Re: [Ida-Krisna Show] Surat Untuk Ibu

2005-12-21 Terurut Topik prasetijo


It's a very touching story. Thank you. Tulisan ini mengingatkan kita bagaimana kita TIDAK MUNGKIN membalas apa yang telah diberikan oleh Ibu kita kepada kita semua. Surga berada di telapak kaki Ibu. Mulai di kandungan selama kurang lebih sembilan bulan Ibu mengandung jabang bayi yang nantinya setelah lahir menjadi tanggungan Ibu dan Bapaknya untuk memberi makan, minum, mendidiknya, memelihara kesehatan dengan penuh perhatian dan kasih sayang, seringkali tanpa mempedulikan kesehatannya sendiri.Pengorbanan seorang Ibu saat melahirkan yang merupakan jihad, antara hidup dan mati, kemudian menyusuinya, dan membesarkan kita semua. Ada yang mendidik kita dengan keras ataupun dengan lemah lembut, namun dasarnya adalah sama rasa cinta kasih kepada anak. Bagaimana seorang Ibu mendambakan anaknya menjadi orang yang berguna, bermanfaat bagi
sesama, masyarakat, agamanya, negara, dan bangsa.Sekali lagi terima kasih tulisannya.Wassalam, Prasetijo- Original Message -Subject: [Ida-Krisna Show] Surat Untuk IbuFrom: [EMAIL PROTECTED]To: idakrisnashow@yahoogroups.comDate: 12-21-2005 9:39 amIbu, menjelang hari Ibu ini, tiba-tiba saja aku ingin sedikit menulis tentang Ibu. Tulisan ini bukan sebagai rasa terima kasihku kepada Ibu, karena menurutku ucapan terima kasih tidak akan pernah cukup untuk mencakup semua hal yang pernah dilakukan Ibu padaku. Ibu, suratku ini mungkin tidak seperti tulisan orang lain yang akan menulis bagaimana
mereka merindukan belaian dan pelukan Ibu mereka. Namun itu bukan karena aku tidak pernah merindukan Ibu, tapi karena aku memang tidak pernah berhasil mengingat bagaimana rasanya dibelai dan dipeluk oleh Ibu. Ibu tentu ingat, saat itu waktu Ibu sudah habis untuk mencari nafkah bagi keluarga kita sejak Bapak meninggal. Rutinitas Ibu dimulai pada pukul tujuh malam. Ibu akan mulai mengupas wortel, dan juga berbagai macam jenis sayuran lainnya untuk membuat mie goreng dan cap cay goreng. Kemudian Ibu juga akan membuat adonan untuk kue pukis. Setelah itu, Ibu akan istirahat sejenak, dan pukul dua pagi Ibu akan bangun untuk mengolah semua bahan-bahan tadi menjadi makanan yang siap untuk dijual, guna menambah biaya hidup sehari-hari. Karenanya, aku sangat mengerti kalau sebenarnya Ibu sudah terlampau lelah mencari uang dan sekaligus mengurus kami bertujuh. Ibu tidak pernah sempat untuk memanjakan kami. Karena terlampau lelah pula
akhirnya membuat Ibu kehilangan kesabaran, lalu pada puncaknya memukul kami setiap kali kami membuat kesalahan. Ah, Ibu, aku selalu saja tersenyum setiap kali mengingat hari dimana akhirnya aku mendapatkan  jatah  pukulan dari Ibu. Bukan karena mengingat kenakalanku waktu itu, tapi karena aku mengingat apa yang dikatakan Ibu setelah memukulku. Waktu itu, wajah lelah Ibu sudah bersimbah air mata, dan mencerminkan rasa sakit karena sudah memukulku. Dengan perlahan Ibu berkata padaku :  Ibu bangga sama Anis. Hanya Anis yang bisa mengerti kalau Ibu orang yang susah. Tolong ya Nduk, jangan buat Ibu marah lagi... Mendengar itu, rasanya aku ingin meloncat kegirangan. Ibu bangga padaku? Rasanya susah dipercaya Hanya Allah yang tahu, kalau selama ini aku sedikit minder, karena Ibu selalu membanggakan kakak-kakakku yang secara fisik memang jauh lebih cantik dari aku. Tapi, aku yakin waktu itu
Ibu tidak berbohong. Selama ini Ibu memang cenderung tertutup pada siapapun. Ibu tidak pernah mengungkapkan perasaan Ibu. Kami hanya tahu kalau Ibu marah, maka Ibu akan memukul atau diam seharian penuh. Sedang kalau Ibu sedang senang hatinya, Ibu akan membuat masakan yang enak dan mahal untuk kami. Sudah, begitu saja. Karena begitu tertutupnya Ibu itulah yang akhirnya kami harus kehilangan Ibu secepat itu. Ibu tidak pernah mau membicarakan penyakit Ibu kepada kami, anak-anak Ibu. Selain itu, kami pun kurang jeli melihat perubahan yang terjadi pada diri Ibu. Tapi, sudahlah, penyesalan kami rasanya tidak akan pernah habisnya kalau mengingat hal itu. Kini, sudah tujuh tahun Ibu meninggalkan kami semua.  Ibu ingat apa yang aku bisikkan di telinga Ibu di menit-menit terakhir Ibu di dunia ini? Waktu itu aku berbisik bahwa Ibu tidak usah mengkhawatirkan aku, karena aku akan baik-baik saja, dan akan
terus berusaha  baik-baik saja setelah peninggalan Ibu. Sekarang, lihatlah aku Ibu. Lihatlah aku. Aku baik-baik saja bukan? Sangat baik karena Allah SWT dan para malaikatnya telah menjagaku dengan sangat baik. Allah SWT memberiku rejeki yang cukup, membimbingku agar menjadi manusia yang dicintaiNya, dan bahkan disaat aku membutuhkan pelukan karena sudah mulai lelah dengan perjalanan hidup, Allah pun memberikan  pelukan  dengan caraNya tersendiri, sehingga aku menjadi tenang, tabah dan tegar dalam mengarungi sisa umur. Ibu, menjelang hari Ibu ini, perkenankan aku untuk mengungkapkan perasaanku, disaksikan oleh Allah SWT, para malaikat, dan semua orang yang telah membaca tulisanku. Perasaanku ini belum pernah sekalipun aku ungkapkan disaat Ibu masih ada. Bolehkan, Bu? Ibu, meski Ibu tidak sempat 

[Ida-Krisna Show] Surat Untuk Ibu

2005-12-20 Terurut Topik didi adi



Ibu, menjelang hari Ibu ini, tiba-tiba saja aku ingin sedikit menulis tentang Ibu. Tulisan ini bukan sebagai rasa terima kasihku kepada Ibu, karena menurutku ucapan terima kasih tidak akan pernah cukup untuk mencakup semua hal yang pernah dilakukan Ibu padaku.Ibu, suratku ini mungkin tidak seperti tulisan orang lain yang akan menulis bagaimana mereka merindukan belaian dan pelukan Ibu mereka. Namun itu bukan karena aku tidak pernah merindukan Ibu, tapi karena aku memang tidak pernah berhasil mengingat bagaimana rasanya dibelai dan dipelukoleh Ibu.Ibu tentu ingat, saat itu waktu Ibu sudah habis untukmencari nafkah bagi keluarga kita sejak Bapak meninggal. Rutinitas Ibu dimulai pada pukul tujuh malam. Ibu akan mulai mengupas wortel, dan juga berbagai macam jenis sayuran lainnya untuk membuat mie goreng dan cap cay goreng. Kemudian Ibu juga akan membuat adonan untuk kue pukis. Setelah itu, Ibu
 akan istirahat sejenak, dan pukul dua pagi Ibu akan bangun untuk mengolah semua bahan-bahan tadi menjadi makanan yang siap untuk dijual, guna menambah biaya hidup sehari-hari.Karenanya, aku sangat mengerti kalau sebenarnya Ibu sudah terlampau lelah mencari uang dan sekaligus mengurus kami bertujuh. Ibu tidak pernah sempat untuk memanjakan kami. Karena terlampau lelah pula akhirnyamembuat Ibu kehilangan kesabaran,lalu pada puncaknya memukul kami setiap kali kami membuat kesalahan.Ah, Ibu, aku selalu saja tersenyum setiap kali mengingat hari dimana akhirnya aku mendapatkan " jatah " pukulan dari Ibu. Bukan karena mengingat kenakalanku waktu itu, tapi karena aku mengingat apa yang dikatakan Ibu setelah memukulku.Waktu itu, wajah lelah Ibu sudah bersimbah air mata, dan mencerminkan rasa sakit karena sudah memukulku. Dengan perlahan Ibu berkata padaku : " Ibu bangga sama Anis.
 Hanya Anis yang bisa mengerti kalau Ibu orang yang susah. Tolong ya Nduk, jangan buat Ibu marah lagi..."Mendengar itu, rasanya aku ingin meloncat kegirangan. Ibu bangga padaku? Rasanya susah dipercaya Hanya Allah yang tahu, kalau selama ini aku sedikit minder, karena Ibu selalu membanggakan kakak-kakakku yang secara fisik memang jauh lebih cantik dari aku. Tapi, aku yakin waktu itu Ibu tidak berbohong.Selama ini Ibu memang cenderung tertutup pada siapapun. Ibu tidak pernah mengungkapkan perasaan Ibu. Kami hanya tahu kalau Ibu marah, maka Ibu akan memukul atau diam seharian penuh. Sedang kalau Ibu sedang senang hatinya, Ibu akan membuat masakan yang enak dan mahal untuk kami. Sudah, begitu saja.Karena begitu tertutupnya Ibu itulah yang akhirnya kami harus kehilangan Ibu secepat itu. Ibu tidak pernah mau membicarakan penyakit Ibukepada kami, anak-anak Ibu. Selain itu, kami pun
 kurang jeli melihat perubahan yang terjadi pada diri Ibu. Tapi, sudahlah, penyesalan kami rasanya tidak akan pernah habisnya kalau mengingat hal itu.Kini, sudah tujuh tahun Ibu meninggalkan kami semua. Ibu ingat apa yang aku bisikkan di telinga Ibu di menit-menit terakhir Ibu di dunia ini? Waktu itu aku berbisik bahwa Ibu tidak usah mengkhawatirkan aku, karena aku akan baik-baik saja, dan akan terus berusaha baik-baik saja setelah peninggalan Ibu.Sekarang, lihatlah aku Ibu. Lihatlah aku. Aku baik-baik saja bukan? Sangat baik karena Allah SWT dan para malaikatnya telah menjagaku dengan sangat baik.Allah SWT memberiku rejeki yang cukup, membimbingku agar menjadi manusia yang dicintaiNya, dan bahkan disaat aku membutuhkan pelukan karena sudah mulai lelah dengan perjalanan hidup, Allah pun memberikan " pelukan " dengan caraNya tersendiri, sehingga aku
 menjadi tenang, tabah dan tegar dalam mengarungi sisa umur.Ibu, menjelang hari Ibu ini, perkenankan aku untuk mengungkapkan perasaanku, disaksikan oleh Allah SWT, para malaikat, dan semua orang yang telah membaca tulisanku. Perasaanku ini belum pernah sekalipun aku ungkapkan disaat Ibu masih ada. Bolehkan, Bu?Ibu, meski Ibu tidak sempat memanjakan aku, tidak mampu membelikan barang-barang yang aku inginkan, bahkan tidak ingat untuk merayakan hari ulang tahunku, namun Ibu harus tahu, bahwa aku sangat bangga karena sudah dilahirkan dan dibesarkan oleh Ibu.Sebagai bentuk terima kasihku kepada Ibu, aku akan terus berjuang untuk hidup lebih baik, untuk bisa berguna bagi sesama, dan bisa menjadi hamba yang dicintai Allah SWT. Aku akan berusaha keras untuk meraih semua itu, karena aku tidak ingin Ibu sia-sia telah melahirkan aku di dunia ini.Ibu, aku menyayangimu,
 dan Ibu pun tetap akan menjadi sumber inspirasiku Sampai kapan pun...__Do You Yahoo!?Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com 





=
Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day! -- Ida  Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 

Re: [Ida-Krisna Show] Surat Untuk Ibu

2005-12-20 Terurut Topik annippe



for moms..happy mothers day..

Boyz II Men A Song for Mama 


You taught me everything

And everything you've given me

I always keep it inside

You're the driving force in my life, yeah

There isn't anything

Or anyone that I can be

And it just wouldn't feel right

If I didn't have you by my side


You were there for me to love and care for me

When skies were grey

Whenever I was down

You were always there to comfort me

And no one else can be what you have been to me
You'll always be
you will alwaysbe the girl
In my life for all times

[Chorus: ]

Mama, mama you know I love you
Oh you know I love you
Mama, 
mama you're the queen of my heart
Your love is like
Tears from the stars

Mama, I just want you to know

Lovin' you is like food to my soul

You're always down for me

Have always been around for me even when I was bad

You showed me right from my wrongYes you did

And you took up for me

When everyone was downin' me

You always did understand

You gave me strength to go on


There was so many times

Looking back when I was so afraid

And then you come to me

And say to me I can face anythingAnd no one else can doWhat you have done for meYou'll always beYou will always be the girl in my life[Chorus ]


never gonna go a day without you
fills me up just thinking about you..
I'll never go a day without you
my mama


i miss u mom...


On 12/21/05, didi adi [EMAIL PROTECTED] wrote:

Ibu, menjelang hari Ibu ini, tiba-tiba saja aku ingin sedikit menulis tentang Ibu. Tulisan ini bukan sebagai rasa terima kasihku kepada Ibu, karena menurutku ucapan terima kasih tidak akan pernah cukup untuk mencakup semua hal yang pernah dilakukan Ibu padaku.


Ibu, suratku ini mungkin tidak seperti tulisan orang lain yang akan menulis bagaimana mereka merindukan belaian dan pelukan Ibu mereka. Namun itu bukan karena aku tidak pernah merindukan Ibu, tapi karena aku memang tidak pernah berhasil mengingat bagaimana rasanya dibelai dan dipelukoleh Ibu.


Ibu tentu ingat, saat itu waktu Ibu sudah habis untukmencari nafkah bagi keluarga kita sejak Bapak meninggal. Rutinitas Ibu dimulai pada pukul tujuh malam. Ibu akan mulai mengupas wortel, dan juga berbagai macam jenis sayuran lainnya untuk membuat mie goreng dan cap cay goreng. Kemudian Ibu juga akan membuat adonan untuk kue pukis. Setelah itu, Ibu akan istirahat sejenak, dan pukul dua pagi Ibu akan bangun untuk mengolah semua bahan-bahan tadi menjadi makanan yang siap untuk dijual, guna menambah biaya hidup sehari-hari.


Karenanya, aku sangat mengerti kalau sebenarnya Ibu sudah terlampau lelah mencari uang dan sekaligus mengurus kami bertujuh. Ibu tidak pernah sempat untuk memanjakan kami. Karena terlampau lelah pula akhirnyamembuat Ibu kehilangan kesabaran,lalu pada puncaknya memukul kami setiap kali kami membuat kesalahan.


Ah, Ibu, aku selalu saja tersenyum setiap kali mengingat hari dimana akhirnya aku mendapatkan  jatah  pukulan dari Ibu. Bukan karena mengingat kenakalanku waktu itu, tapi karena aku mengingat apa yang dikatakan Ibu setelah memukulku.


Waktu itu, wajah lelah Ibu sudah bersimbah air mata, dan mencerminkan rasa sakit karena sudah memukulku. Dengan perlahan Ibu berkata padaku :  Ibu bangga sama Anis. Hanya Anis yang bisa mengerti kalau Ibu orang yang susah. Tolong ya Nduk, jangan buat Ibu marah lagi...


Mendengar itu, rasanya aku ingin meloncat kegirangan. Ibu bangga padaku? Rasanya susah dipercaya Hanya Allah yang tahu, kalau selama ini aku sedikit minder, karena Ibu selalu membanggakan kakak-kakakku yang secara fisik memang jauh lebih cantik dari aku. Tapi, aku yakin waktu itu Ibu tidak berbohong.


Selama ini Ibu memang cenderung tertutup pada siapapun. Ibu tidak pernah mengungkapkan perasaan Ibu. Kami hanya tahu kalau Ibu marah, maka Ibu akan memukul atau diam seharian penuh. Sedang kalau Ibu sedang senang hatinya, Ibu akan membuat masakan yang enak dan mahal untuk kami. Sudah, begitu saja.


Karena begitu tertutupnya Ibu itulah yang akhirnya kami harus kehilangan Ibu secepat itu. Ibu tidak pernah mau membicarakan penyakit Ibukepada kami, anak-anak Ibu. Selain itu, kami pun kurang jeli melihat perubahan yang terjadi pada diri Ibu. Tapi, sudahlah, penyesalan kami rasanya tidak akan pernah habisnya kalau mengingat hal itu.


Kini, sudah tujuh tahun Ibu meninggalkan kami semua. 

Ibu ingat apa yang aku bisikkan di telinga Ibu di menit-menit terakhir Ibu di dunia ini? Waktu itu aku berbisik bahwa Ibu tidak usah mengkhawatirkan aku, karena aku akan baik-baik saja, dan akan terus berusaha baik-baik saja setelah peninggalan Ibu.


Sekarang, lihatlah aku Ibu. Lihatlah aku. Aku baik-baik saja bukan? Sangat baik karena Allah SWT dan para malaikatnya telah menjagaku dengan sangat baik.

Allah SWT memberiku rejeki yang cukup, membimbingku agar menjadi manusia yang dicintaiNya, dan bahkan disaat aku membutuhkan pelukan karena sudah mulai lelah dengan perjalanan hidup, Allah pun memberikan  pelukan  dengan caraNya tersendiri, sehingga aku