[Ida-Krisna Show] Re: Saat Dia Berpaling

2006-03-19 Terurut Topik vitri lestari
Assalamualaikum...
Buat teman-teman semua.
saat aku baca cerita di bawah ini aku gak tau bahwa cerita ini 
berhubungan dengan salah seorang sepupuku.
Memang waktu baca ceriita ini pengarangnya Helvy, saya langsung 
ingat sama seorang teman dekatnya yang telah menjadi kakak sepupuku, 
tapi saya tidak pernah punya fikiran bahwa cerita ini adalah cerita 
tentang keluarga mereka.
Ternyata beberapa hari kemudian, suamiku yang satu kantor 
dengan suami dalam cerita ini datang dengan berita yang menjadi 
petir di siang hari, bahwa mereka sudah berpisah!

Buat teman-teman, memang cerita ini dilihat dari sisi wanita, tapi 
memang kesalahan akan dilakukan oleh kedua belah pihak, baik suami 
atau istri.

Tadi sang suami datang untuk bercerita panjang lebar, dan bagi kami, 
bukan artinya sebuah pembenaran adanya WIL, tapi memang semua 
adalah akumulasi dari ketidakharmonisan hubungan suami istri dalam 
hal ini mungkin faktor komunikasi yang sudah tidak sehat lagi, 
ditambah dominasi sang istri yang tidak cuma pendidikan dan 
penghasilan yang jauh lebih tinggi, tapi juga karena ada rambu-rambu 
yang telah dilanggar sehingga harga diri laki-laki menjadi jauh 
lebih rendah di bawahnya. Untuk direnungkan oleh para istri!

Yah buat teman-teman, cerita di bawah ini hanyalah sebuah ceriita 
saja, tapi ada baiknya kita mendalami agar tidak terjadi pada 
keluarga kita semuaAmien

PS : Tanggal 13 Maret, telah habis masa iddah sang istri, karena 
tidak ada kata rujuk, otomatis akan jatuh talak 2.


 Saat Dia Berpaling
 (by: helvytr)
 
 
 Betapa perihnya. Perempuan itu menggigit bibirnya yang tiba-tiba 
asin darah. Sejak pagi hingga malam menyergap, ia masih 
menangis. Tak mungkin, desisnya, tetapi itu nyata. Ia sendiri yang 
membaca semua sms mesra itu. Suaminya telah berpaling. Sandaran 
hidup, pria terbaik di dunia itu, ayah anaknya, berkhianat! Sejauh 
apakah? Ia gelisah. Ia tatap potret perkawinan di dinding kamar 
mereka. Tiba tiba tangannya sudah bergerak meraih potret itu namun 
urung membantingnya. Gumpalan-gumpalan benci semakin membesar. Lalu 
ia pun tersungkur begitu saja di sudut kamar. Lelaki. Apa mereka 
semua sama? 
   
 Perlahan ia raih lagi ponsel suaminya yang tertinggal hari itu. 
Nyeri sekali. Perempuan yang entah siapa, hanya berinisial S menyapa 
suaminya melalui sms dengan cinta, say, kiss u, dan 
semacamnya. Beberapa saat lalu ia hanya cengengesan membacanya. 
Mungkin teman yang iseng. Tapi ia terhenyak dan tiba-tiba merasa 
terbanting. Pada bagian sent, ia melihat balasan sms suaminya! Kata-
kata say dan kiss u juga ada di sana! Airmatanya semakin 
berderai-derai dan beliung-beliung dari berbagai penjuru menikam 
batinnya.
 
 Belasan tahun bukan waktu yang sebentar untuk mengenal suaminya. 
Tapi hari itu ia merasa suaminya tak lebih dari orang asing. Sangat 
asing.
 
 Ia telepon suaminya sambil menangis. Apakah abang baik-baik 
saja? isaknya. Suara sang suami datar menjawab bahwa ia baik-baik 
saja dan menanyakan kabar istrinya. Perempuan itu tak sanggup. Ia 
putuskan telepon. Ia sms suaminya dengan satu kata: S.
 
 Dengan bercanda suaminya membalas sms. S? Bukan siapa-siapa. Hanya 
teman virtual. Bisa jadi siapa saja. Mungkin nenek-nenek atau lelaki.
 
 Tapi perempuan itu telah membaca gelagat. Ia menangkap aroma 
kebohongan itu.
 
 Dengan sekuat hati mencoba menjaga emosi, ia pergi menuju wartel 
terdekat. Ia telpon perempuan misterius itu. Ia berpura-pura 
mengetahui nomor itu dari seseorang dan akan mengabarkan tentang 
seseorang lainnya yang sakit parah. Suara di ujung telepon menjawab 
sekadarnya: Salah sambung!
 
 Boleh saya tahu ini siapa?
 
 Saya Lina.
 
 Dengan sebukit ingin tahu yang kian meninggi, perempuan itu 
menekan nomor hp S kembali. Mohon maaf ya, tapi saya diberikan 
nomor ini. Apa betul ini Mbak N?
 
 Nama saya Shinta! Saya di bandung bukan di Menteng. Saya lagi 
puasa! Salah sambung! ketusnya. 
 
 Tapi tadi Lina, sekarang Shinta?
 
 Perempuan itu kembali ke rumah dengan langkah yang semakin gontai 
dan airmata yang terus bercucuran. Ia sms kembali suaminya:
 
 Siapa dia Bang? Mengapa?
 
 Bkn siapa-siapa. Hny teman virtual. Aku malah tdk ingin btemu 
dngnnya. Tidak ingin tahu siapa dia. Aku hanya curhat.
 
 Curhat? Mengapa bkn dengan aku saja, Bang? Maafkan aku, maafkan 
kekuranganku hingga Abang harus bpaling. Aku memang istri yang tidak 
peka dan tidak berguna. Aku merasa….
 
 Sayang, aku yang minta maaf. Mungkin seumur hidup kamu akan terus 
terluka. Aku menyesal. Apapun kekuranganmu tak boleh membuatku 
berpaling darimu….
 
 Hening. Airmata.
 
 Entah bagaimana, tiba-tiba kata maaf dan penyesalan dari suaminya 
bertubi-tubi muncul di ponsel perempuan itu.
 
 Tolong maafkan aku. Aku yang salah karena meladeninya. Aku mrs 
menemkn sosok ibu rmh tg yg baik pd drnya. Tlg maafkan aku. Jgn hkm 
dirimu krn keslhanku.
 
 Aku yg slh, bdh, tdk peka. Tidak berguna sbg istri. Setelah ini 
mgkn aku tak sanggup lg mhadapi matahari.
 
 Perempuan 

[Ida-Krisna Show] Re: Saat Dia Berpaling

2006-03-19 Terurut Topik vitri lestari
Assalamualaikum...
Buat teman-teman semua.
saat aku baca cerita di bawah ini aku gak tau bahwa cerita ini 
berhubungan dengan salah seorang sepupuku.
Memang waktu baca ceriita ini pengarangnya Helvy, saya langsung 
ingat sama seorang teman dekatnya yang telah menjadi kakak sepupuku, 
tapi saya tidak pernah punya fikiran bahwa cerita ini adalah cerita 
tentang keluarga mereka.
Ternyata beberapa hari kemudian, suamiku yang satu kantor 
dengan suami dalam cerita ini datang dengan berita yang menjadi 
petir di siang hari, bahwa mereka sudah berpisah!

Buat teman-teman, memang cerita ini dilihat dari sisi wanita, tapi 
memang kesalahan akan dilakukan oleh kedua belah pihak, baik suami 
atau istri.

Tadi sang suami datang untuk bercerita panjang lebar, dan bagi kami, 
bukan artinya sebuah pembenaran adanya WIL, tapi memang semua 
adalah akumulasi dari ketidakharmonisan hubungan suami istri dalam 
hal ini mungkin faktor komunikasi yang sudah tidak sehat lagi, 
ditambah dominasi sang istri yang tidak cuma pendidikan dan 
penghasilan yang jauh lebih tinggi, tapi juga karena ada rambu-rambu 
yang telah dilanggar sehingga harga diri laki-laki menjadi jauh 
lebih rendah di bawahnya. Untuk direnungkan oleh para istri!

Yah buat teman-teman, cerita di bawah ini hanyalah sebuah ceriita 
saja, tapi ada baiknya kita mendalami agar tidak terjadi pada 
keluarga kita semuaAmien

PS : Tanggal 13 Maret, telah habis masa iddah sang istri, karena 
tidak ada kata rujuk, otomatis akan jatuh talak 2.


 Saat Dia Berpaling
 (by: helvytr)
 
 
 Betapa perihnya. Perempuan itu menggigit bibirnya yang tiba-tiba 
asin darah. Sejak pagi hingga malam menyergap, ia masih 
menangis. Tak mungkin, desisnya, tetapi itu nyata. Ia sendiri yang 
membaca semua sms mesra itu. Suaminya telah berpaling. Sandaran 
hidup, pria terbaik di dunia itu, ayah anaknya, berkhianat! Sejauh 
apakah? Ia gelisah. Ia tatap potret perkawinan di dinding kamar 
mereka. Tiba tiba tangannya sudah bergerak meraih potret itu namun 
urung membantingnya. Gumpalan-gumpalan benci semakin membesar. Lalu 
ia pun tersungkur begitu saja di sudut kamar. Lelaki. Apa mereka 
semua sama? 
   
 Perlahan ia raih lagi ponsel suaminya yang tertinggal hari itu. 
Nyeri sekali. Perempuan yang entah siapa, hanya berinisial S menyapa 
suaminya melalui sms dengan cinta, say, kiss u, dan 
semacamnya. Beberapa saat lalu ia hanya cengengesan membacanya. 
Mungkin teman yang iseng. Tapi ia terhenyak dan tiba-tiba merasa 
terbanting. Pada bagian sent, ia melihat balasan sms suaminya! Kata-
kata say dan kiss u juga ada di sana! Airmatanya semakin 
berderai-derai dan beliung-beliung dari berbagai penjuru menikam 
batinnya.
 
 Belasan tahun bukan waktu yang sebentar untuk mengenal suaminya. 
Tapi hari itu ia merasa suaminya tak lebih dari orang asing. Sangat 
asing.
 
 Ia telepon suaminya sambil menangis. Apakah abang baik-baik 
saja? isaknya. Suara sang suami datar menjawab bahwa ia baik-baik 
saja dan menanyakan kabar istrinya. Perempuan itu tak sanggup. Ia 
putuskan telepon. Ia sms suaminya dengan satu kata: S.
 
 Dengan bercanda suaminya membalas sms. S? Bukan siapa-siapa. Hanya 
teman virtual. Bisa jadi siapa saja. Mungkin nenek-nenek atau lelaki.
 
 Tapi perempuan itu telah membaca gelagat. Ia menangkap aroma 
kebohongan itu.
 
 Dengan sekuat hati mencoba menjaga emosi, ia pergi menuju wartel 
terdekat. Ia telpon perempuan misterius itu. Ia berpura-pura 
mengetahui nomor itu dari seseorang dan akan mengabarkan tentang 
seseorang lainnya yang sakit parah. Suara di ujung telepon menjawab 
sekadarnya: Salah sambung!
 
 Boleh saya tahu ini siapa?
 
 Saya Lina.
 
 Dengan sebukit ingin tahu yang kian meninggi, perempuan itu 
menekan nomor hp S kembali. Mohon maaf ya, tapi saya diberikan 
nomor ini. Apa betul ini Mbak N?
 
 Nama saya Shinta! Saya di bandung bukan di Menteng. Saya lagi 
puasa! Salah sambung! ketusnya. 
 
 Tapi tadi Lina, sekarang Shinta?
 
 Perempuan itu kembali ke rumah dengan langkah yang semakin gontai 
dan airmata yang terus bercucuran. Ia sms kembali suaminya:
 
 Siapa dia Bang? Mengapa?
 
 Bkn siapa-siapa. Hny teman virtual. Aku malah tdk ingin btemu 
dngnnya. Tidak ingin tahu siapa dia. Aku hanya curhat.
 
 Curhat? Mengapa bkn dengan aku saja, Bang? Maafkan aku, maafkan 
kekuranganku hingga Abang harus bpaling. Aku memang istri yang tidak 
peka dan tidak berguna. Aku merasa….
 
 Sayang, aku yang minta maaf. Mungkin seumur hidup kamu akan terus 
terluka. Aku menyesal. Apapun kekuranganmu tak boleh membuatku 
berpaling darimu….
 
 Hening. Airmata.
 
 Entah bagaimana, tiba-tiba kata maaf dan penyesalan dari suaminya 
bertubi-tubi muncul di ponsel perempuan itu.
 
 Tolong maafkan aku. Aku yang salah karena meladeninya. Aku mrs 
menemkn sosok ibu rmh tg yg baik pd drnya. Tlg maafkan aku. Jgn hkm 
dirimu krn keslhanku.
 
 Aku yg slh, bdh, tdk peka. Tidak berguna sbg istri. Setelah ini 
mgkn aku tak sanggup lg mhadapi matahari.
 
 Perempuan