Mbah Marijan, Lelaki Shalih dari Dusun Kinahrejo
  www.aksicepattanggap.com
 
  Tanyakan kepada orang Jogyakarta, siapa yang tak kenal Mbah Marijan?  Jika ia memang orang asli Jogyakarta, Insya Allah tak mungkin tak  mengenal tokoh satu ini. Terlebih kini namanya sedang hangat-hangatnya  diperbincangkan seiring hangatnya udara malam di Kaliurang karena sang  Merapi tengah bergejolak. Mbah Marijan, menjadi tokoh yang tak kalah  tenarnya dengan Sri Sultan Hamengkubuwono selaku Gubernur Kota pelajar  ini.
 
  Gunung Merapi, memang diperkirakan akan meletus dan  menumpahkan lahar panasnya dalam hitungan hari. Hiruk pikuk warga dan  pemerintah terlihat dengan semakin meningkatnya status dan aktivitas  gunung merapi paling aktif di Indonesia ini. Riuh rendah dan hingar  bingar di 'bawah' ternyata tak membuat Mbah Marijan ikut sibuk. Ia  tetap tenang seolah Merapi tak tengah mengancamnya.
 
  Aneh.  Kesan itu yang terbawa ketika hendak menemuinya Sabtu sore (29/4) di  rumahnya di Dusun Kinahrejo. Banyak berita yang menyebut lelaki tua ini  sangat sakti, memiliki 'ilmu' yang sangat tinggi sehingga puluhan tahun  sudah mengemban tugas berat dari Sri Sultan untuk menjadi juru kunci  Merapi. Jalan menuju rumah Mbah Marijan terus menanjak mendekati Gunung  Merapi, namun sepanjang jalan tak sedikit pun ditemui jalan rusak,  sepanjang jalan semenjak dari Palemsari hingga rumah Mbah Marijan  jalannya mulus tak berlubang. Mungkin karena Sultan kerap mengunjungi  kuncen Merapi itu.
 
  Sekitar pukul 17.00, setibanya di rumah  Mbah Marijan, tokoh yang saat ini menjadi "most wanted person" bagi  para pencari berita itu sedang duduk berdzikir di Masjid di depan  rumahnya. Perawakannya kecil, jalannya sudah mulai lamban walau pun ia  masih mampu menempuh puncak Merapi dengan berjalan kaki. Kesan pertama  ketika bertemunya, jauh dari cerita yang sering tertulis di beberapa  media massa. Sosoknya amat sederhana, sesederhana rumahnya yang tak  berbeda dengan rumah kebanyakan warga di Dusun Kinaherjo. Padahal,  'jabatan' yang disandangnya dari Sultan bukanlah jabatan sepele dan  tidak sembarang orang bisa dipercaya menjadi juru kunci.
 
  Mbah  Marijan tetap tenang, tak menganggap kepulan asap di puncak Merapi  sebagai ancaman. Meski demikian ia tetap meminta warganya untuk  waspada, namun ia belum menganjurkan seluruh warga yang tinggal di  lereng merapi untuk mengungsi. Menurut mbah Marijan, Merapi sudah biasa  'batuk-batuk' seperti saat ini. Dan belum warga belum perlu mengungsi.
 
  Lelaki  yang tak mau berbahasa Indonesia ini tak ingin menjawab secara tegas  ketika pertanyaan mengarah kepada kemungkinan meletusnya gunung Merapi.  Baginya, Allah belum memberi petunjuk berupa tanda-tanda akan  meletusnya Merapi sehingga ia tak meminta warganya untuk turun dan  mengungsi. Kenyataan ini sungguh berlawanan dengan pernyataan Sultan  yang meminta warga di lereng gunung segera mengungsi. "Jika Sultan  meminta warga turun, berarti itu yang bicara bukan Sultan, melainkan  Gubernur," ujar Mbah Marijan.
 
  Dalam pembicaraan yang terekam  handycam yang kami bawa itu, Mbah Marijan justru berharap Sultan dan  pemerintah daerah mengizinkannya melakukan doa bersama mohon  keselamatan agar Merapi tak 'marah'. "Masalahnya, saya diizinkan atau  tidak oleh pemerintah kalau saya berdoa kepada Gusti Allah..." tanya  Mbah berharap.
 
  Pertanyaan yang sesungguhnya tak perlu jawaban  dari Sultan atau pun pemerintah setempat. Karena bagi Mbah Marijan,  yang dimaksud doa bersama itu tidak mesti membuat acara besar seperti  layaknya acara 'selamatan' di kampung-kampung dengan mengundang banyak  orang. "Cukup semua masyarakat bersama-sama berdoa, boleh dari rumahnya  masing-masing, meminta kepada Allah agar Merapi tak jadi meletus,"  tambah Mbah.
 
  Mbah Marijan bukan sosok penuh misteri, bukan  tokoh klenik, bukan pula seperti yang banyak diberitakan di media massa  tentang kesaktian dan ilmu-ilmu aneh yang dimilikinya. Lelaki berumur  lebih dari 80-an itu adalah orang yang shalih, taat beribadah dan  senantiasa merasa dekat dengan Tuhannya. Begitu juga dengan  keluarganya, istri dan lima anaknya adalah orang-orang shalih.
 
  Soal  keengganannya berbahasa Indonesia, mbah Marijan berkomentar, "Saya ini  orang kecil, hanya berbahasa menggunanakan bahasa orang kecil. Karena  itu, omongan saya didengar oleh orang kecil. Bahasa Indonesia itu hanya  dipakai oleh orang besar. Dan bahasa Indonesia itu terkesan sombong,  saya tak mau dibilang sombong."
 
  Subhanallah, suatu anugerah  luar biasa bisa berkunjung ke rumah mbah Marijan. Teramat banyak  pelajaran dari tutur kata lembutnya yang terasa sangat 'dalam'. Tak  terasa persinggahan di rumah sederhana itu hingga pukul 20.00.  Kekhawatiran akan meletusnya Merapi pada saat kami berada di rumah itu,  seolah sirna oleh ketenangan yang memancar dari wajah lelaki  mengagumkan itu.
 
  Bayu Gawtama
           
---------------------------------
New Yahoo! Messenger with Voice. Call regular phones from your PC and save big.

[Non-text portions of this message have been removed]





=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida Arimurti

Jangan lupa simak IDA KRISNA SHOW SENIN HINGGA JUMAT di 99,1 DELTA FM
Jam 4 sore hingga 8 malam dan kirim sms di 0818 333 582.

=================================================================




SPONSORED LINKS
Radio stations Station


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke