Irna T. Prabowo
PT. Germanischer Lloyd Nusantara
Member of Germanischer Lloyd group
Country Office Indonesia
Wisma Barito Pacific Tower B, 3rd floor
Jl. Letjend.S.Parman Kav. 62-63
Jakarta 11410
Tel: +62 21 5367 9201
Fax:+ 62 21 5367 9177
Email: [EMAIL PROTECTED]
[EMAIL PROTECTED]
Website: www.gl-group.com
- Original Message -
From: "Ilsa Desfiarny" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Tuesday, January 23, 2007 10:02 PM
Subject: Fw: Magic istri muda...bacaan nambah wawasan..
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> MAGIC ISTRI MUDA, Alat Vitalku Digantung di Pintu
>
> Aku lahir dan besar di kota besar yang kuanggap sudah begitu modern.
> Karena memang aku juga berasal dari sebuah keluarga yang cukup terpandang,
> papaku pernah menjabat atau menduduki jabatan yang cukup penting di sebuah
> departemen. Dan di zaman pemerintahan Soeharto keluargaku memang cukup
> jaya, sebab dekat dengan keluarga Cendana. Dan mungkin hal itulah yang
> membuat aku tak memikirkan hal-hal yang kuanggap tak masuk akal. Seperti
> berita-berita tentang klenik dan perdukunan, apalagi ada berita tentang
> ilmu gaib yang bisa membuat orang hilang ingatan atau lumpuh. Karena
> menurutku itu semua pastilah berhubungan dengan ilmu yang ilmiah, ilmu,
> kedokteran.
>
> Karena tidak percaya akan hal tersebut maka aku kuliah di kedokteran UI.
> Tahun 1986 aku lulus sarjana, lalu kerja di Cipto, karena keluargaku
> orang kuat, dengan menggunakan nama papa aku mendapat kemudahan, lagi pula
> memang nilaiku sangat bagus, hasil praktekku selama kuliah dianggap pantas
> kalau aku dipekerjakan di Cipto, rumah sakit besar yang memiliki fasilitas
> Intemasional.
>
> Setelah kerja tiga tahun aku berkenalan dengan Shynta, ia seorang foto
> model yang juga punya nama, dan membintangi beberapa iklan TV. Enam bulan
> kenalan kami langsung naik pelaminan. Hari-hari yang indah kami lalui, aku
> mengambil cuti dan mengajak Shynta bulan madu ke Bali. Dan hari-hari
> pertama kami habiskan dengan penuh kebahagiaan. Lima bulan menikah Shynta
> hamil, namun tiga bulan kemudian ia mengalami keguguran. Kami berduka.
> Tapi apa hendak dikata, Tuhan telah berkata lain. Kami kembali mengarungi
> kehidupan dengan tenang dan terus mendambakan keturunan. Tapi dua tahun
> perkawinan belum juga tampak ada tanda-tanda Shynta akan hamil, namun
> setelah diperiksa kami positif, masih bisa mendapatkan anak.
>
> Namun pada pertengahan tahun 1990-an aku berhenti kerja, karena ada
> temanku yang mengatakan bahwa di Kalimantan Barat kalau buka praktek
> dokter
> sangat menguntungkan. Bisa cepat dapat uang. Maka aku mohon pada papa dan
> mama serta Shynta untuk terbang ke Kalimantan Barat, aku ingin cari
> suasana
> baru. Orangtua dan istriku mengijinkan kepergianku dengan catatan kalau
> berhasil aku akan membawa Shynta ke Kalimantan. Kalau aku tak sanggup aku
> akan kembali lagi ke Jakarta. Semua setuju, dan sebelum berangkat
> orangtuaku, terutama mama mengingatkan agar aku senantiasa bersikap baik,
> jangan sombong, karena Kalimantan terkenal dengan ilmunya. Aku hanya
> tersenyum.
> Mama tahu bahwa sesungguhnya aku tak percaya akan hal-hal seperti itu.
> Tahayul! Tapi untuk menyenangi hati mama dan agar tidak membuat ia cemas
> aku katakan saja bahwa aku akan hati-hati.
>
> Mama dan istriku mengantar keberangkatanku ke Kalimantan. Lambaian
> mereka membuat aku merasa sedih, terus terang aku belum pernah berpisah
> dengan keluargaku. Aku belum pernah merantau. Dan sebenarnya aku berat
> untuk pergi, tapi teringat akan kedukaan dan kesepianku karena tak
> mendapatkan keturunan dari Shynta aku membuat kepergianku ini sebagai
> pengobat kecewa, mungkin kalau kelak aku kembali lagi ke Jakarta pikiranku
> sudah tenang dan ada rasa kangen pada Shynta yang mungkin akan membuahkan
> hasil. Itu juga anjuran sahabatku.
>
> Dalam perjalanan ke Kalimantan aku membayangkan tentang suku Dayak dan
> rumah-rumah panggung seperti yang pernah aku saksikan dari TV. Maka dari
> jendela pesawat aku menengok ke bawah, ada lautan yang membentang tak
> bertepi, lalu saat masuk wilayah Kalimantan aku melihat aliran sungai
> Kapuas seperti ular naga yang panjang dan melingkar-lingkar dengan indah.
> Tak lama kemudian terdengar suara pramugari yang lembut dan merdu
> mengatakan bahwa pesawat akan segera Landing di Lanu Supadio Pontianak.
> Aku
> mengenakan sabuk pengaman, lalu duduk dengan tenang, ada sedikit
> ketegangan. Entah mengapa perasaan itu begitu tiba-tiba, padahal bukan
> hanya sekali ini aku naik pesawat. Hampir tiap bulan aku naik pesawat,
> kalau tidak ke Yogya ya ke Bali atau ke Bandung atau Surabaya. Memang aku
> malas naik bis atau kereta.
>
> Semakin dalam pesawat menukik semakin terasa ada getaran yang kuat
> menghantam dadaku. Oh, aku tak mengerti gejala apa ini. Dan setelah roda
> mendarat baru aku menarik nafas. Saat pesawat berhenti dan pintu dibuka
> aku turun, aku melihat lapangan terbang yang sederhana, dan dari sisi
> ruang
> tunggu aku melihat sahabatku