Mas Dwiyatno,
Anda gak konsisten nich...wong anda kan masuk di konteks bahasan yang
awalnya mengarahkan briket batubara sebagai solusi atas BBM yang MAHAL
bagi masyarakat menengah bawah,
Lalu ada fakta bahwa briket punya dampak negatif bagi kesehatan, fakta
ini muncul dan dibahas dalam pembahasan serius dan ilmiah.
Artinya, orang2 ini harus waspada terhadap efek buruk kesehatannya
Lalu Anda menyetting briket sebagai hal yang memiliki resiko sama dengan
kayu bakar. Tanpa argument ilmiah yang jelas, padahal sudah jelas, yang
satu kayu yang satu batubara...anda hanya mengandalkan analogi sepihak
Lalu anda menambahkan lagi bahwa bagusnya dapur menghadap kebon yang
luas...
Ingat lah...orang miskin kota, untuk beli minyak tanah aja susah,
apalagi diberikan syarat aman masak pakai briket, yakni: menghadap kebon
yang luas...jangankan tanah pekarangan, untuk tidur ajah susah...
Mohon janganlah gunakan logika kita sendiri demi kemudahan mendapat
solusi atas kesulitan orang lain. Coba bayangkan deh setting rekomendasi
Anda dalam solusi energi murah alternatif bagi orang miskin ini jadi
kelihatan tidak masuk akal.
Masak setelah anda sarankan begini, begitu, anda mengatakan: Nanti ibu
rumah tangga nggak bakal repot, karena kata anda yang biasa masak juga
PRT (pembantu rumah tangga)
Memangnya ada apa masyarakat miskin yang mampu memperkerjakan PRT?
Kalau memang usul anda ini memang sesungguhnya tidak ditujukan untuk
orang miskin, tapi untuk masyarakat golongan menengah, maka mungkin
solusinya yang pertama bukan menggunakan briket, tapi penghematan...
Termasuk masalah PRT tadi itu, cobalah untuk masak atau cuci sendiri...
Ini hanya salah contoh Mas...lainnya, tetap saja secara hakiki BBM MAHAL
Dan menyulitkan masyarakat, terutama masyarakat MISKIN
Salam,
ad
===
Message: 1
Date: Mon, 17 Oct 2005 11:18:07 +0700
From: Dwiyatno Rumlan [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: Briket Batu Bara Mengancam Kesehatan
Mas Haris,
Sepagian ini begitu banyak yang membahas bahaya briket batu bara. Tapi
menurut saya tingkat bahayanya briket batubara(briba) ini tergantung
dari design dan luas dapur. Kalau 'pawon'nya model dikampung, yang
terbuka menghadap kebon yang cukup luas, atau malah menghadap ke 'alas',
mungkin briba ini tidak akan memberikan effek apapun, hanya seperti
masak pakai areng padat saja. Lha buktinya, dikampungku dulu dari bayi
sampai umur 20 tahun, masaknya pakai kayu dan arang, ya enggak ada effek
apa2 sampai dunia sekarang tuh Tapi kalau briba dipakai di rumah
dengan ventilasi tertutup, mungkin memang asepnya berbahaya, saya kira
bukan hanya briba, pakai areng dan kayupun juga berbahaya untuk rumah2
tertutup, apalagi juga kampung2 pada yang sempit. Belum lagi bahaya
kebakaranya.
Solusinya, mungkin untuk setiap komplek perumahan, masing2 RT
menyediakan lahan yang cukup terbuka, cukup dikasih atap, dan digunakan
sebagai dapur umum, yang mana selalu ada briba yang menyala. Jadi at
anytime, orang bisa memasak disitu, konsumsi bribanya, dikoordinir RT,
yang masaknya banyak, urunanya juga banyak. Bukankan dengan begini,
briba akan lebih effisien ?! Wah ibu2 rumah tangga repot dong ?! Ah,
enggak juga, wong yang biasanya memasak toh sang PRT.
Kendalanya, memang orang tidak punya luxury untuk memasak yang
aneh-aneh, soalnya .. takut menjadi gunjingan tetangga he
he ...he .
Salam
- Original Message -
From: haris fuadi
To: idakrisnashow@yahoogroups.com
Sent: Monday, October 17, 2005 10:52 AM
Subject: [Ida-Krisna Show] Briket Batu Bara Mengancam Kesehatan
lha kalau briket batu bara berbahaya, kira2 kira apa ya alternatif
bahan bakar untuk memasak yang aman? ...
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0510/15/opini/2126283.htm
Sabtu, 15 Oktober 2005
Briket Batu Bara Mengancam Kesehatan
Igor O'Neill
Pemerintah memutuskan untuk membelanjakan Rp 150 miliar guna pembelian
sepuluh juta tungku briket batu bara yang akan dibagikan kepada
penduduk miskin sebagai alat masak.
Keputusan itu muncul dalam dua rapat koordinasi yang dipimpin Wakil
Presiden Jusuf Kalla (Kompas, 6 dan 8/10/2005).
Keputusan itu selintas bagus bagi rakyat miskin. Tetapi, penggunaan
briket batu bara sebenarnya mengandung sejumlah masalah serius.
Penggunaan bahan bakar padat dalam ruangan bertentangan dengan
inisiatif untuk kesehatan masyarakat. Hal itu pernah diulas Kemitraan
untuk Udara Bersih di Dalam Ruangan (Partnership for Clean Indoor Air
) pada pembicaraan persiapan Pertemuan Dunia untuk Pembangunan
Berkelanjutan 2002 di Bali. Inisiatif itu salah satunya membahas
risiko kesehatan yang bakal dihadapi dua juta penduduk negara
berkembang.
Perempuan paling rentan
Mengingat perempuan lebih sering bekerja di dapur, mereka lebih rentan
terhadap ancaman ini. Ironisnya, pemerintah menugaskan Kementerian
Negara Pemberdayaan Perempuan untuk mempromosikan penggunaan briket
batu bara.
Menurut WHO, memasak dengan bahan bakar padat di