HYPNOSIS
SEHARI-HARI: ORANG TUA DENGAN ANAK
Seorang anak kecil berumur 6 tahun terkejut luar biasa. Baru saja
dia menjatuhkan gelas sehingga pecah. Sang orang tua, yang mungkin pada saat
itu sedang pusing memikirkan pekerjaannya yang tidak kunjung selesai, ikut
tersentak dan terkejut dan langsung membentak, “Andi, bodoh sekali
kamu! Memegang gelas saja tidak benar, kamu tidak pernah
hati-hati…… (dst)”. Sang anak, yang tadi terkejut karena
suara gelas yang jatuh dan pecah, sekarang ditambah dengan kejutan kedua
yaitu suara bentakan orang tuanya. Sang anak lalu mengkerutkan badannya dan
menundukkan kepalanya. Menoleh orang tuanya pun takut. Apa yang terjadi pada
anak itu?
Pada artikel-artikel sebelumnya telah diterangkan bahwa proses
hypnosis adalah suatu proses sehari-hari yang selalu kita alami.
Tergantung pada kita sendiri untuk mau tersugesti atau tidak dengan proses
hypnosis itu. Tergantung juga pada nilai dasar dan hasrat atau
keinginan kita. Apabila kita tersugesti oleh pengaruh hypnosis tersebut,
berarti kita terhypnosis. Dan, apabila pengaruh hypnosis tersebut sesuai
dengan nilai dasar maupun keingginan kita atau apabila pengaruh
hypnosis tersebut merupakan ide baru dan kita menghayatinya atau
tersugesti, jangan heran bila pengaruh dan sugesti tersebut dapat bertahan
lama. Bahkan, dapat menjadi permanen bila kita tidak mengalami masalah
atau "menikmati" pengaruh tersebut.
Tetapi sebaliknya, kalau pada dasarnya kita tidak mau tersugesti
atau sugesti tersebut berbeda dengan nilai dasar dan keinginan kita, mungkin
hal itu tidak akan berefek pada kita dan kalaupun berefek, tidak terlalu
lama.
Seperti disebutkan, hypnosis adalah suatu seni, metoda atau
teknik komunikasi (verbal dan non-verbal) yang persuasif dan sugestif. Bila
orang yang dihypnosis tadi tersugesti, sadar atau tidak, maka dia dikatakan
dalam keadaan “terhypnosis”. Peristiwa sehari-hari, sengaja atau
tidak, bila kita tersugesti oleh hal tersebut maka dapat dikatakan juga bahwa
kita terhypnosis oleh peristiwa tersebut.
Apa yang terjadi kalau peristiwa itu kita alami berulang-ulang,
seperti pada tulisan sebelumnya, seperti halnya iklan yang sama yang kita
lihat, kita dengarkan, atau kita rasakan berulang-ulang? Cepat atau lambat
kita akan terpengaruh dan meyakini bahwa hal itu benar atau 'hal itulah yang
sebenarnya’.
Mungkin tidak bermasalah kalau hal itu sesuai dengan nilai dasar
kita atau kita memang ingin berubah, menyesuaikan dengan nilai baru tersebut.
Tetapi bagaimana bila kita yang telah mempunyai nilai dasar atau prinsip
tetapi tidak dapat lepas atau tidak kuat menahan diri dari pengaruh atau
sugesti tersebut? Hal ini mungkin dapat membuat kita frustasi atau stres dan
hal kecil ini jika terus menerus dibiarkan akan menyebabkan
“sakit" dalam perilaku kita. Ujung-ujungnya dapat menimbulkan
depresi, rendah diri, dan lain-lain.
Sekali lagi, jiwa manusia sangat unik. Dalam suatu peristiwa yang
persis samapun, mungkin respons nya dari masing-masing orang akan berbeda.
Kembali ke peristiwa di awal paragraf tulisan ini. Tergantung
pada kondisi sang anak. Jika anak itu merasa biasa-biasa saja, mungkin
masalah yang terjadi akibat peristiwa itu akan selesai begitu saja.
Bagaimana jika anak tersebut tersugesti sehingga menjadi takut
luar biasa dengan kejadian itu atau bentakan orang tua tadi dilakukan
berulang-ulang? Mungkin bagi anak tersebut, orang tuanya menjadi orang yang
menakutkan, sehingga lain kali jika dia berbuat suatu hal yang “dia
anggap salah” atau menemukan hal “yang dia anggap sulit”,
dia tidak akan membicarakannya dengan orang tuanya. Atau mungkin mulai saat
itu dia menjadi semacam alergi jika menyentuh gelas. Atau mungkin, jangan
heran, jika anak itu menjadi rendah diri karena selalu merasa tidak mampu
bertindak dengan benar, atau menjadi selalu tidak berhati-hati, atau juga
memiliki rasa percaya diri yang rendah (low self esteem), atau merasa
"bodoh". Masih banyak kemungkinan negatif lainnya yang cepat atau
lambat akan mempengaruhi perilaku anak tersebut, sekarang atau nanti.
Keadaan di mana sang anak tersugesti dengan peristiwa tersebut
dapat dikategorikan sebagai peristiwa hypnosis orang tua kepada anak.
Dapat dibayangkan, sebagai orang tua tentunya setiap hari kita
selalu berhubungan dengan anak kita baik melalui verbal dan non verbal.
(Catatan: Verbal melalui berbicara, Non-verbal melalui perilaku atau
aktivitas yang dilihat).
Percaya atau tidak, setiap hari kita sebagai orang tua selalu
menghypnosis anak kita sendiri.
Karena seringnya, hal itu dapat menjadi suatu nilai dasar baru
bagi sang anak. Seperti halnya contoh di atas dimana kita tersugesti oleh
iklan produk yang sama yang dimunculkan berkali-kali.
Dari berbagai sumber manapun selalu dikatakan bahwa sebagai orang
tua, kita harus berhati-hati dengan perilaku kita terhad