Selamatkan Balita, Selamatkan Bangsa!
   
  Jika kita cukup cermat memperhatikan berita di televisi, sejak pagi hingga 
tengah malam nyaris semua stasiun TV akan menyajikan liputan mengenai kasus 
gizi buruk di beberapa daerah. Berita terbaru bahkan berulang-ulang menayangkan 
seorang ibu di RS. Abdul Muluk, Lampung, yang menangis histeris di depan 
anaknya yang baru meninggal karena mengalami gizi buruk. Sorotan kamera 
memperlihatkan dengan jelas seorang bayi dengan tubuh yang sangat kurus. 
Seperti seonggok tulang berbalut kulit keriput yang sedang dipompa untuk 
membantu pernapasan sang bayi, namun usaha tim dokter terhenti oleh kuasa Allah 
yang berkehendak lain. Meledaklah tangis sang ibu melihat perlahan-lahan bayi 
yang dicintainya itu menutup mata untuk selamanya. 
   
  “Maafkan ibu nak, ibu tidak sanggup memberikan makanan yang baik untukmu...” 
begitu penyesalan sang ibu di tengah-tengah isak tangisnya meratapi tubuh kaku 
anaknya yang belum berusia satu tahun itu. Sementara si anak meninggalkan dunia 
ini dengan sejuta tanya, mengapa harus mengalami gizi buruk di negeri yang kaya 
raya ini?
   
  Jutaan kasus lainnya akan terus menyusul, dan semua stasiun TV pun 
diperkirakan akan kebanjiran berita mengenai gizi buruk di seluruh pelosok 
negeri ini mengingat kasus ini seperti fenomena gunung es. Mulanya tidak 
terdeteksi, begitu satu-dua kasus muncul, sungguh mengagetkan karena ternyata 
ribuan bahkan jutaan balita lainnya mulai terungkap. 
   
  Saat ini, menurut data Departemen Kesehatan, 1,67 juta jiwa anak Indonesia 
menderita busung lapar. Ini berbeda dengan data yang dikeluarkan oleh Care 
International Indonesia yang menyebut angka sepuluh kali lipat dari data 
tersebut. Kasus busung lapar telah melanda daerah Indonesia Timur seperti, NTB 
dan NTT. Di NTB terdapat balita sebanyak 49.000 orang. Menurut Menkes, per 5 
Juni 2005 tercatat korban busung lapar di NTB berjumlah 655 korban, 13 di 
antaranya meninggal dunia. 
   
  Di NTT, penderita gizi buruk sebanyak 463.370 balita. Dari jumlah tersebut, 
51.547 balita dalam kondisi gizi kurang dan 10.897 orang dalam kondisi gizi 
buruk. Masih di Provinsi yang sama, per awal Juni 2005 terdapat 119 kasus 
busung lapar yang tersebar di 12 kabupaten/kota. Jumlah tersebut terdiri dari 
113 penderita marasmus (kekurangan karbohidrat), 5 orang penderita kwashiorkor 
(kekurangan protein), dan 1 orang penderita marasmus-kwashiorkor. 
   
  Kasus busung lapar ternyata tidak hanya melanda Indonesia Timur. Bahkan di 
Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang 
tidak jauh dari pantauan pemerintah pusat pun tidak luput dari bencana busung 
lapar ini. Secara keseluruhan, 40 dari 265 Kabupaten di Indonesia agak rawan 
pangan, dan 60 dari 265 kabupaten tersebut (22,64%) dinyatakan rawan pangan dan 
sangat rawan pangan. Dampak utama dari KEP (kurang energi protein), khususnya 
busung lapar pada balita di Indonesia adalah kematian massal para balita, dan 
akan berujung pada suatu bencana yang disebut lost generation. Setidaknya, 
Indonesia di masa depan akan kekurangan sumber daya manusia yang tangguh, 
cerdas, dan mandiri. Bangsa Indonesia ke depan akan dipenuhi oleh 
generasi-generasi terbelakang, bodoh dan bermental rendah (inferior) akibat 
gizi buruk. Sebuah bencana yang mesti dihindari dan dilakukan pencegahannya 
semenjak kini.  
   
  Proses Panjang
  Kasus busung lapar (gizi buruk/marasmus-kwoshiorkor) disebabkan karena 
kekurangan gizi yang berat dan ini bukanlah penyakit yang datang mendadak, 
melainkan suatu proses yang sudah lama. Dimulai dari gizi ringan, sedang, 
sampai berat (gizi kurang). Dan masalah gizi kurang merupakan masalah utama 
negara-negara berpenghasilan rendah, termasuk Indonesia. 
   
  Hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja karena akan mempengaruhi masa depan 
generasi Indonesia. Bagaimana kita bisa bersaing dengan negara lain di era 
globalisasi dan pasar bebas yang sudah berlangsung sekarang ini jika 
generasi-generasi penerus bangsa kita berkualitas rendah karena gizi yang 
buruk. 
   
  Untuk itu, agar Indonesia dapat mencetak generasi-generasi bangsa yang 
tangguh, perlu segera dilakukan penanganan dan antisipasi terhadap gizi buruk 
yang merupakan awal dari rendahnya kualitas anak bangsa ini. Jadi, 
program-program yang dilakukan dalam menghadapi kasus gizi buruk sekarang ini 
tidak hanya kuratif, tapi perlu dilakukan program preventif agar hal ini tidak 
terulang lagi.
   
   ACT berencana untuk melakukan penanggulangan gizi buruk atau program 
lanjutannya di periode kedua ini di 2 wilayah yaitu Lebak Gedong dan Leuweung 
Lojor. Dua wilayah di Kabupaten Banten tersebut menjadi daerah sasaran karena 
balita yang terkena gizi buruk relatif banyak dan sudah memenuhi standar 
terjadinya KLB (kejadian luar biasa) di suatu wilayah. Berdasarkan data yang 
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak per Maret 2006, dinyatakan bahwa 
balita yang menderita gizi buruk berjumlah 1.594 balita. 
   
  Selamatkan balita, selamatkan bangsa; sebuah program
  Busung lapar dan gizi buruk lebih dari sekadar bencana. Bencana ini 
sebenarnya merupakan puncak dari kemiskinan dan ini menjadi aib bagi bangsa dan 
masyarakat Indonesia. Bisa jadi, munculnya fenomena busung lapar dan gizi buruk 
adalah wujud kegagalan negara mempersiapkan generasi mendatang, sekaligus 
kegagalan pemerintah memberikan hak dasar warganya untuk mendapatkan kesehatan 
yang layak. 
   
  Jika ditinjau dari sudut pandang kepedulian antar sesama, busung lapar dan 
gizi buruk menjadi indikasi hilangnya kepedulian dan kebersamaan. Tidak jarang 
kasus-kasus busung lapar di sebuah rumah di satu kampung tidak diketahui oleh 
tetangganya sendiri. Bagaimana pula seorang pemimpin di sebuah Kabupaten bisa 
mengetahui bahwa ada warganya yang menderita busung lapar. Boleh jadi, teramat 
banyak lagi balita-balita kita yang tak terdeteksi, tidak terdata oleh dinas 
kesehatan setempat, atau balita-balita yang tak terhitung lagi di makam-makam 
mungil mereka. 
   
  Sungguh sebuah ironi, betapa gizi buruk menimpa satu komunitas terlemah dari 
masyarakat kita, yakni balita. Seharusnya, semakin banyaknya kasus-kasus gizi 
buruk yang merebak muncul ke permukaan menjadi perhatian khusus pemerintah dan 
masyarakat, membangkitkan emosi kepedulian yang sangat tinggi. Bahwa ini tak 
sekadar kasus yang berujung pada kematian seorang balita, melainkan sebuah 
bencana yang perlahan-lahan yang menghabiskan generasi bangsa di masa datang 
(low on disaster). Ini sebuah pelanggaran hak asasi manusia, karena hak-hak 
dasar masyarakat sebagai manusia telah diabaikan. 
   
  Selama delapan bulan ke depan, sepanjang 2006, ACT meluncurkan sebuah program 
untuk menyentuh kepedulian masyarakat Indonesia dan pemerintah melalui program 
“Ayo Peduli Rawan Pangan 2006: Operasi Gizi Busung Lapar” dengan tema: 
“Selamatkan Balita, Selamatkan Bangsa”. Sebuah program untuk melakukan 
penanganan darurat bagi korban busung lapar dan gizi buruk dengan cara 
memberikan perlindungan terhadap korban gizi buruk dan memulihkan kondisinya. 
   
  Tak hanya program yang bersifat kuratif, namun untuk mencegah semakin 
meluasnya kasus-kasus gizi buruk di banyak dearah di Indonesia, ACT juga 
melakukan tindakan preventif, khususnya dengan melakukan penyuluhan kesehatan 
lingkungan, pola makan sehat bagi ibu dan anak, serta pemahaman tentang 
pentingnya gizi kepada ibu dan wanita usia subur. Gizi tak berarti makanan yang 
mahal, masalahnya adalah ketidakmengertian para ibu tentang gizi pada makanan 
untuk anak-anak. 
   
  Semoga dengan program ini, diharapkan Indonesia akan terhindari dari ancaman 
lost generation. Kehilangan masa depan bangsa yang disebabkan kegagalan bangsa 
ini mempersiapkan generasi-generasi yang cerdas, tangguh, handal dan mandiri. 
Kasus gizi buruk harus segera dientaskan. Mari bersama selamatkan balita kita, 
untuk menyelamatkan bangsa di masa depan. (Gaw)
   
  Salurkan kepedulian Anda melaluai rekening kemanusiaan ACT (atas nama Yayasan 
Aksi Cepat Tanggap)
   
  Bank Muamalat            No. Rek. 304 000 23015
  Bank Syariah Mandiri No. Rek. 101 000 1114
  Bank Mandiri             No. Rek. 128 459 3338
  BCA                            No. Rek. 676 030 31 33
  BNI Syariah               No. Rek. 009 611 0239
   
  Informasi: 
  Bayu Gawtama, Public Relation ACT-Aksi Cepat Tanggap
  021-7414482, 0852 190 68581 

                
---------------------------------
Relax. Yahoo! Mail virus scanning helps detect nasty viruses!

[Non-text portions of this message have been removed]





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Music that listens to you.
LAUNCHcast. What's in your mix?
http://us.click.yahoo.com/8mKGzA/FARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida Arimurti

Jangan lupa simak IDA KRISNA SHOW SENIN HINGGA JUMAT di 99,1 DELTA FM
Jam 4 sore hingga 8 malam dan kirim sms di 0818 333 582.

=================================================================
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke