Re: [Ida-Krisna Show] Surat Untuk Ibu
It's a very touching story. Thank you. Tulisan ini mengingatkan kita bagaimana kita TIDAK MUNGKIN membalas apa yang telah diberikan oleh Ibu kita kepada kita semua. Surga berada di telapak kaki Ibu. Mulai di kandungan selama kurang lebih sembilan bulan Ibu mengandung jabang bayi yang nantinya setelah lahir menjadi tanggungan Ibu dan Bapaknya untuk memberi makan, minum, mendidiknya, memelihara kesehatan dengan penuh perhatian dan kasih sayang, seringkali tanpa mempedulikan kesehatannya sendiri.Pengorbanan seorang Ibu saat melahirkan yang merupakan jihad, antara hidup dan mati, kemudian menyusuinya, dan membesarkan kita semua. Ada yang mendidik kita dengan keras ataupun dengan lemah lembut, namun dasarnya adalah sama rasa cinta kasih kepada anak. Bagaimana seorang Ibu mendambakan anaknya menjadi orang yang berguna, bermanfaat bagi sesama, masyarakat, agamanya, negara, dan bangsa.Sekali lagi terima kasih tulisannya.Wassalam, Prasetijo- Original Message -Subject: [Ida-Krisna Show] Surat Untuk IbuFrom: [EMAIL PROTECTED]To: idakrisnashow@yahoogroups.comDate: 12-21-2005 9:39 amIbu, menjelang hari Ibu ini, tiba-tiba saja aku ingin sedikit menulis tentang Ibu. Tulisan ini bukan sebagai rasa terima kasihku kepada Ibu, karena menurutku ucapan terima kasih tidak akan pernah cukup untuk mencakup semua hal yang pernah dilakukan Ibu padaku. Ibu, suratku ini mungkin tidak seperti tulisan orang lain yang akan menulis bagaimana mereka merindukan belaian dan pelukan Ibu mereka. Namun itu bukan karena aku tidak pernah merindukan Ibu, tapi karena aku memang tidak pernah berhasil mengingat bagaimana rasanya dibelai dan dipeluk oleh Ibu. Ibu tentu ingat, saat itu waktu Ibu sudah habis untuk mencari nafkah bagi keluarga kita sejak Bapak meninggal. Rutinitas Ibu dimulai pada pukul tujuh malam. Ibu akan mulai mengupas wortel, dan juga berbagai macam jenis sayuran lainnya untuk membuat mie goreng dan cap cay goreng. Kemudian Ibu juga akan membuat adonan untuk kue pukis. Setelah itu, Ibu akan istirahat sejenak, dan pukul dua pagi Ibu akan bangun untuk mengolah semua bahan-bahan tadi menjadi makanan yang siap untuk dijual, guna menambah biaya hidup sehari-hari. Karenanya, aku sangat mengerti kalau sebenarnya Ibu sudah terlampau lelah mencari uang dan sekaligus mengurus kami bertujuh. Ibu tidak pernah sempat untuk memanjakan kami. Karena terlampau lelah pula akhirnya membuat Ibu kehilangan kesabaran, lalu pada puncaknya memukul kami setiap kali kami membuat kesalahan. Ah, Ibu, aku selalu saja tersenyum setiap kali mengingat hari dimana akhirnya aku mendapatkan jatah pukulan dari Ibu. Bukan karena mengingat kenakalanku waktu itu, tapi karena aku mengingat apa yang dikatakan Ibu setelah memukulku. Waktu itu, wajah lelah Ibu sudah bersimbah air mata, dan mencerminkan rasa sakit karena sudah memukulku. Dengan perlahan Ibu berkata padaku : Ibu bangga sama Anis. Hanya Anis yang bisa mengerti kalau Ibu orang yang susah. Tolong ya Nduk, jangan buat Ibu marah lagi... Mendengar itu, rasanya aku ingin meloncat kegirangan. Ibu bangga padaku? Rasanya susah dipercaya Hanya Allah yang tahu, kalau selama ini aku sedikit minder, karena Ibu selalu membanggakan kakak-kakakku yang secara fisik memang jauh lebih cantik dari aku. Tapi, aku yakin waktu itu Ibu tidak berbohong. Selama ini Ibu memang cenderung tertutup pada siapapun. Ibu tidak pernah mengungkapkan perasaan Ibu. Kami hanya tahu kalau Ibu marah, maka Ibu akan memukul atau diam seharian penuh. Sedang kalau Ibu sedang senang hatinya, Ibu akan membuat masakan yang enak dan mahal untuk kami. Sudah, begitu saja. Karena begitu tertutupnya Ibu itulah yang akhirnya kami harus kehilangan Ibu secepat itu. Ibu tidak pernah mau membicarakan penyakit Ibu kepada kami, anak-anak Ibu. Selain itu, kami pun kurang jeli melihat perubahan yang terjadi pada diri Ibu. Tapi, sudahlah, penyesalan kami rasanya tidak akan pernah habisnya kalau mengingat hal itu. Kini, sudah tujuh tahun Ibu meninggalkan kami semua. Ibu ingat apa yang aku bisikkan di telinga Ibu di menit-menit terakhir Ibu di dunia ini? Waktu itu aku berbisik bahwa Ibu tidak usah mengkhawatirkan aku, karena aku akan baik-baik saja, dan akan terus berusaha baik-baik saja setelah peninggalan Ibu. Sekarang, lihatlah aku Ibu. Lihatlah aku. Aku baik-baik saja bukan? Sangat baik karena Allah SWT dan para malaikatnya telah menjagaku dengan sangat baik. Allah SWT memberiku rejeki yang cukup, membimbingku agar menjadi manusia yang dicintaiNya, dan bahkan disaat aku membutuhkan pelukan karena sudah mulai lelah dengan perjalanan hidup, Allah pun memberikan pelukan dengan caraNya tersendiri, sehingga aku menjadi tenang, tabah dan tegar dalam mengarungi sisa umur. Ibu, menjelang hari Ibu ini, perkenankan aku untuk mengungkapkan perasaanku, disaksikan oleh Allah SWT, para malaikat, dan semua orang yang telah membaca tulisanku. Perasaanku ini belum pernah sekalipun aku ungkapkan disaat Ibu masih ada. Bolehkan, Bu? Ibu, meski Ibu tidak sempat
[Ida-Krisna Show] Surat Untuk Ibu
Ibu, menjelang hari Ibu ini, tiba-tiba saja aku ingin sedikit menulis tentang Ibu. Tulisan ini bukan sebagai rasa terima kasihku kepada Ibu, karena menurutku ucapan terima kasih tidak akan pernah cukup untuk mencakup semua hal yang pernah dilakukan Ibu padaku.Ibu, suratku ini mungkin tidak seperti tulisan orang lain yang akan menulis bagaimana mereka merindukan belaian dan pelukan Ibu mereka. Namun itu bukan karena aku tidak pernah merindukan Ibu, tapi karena aku memang tidak pernah berhasil mengingat bagaimana rasanya dibelai dan dipelukoleh Ibu.Ibu tentu ingat, saat itu waktu Ibu sudah habis untukmencari nafkah bagi keluarga kita sejak Bapak meninggal. Rutinitas Ibu dimulai pada pukul tujuh malam. Ibu akan mulai mengupas wortel, dan juga berbagai macam jenis sayuran lainnya untuk membuat mie goreng dan cap cay goreng. Kemudian Ibu juga akan membuat adonan untuk kue pukis. Setelah itu, Ibu akan istirahat sejenak, dan pukul dua pagi Ibu akan bangun untuk mengolah semua bahan-bahan tadi menjadi makanan yang siap untuk dijual, guna menambah biaya hidup sehari-hari.Karenanya, aku sangat mengerti kalau sebenarnya Ibu sudah terlampau lelah mencari uang dan sekaligus mengurus kami bertujuh. Ibu tidak pernah sempat untuk memanjakan kami. Karena terlampau lelah pula akhirnyamembuat Ibu kehilangan kesabaran,lalu pada puncaknya memukul kami setiap kali kami membuat kesalahan.Ah, Ibu, aku selalu saja tersenyum setiap kali mengingat hari dimana akhirnya aku mendapatkan " jatah " pukulan dari Ibu. Bukan karena mengingat kenakalanku waktu itu, tapi karena aku mengingat apa yang dikatakan Ibu setelah memukulku.Waktu itu, wajah lelah Ibu sudah bersimbah air mata, dan mencerminkan rasa sakit karena sudah memukulku. Dengan perlahan Ibu berkata padaku : " Ibu bangga sama Anis. Hanya Anis yang bisa mengerti kalau Ibu orang yang susah. Tolong ya Nduk, jangan buat Ibu marah lagi..."Mendengar itu, rasanya aku ingin meloncat kegirangan. Ibu bangga padaku? Rasanya susah dipercaya Hanya Allah yang tahu, kalau selama ini aku sedikit minder, karena Ibu selalu membanggakan kakak-kakakku yang secara fisik memang jauh lebih cantik dari aku. Tapi, aku yakin waktu itu Ibu tidak berbohong.Selama ini Ibu memang cenderung tertutup pada siapapun. Ibu tidak pernah mengungkapkan perasaan Ibu. Kami hanya tahu kalau Ibu marah, maka Ibu akan memukul atau diam seharian penuh. Sedang kalau Ibu sedang senang hatinya, Ibu akan membuat masakan yang enak dan mahal untuk kami. Sudah, begitu saja.Karena begitu tertutupnya Ibu itulah yang akhirnya kami harus kehilangan Ibu secepat itu. Ibu tidak pernah mau membicarakan penyakit Ibukepada kami, anak-anak Ibu. Selain itu, kami pun kurang jeli melihat perubahan yang terjadi pada diri Ibu. Tapi, sudahlah, penyesalan kami rasanya tidak akan pernah habisnya kalau mengingat hal itu.Kini, sudah tujuh tahun Ibu meninggalkan kami semua. Ibu ingat apa yang aku bisikkan di telinga Ibu di menit-menit terakhir Ibu di dunia ini? Waktu itu aku berbisik bahwa Ibu tidak usah mengkhawatirkan aku, karena aku akan baik-baik saja, dan akan terus berusaha baik-baik saja setelah peninggalan Ibu.Sekarang, lihatlah aku Ibu. Lihatlah aku. Aku baik-baik saja bukan? Sangat baik karena Allah SWT dan para malaikatnya telah menjagaku dengan sangat baik.Allah SWT memberiku rejeki yang cukup, membimbingku agar menjadi manusia yang dicintaiNya, dan bahkan disaat aku membutuhkan pelukan karena sudah mulai lelah dengan perjalanan hidup, Allah pun memberikan " pelukan " dengan caraNya tersendiri, sehingga aku menjadi tenang, tabah dan tegar dalam mengarungi sisa umur.Ibu, menjelang hari Ibu ini, perkenankan aku untuk mengungkapkan perasaanku, disaksikan oleh Allah SWT, para malaikat, dan semua orang yang telah membaca tulisanku. Perasaanku ini belum pernah sekalipun aku ungkapkan disaat Ibu masih ada. Bolehkan, Bu?Ibu, meski Ibu tidak sempat memanjakan aku, tidak mampu membelikan barang-barang yang aku inginkan, bahkan tidak ingat untuk merayakan hari ulang tahunku, namun Ibu harus tahu, bahwa aku sangat bangga karena sudah dilahirkan dan dibesarkan oleh Ibu.Sebagai bentuk terima kasihku kepada Ibu, aku akan terus berjuang untuk hidup lebih baik, untuk bisa berguna bagi sesama, dan bisa menjadi hamba yang dicintai Allah SWT. Aku akan berusaha keras untuk meraih semua itu, karena aku tidak ingin Ibu sia-sia telah melahirkan aku di dunia ini.Ibu, aku menyayangimu, dan Ibu pun tetap akan menjadi sumber inspirasiku Sampai kapan pun...__Do You Yahoo!?Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com = Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'. It has silent message saying that I remember you when I wake up. Wish you have a Great Day! -- Ida Krisna Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di
Re: [Ida-Krisna Show] Surat Untuk Ibu
for moms..happy mothers day.. Boyz II Men A Song for Mama You taught me everything And everything you've given me I always keep it inside You're the driving force in my life, yeah There isn't anything Or anyone that I can be And it just wouldn't feel right If I didn't have you by my side You were there for me to love and care for me When skies were grey Whenever I was down You were always there to comfort me And no one else can be what you have been to me You'll always be you will alwaysbe the girl In my life for all times [Chorus: ] Mama, mama you know I love you Oh you know I love you Mama, mama you're the queen of my heart Your love is like Tears from the stars Mama, I just want you to know Lovin' you is like food to my soul You're always down for me Have always been around for me even when I was bad You showed me right from my wrongYes you did And you took up for me When everyone was downin' me You always did understand You gave me strength to go on There was so many times Looking back when I was so afraid And then you come to me And say to me I can face anythingAnd no one else can doWhat you have done for meYou'll always beYou will always be the girl in my life[Chorus ] never gonna go a day without you fills me up just thinking about you.. I'll never go a day without you my mama i miss u mom... On 12/21/05, didi adi [EMAIL PROTECTED] wrote: Ibu, menjelang hari Ibu ini, tiba-tiba saja aku ingin sedikit menulis tentang Ibu. Tulisan ini bukan sebagai rasa terima kasihku kepada Ibu, karena menurutku ucapan terima kasih tidak akan pernah cukup untuk mencakup semua hal yang pernah dilakukan Ibu padaku. Ibu, suratku ini mungkin tidak seperti tulisan orang lain yang akan menulis bagaimana mereka merindukan belaian dan pelukan Ibu mereka. Namun itu bukan karena aku tidak pernah merindukan Ibu, tapi karena aku memang tidak pernah berhasil mengingat bagaimana rasanya dibelai dan dipelukoleh Ibu. Ibu tentu ingat, saat itu waktu Ibu sudah habis untukmencari nafkah bagi keluarga kita sejak Bapak meninggal. Rutinitas Ibu dimulai pada pukul tujuh malam. Ibu akan mulai mengupas wortel, dan juga berbagai macam jenis sayuran lainnya untuk membuat mie goreng dan cap cay goreng. Kemudian Ibu juga akan membuat adonan untuk kue pukis. Setelah itu, Ibu akan istirahat sejenak, dan pukul dua pagi Ibu akan bangun untuk mengolah semua bahan-bahan tadi menjadi makanan yang siap untuk dijual, guna menambah biaya hidup sehari-hari. Karenanya, aku sangat mengerti kalau sebenarnya Ibu sudah terlampau lelah mencari uang dan sekaligus mengurus kami bertujuh. Ibu tidak pernah sempat untuk memanjakan kami. Karena terlampau lelah pula akhirnyamembuat Ibu kehilangan kesabaran,lalu pada puncaknya memukul kami setiap kali kami membuat kesalahan. Ah, Ibu, aku selalu saja tersenyum setiap kali mengingat hari dimana akhirnya aku mendapatkan jatah pukulan dari Ibu. Bukan karena mengingat kenakalanku waktu itu, tapi karena aku mengingat apa yang dikatakan Ibu setelah memukulku. Waktu itu, wajah lelah Ibu sudah bersimbah air mata, dan mencerminkan rasa sakit karena sudah memukulku. Dengan perlahan Ibu berkata padaku : Ibu bangga sama Anis. Hanya Anis yang bisa mengerti kalau Ibu orang yang susah. Tolong ya Nduk, jangan buat Ibu marah lagi... Mendengar itu, rasanya aku ingin meloncat kegirangan. Ibu bangga padaku? Rasanya susah dipercaya Hanya Allah yang tahu, kalau selama ini aku sedikit minder, karena Ibu selalu membanggakan kakak-kakakku yang secara fisik memang jauh lebih cantik dari aku. Tapi, aku yakin waktu itu Ibu tidak berbohong. Selama ini Ibu memang cenderung tertutup pada siapapun. Ibu tidak pernah mengungkapkan perasaan Ibu. Kami hanya tahu kalau Ibu marah, maka Ibu akan memukul atau diam seharian penuh. Sedang kalau Ibu sedang senang hatinya, Ibu akan membuat masakan yang enak dan mahal untuk kami. Sudah, begitu saja. Karena begitu tertutupnya Ibu itulah yang akhirnya kami harus kehilangan Ibu secepat itu. Ibu tidak pernah mau membicarakan penyakit Ibukepada kami, anak-anak Ibu. Selain itu, kami pun kurang jeli melihat perubahan yang terjadi pada diri Ibu. Tapi, sudahlah, penyesalan kami rasanya tidak akan pernah habisnya kalau mengingat hal itu. Kini, sudah tujuh tahun Ibu meninggalkan kami semua. Ibu ingat apa yang aku bisikkan di telinga Ibu di menit-menit terakhir Ibu di dunia ini? Waktu itu aku berbisik bahwa Ibu tidak usah mengkhawatirkan aku, karena aku akan baik-baik saja, dan akan terus berusaha baik-baik saja setelah peninggalan Ibu. Sekarang, lihatlah aku Ibu. Lihatlah aku. Aku baik-baik saja bukan? Sangat baik karena Allah SWT dan para malaikatnya telah menjagaku dengan sangat baik. Allah SWT memberiku rejeki yang cukup, membimbingku agar menjadi manusia yang dicintaiNya, dan bahkan disaat aku membutuhkan pelukan karena sudah mulai lelah dengan perjalanan hidup, Allah pun memberikan pelukan dengan caraNya tersendiri, sehingga aku