Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-08 Terurut Topik abachtiar
Kartiko, saya tdk menyatakan MICRO-MAGNETIC sdh dilakukan di Gn Padang. Yg saya 
tuliskan: Magnetic Survey sudah dilakukan awal 2012.

ADB
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com
Date: Wed, 8 May 2013 11:03:35 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Pak Danny

Apakah hasil 3Dnya boleh dishare di millist ini ? atau masih confidential ?

Mas Andang yang menyampaikan bahwa sudah dilakukan micro magnetic juga
di gunung Padang, sedang yang belum dilakukan adalah micro gravity.

Salam

Kartiko

On 5/8/13, danny.hil...@gmail.com danny.hil...@gmail.com wrote:
 Lintasan Geolistrik untuk Bukit G Padang sudah banyak. Sudah 3D.
 Kalau lintasan yg khusus dibuat dgn resolusi sangat tinggi (spacing 1m) di
 sekitar lokasi penggalian ada 5 lintasan. 3 lines Barat - Timur (termasuk yg
 dipampang di artikel Viva News) dan 2 line Utara - Selatan (crossline).
 Semua lines konsisten satu sama lain. Tidak hanya satu model sebetulnya, ada
 dua macam best-fit model (utk setiap lintasan) dgn tingkat akurasi yg sama
 tingginya (RMS ~5%). Tidak ada yg di Clip.  Tidak dilakukan survey micro
 magnetic.  Yg dilakukan survey GPR. Hasil GPR dan Geolistrik konsisten.
 Demikian Pak.


 Danny Hilman Natawidjaja
 LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
 Geoteknologi - LIPI

 -Original Message-
 From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Wed, 8 May 2013 07:59:30
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 Pak Danny

 Tulisan di vivanews, untuk lintasan resistivity apakah memang hanya
 ada 1 lintasan ? mungkin kalau ada 3/4 lintasan inline crossline bisa
 lebih memberikan gambaran bentuk high resistivity yang dianggap
 sebagai struktur bawah permukaannya.

 Selain itu hasil resistivity di bagian bawah tepat di bawah daerah
 yang dianggap sebagai struktur banguan di bawah permukaan seperti di
 clip, apakah masih rahasia atau memang ada masalah teknis ?

 Bagaimana dengan overlay micro magnetic dengan resistivitynya apakah
 ada koherensi interpretasi dan saling mengkonfirmasi ?

 Salam

 Kartiko

 On 5/7/13, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com wrote:
 Salam IAGI,

 Bagi yang serius ingin mengerti salah satu topik perdebatan Gunung
 Padang,
 dan juga untuk rekan-rekan yang ingin melihat susunan batu kolom
 'ber-semen'
 yang dihebohkan itu. Ini dia foto-foto dan uraiannya.





 P1090031_adj_sm.jpg



 Foto 1. Batu kolom (columnar joint) disusun horisontal berarah
 barat-timur
 yang tersingkap di dinding antara teras satu dan dua.  Menurut kami
 dinding
 batu-batu kolom disusun rapih bak 'batu bata' umurnya lebih tua dari
 situs
 Gunung Padang yang bergaya menhir-menhir yang didirikan diatasnya.
 Dengan
 kata lain yang membuat dua gaya menyusun batu ini dari dua generasi yang
 berbeda.  Situs Gunung Padang bergaya menhir ( lebih muda) memang produk
 budaya sederhana (hanya menyusun ulang dari yang sudah ada) - baik Tim
 Petisi 34 (ARKENAS) ataupun Tim mandiri tidak ada perbedaan pendapat,
 tapi
 yang disusun rapih di bawahnya adalah hasil budaya tinggi.  Perhatikan
 bahwa
 ada 'material bukan tanah' diantara kolom-kolom batu tersebut.



 Lutfi_Kotakgali2005_AI.jpg

 Foto 2  Adalah Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras satu
 memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat
 di
 dinding (horisontal dan berarah barat-timur).  Dua-duanya memperlihatkan
 ada
 lapisan material yang membungkus atau yang berada diantara batu-batu
 kolom
 tersebut.  Balai Arkeologi/ARKENAS/Tim Petisi 34 menganggap susunan batu
 kolom yang berada kurang dari satu meter di bawah permukaan ini sebagai
 SUMBER BATUAN ALAMIAH (INSITU) yang ditambang untuk membuat situs
 batu-batu
 menhir di atasnya, dan menyebut material diantara batu kolom tersebut
 sebagai 'Kerak Lempung'.  Tim Mandiri Terpadu berpendapat bahwa susunan
 batu
 kolom yang terlihat di dinding ataupun di bawah tanah ini TIDAK DALAM
 POSISI
 INSITU (NON-ALAMIAH) melainkan sudah disusun sangat rapih oleh manusia.
 Alasan utamanya karena kami tahu lapisan batuan di bawah situs ini
 HORISONTAL/sejajar permukaan, artinya batu-batu kolom ini SEJAJAR
 LAPISAN.
 Batu-batu kolom ini hanya bisa disebut masih dalam posisi alamiah
 (insitu)
 jika dan hanya jika merupakan INTRUSI VERTIKAL (baca tautan makalah yang
 dikirim oleh Sdr Rozak).  Faktanya TIDAK ADA INTRUSI VERTIKAL di sini
 (dari
 data geolistrik dan georadar).  Tim Mandiri menyebut 'kerak lempung'nya
 Balai Arkeologi tersebut sebagai 'semen purba'.  Selanjutnya, Perhatikan
 bahwa di kotak gali terlihat bahwa antara susunan batu ber-semen dan
 situs
 menhir di atasnya dipisahkan oleh lapisan tanah.  Jadi GAP WAKTU-nya
 terlihat jelas diwakili oleh lapisan tanah berbongkah batu tersebut.
 Sedangkan pada dinding antara Teras 1 dan 2 (Foto 1) gap

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-08 Terurut Topik yustinus yuwono
Rekan Razi,

Di Oman kan surganya ofiolit, ada kekar kolom gak di pillow basalt atau di
dyke diabasnya?

YSY


2013/5/8 abacht...@cbn.net.id

 Kartiko, saya tdk menyatakan MICRO-MAGNETIC sdh dilakukan di Gn Padang. Yg
 saya tuliskan: Magnetic Survey sudah dilakukan awal 2012.

 ADB
 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com
 Date: Wed, 8 May 2013 11:03:35
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 Pak Danny

 Apakah hasil 3Dnya boleh dishare di millist ini ? atau masih confidential ?

 Mas Andang yang menyampaikan bahwa sudah dilakukan micro magnetic juga
 di gunung Padang, sedang yang belum dilakukan adalah micro gravity.

 Salam

 Kartiko

 On 5/8/13, danny.hil...@gmail.com danny.hil...@gmail.com wrote:
  Lintasan Geolistrik untuk Bukit G Padang sudah banyak. Sudah 3D.
  Kalau lintasan yg khusus dibuat dgn resolusi sangat tinggi (spacing 1m)
 di
  sekitar lokasi penggalian ada 5 lintasan. 3 lines Barat - Timur
 (termasuk yg
  dipampang di artikel Viva News) dan 2 line Utara - Selatan (crossline).
  Semua lines konsisten satu sama lain. Tidak hanya satu model sebetulnya,
 ada
  dua macam best-fit model (utk setiap lintasan) dgn tingkat akurasi yg
 sama
  tingginya (RMS ~5%). Tidak ada yg di Clip.  Tidak dilakukan survey micro
  magnetic.  Yg dilakukan survey GPR. Hasil GPR dan Geolistrik konsisten.
  Demikian Pak.
 
 
  Danny Hilman Natawidjaja
  LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
  Geoteknologi - LIPI
 
  -Original Message-
  From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com
  Sender: iagi-net@iagi.or.id
  Date: Wed, 8 May 2013 07:59:30
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
  Pak Danny
 
  Tulisan di vivanews, untuk lintasan resistivity apakah memang hanya
  ada 1 lintasan ? mungkin kalau ada 3/4 lintasan inline crossline bisa
  lebih memberikan gambaran bentuk high resistivity yang dianggap
  sebagai struktur bawah permukaannya.
 
  Selain itu hasil resistivity di bagian bawah tepat di bawah daerah
  yang dianggap sebagai struktur banguan di bawah permukaan seperti di
  clip, apakah masih rahasia atau memang ada masalah teknis ?
 
  Bagaimana dengan overlay micro magnetic dengan resistivitynya apakah
  ada koherensi interpretasi dan saling mengkonfirmasi ?
 
  Salam
 
  Kartiko
 
  On 5/7/13, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com wrote:
  Salam IAGI,
 
  Bagi yang serius ingin mengerti salah satu topik perdebatan Gunung
  Padang,
  dan juga untuk rekan-rekan yang ingin melihat susunan batu kolom
  'ber-semen'
  yang dihebohkan itu. Ini dia foto-foto dan uraiannya.
 
 
 
 
 
  P1090031_adj_sm.jpg
 
 
 
  Foto 1. Batu kolom (columnar joint) disusun horisontal berarah
  barat-timur
  yang tersingkap di dinding antara teras satu dan dua.  Menurut kami
  dinding
  batu-batu kolom disusun rapih bak 'batu bata' umurnya lebih tua dari
  situs
  Gunung Padang yang bergaya menhir-menhir yang didirikan diatasnya.
  Dengan
  kata lain yang membuat dua gaya menyusun batu ini dari dua generasi yang
  berbeda.  Situs Gunung Padang bergaya menhir ( lebih muda) memang produk
  budaya sederhana (hanya menyusun ulang dari yang sudah ada) - baik Tim
  Petisi 34 (ARKENAS) ataupun Tim mandiri tidak ada perbedaan pendapat,
  tapi
  yang disusun rapih di bawahnya adalah hasil budaya tinggi.  Perhatikan
  bahwa
  ada 'material bukan tanah' diantara kolom-kolom batu tersebut.
 
 
 
  Lutfi_Kotakgali2005_AI.jpg
 
  Foto 2  Adalah Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras satu
  memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat
  di
  dinding (horisontal dan berarah barat-timur).  Dua-duanya memperlihatkan
  ada
  lapisan material yang membungkus atau yang berada diantara batu-batu
  kolom
  tersebut.  Balai Arkeologi/ARKENAS/Tim Petisi 34 menganggap susunan batu
  kolom yang berada kurang dari satu meter di bawah permukaan ini sebagai
  SUMBER BATUAN ALAMIAH (INSITU) yang ditambang untuk membuat situs
  batu-batu
  menhir di atasnya, dan menyebut material diantara batu kolom tersebut
  sebagai 'Kerak Lempung'.  Tim Mandiri Terpadu berpendapat bahwa susunan
  batu
  kolom yang terlihat di dinding ataupun di bawah tanah ini TIDAK DALAM
  POSISI
  INSITU (NON-ALAMIAH) melainkan sudah disusun sangat rapih oleh manusia.
  Alasan utamanya karena kami tahu lapisan batuan di bawah situs ini
  HORISONTAL/sejajar permukaan, artinya batu-batu kolom ini SEJAJAR
  LAPISAN.
  Batu-batu kolom ini hanya bisa disebut masih dalam posisi alamiah
  (insitu)
  jika dan hanya jika merupakan INTRUSI VERTIKAL (baca tautan makalah yang
  dikirim oleh Sdr Rozak).  Faktanya TIDAK ADA INTRUSI VERTIKAL di sini
  (dari
  data geolistrik dan georadar).  Tim Mandiri menyebut 'kerak lempung'nya
  Balai Arkeologi tersebut sebagai 'semen purba'.  Selanjutnya, Perhatikan
  bahwa

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-08 Terurut Topik Muhammad Razi
Betul pak, sampai-sampai kota muscat berada dibawah Moho hehehe
Di oman saya belum pernah liat kekar kolom pak, sheeted-dykes banyak kekar
karena pendinginan tapi bentuknya gak kayak kolom
Pillow basalt di sekitar muscat ataupun yg spektakuler di area sohar juga
gak ada kekar kolomnya pak.

Area terdekat yg saya liat langsung columnar joint cenozoic di Yemen,
dideket sana'a

salam
Razi


2013/5/8 yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com

 Rekan Razi,

 Di Oman kan surganya ofiolit, ada kekar kolom gak di pillow basalt atau di
 dyke diabasnya?

 YSY


 2013/5/8 abacht...@cbn.net.id

 Kartiko, saya tdk menyatakan MICRO-MAGNETIC sdh dilakukan di Gn Padang. Yg
 saya tuliskan: Magnetic Survey sudah dilakukan awal 2012.

 ADB
 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com
 Date: Wed, 8 May 2013 11:03:35
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 Pak Danny

 Apakah hasil 3Dnya boleh dishare di millist ini ? atau masih confidential
 ?

 Mas Andang yang menyampaikan bahwa sudah dilakukan micro magnetic juga
 di gunung Padang, sedang yang belum dilakukan adalah micro gravity.

 Salam

 Kartiko

 On 5/8/13, danny.hil...@gmail.com danny.hil...@gmail.com wrote:
  Lintasan Geolistrik untuk Bukit G Padang sudah banyak. Sudah 3D.
  Kalau lintasan yg khusus dibuat dgn resolusi sangat tinggi (spacing 1m)
 di
  sekitar lokasi penggalian ada 5 lintasan. 3 lines Barat - Timur
 (termasuk yg
  dipampang di artikel Viva News) dan 2 line Utara - Selatan (crossline).
  Semua lines konsisten satu sama lain. Tidak hanya satu model
 sebetulnya, ada
  dua macam best-fit model (utk setiap lintasan) dgn tingkat akurasi yg
 sama
  tingginya (RMS ~5%). Tidak ada yg di Clip.  Tidak dilakukan survey micro
  magnetic.  Yg dilakukan survey GPR. Hasil GPR dan Geolistrik konsisten.
  Demikian Pak.
 
 
  Danny Hilman Natawidjaja
  LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
  Geoteknologi - LIPI
 
  -Original Message-
  From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com
  Sender: iagi-net@iagi.or.id
  Date: Wed, 8 May 2013 07:59:30
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
  Pak Danny
 
  Tulisan di vivanews, untuk lintasan resistivity apakah memang hanya
  ada 1 lintasan ? mungkin kalau ada 3/4 lintasan inline crossline bisa
  lebih memberikan gambaran bentuk high resistivity yang dianggap
  sebagai struktur bawah permukaannya.
 
  Selain itu hasil resistivity di bagian bawah tepat di bawah daerah
  yang dianggap sebagai struktur banguan di bawah permukaan seperti di
  clip, apakah masih rahasia atau memang ada masalah teknis ?
 
  Bagaimana dengan overlay micro magnetic dengan resistivitynya apakah
  ada koherensi interpretasi dan saling mengkonfirmasi ?
 
  Salam
 
  Kartiko
 
  On 5/7/13, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com wrote:
  Salam IAGI,
 
  Bagi yang serius ingin mengerti salah satu topik perdebatan Gunung
  Padang,
  dan juga untuk rekan-rekan yang ingin melihat susunan batu kolom
  'ber-semen'
  yang dihebohkan itu. Ini dia foto-foto dan uraiannya.
 
 
 
 
 
  P1090031_adj_sm.jpg
 
 
 
  Foto 1. Batu kolom (columnar joint) disusun horisontal berarah
  barat-timur
  yang tersingkap di dinding antara teras satu dan dua.  Menurut kami
  dinding
  batu-batu kolom disusun rapih bak 'batu bata' umurnya lebih tua dari
  situs
  Gunung Padang yang bergaya menhir-menhir yang didirikan diatasnya.
  Dengan
  kata lain yang membuat dua gaya menyusun batu ini dari dua generasi
 yang
  berbeda.  Situs Gunung Padang bergaya menhir ( lebih muda) memang
 produk
  budaya sederhana (hanya menyusun ulang dari yang sudah ada) - baik Tim
  Petisi 34 (ARKENAS) ataupun Tim mandiri tidak ada perbedaan pendapat,
  tapi
  yang disusun rapih di bawahnya adalah hasil budaya tinggi.  Perhatikan
  bahwa
  ada 'material bukan tanah' diantara kolom-kolom batu tersebut.
 
 
 
  Lutfi_Kotakgali2005_AI.jpg
 
  Foto 2  Adalah Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras satu
  memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat
  di
  dinding (horisontal dan berarah barat-timur).  Dua-duanya
 memperlihatkan
  ada
  lapisan material yang membungkus atau yang berada diantara batu-batu
  kolom
  tersebut.  Balai Arkeologi/ARKENAS/Tim Petisi 34 menganggap susunan
 batu
  kolom yang berada kurang dari satu meter di bawah permukaan ini sebagai
  SUMBER BATUAN ALAMIAH (INSITU) yang ditambang untuk membuat situs
  batu-batu
  menhir di atasnya, dan menyebut material diantara batu kolom tersebut
  sebagai 'Kerak Lempung'.  Tim Mandiri Terpadu berpendapat bahwa susunan
  batu
  kolom yang terlihat di dinding ataupun di bawah tanah ini TIDAK DALAM
  POSISI
  INSITU (NON-ALAMIAH) melainkan sudah disusun sangat rapih oleh manusia.
  Alasan utamanya karena kami tahu lapisan batuan di bawah situs ini

RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-07 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Ah Abah mah mani ujug2.  Likewise buat rekan-rekan semua.   Peneliti juga
manusia J  Ada aksi ada reaksi.

Hatur nuhun atas wejangannya.   Insya Allah

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Yanto R.
Sumantri
Sent: 07 Mei 2013 13:25
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

DR. Danny Hilman ysh 

 

Saya menghargai usaha Anda untuk membuktikan sesuatu yang menurut Anda dan
kawan kawan adalah suatu yang benar dan akan bermanfaat bagi bangsa dan
Negara.an berkorban untuk itu.

 

Saya hanya ingatkan agar  Anda harus dapat  membalas kritik kepada Anda atau
hipotesa yang Anda yakini dengan TETAP berpegang kepada ETIKA seorang
ILMUWAN.Apalagi dalam ruang publik.

Semoga dapat direnungkan . Terima kasih.

 

yanto r sumantri / si Abah

Anggota Dewan Penasehat IAGI 

 

  _  

From: yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com
To: iagi-net iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, May 5, 2013 12:29 AM
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Dr. Danny Hilman yang baik dan budiman,

Saya marah karena anda bilang asbun! Apakah anda tidak pernah diajar sopan
santun? Tolong baca baik2 komentar saya itu seluruhnya, bagian mana yang
asbun? Ini milis terbuka dibaca ribuan orang lho.

Mengenai kolomnar joint yang anda pake kartu truf itu kebetulan ada rekan
yang send salah satu contoh singkapan bagus sekali, tolong perhatikan
arahnya, ada yang vertikal, ada yang horizontal, bahkan saya pernah lihat
ada yang berbentuk kipas, sangat kompleks.

Salam hormat,

Yatno (yang bergelar baru doktor geologi asbun).

 

2013/5/5 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com

Pak Yatno, daripada asbun dan komentar hal-hal yang bapak sendiri kurang
paham mendingan bantuin Mang Okim untuk bedain susunan kolom andesit yang
alamiah atau bukan.  Atau sekalian ikut meneliti semen Gunung Padang itu
dengan keahlian bapak.  Itu baru mantap.

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus
yuwono
Sent: 05 Mei 2013 0:12
To: iagi-net


Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Mang Okim yth,

 

Jadi apakah memang betul pijakan hipotesa kemungkinan adanya bangunan
canggih di bawah G Padang itu didasarkan atas dugaan paranormal (ghoib)?
Wah..wah..wah (gk ada komentar lanjut).

 

Sharing I : Kalo menggunakan paranormal gitu, meskipun saya yang doktor
geologi dengan desertasi petrologi volkanik purba ini, masih bisa mentolerir
bila menggunakan jasa paranormal misalnya kalo menyangkut keselamatan nyawa
manusia (misal mencari orang hilang dsb nya). Tapi kalo untuk tujuan mencari
endapan mineral, ataupun esplorasi geologi lainnya, dibayar berapapun saya
tidak akan mau nglakoni, karena saya menganggap pelecehan terhadap
geoscience. Malu sama profesor yang membimbing saya, malu sama almamater
tempat saya mendapat gelar, malu sama kaidah science itu sendiri (meskipun
mungkin berhasil?).

 

Sharing II : Seingat saya, ajaran dari Prof Sukendar Alm: di bidang geologi,
ada banyak tool untuk mendapatkan data (geologi) salah satunya adalah metoda
geofisik. Jadi (menurut beliau, dan saya juga percaya) geofisik adalah tool.
Namanya saja tool, jadi hasil geofisik adalah basic data, bukan final result
untuk membuat sintesa geologi. Yang lebih berkompeten untuk membuat sintesa-
nya adalah geologist bukan geophysisist. Dalam hal G Padang geologist yang
paling berkompeten untuk membuat sintesa nya adalah geologist bidang
gunungapi karena materi yang dipelajari adalah produk volkanik (karena tidak
semua geologist mengenal dengan baik karakter volcanic products, apalagi
geophysisist). Bisa saja seorang geophysisist belajar geologi tetapi yaitu,
pasti pengetahuan dasar geologinya sangat tidak memadai dibanding geologist
yang sehari- hari menggeluti ilmu geologi itu sendiri. Bukan melecehkan
teman2 geophysisist wong nyatanya kebanyakan mereka rata2 makmur secara
finansial karena sering dapat proyek yg nilainya em -em an dan mereka rata2
pandai-pandai. Tetapi saya ingin mendudukkan profesi masing2 secara
proporsional. 

 

Sekedar sharing malam Minggu.

Salam,

Yatno

 

2013/5/4 bandon...@gmail.com

Naa siapa mas yang penasihat turangga seta?

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _  

From: Sujatmiko m...@cbn.net.id 

Sender: iagi-net@iagi.or.id 

Date: Sat, 4 May 2013 12:31:59 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Abah Yanto,

 

Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu, pencetus pertamanya adalah Yasasan
Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika mereka presentasi di kantor Wagub
Jabar dimana mang Okim spesial diundang. Disanalah mang Okim lihat video
yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta tentang hasil
interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga Seta (
asalnya dari  bisikan ghoib ).  Semoga jelas Abah,

 

Wassalam,

 

Mang Okim

 

From: Yanto R

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-07 Terurut Topik adie
Bapak2,

Sudah banyak argumen dari para Geologist yang pro, kontra maupun netral... 
Berikut link beberapa tulisan mengenai Gunung Padang dari portal Majalah 
National Geographic Indonesia yang nara sumbernya Arkeolog.. Mungkin ada yg 
bahasanya sedikit berbeda...

http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/01/situs-megalitikum-gunung-padang-dirusak

http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/01/konstruksi-gunung-padang-dirancang-arsitek-purba-ulung

http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/05/pelajaran-gunung-padang-dan-etika-penelitian

http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/05/mengulik-fakta-sejati-gunung-padang

http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/05/ketua-tim-mandiri-gunung-padang-bukan-piramida

http://m.nationalgeographic.co.id/berita/2012/03/pusat-arkeologi-nasional-tak-ada-piramida-dan-peradaban-atlantis-di-nusantara

Selamat membaca...

Regards,
Adie
3602

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Mon, 6 May 2013 23:24:42 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

DR. Danny Hilman ysh 

Saya menghargai usaha Anda untuk membuktikan sesuatu yang menurut Anda dan 
kawan kawan adalah suatu yang benar dan akan bermanfaat bagi bangsa dan 
Negara.an berkorban untuk itu.

Saya hanya ingatkan agar  Anda harus dapat  membalas kritik kepada Anda atau 
hipotesa yang Anda yakini dengan TETAP berpegang kepada ETIKA seorang 
ILMUWAN.Apalagi dalam ruang publik.
Semoga dapat direnungkan . Terima kasih.


yanto r sumantri / si Abah
Anggota Dewan Penasehat IAGI 



 From: yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com
To: iagi-net iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, May 5, 2013 12:29 AM
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 


Dr. Danny Hilman yang baik dan budiman,
Saya marah karena anda bilang asbun! Apakah anda tidak pernah diajar sopan 
santun? Tolong baca baik2 komentar saya itu seluruhnya, bagian mana yang asbun? 
Ini milis terbuka dibaca ribuan orang lho.
Mengenai kolomnar joint yang anda pake kartu truf itu kebetulan ada rekan yang 
send salah satu contoh singkapan bagus sekali, tolong perhatikan arahnya, ada 
yang vertikal, ada yang horizontal, bahkan saya pernah lihat ada yang berbentuk 
kipas, sangat kompleks.
Salam hormat,
Yatno (yang bergelar baru doktor geologi asbun).



2013/5/5 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com

Pak Yatno, daripada asbun dan komentar hal-hal yang bapak sendiri kurang paham 
mendingan bantuin Mang Okim untuk bedain susunan kolom andesit yang alamiah 
atau bukan.  Atau sekalian ikut meneliti semen Gunung Padang itu dengan 
keahlian bapak.  Itu baru mantap.
 
From:iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus 
yuwono
Sent: 05 Mei 2013 0:12
To: iagi-net

Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 
Mang Okim yth,
 
Jadi apakah memang betul pijakan hipotesa kemungkinan adanya bangunan canggih 
di bawah G Padang itu didasarkan atas dugaan paranormal (ghoib)? Wah..wah..wah 
(gk ada komentar lanjut).
 
Sharing I : Kalo menggunakan paranormal gitu, meskipun saya yang doktor 
geologi dengan desertasi petrologi volkanik purba ini, masih bisa mentolerir 
bila menggunakan jasa paranormal misalnya kalo menyangkut keselamatan nyawa 
manusia (misal mencari orang hilang dsb nya). Tapi kalo untuk tujuan mencari 
endapan mineral, ataupun esplorasi geologi lainnya, dibayar berapapun saya 
tidak akan mau nglakoni, karena saya menganggap pelecehan terhadap geoscience. 
Malu sama profesor yang membimbing saya, malu sama almamater tempat saya 
mendapat gelar, malu sama kaidah science itu sendiri (meskipun mungkin 
berhasil?).
 
Sharing II : Seingat saya, ajaran dari Prof Sukendar Alm: di bidang geologi, 
ada banyak tool untuk mendapatkan data (geologi) salah satunya adalah metoda 
geofisik. Jadi (menurut beliau, dan saya juga percaya) geofisik adalah tool. 
Namanya saja tool, jadi hasil geofisik adalah basic data, bukan final result 
untuk membuat sintesa geologi. Yang lebih berkompeten untuk membuat sintesa- 
nya adalah geologist bukan geophysisist. Dalam hal G Padang geologist yang 
paling berkompeten untuk membuat sintesa nya adalah geologist bidang gunungapi 
karena materi yang dipelajari adalah produk volkanik (karena tidak semua 
geologist mengenal dengan baik karakter volcanic products, apalagi 
geophysisist). Bisa saja seorang geophysisist belajar geologi tetapi yaitu, 
pasti pengetahuan dasar geologinya sangat tidak memadai dibanding geologist 
yang sehari- hari menggeluti ilmu geologi itu sendiri. Bukan melecehkan teman2 
geophysisist wong nyatanya kebanyakan mereka rata2 makmur
 secara finansial karena sering dapat proyek yg nilainya em -em an dan mereka 
rata2 pandai-pandai. Tetapi saya ingin mendudukkan profesi masing2

Re: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-07 Terurut Topik yustinus yuwono
Ha...ha.. kirain masih sendirian aja Danny.
Sebetulnya pengin juga hadir di presentasi, tapi ya maklum dah mulai turun
kondisi fisik nya. Nanti aja kalo pas di Bandung dan lagi enak badan pasti
saya usahakan hadir. Bahkan sebetulnya pengin liat dengan mata kepala
sendiri kaya apa sih G Padang itu? Kemarin waktu ngasih kursus Applied
Petrology di Horison Bandung kan ikut nganter field trip ke G Papandayan
yang sekarang lagi ngadat, wah pulang2 masuk angin, diatas kedinginan dan
hujan lagi.
Salam,
Yatno



2013/5/7 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com

 Iya nih Pak.  Kapan dong bisa berpartisipasi kalau kami presentasi,  Hari
 Sabtu kemarin kami kan presentasi juga di acara FGMI.  Pak Yatno absen
 juga.  Status saya tidak sendirian pak, sudah menikah dan punya anak.
 Alhamdulillah.

 ** **

 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of 
 *yustinus
 yuwono
 *Sent:* 07 Mei 2013 1:56
 *To:* iagi-net

 *Subject:* Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS
 GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 ** **

 Ha...haa...

 Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang
 juga skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg
 ya, saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik
 yang ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya?

 YSY

 ** **

 On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.com wrote:

 Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah
 Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk
 kecewa. Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok.

 Kamana wae euy?

 Danny Hilman Natawidjaja
 LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
 Geoteknologi - LIPI
 --

 *From: *Ben Sapiie bsap...@geodin.net 

 *Sender: *iagi-net@iagi.or.id 

 *Date: *Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700

 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id

 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id 

 *Subject: *Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS
 GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 ** **

 Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan
 penelitian Gunung Padang.  Menyimak diskusinya sudah sangat menarik
 walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg
 pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang
 baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan
 ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya
 utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan
 memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif.
 

 ** **

 Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak
 contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk
 sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal
 yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000  sdh sangat maju.
 Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti..

 ** **

 DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science
 seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga
 harus demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan
 hasil team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang
 mengatut teori expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic.
  Sejarah memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau
 hipotesa bisa sangat panjang  Atau tidak berakhir..

 ** **

 Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang
 sekarang kelihatannya akan tertunda..

 ** **

 Salam,

 ** **

 Ben Sapiie

 ** **

 ** **

 ** **

 ** **

 ** **

 ** **

 ** **

 ** **


 Send from my iPad 


 On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
 wrote:

 http://en.wikipedia.org/wiki/Human

 ** **

 sekedar memperlancar diskusi,  ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur
  hamo sapiens.

 ** **

 saya cut dan paste sedikit juga

 ** **

 *Humans* (*Homo sapiens*) are primateshttp://en.wikipedia.org/wiki/Primate 
 of
 the family Hominidae http://en.wikipedia.org/wiki/Hominidae, and the
 only extant http://en.wiktionary.org/wiki/extant species of the genus *
 Homo 
 http://en.wikipedia.org/wiki/Homo*.[2]http://en.wikipedia.org/wiki/Human#cite_note-2
 [3] http://en.wikipedia.org/wiki/Human#cite_note-3 Humans are
 characterized by having a largehttp://en.wikipedia.org/wiki/Encephalization
  brain http://en.wikipedia.org/wiki/Human_brain relative to body size,
 with a particularly well developed 
 neocortexhttp://en.wikipedia.org/wiki/Neocortex
 , prefrontal cortex http://en.wikipedia.org/wiki/Prefrontal_cortex and 
 temporal
 lobes http://en.wikipedia.org/wiki/Temporal_lobe, making them capable
 of abstract reasoning http

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-07 Terurut Topik kartiko samodro
 lebih lanjut lagi dari DR. Ali Akbar dapat di baca di link di
 bawah:

 http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/01/konstruksi-gunung-pada
 ng-dirancang-arsitek-purba-ulung



 Semoga bermanfaat.



 DHN (Koord. Tim Mandiri Terpadu)





 From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
 a...@geologist.com
 Sent: 07 Mei 2013 17:37
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG



 Bapak2,

 Sudah banyak argumen dari para Geologist yang pro, kontra maupun netral...
 Berikut link beberapa tulisan mengenai Gunung Padang dari portal Majalah
 National Geographic Indonesia yang nara sumbernya Arkeolog.. Mungkin ada yg
 bahasanya sedikit berbeda...

 http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/01/situs-megalitikum-gunu
 ng-padang-dirusak

 http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/01/konstruksi-gunung-pada
 ng-dirancang-arsitek-purba-ulung

 http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/05/pelajaran-gunung-padan
 g-dan-etika-penelitian

 http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/05/mengulik-fakta-sejati-
 gunung-padang

 http://nationalgeographic.co.id/mobile/berita/2013/05/ketua-tim-mandiri-gunu
 ng-padang-bukan-piramida

 http://m.nationalgeographic.co.id/berita/2012/03/pusat-arkeologi-nasional-ta
 k-ada-piramida-dan-peradaban-atlantis-di-nusantara

 Selamat membaca...

 Regards,
 Adie
 3602

 Powered by Telkomsel BlackBerryR

   _

 From: Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com

 Sender: iagi-net@iagi.or.id

 Date: Mon, 6 May 2013 23:24:42 -0700 (PDT)

 To: iagi-net@iagi.or.id mailto:iagi-net@iagi.or.id%3ciagi-...@iagi.or.id
 iagi-net@iagi.or.id

 ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id

 Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG



 DR. Danny Hilman ysh



 Saya menghargai usaha Anda untuk membuktikan sesuatu yang menurut Anda dan
 kawan kawan adalah suatu yang benar dan akan bermanfaat bagi bangsa dan
 Negara.an berkorban untuk itu.



 Saya hanya ingatkan agar  Anda harus dapat  membalas kritik kepada Anda
 atau
 hipotesa yang Anda yakini dengan TETAP berpegang kepada ETIKA seorang
 ILMUWAN.Apalagi dalam ruang publik.

 Semoga dapat direnungkan . Terima kasih.



 yanto r sumantri / si Abah

 Anggota Dewan Penasehat IAGI



   _

 From: yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com
 To: iagi-net iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Sunday, May 5, 2013 12:29 AM
 Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG



 Dr. Danny Hilman yang baik dan budiman,

 Saya marah karena anda bilang asbun! Apakah anda tidak pernah diajar sopan
 santun? Tolong baca baik2 komentar saya itu seluruhnya, bagian mana yang
 asbun? Ini milis terbuka dibaca ribuan orang lho.

 Mengenai kolomnar joint yang anda pake kartu truf itu kebetulan ada rekan
 yang send salah satu contoh singkapan bagus sekali, tolong perhatikan
 arahnya, ada yang vertikal, ada yang horizontal, bahkan saya pernah lihat
 ada yang berbentuk kipas, sangat kompleks.

 Salam hormat,

 Yatno (yang bergelar baru doktor geologi asbun).



 2013/5/5 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com

 Pak Yatno, daripada asbun dan komentar hal-hal yang bapak sendiri kurang
 paham mendingan bantuin Mang Okim untuk bedain susunan kolom andesit yang
 alamiah atau bukan.  Atau sekalian ikut meneliti semen Gunung Padang itu
 dengan keahlian bapak.  Itu baru mantap.



 From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
 yustinus
 yuwono
 Sent: 05 Mei 2013 0:12
 To: iagi-net


 Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG



 Mang Okim yth,



 Jadi apakah memang betul pijakan hipotesa kemungkinan adanya bangunan
 canggih di bawah G Padang itu didasarkan atas dugaan paranormal (ghoib)?
 Wah..wah..wah (gk ada komentar lanjut).



 Sharing I : Kalo menggunakan paranormal gitu, meskipun saya yang doktor
 geologi dengan desertasi petrologi volkanik purba ini, masih bisa
 mentolerir
 bila menggunakan jasa paranormal misalnya kalo menyangkut keselamatan nyawa
 manusia (misal mencari orang hilang dsb nya). Tapi kalo untuk tujuan
 mencari
 endapan mineral, ataupun esplorasi geologi lainnya, dibayar berapapun saya
 tidak akan mau nglakoni, karena saya menganggap pelecehan terhadap
 geoscience. Malu sama profesor yang membimbing saya, malu sama almamater
 tempat saya mendapat gelar, malu sama kaidah science itu sendiri (meskipun
 mungkin berhasil?).



 Sharing II : Seingat saya, ajaran dari Prof Sukendar Alm: di bidang
 geologi,
 ada banyak tool untuk mendapatkan data (geologi) salah satunya adalah
 metoda
 geofisik. Jadi (menurut beliau, dan saya juga percaya) geofisik adalah
 tool.
 Namanya saja tool, jadi hasil geofisik adalah basic data, bukan final
 result
 untuk membuat sintesa geologi. Yang lebih berkompeten untuk membuat
 sintesa-
 nya adalah geologist bukan geophysisist. Dalam hal G Padang geologist yang
 paling berkompeten untuk membuat sintesa nya adalah geologist bidang
 gunungapi karena materi yang

Re: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-07 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
mAS yATNO

tUA MANA SIH NDA SAMA SAYA HEHEHE

SI aBAH



 From: yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com
To: iagi-net iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Tuesday, May 7, 2013 8:44 PM
Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG 
PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 


Ha...ha.. kirain masih sendirian aja Danny.
Sebetulnya pengin juga hadir di presentasi, tapi ya maklum dah mulai turun 
kondisi fisik nya. Nanti aja kalo pas di Bandung dan lagi enak badan pasti saya 
usahakan hadir. Bahkan sebetulnya pengin liat dengan mata kepala sendiri kaya 
apa sih G Padang itu? Kemarin waktu ngasih kursus Applied Petrology di Horison 
Bandung kan ikut nganter field trip ke G Papandayan yang sekarang lagi ngadat, 
wah pulang2 masuk angin, diatas kedinginan dan hujan lagi.
Salam,
Yatno




2013/5/7 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com

Iya nih Pak.  Kapan dong bisa berpartisipasi kalau kami presentasi,  Hari Sabtu 
kemarin kami kan presentasi juga di acara FGMI.  Pak Yatno absen juga.  Status 
saya tidak sendirian pak, sudah menikah dan punya anak.  Alhamdulillah.
 
From:iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus 
yuwono
Sent: 07 Mei 2013 1:56
To: iagi-net

Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG 
PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 
Ha...haa...
Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang juga 
skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg ya, 
saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik yang 
ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya?
YSY
 
On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.com wrote:
Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah
Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk kecewa. 
Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok.

Kamana wae euy?
Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI



From: Ben Sapiie bsap...@geodin.net 
Sender: iagi-net@iagi.or.id 
Date: Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 
Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG 
PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 
Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan 
penelitian Gunung Padang.  Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun 
akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling 
tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda 
maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi 
membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi 
ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda 
yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. 
 
Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh 
dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample 
yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang 
menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000  sdh sangat maju. Terus 
terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti..
 
DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti 
yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus 
demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan hasil 
team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang mengatut 
teori expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic.  Sejarah 
memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau hipotesa bisa 
sangat panjang  Atau tidak berakhir..
 
Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang sekarang 
kelihatannya akan tertunda..
 
Salam,
 
Ben Sapiie
 
 
 
 
 
 
 
 

Send from my iPad 

On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote:
http://en.wikipedia.org/wiki/Human
 
sekedar memperlancar diskusi,  ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur  
hamo sapiens.
 
saya cut dan paste sedikit juga
 
Humans (Homo sapiens) are primates of the family Hominidae, and the only 
extant species of the genus Homo.[2][3] Humans are characterized by having a 
large brain relative to body size, with a particularly well developed 
neocortex, prefrontal cortex and temporal lobes, making them capable of 
abstract reasoning, language, introspection, problem solving and culture 
through social learning. This mental capability, combined with an adaptation 
to bipedal locomotion that frees the hands for manipulating objects, has 
allowed humans to make far greater use of tools than any other species. 
Humans are the only extant species known to build firesand cook their food, 
as well as the only known species to clothe themselves and create and use 
numerous other technologies

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-07 Terurut Topik danny . hilman
Lintasan Geolistrik untuk Bukit G Padang sudah banyak. Sudah 3D.
Kalau lintasan yg khusus dibuat dgn resolusi sangat tinggi (spacing 1m) di 
sekitar lokasi penggalian ada 5 lintasan. 3 lines Barat - Timur (termasuk yg 
dipampang di artikel Viva News) dan 2 line Utara - Selatan (crossline).  Semua 
lines konsisten satu sama lain. Tidak hanya satu model sebetulnya, ada dua 
macam best-fit model (utk setiap lintasan) dgn tingkat akurasi yg sama 
tingginya (RMS ~5%). Tidak ada yg di Clip.  Tidak dilakukan survey micro 
magnetic.  Yg dilakukan survey GPR. Hasil GPR dan Geolistrik konsisten.
Demikian Pak.


Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-Original Message-
From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Wed, 8 May 2013 07:59:30 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Pak Danny

Tulisan di vivanews, untuk lintasan resistivity apakah memang hanya
ada 1 lintasan ? mungkin kalau ada 3/4 lintasan inline crossline bisa
lebih memberikan gambaran bentuk high resistivity yang dianggap
sebagai struktur bawah permukaannya.

Selain itu hasil resistivity di bagian bawah tepat di bawah daerah
yang dianggap sebagai struktur banguan di bawah permukaan seperti di
clip, apakah masih rahasia atau memang ada masalah teknis ?

Bagaimana dengan overlay micro magnetic dengan resistivitynya apakah
ada koherensi interpretasi dan saling mengkonfirmasi ?

Salam

Kartiko

On 5/7/13, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com wrote:
 Salam IAGI,

 Bagi yang serius ingin mengerti salah satu topik perdebatan Gunung Padang,
 dan juga untuk rekan-rekan yang ingin melihat susunan batu kolom
 'ber-semen'
 yang dihebohkan itu. Ini dia foto-foto dan uraiannya.





 P1090031_adj_sm.jpg



 Foto 1. Batu kolom (columnar joint) disusun horisontal berarah barat-timur
 yang tersingkap di dinding antara teras satu dan dua.  Menurut kami dinding
 batu-batu kolom disusun rapih bak 'batu bata' umurnya lebih tua dari situs
 Gunung Padang yang bergaya menhir-menhir yang didirikan diatasnya.  Dengan
 kata lain yang membuat dua gaya menyusun batu ini dari dua generasi yang
 berbeda.  Situs Gunung Padang bergaya menhir ( lebih muda) memang produk
 budaya sederhana (hanya menyusun ulang dari yang sudah ada) - baik Tim
 Petisi 34 (ARKENAS) ataupun Tim mandiri tidak ada perbedaan pendapat, tapi
 yang disusun rapih di bawahnya adalah hasil budaya tinggi.  Perhatikan
 bahwa
 ada 'material bukan tanah' diantara kolom-kolom batu tersebut.



 Lutfi_Kotakgali2005_AI.jpg

 Foto 2  Adalah Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras satu
 memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat di
 dinding (horisontal dan berarah barat-timur).  Dua-duanya memperlihatkan
 ada
 lapisan material yang membungkus atau yang berada diantara batu-batu kolom
 tersebut.  Balai Arkeologi/ARKENAS/Tim Petisi 34 menganggap susunan batu
 kolom yang berada kurang dari satu meter di bawah permukaan ini sebagai
 SUMBER BATUAN ALAMIAH (INSITU) yang ditambang untuk membuat situs batu-batu
 menhir di atasnya, dan menyebut material diantara batu kolom tersebut
 sebagai 'Kerak Lempung'.  Tim Mandiri Terpadu berpendapat bahwa susunan
 batu
 kolom yang terlihat di dinding ataupun di bawah tanah ini TIDAK DALAM
 POSISI
 INSITU (NON-ALAMIAH) melainkan sudah disusun sangat rapih oleh manusia.
 Alasan utamanya karena kami tahu lapisan batuan di bawah situs ini
 HORISONTAL/sejajar permukaan, artinya batu-batu kolom ini SEJAJAR LAPISAN.
 Batu-batu kolom ini hanya bisa disebut masih dalam posisi alamiah (insitu)
 jika dan hanya jika merupakan INTRUSI VERTIKAL (baca tautan makalah yang
 dikirim oleh Sdr Rozak).  Faktanya TIDAK ADA INTRUSI VERTIKAL di sini
 (dari
 data geolistrik dan georadar).  Tim Mandiri menyebut 'kerak lempung'nya
 Balai Arkeologi tersebut sebagai 'semen purba'.  Selanjutnya, Perhatikan
 bahwa di kotak gali terlihat bahwa antara susunan batu ber-semen dan situs
 menhir di atasnya dipisahkan oleh lapisan tanah.  Jadi GAP WAKTU-nya
 terlihat jelas diwakili oleh lapisan tanah berbongkah batu tersebut.
 Sedangkan pada dinding antara Teras 1 dan 2 (Foto 1) gap waktu ini tidak
 terlihat karena tidak ada lapisan tanah yang memisahkannya (mirip 'hiatus'
 dalam geologi).





 KOtakGali-AbeMAr2013.jpg



 Foto 3. Kotak Gali Tim Arkeologi UI - DR. Ali Akbar di lereng timur
 memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat
 pada
 Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras 1 (Foto 2) dan di dinding
 teras (Foto 1). Arah batu kolomnya sama, yaitu barat-timur.  Terlihat ada
 satu batu kolom yang pecah yang disusun dan direkatkan kembali oleh bahan
 'semen' tersebut.  Di kabarkan bahwa Tim ARKENAS juga menggali lokasi sama
 di lereng timur ini dan menemukan fenomena yang juga sama tapi mereka tetap
 beranggapan bahwa susunan batuan di bawah tanah ini adalah batuan sumber

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-07 Terurut Topik kartiko samodro
Pak Danny

Apakah hasil 3Dnya boleh dishare di millist ini ? atau masih confidential ?

Mas Andang yang menyampaikan bahwa sudah dilakukan micro magnetic juga
di gunung Padang, sedang yang belum dilakukan adalah micro gravity.

Salam

Kartiko

On 5/8/13, danny.hil...@gmail.com danny.hil...@gmail.com wrote:
 Lintasan Geolistrik untuk Bukit G Padang sudah banyak. Sudah 3D.
 Kalau lintasan yg khusus dibuat dgn resolusi sangat tinggi (spacing 1m) di
 sekitar lokasi penggalian ada 5 lintasan. 3 lines Barat - Timur (termasuk yg
 dipampang di artikel Viva News) dan 2 line Utara - Selatan (crossline).
 Semua lines konsisten satu sama lain. Tidak hanya satu model sebetulnya, ada
 dua macam best-fit model (utk setiap lintasan) dgn tingkat akurasi yg sama
 tingginya (RMS ~5%). Tidak ada yg di Clip.  Tidak dilakukan survey micro
 magnetic.  Yg dilakukan survey GPR. Hasil GPR dan Geolistrik konsisten.
 Demikian Pak.


 Danny Hilman Natawidjaja
 LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
 Geoteknologi - LIPI

 -Original Message-
 From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Wed, 8 May 2013 07:59:30
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 Pak Danny

 Tulisan di vivanews, untuk lintasan resistivity apakah memang hanya
 ada 1 lintasan ? mungkin kalau ada 3/4 lintasan inline crossline bisa
 lebih memberikan gambaran bentuk high resistivity yang dianggap
 sebagai struktur bawah permukaannya.

 Selain itu hasil resistivity di bagian bawah tepat di bawah daerah
 yang dianggap sebagai struktur banguan di bawah permukaan seperti di
 clip, apakah masih rahasia atau memang ada masalah teknis ?

 Bagaimana dengan overlay micro magnetic dengan resistivitynya apakah
 ada koherensi interpretasi dan saling mengkonfirmasi ?

 Salam

 Kartiko

 On 5/7/13, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com wrote:
 Salam IAGI,

 Bagi yang serius ingin mengerti salah satu topik perdebatan Gunung
 Padang,
 dan juga untuk rekan-rekan yang ingin melihat susunan batu kolom
 'ber-semen'
 yang dihebohkan itu. Ini dia foto-foto dan uraiannya.





 P1090031_adj_sm.jpg



 Foto 1. Batu kolom (columnar joint) disusun horisontal berarah
 barat-timur
 yang tersingkap di dinding antara teras satu dan dua.  Menurut kami
 dinding
 batu-batu kolom disusun rapih bak 'batu bata' umurnya lebih tua dari
 situs
 Gunung Padang yang bergaya menhir-menhir yang didirikan diatasnya.
 Dengan
 kata lain yang membuat dua gaya menyusun batu ini dari dua generasi yang
 berbeda.  Situs Gunung Padang bergaya menhir ( lebih muda) memang produk
 budaya sederhana (hanya menyusun ulang dari yang sudah ada) - baik Tim
 Petisi 34 (ARKENAS) ataupun Tim mandiri tidak ada perbedaan pendapat,
 tapi
 yang disusun rapih di bawahnya adalah hasil budaya tinggi.  Perhatikan
 bahwa
 ada 'material bukan tanah' diantara kolom-kolom batu tersebut.



 Lutfi_Kotakgali2005_AI.jpg

 Foto 2  Adalah Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras satu
 memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat
 di
 dinding (horisontal dan berarah barat-timur).  Dua-duanya memperlihatkan
 ada
 lapisan material yang membungkus atau yang berada diantara batu-batu
 kolom
 tersebut.  Balai Arkeologi/ARKENAS/Tim Petisi 34 menganggap susunan batu
 kolom yang berada kurang dari satu meter di bawah permukaan ini sebagai
 SUMBER BATUAN ALAMIAH (INSITU) yang ditambang untuk membuat situs
 batu-batu
 menhir di atasnya, dan menyebut material diantara batu kolom tersebut
 sebagai 'Kerak Lempung'.  Tim Mandiri Terpadu berpendapat bahwa susunan
 batu
 kolom yang terlihat di dinding ataupun di bawah tanah ini TIDAK DALAM
 POSISI
 INSITU (NON-ALAMIAH) melainkan sudah disusun sangat rapih oleh manusia.
 Alasan utamanya karena kami tahu lapisan batuan di bawah situs ini
 HORISONTAL/sejajar permukaan, artinya batu-batu kolom ini SEJAJAR
 LAPISAN.
 Batu-batu kolom ini hanya bisa disebut masih dalam posisi alamiah
 (insitu)
 jika dan hanya jika merupakan INTRUSI VERTIKAL (baca tautan makalah yang
 dikirim oleh Sdr Rozak).  Faktanya TIDAK ADA INTRUSI VERTIKAL di sini
 (dari
 data geolistrik dan georadar).  Tim Mandiri menyebut 'kerak lempung'nya
 Balai Arkeologi tersebut sebagai 'semen purba'.  Selanjutnya, Perhatikan
 bahwa di kotak gali terlihat bahwa antara susunan batu ber-semen dan
 situs
 menhir di atasnya dipisahkan oleh lapisan tanah.  Jadi GAP WAKTU-nya
 terlihat jelas diwakili oleh lapisan tanah berbongkah batu tersebut.
 Sedangkan pada dinding antara Teras 1 dan 2 (Foto 1) gap waktu ini tidak
 terlihat karena tidak ada lapisan tanah yang memisahkannya (mirip
 'hiatus'
 dalam geologi).





 KOtakGali-AbeMAr2013.jpg



 Foto 3. Kotak Gali Tim Arkeologi UI - DR. Ali Akbar di lereng timur
 memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat
 pada
 Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras 1 (Foto 2) dan di dinding
 teras (Foto 1). Arah batu kolomnya

Re: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-07 Terurut Topik bandono . s
Setua saya ya tua abah pak.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Tue, 7 May 2013 19:06:54 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG  
PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
mAS yATNO

tUA MANA SIH NDA SAMA SAYA HEHEHE

SI aBAH



 From: yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com
To: iagi-net iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Tuesday, May 7, 2013 8:44 PM
Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG 
PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 


Ha...ha.. kirain masih sendirian aja Danny.
Sebetulnya pengin juga hadir di presentasi, tapi ya maklum dah mulai turun 
kondisi fisik nya. Nanti aja kalo pas di Bandung dan lagi enak badan pasti saya 
usahakan hadir. Bahkan sebetulnya pengin liat dengan mata kepala sendiri kaya 
apa sih G Padang itu? Kemarin waktu ngasih kursus Applied Petrology di Horison 
Bandung kan ikut nganter field trip ke G Papandayan yang sekarang lagi ngadat, 
wah pulang2 masuk angin, diatas kedinginan dan hujan lagi.
Salam,
Yatno




2013/5/7 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com

Iya nih Pak.  Kapan dong bisa berpartisipasi kalau kami presentasi,  Hari Sabtu 
kemarin kami kan presentasi juga di acara FGMI.  Pak Yatno absen juga.  Status 
saya tidak sendirian pak, sudah menikah dan punya anak.  Alhamdulillah.
 
From:iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus 
yuwono
Sent: 07 Mei 2013 1:56
To: iagi-net

Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG 
PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 
Ha...haa...
Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang juga 
skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg ya, 
saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik yang 
ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya?
YSY
 
On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.com wrote:
Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah
Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk kecewa. 
Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok.

Kamana wae euy?
Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI



From: Ben Sapiie bsap...@geodin.net 
Sender: iagi-net@iagi.or.id 
Date: Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 
Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG 
PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 
Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan 
penelitian Gunung Padang.  Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun 
akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling 
tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda 
maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi 
membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi 
ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda 
yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. 
 
Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh 
dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample 
yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang 
menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000  sdh sangat maju. Terus 
terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti..
 
DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti 
yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus 
demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan hasil 
team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang mengatut 
teori expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic.  Sejarah 
memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau hipotesa bisa 
sangat panjang  Atau tidak berakhir..
 
Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang sekarang 
kelihatannya akan tertunda..
 
Salam,
 
Ben Sapiie
 
 
 
 
 
 
 
 

Send from my iPad 

On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote:
http://en.wikipedia.org/wiki/Human
 
sekedar memperlancar diskusi,  ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur  
hamo sapiens.
 
saya cut dan paste sedikit juga
 
Humans (Homo sapiens) are primates of the family Hominidae, and the only 
extant species of the genus Homo.[2][3] Humans are characterized by having a 
large brain relative to body size, with a particularly well developed 
neocortex, prefrontal cortex and temporal lobes, making them capable of 
abstract reasoning, language, introspection, problem solving and culture 
through social learning. This mental

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-07 Terurut Topik danny . hilman
Utk data lebih lengkap tidak di Milist Public ini pak. Kalau di ruang seminar 
sih sudah sering di-share.  Secara bertahap akan dipublish ke publik pak.  
Karena analisisnya juga masih terus, bertahap juga.  Survey magnetic hanya 
dilakukan di atas situs tidak di luar pagar di lereng timur ini.

Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-Original Message-
From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Wed, 8 May 2013 11:03:35 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Pak Danny

Apakah hasil 3Dnya boleh dishare di millist ini ? atau masih confidential ?

Mas Andang yang menyampaikan bahwa sudah dilakukan micro magnetic juga
di gunung Padang, sedang yang belum dilakukan adalah micro gravity.

Salam

Kartiko

On 5/8/13, danny.hil...@gmail.com danny.hil...@gmail.com wrote:
 Lintasan Geolistrik untuk Bukit G Padang sudah banyak. Sudah 3D.
 Kalau lintasan yg khusus dibuat dgn resolusi sangat tinggi (spacing 1m) di
 sekitar lokasi penggalian ada 5 lintasan. 3 lines Barat - Timur (termasuk yg
 dipampang di artikel Viva News) dan 2 line Utara - Selatan (crossline).
 Semua lines konsisten satu sama lain. Tidak hanya satu model sebetulnya, ada
 dua macam best-fit model (utk setiap lintasan) dgn tingkat akurasi yg sama
 tingginya (RMS ~5%). Tidak ada yg di Clip.  Tidak dilakukan survey micro
 magnetic.  Yg dilakukan survey GPR. Hasil GPR dan Geolistrik konsisten.
 Demikian Pak.


 Danny Hilman Natawidjaja
 LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
 Geoteknologi - LIPI

 -Original Message-
 From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Wed, 8 May 2013 07:59:30
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 Pak Danny

 Tulisan di vivanews, untuk lintasan resistivity apakah memang hanya
 ada 1 lintasan ? mungkin kalau ada 3/4 lintasan inline crossline bisa
 lebih memberikan gambaran bentuk high resistivity yang dianggap
 sebagai struktur bawah permukaannya.

 Selain itu hasil resistivity di bagian bawah tepat di bawah daerah
 yang dianggap sebagai struktur banguan di bawah permukaan seperti di
 clip, apakah masih rahasia atau memang ada masalah teknis ?

 Bagaimana dengan overlay micro magnetic dengan resistivitynya apakah
 ada koherensi interpretasi dan saling mengkonfirmasi ?

 Salam

 Kartiko

 On 5/7/13, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com wrote:
 Salam IAGI,

 Bagi yang serius ingin mengerti salah satu topik perdebatan Gunung
 Padang,
 dan juga untuk rekan-rekan yang ingin melihat susunan batu kolom
 'ber-semen'
 yang dihebohkan itu. Ini dia foto-foto dan uraiannya.





 P1090031_adj_sm.jpg



 Foto 1. Batu kolom (columnar joint) disusun horisontal berarah
 barat-timur
 yang tersingkap di dinding antara teras satu dan dua.  Menurut kami
 dinding
 batu-batu kolom disusun rapih bak 'batu bata' umurnya lebih tua dari
 situs
 Gunung Padang yang bergaya menhir-menhir yang didirikan diatasnya.
 Dengan
 kata lain yang membuat dua gaya menyusun batu ini dari dua generasi yang
 berbeda.  Situs Gunung Padang bergaya menhir ( lebih muda) memang produk
 budaya sederhana (hanya menyusun ulang dari yang sudah ada) - baik Tim
 Petisi 34 (ARKENAS) ataupun Tim mandiri tidak ada perbedaan pendapat,
 tapi
 yang disusun rapih di bawahnya adalah hasil budaya tinggi.  Perhatikan
 bahwa
 ada 'material bukan tanah' diantara kolom-kolom batu tersebut.



 Lutfi_Kotakgali2005_AI.jpg

 Foto 2  Adalah Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras satu
 memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat
 di
 dinding (horisontal dan berarah barat-timur).  Dua-duanya memperlihatkan
 ada
 lapisan material yang membungkus atau yang berada diantara batu-batu
 kolom
 tersebut.  Balai Arkeologi/ARKENAS/Tim Petisi 34 menganggap susunan batu
 kolom yang berada kurang dari satu meter di bawah permukaan ini sebagai
 SUMBER BATUAN ALAMIAH (INSITU) yang ditambang untuk membuat situs
 batu-batu
 menhir di atasnya, dan menyebut material diantara batu kolom tersebut
 sebagai 'Kerak Lempung'.  Tim Mandiri Terpadu berpendapat bahwa susunan
 batu
 kolom yang terlihat di dinding ataupun di bawah tanah ini TIDAK DALAM
 POSISI
 INSITU (NON-ALAMIAH) melainkan sudah disusun sangat rapih oleh manusia.
 Alasan utamanya karena kami tahu lapisan batuan di bawah situs ini
 HORISONTAL/sejajar permukaan, artinya batu-batu kolom ini SEJAJAR
 LAPISAN.
 Batu-batu kolom ini hanya bisa disebut masih dalam posisi alamiah
 (insitu)
 jika dan hanya jika merupakan INTRUSI VERTIKAL (baca tautan makalah yang
 dikirim oleh Sdr Rozak).  Faktanya TIDAK ADA INTRUSI VERTIKAL di sini
 (dari
 data geolistrik dan georadar).  Tim Mandiri menyebut 'kerak lempung'nya
 Balai Arkeologi tersebut sebagai 'semen purba'.  Selanjutnya, Perhatikan
 bahwa di kotak gali terlihat bahwa

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-07 Terurut Topik yustinus yuwono
RDP yang baik,

Ya,kita2 ini baru ngomong doang, saya sendiri sebetulnya uingiiin.. sekali
ke lap G Padang yang sedang jadi primadona sorotan banyak kalangan ini. Krn
kendala menjaga kesehatan fisik aja sehingga belum kesampaian. Saya
berpikir klo masih aktif mo ngirim mhs ke sana utk tugas akhir surface
mapping detail sehingga ada data geologi permukaan yang up to date sehingga
ada pijakan yang lebih baik untuk interpretasi subsurface nya, mungkin juga
dapat membantu siapa saja yang concern. Wah banyak maunya tapi ya itu tadi
kendala fisik. Sementara ya hanya  bisa ngomong doang berdasar pengalaman
dan profesional opinion yang saya miliki.
Salam,
YSY


2013/5/8 danny.hil...@gmail.com

 Lintasan Geolistrik untuk Bukit G Padang sudah banyak. Sudah 3D.
 Kalau lintasan yg khusus dibuat dgn resolusi sangat tinggi (spacing 1m) di
 sekitar lokasi penggalian ada 5 lintasan. 3 lines Barat - Timur (termasuk
 yg dipampang di artikel Viva News) dan 2 line Utara - Selatan (crossline).
  Semua lines konsisten satu sama lain. Tidak hanya satu model sebetulnya,
 ada dua macam best-fit model (utk setiap lintasan) dgn tingkat akurasi yg
 sama tingginya (RMS ~5%). Tidak ada yg di Clip.  Tidak dilakukan survey
 micro magnetic.  Yg dilakukan survey GPR. Hasil GPR dan Geolistrik
 konsisten.
 Demikian Pak.


 Danny Hilman Natawidjaja
 LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
 Geoteknologi - LIPI

 -Original Message-
 From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Wed, 8 May 2013 07:59:30
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 Pak Danny

 Tulisan di vivanews, untuk lintasan resistivity apakah memang hanya
 ada 1 lintasan ? mungkin kalau ada 3/4 lintasan inline crossline bisa
 lebih memberikan gambaran bentuk high resistivity yang dianggap
 sebagai struktur bawah permukaannya.

 Selain itu hasil resistivity di bagian bawah tepat di bawah daerah
 yang dianggap sebagai struktur banguan di bawah permukaan seperti di
 clip, apakah masih rahasia atau memang ada masalah teknis ?

 Bagaimana dengan overlay micro magnetic dengan resistivitynya apakah
 ada koherensi interpretasi dan saling mengkonfirmasi ?

 Salam

 Kartiko

 On 5/7/13, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com wrote:
  Salam IAGI,
 
  Bagi yang serius ingin mengerti salah satu topik perdebatan Gunung
 Padang,
  dan juga untuk rekan-rekan yang ingin melihat susunan batu kolom
  'ber-semen'
  yang dihebohkan itu. Ini dia foto-foto dan uraiannya.
 
 
 
 
 
  P1090031_adj_sm.jpg
 
 
 
  Foto 1. Batu kolom (columnar joint) disusun horisontal berarah
 barat-timur
  yang tersingkap di dinding antara teras satu dan dua.  Menurut kami
 dinding
  batu-batu kolom disusun rapih bak 'batu bata' umurnya lebih tua dari
 situs
  Gunung Padang yang bergaya menhir-menhir yang didirikan diatasnya.
  Dengan
  kata lain yang membuat dua gaya menyusun batu ini dari dua generasi yang
  berbeda.  Situs Gunung Padang bergaya menhir ( lebih muda) memang produk
  budaya sederhana (hanya menyusun ulang dari yang sudah ada) - baik Tim
  Petisi 34 (ARKENAS) ataupun Tim mandiri tidak ada perbedaan pendapat,
 tapi
  yang disusun rapih di bawahnya adalah hasil budaya tinggi.  Perhatikan
  bahwa
  ada 'material bukan tanah' diantara kolom-kolom batu tersebut.
 
 
 
  Lutfi_Kotakgali2005_AI.jpg
 
  Foto 2  Adalah Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras satu
  memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat
 di
  dinding (horisontal dan berarah barat-timur).  Dua-duanya memperlihatkan
  ada
  lapisan material yang membungkus atau yang berada diantara batu-batu
 kolom
  tersebut.  Balai Arkeologi/ARKENAS/Tim Petisi 34 menganggap susunan batu
  kolom yang berada kurang dari satu meter di bawah permukaan ini sebagai
  SUMBER BATUAN ALAMIAH (INSITU) yang ditambang untuk membuat situs
 batu-batu
  menhir di atasnya, dan menyebut material diantara batu kolom tersebut
  sebagai 'Kerak Lempung'.  Tim Mandiri Terpadu berpendapat bahwa susunan
  batu
  kolom yang terlihat di dinding ataupun di bawah tanah ini TIDAK DALAM
  POSISI
  INSITU (NON-ALAMIAH) melainkan sudah disusun sangat rapih oleh manusia.
  Alasan utamanya karena kami tahu lapisan batuan di bawah situs ini
  HORISONTAL/sejajar permukaan, artinya batu-batu kolom ini SEJAJAR
 LAPISAN.
  Batu-batu kolom ini hanya bisa disebut masih dalam posisi alamiah
 (insitu)
  jika dan hanya jika merupakan INTRUSI VERTIKAL (baca tautan makalah yang
  dikirim oleh Sdr Rozak).  Faktanya TIDAK ADA INTRUSI VERTIKAL di sini
  (dari
  data geolistrik dan georadar).  Tim Mandiri menyebut 'kerak lempung'nya
  Balai Arkeologi tersebut sebagai 'semen purba'.  Selanjutnya, Perhatikan
  bahwa di kotak gali terlihat bahwa antara susunan batu ber-semen dan
 situs
  menhir di atasnya dipisahkan oleh lapisan tanah.  Jadi GAP WAKTU-nya
  terlihat jelas diwakili oleh lapisan tanah berbongkah batu tersebut.
  Sedangkan

Re: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-07 Terurut Topik yustinus yuwono
Kang Yanto,

Mungkin umur kita gk beda jauh ya, saya lahir 9-2-1947, jadi jalan umur 67
lah, klo misalkan anda lebih tua tapi lebih dikaruniai kesehatan yang lebih
baik dari saya, mungkin karena gizi nya lebih baik wong dulunya di
Pertamina he...he...
Salam,
Oemar Bakrie


2013/5/8 bandon...@gmail.com

 Setua saya ya tua abah pak.
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: * Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com
 *Sender: * iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Tue, 7 May 2013 19:06:54 -0700 (PDT)
 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS
 GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 mAS yATNO

 tUA MANA SIH NDA SAMA SAYA HEHEHE

 SI aBAH

   --
  *From:* yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com
 *To:* iagi-net iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Tuesday, May 7, 2013 8:44 PM
 *Subject:* Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS
 GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 Ha...ha.. kirain masih sendirian aja Danny.
 Sebetulnya pengin juga hadir di presentasi, tapi ya maklum dah mulai turun
 kondisi fisik nya. Nanti aja kalo pas di Bandung dan lagi enak badan pasti
 saya usahakan hadir. Bahkan sebetulnya pengin liat dengan mata kepala
 sendiri kaya apa sih G Padang itu? Kemarin waktu ngasih kursus Applied
 Petrology di Horison Bandung kan ikut nganter field trip ke G Papandayan
 yang sekarang lagi ngadat, wah pulang2 masuk angin, diatas kedinginan dan
 hujan lagi.
 Salam,
 Yatno



 2013/5/7 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com

 Iya nih Pak.  Kapan dong bisa berpartisipasi kalau kami presentasi,  Hari
 Sabtu kemarin kami kan presentasi juga di acara FGMI.  Pak Yatno absen
 juga.  Status saya tidak sendirian pak, sudah menikah dan punya anak.
 Alhamdulillah.
 ** **
 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of 
 *yustinus
 yuwono
 *Sent:* 07 Mei 2013 1:56
 *To:* iagi-net

 *Subject:* Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS
 GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 ** **
 Ha...haa...
 Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang
 juga skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg
 ya, saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik
 yang ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya?
 YSY
 ** **
 On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.com wrote:
 Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah
 Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk
 kecewa. Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok.

 Kamana wae euy?
 Danny Hilman Natawidjaja
 LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
 Geoteknologi - LIPI
 --
 *From: *Ben Sapiie bsap...@geodin.net 
 *Sender: *iagi-net@iagi.or.id 
 *Date: *Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700
 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id 
 *Subject: *Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS
 GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 ** **
 Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan
 penelitian Gunung Padang.  Menyimak diskusinya sudah sangat menarik
 walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg
 pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang
 baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan
 ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya
 utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan
 memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif.
 
 ** **
 Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak
 contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk
 sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal
 yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000  sdh sangat maju.
 Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti..
 ** **
 DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science
 seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga
 harus demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan
 hasil team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang
 mengatut teori expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic.
  Sejarah memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau
 hipotesa bisa sangat panjang  Atau tidak berakhir..
 ** **
 Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang
 sekarang kelihatannya akan tertunda..
 ** **
 Salam,
 ** **
 Ben Sapiie
 ** **
 ** **
 ** **
 ** **
 ** **
 ** **
 ** **
 ** **

 Send from my iPad 

 On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar

Re: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-07 Terurut Topik bandono . s
Yat, soal kesehatan kalao kepala tidak kena musibah, dipukul, jatuh (hehe masak 
kapalanya jatuh) atau kebentur sangat keras, dan baik2 jaga makan rasanya yaa 
dengan makanan sederhana saja cukuplah.
Hehehe kakek2 kita dulu umurnya cukup panjang bahkan lebih dari 80 karena makan 
nya tidak neko neko. 
Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Wed, 8 May 2013 11:23:58 
To: iagi-netiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG
 PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Kang Yanto,

Mungkin umur kita gk beda jauh ya, saya lahir 9-2-1947, jadi jalan umur 67
lah, klo misalkan anda lebih tua tapi lebih dikaruniai kesehatan yang lebih
baik dari saya, mungkin karena gizi nya lebih baik wong dulunya di
Pertamina he...he...
Salam,
Oemar Bakrie


2013/5/8 bandon...@gmail.com

 Setua saya ya tua abah pak.
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: * Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com
 *Sender: * iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Tue, 7 May 2013 19:06:54 -0700 (PDT)
 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS
 GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 mAS yATNO

 tUA MANA SIH NDA SAMA SAYA HEHEHE

 SI aBAH

   --
  *From:* yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com
 *To:* iagi-net iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Tuesday, May 7, 2013 8:44 PM
 *Subject:* Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS
 GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 Ha...ha.. kirain masih sendirian aja Danny.
 Sebetulnya pengin juga hadir di presentasi, tapi ya maklum dah mulai turun
 kondisi fisik nya. Nanti aja kalo pas di Bandung dan lagi enak badan pasti
 saya usahakan hadir. Bahkan sebetulnya pengin liat dengan mata kepala
 sendiri kaya apa sih G Padang itu? Kemarin waktu ngasih kursus Applied
 Petrology di Horison Bandung kan ikut nganter field trip ke G Papandayan
 yang sekarang lagi ngadat, wah pulang2 masuk angin, diatas kedinginan dan
 hujan lagi.
 Salam,
 Yatno



 2013/5/7 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com

 Iya nih Pak.  Kapan dong bisa berpartisipasi kalau kami presentasi,  Hari
 Sabtu kemarin kami kan presentasi juga di acara FGMI.  Pak Yatno absen
 juga.  Status saya tidak sendirian pak, sudah menikah dan punya anak.
 Alhamdulillah.
 ** **
 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of 
 *yustinus
 yuwono
 *Sent:* 07 Mei 2013 1:56
 *To:* iagi-net

 *Subject:* Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS
 GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 ** **
 Ha...haa...
 Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang
 juga skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg
 ya, saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik
 yang ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya?
 YSY
 ** **
 On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.com wrote:
 Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah
 Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk
 kecewa. Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok.

 Kamana wae euy?
 Danny Hilman Natawidjaja
 LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
 Geoteknologi - LIPI
 --
 *From: *Ben Sapiie bsap...@geodin.net 
 *Sender: *iagi-net@iagi.or.id 
 *Date: *Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700
 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id 
 *Subject: *Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS
 GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 ** **
 Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan
 penelitian Gunung Padang.  Menyimak diskusinya sudah sangat menarik
 walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg
 pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang
 baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan
 ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya
 utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan
 memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif.
 
 ** **
 Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak
 contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk
 sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal
 yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000  sdh sangat maju.
 Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti..
 ** **
 DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science
 seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga
 harus demikian

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-07 Terurut Topik yustinus yuwono
Danny yth,

Bagus lah dah ada yang melakukan. Saya percaya Andri banyak pengalaman lap,
dulu sering diskusi dengan saya mengenai volcanic terain dan petrografi
volkanik, banyak foto2 nya termasuk singkapan kekar2 kolom yang bagus2.

Untuk Andri tolong silakan pinjam ke Iman Sudisun dia saya kasih Laporan
dan peta2 geol teknik dari Jatigede yang dulu kita kerjakan dengan
Consultan Snowy Mountain dari Australia. Petanya luar biasa detail krn
untuk design bendungan besar, untuk referensi membuat peta detail yang baik
dan informatif dengan skala besar bagus sekali kalau dicontoh. Klo gk salah
petanya skala 5.000. Sekedar info, tugas akhir S1 saya dulu di Jatigede di
bawah bimbingan Prof Sampurno th70 an.
Salam buat Andri.
Salam,
YSY


2013/5/8 danny.hil...@gmail.com

 **
 Skr ini sudah ada 1 mahasiswa S1 geologi ITB yg sedang memetakan
 geologinya (5x5 km2) dibawah bimbingan Rekan Andri Subandrio dan saya.
 Danny Hilman Natawidjaja
 LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
 Geoteknologi - LIPI
 --
 *From: * yustinus yuwono yustinus.suyatno.yuw...@gmail.com
 *Sender: * iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Wed, 8 May 2013 11:17:47 +0700
 *To: *iagi-netiagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 RDP yang baik,

 Ya,kita2 ini baru ngomong doang, saya sendiri sebetulnya uingiiin.. sekali
 ke lap G Padang yang sedang jadi primadona sorotan banyak kalangan ini. Krn
 kendala menjaga kesehatan fisik aja sehingga belum kesampaian. Saya
 berpikir klo masih aktif mo ngirim mhs ke sana utk tugas akhir surface
 mapping detail sehingga ada data geologi permukaan yang up to date sehingga
 ada pijakan yang lebih baik untuk interpretasi subsurface nya, mungkin juga
 dapat membantu siapa saja yang concern. Wah banyak maunya tapi ya itu tadi
 kendala fisik. Sementara ya hanya  bisa ngomong doang berdasar pengalaman
 dan profesional opinion yang saya miliki.
 Salam,
 YSY


 2013/5/8 danny.hil...@gmail.com

 Lintasan Geolistrik untuk Bukit G Padang sudah banyak. Sudah 3D.
 Kalau lintasan yg khusus dibuat dgn resolusi sangat tinggi (spacing 1m)
 di sekitar lokasi penggalian ada 5 lintasan. 3 lines Barat - Timur
 (termasuk yg dipampang di artikel Viva News) dan 2 line Utara - Selatan
 (crossline).  Semua lines konsisten satu sama lain. Tidak hanya satu model
 sebetulnya, ada dua macam best-fit model (utk setiap lintasan) dgn tingkat
 akurasi yg sama tingginya (RMS ~5%). Tidak ada yg di Clip.  Tidak dilakukan
 survey micro magnetic.  Yg dilakukan survey GPR. Hasil GPR dan Geolistrik
 konsisten.
 Demikian Pak.


 Danny Hilman Natawidjaja
 LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
 Geoteknologi - LIPI

 -Original Message-
 From: kartiko samodro kartiko.samo...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Wed, 8 May 2013 07:59:30
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 Pak Danny

 Tulisan di vivanews, untuk lintasan resistivity apakah memang hanya
 ada 1 lintasan ? mungkin kalau ada 3/4 lintasan inline crossline bisa
 lebih memberikan gambaran bentuk high resistivity yang dianggap
 sebagai struktur bawah permukaannya.

 Selain itu hasil resistivity di bagian bawah tepat di bawah daerah
 yang dianggap sebagai struktur banguan di bawah permukaan seperti di
 clip, apakah masih rahasia atau memang ada masalah teknis ?

 Bagaimana dengan overlay micro magnetic dengan resistivitynya apakah
 ada koherensi interpretasi dan saling mengkonfirmasi ?

 Salam

 Kartiko

 On 5/7/13, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com wrote:
  Salam IAGI,
 
  Bagi yang serius ingin mengerti salah satu topik perdebatan Gunung
 Padang,
  dan juga untuk rekan-rekan yang ingin melihat susunan batu kolom
  'ber-semen'
  yang dihebohkan itu. Ini dia foto-foto dan uraiannya.
 
 
 
 
 
  P1090031_adj_sm.jpg
 
 
 
  Foto 1. Batu kolom (columnar joint) disusun horisontal berarah
 barat-timur
  yang tersingkap di dinding antara teras satu dan dua.  Menurut kami
 dinding
  batu-batu kolom disusun rapih bak 'batu bata' umurnya lebih tua dari
 situs
  Gunung Padang yang bergaya menhir-menhir yang didirikan diatasnya.
  Dengan
  kata lain yang membuat dua gaya menyusun batu ini dari dua generasi yang
  berbeda.  Situs Gunung Padang bergaya menhir ( lebih muda) memang produk
  budaya sederhana (hanya menyusun ulang dari yang sudah ada) - baik Tim
  Petisi 34 (ARKENAS) ataupun Tim mandiri tidak ada perbedaan pendapat,
 tapi
  yang disusun rapih di bawahnya adalah hasil budaya tinggi.  Perhatikan
  bahwa
  ada 'material bukan tanah' diantara kolom-kolom batu tersebut.
 
 
 
  Lutfi_Kotakgali2005_AI.jpg
 
  Foto 2  Adalah Kotak Gali Balai Arkeologi tahun 2005 di Teras satu
  memperlihatkan susunan batu kolom yang persis sama dengan yang terlihat
 di
  dinding (horisontal dan berarah barat-timur).  Dua-duanya memperlihatkan
  ada
  lapisan material yang membungkus atau yang berada

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-06 Terurut Topik Ridwan Farid
Sedikit ikut nimbrung walaupun tanpa data.

Kalo ambil dari referensi dan cerita yang ada di kitab suci dan agama-agama
samawi.Bukannya memang dikatakan jaman lalu pun pernah ada peradaban yang
sangat modern lalu di hancurkan oleh Allah karena dosa-dosa penduduknya?

Apakah mungkin yang disebut homo sapiens itu adalah manusia pertama
generasi terakhir setelah dimusnahkannya penduduk suatu bangsa oleh Allah
tersebut?

Sedangkan yang diteliti itu memang manusia sebelum pemusnahan massal
tersebut?

Salam
Ridwan (RiFa TeA)

2013/5/6 bandon...@gmail.com

 Menarik sekali semen/perekat jaman purba yang dibuat dari lempung, unsur
 karbon dan besi. Bagi saya kalau jaman 13000 tahun lalu sdh ditemukan
 perekat batu yang bagus dan bertahan sampai sekarang; kenapa tidak kita
 coba sekarang?

  Kita tidak perlu buat pabrik besar, menghancurkan bukit kapur yang juga
 berfungsi sbg tandon air, tidak perlu impor gipsum dan gali pasir besi dan
 bukit kwarsa.

 Mohon komposisi semen yang ditemukan di gn Padang dpt dimanfaatkan bagi
 pembangunan.

 Salam.
 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: bandon...@gmail.com
 Date: Sun, 5 May 2013 06:22:26
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: bandon...@gmail.com
 Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 Semen purba berumur 23.000 tahun
 Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa
 merekamenemukan semen perekat kolom andesit  berumur 13.000 - 23.000 tahun,

 Di atas  aku copy paste dari mang okim.

 Kalau di bawah ini copy paste dari ahli geofisika TTPMG

 Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya
 tahupersis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu
 adadiantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.

 Naa silakan tanya ke ybs.

 Salam

 Powered by Telkomsel BlackBerry®




-- 
Salam,
RiFa  TeA
http://refleksirifa.blogspot.com/

-Indahnya  Nikmatnya berbagi dalam Kebaikan dan Kebenaran  (modifikasi
dari KZ)

-Salah satu tugas dalam hidup ini begitu sederhana, hanya bersabar dan
besyukur (AFF)

-Orang yang melewatkan satu hari dalam hidupnya tanpa ada suatu hak yang
ia tunaikan atau suatu fardu yang ia lakukan atau kemuliaan yang ia
wariskan atau pujian yang ia hasilkan atau kebaikan yang ia tanamkan atau
ilmu yang ia dapatkan,maka sungguh-sungguh ia telah durhaka pada harinya
dan menganiaya diri. (Dr. Yusuf Al-qardhawi)
-
YM  Gtalk :  rifa120


RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-06 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas
Andang.

Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir.  Karbon-karbon itu
diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita
menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir.

Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit.
Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini
adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka
umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit.  Kita
tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya
jutaan - puluhan juta tahun.  Nah harusnya umur pasir itu ya jutaan juga
kalau selaras.  Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun?

Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus.  Menurut
ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak).
Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras
dengan lapisan kolom andesitnya).  Pertanyaannya.  Bagaimana pasir itu bisa
menclok di dekat puncak bukit ini?  Di bawa orang dari sungai atau tempat
lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa tsunami setinggi 800 meter ke
situ (ketawa) ?  Dua-duanya sulit dipercaya bukan, tapi saya pilih yang
option pertama.  Kalau kita menganggap bahwa lapisan kolom andesit itu
bangunan, maka pasir itu interpretasinya ya bagian dari bangunan, misalnya
sengaja dimasukkan di situ untuk mengisi satu ruang/rongga sebagai material
pengawet/penyangga untuk menyimpan sesuatu.  Mungkin ada option lain.
Silahkan saja.  Intinya memilih sampel untuk melakukan karbon dating memang
harus benar-benar mempelajari konteksnya dengan sangat hati-hati.

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin
sembiring
Sent: 06 Mei 2013 10:41
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Salam,

Pak Dani, sedikit mau mempertajam tentang umur.

 

Geologi mempelajari bagaimana hasil karya Tuhan (alam). Oleh karena itu
karya Tuhan mungkin masih banyak sekali yg tidak diketahui manusia bagaimana
Tuhan menciptakannya. Jadi apabila ada sesuatu yg tidak sesuai dgn apa yg
kita biasa pahami, jangan dulu kita katakan sebagai karya manusia.

Arkeologi mempelajari bagaimana hasil karya manusia. KEBUDAYAN. Biasanya
apabila manusia tidak bisa menjelaskan suatu fenomeno itu lah dikatakan
sebagai karya Tuhan.

Untuk umur yg bapak lakukan itu, umur apa pak?
misal pasir yg ditemukan : 
Umur pasir diayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu
(lebih muda)..

Kalo geologi umur yg dimaksud adalah umur saat Tuhan (alam)
membuatnya/terbentuknya.
Tapi kalo arkeologi adalah umur pasir tersebut saat berinteraksi dgn
manusia.

Nah...bagaimana bapak tau kapan pasir tersebut berinteraksi dgn manusia,
kira-kira dari apanya pak?

Mungkin pasir tersebut diangkat dgn ember/karung, ember/karung tersebut
ditemukan dan bisa kita tau umur pembuatan ember tersebut, disitulah kita
bisa tau pasir tersebut kapan berinteraksi dgn manusia. Saat pasir tidak
berinteraksi dgn manusia, kayaknya bukan arkeologi.

 

Jadi apabila pasir tersebut tidak bisa kita buktikan bahwa pernah
berinteraksi dgn manusia, hasil karya manusia, kayaknya gak cocok masuk ke
dunia arkeologi.

 

begitu juga untuk umur semen, umur tanah urukan?

Pak Dani, mohon dishare data-data arkeologi apa yg tim miliki atau artefak
apa yg sudah ditemukan untuk mendukung penelitian ini.

Saya berharap ada bangunan besar seperti animasi Pak Ali Akbar, mirip
piramida, supaya Indonesia menjadi kiblat peradaban dunia.

Salam

benz

 

 

 

Pada 5 Mei 2013 16.24, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
menulis:

Ilmuwan itu harus 'skeptis', namun di sini sering diterjemahkan menjadi
'apatis'. Skeptis yang benar selalu berusaha memahami dengan seksama semua
tahapan dan analisa penelitian orang, terutama masalah akurasi dan
ketidakpastiannya.  Etika ilmiah yang benar adalah menanyakan dengan sopan
kepada peneliti apabila ada sesuatu yang dirasa belum clear, bukan memandang
remeh peneliti apalagi langsung mem-vonis bahwa hasil penelitiannya salah.
Sikap skeptis berarti banyak diskusi sehingga saling mengisi ilmu membuat
analisa menjadi lebih tajam.  Itulah kenapa seorang Oppenheimer ketika
ditanya tentang Sadahurip dan Gunung Padang jawabannya saya tidak tahu;
terus terang saya skeptis, tapi saya ingin sekali melihat data dan
analisanya karena apabila benar, ini hal yang sangat luarbiasa.  Jadi
skeptis bukan semangat menghina atau membuang hasil penelitian orang, itu
apatis, melainkan semangat untuk membuat hasil penelitian menjadi lebih
baik.

Keraguan akan hasil dating adalah hal yang memang seharusnya demikian,
karena sampai sekarang kamipun masih terus menganalisanya, sering diskusi
dengan teman-teman yang lebih ahli dalam hal ini.  Hasil dating Gunung
Padang sekarang yang terbaik untuk tahap ini yang bisa kami lakukan dengan

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-06 Terurut Topik bandono . s
Setau aku, sisa 2 orang di itb yang faham! Tentang delapsi, 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Irwandi Nurdin wandi...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Mon, 6 May 2013 12:52:40 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Sepertinya teori delapsi bukan saja telah ditinggalkan, namun mencari
infonya di internet pun tidak saya peroleh.
Bagi yang baru belajar geologi tentu langsung belajar dari teori lempeng
tektonik. Sehingga saya menarik juga untuk
sedikit mengetahui bagaimana teori delapsi, khususnya *Olisostrom-Delapsi*.
Bagi kebanyakan geologiwan ini merupakan
pertanyaan sederhana dan sepele. Namun kalau dilihat dari sisi sejarah
perkembangan ilmu geologi khususnya di Indonesia ini menjadi menarik. Dan
apa yang menjadi mapan saat ini akan usang dimasa yang akan datang.

Oleh karena itu kalau ada link yang menjelaskan teori tersebut mohon
dibagikan, sekedar ingin mengetahui sejarah perkembagan ilmu geologi di
Indonesia.
Maklum yang antik2 susah dapatnya kecuali dari sesepuh.

Wassalam.
Irwandi




Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-06 Terurut Topik benyamin sembiring
Salam,

Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada
situs tersebut.
Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari
peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang
di situs tersebut.
Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi.

Pak Data arkeologi nya yg mana?

Pak Dani, pertanyaan ini sederhana,
Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi?

maksud saya begini pak,
Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog)
dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara
scientifik.

Salam
benz


Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.commenulis:

 Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas
 Andang.

 Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir.  Karbon-karbon itu
 diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita
 menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir.

 Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom
 andesit.  Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom
 andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense)
 alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom
 andesit.  Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier
 yang umurnya jutaan – puluhan juta tahun.  Nah harusnya umur pasir itu ya
 jutaan juga kalau selaras.  Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun?

 Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus.  Menurut
 ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak).
 Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras
 dengan lapisan kolom andesitnya).  Pertanyaannya.  Bagaimana pasir itu bisa
 menclok di dekat puncak bukit ini?  Di bawa orang dari sungai atau tempat
 lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa tsunami setinggi 800 meter ke
 situ (ketawa) ?  Dua-duanya sulit dipercaya bukan, tapi saya pilih yang
 option pertama.  Kalau kita menganggap bahwa lapisan kolom andesit itu
 bangunan, maka pasir itu interpretasinya ya bagian dari bangunan, misalnya
 sengaja dimasukkan di situ untuk mengisi satu ruang/rongga sebagai material
 pengawet/penyangga untuk menyimpan sesuatu.  Mungkin ada option lain.
 Silahkan saja.  Intinya memilih sampel untuk melakukan karbon dating memang
 harus benar-benar mempelajari konteksnya dengan sangat hati-hati.

 ** **

 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of 
 *benyamin
 sembiring
 *Sent:* 06 Mei 2013 10:41

 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 ** **

 Salam,

 Pak Dani, sedikit mau mempertajam tentang umur.

 ** **

 Geologi mempelajari bagaimana hasil karya Tuhan (alam). Oleh karena itu
 karya Tuhan mungkin masih banyak sekali yg tidak diketahui manusia
 bagaimana Tuhan menciptakannya. Jadi apabila ada sesuatu yg tidak sesuai
 dgn apa yg kita biasa pahami, jangan dulu kita katakan sebagai karya
 manusia.

 Arkeologi mempelajari bagaimana hasil karya manusia. KEBUDAYAN. Biasanya
 apabila manusia tidak bisa menjelaskan suatu fenomeno itu lah dikatakan
 sebagai karya Tuhan.

 Untuk umur yg bapak lakukan itu, umur apa pak?
 misal pasir yg ditemukan :
 Umur pasir diayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu
 (lebih muda)..

 Kalo geologi umur yg dimaksud adalah umur saat Tuhan (alam)
 membuatnya/terbentuknya.
 Tapi kalo arkeologi adalah umur pasir tersebut saat berinteraksi dgn
 manusia.

 Nah...bagaimana bapak tau kapan pasir tersebut berinteraksi dgn manusia,
 kira-kira dari apanya pak?

 Mungkin pasir tersebut diangkat dgn ember/karung, ember/karung tersebut
 ditemukan dan bisa kita tau umur pembuatan ember tersebut, disitulah kita
 bisa tau pasir tersebut kapan berinteraksi dgn manusia. Saat pasir tidak
 berinteraksi dgn manusia, kayaknya bukan arkeologi.

 ** **

 Jadi apabila pasir tersebut tidak bisa kita buktikan bahwa pernah
 berinteraksi dgn manusia, hasil karya manusia, kayaknya gak cocok masuk ke
 dunia arkeologi.

 ** **

 begitu juga untuk umur semen, umur tanah urukan?

 Pak Dani, mohon dishare data-data arkeologi apa yg tim miliki atau artefak
 apa yg sudah ditemukan untuk mendukung penelitian ini.

 Saya berharap ada bangunan besar seperti animasi Pak Ali Akbar, mirip
 piramida, supaya Indonesia menjadi kiblat peradaban dunia.

 Salam

 benz

 ** **

 ** **

 ** **

 Pada 5 Mei 2013 16.24, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
 menulis:

 Ilmuwan itu harus 'skeptis', namun di sini sering diterjemahkan menjadi
 'apatis'. Skeptis yang benar selalu berusaha memahami dengan seksama semua
 tahapan dan analisa penelitian orang, terutama masalah akurasi dan
 ketidakpastiannya.  Etika ilmiah yang benar adalah menanyakan dengan sopan
 kepada peneliti

RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-06 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Saya tidak mengerti pertanyaannya.  Ada kerancuan beda pengertian di sini.
Coba dibaca teliti dulu uraian saya di bawah.Karbon yang didating bukan
sisa pembakaran tapi karbon alamiah dari sisa-sisa renik tumbuhan atau
hewan.  Maksud data arkeologi itu apa ya di sini?  Penelitian di Gunung
Padang tidak ditujukan untuk penelitian gempa.  

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin
sembiring
Sent: 06 Mei 2013 15:01
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Salam,

Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada
situs tersebut.

Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari
peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang
di situs tersebut.

Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. 

Pak Data arkeologi nya yg mana?

 

Pak Dani, pertanyaan ini sederhana,

Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? 

 

maksud saya begini pak,

Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog)
dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara
scientifik.

Salam
benz

 

Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
menulis:

Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas
Andang.

Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir.  Karbon-karbon itu
diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita
menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir.

Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit.
Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini
adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka
umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit.  Kita
tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya
jutaan - puluhan juta tahun.  Nah harusnya umur pasir itu ya jutaan juga
kalau selaras.  Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun?

Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus.  Menurut
ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak).
Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras
dengan lapisan kolom andesitnya).  Pertanyaannya.  Bagaimana pasir itu bisa
menclok di dekat puncak bukit ini?  Di bawa orang dari sungai atau tempat
lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa tsunami setinggi 800 meter ke
situ (ketawa) ?  Dua-duanya sulit dipercaya bukan, tapi saya pilih yang
option pertama.  Kalau kita menganggap bahwa lapisan kolom andesit itu
bangunan, maka pasir itu interpretasinya ya bagian dari bangunan, misalnya
sengaja dimasukkan di situ untuk mengisi satu ruang/rongga sebagai material
pengawet/penyangga untuk menyimpan sesuatu.  Mungkin ada option lain.
Silahkan saja.  Intinya memilih sampel untuk melakukan karbon dating memang
harus benar-benar mempelajari konteksnya dengan sangat hati-hati.

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin
sembiring
Sent: 06 Mei 2013 10:41


To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Salam,

Pak Dani, sedikit mau mempertajam tentang umur.

 

Geologi mempelajari bagaimana hasil karya Tuhan (alam). Oleh karena itu
karya Tuhan mungkin masih banyak sekali yg tidak diketahui manusia bagaimana
Tuhan menciptakannya. Jadi apabila ada sesuatu yg tidak sesuai dgn apa yg
kita biasa pahami, jangan dulu kita katakan sebagai karya manusia.

Arkeologi mempelajari bagaimana hasil karya manusia. KEBUDAYAN. Biasanya
apabila manusia tidak bisa menjelaskan suatu fenomeno itu lah dikatakan
sebagai karya Tuhan.

Untuk umur yg bapak lakukan itu, umur apa pak?
misal pasir yg ditemukan : 
Umur pasir diayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu
(lebih muda)..

Kalo geologi umur yg dimaksud adalah umur saat Tuhan (alam)
membuatnya/terbentuknya.
Tapi kalo arkeologi adalah umur pasir tersebut saat berinteraksi dgn
manusia.

Nah...bagaimana bapak tau kapan pasir tersebut berinteraksi dgn manusia,
kira-kira dari apanya pak?

Mungkin pasir tersebut diangkat dgn ember/karung, ember/karung tersebut
ditemukan dan bisa kita tau umur pembuatan ember tersebut, disitulah kita
bisa tau pasir tersebut kapan berinteraksi dgn manusia. Saat pasir tidak
berinteraksi dgn manusia, kayaknya bukan arkeologi.

 

Jadi apabila pasir tersebut tidak bisa kita buktikan bahwa pernah
berinteraksi dgn manusia, hasil karya manusia, kayaknya gak cocok masuk ke
dunia arkeologi.

 

begitu juga untuk umur semen, umur tanah urukan?

Pak Dani, mohon dishare data-data arkeologi apa yg tim miliki atau artefak
apa yg sudah ditemukan untuk mendukung penelitian ini.

Saya berharap ada bangunan besar seperti animasi Pak Ali Akbar, mirip
piramida, supaya Indonesia menjadi kiblat peradaban dunia.

Salam

benz

 

 

 

Pada 5 Mei

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-06 Terurut Topik benyamin sembiring
salam,

Pak data arkeologi itu yg saya maksud adalah artefak? Bukan kah seharusnya
artefak yg berbicara, bukan batu yang berbicara.
Arkeolog berbicara atas dasar artefak dan geolog bicara atas dasar batu.
Saya pikir kalo artefak yg berbicara masalah ini tidak akan panjang.

semoga sukses pak penggaliannya
gali terus pak supaya terungkap kebenaran bahwa Indonesia punya peradaban
yg maju

salam
benz




Pada 6 Mei 2013 15.11, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.commenulis:

 Saya tidak mengerti pertanyaannya.  Ada kerancuan beda pengertian di
 sini.  Coba dibaca teliti dulu uraian saya di bawah.Karbon yang
 didating bukan sisa pembakaran tapi karbon alamiah dari sisa-sisa renik
 tumbuhan atau hewan.  Maksud data arkeologi itu apa ya di sini?  Penelitian
 di Gunung Padang tidak ditujukan untuk penelitian gempa.  

 ** **

 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of 
 *benyamin
 sembiring
 *Sent:* 06 Mei 2013 15:01

 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 ** **

 Salam,

 Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada
 situs tersebut.

 Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari
 peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang
 di situs tersebut.

 Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. 

 Pak Data arkeologi nya yg mana?

 ** **

 Pak Dani, pertanyaan ini sederhana,

 Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? ***
 *

 ** **

 maksud saya begini pak,

 Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog)
 dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara
 scientifik.

 Salam
 benz

 ** **

 Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
 menulis:

 Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas
 Andang.

 Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir.  Karbon-karbon itu
 diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita
 menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir.

 Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom
 andesit.  Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom
 andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense)
 alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom
 andesit.  Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier
 yang umurnya jutaan – puluhan juta tahun.  Nah harusnya umur pasir itu ya
 jutaan juga kalau selaras.  Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun?

 Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus.  Menurut
 ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak).
 Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras
 dengan lapisan kolom andesitnya).  Pertanyaannya.  Bagaimana pasir itu bisa
 menclok di dekat puncak bukit ini?  Di bawa orang dari sungai atau tempat
 lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa tsunami setinggi 800 meter ke
 situ (ketawa) ?  Dua-duanya sulit dipercaya bukan, tapi saya pilih yang
 option pertama.  Kalau kita menganggap bahwa lapisan kolom andesit itu
 bangunan, maka pasir itu interpretasinya ya bagian dari bangunan, misalnya
 sengaja dimasukkan di situ untuk mengisi satu ruang/rongga sebagai material
 pengawet/penyangga untuk menyimpan sesuatu.  Mungkin ada option lain.
 Silahkan saja.  Intinya memilih sampel untuk melakukan karbon dating memang
 harus benar-benar mempelajari konteksnya dengan sangat hati-hati.

  

 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of 
 *benyamin
 sembiring
 *Sent:* 06 Mei 2013 10:41


 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

  

 Salam,

 Pak Dani, sedikit mau mempertajam tentang umur.

  

 Geologi mempelajari bagaimana hasil karya Tuhan (alam). Oleh karena itu
 karya Tuhan mungkin masih banyak sekali yg tidak diketahui manusia
 bagaimana Tuhan menciptakannya. Jadi apabila ada sesuatu yg tidak sesuai
 dgn apa yg kita biasa pahami, jangan dulu kita katakan sebagai karya
 manusia.

 Arkeologi mempelajari bagaimana hasil karya manusia. KEBUDAYAN. Biasanya
 apabila manusia tidak bisa menjelaskan suatu fenomeno itu lah dikatakan
 sebagai karya Tuhan.

 Untuk umur yg bapak lakukan itu, umur apa pak?
 misal pasir yg ditemukan :
 Umur pasir diayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu
 (lebih muda)..

 Kalo geologi umur yg dimaksud adalah umur saat Tuhan (alam)
 membuatnya/terbentuknya.
 Tapi kalo arkeologi adalah umur pasir tersebut saat berinteraksi dgn
 manusia.

 Nah...bagaimana bapak tau kapan pasir tersebut berinteraksi dgn manusia,
 kira-kira dari apanya pak?

 Mungkin pasir tersebut diangkat dgn ember/karung

RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-06 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
'Artefak' atau 'Fitur' budaya yang banyak terlihat sekarang adalah susunan
batu-batu kolom dan dugaan semen itulah.  Tim Pak Ali Akbar ada juga sih
menemukan beberapa artefak lain atau  'artepak' yang seperti anda maksud,
tapi belum ada yang benar-benar signifikan.Dalam tahapan eksplorasi
seperti sekarang, kita sebagai ahli geologi fungsinya adalah membantu bidang
arkeologi ini untuk menyingkap artefak dan fitur budaya yang sekarang masih
'diselimuti' oleh faktor 'batu' (dan tanah) itu.  Apabila nanti tersingkap,
tugas utama ahli geologi selesai  sudah.  Para arkeolog yang maju di depan.

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin
sembiring
Sent: 06 Mei 2013 15:31
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

salam,

Pak data arkeologi itu yg saya maksud adalah artefak? Bukan kah seharusnya
artefak yg berbicara, bukan batu yang berbicara.

Arkeolog berbicara atas dasar artefak dan geolog bicara atas dasar batu.

Saya pikir kalo artefak yg berbicara masalah ini tidak akan panjang.

 

semoga sukses pak penggaliannya

gali terus pak supaya terungkap kebenaran bahwa Indonesia punya peradaban yg
maju


salam

benz

 

 

Pada 6 Mei 2013 15.11, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
menulis:

Saya tidak mengerti pertanyaannya.  Ada kerancuan beda pengertian di sini.
Coba dibaca teliti dulu uraian saya di bawah.Karbon yang didating bukan
sisa pembakaran tapi karbon alamiah dari sisa-sisa renik tumbuhan atau
hewan.  Maksud data arkeologi itu apa ya di sini?  Penelitian di Gunung
Padang tidak ditujukan untuk penelitian gempa.  

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin
sembiring
Sent: 06 Mei 2013 15:01


To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Salam,

Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada
situs tersebut.

Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari
peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang
di situs tersebut.

Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. 

Pak Data arkeologi nya yg mana?

 

Pak Dani, pertanyaan ini sederhana,

Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? 

 

maksud saya begini pak,

Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog)
dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara
scientifik.

Salam
benz

 

Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
menulis:

Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas
Andang.

Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir.  Karbon-karbon itu
diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita
menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir.

Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit.
Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini
adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka
umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit.  Kita
tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya
jutaan - puluhan juta tahun.  Nah harusnya umur pasir itu ya jutaan juga
kalau selaras.  Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun?

Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus.  Menurut
ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak).
Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras
dengan lapisan kolom andesitnya).  Pertanyaannya.  Bagaimana pasir itu bisa
menclok di dekat puncak bukit ini?  Di bawa orang dari sungai atau tempat
lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa tsunami setinggi 800 meter ke
situ (ketawa) ?  Dua-duanya sulit dipercaya bukan, tapi saya pilih yang
option pertama.  Kalau kita menganggap bahwa lapisan kolom andesit itu
bangunan, maka pasir itu interpretasinya ya bagian dari bangunan, misalnya
sengaja dimasukkan di situ untuk mengisi satu ruang/rongga sebagai material
pengawet/penyangga untuk menyimpan sesuatu.  Mungkin ada option lain.
Silahkan saja.  Intinya memilih sampel untuk melakukan karbon dating memang
harus benar-benar mempelajari konteksnya dengan sangat hati-hati.

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin
sembiring
Sent: 06 Mei 2013 10:41


To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Salam,

Pak Dani, sedikit mau mempertajam tentang umur.

 

Geologi mempelajari bagaimana hasil karya Tuhan (alam). Oleh karena itu
karya Tuhan mungkin masih banyak sekali yg tidak diketahui manusia bagaimana
Tuhan menciptakannya. Jadi apabila ada sesuatu yg tidak sesuai dgn apa yg
kita biasa pahami, jangan dulu kita katakan sebagai karya manusia.

Arkeologi mempelajari bagaimana hasil karya manusia. KEBUDAYAN. Biasanya

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-06 Terurut Topik benyamin sembiring
Salam,

Pak Dani, menurut saya inilah akar permasalahannya, sehingga para pendekar
Prof Arkeologi dll sangat marah. Mengapa harus marah, karena tim yg Bapak
pimpin tidak mempunyai temuan baru, data arkeologi baru, artefak baru yg
cukup significan tapi akan melakukan penggalian arkeologi besar besaran.
Perlu kita ingat bahwa ini adalah ranah arkeologi, sudah tentu data
arkeologi lah yg bicara.
Apa yg bapak temukan dari geofsika, pengamatan geologi lapangan itu hanya
data pendukung, belum bisa dikatakan hasil peradaban manusia, bukan data
arkeologi.
Jadi menurut mereka tim ini menyalahi kaidah harus dihentikan.
Ini menurut saya pak.

Seperti dalam kasus hukum yg sudah final (inkrah gimana tulisannya ya..),
kasus bisa diangkat kembali apabila ditemukannya/didapatnya bukti baru yg
sangat kuat.

Apapun sukses deh pak

benz


Pada 6 Mei 2013 16.05, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.commenulis:

 ‘Artefak’ atau ‘Fitur’ budaya yang banyak terlihat sekarang adalah susunan
 batu-batu kolom dan dugaan semen itulah.  Tim Pak Ali Akbar ada juga sih
 menemukan beberapa artefak lain atau  ‘artepak’ yang seperti anda maksud,
 tapi belum ada yang benar-benar signifikan.Dalam tahapan eksplorasi
 seperti sekarang, kita sebagai ahli geologi fungsinya adalah membantu
 bidang arkeologi ini untuk menyingkap artefak dan fitur budaya yang
 sekarang masih ‘diselimuti’ oleh faktor ‘batu’ (dan tanah) itu.  Apabila
 nanti tersingkap, tugas utama ahli geologi selesai  sudah.  Para arkeolog
 yang maju di depan.

 ** **

 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of 
 *benyamin
 sembiring
 *Sent:* 06 Mei 2013 15:31

 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 ** **

 salam,

 Pak data arkeologi itu yg saya maksud adalah artefak? Bukan kah seharusnya
 artefak yg berbicara, bukan batu yang berbicara.

 Arkeolog berbicara atas dasar artefak dan geolog bicara atas dasar batu.**
 **

 Saya pikir kalo artefak yg berbicara masalah ini tidak akan panjang.

 ** **

 semoga sukses pak penggaliannya

 gali terus pak supaya terungkap kebenaran bahwa Indonesia punya peradaban
 yg maju


 salam

 benz

 ** **

 ** **

 Pada 6 Mei 2013 15.11, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
 menulis:

 Saya tidak mengerti pertanyaannya.  Ada kerancuan beda pengertian di
 sini.  Coba dibaca teliti dulu uraian saya di bawah.Karbon yang
 didating bukan sisa pembakaran tapi karbon alamiah dari sisa-sisa renik
 tumbuhan atau hewan.  Maksud data arkeologi itu apa ya di sini?  Penelitian
 di Gunung Padang tidak ditujukan untuk penelitian gempa.  

  

 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of 
 *benyamin
 sembiring
 *Sent:* 06 Mei 2013 15:01


 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

  

 Salam,

 Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada
 situs tersebut.

 Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari
 peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang
 di situs tersebut.

 Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. 

 Pak Data arkeologi nya yg mana?

  

 Pak Dani, pertanyaan ini sederhana,

 Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? ***
 *

  

 maksud saya begini pak,

 Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog)
 dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara
 scientifik.

 Salam
 benz

  

 Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
 menulis:

 Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas
 Andang.

 Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir.  Karbon-karbon itu
 diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita
 menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir.

 Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom
 andesit.  Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom
 andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense)
 alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom
 andesit.  Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier
 yang umurnya jutaan – puluhan juta tahun.  Nah harusnya umur pasir itu ya
 jutaan juga kalau selaras.  Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun?

 Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus.  Menurut
 ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak).
 Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras
 dengan lapisan kolom andesitnya).  Pertanyaannya.  Bagaimana pasir itu bisa
 menclok di dekat puncak bukit ini?  Di bawa orang dari sungai atau tempat
 lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-06 Terurut Topik danny . hilman
Tim belum pernah merencanakan eskavasi besar pak.  Yang mau dilakukan adalah 
testpit dangkal, itupun dilakukan oleh Tim Arkeologi UI bukan oleh Tim Geologi


Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-Original Message-
From: benyamin sembiring benyaminsembir...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Mon, 6 May 2013 16:21:48 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Salam,

Pak Dani, menurut saya inilah akar permasalahannya, sehingga para pendekar
Prof Arkeologi dll sangat marah. Mengapa harus marah, karena tim yg Bapak
pimpin tidak mempunyai temuan baru, data arkeologi baru, artefak baru yg
cukup significan tapi akan melakukan penggalian arkeologi besar besaran.
Perlu kita ingat bahwa ini adalah ranah arkeologi, sudah tentu data
arkeologi lah yg bicara.
Apa yg bapak temukan dari geofsika, pengamatan geologi lapangan itu hanya
data pendukung, belum bisa dikatakan hasil peradaban manusia, bukan data
arkeologi.
Jadi menurut mereka tim ini menyalahi kaidah harus dihentikan.
Ini menurut saya pak.

Seperti dalam kasus hukum yg sudah final (inkrah gimana tulisannya ya..),
kasus bisa diangkat kembali apabila ditemukannya/didapatnya bukti baru yg
sangat kuat.

Apapun sukses deh pak

benz


Pada 6 Mei 2013 16.05, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.commenulis:

 ‘Artefak’ atau ‘Fitur’ budaya yang banyak terlihat sekarang adalah susunan
 batu-batu kolom dan dugaan semen itulah.  Tim Pak Ali Akbar ada juga sih
 menemukan beberapa artefak lain atau  ‘artepak’ yang seperti anda maksud,
 tapi belum ada yang benar-benar signifikan.Dalam tahapan eksplorasi
 seperti sekarang, kita sebagai ahli geologi fungsinya adalah membantu
 bidang arkeologi ini untuk menyingkap artefak dan fitur budaya yang
 sekarang masih ‘diselimuti’ oleh faktor ‘batu’ (dan tanah) itu.  Apabila
 nanti tersingkap, tugas utama ahli geologi selesai  sudah.  Para arkeolog
 yang maju di depan.

 ** **

 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of 
 *benyamin
 sembiring
 *Sent:* 06 Mei 2013 15:31

 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 ** **

 salam,

 Pak data arkeologi itu yg saya maksud adalah artefak? Bukan kah seharusnya
 artefak yg berbicara, bukan batu yang berbicara.

 Arkeolog berbicara atas dasar artefak dan geolog bicara atas dasar batu.**
 **

 Saya pikir kalo artefak yg berbicara masalah ini tidak akan panjang.

 ** **

 semoga sukses pak penggaliannya

 gali terus pak supaya terungkap kebenaran bahwa Indonesia punya peradaban
 yg maju


 salam

 benz

 ** **

 ** **

 Pada 6 Mei 2013 15.11, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
 menulis:

 Saya tidak mengerti pertanyaannya.  Ada kerancuan beda pengertian di
 sini.  Coba dibaca teliti dulu uraian saya di bawah.Karbon yang
 didating bukan sisa pembakaran tapi karbon alamiah dari sisa-sisa renik
 tumbuhan atau hewan.  Maksud data arkeologi itu apa ya di sini?  Penelitian
 di Gunung Padang tidak ditujukan untuk penelitian gempa.  

  

 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of 
 *benyamin
 sembiring
 *Sent:* 06 Mei 2013 15:01


 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

  

 Salam,

 Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada
 situs tersebut.

 Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari
 peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang
 di situs tersebut.

 Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. 

 Pak Data arkeologi nya yg mana?

  

 Pak Dani, pertanyaan ini sederhana,

 Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? ***
 *

  

 maksud saya begini pak,

 Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog)
 dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara
 scientifik.

 Salam
 benz

  

 Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
 menulis:

 Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas
 Andang.

 Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir.  Karbon-karbon itu
 diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita
 menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir.

 Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom
 andesit.  Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom
 andesit ini adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense)
 alamiahnya maka umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom
 andesit.  Kita tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier
 yang umurnya jutaan – puluhan juta tahun.  Nah harusnya

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-06 Terurut Topik bandono . s
Kalau sisa artefaknya keramik cina, eropa, yaa itu kan masa 1400M dan 1600M.

.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Mon, 6 May 2013 16:05:36 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
'Artefak' atau 'Fitur' budaya yang banyak terlihat sekarang adalah susunan
batu-batu kolom dan dugaan semen itulah.  Tim Pak Ali Akbar ada juga sih
menemukan beberapa artefak lain atau  'artepak' yang seperti anda maksud,
tapi belum ada yang benar-benar signifikan.Dalam tahapan eksplorasi
seperti sekarang, kita sebagai ahli geologi fungsinya adalah membantu bidang
arkeologi ini untuk menyingkap artefak dan fitur budaya yang sekarang masih
'diselimuti' oleh faktor 'batu' (dan tanah) itu.  Apabila nanti tersingkap,
tugas utama ahli geologi selesai  sudah.  Para arkeolog yang maju di depan.

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin
sembiring
Sent: 06 Mei 2013 15:31
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

salam,

Pak data arkeologi itu yg saya maksud adalah artefak? Bukan kah seharusnya
artefak yg berbicara, bukan batu yang berbicara.

Arkeolog berbicara atas dasar artefak dan geolog bicara atas dasar batu.

Saya pikir kalo artefak yg berbicara masalah ini tidak akan panjang.

 

semoga sukses pak penggaliannya

gali terus pak supaya terungkap kebenaran bahwa Indonesia punya peradaban yg
maju


salam

benz

 

 

Pada 6 Mei 2013 15.11, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
menulis:

Saya tidak mengerti pertanyaannya.  Ada kerancuan beda pengertian di sini.
Coba dibaca teliti dulu uraian saya di bawah.Karbon yang didating bukan
sisa pembakaran tapi karbon alamiah dari sisa-sisa renik tumbuhan atau
hewan.  Maksud data arkeologi itu apa ya di sini?  Penelitian di Gunung
Padang tidak ditujukan untuk penelitian gempa.  

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin
sembiring
Sent: 06 Mei 2013 15:01


To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Salam,

Jadi yg diambil untuk penentuan adalah sisa sisa pembakaran (arang) pada
situs tersebut.

Dari mana kita tahu bahwa arang tersebut adalah merupakan sisa sisa dari
peradaban, bisa saja terjadi kebakaran hutan dan meninggalkan banyak arang
di situs tersebut.

Jadi data yg dipergunakan masih belum merupakan data arkeologi. 

Pak Data arkeologi nya yg mana?

 

Pak Dani, pertanyaan ini sederhana,

Apakah kita bisa menjawab hal arkeologi tapi menggunakan data geologi? 

 

maksud saya begini pak,

Bapak sebgai ahli gempa, apakah bisa menawab terjadinya gempa (geolog)
dengan menggunakan cerita rakyat (sosiolog)? Apakah itu benar secara
scientifik.

Salam
benz

 

Pada 6 Mei 2013 14.36, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
menulis:

Tentang umur pasir yang ditemukan di kedalaman 8-10 meter di bor-nya Mas
Andang.

Umur itu umur karbon yang terdapat dalam pasir.  Karbon-karbon itu
diasumsikan berasal dari renik-renik organisma yang mati, sehingga kita
menganggap umur karbon itu sama dengan umur pengendapan lapisan pasir.

Setting lokasi pasir itu ada diantara (rongga) lapisan kolom-kolom andesit.
Dari kacamata geologi, kalau kita menganggap lapisan kolom-kolom andesit ini
adalah lapisan geologi alamiah dan pasir itu lapisan (lense) alamiahnya maka
umur pasir kira-kira sama dengan umur lapisan kolom-kolom andesit.  Kita
tahu bahwa G.Padang ada dalam kompleks gunung api tersier yang umurnya
jutaan - puluhan juta tahun.  Nah harusnya umur pasir itu ya jutaan juga
kalau selaras.  Kenapa umurnya hanya 11.600 tahun?

Dari fisiknya terlihat pasir itu seperti diayak sortingnya bagus.  Menurut
ADB bukan endapan piroklastik tapi lebih mirip pasir sungai (yang diayak).
Jadi kelihatannya pasir itu mengisi rongga jauh kemudian (tidak selaras
dengan lapisan kolom andesitnya).  Pertanyaannya.  Bagaimana pasir itu bisa
menclok di dekat puncak bukit ini?  Di bawa orang dari sungai atau tempat
lain terus dimasukkan ke situ atau di bawa tsunami setinggi 800 meter ke
situ (ketawa) ?  Dua-duanya sulit dipercaya bukan, tapi saya pilih yang
option pertama.  Kalau kita menganggap bahwa lapisan kolom andesit itu
bangunan, maka pasir itu interpretasinya ya bagian dari bangunan, misalnya
sengaja dimasukkan di situ untuk mengisi satu ruang/rongga sebagai material
pengawet/penyangga untuk menyimpan sesuatu.  Mungkin ada option lain.
Silahkan saja.  Intinya memilih sampel untuk melakukan karbon dating memang
harus benar-benar mempelajari konteksnya dengan sangat hati-hati.

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of benyamin
sembiring
Sent: 06 Mei 2013 10:41


To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Salam,

Pak Dani, sedikit mau mempertajam

Re: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-06 Terurut Topik yustinus yuwono
Ha...haa...
Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang
juga skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg
ya, saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik
yang ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya?
YSY


On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.com wrote:

 Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah
 Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk
 kecewa. Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok.

 Kamana wae euy?

 Danny Hilman Natawidjaja
 LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
 Geoteknologi - LIPI
 --
 *From: * Ben Sapiie bsap...@geodin.net
 *Sender: * iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700
 *To: *iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS
 GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan
 penelitian Gunung Padang.  Menyimak diskusinya sudah sangat menarik
 walaupun akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg
 pasti paling tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang
 baik metoda maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan
 ilmiah tetapi membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya
 utk berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan
 memberikan alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif.

 Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak
 contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk
 sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal
 yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000  sdh sangat maju.
 Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti..

 DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science
 seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga
 harus demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan
 hasil team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang
 mengatut teori expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic.
  Sejarah memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau
 hipotesa bisa sangat panjang  Atau tidak berakhir..

 Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang
 sekarang kelihatannya akan tertunda..

 Salam,

 Ben Sapiie









 Send from my iPad

 On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
 wrote:

 http://en.wikipedia.org/wiki/Human

 sekedar memperlancar diskusi,  ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur
  hamo sapiens.

 saya cut dan paste sedikit juga

 *Humans* (*Homo sapiens*) are primateshttp://en.wikipedia.org/wiki/Primate 
 of
 the family Hominidae http://en.wikipedia.org/wiki/Hominidae, and the
 only extant http://en.wiktionary.org/wiki/extant species of the genus *
 Homo 
 http://en.wikipedia.org/wiki/Homo*.[2]http://en.wikipedia.org/wiki/Human#cite_note-2
 [3] http://en.wikipedia.org/wiki/Human#cite_note-3 Humans are
 characterized by having a largehttp://en.wikipedia.org/wiki/Encephalization
  brain http://en.wikipedia.org/wiki/Human_brain relative to body size,
 with a particularly well developed 
 neocortexhttp://en.wikipedia.org/wiki/Neocortex
 , prefrontal cortex http://en.wikipedia.org/wiki/Prefrontal_cortex and 
 temporal
 lobes http://en.wikipedia.org/wiki/Temporal_lobe, making them capable
 of abstract reasoning http://en.wikipedia.org/wiki/Reasoning, 
 languagehttp://en.wikipedia.org/wiki/Language
 , introspection http://en.wikipedia.org/wiki/Introspection, problem
 solving http://en.wikipedia.org/wiki/Problem_solving and 
 culturehttp://en.wikipedia.org/wiki/Culture through
 social learning. This mental capability, combined with an adaptation to
 bipedal http://en.wikipedia.org/wiki/Bipedal locomotion that frees the
 hands for manipulating objects, has allowed humans to make far greater use
 of tools http://en.wikipedia.org/wiki/Tool than any other species.
 Humans are the only extant species known to build 
 fireshttp://en.wikipedia.org/wiki/Fire
 and cook their food http://en.wikipedia.org/wiki/Cooking, as well as
 the only known species to clothe http://en.wikipedia.org/wiki/Clothing 
 themselves
 and create and use numerous other 
 technologieshttp://en.wikipedia.org/wiki/Technology
  and arts http://en.wikipedia.org/wiki/Art. The scientific study of
 humans is the discipline of 
 anthropologyhttp://en.wikipedia.org/wiki/Anthropology
 .
 Humans are uniquely adept at utilizing systems of symbolic communication
 such as language and art for self-expression, the exchange of ideas, and
 organization. Humans create complex social 
 structureshttp://en.wikipedia.org/wiki/Social_structure composed
 of many cooperating

RE: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-06 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Iya nih Pak.  Kapan dong bisa berpartisipasi kalau kami presentasi,  Hari
Sabtu kemarin kami kan presentasi juga di acara FGMI.  Pak Yatno absen juga.
Status saya tidak sendirian pak, sudah menikah dan punya anak.
Alhamdulillah.

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus
yuwono
Sent: 07 Mei 2013 1:56
To: iagi-net
Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG
PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Ha...haa...

Makin banyak yang turun gunung yabagus lah BS (Benyamin Sapiie yang juga
skeptis seperti saya. Kalo gk salah th yl pernah diundang AR ke Setneg ya,
saya gk bs datang waktu itu). Saya harap ada rekan2 lain dari geofisik yang
ikut nimbrung, kayanya kok DH sendirian ya?

YSY

 

On Sun, May 5, 2013 at 7:12 PM, danny.hil...@gmail.com wrote:

Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah
Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk kecewa.
Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok.

Kamana wae euy?

Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

  _  

From: Ben Sapiie bsap...@geodin.net 

Sender: iagi-net@iagi.or.id 

Date: Sun, 5 May 2013 17:49:18 +0700

To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG
PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan
penelitian Gunung Padang.  Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun
akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling
tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda
maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi
membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk
berargumentasi ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan
alternatif metoda yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. 

 

Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak
contoh dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk
sample yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal
yang menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000  sdh sangat maju.
Terus terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti..

 

DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science
seperti yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga
harus demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan
hasil team independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang
mengatut teori expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic.
Sejarah memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau
hipotesa bisa sangat panjang  Atau tidak berakhir..

 

Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang sekarang
kelihatannya akan tertunda..

 

Salam,

 

Ben Sapiie

 

 

 

 

 

 

 

 


Send from my iPad 


On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com
wrote:

http://en.wikipedia.org/wiki/Human

 

sekedar memperlancar diskusi,  ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur
hamo sapiens.

 

saya cut dan paste sedikit juga

 

Humans (Homo sapiens) are  http://en.wikipedia.org/wiki/Primate primates
of the family  http://en.wikipedia.org/wiki/Hominidae Hominidae, and the
only  http://en.wiktionary.org/wiki/extant extant species of the genus
http://en.wikipedia.org/wiki/Homo Homo.
http://en.wikipedia.org/wiki/Human#cite_note-2 [2]
http://en.wikipedia.org/wiki/Human#cite_note-3 [3] Humans are
characterized by having a  http://en.wikipedia.org/wiki/Encephalization
large  http://en.wikipedia.org/wiki/Human_brain brain relative to body
size, with a particularly well developed
http://en.wikipedia.org/wiki/Neocortex neocortex,
http://en.wikipedia.org/wiki/Prefrontal_cortex prefrontal cortex and
http://en.wikipedia.org/wiki/Temporal_lobe temporal lobes, making them
capable of abstract  http://en.wikipedia.org/wiki/Reasoning reasoning,
http://en.wikipedia.org/wiki/Language language,
http://en.wikipedia.org/wiki/Introspection introspection,
http://en.wikipedia.org/wiki/Problem_solving problem solving and
http://en.wikipedia.org/wiki/Culture culture through social learning. This
mental capability, combined with an adaptation to
http://en.wikipedia.org/wiki/Bipedal bipedal locomotion that frees the
hands for manipulating objects, has allowed humans to make far greater use
of  http://en.wikipedia.org/wiki/Tool tools than any other species. Humans
are the only extant species known to build
http://en.wikipedia.org/wiki/Fire firesand
http://en.wikipedia.org/wiki/Cooking cook their food, as well as the only
known species to  http://en.wikipedia.org/wiki/Clothing clothe themselves
and create and use numerous other  http://en.wikipedia.org/wiki/Technology
technologies and  http://en.wikipedia.org/wiki

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-05 Terurut Topik bandono . s
Semen purba berumur 23.000 tahun
Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa 
merekamenemukan semen perekat kolom andesit  berumur 13.000 - 23.000 tahun,

Di atas  aku copy paste dari mang okim.

Kalau di bawah ini copy paste dari ahli geofisika TTPMG

Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya 
tahupersis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu 
adadiantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.

Naa silakan tanya ke ybs.

Salam

Powered by Telkomsel BlackBerry®

RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-05 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Ilmuwan itu harus 'skeptis', namun di sini sering diterjemahkan menjadi
'apatis'. Skeptis yang benar selalu berusaha memahami dengan seksama semua
tahapan dan analisa penelitian orang, terutama masalah akurasi dan
ketidakpastiannya.  Etika ilmiah yang benar adalah menanyakan dengan sopan
kepada peneliti apabila ada sesuatu yang dirasa belum clear, bukan memandang
remeh peneliti apalagi langsung mem-vonis bahwa hasil penelitiannya salah.
Sikap skeptis berarti banyak diskusi sehingga saling mengisi ilmu membuat
analisa menjadi lebih tajam.  Itulah kenapa seorang Oppenheimer ketika
ditanya tentang Sadahurip dan Gunung Padang jawabannya saya tidak tahu;
terus terang saya skeptis, tapi saya ingin sekali melihat data dan
analisanya karena apabila benar, ini hal yang sangat luarbiasa.  Jadi
skeptis bukan semangat menghina atau membuang hasil penelitian orang, itu
apatis, melainkan semangat untuk membuat hasil penelitian menjadi lebih
baik.

Keraguan akan hasil dating adalah hal yang memang seharusnya demikian,
karena sampai sekarang kamipun masih terus menganalisanya, sering diskusi
dengan teman-teman yang lebih ahli dalam hal ini.  Hasil dating Gunung
Padang sekarang yang terbaik untuk tahap ini yang bisa kami lakukan dengan
segala keterbatasan yang ada.  Sudah jauh lebih baik dari kelompok Petisi 34
yang tidak punya data umur karbon dating sama sekali, kecuali karbon dating
dari longsoran di sungai di bawahnya yang kemudian dijadikan umur maksimal
untuk situs, entah apa alasannya, bahkan longsoran itu asalnya darimana,
apakah dari Gunung Padang atau Gunung Karuhun, tidak dibahas
Penentuan umur karbon yang dilakukan oleh Beta Analytic terkenal sangat
akurat dan dijamin keakuratannya.  Yang krusial adalah: umur itu
merepresentasikan apa? Apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan?  Kunci
utama adalah mendapatkan SAMPEL terbaik.  Waktu itu option kami sangat
terbatas.
Kami belum berhasi menemukan sampel terbaik, misalnya renik biologi yang
sudah pasti insitu atau paling tidak lempengan charcoal.  Yang kami dating
adalah very fine grain carbon yang disseminated dalam materialnya.
Nonetheless, kelihatannya umur-umur yang akmi dapat cukup konsisten.
Perkiraan umur dari bangunan di bawah kedalaman 5m-8m yang diwakili oleh
karbon di dalam 'semen' adalah berkisar antara 13.000 - 23.000 tahun lalu.
Umur pasir ayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu (lebih
muda), umur tanah urug yang menutupnya 8600 tahun lalu.  Bagian atas
stratigrafinya ditutup oleh lapisan pasir-kerikil yang umur karbonnya 6600
tahun lalu (yang di kedalaman 4-5 meter).
Yang paling bisa dipercaya (terbaik) dalam batch-1 umur karbon sekarang
adalah umur dari tanah urug yaitu 8600 tahun lalu.  Yang kedua  adalah umur
pasir.  Umur semen menurut hemat saya yang mempunyai ketidakpastian paling
tinggi.  Tapi rasanya masih cukup masuk akal apabila untuk sekarang ini
umurnya dianggap dalam kisaran batas min dan maxnya yaitu dari 13.000 sampai
23.000 itu.
Penggalian itu salahsatu agendanya adalah dalam rangka mencari sampel yang
lebih baik untuk karbon dating.  Rencananya akan dilakukan lagi karbon
dating dari sampel penggaliannya Pak Ali Akbar.  Sekian dulu.  Mudah-mudahan
keterangan ini membantu.  Saya harus boarding sebentar lagi

Salam

-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
bandon...@gmail.com
Sent: 05 Mei 2013 13:22
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Semen purba berumur 23.000 tahun
Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa
merekamenemukan semen perekat kolom andesit  berumur 13.000 - 23.000 tahun,

Di atas  aku copy paste dari mang okim.

Kalau di bawah ini copy paste dari ahli geofisika TTPMG

Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya
tahupersis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu
adadiantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.

Naa silakan tanya ke ybs.

Salam

Powered by Telkomsel BlackBerry®



RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-05 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Homo Sapiens atau manusia modern sudah muncul sejak 190.000 tahun lalu Pak.

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
bandon...@gmail.com
Sent: 05 Mei 2013 9:44
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Setau aku piramida maya itu dibangun pada masa sejarah. Manusia sdh dpt
mengolah logam, mengenal angka, huruf dsb. Bisa meramal kiamat th 2012
meskipun tdk terjadi.

Manusia modern (homo sapien sapien) kata ahlinya kan baru muncul di 1
BC. (Apa bener pak Prof Yahdi Zaim? Betulkan bila aku salah)

Naa di tanah Sunda sdh ada peradaban besar yang memakai semen berumur 23000
BC. Kan luar biasa itu. Itu sisi menariknya. 

Salam.

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _  

From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com 

Sender: iagi-net@iagi.or.id 

Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id mailto:iagi-net@iagi.or.id%3ciagi-...@iagi.or.id
iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

 

Wah terus berlanjut keramaian diskusi Situs G. Padang dari dua kubu.

Kalau dilihat dari korelasi nama Piramid dengan kebiasaan nama orang. Di G.
Padang konon ada yang berpendapat di G. Padang ada situs Piramid, dimana
terminologi Piramid yang merupakan situs purbakala lebih populer di Mesir,
misalnya Piramid Giza. Mungkin saja Piramid bangunan kuno ala Mesir ini
hadir di Jawa Barat G. Padang), karena kalau kita lihat model penamaan orang
di Sunda khususnya sering terjadi perulangan seperti Erly Tjarlia, Ajat
Sudrajat. Di Mesir juga kita jumpai mungkin leluhurnya dari Tanah Sunda,
misalnya mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali.

Ini sekedar intermezo untuk meredakan ketegangan soal situs G. Padang.

 

 

Lam Salam,



On Sunday, May 5, 2013, wrote:

Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens) itu
munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial

There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini
tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C.
(Hihihi buku kuno ada dirumaku)
Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit
buku baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin
cement bercampur besi pada 23000 S.M

Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerryR

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus
atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung
oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja.  Mungkin Pak
Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan
supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa
petrografi dan kimianya atau pake XRD.
Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang
ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan
sumber oleh Arkenas/BALAR.  Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan
batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan
geolistrik).  Tidak ada intrusi (dyke) vertikal.  Artinya susunan kolom itu
bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu
harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan).  Kalau
tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya
ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno.

Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu
persis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu ada
diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.
Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu.  23.000-an tahun mah
sudah tidak ada atuh.  Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an.

Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa
Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi.


-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
Sujatmiko
Sent: 04 Mei 2013 10:11
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: MGEI
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Rekan-rekan IAGI yang budiman,



Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-05 Terurut Topik bandono . s
Terimakasih,
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 16:24:53 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Ilmuwan itu harus 'skeptis', namun di sini sering diterjemahkan menjadi
'apatis'. Skeptis yang benar selalu berusaha memahami dengan seksama semua
tahapan dan analisa penelitian orang, terutama masalah akurasi dan
ketidakpastiannya.  Etika ilmiah yang benar adalah menanyakan dengan sopan
kepada peneliti apabila ada sesuatu yang dirasa belum clear, bukan memandang
remeh peneliti apalagi langsung mem-vonis bahwa hasil penelitiannya salah.
Sikap skeptis berarti banyak diskusi sehingga saling mengisi ilmu membuat
analisa menjadi lebih tajam.  Itulah kenapa seorang Oppenheimer ketika
ditanya tentang Sadahurip dan Gunung Padang jawabannya saya tidak tahu;
terus terang saya skeptis, tapi saya ingin sekali melihat data dan
analisanya karena apabila benar, ini hal yang sangat luarbiasa.  Jadi
skeptis bukan semangat menghina atau membuang hasil penelitian orang, itu
apatis, melainkan semangat untuk membuat hasil penelitian menjadi lebih
baik.

Keraguan akan hasil dating adalah hal yang memang seharusnya demikian,
karena sampai sekarang kamipun masih terus menganalisanya, sering diskusi
dengan teman-teman yang lebih ahli dalam hal ini.  Hasil dating Gunung
Padang sekarang yang terbaik untuk tahap ini yang bisa kami lakukan dengan
segala keterbatasan yang ada.  Sudah jauh lebih baik dari kelompok Petisi 34
yang tidak punya data umur karbon dating sama sekali, kecuali karbon dating
dari longsoran di sungai di bawahnya yang kemudian dijadikan umur maksimal
untuk situs, entah apa alasannya, bahkan longsoran itu asalnya darimana,
apakah dari Gunung Padang atau Gunung Karuhun, tidak dibahas
Penentuan umur karbon yang dilakukan oleh Beta Analytic terkenal sangat
akurat dan dijamin keakuratannya.  Yang krusial adalah: umur itu
merepresentasikan apa? Apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan?  Kunci
utama adalah mendapatkan SAMPEL terbaik.  Waktu itu option kami sangat
terbatas.
Kami belum berhasi menemukan sampel terbaik, misalnya renik biologi yang
sudah pasti insitu atau paling tidak lempengan charcoal.  Yang kami dating
adalah very fine grain carbon yang disseminated dalam materialnya.
Nonetheless, kelihatannya umur-umur yang akmi dapat cukup konsisten.
Perkiraan umur dari bangunan di bawah kedalaman 5m-8m yang diwakili oleh
karbon di dalam 'semen' adalah berkisar antara 13.000 - 23.000 tahun lalu.
Umur pasir ayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu (lebih
muda), umur tanah urug yang menutupnya 8600 tahun lalu.  Bagian atas
stratigrafinya ditutup oleh lapisan pasir-kerikil yang umur karbonnya 6600
tahun lalu (yang di kedalaman 4-5 meter).
Yang paling bisa dipercaya (terbaik) dalam batch-1 umur karbon sekarang
adalah umur dari tanah urug yaitu 8600 tahun lalu.  Yang kedua  adalah umur
pasir.  Umur semen menurut hemat saya yang mempunyai ketidakpastian paling
tinggi.  Tapi rasanya masih cukup masuk akal apabila untuk sekarang ini
umurnya dianggap dalam kisaran batas min dan maxnya yaitu dari 13.000 sampai
23.000 itu.
Penggalian itu salahsatu agendanya adalah dalam rangka mencari sampel yang
lebih baik untuk karbon dating.  Rencananya akan dilakukan lagi karbon
dating dari sampel penggaliannya Pak Ali Akbar.  Sekian dulu.  Mudah-mudahan
keterangan ini membantu.  Saya harus boarding sebentar lagi

Salam

-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
bandon...@gmail.com
Sent: 05 Mei 2013 13:22
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Semen purba berumur 23.000 tahun
Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa
merekamenemukan semen perekat kolom andesit  berumur 13.000 - 23.000 tahun,

Di atas  aku copy paste dari mang okim.

Kalau di bawah ini copy paste dari ahli geofisika TTPMG

Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya
tahupersis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu
adadiantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.

Naa silakan tanya ke ybs.

Salam

Powered by Telkomsel BlackBerry®



Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-05 Terurut Topik bandono . s
Maaf referensinya dari mana? Aku punya referensi kan buku tua, semoga aku dapat 
baca juga referensi buku baru.
Setau saya manusia modern: homo sapien sapien. Yang 10 000 BC
Hehehe bisa jadi salah.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 16:29:39 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Homo Sapiens atau manusia modern sudah muncul sejak 190.000 tahun lalu Pak.

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
bandon...@gmail.com
Sent: 05 Mei 2013 9:44
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Setau aku piramida maya itu dibangun pada masa sejarah. Manusia sdh dpt
mengolah logam, mengenal angka, huruf dsb. Bisa meramal kiamat th 2012
meskipun tdk terjadi.

Manusia modern (homo sapien sapien) kata ahlinya kan baru muncul di 1
BC. (Apa bener pak Prof Yahdi Zaim? Betulkan bila aku salah)

Naa di tanah Sunda sdh ada peradaban besar yang memakai semen berumur 23000
BC. Kan luar biasa itu. Itu sisi menariknya. 

Salam.

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _  

From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com 

Sender: iagi-net@iagi.or.id 

Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id mailto:iagi-net@iagi.or.id%3ciagi-...@iagi.or.id
iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

 

Wah terus berlanjut keramaian diskusi Situs G. Padang dari dua kubu.

Kalau dilihat dari korelasi nama Piramid dengan kebiasaan nama orang. Di G.
Padang konon ada yang berpendapat di G. Padang ada situs Piramid, dimana
terminologi Piramid yang merupakan situs purbakala lebih populer di Mesir,
misalnya Piramid Giza. Mungkin saja Piramid bangunan kuno ala Mesir ini
hadir di Jawa Barat G. Padang), karena kalau kita lihat model penamaan orang
di Sunda khususnya sering terjadi perulangan seperti Erly Tjarlia, Ajat
Sudrajat. Di Mesir juga kita jumpai mungkin leluhurnya dari Tanah Sunda,
misalnya mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali.

Ini sekedar intermezo untuk meredakan ketegangan soal situs G. Padang.

 

 

Lam Salam,



On Sunday, May 5, 2013, wrote:

Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens) itu
munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial

There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini
tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C.
(Hihihi buku kuno ada dirumaku)
Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit
buku baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin
cement bercampur besi pada 23000 S.M

Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerryR

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus
atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung
oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja.  Mungkin Pak
Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan
supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa
petrografi dan kimianya atau pake XRD.
Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang
ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan
sumber oleh Arkenas/BALAR.  Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan
batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan
geolistrik).  Tidak ada intrusi (dyke) vertikal.  Artinya susunan kolom itu
bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu
harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan).  Kalau
tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya
ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno.

Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu
persis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu ada
diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.
Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu.  23.000-an tahun mah
sudah tidak ada atuh.  Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an.

Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa
Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi.


-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
Sujatmiko
Sent: 04 Mei 2013 10:11
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: MGEI
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Rekan-rekan IAGI yang budiman,



Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang

[iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-05 Terurut Topik Franciscus B Sinartio
http://en.wikipedia.org/wiki/Human


sekedar memperlancar diskusi,  ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur  hamo 
sapiens.

saya cut dan paste sedikit juga

Humans (Homo sapiens) are primates of the family Hominidae, and the only extant 
species of the genus Homo.[2][3] Humans are characterized by having a large 
brain relative to body size, with a particularly well developed neocortex, 
prefrontal cortex and temporal lobes, making them capable of abstract 
reasoning, language, introspection, problem solving and culture through social 
learning. This mental capability, combined with an adaptation to bipedal 
locomotion that frees the hands for manipulating objects, has allowed humans to 
make far greater use of tools than any other species. Humans are the only 
extant species known to build firesand cook their food, as well as the only 
known species to clothe themselves and create and use numerous other 
technologies and arts. The scientific study of humans is the discipline of 
anthropology.
Humans are uniquely adept at utilizing systems of symbolic communication such 
as language and art for self-expression, the exchange of ideas, and 
organization. Humans create complex social structures composed of many 
cooperating and competing groups, from families and kinship networks to states. 
Social interactions between humans have established an extremely wide variety 
of values, social norms, and rituals, which together form the basis of human 
society. Humans are noted for their desire to understand and influence their 
environment, seeking to explain and manipulate phenomena through science, 
philosophy, mythology, and religion.
Homo sapiens originated in Africa, where it reached anatomical modernity about 
200,000 years ago and began to exhibit full behavioral modernity around 50,000 
years ago.[4] The human lineage diverged from the last common ancestor with its 
closest living relative, the chimpanzee, some five million years ago, evolving 
into the Australopithecines and eventually the genus Homo.[5] The first Homo 
species to move out of Africa wasHomo erectus, the African variety of which, 
together with Homo heidelbergensis, is considered to be the immediate ancestor 
of modern humans.[6][7] Homo sapiens proceeded to colonize the continents, 
arriving inEurasia 125,000-60,000 years ago,[8][9] Australia around 40,000 
years ago, the Americas around 15,000 years ago, and remote islands such as 
Hawaii, Easter Island, Madagascar, and New Zealand between the years AD 300 and 
1280.[10][11]
Humans began to practice sedentary agriculture about 12,000 years ago, 
domesticating plants and animals which allowed for the growth of civilization. 
Humans subsequently established various forms of government, religion, and 
culture around the world, unifying people within a region and leading to the 
development of states and empires. The rapid advancement of scientific and 
medical understanding in the 19th and 20th centuries led to the development of 
fuel-driven technologies and improved health, causing the human population to 
rise exponentially. With individuals widespread in every continent except 
Antarctica, humans are a cosmopolitanspecies, and by 2012, their population was 
estimated to be around 7 billion.[12][13]



 From: bandon...@gmail.com bandon...@gmail.com
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Sunday, May 5, 2013 4:50 AM
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 


Maaf referensinya dari mana? Aku punya referensi kan buku tua, semoga aku dapat 
baca juga referensi buku baru.
Setau saya manusia modern: homo sapien sapien. Yang 10 000 BC
Hehehe bisa jadi salah.
Powered by Telkomsel BlackBerry®


From:  Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com 
Sender:  iagi-net@iagi.or.id 
Date: Sun, 5 May 2013 16:29:39 +0700
To: iagi-net@iagi.or.id
ReplyTo:  iagi-net@iagi.or.id 
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Homo Sapiens atau manusia modern sudah muncul sejak 190.000 tahun lalu Pak.
 
From:iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of 
bandon...@gmail.com
Sent: 05 Mei 2013 9:44
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 
Setau aku piramida maya itu dibangun pada masa sejarah. Manusia sdh dpt 
mengolah logam, mengenal angka, huruf dsb. Bisa meramal kiamat th 2012 meskipun 
tdk terjadi.

Manusia modern (homo sapien sapien) kata ahlinya kan baru muncul di 1 BC. 
(Apa bener pak Prof Yahdi Zaim? Betulkan bila aku salah)

Naa di tanah Sunda sdh ada peradaban besar yang memakai semen berumur 23000 BC. 
Kan luar biasa itu. Itu sisi menariknya. 

Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®



From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com 
Sender: iagi-net@iagi.or.id 
Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 +0700
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 
Subject: [iagi-net] SITUS

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-05 Terurut Topik godang

Berdebat terus...
Capek dan letih, tapi itulah geologi... yg tidak bosan2 buat kita untuk belajar 
dan mengetahui.

Sekedar refreshing saja (take break sekejap) :


Https://fbcdn-video-a.akamaihd.net/hvideo-ak-ash3/v/755748_10200984942043962_2090439898_n.mp4?oh=a8467340f6bffee526ea2fb988548064oe=51867BF9__gda__=1367790325_54d7e440284f0fe4856f55c1ebe72de5



Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: bandon...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 09:50:04 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Maaf referensinya dari mana? Aku punya referensi kan buku tua, semoga aku dapat 
baca juga referensi buku baru.
Setau saya manusia modern: homo sapien sapien. Yang 10 000 BC
Hehehe bisa jadi salah.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 16:29:39 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Homo Sapiens atau manusia modern sudah muncul sejak 190.000 tahun lalu Pak.

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
bandon...@gmail.com
Sent: 05 Mei 2013 9:44
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Setau aku piramida maya itu dibangun pada masa sejarah. Manusia sdh dpt
mengolah logam, mengenal angka, huruf dsb. Bisa meramal kiamat th 2012
meskipun tdk terjadi.

Manusia modern (homo sapien sapien) kata ahlinya kan baru muncul di 1
BC. (Apa bener pak Prof Yahdi Zaim? Betulkan bila aku salah)

Naa di tanah Sunda sdh ada peradaban besar yang memakai semen berumur 23000
BC. Kan luar biasa itu. Itu sisi menariknya. 

Salam.

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _  

From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com 

Sender: iagi-net@iagi.or.id 

Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id mailto:iagi-net@iagi.or.id%3ciagi-...@iagi.or.id
iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

 

Wah terus berlanjut keramaian diskusi Situs G. Padang dari dua kubu.

Kalau dilihat dari korelasi nama Piramid dengan kebiasaan nama orang. Di G.
Padang konon ada yang berpendapat di G. Padang ada situs Piramid, dimana
terminologi Piramid yang merupakan situs purbakala lebih populer di Mesir,
misalnya Piramid Giza. Mungkin saja Piramid bangunan kuno ala Mesir ini
hadir di Jawa Barat G. Padang), karena kalau kita lihat model penamaan orang
di Sunda khususnya sering terjadi perulangan seperti Erly Tjarlia, Ajat
Sudrajat. Di Mesir juga kita jumpai mungkin leluhurnya dari Tanah Sunda,
misalnya mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali.

Ini sekedar intermezo untuk meredakan ketegangan soal situs G. Padang.

 

 

Lam Salam,



On Sunday, May 5, 2013, wrote:

Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens) itu
munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial

There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini
tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C.
(Hihihi buku kuno ada dirumaku)
Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit
buku baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin
cement bercampur besi pada 23000 S.M

Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerryR

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus
atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung
oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja.  Mungkin Pak
Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan
supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa
petrografi dan kimianya atau pake XRD.
Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang
ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan
sumber oleh Arkenas/BALAR.  Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan
batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan
geolistrik).  Tidak ada intrusi (dyke) vertikal.  Artinya susunan kolom itu
bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu
harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan).  Kalau
tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya
ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno.

Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu
persis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu ada
diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia

Re: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-05 Terurut Topik Ben Sapiie
Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan 
penelitian Gunung Padang.  Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun 
akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling 
tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda 
maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi 
membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi 
ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda 
yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. 

Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh 
dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample 
yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang 
menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000  sdh sangat maju. Terus 
terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti..

DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti 
yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus 
demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan hasil team 
independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang mengatut teori 
expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic.  Sejarah 
memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau hipotesa bisa 
sangat panjang  Atau tidak berakhir..

Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang sekarang 
kelihatannya akan tertunda..

Salam,

Ben Sapiie









Send from my iPad 

On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote:

 http://en.wikipedia.org/wiki/Human
 
 sekedar memperlancar diskusi,  ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur  
 hamo sapiens.
 
 saya cut dan paste sedikit juga
 
 Humans (Homo sapiens) are primates of the family Hominidae, and the only 
 extant species of the genus Homo.[2][3] Humans are characterized by having a 
 large brain relative to body size, with a particularly well developed 
 neocortex, prefrontal cortex and temporal lobes, making them capable of 
 abstract reasoning, language, introspection, problem solving and culture 
 through social learning. This mental capability, combined with an adaptation 
 to bipedal locomotion that frees the hands for manipulating objects, has 
 allowed humans to make far greater use of tools than any other species. 
 Humans are the only extant species known to build firesand cook their food, 
 as well as the only known species to clothe themselves and create and use 
 numerous other technologies and arts. The scientific study of humans is the 
 discipline of anthropology.
 Humans are uniquely adept at utilizing systems of symbolic communication such 
 as language and art for self-expression, the exchange of ideas, and 
 organization. Humans create complex social structures composed of many 
 cooperating and competing groups, from families and kinship networks to 
 states. Social interactions between humans have established an extremely wide 
 variety of values, social norms, and rituals, which together form the basis 
 of human society. Humans are noted for their desire to understand and 
 influence their environment, seeking to explain and manipulate phenomena 
 through science, philosophy, mythology, and religion.
 Homo sapiens originated in Africa, where it reached anatomical modernity 
 about 200,000 years ago and began to exhibit full behavioral modernity around 
 50,000 years ago.[4] The human lineage diverged from the last common ancestor 
 with its closest living relative, the chimpanzee, some five million years 
 ago, evolving into the Australopithecines and eventually the genus Homo.[5] 
 The first Homo species to move out of Africa wasHomo erectus, the African 
 variety of which, together with Homo heidelbergensis, is considered to be the 
 immediate ancestor of modern humans.


Re: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-05 Terurut Topik bandono . s
Nampaknya tidak begitu Ben, masih akan dilanjutkan dibawah dep/dir/budpar 
(Budaya n pariwisata). Aku tdk ngerti sekarang sudah jadi kementrian sendiri 
atau dibawah naungan depdikbudpar? 

Karena menyangkut kebudayaan dan kepariwisataan Indonesia.

Ada baiknya kok, dulu waktu masih remaja, habis berantem malah jadi teman baik 
sampai sekarang. Karena jadi saling mengenal lebih dekat.

Salam. 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Ben Sapiie bsap...@geodin.net
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 17:49:18 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG 
PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan 
penelitian Gunung Padang.  Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun 
akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling 
tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda 
maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi 
membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi 
ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda 
yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. 

Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh 
dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample 
yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang 
menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000  sdh sangat maju. Terus 
terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti..

DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti 
yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus 
demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan hasil team 
independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang mengatut teori 
expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic.  Sejarah 
memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau hipotesa bisa 
sangat panjang  Atau tidak berakhir..

Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang sekarang 
kelihatannya akan tertunda..

Salam,

Ben Sapiie









Send from my iPad 

On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote:

 http://en.wikipedia.org/wiki/Human
 
 sekedar memperlancar diskusi,  ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur  
 hamo sapiens.
 
 saya cut dan paste sedikit juga
 
 Humans (Homo sapiens) are primates of the family Hominidae, and the only 
 extant species of the genus Homo.[2][3] Humans are characterized by having a 
 large brain relative to body size, with a particularly well developed 
 neocortex, prefrontal cortex and temporal lobes, making them capable of 
 abstract reasoning, language, introspection, problem solving and culture 
 through social learning. This mental capability, combined with an adaptation 
 to bipedal locomotion that frees the hands for manipulating objects, has 
 allowed humans to make far greater use of tools than any other species. 
 Humans are the only extant species known to build firesand cook their food, 
 as well as the only known species to clothe themselves and create and use 
 numerous other technologies and arts. The scientific study of humans is the 
 discipline of anthropology.
 Humans are uniquely adept at utilizing systems of symbolic communication such 
 as language and art for self-expression, the exchange of ideas, and 
 organization. Humans create complex social structures composed of many 
 cooperating and competing groups, from families and kinship networks to 
 states. Social interactions between humans have established an extremely wide 
 variety of values, social norms, and rituals, which together form the basis 
 of human society. Humans are noted for their desire to understand and 
 influence their environment, seeking to explain and manipulate phenomena 
 through science, philosophy, mythology, and religion.
 Homo sapiens originated in Africa, where it reached anatomical modernity 
 about 200,000 years ago and began to exhibit full behavioral modernity around 
 50,000 years ago.[4] The human lineage diverged from the last common ancestor 
 with its closest living relative, the chimpanzee, some five million years 
 ago, evolving into the Australopithecines and eventually the genus Homo.[5] 
 The first Homo species to move out of Africa wasHomo erectus, the African 
 variety of which, together with Homo heidelbergensis, is considered to be the 
 immediate ancestor of modern humans.



Re: [iagi-net] age of homo sapines....Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-05 Terurut Topik danny . hilman
Bung Mino kayanya kurang nyimak inti permasalahannya deh. Bukan ttg ilmiah
Orang bertanya atau kritik atau mledek ya perlu disambut supaya tdk kecewa.  
Yang sy defence bukan saya tapi kebenaran. Sy sih biasa2 aja kok.

Kamana wae euy?


Danny Hilman Natawidjaja
LabEarth (Laboratory for Earth Hazards)
Geoteknologi - LIPI

-Original Message-
From: Ben Sapiie bsap...@geodin.net
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 17:49:18 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] age of homo sapinesRe: [iagi-net] SITUS GUNUNG 
PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Wah kelihatannya dua kubu sudah menggali Kampak perang nih utk urusan 
penelitian Gunung Padang.  Menyimak diskusinya sudah sangat menarik walaupun 
akhirnya tetap tidak memberikan kesimpulan maupun keyakinan yg pasti paling 
tidak buat saya. Karena sejauh ini argumennya belum berimbang baik metoda 
maupun sample yang dianalisa. Agak sulit kalau perdebatan ilmiah tetapi 
membanding interpretasinya bukan datanya dulu. Harapan saya utk berargumentasi 
ilmiah harus Ada duplikasi analisa atau bahkan memberikan alternatif metoda 
yang dapat dijadikan acuan secara kuantitatif. 

Misalnya sample semen, kekar kolom dan juga dating method. Sudah banyak contoh 
dalam paper ilmiah yang memberikan perbedaan dalam hasil analisa utk sample 
yang sama. Belum lagi masalah kontaminasi dalam pengambilan dll. Hal yang 
menarik jika benar adalah homo sapien yang 23,000  sdh sangat maju. Terus 
terang saya skeptic ... Tetapi cukup menarik utk diikuti..

DH tidak perlu terlalu defensif saya kira ini Hal biasa dalam science seperti 
yang diperlihatkan dalam sejarah. Pak Sujatmiko dengan group juga harus 
demikian paling tidak bisa hrs berargumentasi secara seimbang dengan hasil team 
independen. Sebagai contoh, sampai saat ini juga masih Ada yang mengatut teori 
expanding earth misalnya atau anti dengan plate tectonic.  Sejarah 
memperlihatkan bahwa perjalanan utk pembuktian sebuah teori atau hipotesa bisa 
sangat panjang  Atau tidak berakhir..

Sayangnya bukti yang dapat menyakinkan kebenaran ini utk Gn. Padang sekarang 
kelihatannya akan tertunda..

Salam,

Ben Sapiie









Send from my iPad 

On May 5, 2013, at 4:54 PM, Franciscus B Sinartio fbsinar...@yahoo.com wrote:

 http://en.wikipedia.org/wiki/Human
 
 sekedar memperlancar diskusi,  ini saya kasih link ke wikipedia ttg umur  
 hamo sapiens.
 
 saya cut dan paste sedikit juga
 
 Humans (Homo sapiens) are primates of the family Hominidae, and the only 
 extant species of the genus Homo.[2][3] Humans are characterized by having a 
 large brain relative to body size, with a particularly well developed 
 neocortex, prefrontal cortex and temporal lobes, making them capable of 
 abstract reasoning, language, introspection, problem solving and culture 
 through social learning. This mental capability, combined with an adaptation 
 to bipedal locomotion that frees the hands for manipulating objects, has 
 allowed humans to make far greater use of tools than any other species. 
 Humans are the only extant species known to build firesand cook their food, 
 as well as the only known species to clothe themselves and create and use 
 numerous other technologies and arts. The scientific study of humans is the 
 discipline of anthropology.
 Humans are uniquely adept at utilizing systems of symbolic communication such 
 as language and art for self-expression, the exchange of ideas, and 
 organization. Humans create complex social structures composed of many 
 cooperating and competing groups, from families and kinship networks to 
 states. Social interactions between humans have established an extremely wide 
 variety of values, social norms, and rituals, which together form the basis 
 of human society. Humans are noted for their desire to understand and 
 influence their environment, seeking to explain and manipulate phenomena 
 through science, philosophy, mythology, and religion.
 Homo sapiens originated in Africa, where it reached anatomical modernity 
 about 200,000 years ago and began to exhibit full behavioral modernity around 
 50,000 years ago.[4] The human lineage diverged from the last common ancestor 
 with its closest living relative, the chimpanzee, some five million years 
 ago, evolving into the Australopithecines and eventually the genus Homo.[5] 
 The first Homo species to move out of Africa wasHomo erectus, the African 
 variety of which, together with Homo heidelbergensis, is considered to be the 
 immediate ancestor of modern humans.



Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-05 Terurut Topik bandono . s
Hehehe kalau belajar tak ada capenya, makin sulit makin merangsang otak, hati 
dan fisik. Otak segar hati peka dan fisik membaik. Kalau lapar makan kalau 
lelah tidur.
Kalau lupa tanya ke yang tau/cari referensi.
Salam 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-05 Terurut Topik bandono . s
Menarik sekali semen/perekat jaman purba yang dibuat dari lempung, unsur karbon 
dan besi. Bagi saya kalau jaman 13000 tahun lalu sdh ditemukan perekat batu 
yang bagus dan bertahan sampai sekarang; kenapa tidak kita coba sekarang?

 Kita tidak perlu buat pabrik besar, menghancurkan bukit kapur yang juga 
berfungsi sbg tandon air, tidak perlu impor gipsum dan gali pasir besi dan 
bukit kwarsa. 

Mohon komposisi semen yang ditemukan di gn Padang dpt dimanfaatkan bagi 
pembangunan.

Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: bandon...@gmail.com
Date: Sun, 5 May 2013 06:22:26 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: bandon...@gmail.com
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Semen purba berumur 23.000 tahun
Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa 
merekamenemukan semen perekat kolom andesit  berumur 13.000 - 23.000 tahun,

Di atas  aku copy paste dari mang okim.

Kalau di bawah ini copy paste dari ahli geofisika TTPMG

Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya 
tahupersis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu 
adadiantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.

Naa silakan tanya ke ybs.

Salam

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-05 Terurut Topik benyamin sembiring
 dulu.
  Mudah-mudahan
 keterangan ini membantu.  Saya harus boarding sebentar lagi

 Salam

 -Original Message-
 From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
 bandon...@gmail.com
 Sent: 05 Mei 2013 13:22
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 Semen purba berumur 23.000 tahun
 Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa
 merekamenemukan semen perekat kolom andesit  berumur 13.000 - 23.000
 tahun,

 Di atas  aku copy paste dari mang okim.

 Kalau di bawah ini copy paste dari ahli geofisika TTPMG

 Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya
 tahupersis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu
 adadiantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.

 Naa silakan tanya ke ybs.

 Salam

 Powered by Telkomsel BlackBerry®




-- 
*benyamin sembiring*
WebRep
Overall rating


Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-05 Terurut Topik bandono . s
Bisa dilihat juga di turangga seta, bukak saja lewat opung google.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: benyamin sembiring benyaminsembir...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Mon, 6 May 2013 10:41:29 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Salam,

Pak Dani, sedikit mau mempertajam tentang umur.

Geologi mempelajari bagaimana hasil karya Tuhan (alam). Oleh karena itu
karya Tuhan mungkin masih banyak sekali yg tidak diketahui manusia
bagaimana Tuhan menciptakannya. Jadi apabila ada sesuatu yg tidak sesuai
dgn apa yg kita biasa pahami, jangan dulu kita katakan sebagai karya
manusia.

Arkeologi mempelajari bagaimana hasil karya manusia. KEBUDAYAN. Biasanya
apabila manusia tidak bisa menjelaskan suatu fenomeno itu lah dikatakan
sebagai karya Tuhan.

Untuk umur yg bapak lakukan itu, umur apa pak?
misal pasir yg ditemukan :
Umur pasir diayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu
(lebih muda)..
Kalo geologi umur yg dimaksud adalah umur saat Tuhan (alam)
membuatnya/terbentuknya.
Tapi kalo arkeologi adalah umur pasir tersebut saat berinteraksi dgn
manusia.
Nah...bagaimana bapak tau kapan pasir tersebut berinteraksi dgn manusia,
kira-kira dari apanya pak?
Mungkin pasir tersebut diangkat dgn ember/karung, ember/karung tersebut
ditemukan dan bisa kita tau umur pembuatan ember tersebut, disitulah kita
bisa tau pasir tersebut kapan berinteraksi dgn manusia. Saat pasir tidak
berinteraksi dgn manusia, kayaknya bukan arkeologi.

Jadi apabila pasir tersebut tidak bisa kita buktikan bahwa pernah
berinteraksi dgn manusia, hasil karya manusia, kayaknya gak cocok masuk ke
dunia arkeologi.

begitu juga untuk umur semen, umur tanah urukan?

Pak Dani, mohon dishare data-data arkeologi apa yg tim miliki atau artefak
apa yg sudah ditemukan untuk mendukung penelitian ini.

Saya berharap ada bangunan besar seperti animasi Pak Ali Akbar, mirip
piramida, supaya Indonesia menjadi kiblat peradaban dunia.

Salam
benz





Pada 5 Mei 2013 16.24, Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.commenulis:

 Ilmuwan itu harus 'skeptis', namun di sini sering diterjemahkan menjadi
 'apatis'. Skeptis yang benar selalu berusaha memahami dengan seksama semua
 tahapan dan analisa penelitian orang, terutama masalah akurasi dan
 ketidakpastiannya.  Etika ilmiah yang benar adalah menanyakan dengan sopan
 kepada peneliti apabila ada sesuatu yang dirasa belum clear, bukan
 memandang
 remeh peneliti apalagi langsung mem-vonis bahwa hasil penelitiannya salah.
 Sikap skeptis berarti banyak diskusi sehingga saling mengisi ilmu membuat
 analisa menjadi lebih tajam.  Itulah kenapa seorang Oppenheimer ketika
 ditanya tentang Sadahurip dan Gunung Padang jawabannya saya tidak tahu;
 terus terang saya skeptis, tapi saya ingin sekali melihat data dan
 analisanya karena apabila benar, ini hal yang sangat luarbiasa.  Jadi
 skeptis bukan semangat menghina atau membuang hasil penelitian orang, itu
 apatis, melainkan semangat untuk membuat hasil penelitian menjadi lebih
 baik.

 Keraguan akan hasil dating adalah hal yang memang seharusnya demikian,
 karena sampai sekarang kamipun masih terus menganalisanya, sering diskusi
 dengan teman-teman yang lebih ahli dalam hal ini.  Hasil dating Gunung
 Padang sekarang yang terbaik untuk tahap ini yang bisa kami lakukan dengan
 segala keterbatasan yang ada.  Sudah jauh lebih baik dari kelompok Petisi
 34
 yang tidak punya data umur karbon dating sama sekali, kecuali karbon dating
 dari longsoran di sungai di bawahnya yang kemudian dijadikan umur maksimal
 untuk situs, entah apa alasannya, bahkan longsoran itu asalnya darimana,
 apakah dari Gunung Padang atau Gunung Karuhun, tidak dibahas
 Penentuan umur karbon yang dilakukan oleh Beta Analytic terkenal sangat
 akurat dan dijamin keakuratannya.  Yang krusial adalah: umur itu
 merepresentasikan apa? Apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan?  Kunci
 utama adalah mendapatkan SAMPEL terbaik.  Waktu itu option kami sangat
 terbatas.
 Kami belum berhasi menemukan sampel terbaik, misalnya renik biologi yang
 sudah pasti insitu atau paling tidak lempengan charcoal.  Yang kami dating
 adalah very fine grain carbon yang disseminated dalam materialnya.
 Nonetheless, kelihatannya umur-umur yang akmi dapat cukup konsisten.
 Perkiraan umur dari bangunan di bawah kedalaman 5m-8m yang diwakili oleh
 karbon di dalam 'semen' adalah berkisar antara 13.000 - 23.000 tahun lalu.
 Umur pasir ayak yang mengisi rongga-nya adalah 11.600 tahun lalu (lebih
 muda), umur tanah urug yang menutupnya 8600 tahun lalu.  Bagian atas
 stratigrafinya ditutup oleh lapisan pasir-kerikil yang umur karbonnya 6600
 tahun lalu (yang di kedalaman 4-5 meter).
 Yang paling bisa dipercaya (terbaik) dalam batch-1 umur karbon sekarang
 adalah umur dari tanah urug yaitu 8600 tahun lalu.  Yang kedua  adalah umur
 pasir.  Umur semen menurut hemat saya yang mempunyai ketidakpastian paling

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik bandono . s
Naa siapa mas yang penasihat turangga seta?
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Sujatmiko m...@cbn.net.id
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sat, 4 May 2013 12:31:59 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Abah Yanto,

 

Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu, pencetus pertamanya adalah Yasasan
Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika mereka presentasi di kantor Wagub
Jabar dimana mang Okim spesial diundang. Disanalah mang Okim lihat video
yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta tentang hasil
interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga Seta (
asalnya dari  bisikan ghoib ).  Semoga jelas Abah,

 

Wassalam,

 

Mang Okim

 

From: Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] 
Sent: 04 Mei 2013 12:11
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Mang Okim

 

Apakah untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ?

Kalau baca UU  cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI.

Tapi memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena
prinsip yang dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik
Negara.

 

Saya sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni
persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe).

 

Salam manis dari sweet seventy si Abah

 

 

  _  

From: Sujatmiko m...@cbn.net.id
To: iagi-net@iagi.or.id 
Cc: MGEI economicgeol...@yahoogroups.com 
Sent: Saturday, May 4, 2013 10:10 AM
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG


Rekan-rekan IAGI yang budiman,



Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over
petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau
jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang
tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut  dan juga di
Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang
Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . 



Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut
maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya
puluhan tahun, di antaranya ada yang  doktor dan bahkan profesor. Berkat
para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan
geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan  stone tools alias
artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh  Bagawan Atlantis Oppenheimer
yang ketika berkunjung ke Pak SBY tahun lalu atas undangan Stafsus Presiden
Bidang Bantuan Sosial dan Bencana  berpesan : Untuk mengetahui kejayaan
manusia pra-sejarah di Indonesia, telitilah stone tools, jangan  piramida di
perut gunung, karena hal itu tidak mudah ! Believe it or not, koleksi
artefak mang Okim yang umumnya dari periode Paleolitik sudah nyampe puluhan
ribu batu, dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Jenis batunya
beragam, demikian juga tipologinya. Dari hasil buka-buka internet dan
baca-baca buku arkeologi, mang Okim menjadi yakin bahwa manusia prasejarah
Indonesia memang lebih maju dari rekan-rekannya di negara lain.



Semen purba berumur 23.000 tahun



Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa mereka
menemukan semen perekat kolom andesit  berumur 13.000 - 23.000 tahun, mang
Okim kebetulan sedang bersama beberapa Arkeolog dan mendengarkan diskusi
mereka. Mereka bilang bahwa penentuan umur yang demikian nothing to do with
archeology or paleo-culture . Lain halnya kalau semen tersebut bertautan
dengan objek arkeologi yang sudah confirmed. Ketika mang Okim berkunjung ke
Gunung Padang 3 hari lalu, semen purba tersebut sempat mang Okim amati
bersama Prof. Sutikno Bronto dan Ir. Pudjo Asmoro, keduanya ahli gunung api
purba. Semen purba tersebut yang tersingkap di tebing undak antara teras 1
dan teras 2 diduga kuat sebagai hasil pelapukan batuan andesit dimana
terlihat  adanya perlapisan semu yang di bagian tengahnya ada lapisan tipis
karbon hitam sub-horizontal . Fenomena semacam ini sangat umum terlihat di
singkapan batuan yang mengalami proces leaching. Nah, kalau contoh semen
purba ini didating, tentu saja bermanfaat, tetapi tidak untuk arkeologi
melainkan untuk geologi - - - ta' iya !!!



Dari contoh sederhana di atas apalagi dengan dating yang nyampe 23.000
tahun, seharusnya Dr. Ali Akbar memberikan sinyal kepada Tim Mandiri bahwa

RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus
atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung
oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja.  Mungkin Pak
Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan
supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa
petrografi dan kimianya atau pake XRD.  
Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang
ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan
sumber oleh Arkenas/BALAR.  Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan
batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan
geolistrik).  Tidak ada intrusi (dyke) vertikal.  Artinya susunan kolom itu
bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu
harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan).  Kalau
tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya
ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. 

Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu
persis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu ada
diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.
Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu.  23.000-an tahun mah
sudah tidak ada atuh.  Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an.

Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa
Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi.


-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
Sujatmiko
Sent: 04 Mei 2013 10:11
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: MGEI
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Rekan-rekan IAGI yang budiman,

 

Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over
petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau
jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang
tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut  dan juga di
Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang
Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . 

 

Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut
maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya
puluhan tahun, di antaranya ada yang  doktor dan bahkan profesor. Berkat
para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan
geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan  stone tools alias
artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh  Bagawan Atlantis Oppenheimer
yang ketika berkunjung ke Pak SBY tahun lalu atas undangan Stafsus Presiden
Bidang Bantuan Sosial dan Bencana  berpesan : Untuk mengetahui kejayaan
manusia pra-sejarah di Indonesia, telitilah stone tools, jangan  piramida di
perut gunung, karena hal itu tidak mudah ! Believe it or not, koleksi
artefak mang Okim yang umumnya dari periode Paleolitik sudah nyampe puluhan
ribu batu, dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Jenis batunya
beragam, demikian juga tipologinya. Dari hasil buka-buka internet dan
baca-baca buku arkeologi, mang Okim menjadi yakin bahwa manusia prasejarah
Indonesia memang lebih maju dari rekan-rekannya di negara lain.

 

Semen purba berumur 23.000 tahun

 

Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa mereka
menemukan semen perekat kolom andesit  berumur 13.000 - 23.000 tahun, mang
Okim kebetulan sedang bersama beberapa Arkeolog dan mendengarkan diskusi
mereka. Mereka bilang bahwa penentuan umur yang demikian nothing to do with
archeology or paleo-culture . Lain halnya kalau semen tersebut bertautan
dengan objek arkeologi yang sudah confirmed. Ketika mang Okim berkunjung ke
Gunung Padang 3 hari lalu, semen purba tersebut sempat mang Okim amati
bersama Prof. Sutikno Bronto dan Ir. Pudjo Asmoro, keduanya ahli gunung api
purba. Semen purba tersebut yang tersingkap di tebing undak antara teras 1
dan teras 2 diduga kuat sebagai hasil pelapukan batuan andesit dimana
terlihat  adanya perlapisan semu yang di bagian tengahnya ada lapisan tipis
karbon hitam sub-horizontal . Fenomena semacam ini sangat umum terlihat di
singkapan batuan yang mengalami proces leaching. Nah, kalau contoh semen
purba ini didating, tentu saja bermanfaat, tetapi tidak untuk arkeologi
melainkan untuk geologi - - - ta' iya !!!

 

Dari contoh sederhana di atas apalagi 

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik yustinus yuwono
Mang Okim yth,

Jadi apakah memang betul pijakan hipotesa kemungkinan adanya bangunan
canggih di bawah G Padang itu didasarkan atas dugaan paranormal (ghoib)?
Wah..wah..wah (gk ada komentar lanjut).

Sharing I : Kalo menggunakan paranormal gitu, meskipun saya yang doktor
geologi dengan desertasi petrologi volkanik purba ini, masih bisa
mentolerir bila menggunakan jasa paranormal misalnya kalo menyangkut
keselamatan nyawa manusia (misal mencari orang hilang dsb nya). Tapi kalo
untuk tujuan mencari endapan mineral, ataupun esplorasi geologi lainnya,
dibayar berapapun saya tidak akan mau nglakoni, karena saya menganggap
pelecehan terhadap geoscience. Malu sama profesor yang membimbing saya,
malu sama almamater tempat saya mendapat gelar, malu sama kaidah science
itu sendiri (meskipun mungkin berhasil?).

Sharing II : Seingat saya, ajaran dari Prof Sukendar Alm: di bidang
geologi, ada banyak tool untuk mendapatkan data (geologi) salah satunya
adalah metoda geofisik. Jadi (menurut beliau, dan saya juga percaya)
geofisik adalah tool. Namanya saja tool, jadi hasil geofisik adalah basic
data, bukan final result untuk membuat sintesa geologi. Yang lebih
berkompeten untuk membuat sintesa- nya adalah geologist bukan geophysisist.
Dalam hal G Padang geologist yang paling berkompeten untuk membuat sintesa
nya adalah geologist bidang gunungapi karena materi yang dipelajari adalah
produk volkanik (karena tidak semua geologist mengenal dengan baik karakter
volcanic products, apalagi geophysisist). Bisa saja seorang geophysisist
belajar geologi tetapi yaitu, pasti pengetahuan dasar geologinya sangat
tidak memadai dibanding geologist yang sehari- hari menggeluti ilmu geologi
itu sendiri. Bukan melecehkan teman2 geophysisist wong nyatanya kebanyakan
mereka rata2 makmur secara finansial karena sering dapat proyek yg nilainya
em -em an dan mereka rata2 pandai-pandai. Tetapi saya ingin mendudukkan
profesi masing2 secara proporsional.

Sekedar sharing malam Minggu.
Salam,
Yatno


2013/5/4 bandon...@gmail.com

 Naa siapa mas yang penasihat turangga seta?
 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: * Sujatmiko m...@cbn.net.id
 *Sender: * iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Sat, 4 May 2013 12:31:59 +0700
 *To: *iagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

  Abah Yanto,

 ** **

 Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu, pencetus pertamanya adalah
 Yasasan Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika mereka presentasi di kantor
 Wagub Jabar dimana mang Okim spesial diundang. Disanalah mang Okim lihat
 video yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta tentang
 hasil interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga
 Seta ( asalnya dari  bisikan ghoib ).  Semoga jelas Abah,

 ** **

 Wassalam,

 ** **

 Mang Okim

 ** **

 *From:* Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com]
 *Sent:* 04 Mei 2013 12:11
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 ** **

 Mang Okim

 ** **

 Apakah untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ?

 Kalau baca UU  cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI.

 Tapi memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena
 prinsip yang dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik
 Negara.

 ** **

 Saya sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni
 persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe).

 ** **

 Salam manis dari sweet seventy si Abah

 ** **

 ** **
--

 *From:* Sujatmiko m...@cbn.net.id
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Cc:* MGEI economicgeol...@yahoogroups.com
 *Sent:* Saturday, May 4, 2013 10:10 AM
 *Subject:* [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG


 Rekan-rekan IAGI yang budiman,



 Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
 biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
 berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
 dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
 di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
 berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
 karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
 Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang
 over
 petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau
 jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang
 tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut  dan juga di
 Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta
 yang
 Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) .



 Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut
 maka mang Okim dapat berkenalan dengan

RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Pak Yatno, daripada asbun dan komentar hal-hal yang bapak sendiri kurang
paham mendingan bantuin Mang Okim untuk bedain susunan kolom andesit yang
alamiah atau bukan.  Atau sekalian ikut meneliti semen Gunung Padang itu
dengan keahlian bapak.  Itu baru mantap.

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus
yuwono
Sent: 05 Mei 2013 0:12
To: iagi-net
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Mang Okim yth,

 

Jadi apakah memang betul pijakan hipotesa kemungkinan adanya bangunan
canggih di bawah G Padang itu didasarkan atas dugaan paranormal (ghoib)?
Wah..wah..wah (gk ada komentar lanjut).

 

Sharing I : Kalo menggunakan paranormal gitu, meskipun saya yang doktor
geologi dengan desertasi petrologi volkanik purba ini, masih bisa mentolerir
bila menggunakan jasa paranormal misalnya kalo menyangkut keselamatan nyawa
manusia (misal mencari orang hilang dsb nya). Tapi kalo untuk tujuan mencari
endapan mineral, ataupun esplorasi geologi lainnya, dibayar berapapun saya
tidak akan mau nglakoni, karena saya menganggap pelecehan terhadap
geoscience. Malu sama profesor yang membimbing saya, malu sama almamater
tempat saya mendapat gelar, malu sama kaidah science itu sendiri (meskipun
mungkin berhasil?).

 

Sharing II : Seingat saya, ajaran dari Prof Sukendar Alm: di bidang geologi,
ada banyak tool untuk mendapatkan data (geologi) salah satunya adalah metoda
geofisik. Jadi (menurut beliau, dan saya juga percaya) geofisik adalah tool.
Namanya saja tool, jadi hasil geofisik adalah basic data, bukan final result
untuk membuat sintesa geologi. Yang lebih berkompeten untuk membuat sintesa-
nya adalah geologist bukan geophysisist. Dalam hal G Padang geologist yang
paling berkompeten untuk membuat sintesa nya adalah geologist bidang
gunungapi karena materi yang dipelajari adalah produk volkanik (karena tidak
semua geologist mengenal dengan baik karakter volcanic products, apalagi
geophysisist). Bisa saja seorang geophysisist belajar geologi tetapi yaitu,
pasti pengetahuan dasar geologinya sangat tidak memadai dibanding geologist
yang sehari- hari menggeluti ilmu geologi itu sendiri. Bukan melecehkan
teman2 geophysisist wong nyatanya kebanyakan mereka rata2 makmur secara
finansial karena sering dapat proyek yg nilainya em -em an dan mereka rata2
pandai-pandai. Tetapi saya ingin mendudukkan profesi masing2 secara
proporsional. 

 

Sekedar sharing malam Minggu.

Salam,

Yatno

 

2013/5/4 bandon...@gmail.com

Naa siapa mas yang penasihat turangga seta?

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _  

From: Sujatmiko m...@cbn.net.id 

Sender: iagi-net@iagi.or.id 

Date: Sat, 4 May 2013 12:31:59 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Abah Yanto,

 

Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu, pencetus pertamanya adalah Yasasan
Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika mereka presentasi di kantor Wagub
Jabar dimana mang Okim spesial diundang. Disanalah mang Okim lihat video
yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta tentang hasil
interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga Seta (
asalnya dari  bisikan ghoib ).  Semoga jelas Abah,

 

Wassalam,

 

Mang Okim

 

From: Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] 
Sent: 04 Mei 2013 12:11
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Mang Okim

 

Apakah untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ?

Kalau baca UU  cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI.

Tapi memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena
prinsip yang dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik
Negara.

 

Saya sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni
persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe).

 

Salam manis dari sweet seventy si Abah

 

 

  _  

From: Sujatmiko m...@cbn.net.id
To: iagi-net@iagi.or.id 
Cc: MGEI economicgeol...@yahoogroups.com 
Sent: Saturday, May 4, 2013 10:10 AM
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG


Rekan-rekan IAGI yang budiman,



Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over
petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau
jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang
tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut  dan juga di

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik yustinus yuwono
Dr. Danny Hilman yang baik dan budiman,
Saya marah karena anda bilang asbun! Apakah anda tidak pernah diajar sopan
santun? Tolong baca baik2 komentar saya itu seluruhnya, bagian mana yang
asbun? Ini milis terbuka dibaca ribuan orang lho.
Mengenai kolomnar joint yang anda pake kartu truf itu kebetulan ada rekan
yang send salah satu contoh singkapan bagus sekali, tolong perhatikan
arahnya, ada yang vertikal, ada yang horizontal, bahkan saya pernah lihat
ada yang berbentuk kipas, sangat kompleks.
Salam hormat,
Yatno (yang bergelar baru doktor geologi asbun).


2013/5/5 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com

 Pak Yatno, daripada asbun dan komentar hal-hal yang bapak sendiri kurang
 paham mendingan bantuin Mang Okim untuk bedain susunan kolom andesit yang
 alamiah atau bukan.  Atau sekalian ikut meneliti semen Gunung Padang itu
 dengan keahlian bapak.  Itu baru mantap.

 ** **

 *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of 
 *yustinus
 yuwono
 *Sent:* 05 Mei 2013 0:12
 *To:* iagi-net

 *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 ** **

 Mang Okim yth,

 ** **

 Jadi apakah memang betul pijakan hipotesa kemungkinan adanya bangunan
 canggih di bawah G Padang itu didasarkan atas dugaan paranormal (ghoib)?
 Wah..wah..wah (gk ada komentar lanjut).

 ** **

 Sharing I : Kalo menggunakan paranormal gitu, meskipun saya yang doktor
 geologi dengan desertasi petrologi volkanik purba ini, masih bisa
 mentolerir bila menggunakan jasa paranormal misalnya kalo menyangkut
 keselamatan nyawa manusia (misal mencari orang hilang dsb nya). Tapi kalo
 untuk tujuan mencari endapan mineral, ataupun esplorasi geologi lainnya,
 dibayar berapapun saya tidak akan mau nglakoni, karena saya menganggap
 pelecehan terhadap geoscience. Malu sama profesor yang membimbing saya,
 malu sama almamater tempat saya mendapat gelar, malu sama kaidah science
 itu sendiri (meskipun mungkin berhasil?).

 ** **

 Sharing II : Seingat saya, ajaran dari Prof Sukendar Alm: di bidang
 geologi, ada banyak tool untuk mendapatkan data (geologi) salah satunya
 adalah metoda geofisik. Jadi (menurut beliau, dan saya juga percaya)
 geofisik adalah tool. Namanya saja tool, jadi hasil geofisik adalah basic
 data, bukan final result untuk membuat sintesa geologi. Yang lebih
 berkompeten untuk membuat sintesa- nya adalah geologist bukan geophysisist.
 Dalam hal G Padang geologist yang paling berkompeten untuk membuat sintesa
 nya adalah geologist bidang gunungapi karena materi yang dipelajari adalah
 produk volkanik (karena tidak semua geologist mengenal dengan baik karakter
 volcanic products, apalagi geophysisist). Bisa saja seorang geophysisist
 belajar geologi tetapi yaitu, pasti pengetahuan dasar geologinya sangat
 tidak memadai dibanding geologist yang sehari- hari menggeluti ilmu geologi
 itu sendiri. Bukan melecehkan teman2 geophysisist wong nyatanya kebanyakan
 mereka rata2 makmur secara finansial karena sering dapat proyek yg nilainya
 em -em an dan mereka rata2 pandai-pandai. Tetapi saya ingin mendudukkan
 profesi masing2 secara proporsional. 

 ** **

 Sekedar sharing malam Minggu.

 Salam,

 Yatno

 ** **

 2013/5/4 bandon...@gmail.com

 Naa siapa mas yang penasihat turangga seta?

 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --

 *From: *Sujatmiko m...@cbn.net.id 

 *Sender: *iagi-net@iagi.or.id 

 *Date: *Sat, 4 May 2013 12:31:59 +0700

 *To: *iagi-net@iagi.or.id

 *ReplyTo: *iagi-net@iagi.or.id 

 *Subject: *RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 ** **

 Abah Yanto,

  

 Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu, pencetus pertamanya adalah
 Yasasan Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika mereka presentasi di kantor
 Wagub Jabar dimana mang Okim spesial diundang. Disanalah mang Okim lihat
 video yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta tentang
 hasil interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga
 Seta ( asalnya dari  bisikan ghoib ).  Semoga jelas Abah,

  

 Wassalam,

  

 Mang Okim

  

 *From:* Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com]
 *Sent:* 04 Mei 2013 12:11
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Subject:* Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

  

 Mang Okim

  

 Apakah untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ?

 Kalau baca UU  cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI.

 Tapi memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena
 prinsip yang dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik
 Negara.

  

 Saya sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni
 persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe).

  

 Salam manis dari sweet seventy si Abah

  

  
 --

 *From:* Sujatmiko m...@cbn.net.id
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Cc:* MGEI

RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Artikel dan gambar menarik.  Prinsipnya arah kolom tegak lurus arah aliran
atau permukaan pendinginan. Deflection dari arah umum tidak aneh.  
Ada beda arah kolom ekstrim yang dimaksud itu maksudnya yang foto paling
bawahnya? Untuk kasus khusus apabila lavanya masuk ke dalam air sehingga
mengalami pendinginan dipengaruhi oleh arus air.  Yang terlihat seperti acak
itu hanya bagian atas dari lava yang karena aliran air membuat
front'pendinginannya bayak arah sehingga terjadi struktur yang bukan
columnar joint biasa tapi disebut sebagai:ENTABLATURE.  Dalam foto idak
jelas diperlihatkan apakah masih berbentuk kolom hexagonal atau tidak
(disebutnya sebagai irregular, hackly jointing)


-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
gozal...@gmail.com
Sent: 05 Mei 2013 0:08
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Salam rekan dan senior,
Saya cukup menikmati diskusi ini, sangat menarik...
Hanya iseng saja googling di internet tanpa tendensi ke salah satu
interpretasi, ternyata posisi columnar joint bisa kemana saja, link di
bawah, blog nya AGU, ada dokumentasi singkapan menunjukkan posisi columnar
joint dari vertikal, rebah sampai horizontal di singkapan yang sama dan
dalam jarak yang dekat... 
Saya attachkan juga image nya. Ada yang bisa memberi pencerahan? 
http://blogs.agu.org/georneys/2012/11/18/geology-word-of-the-week-c-is-for-c
olumnar-jointing/

Salam hormat
Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus
atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung
oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja.  Mungkin Pak
Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan
supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa
petrografi dan kimianya atau pake XRD.  
Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang
ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan
sumber oleh Arkenas/BALAR.  Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan
batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan
geolistrik).  Tidak ada intrusi (dyke) vertikal.  Artinya susunan kolom itu
bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu
harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan).  Kalau
tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya
ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. 

Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu
persis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu ada
diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.
Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu.  23.000-an tahun mah
sudah tidak ada atuh.  Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an.

Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa
Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi.


-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
Sujatmiko
Sent: 04 Mei 2013 10:11
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: MGEI
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Rekan-rekan IAGI yang budiman,

 

Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over
petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau
jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang
tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut  dan juga di
Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang
Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . 

 

Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut
maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya
puluhan tahun, di antaranya ada yang  doktor dan bahkan profesor. Berkat
para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan
geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan  stone tools alias
artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh  Bagawan Atlantis Oppenheimer
yang ketika

RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Oh kalau yang diatach ini kelihatannya hanya deflection saja, mungkin karena
didekat edges lava-nya atau karena iregularity morfologi/base-nya.  Tapi
kelihatannya engga sampai 90 derajat ah bedanya.  Itu 'efek'angle foto saja.
Mungkin sekitar 20-30 derajat saja deflectionnya.  Waktu saya ke singkapan
columnar joint di Giant Cause Way, Irlandia Utara, saya juga mengamati
gejala ini.


-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
gozal...@gmail.com
Sent: 05 Mei 2013 0:08
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Salam rekan dan senior,
Saya cukup menikmati diskusi ini, sangat menarik...
Hanya iseng saja googling di internet tanpa tendensi ke salah satu
interpretasi, ternyata posisi columnar joint bisa kemana saja, link di
bawah, blog nya AGU, ada dokumentasi singkapan menunjukkan posisi columnar
joint dari vertikal, rebah sampai horizontal di singkapan yang sama dan
dalam jarak yang dekat... 
Saya attachkan juga image nya. Ada yang bisa memberi pencerahan? 
http://blogs.agu.org/georneys/2012/11/18/geology-word-of-the-week-c-is-for-c
olumnar-jointing/

Salam hormat
Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus
atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung
oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja.  Mungkin Pak
Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan
supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa
petrografi dan kimianya atau pake XRD.  
Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang
ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan
sumber oleh Arkenas/BALAR.  Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan
batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan
geolistrik).  Tidak ada intrusi (dyke) vertikal.  Artinya susunan kolom itu
bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu
harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan).  Kalau
tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya
ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. 

Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu
persis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu ada
diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.
Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu.  23.000-an tahun mah
sudah tidak ada atuh.  Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an.

Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa
Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi.


-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
Sujatmiko
Sent: 04 Mei 2013 10:11
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: MGEI
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Rekan-rekan IAGI yang budiman,

 

Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over
petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau
jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang
tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut  dan juga di
Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang
Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . 

 

Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut
maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya
puluhan tahun, di antaranya ada yang  doktor dan bahkan profesor. Berkat
para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan
geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan  stone tools alias
artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh  Bagawan Atlantis Oppenheimer
yang ketika berkunjung ke Pak SBY tahun lalu atas undangan Stafsus Presiden
Bidang Bantuan Sosial dan Bencana  berpesan : Untuk mengetahui kejayaan
manusia pra-sejarah di Indonesia, telitilah stone tools, jangan  piramida di
perut gunung, karena hal itu tidak mudah ! Believe it or not, koleksi
artefak mang Okim

RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Yang bilang dugaan bangunan di bawah G.Padang berdasarkan paranormal.

Yang paling bekompeten interpretasi geolistrik untuk lingkungan Gunung Api
hanya vulkcanologist.

Gitu Pak.   Mohon maaf kalau bapak sampai tersinggung.

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus
yuwono
Sent: 05 Mei 2013 0:30
To: iagi-net
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Dr. Danny Hilman yang baik dan budiman,

Saya marah karena anda bilang asbun! Apakah anda tidak pernah diajar sopan
santun? Tolong baca baik2 komentar saya itu seluruhnya, bagian mana yang
asbun? Ini milis terbuka dibaca ribuan orang lho.

Mengenai kolomnar joint yang anda pake kartu truf itu kebetulan ada rekan
yang send salah satu contoh singkapan bagus sekali, tolong perhatikan
arahnya, ada yang vertikal, ada yang horizontal, bahkan saya pernah lihat
ada yang berbentuk kipas, sangat kompleks.

Salam hormat,

Yatno (yang bergelar baru doktor geologi asbun).

 

2013/5/5 Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com

Pak Yatno, daripada asbun dan komentar hal-hal yang bapak sendiri kurang
paham mendingan bantuin Mang Okim untuk bedain susunan kolom andesit yang
alamiah atau bukan.  Atau sekalian ikut meneliti semen Gunung Padang itu
dengan keahlian bapak.  Itu baru mantap.

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yustinus
yuwono
Sent: 05 Mei 2013 0:12
To: iagi-net


Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Mang Okim yth,

 

Jadi apakah memang betul pijakan hipotesa kemungkinan adanya bangunan
canggih di bawah G Padang itu didasarkan atas dugaan paranormal (ghoib)?
Wah..wah..wah (gk ada komentar lanjut).

 

Sharing I : Kalo menggunakan paranormal gitu, meskipun saya yang doktor
geologi dengan desertasi petrologi volkanik purba ini, masih bisa mentolerir
bila menggunakan jasa paranormal misalnya kalo menyangkut keselamatan nyawa
manusia (misal mencari orang hilang dsb nya). Tapi kalo untuk tujuan mencari
endapan mineral, ataupun esplorasi geologi lainnya, dibayar berapapun saya
tidak akan mau nglakoni, karena saya menganggap pelecehan terhadap
geoscience. Malu sama profesor yang membimbing saya, malu sama almamater
tempat saya mendapat gelar, malu sama kaidah science itu sendiri (meskipun
mungkin berhasil?).

 

Sharing II : Seingat saya, ajaran dari Prof Sukendar Alm: di bidang geologi,
ada banyak tool untuk mendapatkan data (geologi) salah satunya adalah metoda
geofisik. Jadi (menurut beliau, dan saya juga percaya) geofisik adalah tool.
Namanya saja tool, jadi hasil geofisik adalah basic data, bukan final result
untuk membuat sintesa geologi. Yang lebih berkompeten untuk membuat sintesa-
nya adalah geologist bukan geophysisist. Dalam hal G Padang geologist yang
paling berkompeten untuk membuat sintesa nya adalah geologist bidang
gunungapi karena materi yang dipelajari adalah produk volkanik (karena tidak
semua geologist mengenal dengan baik karakter volcanic products, apalagi
geophysisist). Bisa saja seorang geophysisist belajar geologi tetapi yaitu,
pasti pengetahuan dasar geologinya sangat tidak memadai dibanding geologist
yang sehari- hari menggeluti ilmu geologi itu sendiri. Bukan melecehkan
teman2 geophysisist wong nyatanya kebanyakan mereka rata2 makmur secara
finansial karena sering dapat proyek yg nilainya em -em an dan mereka rata2
pandai-pandai. Tetapi saya ingin mendudukkan profesi masing2 secara
proporsional. 

 

Sekedar sharing malam Minggu.

Salam,

Yatno

 

2013/5/4 bandon...@gmail.com

Naa siapa mas yang penasihat turangga seta?

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _  

From: Sujatmiko m...@cbn.net.id 

Sender: iagi-net@iagi.or.id 

Date: Sat, 4 May 2013 12:31:59 +0700

To: iagi-net@iagi.or.id

ReplyTo: iagi-net@iagi.or.id 

Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Abah Yanto,

 

Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu, pencetus pertamanya adalah Yasasan
Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika mereka presentasi di kantor Wagub
Jabar dimana mang Okim spesial diundang. Disanalah mang Okim lihat video
yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta tentang hasil
interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga Seta (
asalnya dari  bisikan ghoib ).  Semoga jelas Abah,

 

Wassalam,

 

Mang Okim

 

From: Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] 
Sent: 04 Mei 2013 12:11
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Mang Okim

 

Apakah untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ?

Kalau baca UU  cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI.

Tapi memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena
prinsip yang dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik
Negara.

 

Saya sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni
persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe).

 

Salam manis dari sweet seventy si Abah

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik gozali . r
Oh begitu, terimakasih banyak, 
jadi yang posisi alamiahnya horizontal tidak dapat dikategorikan sebagai 
columnar joint :)

Best regards,

Gozali
Sent from my BlackBerry® smartphone powered by U Mobile

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 00:39:20 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Artikel dan gambar menarik.  Prinsipnya arah kolom tegak lurus arah aliran
atau permukaan pendinginan. Deflection dari arah umum tidak aneh.  
Ada beda arah kolom ekstrim yang dimaksud itu maksudnya yang foto paling
bawahnya? Untuk kasus khusus apabila lavanya masuk ke dalam air sehingga
mengalami pendinginan dipengaruhi oleh arus air.  Yang terlihat seperti acak
itu hanya bagian atas dari lava yang karena aliran air membuat
front'pendinginannya bayak arah sehingga terjadi struktur yang bukan
columnar joint biasa tapi disebut sebagai:ENTABLATURE.  Dalam foto idak
jelas diperlihatkan apakah masih berbentuk kolom hexagonal atau tidak
(disebutnya sebagai irregular, hackly jointing)


-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
gozal...@gmail.com
Sent: 05 Mei 2013 0:08
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Salam rekan dan senior,
Saya cukup menikmati diskusi ini, sangat menarik...
Hanya iseng saja googling di internet tanpa tendensi ke salah satu
interpretasi, ternyata posisi columnar joint bisa kemana saja, link di
bawah, blog nya AGU, ada dokumentasi singkapan menunjukkan posisi columnar
joint dari vertikal, rebah sampai horizontal di singkapan yang sama dan
dalam jarak yang dekat... 
Saya attachkan juga image nya. Ada yang bisa memberi pencerahan? 
http://blogs.agu.org/georneys/2012/11/18/geology-word-of-the-week-c-is-for-c
olumnar-jointing/

Salam hormat
Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus
atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung
oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja.  Mungkin Pak
Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan
supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa
petrografi dan kimianya atau pake XRD.  
Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang
ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan
sumber oleh Arkenas/BALAR.  Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan
batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan
geolistrik).  Tidak ada intrusi (dyke) vertikal.  Artinya susunan kolom itu
bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu
harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan).  Kalau
tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya
ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. 

Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu
persis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu ada
diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.
Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu.  23.000-an tahun mah
sudah tidak ada atuh.  Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an.

Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa
Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi.


-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
Sujatmiko
Sent: 04 Mei 2013 10:11
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: MGEI
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Rekan-rekan IAGI yang budiman,

 

Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over
petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau
jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang
tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut  dan juga di
Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang
Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik gozali . r
Betul juga Pak,
Mungkin fotografernya menggunakan lensa khusus (semacam fish eye), jadi 
distorsinya besar sekali.

Best regards,



Sent from my BlackBerry® smartphone powered by U Mobile

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 00:44:29 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Oh kalau yang diatach ini kelihatannya hanya deflection saja, mungkin karena
didekat edges lava-nya atau karena iregularity morfologi/base-nya.  Tapi
kelihatannya engga sampai 90 derajat ah bedanya.  Itu 'efek'angle foto saja.
Mungkin sekitar 20-30 derajat saja deflectionnya.  Waktu saya ke singkapan
columnar joint di Giant Cause Way, Irlandia Utara, saya juga mengamati
gejala ini.


-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
gozal...@gmail.com
Sent: 05 Mei 2013 0:08
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Salam rekan dan senior,
Saya cukup menikmati diskusi ini, sangat menarik...
Hanya iseng saja googling di internet tanpa tendensi ke salah satu
interpretasi, ternyata posisi columnar joint bisa kemana saja, link di
bawah, blog nya AGU, ada dokumentasi singkapan menunjukkan posisi columnar
joint dari vertikal, rebah sampai horizontal di singkapan yang sama dan
dalam jarak yang dekat... 
Saya attachkan juga image nya. Ada yang bisa memberi pencerahan? 
http://blogs.agu.org/georneys/2012/11/18/geology-word-of-the-week-c-is-for-c
olumnar-jointing/

Salam hormat
Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus
atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung
oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja.  Mungkin Pak
Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan
supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa
petrografi dan kimianya atau pake XRD.  
Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang
ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan
sumber oleh Arkenas/BALAR.  Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan
batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan
geolistrik).  Tidak ada intrusi (dyke) vertikal.  Artinya susunan kolom itu
bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu
harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan).  Kalau
tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya
ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. 

Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu
persis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu ada
diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.
Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu.  23.000-an tahun mah
sudah tidak ada atuh.  Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an.

Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa
Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi.


-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
Sujatmiko
Sent: 04 Mei 2013 10:11
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: MGEI
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Rekan-rekan IAGI yang budiman,

 

Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over
petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau
jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang
tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut  dan juga di
Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang
Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . 

 

Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut
maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya
puluhan tahun, di antaranya ada yang  doktor dan bahkan profesor. Berkat
para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan
geo

RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Kalau columnar jointnya berasal dari dyke (vertical) kolomnya akan
horisontal, atau kalau lapisan lavanya sudah terlipat oleh tektonik bisa ada
yang horisontal juga pak.

-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
gozal...@gmail.com
Sent: 05 Mei 2013 0:49
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Oh begitu, terimakasih banyak,
jadi yang posisi alamiahnya horizontal tidak dapat dikategorikan sebagai
columnar joint :)

Best regards,

Gozali
Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 00:39:20
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Artikel
dan gambar menarik.  Prinsipnya arah kolom tegak lurus arah aliran atau
permukaan pendinginan. Deflection dari arah umum tidak aneh.  
Ada beda arah kolom ekstrim yang dimaksud itu maksudnya yang foto paling
bawahnya? Untuk kasus khusus apabila lavanya masuk ke dalam air sehingga
mengalami pendinginan dipengaruhi oleh arus air.  Yang terlihat seperti acak
itu hanya bagian atas dari lava yang karena aliran air membuat
front'pendinginannya bayak arah sehingga terjadi struktur yang bukan
columnar joint biasa tapi disebut sebagai:ENTABLATURE.  Dalam foto idak
jelas diperlihatkan apakah masih berbentuk kolom hexagonal atau tidak
(disebutnya sebagai irregular, hackly jointing)


-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
gozal...@gmail.com
Sent: 05 Mei 2013 0:08
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Salam rekan dan senior,
Saya cukup menikmati diskusi ini, sangat menarik...
Hanya iseng saja googling di internet tanpa tendensi ke salah satu
interpretasi, ternyata posisi columnar joint bisa kemana saja, link di
bawah, blog nya AGU, ada dokumentasi singkapan menunjukkan posisi columnar
joint dari vertikal, rebah sampai horizontal di singkapan yang sama dan
dalam jarak yang dekat... 
Saya attachkan juga image nya. Ada yang bisa memberi pencerahan? 
http://blogs.agu.org/georneys/2012/11/18/geology-word-of-the-week-c-is-for-c
olumnar-jointing/

Salam hormat
Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus
atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung
oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja.  Mungkin Pak
Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan
supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa
petrografi dan kimianya atau pake XRD.  
Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang
ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan
sumber oleh Arkenas/BALAR.  Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan
batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan
geolistrik).  Tidak ada intrusi (dyke) vertikal.  Artinya susunan kolom itu
bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu
harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan).  Kalau
tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya
ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. 

Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu
persis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu ada
diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.
Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu.  23.000-an tahun mah
sudah tidak ada atuh.  Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an.

Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa
Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi.


-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
Sujatmiko
Sent: 04 Mei 2013 10:11
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: MGEI
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Rekan-rekan IAGI yang budiman,

 

Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
Nah, 40 tahun kemudian

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik gozali . r
Terimakasih banyak Pak,
Jadi dalam kasus gunung padang ini letak columnar joint yang horizontal 
sempurna dan rapi ini hanya dimungkinkan karena diletakkan sedemikian rupa oleh 
peradaban? 
Karena tidak mungkin ada pengaruh air atau dike atau posisi intrusi yang sudah 
pada tepinya? 


Best regards,

Gozali

Sent from my BlackBerry® smartphone powered by U Mobile

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 00:55:32 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Kalau columnar jointnya berasal dari dyke (vertical) kolomnya akan
horisontal, atau kalau lapisan lavanya sudah terlipat oleh tektonik bisa ada
yang horisontal juga pak.

-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
gozal...@gmail.com
Sent: 05 Mei 2013 0:49
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Oh begitu, terimakasih banyak,
jadi yang posisi alamiahnya horizontal tidak dapat dikategorikan sebagai
columnar joint :)

Best regards,

Gozali
Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 00:39:20
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Artikel
dan gambar menarik.  Prinsipnya arah kolom tegak lurus arah aliran atau
permukaan pendinginan. Deflection dari arah umum tidak aneh.  
Ada beda arah kolom ekstrim yang dimaksud itu maksudnya yang foto paling
bawahnya? Untuk kasus khusus apabila lavanya masuk ke dalam air sehingga
mengalami pendinginan dipengaruhi oleh arus air.  Yang terlihat seperti acak
itu hanya bagian atas dari lava yang karena aliran air membuat
front'pendinginannya bayak arah sehingga terjadi struktur yang bukan
columnar joint biasa tapi disebut sebagai:ENTABLATURE.  Dalam foto idak
jelas diperlihatkan apakah masih berbentuk kolom hexagonal atau tidak
(disebutnya sebagai irregular, hackly jointing)


-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
gozal...@gmail.com
Sent: 05 Mei 2013 0:08
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Salam rekan dan senior,
Saya cukup menikmati diskusi ini, sangat menarik...
Hanya iseng saja googling di internet tanpa tendensi ke salah satu
interpretasi, ternyata posisi columnar joint bisa kemana saja, link di
bawah, blog nya AGU, ada dokumentasi singkapan menunjukkan posisi columnar
joint dari vertikal, rebah sampai horizontal di singkapan yang sama dan
dalam jarak yang dekat... 
Saya attachkan juga image nya. Ada yang bisa memberi pencerahan? 
http://blogs.agu.org/georneys/2012/11/18/geology-word-of-the-week-c-is-for-c
olumnar-jointing/

Salam hormat
Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus
atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung
oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja.  Mungkin Pak
Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan
supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa
petrografi dan kimianya atau pake XRD.  
Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang
ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan
sumber oleh Arkenas/BALAR.  Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan
batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan
geolistrik).  Tidak ada intrusi (dyke) vertikal.  Artinya susunan kolom itu
bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu
harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan).  Kalau
tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya
ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. 

Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu
persis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu ada
diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.
Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu.  23.000-an tahun mah
sudah tidak ada atuh.  Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an.

Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa
Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi.


-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
Sujatmiko
Sent: 04 Mei 2013 10:11
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: MGEI
Subject

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik bandono . s
Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens) itu 
munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial 

There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini 
tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C. (Hihihi 
buku kuno ada dirumaku)
Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit buku 
baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin cement 
bercampur besi pada 23000 S.M

Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus
atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung
oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja.  Mungkin Pak
Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan
supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa
petrografi dan kimianya atau pake XRD.  
Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang
ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan
sumber oleh Arkenas/BALAR.  Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan
batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan
geolistrik).  Tidak ada intrusi (dyke) vertikal.  Artinya susunan kolom itu
bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu
harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan).  Kalau
tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya
ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. 

Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu
persis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu ada
diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.
Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu.  23.000-an tahun mah
sudah tidak ada atuh.  Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an.

Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa
Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi.


-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
Sujatmiko
Sent: 04 Mei 2013 10:11
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: MGEI
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Rekan-rekan IAGI yang budiman,

 

Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over
petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau
jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang
tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut  dan juga di
Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang
Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . 

 

Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut
maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya
puluhan tahun, di antaranya ada yang  doktor dan bahkan profesor. Berkat
para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan
geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan  stone tools alias
artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh  Bagawan Atlantis Oppenheimer
yang ketika berkunjung ke Pak SBY tahun lalu atas undangan Stafsus Presiden
Bidang Bantuan Sosial dan Bencana  berpesan : Untuk mengetahui kejayaan
manusia pra-sejarah di Indonesia, telitilah stone tools, jangan  piramida di
perut gunung, karena hal itu tidak mudah ! Believe it or not, koleksi
artefak mang Okim yang umumnya dari periode Paleolitik sudah nyampe puluhan
ribu batu, dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Jenis batunya
beragam, demikian juga tipologinya. Dari hasil buka-buka internet dan
baca-baca buku arkeologi, mang Okim menjadi yakin bahwa manusia prasejarah
Indonesia memang lebih maju dari rekan-rekannya di negara lain.

 

Semen purba berumur 23.000 tahun

 

Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa mereka
menemukan semen perekat kolom andesit  berumur 13.000 - 23.000 tahun, mang
Okim kebetulan sedang bersama beberapa Arkeolog dan mendengarkan diskusi
mereka. Mereka bilang bahwa penentuan umur yang demikian nothing to do

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik bandono . s
 Baguslah sebagai selingan bahasan mau naiknya harga bahan bakar yang bikin 
ribut pengusaha dan konsumennya., serta pasang surut produksi minyak Indonesia, 
yang sering dibahas di Milis IAGI.

Itu ada teriakan dari UNS ke IAGI tentang longsor besar di Majalengka. 
Komite Bencana IAGI aku juga pengin tau.
(Sisipan dari bahasan minyak dan geoarkeologi)

Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Wah terus berlanjut keramaian diskusi Situs G. Padang dari dua kubu.
Kalau dilihat dari korelasi nama Piramid dengan kebiasaan nama orang. Di G.
Padang konon ada yang berpendapat di G. Padang ada situs Piramid, dimana
terminologi Piramid yang merupakan situs purbakala lebih populer di Mesir,
misalnya Piramid Giza. Mungkin saja Piramid bangunan kuno ala Mesir ini
hadir di Jawa Barat G. Padang), karena kalau kita lihat model penamaan
orang di Sunda khususnya sering terjadi perulangan seperti Erly Tjarlia,
Ajat Sudrajat. Di Mesir juga kita jumpai mungkin leluhurnya dari Tanah
Sunda, misalnya mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali.
Ini sekedar intermezo untuk meredakan ketegangan soal situs G. Padang.


Lam Salam,


On Sunday, May 5, 2013, wrote:

 Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens)
 itu munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial

 There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini
 tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C.
 (Hihihi buku kuno ada dirumaku)
 Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit
 buku baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin
 cement bercampur besi pada 23000 S.M

 Salam.
 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang
 membungkus
 atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung
 oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja.  Mungkin Pak
 Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan
 supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa
 petrografi dan kimianya atau pake XRD.
 Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih
 (yang
 ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan
 sumber oleh Arkenas/BALAR.  Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan
 batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan
 geolistrik).  Tidak ada intrusi (dyke) vertikal.  Artinya susunan kolom itu
 bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu
 harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan).  Kalau
 tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya
 ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno.

 Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu
 persis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu ada
 diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.
 Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu.  23.000-an tahun
 mah
 sudah tidak ada atuh.  Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an.

 Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa
 Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi.


 -Original Message-
 From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
 Sujatmiko
 Sent: 04 Mei 2013 10:11
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Cc: MGEI
 Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 Rekan-rekan IAGI yang budiman,



 Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
 biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
 berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
 dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
 di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
 berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
 karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
 Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang
 over
 petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau
 jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang
 tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut  dan juga di
 Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta
 yang
 Direkturnya mengaku jebolan MIT

RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik Danny Hilman Natawidjaja
Mungkin, atau wide-angle biasa saja.  Mudahnya, perhatikan bahwa kolom-kolom
di pojok kiri yang terlihat horisontal itu sebenarnya selaras dengan
kolom-kolom yang melengkung di bagian tengah.

-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
gozal...@gmail.com
Sent: 05 Mei 2013 0:53
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Betul juga Pak,
Mungkin fotografernya menggunakan lensa khusus (semacam fish eye), jadi
distorsinya besar sekali.

Best regards,



Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 00:44:29
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG Oh kalau
yang diatach ini kelihatannya hanya deflection saja, mungkin karena didekat
edges lava-nya atau karena iregularity morfologi/base-nya.  Tapi
kelihatannya engga sampai 90 derajat ah bedanya.  Itu 'efek'angle foto saja.
Mungkin sekitar 20-30 derajat saja deflectionnya.  Waktu saya ke singkapan
columnar joint di Giant Cause Way, Irlandia Utara, saya juga mengamati
gejala ini.


-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
gozal...@gmail.com
Sent: 05 Mei 2013 0:08
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Salam rekan dan senior,
Saya cukup menikmati diskusi ini, sangat menarik...
Hanya iseng saja googling di internet tanpa tendensi ke salah satu
interpretasi, ternyata posisi columnar joint bisa kemana saja, link di
bawah, blog nya AGU, ada dokumentasi singkapan menunjukkan posisi columnar
joint dari vertikal, rebah sampai horizontal di singkapan yang sama dan
dalam jarak yang dekat... 
Saya attachkan juga image nya. Ada yang bisa memberi pencerahan? 
http://blogs.agu.org/georneys/2012/11/18/geology-word-of-the-week-c-is-for-c
olumnar-jointing/

Salam hormat
Sent from my BlackBerryR smartphone powered by U Mobile

-Original Message-
From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang membungkus
atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung
oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja.  Mungkin Pak
Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan
supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa
petrografi dan kimianya atau pake XRD.  
Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih (yang
ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan
sumber oleh Arkenas/BALAR.  Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan
batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan
geolistrik).  Tidak ada intrusi (dyke) vertikal.  Artinya susunan kolom itu
bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu
harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan).  Kalau
tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya
ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno. 

Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu
persis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu ada
diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.
Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu.  23.000-an tahun mah
sudah tidak ada atuh.  Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an.

Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa
Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi.


-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
Sujatmiko
Sent: 04 Mei 2013 10:11
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: MGEI
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Rekan-rekan IAGI yang budiman,

 

Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over
petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau
jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang
tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut  dan juga di
Gunung Lalakon dan Gunung

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik bandono . s
Setau aku piramida maya itu dibangun pada masa sejarah. Manusia sdh dpt 
mengolah logam, mengenal angka, huruf dsb. Bisa meramal kiamat th 2012 meskipun 
tdk terjadi.

Manusia modern (homo sapien sapien) kata ahlinya kan baru muncul di 1 BC. 
(Apa bener pak Prof Yahdi Zaim? Betulkan bila aku salah)

Naa di tanah Sunda sdh ada peradaban besar yang memakai semen berumur 23000 BC. 
Kan luar biasa itu. Itu sisi menariknya. 

Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Wah terus berlanjut keramaian diskusi Situs G. Padang dari dua kubu.
Kalau dilihat dari korelasi nama Piramid dengan kebiasaan nama orang. Di G.
Padang konon ada yang berpendapat di G. Padang ada situs Piramid, dimana
terminologi Piramid yang merupakan situs purbakala lebih populer di Mesir,
misalnya Piramid Giza. Mungkin saja Piramid bangunan kuno ala Mesir ini
hadir di Jawa Barat G. Padang), karena kalau kita lihat model penamaan
orang di Sunda khususnya sering terjadi perulangan seperti Erly Tjarlia,
Ajat Sudrajat. Di Mesir juga kita jumpai mungkin leluhurnya dari Tanah
Sunda, misalnya mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali.
Ini sekedar intermezo untuk meredakan ketegangan soal situs G. Padang.


Lam Salam,


On Sunday, May 5, 2013, wrote:

 Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens)
 itu munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial

 There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini
 tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C.
 (Hihihi buku kuno ada dirumaku)
 Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit
 buku baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin
 cement bercampur besi pada 23000 S.M

 Salam.
 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang
 membungkus
 atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung
 oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja.  Mungkin Pak
 Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan
 supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa
 petrografi dan kimianya atau pake XRD.
 Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih
 (yang
 ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan
 sumber oleh Arkenas/BALAR.  Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan
 batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan
 geolistrik).  Tidak ada intrusi (dyke) vertikal.  Artinya susunan kolom itu
 bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu
 harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan).  Kalau
 tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya
 ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno.

 Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu
 persis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu ada
 diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.
 Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu.  23.000-an tahun
 mah
 sudah tidak ada atuh.  Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an.

 Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa
 Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi.


 -Original Message-
 From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
 Sujatmiko
 Sent: 04 Mei 2013 10:11
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Cc: MGEI
 Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 Rekan-rekan IAGI yang budiman,



 Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
 biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
 berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
 dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
 di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
 berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
 karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
 Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang
 over
 petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau
 jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang
 tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut  dan juga di
 Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik koesoema
Jadi 23 000 th yg lalu Semen (G)Padang itu sudah ada!
RPK
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: bandon...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 02:43:51 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Setau aku piramida maya itu dibangun pada masa sejarah. Manusia sdh dpt 
mengolah logam, mengenal angka, huruf dsb. Bisa meramal kiamat th 2012 meskipun 
tdk terjadi.

Manusia modern (homo sapien sapien) kata ahlinya kan baru muncul di 1 BC. 
(Apa bener pak Prof Yahdi Zaim? Betulkan bila aku salah)

Naa di tanah Sunda sdh ada peradaban besar yang memakai semen berumur 23000 BC. 
Kan luar biasa itu. Itu sisi menariknya. 

Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Wah terus berlanjut keramaian diskusi Situs G. Padang dari dua kubu.
Kalau dilihat dari korelasi nama Piramid dengan kebiasaan nama orang. Di G.
Padang konon ada yang berpendapat di G. Padang ada situs Piramid, dimana
terminologi Piramid yang merupakan situs purbakala lebih populer di Mesir,
misalnya Piramid Giza. Mungkin saja Piramid bangunan kuno ala Mesir ini
hadir di Jawa Barat G. Padang), karena kalau kita lihat model penamaan
orang di Sunda khususnya sering terjadi perulangan seperti Erly Tjarlia,
Ajat Sudrajat. Di Mesir juga kita jumpai mungkin leluhurnya dari Tanah
Sunda, misalnya mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali.
Ini sekedar intermezo untuk meredakan ketegangan soal situs G. Padang.


Lam Salam,


On Sunday, May 5, 2013, wrote:

 Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens)
 itu munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial

 There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini
 tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C.
 (Hihihi buku kuno ada dirumaku)
 Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit
 buku baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin
 cement bercampur besi pada 23000 S.M

 Salam.
 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang
 membungkus
 atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung
 oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja.  Mungkin Pak
 Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan
 supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa
 petrografi dan kimianya atau pake XRD.
 Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih
 (yang
 ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan
 sumber oleh Arkenas/BALAR.  Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan
 batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan
 geolistrik).  Tidak ada intrusi (dyke) vertikal.  Artinya susunan kolom itu
 bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu
 harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan).  Kalau
 tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya
 ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno.

 Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu
 persis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu ada
 diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.
 Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu.  23.000-an tahun
 mah
 sudah tidak ada atuh.  Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an.

 Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa
 Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi.


 -Original Message-
 From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
 Sujatmiko
 Sent: 04 Mei 2013 10:11
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Cc: MGEI
 Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 Rekan-rekan IAGI yang budiman,



 Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
 biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
 berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
 dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
 di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
 berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
 karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
 Nah, 40

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik bandono . s
Hasil telitian umur /dating oleh Tim Terpadu pada perekat/semen antar batu, 
mendapatkan umur perekat 23 000 BC prof.
Mungkin semennya tidak seperti semen sekarang.. Campuran lempung dg besi dan 
karbon. (Hanya menduga duga, krn datingnya carbon dating.)  Data komposisinya 
belum dijelaskan oleh tim.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: koeso...@melsa.net.id
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 03:09:42 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Jadi 23 000 th yg lalu Semen (G)Padang itu sudah ada!
RPK
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: bandon...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 02:43:51 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Setau aku piramida maya itu dibangun pada masa sejarah. Manusia sdh dpt 
mengolah logam, mengenal angka, huruf dsb. Bisa meramal kiamat th 2012 meskipun 
tdk terjadi.

Manusia modern (homo sapien sapien) kata ahlinya kan baru muncul di 1 BC. 
(Apa bener pak Prof Yahdi Zaim? Betulkan bila aku salah)

Naa di tanah Sunda sdh ada peradaban besar yang memakai semen berumur 23000 BC. 
Kan luar biasa itu. Itu sisi menariknya. 

Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Wah terus berlanjut keramaian diskusi Situs G. Padang dari dua kubu.
Kalau dilihat dari korelasi nama Piramid dengan kebiasaan nama orang. Di G.
Padang konon ada yang berpendapat di G. Padang ada situs Piramid, dimana
terminologi Piramid yang merupakan situs purbakala lebih populer di Mesir,
misalnya Piramid Giza. Mungkin saja Piramid bangunan kuno ala Mesir ini
hadir di Jawa Barat G. Padang), karena kalau kita lihat model penamaan
orang di Sunda khususnya sering terjadi perulangan seperti Erly Tjarlia,
Ajat Sudrajat. Di Mesir juga kita jumpai mungkin leluhurnya dari Tanah
Sunda, misalnya mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali.
Ini sekedar intermezo untuk meredakan ketegangan soal situs G. Padang.


Lam Salam,


On Sunday, May 5, 2013, wrote:

 Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens)
 itu munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial

 There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini
 tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C.
 (Hihihi buku kuno ada dirumaku)
 Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit
 buku baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin
 cement bercampur besi pada 23000 S.M

 Salam.
 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang
 membungkus
 atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung
 oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja.  Mungkin Pak
 Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan
 supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa
 petrografi dan kimianya atau pake XRD.
 Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih
 (yang
 ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan
 sumber oleh Arkenas/BALAR.  Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan
 batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan
 geolistrik).  Tidak ada intrusi (dyke) vertikal.  Artinya susunan kolom itu
 bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu
 harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan).  Kalau
 tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya
 ke Pa Sutikno atau ke Pak Yatno.

 Perihal karbon dating ini adalah pekerjaan saya sehari-hari, dan saya tahu
 persis bukan hal yang mudah.  Kita dating semen karena material itu ada
 diantara kolom-kolom andesit yang disusun manusia bukan alamiah.
 Homo erectus sudah punah sekitar 150.000-an tahun lalu.  23.000-an tahun
 mah
 sudah tidak ada atuh.  Kalo manusia Neanderthal masih ada sampai 30.000-an.

 Semoga dibukakan hati supaya tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa
 Mahakarya Gunung Padang adalah mis-interpretasi.


 -Original Message-
 From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
 Sujatmiko
 Sent: 04 Mei 2013 10:11
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Cc: MGEI
 Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik gozali . r
Kalau semen padang yang sekarang fresh keluar dari pabrik yang menggunakan 
bahan batu gamping yang semisal berumur miosen, apakah akan keluar umur miosen 
juga pada radiometric datingnya karena carbon yang di dating berasal dari 
microfosil miosen?
Lalu nanti orang orang dimasa depan yang kebetulan menemui sisa reruntuhan 
bangunan masa kini akan beranggapan bahwa generasi ini hidup diwaktu miosen... 
Hehe, semakin menghibur...

Best regards,


Gozali
Sent from my BlackBerry® smartphone powered by U Mobile

-Original Message-
From: bandon...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 03:43:10 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Hasil telitian umur /dating oleh Tim Terpadu pada perekat/semen antar batu, 
mendapatkan umur perekat 23 000 BC prof.
Mungkin semennya tidak seperti semen sekarang.. Campuran lempung dg besi dan 
karbon. (Hanya menduga duga, krn datingnya carbon dating.)  Data komposisinya 
belum dijelaskan oleh tim.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: koeso...@melsa.net.id
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 03:09:42 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Jadi 23 000 th yg lalu Semen (G)Padang itu sudah ada!
RPK
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: bandon...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 02:43:51 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Setau aku piramida maya itu dibangun pada masa sejarah. Manusia sdh dpt 
mengolah logam, mengenal angka, huruf dsb. Bisa meramal kiamat th 2012 meskipun 
tdk terjadi.

Manusia modern (homo sapien sapien) kata ahlinya kan baru muncul di 1 BC. 
(Apa bener pak Prof Yahdi Zaim? Betulkan bila aku salah)

Naa di tanah Sunda sdh ada peradaban besar yang memakai semen berumur 23000 BC. 
Kan luar biasa itu. Itu sisi menariknya. 

Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Wah terus berlanjut keramaian diskusi Situs G. Padang dari dua kubu.
Kalau dilihat dari korelasi nama Piramid dengan kebiasaan nama orang. Di G.
Padang konon ada yang berpendapat di G. Padang ada situs Piramid, dimana
terminologi Piramid yang merupakan situs purbakala lebih populer di Mesir,
misalnya Piramid Giza. Mungkin saja Piramid bangunan kuno ala Mesir ini
hadir di Jawa Barat G. Padang), karena kalau kita lihat model penamaan
orang di Sunda khususnya sering terjadi perulangan seperti Erly Tjarlia,
Ajat Sudrajat. Di Mesir juga kita jumpai mungkin leluhurnya dari Tanah
Sunda, misalnya mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali.
Ini sekedar intermezo untuk meredakan ketegangan soal situs G. Padang.


Lam Salam,


On Sunday, May 5, 2013, wrote:

 Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens)
 itu munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial

 There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini
 tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C.
 (Hihihi buku kuno ada dirumaku)
 Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit
 buku baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin
 cement bercampur besi pada 23000 S.M

 Salam.
 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang
 membungkus
 atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung
 oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja.  Mungkin Pak
 Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan
 supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa
 petrografi dan kimianya atau pake XRD.
 Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih
 (yang
 ada semen/kerak lempungnya) di bawah situs yang dianggap sebagai batuan
 sumber oleh Arkenas/BALAR.  Posisi kolomnya horisontal padahal lapisan
 batuan di bawah situs ini horisontal juga (dari image georadar dan
 geolistrik).  Tidak ada intrusi (dyke) vertikal.  Artinya susunan kolom itu
 bukan batuan sumber columnar joints alamiah, karena di alam kolom-kolom itu
 harus tegak lurus dengan arah perlapisan (permukaan pendinginan).  Kalau
 tidak percaya silahkan cek di textbook, atau browsing internet, atau tanya
 ke Pa Sutikno

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-04 Terurut Topik bandono . s
Aku bukan ahli dating, dipersila tanya ke ahli datingnya. 
Mangga mang.
Aku nyerah deh, ntar aku liat dulu, krn yang kutau
Carbon dating C 14 hanya sampai 40 000 ±  Th.
Mungkin metoda baru dpt membaca sampai 25 jt tahun. 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: gozal...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 03:54:30 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Kalau semen padang yang sekarang fresh keluar dari pabrik yang menggunakan 
bahan batu gamping yang semisal berumur miosen, apakah akan keluar umur miosen 
juga pada radiometric datingnya karena carbon yang di dating berasal dari 
microfosil miosen?
Lalu nanti orang orang dimasa depan yang kebetulan menemui sisa reruntuhan 
bangunan masa kini akan beranggapan bahwa generasi ini hidup diwaktu miosen... 
Hehe, semakin menghibur...

Best regards,


Gozali
Sent from my BlackBerry® smartphone powered by U Mobile

-Original Message-
From: bandon...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 03:43:10 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Hasil telitian umur /dating oleh Tim Terpadu pada perekat/semen antar batu, 
mendapatkan umur perekat 23 000 BC prof.
Mungkin semennya tidak seperti semen sekarang.. Campuran lempung dg besi dan 
karbon. (Hanya menduga duga, krn datingnya carbon dating.)  Data komposisinya 
belum dijelaskan oleh tim.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: koeso...@melsa.net.id
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 03:09:42 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Jadi 23 000 th yg lalu Semen (G)Padang itu sudah ada!
RPK
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: bandon...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 02:43:51 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Setau aku piramida maya itu dibangun pada masa sejarah. Manusia sdh dpt 
mengolah logam, mengenal angka, huruf dsb. Bisa meramal kiamat th 2012 meskipun 
tdk terjadi.

Manusia modern (homo sapien sapien) kata ahlinya kan baru muncul di 1 BC. 
(Apa bener pak Prof Yahdi Zaim? Betulkan bila aku salah)

Naa di tanah Sunda sdh ada peradaban besar yang memakai semen berumur 23000 BC. 
Kan luar biasa itu. Itu sisi menariknya. 

Salam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Achmad Luthfi aluthfi...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Sun, 5 May 2013 05:36:27 
To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
Wah terus berlanjut keramaian diskusi Situs G. Padang dari dua kubu.
Kalau dilihat dari korelasi nama Piramid dengan kebiasaan nama orang. Di G.
Padang konon ada yang berpendapat di G. Padang ada situs Piramid, dimana
terminologi Piramid yang merupakan situs purbakala lebih populer di Mesir,
misalnya Piramid Giza. Mungkin saja Piramid bangunan kuno ala Mesir ini
hadir di Jawa Barat G. Padang), karena kalau kita lihat model penamaan
orang di Sunda khususnya sering terjadi perulangan seperti Erly Tjarlia,
Ajat Sudrajat. Di Mesir juga kita jumpai mungkin leluhurnya dari Tanah
Sunda, misalnya mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali.
Ini sekedar intermezo untuk meredakan ketegangan soal situs G. Padang.


Lam Salam,


On Sunday, May 5, 2013, wrote:

 Nampaknya lupa ya pada historical geologi? Manusia modern (homo sapiens)
 itu munculnya kapan? Nurut buku historical geology pada waktu wurm glacial

 There is evidence of the metals in Chaldea and Egypt about 5000 B.C. Ini
 tertulis di hal 647 buku historical geology 1933 karangan Moore.R.C.
 (Hihihi buku kuno ada dirumaku)
 Aku tidak punya buku baru tentang sejarah geologi, Bisa jadi akan terbit
 buku baru yang mengubah dunia., dengan kemampuan manusia Sunda yang bikin
 cement bercampur besi pada 23000 S.M

 Salam.
 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: Danny Hilman Natawidjaja danny.hil...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Sat, 4 May 2013 23:24:52
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 Boleh-boleh saja orang berinterpretasi bahwa 'kerak lempung' yang
 membungkus
 atau diantara kolom andesit itu adalah hasil pelapukan tapi harus didukung
 oleh analisa yang lebih detil lagi tidak asal kesimpulan saja.  Mungkin Pak
 Tikno dan Mas Pujo harus lihat yang masih segar yang ada di bawah permukaan
 supaya lebih baik lagi analisisnya, terus dilanjutkan dengan analisa
 petrografi dan kimianya atau pake XRD.
 Yang lebih gamblang adalah posisi susunan batu kolom yang sangat rapih
 (yang
 ada semen/kerak

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-03 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
Mang Okim

Apakah untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ?
Kalau baca UU  cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI.
Tapi memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena prinsip 
yang dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik Negara.

Saya sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni 
persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe).

Salam manis dari sweet seventy si Abah




 From: Sujatmiko m...@cbn.net.id
To: iagi-net@iagi.or.id 
Cc: MGEI economicgeol...@yahoogroups.com 
Sent: Saturday, May 4, 2013 10:10 AM
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 

Rekan-rekan IAGI yang budiman,



Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over
petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau
jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang
tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut  dan juga di
Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang
Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . 



Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut
maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya
puluhan tahun, di antaranya ada yang  doktor dan bahkan profesor. Berkat
para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan
geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan  stone tools alias
artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh  Bagawan Atlantis Oppenheimer
yang ketika berkunjung ke Pak SBY tahun lalu atas undangan Stafsus Presiden
Bidang Bantuan Sosial dan Bencana  berpesan : Untuk mengetahui kejayaan
manusia pra-sejarah di Indonesia, telitilah stone tools, jangan  piramida di
perut gunung, karena hal itu tidak mudah ! Believe it or not, koleksi
artefak mang Okim yang umumnya dari periode Paleolitik sudah nyampe puluhan
ribu batu, dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Jenis batunya
beragam, demikian juga tipologinya. Dari hasil buka-buka internet dan
baca-baca buku arkeologi, mang Okim menjadi yakin bahwa manusia prasejarah
Indonesia memang lebih maju dari rekan-rekannya di negara lain.



Semen purba berumur 23.000 tahun



Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa mereka
menemukan semen perekat kolom andesit  berumur 13.000 - 23.000 tahun, mang
Okim kebetulan sedang bersama beberapa Arkeolog dan mendengarkan diskusi
mereka. Mereka bilang bahwa penentuan umur yang demikian nothing to do with
archeology or paleo-culture . Lain halnya kalau semen tersebut bertautan
dengan objek arkeologi yang sudah confirmed. Ketika mang Okim berkunjung ke
Gunung Padang 3 hari lalu, semen purba tersebut sempat mang Okim amati
bersama Prof. Sutikno Bronto dan Ir. Pudjo Asmoro, keduanya ahli gunung api
purba. Semen purba tersebut yang tersingkap di tebing undak antara teras 1
dan teras 2 diduga kuat sebagai hasil pelapukan batuan andesit dimana
terlihat  adanya perlapisan semu yang di bagian tengahnya ada lapisan tipis
karbon hitam sub-horizontal . Fenomena semacam ini sangat umum terlihat di
singkapan batuan yang mengalami proces leaching. Nah, kalau contoh semen
purba ini didating, tentu saja bermanfaat, tetapi tidak untuk arkeologi
melainkan untuk geologi - - - ta' iya !!!



Dari contoh sederhana di atas apalagi dengan dating yang nyampe 23.000
tahun, seharusnya Dr. Ali Akbar memberikan sinyal kepada Tim Mandiri bahwa
seperti diakui oleh arkeolog di seluruh dunia, umur segitu adalah masanya
manusia homo-erectus yang baru mampu bikin alat batu sederhana. Di Situs Gua
Pawon saja yang tengkoraknya ketemu dan rentang umurnya sekitar 5.000 -
10.000 tahun yang lalu, keahlian manusia prasejarah kita  terbatas pada
membuat stone tools dan perhiasan sederhana dari kulit kerang. Bagaimana
mungkin mereka mampu bikin bangunan maha karya dengan pasir peredam gempa
dan semen perekat kolom andesit, apalagi keahlian di bidang metalurgi - - -
ta' iya !!! Pak Lutfi Yondri , arkeolog peneliti utama yang spesialis dalam
penelitian Situs Gua Pawon dan Situs Gunung Padang berujar : Mang Okim,
seandainya di Situs Gua Pawon yang kita sampling adalah dinding  batu kapur
di sekitar fosil tengkoraknya, umur yang keluar pastilah Oligosen atau lebih
dari 25 juta tahun yang lalu. Kalau yang diambil lapisan tanah yang
mengendap di dalam gua, mungkin hasilnya puluhan atau 

RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-03 Terurut Topik Sujatmiko
Abah Yanto,

 

Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu, pencetus pertamanya adalah Yasasan
Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika mereka presentasi di kantor Wagub
Jabar dimana mang Okim spesial diundang. Disanalah mang Okim lihat video
yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta tentang hasil
interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga Seta (
asalnya dari  bisikan ghoib ).  Semoga jelas Abah,

 

Wassalam,

 

Mang Okim

 

From: Yanto R. Sumantri [mailto:yrs_...@yahoo.com] 
Sent: 04 Mei 2013 12:11
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

 

Mang Okim

 

Apakah untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ?

Kalau baca UU  cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI.

Tapi memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena
prinsip yang dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik
Negara.

 

Saya sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni
persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe).

 

Salam manis dari sweet seventy si Abah

 

 

  _  

From: Sujatmiko m...@cbn.net.id
To: iagi-net@iagi.or.id 
Cc: MGEI economicgeol...@yahoogroups.com 
Sent: Saturday, May 4, 2013 10:10 AM
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG


Rekan-rekan IAGI yang budiman,



Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over
petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau
jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang
tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut  dan juga di
Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang
Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . 



Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut
maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya
puluhan tahun, di antaranya ada yang  doktor dan bahkan profesor. Berkat
para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan
geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan  stone tools alias
artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh  Bagawan Atlantis Oppenheimer
yang ketika berkunjung ke Pak SBY tahun lalu atas undangan Stafsus Presiden
Bidang Bantuan Sosial dan Bencana  berpesan : Untuk mengetahui kejayaan
manusia pra-sejarah di Indonesia, telitilah stone tools, jangan  piramida di
perut gunung, karena hal itu tidak mudah ! Believe it or not, koleksi
artefak mang Okim yang umumnya dari periode Paleolitik sudah nyampe puluhan
ribu batu, dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Jenis batunya
beragam, demikian juga tipologinya. Dari hasil buka-buka internet dan
baca-baca buku arkeologi, mang Okim menjadi yakin bahwa manusia prasejarah
Indonesia memang lebih maju dari rekan-rekannya di negara lain.



Semen purba berumur 23.000 tahun



Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa mereka
menemukan semen perekat kolom andesit  berumur 13.000 - 23.000 tahun, mang
Okim kebetulan sedang bersama beberapa Arkeolog dan mendengarkan diskusi
mereka. Mereka bilang bahwa penentuan umur yang demikian nothing to do with
archeology or paleo-culture . Lain halnya kalau semen tersebut bertautan
dengan objek arkeologi yang sudah confirmed. Ketika mang Okim berkunjung ke
Gunung Padang 3 hari lalu, semen purba tersebut sempat mang Okim amati
bersama Prof. Sutikno Bronto dan Ir. Pudjo Asmoro, keduanya ahli gunung api
purba. Semen purba tersebut yang tersingkap di tebing undak antara teras 1
dan teras 2 diduga kuat sebagai hasil pelapukan batuan andesit dimana
terlihat  adanya perlapisan semu yang di bagian tengahnya ada lapisan tipis
karbon hitam sub-horizontal . Fenomena semacam ini sangat umum terlihat di
singkapan batuan yang mengalami proces leaching. Nah, kalau contoh semen
purba ini didating, tentu saja bermanfaat, tetapi tidak untuk arkeologi
melainkan untuk geologi - - - ta' iya !!!



Dari contoh sederhana di atas apalagi dengan dating yang nyampe 23.000
tahun, seharusnya Dr. Ali Akbar memberikan sinyal kepada Tim Mandiri bahwa
seperti diakui oleh arkeolog di seluruh dunia, umur segitu adalah masanya
manusia homo-erectus yang baru mampu bikin alat batu sederhana. Di Situs Gua
Pawon saja yang tengkoraknya ketemu dan rentang umurnya sekitar 5.000 -
10.000 tahun yang lalu, keahlian manusia prasejarah kita  terbatas pada
membuat stone tools dan

Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

2013-05-03 Terurut Topik Yanto R. Sumantri
nuhn , baktos ka Neng Ai

si Abah



 From: Sujatmiko m...@cbn.net.id
To: iagi-net@iagi.or.id 
Sent: Saturday, May 4, 2013 12:31 PM
Subject: RE: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 


 
Abah
Yanto,
 
Eta teh hereuy Abah. Yang mang Okim tahu,
pencetus pertamanya adalah Yasasan Turangga Seta. Mang Okim tahunya ketika
mereka presentasi di kantor Wagub Jabar dimana mang Okim spesial diundang. 
Disanalah
mang Okim lihat video yang menayangkan penjelasan penasehat ahli Turangga Seta 
tentang
hasil interpretasi geolistrik/georadar yang mendukung hipotesis Turangga Seta (
asalnya dari  bisikan ghoib ).  Semoga jelas Abah,
 
Wassalam,
 
Mang Okim
 
From:Yanto R. Sumantri
[mailto:yrs_...@yahoo.com] 
Sent: 04 Mei 2013 12:11
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG
 
Mang Okim
 
Apakah
untuk satu situs cagar alam/cagar budaya berlaku asas HAKI ?
Kalau
baca UU  cagar budaya tidak ada disebut mengenai HAKI.
Tapi
memang penemu akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah , karena prinsip yang
dipakai dalam UU itu bahwa seluruh cagar budaya adalah milik Negara.
 
Saya
sangat kagum akan kegigihan dan konsistensi Mang Okim dalam menekuni
persoaan persoalan tsb (yang ndak ada fulusnya hehehe).
 
Salam
manis dari sweet seventy si Abah
 
 


 
From:Sujatmiko m...@cbn.net.id
To: iagi-net@iagi.or.id 
Cc: MGEI economicgeol...@yahoogroups.com 
Sent: Saturday, May 4, 2013 10:10 AM
Subject: [iagi-net] SITUS GUNUNG PADANG : BELAJAR DARI ARKEOLOG

Rekan-rekan IAGI yang budiman,



Situs Gunung Padang rupanya memiliki misteri dan pancaran energi yang luar
biasa sehingga mengundang perdebatan dan diskusi multi disiplin yang tak
berkesudahan. Ketika mang Okim berkeliaran di kawasan ini tahun 1970-an
dalam rangka penerbitan Peta Geologi Lembar Cianjur ( 1972 ), tak terlintas
di pikiran mang Okim bahwa batu andesit berserakan di Gunung Padang itu
berkaitan dengan bangunan punden berundak. Di peta geologipun tak muncul
karena dianggap unmapable alias tak terpetakan di peta skala 1:100.000,- .
Nah, 40 tahun kemudian, ketika mang Okim sudah menjadi geolog gaek yang over
petung puluh, muncullah kontroversi Gunung Padang. Sebetulnya kalau mau
jujur, hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dari hipotesis tentang
tersembunyinya bangunan budaya di perut Gunung Padang tersebut  dan juga
di
Gunung Lalakon dan Gunung Sadahurip ada di tangan Yayasan Turangga Seta yang
Direkturnya mengaku jebolan MIT ( Menyan Institute of Technology ) . 



Puji syukur kepada Tuhan YMK bahwa berkat ketiga gunung piramida tersebut
maka mang Okim dapat berkenalan dengan beberapa arkeolog yang jam terbangnya
puluhan tahun, di antaranya ada yang  doktor dan bahkan profesor. Berkat
para arkeolog tersebutlah maka mang Okim menjadi tertarik dengan
geo-arkeologi sehingga tergerak untuk mengumpulkan  stone tools alias
artefak . Semangat mang Okim dipacu lagi oleh  Bagawan Atlantis
Oppenheimer
yang ketika berkunjung ke Pak SBY tahun lalu atas undangan Stafsus Presiden
Bidang Bantuan Sosial dan Bencana  berpesan : Untuk mengetahui kejayaan
manusia pra-sejarah di Indonesia, telitilah stone tools, jangan  piramida
di
perut gunung, karena hal itu tidak mudah ! Believe it or not, koleksi
artefak mang Okim yang umumnya dari periode Paleolitik sudah nyampe puluhan
ribu batu, dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Jenis batunya
beragam, demikian juga tipologinya. Dari hasil buka-buka internet dan
baca-baca buku arkeologi, mang Okim menjadi yakin bahwa manusia prasejarah
Indonesia memang lebih maju dari rekan-rekannya di negara lain.



Semen purba berumur 23.000 tahun



Ketika Tim Mandiri Gunung Padang mengumumkan ke seantero dunia bahwa mereka
menemukan semen perekat kolom andesit  berumur 13.000 - 23.000 tahun, mang
Okim kebetulan sedang bersama beberapa Arkeolog dan mendengarkan diskusi
mereka. Mereka bilang bahwa penentuan umur yang demikian nothing to do with
archeology or paleo-culture . Lain halnya kalau semen tersebut bertautan
dengan objek arkeologi yang sudah confirmed. Ketika mang Okim berkunjung ke
Gunung Padang 3 hari lalu, semen purba tersebut sempat mang Okim amati
bersama Prof. Sutikno Bronto dan Ir. Pudjo Asmoro, keduanya ahli gunung api
purba. Semen purba tersebut yang tersingkap di tebing undak antara teras 1
dan teras 2 diduga kuat sebagai hasil pelapukan batuan andesit dimana
terlihat  adanya perlapisan semu yang di bagian tengahnya ada lapisan
tipis
karbon hitam sub-horizontal . Fenomena semacam ini sangat umum terlihat di
singkapan batuan yang mengalami proces leaching. Nah, kalau contoh semen
purba ini didating, tentu saja bermanfaat, tetapi tidak untuk arkeologi
melainkan untuk geologi - - - ta' iya !!!



Dari contoh sederhana di atas apalagi dengan dating yang nyampe 23.000
tahun, seharusnya Dr. Ali Akbar memberikan sinyal kepada Tim Mandiri bahwa
seperti diakui oleh arkeolog di seluruh dunia, umur segitu adalah masanya