puluhan tahun, di antaranya ada yang doktor dan bahkan profesor. Berkat para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan stone tools alias artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh Bagawan Atlantis Oppenheimer yang ketika berkunjung ke Pak SBY tahun lalu atas undangan Stafsus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana berpesan : Untuk mengetahui kejayaan manusia pra-sejarah di Indonesia, telitilah stone tools, jangan piramida di perut gunung, karena hal itu tidak mudah ! Believe it or not, koleksi artefak mang Okim yang umumnya dari periode Paleolitik sudah nyampe puluhan ribu batu, dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Jenis batunya beragam, demikian juga tipologinya. Dari hasil buka-buka internet dan baca-baca buku arkeologi, mang Okim menjadi yakin bahwa manusia prasejarah Indonesia memang lebih maju dari rekan-rekannya di negara lain. Semen purba berumur 23.000 tahun Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa mereka menemukan semen perekat kolom andesit berumur 13.000 - 23.000 tahun, mang Okim kebetulan sedang bersama beberapa Arkeolog dan mendengarkan diskusi mereka. Mereka bilang bahwa penentuan umur yang demikian nothing to do
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Baguslah sebagai selingan bahasan mau naiknya harga bahan bakar yang bikin ribut pengusaha dan konsumennya., serta pasang surut produksi minyak Indonesia, yang sering dibahas di Milis IAGI. Itu ada teriakan dari UNS ke IAGI tentang longsor besar di Majalengka. Komite Bencana IAGI aku juga pengin tau. (Sisipan dari bahasan minyak dan geoarkeologi) Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah terus berlanjut keramaian diskusi Situs G. Padang dari dua kubu. Kalau dilihat dari korelasi nama Piramid dengan kebiasaan nama orang. Di G. Padang konon ada yang berpendapat di G. Padang ada situs Piramid, dimana terminologi Piramid yang merupakan situs purbakala lebih populer di Mesir, misalnya Piramid Giza. Mungkin saja Piramid bangunan kuno ala Mesir ini hadir di Jawa Barat G. Padang), karena kalau kita lihat model penamaan orang di Sunda khususnya sering terjadi perulangan seperti Erly Tjarlia, Ajat Sudrajat. Di Mesir juga kita jumpai mungkin leluhurnya dari Tanah Sunda, misalnya mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali. Ini sekedar intermezo untuk meredakan ketegangan soal situs G. Padang. Lam Salam, On Sunday, May 5, 2013, wrote: Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens) itu munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C. (Hihihi buku kuno ada dirumaku) Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit buku baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin cement bercampur besi pada 23000 S.M Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja. Mungkin Pak Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa petrografi dan kimianya atau pake XRD. Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan sumber oleh Arkenas/BALAR. Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan geolistrik). Tidak ada intrusi (dyke) vertikal. Artinya susunan kolom itu bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan). Kalau tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu persis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu ada diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu. 23.000-an tahun mah sudah tidak ada atuh. Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an. Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Sujatmiko Sent: 04 Mei 2013 10:11 To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- . Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut dan juga di Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang Direkturnya mengaku jebolan MIT
RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Mungkin, atau wide-angle biasa saja. Mudahnya, perhatikan bahwa kolom-kolom di pojok kiri yang terlihat horisontal itu sebenarnya selaras dengan kolom-kolom yang melengkung di bagian tengah. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of gozal...@gmail.com Sent: 05 Mei 2013 0:53 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Betul juga Pak, Mungkin fotografernya menggunakan lensa khusus (semacam fish eye), jadi distorsinya besar sekali. Best regards, Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 00:44:29 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Oh kalau yang diatach ini kelihatannya hanya deflection saja, mungkin karena didekat edges lava-nya atau karena iregularity morfologi/base-nya. Tapi kelihatannya engga sampai 90 derajat ah bedanya. Itu 'efek'angle foto saja. Mungkin sekitar 20-30 derajat saja deflectionnya. Waktu saya ke singkapan columnar joint di Giant Cause Way, Irlandia Utara, saya juga mengamati gejala ini. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of gozal...@gmail.com Sent: 05 Mei 2013 0:08 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Salam rekan dan senior, Saya cukup menikmati diskusi ini, sangat menarik... Hanya iseng saja googling di internet tanpa tendensi ke salah satu interpretasi, ternyata posisi columnar joint bisa kemana saja, link di bawah, blog nya AGU, ada dokumentasi singkapan menunjukkan posisi columnar joint dari vertikal, rebah sampai horizontal di singkapan yang sama dan dalam jarak yang dekat... Saya attachkan juga image nya. Ada yang bisa memberi pencerahan? http://blogs.agu.org/georneys/2012/11/18/geology-word-of-the-week-c-is-for-c olumnar-jointing/ Salam hormat Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja. Mungkin Pak Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa petrografi dan kimianya atau pake XRD. Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan sumber oleh Arkenas/BALAR. Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan geolistrik). Tidak ada intrusi (dyke) vertikal. Artinya susunan kolom itu bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan). Kalau tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu persis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu ada diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu. 23.000-an tahun mah sudah tidak ada atuh. Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an. Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Sujatmiko Sent: 04 Mei 2013 10:11 To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- . Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut dan juga di Gunung Lalakon dan Gunung
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Setau aku piramida maya itu dibangun pada masa sejarah. Manusia sdh dpt mengolah logam, mengenal angka, huruf dsb. Bisa meramal kiamat th 2012 meskipun tdk terjadi. Manusia modern (homo sapien sapien) kata ahlinya kan baru muncul di 1 BC. (Apa bener pak Prof Yahdi Zaim? Betulkan bila aku salah) Naa di tanah Sunda sdh ada peradaban besar yang memakai semen berumur 23000 BC. Kan luar biasa itu. Itu sisi menariknya. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah terus berlanjut keramaian diskusi Situs G. Padang dari dua kubu. Kalau dilihat dari korelasi nama Piramid dengan kebiasaan nama orang. Di G. Padang konon ada yang berpendapat di G. Padang ada situs Piramid, dimana terminologi Piramid yang merupakan situs purbakala lebih populer di Mesir, misalnya Piramid Giza. Mungkin saja Piramid bangunan kuno ala Mesir ini hadir di Jawa Barat G. Padang), karena kalau kita lihat model penamaan orang di Sunda khususnya sering terjadi perulangan seperti Erly Tjarlia, Ajat Sudrajat. Di Mesir juga kita jumpai mungkin leluhurnya dari Tanah Sunda, misalnya mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali. Ini sekedar intermezo untuk meredakan ketegangan soal situs G. Padang. Lam Salam, On Sunday, May 5, 2013, wrote: Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens) itu munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C. (Hihihi buku kuno ada dirumaku) Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit buku baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin cement bercampur besi pada 23000 S.M Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja. Mungkin Pak Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa petrografi dan kimianya atau pake XRD. Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan sumber oleh Arkenas/BALAR. Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan geolistrik). Tidak ada intrusi (dyke) vertikal. Artinya susunan kolom itu bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan). Kalau tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu persis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu ada diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu. 23.000-an tahun mah sudah tidak ada atuh. Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an. Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Sujatmiko Sent: 04 Mei 2013 10:11 To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- . Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut dan juga di Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Jadi 23 000 th yg lalu Semen (G)Padang itu sudah ada! RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: bandon...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 02:43:51 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Setau aku piramida maya itu dibangun pada masa sejarah. Manusia sdh dpt mengolah logam, mengenal angka, huruf dsb. Bisa meramal kiamat th 2012 meskipun tdk terjadi. Manusia modern (homo sapien sapien) kata ahlinya kan baru muncul di 1 BC. (Apa bener pak Prof Yahdi Zaim? Betulkan bila aku salah) Naa di tanah Sunda sdh ada peradaban besar yang memakai semen berumur 23000 BC. Kan luar biasa itu. Itu sisi menariknya. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah terus berlanjut keramaian diskusi Situs G. Padang dari dua kubu. Kalau dilihat dari korelasi nama Piramid dengan kebiasaan nama orang. Di G. Padang konon ada yang berpendapat di G. Padang ada situs Piramid, dimana terminologi Piramid yang merupakan situs purbakala lebih populer di Mesir, misalnya Piramid Giza. Mungkin saja Piramid bangunan kuno ala Mesir ini hadir di Jawa Barat G. Padang), karena kalau kita lihat model penamaan orang di Sunda khususnya sering terjadi perulangan seperti Erly Tjarlia, Ajat Sudrajat. Di Mesir juga kita jumpai mungkin leluhurnya dari Tanah Sunda, misalnya mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali. Ini sekedar intermezo untuk meredakan ketegangan soal situs G. Padang. Lam Salam, On Sunday, May 5, 2013, wrote: Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens) itu munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C. (Hihihi buku kuno ada dirumaku) Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit buku baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin cement bercampur besi pada 23000 S.M Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja. Mungkin Pak Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa petrografi dan kimianya atau pake XRD. Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan sumber oleh Arkenas/BALAR. Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan geolistrik). Tidak ada intrusi (dyke) vertikal. Artinya susunan kolom itu bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan). Kalau tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu persis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu ada diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu. 23.000-an tahun mah sudah tidak ada atuh. Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an. Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Sujatmiko Sent: 04 Mei 2013 10:11 To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- . Nah, 40
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Hasil telitian umur /dating oleh Tim Terpadu pada perekat/semen antar batu, mendapatkan umur perekat 23 000 BC prof. Mungkin semennya tidak seperti semen sekarang.. Campuran lempung dg besi dan karbon. (Hanya menduga duga, krn datingnya carbon dating.) Data komposisinya belum dijelaskan oleh tim. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: koeso...@melsa.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 03:09:42 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Jadi 23 000 th yg lalu Semen (G)Padang itu sudah ada! RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: bandon...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 02:43:51 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Setau aku piramida maya itu dibangun pada masa sejarah. Manusia sdh dpt mengolah logam, mengenal angka, huruf dsb. Bisa meramal kiamat th 2012 meskipun tdk terjadi. Manusia modern (homo sapien sapien) kata ahlinya kan baru muncul di 1 BC. (Apa bener pak Prof Yahdi Zaim? Betulkan bila aku salah) Naa di tanah Sunda sdh ada peradaban besar yang memakai semen berumur 23000 BC. Kan luar biasa itu. Itu sisi menariknya. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah terus berlanjut keramaian diskusi Situs G. Padang dari dua kubu. Kalau dilihat dari korelasi nama Piramid dengan kebiasaan nama orang. Di G. Padang konon ada yang berpendapat di G. Padang ada situs Piramid, dimana terminologi Piramid yang merupakan situs purbakala lebih populer di Mesir, misalnya Piramid Giza. Mungkin saja Piramid bangunan kuno ala Mesir ini hadir di Jawa Barat G. Padang), karena kalau kita lihat model penamaan orang di Sunda khususnya sering terjadi perulangan seperti Erly Tjarlia, Ajat Sudrajat. Di Mesir juga kita jumpai mungkin leluhurnya dari Tanah Sunda, misalnya mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali. Ini sekedar intermezo untuk meredakan ketegangan soal situs G. Padang. Lam Salam, On Sunday, May 5, 2013, wrote: Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens) itu munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C. (Hihihi buku kuno ada dirumaku) Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit buku baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin cement bercampur besi pada 23000 S.M Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja. Mungkin Pak Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa petrografi dan kimianya atau pake XRD. Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan sumber oleh Arkenas/BALAR. Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan geolistrik). Tidak ada intrusi (dyke) vertikal. Artinya susunan kolom itu bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan). Kalau tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu persis bukan hal yang mudah. Kita dating semen karena material itu ada diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah. Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu. 23.000-an tahun mah sudah tidak ada atuh. Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an. Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi. -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Sujatmiko Sent: 04 Mei 2013 10:11 To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Kalau semen padang yang sekarang fresh keluar dari pabrik yang menggunakan bahan batu gamping yang semisal berumur miosen, apakah akan keluar umur miosen juga pada radiometric datingnya karena carbon yang di dating berasal dari microfosil miosen? Lalu nanti orang orang dimasa depan yang kebetulan menemui sisa reruntuhan bangunan masa kini akan beranggapan bahwa generasi ini hidup diwaktu miosen... Hehe, semakin menghibur... Best regards, Gozali Sent from my BlackBerry® smartphone powered by U Mobile -Original Message- From: bandon...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 03:43:10 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Hasil telitian umur /dating oleh Tim Terpadu pada perekat/semen antar batu, mendapatkan umur perekat 23 000 BC prof. Mungkin semennya tidak seperti semen sekarang.. Campuran lempung dg besi dan karbon. (Hanya menduga duga, krn datingnya carbon dating.) Data komposisinya belum dijelaskan oleh tim. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: koeso...@melsa.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 03:09:42 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Jadi 23 000 th yg lalu Semen (G)Padang itu sudah ada! RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: bandon...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 02:43:51 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Setau aku piramida maya itu dibangun pada masa sejarah. Manusia sdh dpt mengolah logam, mengenal angka, huruf dsb. Bisa meramal kiamat th 2012 meskipun tdk terjadi. Manusia modern (homo sapien sapien) kata ahlinya kan baru muncul di 1 BC. (Apa bener pak Prof Yahdi Zaim? Betulkan bila aku salah) Naa di tanah Sunda sdh ada peradaban besar yang memakai semen berumur 23000 BC. Kan luar biasa itu. Itu sisi menariknya. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah terus berlanjut keramaian diskusi Situs G. Padang dari dua kubu. Kalau dilihat dari korelasi nama Piramid dengan kebiasaan nama orang. Di G. Padang konon ada yang berpendapat di G. Padang ada situs Piramid, dimana terminologi Piramid yang merupakan situs purbakala lebih populer di Mesir, misalnya Piramid Giza. Mungkin saja Piramid bangunan kuno ala Mesir ini hadir di Jawa Barat G. Padang), karena kalau kita lihat model penamaan orang di Sunda khususnya sering terjadi perulangan seperti Erly Tjarlia, Ajat Sudrajat. Di Mesir juga kita jumpai mungkin leluhurnya dari Tanah Sunda, misalnya mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali. Ini sekedar intermezo untuk meredakan ketegangan soal situs G. Padang. Lam Salam, On Sunday, May 5, 2013, wrote: Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens) itu munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C. (Hihihi buku kuno ada dirumaku) Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit buku baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin cement bercampur besi pada 23000 S.M Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja. Mungkin Pak Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa petrografi dan kimianya atau pake XRD. Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan sumber oleh Arkenas/BALAR. Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan geolistrik). Tidak ada intrusi (dyke) vertikal. Artinya susunan kolom itu bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan). Kalau tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya ke Pa Sutikno
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Aku bukan ahli dating, dipersila tanya ke ahli datingnya. Mangga mang. Aku nyerah deh, ntar aku liat dulu, krn yang kutau Carbon dating C 14 hanya sampai 40 000 ± Th. Mungkin metoda baru dpt membaca sampai 25 jt tahun. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: gozal...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 03:54:30 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Kalau semen padang yang sekarang fresh keluar dari pabrik yang menggunakan bahan batu gamping yang semisal berumur miosen, apakah akan keluar umur miosen juga pada radiometric datingnya karena carbon yang di dating berasal dari microfosil miosen? Lalu nanti orang orang dimasa depan yang kebetulan menemui sisa reruntuhan bangunan masa kini akan beranggapan bahwa generasi ini hidup diwaktu miosen... Hehe, semakin menghibur... Best regards, Gozali Sent from my BlackBerry® smartphone powered by U Mobile -Original Message- From: bandon...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 03:43:10 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Hasil telitian umur /dating oleh Tim Terpadu pada perekat/semen antar batu, mendapatkan umur perekat 23 000 BC prof. Mungkin semennya tidak seperti semen sekarang.. Campuran lempung dg besi dan karbon. (Hanya menduga duga, krn datingnya carbon dating.) Data komposisinya belum dijelaskan oleh tim. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: koeso...@melsa.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 03:09:42 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Jadi 23 000 th yg lalu Semen (G)Padang itu sudah ada! RPK Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: bandon...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 02:43:51 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Setau aku piramida maya itu dibangun pada masa sejarah. Manusia sdh dpt mengolah logam, mengenal angka, huruf dsb. Bisa meramal kiamat th 2012 meskipun tdk terjadi. Manusia modern (homo sapien sapien) kata ahlinya kan baru muncul di 1 BC. (Apa bener pak Prof Yahdi Zaim? Betulkan bila aku salah) Naa di tanah Sunda sdh ada peradaban besar yang memakai semen berumur 23000 BC. Kan luar biasa itu. Itu sisi menariknya. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Wah terus berlanjut keramaian diskusi Situs G. Padang dari dua kubu. Kalau dilihat dari korelasi nama Piramid dengan kebiasaan nama orang. Di G. Padang konon ada yang berpendapat di G. Padang ada situs Piramid, dimana terminologi Piramid yang merupakan situs purbakala lebih populer di Mesir, misalnya Piramid Giza. Mungkin saja Piramid bangunan kuno ala Mesir ini hadir di Jawa Barat G. Padang), karena kalau kita lihat model penamaan orang di Sunda khususnya sering terjadi perulangan seperti Erly Tjarlia, Ajat Sudrajat. Di Mesir juga kita jumpai mungkin leluhurnya dari Tanah Sunda, misalnya mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali. Ini sekedar intermezo untuk meredakan ketegangan soal situs G. Padang. Lam Salam, On Sunday, May 5, 2013, wrote: Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens) itu munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C. (Hihihi buku kuno ada dirumaku) Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit buku baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin cement bercampur besi pada 23000 S.M Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja. Mungkin Pak Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa petrografi dan kimianya atau pake XRD. Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang ada semen/kerak
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Mang Okim Apakah untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ? Kalau baca UU cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI. Tapi memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena prinsip yang dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik Negara. Saya sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe). Salam manis dari sweet seventy si Abah From: Sujatmiko m...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI economicgeol...@yahoogroups.com Sent: Saturday, May 4, 2013 10:10 AM Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- . Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut dan juga di Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya puluhan tahun, di antaranya ada yang doktor dan bahkan profesor. Berkat para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan stone tools alias artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh Bagawan Atlantis Oppenheimer yang ketika berkunjung ke Pak SBY tahun lalu atas undangan Stafsus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana berpesan : Untuk mengetahui kejayaan manusia pra-sejarah di Indonesia, telitilah stone tools, jangan piramida di perut gunung, karena hal itu tidak mudah ! Believe it or not, koleksi artefak mang Okim yang umumnya dari periode Paleolitik sudah nyampe puluhan ribu batu, dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Jenis batunya beragam, demikian juga tipologinya. Dari hasil buka-buka internet dan baca-baca buku arkeologi, mang Okim menjadi yakin bahwa manusia prasejarah Indonesia memang lebih maju dari rekan-rekannya di negara lain. Semen purba berumur 23.000 tahun Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa mereka menemukan semen perekat kolom andesit berumur 13.000 - 23.000 tahun, mang Okim kebetulan sedang bersama beberapa Arkeolog dan mendengarkan diskusi mereka. Mereka bilang bahwa penentuan umur yang demikian nothing to do with archeology or paleo-culture . Lain halnya kalau semen tersebut bertautan dengan objek arkeologi yang sudah confirmed. Ketika mang Okim berkunjung ke Gunung Padang 3 hari lalu, semen purba tersebut sempat mang Okim amati bersama Prof. Sutikno Bronto dan Ir. Pudjo Asmoro, keduanya ahli gunung api purba. Semen purba tersebut yang tersingkap di tebing undak antara teras 1 dan teras 2 diduga kuat sebagai hasil pelapukan batuan andesit dimana terlihat adanya perlapisan semu yang di bagian tengahnya ada lapisan tipis karbon hitam sub-horizontal . Fenomena semacam ini sangat umum terlihat di singkapan batuan yang mengalami proces leaching. Nah, kalau contoh semen purba ini didating, tentu saja bermanfaat, tetapi tidak untuk arkeologi melainkan untuk geologi - - - ta' iya !!! Dari contoh sederhana di atas apalagi dengan dating yang nyampe 23.000 tahun, seharusnya Dr. Ali Akbar memberikan sinyal kepada Tim Mandiri bahwa seperti diakui oleh arkeolog di seluruh dunia, umur segitu adalah masanya manusia homo-erectus yang baru mampu bikin alat batu sederhana. Di Situs Gua Pawon saja yang tengkoraknya ketemu dan rentang umurnya sekitar 5.000 - 10.000 tahun yang lalu, keahlian manusia prasejarah kita terbatas pada membuat stone tools dan perhiasan sederhana dari kulit kerang. Bagaimana mungkin mereka mampu bikin bangunan maha karya dengan pasir peredam gempa dan semen perekat kolom andesit, apalagi keahlian di bidang metalurgi - - - ta' iya !!! Pak Lutfi Yondri , arkeolog peneliti utama yang spesialis dalam penelitian Situs Gua Pawon dan Situs Gunung Padang berujar : Mang Okim, seandainya di Situs Gua Pawon yang kita sampling adalah dinding batu kapur di sekitar fosil tengkoraknya, umur yang keluar pastilah Oligosen atau lebih dari 25 juta tahun yang lalu. Kalau yang diambil lapisan tanah yang mengendap di dalam gua, mungkin hasilnya puluhan atau
RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Abah Yanto, Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu, pencetus pertamanya adalah Yasasan Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika mereka presentasi di kantor Wagub Jabar dimana mang Okim spesial diundang. Disanalah mang Okim lihat video yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta tentang hasil interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga Seta ( asalnya dari bisikan ghoib ). Semoga jelas Abah, Wassalam, Mang Okim From: Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] Sent: 04 Mei 2013 12:11 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Mang Okim Apakah untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ? Kalau baca UU cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI. Tapi memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena prinsip yang dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik Negara. Saya sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe). Salam manis dari sweet seventy si Abah _ From: Sujatmiko m...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI economicgeol...@yahoogroups.com Sent: Saturday, May 4, 2013 10:10 AM Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- . Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut dan juga di Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya puluhan tahun, di antaranya ada yang doktor dan bahkan profesor. Berkat para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan stone tools alias artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh Bagawan Atlantis Oppenheimer yang ketika berkunjung ke Pak SBY tahun lalu atas undangan Stafsus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana berpesan : Untuk mengetahui kejayaan manusia pra-sejarah di Indonesia, telitilah stone tools, jangan piramida di perut gunung, karena hal itu tidak mudah ! Believe it or not, koleksi artefak mang Okim yang umumnya dari periode Paleolitik sudah nyampe puluhan ribu batu, dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Jenis batunya beragam, demikian juga tipologinya. Dari hasil buka-buka internet dan baca-baca buku arkeologi, mang Okim menjadi yakin bahwa manusia prasejarah Indonesia memang lebih maju dari rekan-rekannya di negara lain. Semen purba berumur 23.000 tahun Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa mereka menemukan semen perekat kolom andesit berumur 13.000 - 23.000 tahun, mang Okim kebetulan sedang bersama beberapa Arkeolog dan mendengarkan diskusi mereka. Mereka bilang bahwa penentuan umur yang demikian nothing to do with archeology or paleo-culture . Lain halnya kalau semen tersebut bertautan dengan objek arkeologi yang sudah confirmed. Ketika mang Okim berkunjung ke Gunung Padang 3 hari lalu, semen purba tersebut sempat mang Okim amati bersama Prof. Sutikno Bronto dan Ir. Pudjo Asmoro, keduanya ahli gunung api purba. Semen purba tersebut yang tersingkap di tebing undak antara teras 1 dan teras 2 diduga kuat sebagai hasil pelapukan batuan andesit dimana terlihat adanya perlapisan semu yang di bagian tengahnya ada lapisan tipis karbon hitam sub-horizontal . Fenomena semacam ini sangat umum terlihat di singkapan batuan yang mengalami proces leaching. Nah, kalau contoh semen purba ini didating, tentu saja bermanfaat, tetapi tidak untuk arkeologi melainkan untuk geologi - - - ta' iya !!! Dari contoh sederhana di atas apalagi dengan dating yang nyampe 23.000 tahun, seharusnya Dr. Ali Akbar memberikan sinyal kepada Tim Mandiri bahwa seperti diakui oleh arkeolog di seluruh dunia, umur segitu adalah masanya manusia homo-erectus yang baru mampu bikin alat batu sederhana. Di Situs Gua Pawon saja yang tengkoraknya ketemu dan rentang umurnya sekitar 5.000 - 10.000 tahun yang lalu, keahlian manusia prasejarah kita terbatas pada membuat stone tools dan
Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
nuhn , baktos ka Neng Ai si Abah From: Sujatmiko m...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Saturday, May 4, 2013 12:31 PM Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Abah Yanto, Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu, pencetus pertamanya adalah Yasasan Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika mereka presentasi di kantor Wagub Jabar dimana mang Okim spesial diundang. Disanalah mang Okim lihat video yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta tentang hasil interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga Seta ( asalnya dari bisikan ghoib ). Semoga jelas Abah, Wassalam, Mang Okim From:Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] Sent: 04 Mei 2013 12:11 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Mang Okim Apakah untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ? Kalau baca UU cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI. Tapi memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena prinsip yang dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik Negara. Saya sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe). Salam manis dari sweet seventy si Abah From:Sujatmiko m...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Cc: MGEI economicgeol...@yahoogroups.com Sent: Saturday, May 4, 2013 10:10 AM Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Rekan-rekan IAGI yang budiman, Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- . Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut dan juga di Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya puluhan tahun, di antaranya ada yang doktor dan bahkan profesor. Berkat para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan stone tools alias artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh Bagawan Atlantis Oppenheimer yang ketika berkunjung ke Pak SBY tahun lalu atas undangan Stafsus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana berpesan : Untuk mengetahui kejayaan manusia pra-sejarah di Indonesia, telitilah stone tools, jangan piramida di perut gunung, karena hal itu tidak mudah ! Believe it or not, koleksi artefak mang Okim yang umumnya dari periode Paleolitik sudah nyampe puluhan ribu batu, dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Jenis batunya beragam, demikian juga tipologinya. Dari hasil buka-buka internet dan baca-baca buku arkeologi, mang Okim menjadi yakin bahwa manusia prasejarah Indonesia memang lebih maju dari rekan-rekannya di negara lain. Semen purba berumur 23.000 tahun Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa mereka menemukan semen perekat kolom andesit berumur 13.000 - 23.000 tahun, mang Okim kebetulan sedang bersama beberapa Arkeolog dan mendengarkan diskusi mereka. Mereka bilang bahwa penentuan umur yang demikian nothing to do with archeology or paleo-culture . Lain halnya kalau semen tersebut bertautan dengan objek arkeologi yang sudah confirmed. Ketika mang Okim berkunjung ke Gunung Padang 3 hari lalu, semen purba tersebut sempat mang Okim amati bersama Prof. Sutikno Bronto dan Ir. Pudjo Asmoro, keduanya ahli gunung api purba. Semen purba tersebut yang tersingkap di tebing undak antara teras 1 dan teras 2 diduga kuat sebagai hasil pelapukan batuan andesit dimana terlihat adanya perlapisan semu yang di bagian tengahnya ada lapisan tipis karbon hitam sub-horizontal . Fenomena semacam ini sangat umum terlihat di singkapan batuan yang mengalami proces leaching. Nah, kalau contoh semen purba ini didating, tentu saja bermanfaat, tetapi tidak untuk arkeologi melainkan untuk geologi - - - ta' iya !!! Dari contoh sederhana di atas apalagi dengan dating yang nyampe 23.000 tahun, seharusnya Dr. Ali Akbar memberikan sinyal kepada Tim Mandiri bahwa seperti diakui oleh arkeolog di seluruh dunia, umur segitu adalah masanya