Re: [iagi-net-l] "Lusi" MV Origin : The Debate Continues

2008-07-31 Thread Rovicky Dwi Putrohari
Oring and Causes : Drilling or Earthquake ?
Does it matter ?
Science dan saintis akan sangat ingin mengetahuinya. Dan saat ini
masih merupakan topik paling menarik dan saya yakin akan menjadi topik
berkepanjangan. Sayangnya "data-data" ya skalilagi data-data dasarnya
masih juga bersifat "rahasia".
Menurut saya yang satu ini hanyalah masalah "trigger" atau pemicu.
Sedangkan stadia-stadia pembentukan MV sudah banyak teorinya. Dan
sayangnya sepertinya masih bukan "hot topic" berbicara "what next".

Sains, legal or politics.
Apapun hasilnya, tidak selalu dan tidak mesti sama . setiap keputusan
akan memiliki tujuan serta konsekuensi sendiri2.

Monitoring
Para ahli geoscience (IAGI dan HAGI) mestinya tidak hanya berenti pada
masalah penyebab dan pemicu. Proses selanjutnya dg pertanyaan dasar "
what next" memerlukan data-data dasar bawah permukaan yg diperlukan
sebagai bagian dari monitoring.

Setau saya montoring dinamika bawah permukaan masih terbatas. Yg saya
tahu Pak Hasan dari bidang geodynamics memiliki data monitoring GPS
ini scr lengkap. Mungkin masih harus ditambah lagi dinamika dg
montoring gravity dan magnetik. Atau bahkan kegempaan seperti layaknya
memonitor gunung api aktif.

Selain itu juga diperlukan sebuah laboratory ataupun data library yang
accessible. Perlu adanya keterbukaan dan sharing data dasar diantara
peneliti2 kaliber dunia ini.

Seperti kata pak Awang, Lusi masih akan sangat panjang cerita selanjutnya.

Salam
Rdp


On 7/31/08, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Apa penyebab erupsi "Lusi" (Lumpur Sidoarjo) rupanya telah menjadi bahan
> perdebatan dari ruang pengadilan, jurnal-jurnal ilmiah, seminar-seminar
> nasional dan internasional, diskusi internet di milis-milis, sampai obrolan
> di café atau warung kopi. Peliputan media cetak dan elektronik yang luas
> atas issue ini telah menyebabkan kasus Lusi diketahui umum di mana pun. Dua
> school of thought yang menjadi bahan perdebatan telah mengerucut menjadi dua
> : (1) gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 sebagai penyebab, dan (2) pemboran sumur
> eksplorasi Banjarpanji-1 (Lapindo Brantas, Mei 2006) sebagai penyebab.
> Walaupun, sepengamatan saya, orang awam lebih banyak berpihak kepada teori
> nomor (2) – itu sebagian besar karena pemberitaan media; tidak begitu yang
> terjadi dengan perdebatan di antara para ahli. Kedua kubu pemikiran sama
> kuat, ahli-ahli di masing kubu bertahan dengan pendapatnya. Perbedaan
> pendapat para ahli yang dipanggil sebagai saksi ahli dalam pengadilan telah
>  menyebabkan kasus tersebut tidak dapat segera tuntas diadili. Minggu ini
> pun, pengadilan negeri Jawa Timur mulai memanggil kembali beberapa saksi
> ahli untuk dimintai keterangan.
>
> Apakah nanti pada akhirnya akan diperoleh kesepakatan di antara para ahli ?
> Saya tak yakin akan itu. Apakah nanti pada akhirnya akan diputuskan oleh
> pengadilan satu penyebab ? Mungkin saja, tetapi sebenarnya pengadilan bukan
> lembaga yang dengan tepat bisa memutuskan hal itu. Perdebatan ilmiah dalam
> ilmu apa pun memang susah diselesaikan, kita telah punya banyak contohnya.
> Perdebatan akan selesai ketika ada bukti kuat yang bisa mendiamkan semua
> perdebatan dan terpaksa satu pihak harus mau menerima pendapat pihak
> lainnya.
>
> Contoh saja, apakah kita masih mau mendebat teori plate tectonics  ketika
> bukti pengukuran-pengikuran GPS menujukkan bahwa semua benua saat ini tengah
> bergerak dan mantle tomography menunjukkan bahwa kerak samudra sedang
> menyusup di bawah benua ? Pada saat  baru diumumkan, teori ini memicu
> perdebatan yang sengit lebih dari 20 tahun. Contoh lain, apakah kita masih
> percaya dengan teori geosentris ketika bukti-bukti astronomi dengan gamblang
> menunjukkan bahwa Bumi walaupun planet hidup bukan pusat Alam Semesta ?
> Bahkan, Matahari kita pun bukan (heliosentris). Kita juga punya contoh
> perdebatan yang tak kunjung selesai, misalnya antara yang percaya dan tidak
> teori evolusi (tahun depan, perdebatan ini akan memasuki tepat 150 tahun).
>
> Kembali ke Lusi, melihat perdebatan yang mungkin tak akan mudah
> diselesaikan, maka AAPG (American Association of Petroleum Geologists) dalam
> pertemuan tahunan internasionalnya yang pada tahun 2008 ini akan digelar di
> Capetown, South Africa, 26-29 Oktober 2008, akan mengadakan acara khusus
> tentang Lusi dalam program teknisnya. Sesi khusus ini diberi judul "Lusi Mud
> Volcano : Earthquake or Drilling Trigger".
>
> Di dalam acara ini akan diberi kesempatan kepada tokoh-tokoh dari dua kubu
> pemikiran menyampaikan pendapatnya. Acara sidang ilmiah ini akan diketuai
> oleh Jon Gluyas (Fairfield Energy, Middlesex, England) yang dijamin AAPG
> akan bertindak "fair" alias netral. Berikut judul-judul presentasi yang akan
> digelar :
>
>
> "Causes and Triggers of the Lusi Mud Volcano, Indonesia" (Mazzini, Svensen,
> Planke, Akhmanov)
> "East Java Mud Volcano (Lusi) : Drilling Facts and Analysis" (Istadi)
> "The Lusi Mud Eruption of East Java" (Tingay, Heidbach, Davies, Swarbrick)
> "The East Ja

Re: [iagi-net-l] "Lusi" MV Origin : The Debate Continues

2008-07-31 Thread R.P.Koesoemadinata

Lebih seru lagi pada debat terlibat Science vs Politics?
Menurut AAPG Explorer artikel ini:
"Snedden (co-chairman)  may be after the science, but so far -certainly from 
Davies' perspective - it is politics and money that has been mostly 
contested."

"Geologt really does matter here, as thousands in Java can attest"
Mungkin pertama kali dalam sejarah AAPG unsur politik dipersoalkan pula
RPK
- Original Message - 
From: "Rovicky Dwi Putrohari" <[EMAIL PROTECTED]>
To: ; "Geo Unpad" <[EMAIL PROTECTED]>; "Forum 
HAGI" <[EMAIL PROTECTED]>; "Eksplorasi BPMIGAS" 
<[EMAIL PROTECTED]>

Sent: Thursday, July 31, 2008 5:33 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] "Lusi" MV Origin : The Debate Continues


Oring and Causes : Drilling or Earthquake ?
Does it matter ?
Science dan saintis akan sangat ingin mengetahuinya. Dan saat ini
masih merupakan topik paling menarik dan saya yakin akan menjadi topik
berkepanjangan. Sayangnya "data-data" ya skalilagi data-data dasarnya
masih juga bersifat "rahasia".
Menurut saya yang satu ini hanyalah masalah "trigger" atau pemicu.
Sedangkan stadia-stadia pembentukan MV sudah banyak teorinya. Dan
sayangnya sepertinya masih bukan "hot topic" berbicara "what next".

Sains, legal or politics.
Apapun hasilnya, tidak selalu dan tidak mesti sama . setiap keputusan
akan memiliki tujuan serta konsekuensi sendiri2.

Monitoring
Para ahli geoscience (IAGI dan HAGI) mestinya tidak hanya berenti pada
masalah penyebab dan pemicu. Proses selanjutnya dg pertanyaan dasar "
what next" memerlukan data-data dasar bawah permukaan yg diperlukan
sebagai bagian dari monitoring.

Setau saya montoring dinamika bawah permukaan masih terbatas. Yg saya
tahu Pak Hasan dari bidang geodynamics memiliki data monitoring GPS
ini scr lengkap. Mungkin masih harus ditambah lagi dinamika dg
montoring gravity dan magnetik. Atau bahkan kegempaan seperti layaknya
memonitor gunung api aktif.

Selain itu juga diperlukan sebuah laboratory ataupun data library yang
accessible. Perlu adanya keterbukaan dan sharing data dasar diantara
peneliti2 kaliber dunia ini.

Seperti kata pak Awang, Lusi masih akan sangat panjang cerita selanjutnya.

Salam
Rdp


On 7/31/08, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Apa penyebab erupsi "Lusi" (Lumpur Sidoarjo) rupanya telah menjadi bahan
perdebatan dari ruang pengadilan, jurnal-jurnal ilmiah, seminar-seminar
nasional dan internasional, diskusi internet di milis-milis, sampai 
obrolan

di café atau warung kopi. Peliputan media cetak dan elektronik yang luas
atas issue ini telah menyebabkan kasus Lusi diketahui umum di mana pun. 
Dua
school of thought yang menjadi bahan perdebatan telah mengerucut menjadi 
dua
: (1) gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 sebagai penyebab, dan (2) pemboran 
sumur

eksplorasi Banjarpanji-1 (Lapindo Brantas, Mei 2006) sebagai penyebab.
Walaupun, sepengamatan saya, orang awam lebih banyak berpihak kepada teori
nomor (2) – itu sebagian besar karena pemberitaan media; tidak begitu yang
terjadi dengan perdebatan di antara para ahli. Kedua kubu pemikiran sama
kuat, ahli-ahli di masing kubu bertahan dengan pendapatnya. Perbedaan
pendapat para ahli yang dipanggil sebagai saksi ahli dalam pengadilan 
telah

 menyebabkan kasus tersebut tidak dapat segera tuntas diadili. Minggu ini
pun, pengadilan negeri Jawa Timur mulai memanggil kembali beberapa saksi
ahli untuk dimintai keterangan.

Apakah nanti pada akhirnya akan diperoleh kesepakatan di antara para ahli 
?

Saya tak yakin akan itu. Apakah nanti pada akhirnya akan diputuskan oleh
pengadilan satu penyebab ? Mungkin saja, tetapi sebenarnya pengadilan 
bukan

lembaga yang dengan tepat bisa memutuskan hal itu. Perdebatan ilmiah dalam
ilmu apa pun memang susah diselesaikan, kita telah punya banyak contohnya.
Perdebatan akan selesai ketika ada bukti kuat yang bisa mendiamkan semua
perdebatan dan terpaksa satu pihak harus mau menerima pendapat pihak
lainnya.

Contoh saja, apakah kita masih mau mendebat teori plate tectonics  ketika
bukti pengukuran-pengikuran GPS menujukkan bahwa semua benua saat ini 
tengah

bergerak dan mantle tomography menunjukkan bahwa kerak samudra sedang
menyusup di bawah benua ? Pada saat  baru diumumkan, teori ini memicu
perdebatan yang sengit lebih dari 20 tahun. Contoh lain, apakah kita masih
percaya dengan teori geosentris ketika bukti-bukti astronomi dengan 
gamblang

menunjukkan bahwa Bumi walaupun planet hidup bukan pusat Alam Semesta ?
Bahkan, Matahari kita pun bukan (heliosentris). Kita juga punya contoh
perdebatan yang tak kunjung selesai, misalnya antara yang percaya dan 
tidak

teori evolusi (tahun depan, perdebatan ini akan memasuki tepat 150 tahun).

Kembali ke Lusi, melihat perdebatan yang mungkin tak akan mudah
diselesaikan, maka AAPG (American Association of Petroleum Geologists) 
dalam
pertemuan tahunan internasionalnya yang pa

Re: [iagi-net-l] "Lusi" MV Origin : The Debate Continues

2008-07-31 Thread yanto R.Sumantri



>Rekan rekan 

Saya takut bahwa dalam pengadilan nanti
,Hakim akan sangat terpengaruh oleh opini yang terbentuk 
dimasyarakat luas.
Sebagai  hakim maka hakim ataupun Dewan Hakim
berkuasa atas dasar "keyakinan" - yang ada pada dirinya utuk
memutuskan perkara.
Memang sebagai suatu  kejadian alam ,
peristiwa Lusi memberikan persoalan yang sangat berat kepada Bangsa
Indonesia yang sedang dilanda masalah "kepercayaan " satu sama
lain ( antara warga dengan warga , antara para politisi dengan politisi
lain , antar birokrat dan aparat pengak hulum , bahkan anyar
institusi/lembaga tinggi negara).
SEMPURNA lah  kesulitan
kesulitan ini menimpa bangsa >!!

Kembali pada Lusi (
Lu..sih).

Saya sependapat dengan Awang memang
ada dua pendapat , tetapi menurut saya  yang jelas dan dominan
kemudian dalam peran-nya dengan mud flow yang se - abrek adalah KONDISI
GEOLOGI .  
Jadi apapun yang men "trigger" terjadinya
mud flow , tetaplah kondisi geologi memegang peran yang paling ominan.
Kalau ini diterima sebagai fakta alam , apakah layaku yang metnyebakan
ataau men "strigger" terjadinya mud flow diwajibkan menanggung
seluruh kerugian yang timbul ?

Saya percaya dalam kondisi
tidak adanya saling percaya  dalam masyarakat kita , apaun keputusan
pengadilan  , akan terjadi gonjang ganjing yang tidak akan
berkesudahan .

Apakah saya terlalu pesimis  ?

Si Abah


 

  Apa penyebab erupsi
"Lusi" (Lumpur Sidoarjo) rupanya telah menjadi bahan
>
perdebatan dari ruang pengadilan, jurnal-jurnal ilmiah, seminar-seminar
> nasional dan internasional, diskusi internet di milis-milis,
sampai
> obrolan di café atau warung kopi. Peliputan media
cetak dan elektronik
> yang luas atas issue ini telah menyebabkan
kasus Lusi diketahui umum di
> mana pun. Dua school of thought
yang menjadi bahan perdebatan telah
> mengerucut menjadi dua : (1)
gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 sebagai
> penyebab, dan (2) pemboran
sumur eksplorasi Banjarpanji-1 (Lapindo
> Brantas, Mei 2006)
sebagai penyebab. Walaupun, sepengamatan saya, orang
> awam lebih
banyak berpihak kepada teori nomor (2) – itu sebagian besar
> karena pemberitaan media; tidak begitu yang terjadi dengan
perdebatan di
> antara para ahli. Kedua kubu pemikiran sama kuat,
ahli-ahli di masing kubu
> bertahan dengan pendapatnya. Perbedaan
pendapat para ahli yang dipanggil
> sebagai saksi ahli dalam
pengadilan telah
>  menyebabkan kasus tersebut tidak dapat segera
tuntas diadili. Minggu ini
> pun, pengadilan negeri Jawa Timur
mulai memanggil kembali beberapa saksi
> ahli untuk dimintai
keterangan.
>  
> Apakah nanti pada akhirnya akan
diperoleh kesepakatan di antara para ahli
> ? Saya tak yakin akan
itu. Apakah nanti pada akhirnya akan diputuskan oleh
> pengadilan
satu penyebab ? Mungkin saja, tetapi sebenarnya pengadilan
> bukan
lembaga yang dengan tepat bisa memutuskan hal itu. Perdebatan ilmiah
> dalam ilmu apa pun memang susah diselesaikan, kita telah punya
banyak
> contohnya. Perdebatan akan selesai ketika ada bukti kuat
yang bisa
> mendiamkan semua perdebatan dan terpaksa satu pihak
harus mau menerima
> pendapat pihak lainnya.
>  
>
Contoh saja, apakah kita masih mau mendebat teori plate tectonics 
ketika
> bukti pengukuran-pengikuran GPS menujukkan bahwa semua
benua saat ini
> tengah bergerak dan mantle tomography menunjukkan
bahwa kerak samudra
> sedang menyusup di bawah benua ? Pada saat 
baru diumumkan, teori ini
> memicu perdebatan yang sengit lebih
dari 20 tahun. Contoh lain, apakah
> kita masih percaya dengan
teori geosentris ketika bukti-bukti astronomi
> dengan gamblang
menunjukkan bahwa Bumi walaupun planet hidup bukan pusat
> Alam
Semesta ? Bahkan, Matahari kita pun bukan (heliosentris). Kita juga
> punya contoh perdebatan yang tak kunjung selesai, misalnya antara
yang
> percaya dan tidak teori evolusi (tahun depan, perdebatan
ini akan memasuki
> tepat 150 tahun).
>  
>
Kembali ke Lusi, melihat perdebatan yang mungkin tak akan mudah
>
diselesaikan, maka AAPG (American Association of Petroleum Geologists)
> dalam pertemuan tahunan internasionalnya yang pada tahun 2008
ini
> akan digelar di Capetown, South Africa, 26-29 Oktober 2008,
akan
> mengadakan acara khusus tentang Lusi dalam program
teknisnya. Sesi khusus
> ini diberi judul ”Lusi Mud Volcano
: Earthquake or Drilling Trigger”.
>  
> Di dalam
acara ini akan diberi kesempatan kepada tokoh-tokoh dari dua kubu
> pemikiran menyampaikan pendapatnya. Acara sidang ilmiah ini akan
diketuai
> oleh Jon Gluyas (Fairfield Energy, Middlesex, England)
yang dijamin AAPG
> akan bertindak ”fair” alias
netral. Berikut judul-judul presentasi yang
> akan digelar :
>  
> 
> ”Causes and Triggers of the Lusi Mud
Volcano, Indonesia” (Mazzini,
> Svensen, Planke,
Akhmanov)
> “East Java Mud Volcano (Lusi) : Drilling Facts
and Analysis” (Istadi)
> “The Lusi Mud Eruption of
East Java” (Tingay, Heidbach, Davies, Swarbrick)
>
“The East Java Mud Volcano (2006 to Present) : An Earthquake or
Drilling
> Trigger” (Davies, Brumm, Manga, Swarbrick

Re: [iagi-net-l] "Lusi" MV Origin : The Debate Continues

2008-08-01 Thread Franciscus B Sinartio
numpang tanya,
kalau di pengadilan kan berlaku asas praduga tak bersalah?
jadi Lapindo tidak bisa di tuntut, kalau ada keragu-raguan atau pendapat bahwa 
ledakan tersebut bisa saja terjadi di tempat lain jika tidak ada sumur BP-01 
karena pressure dari lumpur nya memang mencari-cari titik yang paling lemah 
untuk keluar menstabilkan pressure. dan lokasi sumur BP-1 kebetulan merupakan 
titik lemahnya (bisa saja menjadi lemah karena pemboran)
apakah benar pernyataan diatas?
memang benar BP-01 yang merupakan titik awal semburan lumpur nya, tetapi kalau 
misalnya tidak menyembur di sumur tersebut apakah lumpur tersebut tidak meluap 
ke permukaan ditempat lain?
bagaimana membuktikan ini benar atau salah?
saya bukan mau berpihak ke siapa2, tetapi yang penting rakyat disana sudah 
terlalu lama menderita. tetapi seperti yang kita semua tahu, kalau  kita 
menunggu sampai pressure lumpur yang dibawah permukaan menjadi stabil dengan 
pressure diatas permukaan sehingga tdk ada semburan lagi, maka mungkin kita 
akan menunggu cukup lama, dan harus dilakukan langkah konkrit untuk mengurangi 
penderitaan rakyat yang terlibat.
ini sekedar opini saya.
fbs


- Original Message 
From: yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, August 1, 2008 1:43:33 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] "Lusi" MV Origin : The Debate Continues




>Rekan rekan 

Saya takut bahwa dalam pengadilan nanti
,Hakim akan sangat terpengaruh oleh opini yang terbentuk 
dimasyarakat luas.
Sebagai  hakim maka hakim ataupun Dewan Hakim
berkuasa atas dasar "keyakinan" - yang ada pada dirinya utuk
memutuskan perkara.
Memang sebagai suatu  kejadian alam ,
peristiwa Lusi memberikan persoalan yang sangat berat kepada Bangsa
Indonesia yang sedang dilanda masalah "kepercayaan " satu sama
lain ( antara warga dengan warga , antara para politisi dengan politisi
lain , antar birokrat dan aparat pengak hulum , bahkan anyar
institusi/lembaga tinggi negara).
SEMPURNA lah  kesulitan
kesulitan ini menimpa bangsa >!!

Kembali pada Lusi (
Lu..sih).

Saya sependapat dengan Awang memang
ada dua pendapat , tetapi menurut saya  yang jelas dan dominan
kemudian dalam peran-nya dengan mud flow yang se - abrek adalah KONDISI
GEOLOGI .  
Jadi apapun yang men "trigger" terjadinya
mud flow , tetaplah kondisi geologi memegang peran yang paling ominan.
Kalau ini diterima sebagai fakta alam , apakah layaku yang metnyebakan
ataau men "strigger" terjadinya mud flow diwajibkan menanggung
seluruh kerugian yang timbul ?

Saya percaya dalam kondisi
tidak adanya saling percaya  dalam masyarakat kita , apaun keputusan
pengadilan  , akan terjadi gonjang ganjing yang tidak akan
berkesudahan .

Apakah saya terlalu pesimis  ?

Si Abah




  Apa penyebab erupsi
"Lusi" (Lumpur Sidoarjo) rupanya telah menjadi bahan
>
perdebatan dari ruang pengadilan, jurnal-jurnal ilmiah, seminar-seminar
> nasional dan internasional, diskusi internet di milis-milis,
sampai
> obrolan di café atau warung kopi. Peliputan media
cetak dan elektronik
> yang luas atas issue ini telah menyebabkan
kasus Lusi diketahui umum di
> mana pun. Dua school of thought
yang menjadi bahan perdebatan telah
> mengerucut menjadi dua : (1)
gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 sebagai
> penyebab, dan (2) pemboran
sumur eksplorasi Banjarpanji-1 (Lapindo
> Brantas, Mei 2006)
sebagai penyebab. Walaupun, sepengamatan saya, orang
> awam lebih
banyak berpihak kepada teori nomor (2) – itu sebagian besar
> karena pemberitaan media; tidak begitu yang terjadi dengan
perdebatan di
> antara para ahli. Kedua kubu pemikiran sama kuat,
ahli-ahli di masing kubu
> bertahan dengan pendapatnya. Perbedaan
pendapat para ahli yang dipanggil
> sebagai saksi ahli dalam
pengadilan telah
>  menyebabkan kasus tersebut tidak dapat segera
tuntas diadili. Minggu ini
> pun, pengadilan negeri Jawa Timur
mulai memanggil kembali beberapa saksi
> ahli untuk dimintai
keterangan.
>  
> Apakah nanti pada akhirnya akan
diperoleh kesepakatan di antara para ahli
> ? Saya tak yakin akan
itu. Apakah nanti pada akhirnya akan diputuskan oleh
> pengadilan
satu penyebab ? Mungkin saja, tetapi sebenarnya pengadilan
> bukan
lembaga yang dengan tepat bisa memutuskan hal itu. Perdebatan ilmiah
> dalam ilmu apa pun memang susah diselesaikan, kita telah punya
banyak
> contohnya. Perdebatan akan selesai ketika ada bukti kuat
yang bisa
> mendiamkan semua perdebatan dan terpaksa satu pihak
harus mau menerima
> pendapat pihak lainnya.
>  
>
Contoh saja, apakah kita masih mau mendebat teori plate tectonics 
ketika
> bukti pengukuran-pengikuran GPS menujukkan bahwa semua
benua saat ini
> tengah bergerak dan mantle tomography menunjukkan
bahwa kerak samudra
> sedang menyusup di bawah benua ? Pada saat 
baru diumumkan, teori ini
> memicu perdebatan yang sengit lebih
dari 20 tahun. Contoh lai

RE: [iagi-net-l] "Lusi" MV Origin : The Debate Continues

2008-08-03 Thread Winderasta, Wikan (wikanw)
 02, 2008 11:03 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] "Lusi" MV Origin : The Debate Continues

numpang tanya,
kalau di pengadilan kan berlaku asas praduga tak bersalah?
jadi Lapindo tidak bisa di tuntut, kalau ada keragu-raguan atau pendapat bahwa 
ledakan tersebut bisa saja terjadi di tempat lain jika tidak ada sumur BP-01 
karena pressure dari lumpur nya memang mencari-cari titik yang paling lemah 
untuk keluar menstabilkan pressure. dan lokasi sumur BP-1 kebetulan merupakan 
titik lemahnya (bisa saja menjadi lemah karena pemboran) apakah benar 
pernyataan diatas?
memang benar BP-01 yang merupakan titik awal semburan lumpur nya, tetapi kalau 
misalnya tidak menyembur di sumur tersebut apakah lumpur tersebut tidak meluap 
ke permukaan ditempat lain?
bagaimana membuktikan ini benar atau salah?
saya bukan mau berpihak ke siapa2, tetapi yang penting rakyat disana sudah 
terlalu lama menderita. tetapi seperti yang kita semua tahu, kalau  kita 
menunggu sampai pressure lumpur yang dibawah permukaan menjadi stabil dengan 
pressure diatas permukaan sehingga tdk ada semburan lagi, maka mungkin kita 
akan menunggu cukup lama, dan harus dilakukan langkah konkrit untuk mengurangi 
penderitaan rakyat yang terlibat.
ini sekedar opini saya.
fbs


- Original Message 
From: yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, August 1, 2008 1:43:33 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] "Lusi" MV Origin : The Debate Continues




>Rekan rekan

Saya takut bahwa dalam pengadilan nanti
,Hakim akan sangat terpengaruh oleh opini yang terbentuk dimasyarakat luas.
Sebagai  hakim maka hakim ataupun Dewan Hakim berkuasa atas dasar "keyakinan" - 
yang ada pada dirinya utuk memutuskan perkara.
Memang sebagai suatu  kejadian alam ,
peristiwa Lusi memberikan persoalan yang sangat berat kepada Bangsa Indonesia 
yang sedang dilanda masalah "kepercayaan " satu sama lain ( antara warga dengan 
warga , antara para politisi dengan politisi lain , antar birokrat dan aparat 
pengak hulum , bahkan anyar institusi/lembaga tinggi negara).
SEMPURNA lah  kesulitan
kesulitan ini menimpa bangsa >!!

Kembali pada Lusi (
Lu..sih).

Saya sependapat dengan Awang memang
ada dua pendapat , tetapi menurut saya  yang jelas dan dominan kemudian dalam 
peran-nya dengan mud flow yang se - abrek adalah KONDISI GEOLOGI . Jadi apapun 
yang men "trigger" terjadinya mud flow , tetaplah kondisi geologi memegang 
peran yang paling ominan.
Kalau ini diterima sebagai fakta alam , apakah layaku yang metnyebakan ataau 
men "strigger" terjadinya mud flow diwajibkan menanggung seluruh kerugian yang 
timbul ?

Saya percaya dalam kondisi
tidak adanya saling percaya  dalam masyarakat kita , apaun keputusan 
pengadilan  , akan terjadi gonjang ganjing yang tidak akan berkesudahan .

Apakah saya terlalu pesimis  ?

Si Abah




  Apa penyebab erupsi
"Lusi" (Lumpur Sidoarjo) rupanya telah menjadi bahan
>
perdebatan dari ruang pengadilan, jurnal-jurnal ilmiah, seminar-seminar
> nasional dan internasional, diskusi internet di milis-milis,
sampai
> obrolan di café atau warung kopi. Peliputan media
cetak dan elektronik
> yang luas atas issue ini telah menyebabkan
kasus Lusi diketahui umum di
> mana pun. Dua school of thought
yang menjadi bahan perdebatan telah
> mengerucut menjadi dua : (1)
gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 sebagai
> penyebab, dan (2) pemboran
sumur eksplorasi Banjarpanji-1 (Lapindo
> Brantas, Mei 2006)
sebagai penyebab. Walaupun, sepengamatan saya, orang
> awam lebih
banyak berpihak kepada teori nomor (2) – itu sebagian besar
> karena pemberitaan media; tidak begitu yang terjadi dengan
perdebatan di
> antara para ahli. Kedua kubu pemikiran sama kuat,
ahli-ahli di masing kubu
> bertahan dengan pendapatnya. Perbedaan
pendapat para ahli yang dipanggil
> sebagai saksi ahli dalam
pengadilan telah
>  menyebabkan kasus tersebut tidak dapat segera
tuntas diadili. Minggu ini
> pun, pengadilan negeri Jawa Timur
mulai memanggil kembali beberapa saksi
> ahli untuk dimintai
keterangan.
>  
> Apakah nanti pada akhirnya akan
diperoleh kesepakatan di antara para ahli
> ? Saya tak yakin akan
itu. Apakah nanti pada akhirnya akan diputuskan oleh
> pengadilan
satu penyebab ? Mungkin saja, tetapi sebenarnya pengadilan
> bukan
lembaga yang dengan tepat bisa memutuskan hal itu. Perdebatan ilmiah
> dalam ilmu apa pun memang susah diselesaikan, kita telah punya
banyak
> contohnya. Perdebatan akan selesai ketika ada bukti kuat
yang bisa
> mendiamkan semua perdebatan dan terpaksa satu pihak
harus mau menerima
> pendapat pihak lainnya.
>  
>
Contoh saja, apakah kita masih mau mendebat teori plate tectonics ketika
> bukti pengukuran-pengikuran GPS menujukkan bahwa semua
benua saat ini
> tengah bergerak dan mantle tomography menunjukkan
bahwa kerak samudra
> sedang meny

Re: [iagi-net-l] "Lusi" MV Origin : The Debate Continues

2008-08-03 Thread yanto R.Sumantri



> Frans

Itulah yang saya kira akan menjadi persoalan
"teknis"nya.
Disamping undang undang , peraturan dan alasan
alasan lain , Hakim mempunyai
otorisasi berdasarkan " keyakinan
halim" berdasarkan rasa keadilan .



Si Abah.


   numpang tanya,
> kalau di pengadilan
kan berlaku asas praduga tak bersalah?
> jadi Lapindo tidak bisa
di tuntut, kalau ada keragu-raguan atau pendapat
> bahwa ledakan
tersebut bisa saja terjadi di tempat lain jika tidak ada
> sumur
BP-01 karena pressure dari lumpur nya memang mencari-cari titik yang
> paling lemah untuk keluar menstabilkan pressure. dan lokasi sumur
BP-1
> kebetulan merupakan titik lemahnya (bisa saja menjadi lemah
karena
> pemboran)
> apakah benar pernyataan diatas?
> memang benar BP-01 yang merupakan titik awal semburan lumpur nya,
tetapi
> kalau misalnya tidak menyembur di sumur tersebut apakah
lumpur tersebut
> tidak meluap ke permukaan ditempat lain?
> bagaimana membuktikan ini benar atau salah?
> saya bukan
mau berpihak ke siapa2, tetapi yang penting rakyat disana sudah
>
terlalu lama menderita. tetapi seperti yang kita semua tahu, kalau 
kita
> menunggu sampai pressure lumpur yang dibawah permukaan
menjadi stabil
> dengan pressure diatas permukaan sehingga tdk ada
semburan lagi, maka
> mungkin kita akan menunggu cukup lama, dan
harus dilakukan langkah konkrit
> untuk mengurangi penderitaan
rakyat yang terlibat.
> ini sekedar opini saya.
> fbs
> 
> 
> - Original Message 
>
From: yanto R.Sumantri <[EMAIL PROTECTED]>
> To:
iagi-net@iagi.or.id
> Sent: Friday, August 1, 2008 1:43:33 PM
> Subject: Re: [iagi-net-l] "Lusi" MV Origin : The Debate
Continues
> 
> 
> 
> 
>>Rekan
rekan
> 
> Saya takut bahwa dalam pengadilan nanti
> ,Hakim akan sangat terpengaruh oleh opini yang terbentuk 
>
dimasyarakat luas.
> Sebagai  hakim maka hakim ataupun Dewan
Hakim
> berkuasa atas dasar "keyakinan" - yang ada pada
dirinya utuk
> memutuskan perkara.
> Memang sebagai suatu 
kejadian alam ,
> peristiwa Lusi memberikan persoalan yang sangat
berat kepada Bangsa
> Indonesia yang sedang dilanda masalah
"kepercayaan " satu sama
> lain ( antara warga dengan
warga , antara para politisi dengan politisi
> lain , antar
birokrat dan aparat pengak hulum , bahkan anyar
>
institusi/lembaga tinggi negara).
> SEMPURNA lah  kesulitan
> kesulitan ini menimpa bangsa >!!
> 
>
Kembali pada Lusi (
> Lu..sih).
> 
> Saya sependapat dengan Awang memang
> ada dua pendapat ,
tetapi menurut saya  yang jelas dan dominan
> kemudian dalam
peran-nya dengan mud flow yang se - abrek adalah KONDISI
> GEOLOGI
. 
> Jadi apapun yang men "trigger" terjadinya
>
mud flow , tetaplah kondisi geologi memegang peran yang paling ominan.
> Kalau ini diterima sebagai fakta alam , apakah layaku yang
metnyebakan
> ataau men "strigger" terjadinya mud flow
diwajibkan menanggung
> seluruh kerugian yang timbul ?
> 
> Saya percaya dalam kondisi
> tidak adanya saling
percaya  dalam masyarakat kita , apaun keputusan
> pengadilan  ,
akan terjadi gonjang ganjing yang tidak akan
> berkesudahan .
> 
> Apakah saya terlalu pesimis  ?
> 
>
Si Abah
> 
> 
> 
> 
>   Apa
penyebab erupsi
> "Lusi" (Lumpur Sidoarjo) rupanya telah
menjadi bahan
>>
> perdebatan dari ruang pengadilan,
jurnal-jurnal ilmiah, seminar-seminar
>> nasional dan
internasional, diskusi internet di milis-milis,
> sampai
>> obrolan di café atau warung kopi. Peliputan media
> cetak dan elektronik
>> yang luas atas issue ini telah
menyebabkan
> kasus Lusi diketahui umum di
>> mana pun.
Dua school of thought
> yang menjadi bahan perdebatan telah
>> mengerucut menjadi dua : (1)
> gempa Yogyakarta 27 Mei
2006 sebagai
>> penyebab, dan (2) pemboran
> sumur
eksplorasi Banjarpanji-1 (Lapindo
>> Brantas, Mei 2006)
> sebagai penyebab. Walaupun, sepengamatan saya, orang
>>
awam lebih
> banyak berpihak kepada teori nomor (2) –
itu sebagian besar
>> karena pemberitaan media; tidak begitu
yang terjadi dengan
> perdebatan di
>> antara para
ahli. Kedua kubu pemikiran sama kuat,
> ahli-ahli di masing
kubu
>> bertahan dengan pendapatnya. Perbedaan
>
pendapat para ahli yang dipanggil
>> sebagai saksi ahli
dalam
> pengadilan telah
>>  menyebabkan kasus tersebut
tidak dapat segera
> tuntas diadili. Minggu ini
>> pun,
pengadilan negeri Jawa Timur
> mulai memanggil kembali beberapa
saksi
>> ahli untuk dimintai
> keterangan.
>> 
>> Apakah nanti pada akhirnya akan
>
diperoleh kesepakatan di antara para ahli
>> ? Saya tak yakin
akan
> itu. Apakah nanti pada akhirnya akan diputuskan oleh