Re: [Ida-Krisna Show] Re: Sinetron Indonesia

2005-11-29 Terurut Topik Yamin Asrofi
Dear Pak Yudi,

Dunia anak itu memang dunianya main. Bahkan kalau dilihat di discovery
channel atau juga di animal planet, anak-anak binatang buas juga hobinya
bermain. Kami pernah bimbang mau ambil keputusan kasih PS atau tidak ke anak
kami. Setelah ditimbang-timbang, akhirnya kami belikan juga. Karena ada
kekhawatiran anak tidak pede (percaya diri) bila tidak bisa nyambung
pembicaraan dengan teman-temannya yang sudah bisa game ini pada stage
sekian, dst.. Tentu saja kami buat kesepakatan untuk hanya boleh main pada
hari Sabtu dan Minggu di mana ia tidak sekolah alias libur. Tentang sinetron
di tivi, yang kami lakukan adalah membatasi jam melihat televisi, yaitu
maksimal sampai dengan jam 19.00. Begitu jam 19.00 televisi dimatikan,
termasuk Bapak dan Ibu nya juga konsisten untuk tidak melihat televisi.
Karena anak butuh teladan. Kita tidak bisa melarang anak untuk belajar dan
tidak menonton televisi, sementara bapak-ibunya malah melakukannnya.
Terkadang dalam mendidik anak, kami berlakukan rewards atau carrot, artinya
kalau ia mencapai prestasi tertentu kami berikan hadiah tertentu. Sampai
saat ini untuk anak kami yang SD kelas IV kalau ia mendapat nilai 10
ulangannya, kami berikan uang dalam jumlah tertentu. Uangnya dikumpulkan
lalu dimasukkan ke tabungan. Pada kesempatan lain kami juga berlakukan
hukuman atau punishment pada saat ia tidak melakukan sesuatu yang telah
disepakati. Menurut pengalaman kami, kita harus kombinasikan antara teladan,
reward dan punishment, kita tidak bisa hanya melakukan satu jurus saja.
Banyak suka dukanya memang dalam mendidik anak, dan tidak selamanya mulus.
Semoga berguna...

Wassalam,
Yamin Asrofi

- Original Message -
From: "sasongko_purnomo" <[EMAIL PROTECTED]>
To: 
Sent: Tuesday, November 29, 2005 3:33 PM
Subject: [Ida-Krisna Show] Re: Sinetron Indonesia


>
>
> Dear Mas Yudhi,
>
> Kebetulan saya dan istri tidak banyak nonton sinetron. Jadi TV di
> rumah lebih banyak ditonton oleh pembantu RT. Anak2 kami masih lebih
> suka nonton film anak2. Sementara kalau sore, mereka lebih banyak
> main sepeda di lingkungan kami.
>
> Malam, setelah makan malam, jika tidak ada ulangan sehingga anak2
> harus belajar, maka kami lebih sering main bersama dengan permainan2
> misalnya kartu UNO, kartu match-it, ataupun ular tangga, othello,
> atau bahkan dengan permainan jaman dulu yaitu congklak, yang
> sekarang banyak dijual dengan bahan plastik. Permainan2 ini membuat
> kami berinteraksi dengan mereka, bahkan bisa menjadi seru sehingga
> kami bisa ketawa-ketiwi bersama menikmati kebahagiaan bersama.
>
> PS tidak pernah ada di rumah kami. Untuk permainan dengan komputer,
> kami belikan software yang memang sesuai untuk anak2, misalnya
> sekarang ada Blue's Clues, ataupun Bobby Bola.
>
> Jadi, tinggal bagaimana kita mengatur hal ini dengan bijaksana.
>
> Salam,
>
> SASONGKO
>
>
>
> --- In idakrisnashow@yahoogroups.com, "Yudhi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > Lah wong tujuannya untuk mengkritisi sinetron yang ngga bermutu kok
> > dimarahin.
> > Itu kan salah satu kepedulian kita terhadap Production House yang
> hanya
> > mencari keuntungan pribadi saja, memang urusan selera tidak bisa
> > dicampuri tapi mbok yao sinetron yang sifatnya mendidik itu
> diperbanyak
> > lagi sedangkan sinetron yang sifatnya glamour, mistik, kekerasan
> dll gak
> > perlu disponsori lagi. Kuncinya kan di iklan-iklan yang
> mensponsori itu
> > lho, selama mereka masih mau pasang iklan ya station TV OK OK saja
> lha
> > wong menguntungkan. Semua cuma cari keuntungan semata, tanpa
> memikirkan
> > dampak psikologis bagi anak dan masa depan bangsa. Bisa saja kita
> > menfilter agar anak kita tidak nonton tapi anak orang lain apakah
> kita
> > bisa kontrol? Trus anak orang lain itu mainnya sama anak kita,
> artinya
> > lingkungan tempat anak kita sudah terpola sama gaya2 sinetron baik
> yang
> > glamour atau yang berbau kekerasan, apakah kita bisa kontrol sampai
> > sejauh itu? Makanya kritisi masyarakat sangatlah perlu untuk
> mengurangi
> > dampak yang lebih buruk lagi. Lalu ketika anak kita menginjak
> remaja wah
> > tambah sulit saja kontrolnya karena lingkungan di rumah sudah
> semakin
> > sedikit perannya. Di rumah si anak menjadi anak yang sangat manis
> tapi
> > setelah keluar rumah dan ketemu sama temen2nya yg ngga bener jadi
> ikutan
> > deh anak kita. Yah disinilah seninya mendidik anak, terus terang
> saya
> > pribadi tidak banyak punya waktu ketemu sama anak, ibunya juga
> kerja,
> > jadi kecemasan itu selalu ada, makanya Sabtu dan Minggu sdh diplot
> untuk
> > anak. Apalagi yah itu tadi dunia sinetron TV kita dan acara2 yg
> lain
> > turut mempengaruhi pertumbuha

[Ida-Krisna Show] Re: Sinetron Indonesia

2005-11-29 Terurut Topik sasongko_purnomo


Dear Mas Yudhi,

Kebetulan saya dan istri tidak banyak nonton sinetron. Jadi TV di 
rumah lebih banyak ditonton oleh pembantu RT. Anak2 kami masih lebih 
suka nonton film anak2. Sementara kalau sore, mereka lebih banyak 
main sepeda di lingkungan kami.

Malam, setelah makan malam, jika tidak ada ulangan sehingga anak2 
harus belajar, maka kami lebih sering main bersama dengan permainan2 
misalnya kartu UNO, kartu match-it, ataupun ular tangga, othello, 
atau bahkan dengan permainan jaman dulu yaitu congklak, yang 
sekarang banyak dijual dengan bahan plastik. Permainan2 ini membuat 
kami berinteraksi dengan mereka, bahkan bisa menjadi seru sehingga 
kami bisa ketawa-ketiwi bersama menikmati kebahagiaan bersama.

PS tidak pernah ada di rumah kami. Untuk permainan dengan komputer, 
kami belikan software yang memang sesuai untuk anak2, misalnya 
sekarang ada Blue's Clues, ataupun Bobby Bola.

Jadi, tinggal bagaimana kita mengatur hal ini dengan bijaksana. 

Salam,

SASONGKO



--- In idakrisnashow@yahoogroups.com, "Yudhi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Lah wong tujuannya untuk mengkritisi sinetron yang ngga bermutu kok
> dimarahin.
> Itu kan salah satu kepedulian kita terhadap Production House yang 
hanya
> mencari keuntungan pribadi saja, memang urusan selera tidak bisa
> dicampuri tapi mbok yao sinetron yang sifatnya mendidik itu 
diperbanyak
> lagi sedangkan sinetron yang sifatnya glamour, mistik, kekerasan 
dll gak
> perlu disponsori lagi. Kuncinya kan di iklan-iklan yang 
mensponsori itu
> lho, selama mereka masih mau pasang iklan ya station TV OK OK saja 
lha
> wong menguntungkan. Semua cuma cari keuntungan semata, tanpa 
memikirkan
> dampak psikologis bagi anak dan masa depan bangsa. Bisa saja kita
> menfilter agar anak kita tidak nonton tapi anak orang lain apakah 
kita
> bisa kontrol? Trus anak orang lain itu mainnya sama anak kita, 
artinya
> lingkungan tempat anak kita sudah terpola sama gaya2 sinetron baik 
yang
> glamour atau yang berbau kekerasan, apakah kita bisa kontrol sampai
> sejauh itu? Makanya kritisi masyarakat sangatlah perlu untuk 
mengurangi
> dampak yang lebih buruk lagi. Lalu ketika anak kita menginjak 
remaja wah
> tambah sulit saja kontrolnya karena lingkungan di rumah sudah 
semakin
> sedikit perannya. Di rumah si anak menjadi anak yang sangat manis 
tapi
> setelah keluar rumah dan ketemu sama temen2nya yg ngga bener jadi 
ikutan
> deh anak kita. Yah disinilah seninya mendidik anak, terus terang 
saya
> pribadi tidak banyak punya waktu ketemu sama anak, ibunya juga 
kerja,
> jadi kecemasan itu selalu ada, makanya Sabtu dan Minggu sdh diplot 
untuk
> anak. Apalagi yah itu tadi dunia sinetron TV kita dan acara2 yg 
lain
> turut mempengaruhi pertumbuhan psikologis anak. Saya bersyukur ada
> Lativi KID dan SpaceToon yg bisa mengalihkan perhatian anakku, dan
> sekarang spongebob masih menjadi favoritnya padahal di spongebob 
juga
> banyak unsur kekerasannya ya.. Banyak dari temen2ku yang 
mengalihkan
> perhatian anaknya ke Play Station, tapi yang saya tahu setelah anak
> kenal sama PS wah ngga mau kemana2 lagi nongkrong terus di depan 
PS,
> jadi aku masih belum "tega" untuk memberikan PS ke anakku tapi 
sedikit
> jadi pertimbangan ternyata cerita dari anak2 yg ikut olimpiade
> matematika anak dan anak2 yang cerdas yg lain ternyata ngga jauh 
dari
> mainan game, PS dan sejenisnya lalu gimana ya.. bingung juga. 
Mungkin
> ada anggota milis yang pakar psikologi anak bisa memberikan nasehat
> gimana sih mendidik anak yang baik disesuaikan dengan usianya? 
Boleh
> juga tuh disharing. Sekarang yang aku terapkan sih cuma paginya 
sekolah
> lalu sorenya ke TPA malemnya capek paling jam 8 sdh tidur hehehe 
usianya
> sih baru mau 5thn.
>  
> Salam,
>  
> Yudhi
>  
>  
>  
>  
>  
>  
> Date: Mon, 28 Nov 2005 09:03:18 -
> From: "sasongko_purnomo" <[EMAIL PROTECTED]>
> Subject: Re: Sinetron Indonesia
>  
>  
>  
> Dear All,
>  
> He..He..He... Soal sinetron tidak usah diperdebatkan, karena itu 
> soal selera masing2. Sama juga dengan makanan, pilih sendiri yang 
> disukai. Jangan menghakimi orang yang tidak sepaham dengan kita, 
> karena itu hak asasi manusia untuk bebas memilih.
>  
> Sinetron atau film barat juga pasti banyak yang nggak bagus, cuma 
> yang kebetulan dibeli oleh stasiun TV kita memang yang bagus2 atau 
> memang di amerika sana punya rating.
>  
> Kalau masih ingat film seri Dallas, di tahun 80an, isinya juga 
> seperti itu, persaingan dalam keluarga, dengki, sirik, dsb., 
tetapi 
> kalau ada yang suka nonton itu, ya silakan saja.
>  
> Salam,
>  
> SASONGKO
>






 Yahoo! Groups Sponsor ~--> 
Over 1 billion served! The most music videos on the web.
Click to Watch now!
http://us.click.yahoo.com/xmKGzA/IARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
~-> 

=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has s

[Ida-Krisna Show] Re: Sinetron Indonesia

2005-11-28 Terurut Topik Yudhi










Lah wong tujuannya
untuk mengkritisi sinetron yang ngga bermutu kok dimarahin.

Itu kan salah satu
kepedulian kita terhadap Production House yang hanya
mencari keuntungan pribadi saja, memang
urusan selera tidak bisa dicampuri
tapi mbok yao sinetron yang sifatnya mendidik itu diperbanyak lagi sedangkan sinetron yang sifatnya glamour, mistik, kekerasan dll gak perlu
disponsori lagi. Kuncinya kan
di iklan-iklan yang mensponsori itu lho, selama mereka
masih mau pasang iklan ya
station TV OK OK saja lha wong menguntungkan.
Semua cuma cari keuntungan semata, tanpa memikirkan
dampak psikologis bagi anak dan
masa depan bangsa. Bisa saja
kita menfilter agar anak kita tidak
nonton tapi anak orang lain
apakah kita bisa kontrol? Trus
anak orang lain itu mainnya
sama anak kita, artinya lingkungan
tempat anak kita sudah terpola
sama gaya2 sinetron baik yang glamour atau yang berbau kekerasan, apakah kita bisa
kontrol sampai sejauh itu? Makanya kritisi
masyarakat sangatlah perlu untuk mengurangi
dampak yang lebih buruk lagi. Lalu ketika anak kita
menginjak remaja wah tambah sulit
saja kontrolnya karena lingkungan di rumah sudah
semakin sedikit perannya. Di rumah si anak
menjadi anak yang sangat manis
tapi setelah keluar rumah dan
ketemu sama temen2nya yg ngga bener
jadi ikutan deh anak kita.
Yah disinilah seninya mendidik anak, terus terang saya
pribadi tidak banyak punya waktu
ketemu sama
anak, ibunya juga kerja, jadi
kecemasan itu selalu ada, makanya
Sabtu dan Minggu sdh diplot
untuk anak. Apalagi yah itu tadi dunia sinetron
TV kita dan acara2 yg lain turut
mempengaruhi pertumbuhan psikologis anak. Saya bersyukur ada Lativi KID dan SpaceToon yg
bisa mengalihkan perhatian anakku, dan sekarang spongebob
masih menjadi favoritnya padahal di spongebob juga
banyak unsur kekerasannya ya…… Banyak dari temen2ku yang mengalihkan perhatian anaknya ke Play Station, tapi yang saya tahu setelah anak
kenal sama PS wah ngga mau
kemana2 lagi nongkrong terus di depan
PS, jadi aku masih belum “tega” untuk memberikan PS ke anakku tapi sedikit
jadi pertimbangan ternyata cerita dari anak2 yg ikut
olimpiade matematika anak dan anak2 yang cerdas yg lain ternyata ngga jauh
dari mainan game, PS dan sejenisnya lalu gimana ya……
bingung juga. Mungkin ada anggota milis
yang pakar psikologi anak bisa memberikan
nasehat gimana sih mendidik anak
yang baik disesuaikan dengan usianya? Boleh juga tuh disharing.
Sekarang yang aku terapkan sih cuma
paginya sekolah lalu sorenya ke
TPA malemnya capek
paling jam 8 sdh tidur hehehe usianya sih baru mau
5thn.

 

Salam,

 

Yudhi

 

 

 

 

 

 

Date:
Mon,
 28 Nov 2005 09:03:18
-

From:
"sasongko_purnomo" <[EMAIL PROTECTED]>

Subject:
Re: Sinetron Indonesia

 

 

 

Dear
All,

 

He..He..He...
Soal sinetron tidak usah
diperdebatkan, karena itu 

soal selera masing2. Sama juga dengan
makanan, pilih sendiri yang 

disukai. Jangan menghakimi orang yang tidak
sepaham dengan kita, 

karena itu hak asasi manusia untuk bebas
memilih.

 

Sinetron atau film barat juga pasti banyak
yang nggak bagus, cuma 

yang kebetulan dibeli oleh stasiun TV kita memang yang bagus2 atau 

memang
di amerika sana
punya rating.

 

Kalau masih ingat film seri Dallas,
di tahun 80an, isinya juga 

seperti
itu, persaingan dalam keluarga, dengki, sirik, dsb., tetapi 

kalau
ada yang suka nonton itu, ya
silakan saja.

 

Salam,

 

SASONGKO

 

 

 

 









=
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=






  




  
  
  YAHOO! GROUPS LINKS



   Visit your group "idakrisnashow" on the web. 
   To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] 
   Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.