Penulis Andrew Matthews mengatakan secara sosial kita sering dikondisikan untuk memandang sisi negatif hidup ini.
Jika terjadi sepuluh keberhasilan dan satu kegagalan, kita cenderung memperhatikan yang gagal ini. Kalau sakit kepala, kita tidak berkata, "Dada, perut, kaki, dan tangan saya sehat!" Kita berkata, "Kepala saya sakit!" Sewaktu remaja, kita sering mencemaskan satu jerawat kecil di wajah kita dan tidak bersyukur karena kenyataannya sembilan puluh persen tubuh kita tak bernoda. Nuni di Australia yang akhirnya menyadari profesi apapun pasti punya sisi baik dan buruk. Nenek mertua Nuni adalah bintang Hollywood pada zaman baheula (1940-1970 an), yang di akhir hidupnya tenggelam dalam minuman keras dan obat penenang. Tentu saja setitik "noda" itu tak bisa dijadikan alasan untuk melarang keturunannya menjadi pekerja seni, karena setiap individu pada dasarnya mempunyai panggilan hidup dan cita-cita yang sangat personal. Bukankah di masa mudanya si nenek buyut sudah bekerja keras hingga akhirnya meraih sukses. Barangkali itulah sisi positif yang harus dikisahkan kepada keturunannya. Kisah Sang Bintang Hollywood (Nuni-Australia) "Cerita berikut ini adalah asli, bukan karangan dan tidak fiktif. Kalau ada nama-nama, tempat, kejadian yang ditulis Anda ketahui, memang begitulah adanya! Jangan meniru adegan berbahaya dalam cerita ini!" He he he.ikutan gaya dikit ah kayak di bagian ending pelem-pelem Hollywood. Saya sendiri sempet kaget ketika suami akhirnya 'mau' menceritakan kepada saya soal sosok neneknya ini. Awalnya kami hanya berdebat 'biasa' soal masa depan buah hati. Saya bilang ke dia, kalau anak saya punya bakat seni -menari, musik, akting -saya akan mendukungnya. Eittt.tunggu dulu.ternyata suami punya argumen sendiri. "Saya tidak setuju, saya lebih suka anak-anak kita kelak menjadi akademisi atau bekerja profesional seperti orang-orang normal lainnya. Saya tidak ingin dia menjadi artis, hidup tak karuan (pesta pora, kehidupan glamor, dekat dengan drug,dan akhirnya 'tenggelam' ketika usia menua. Seperti yang dialami nenek saya!" Waduh.Selidik punya selidik akhirnya dia mau juga menceritakan mengapa kurang suka dengan profesi artis. Suami saya akhirnya bercerita tentang kehidupan mendiang sang nenek. Nenek suami yang pernah jadi bintang terkenal Hollywood di era tahun 1940-1970 an ini adalah ibu dari ibu mertua saya. Nama panggung sang nenek Veronica Lake, dia lahir di Brooklyn, New York pada November 14, 1919 (some sources say 1922). Nama aslinya Constance Frances Marie Ockleman. Ayahnya (leluhurnya) adalah imigran asal Jerman dan Denmark. Ayah Veronica bekerja di perusahaan kapal minyak. Ketika masih balita orangtuanya hijrah ke Florida. Memasuki usia 10 thn orangtuanya kembali menetap di Brooklyn. Dalam pelajaran drama, Veronica menunjukkan bakat akting yang luar biasa. Dia sering menjadi bintang dalam pertunjukkan-pertunjukkan di sekolah. Saat Veronica berusia 12 tahun, ayahnya meninggal karena kecelakaan di tempat kerja. Setahun kemudian ibunya menikah lagi dengan Anthony Keane dan Veronica mengambil nama belakang ayah tirinya sebagai nama familinya. Di usia remaja ini, Veronica dan keluarga sering pindah menetap antara lain ke Canada, New York State, dan Miami, Florida. Lulus dari SMU, Veronica terkenal sebagai mojang cantik asal Miami. Dia merasa akting/film adalah dunianya. Kebetulan sang ibu sangat terobsesi dengan profesi ini. Konon sejak remaja, ibu Veronica ingin menjadi aktris namun obsesinya itu tak pernah terwujud. Akhirnya dia melimpahkan 'angan-angan' terpendamnya pada sang anak. Ketika keluarga ini menetap di Beverly Hills, California (1938), sang ortu mengirim Veronica untuk belajar di Bliss Hayden School of Acting di Hollywood. Nasib baik rupanya sedang menyertai diri Veronica, tak perlu lama menunggu, dia dapat tawaran untuk terlibat dalam sebuah peran. Film pertamanya berjudul SORORITY HOUSE (1939). Sukses dalam film tersebut mengantarkan Veronica dalam peran-peran berikutnya, ALL WOMEN HAVE SECRETS dan DANCING CO-ED (both in 1939), Veronica tidak komplain walau peran-peran tersebut hanya mengumbar kecantikan wajah dan kemolekan tubuhnya. Setelah menyelesaikan studi tahun 1940, dia terlibat dalam film YOUNG AS YOU FEEL dan FORTY LITTLE MOTHERS. Tahun 1941 Veronica mendapat peran serius dalam film I WANTED WINGS, dalam film ini untuk kali pertama dia menggunakan nama panggung Veronica Lake dan meninggalkan nama aslinya Constance Keane. Veronica benar-benar merasakan jadi seorang artis yang sesungguhnya, filmnya sukses dan digemari orang, termasuk kritikus film yang menyebutnya sebagai the bright newcomer. Paramount mengontraknya dalam dua film sekaligus HOLD BACK THE DAWN dan SULLIVAN'S TRAVELS. Film terakhir mendapat good reviews dari para kritikus film. Demikianlah Veronica terlahir menjadi bintang besar. Namanya mulai sejajar dengan bintang-bintang besar Hollywood lainnya seperti Audrey Hepburn, dan Chaterine Hepburn. Namun namanya sedikit menurun ketika membintangi film THE HOUR BEFORE DAWN (1944) publik tidak menyenangi peran yang dimainkannaya sebagai Dora Bruckman (simpatisan NAZI). Apalagi ketika dia membintangi HOLD THAT BLONDE, OUT OF THIS WORLD, dan MISS SUSIE SLAGLE'S, banyak orang menganggap Veronica mulai frustasi karena publik tak lagi mendukungnya, dia ditulis sebagai 'beautiful blonde' yang kesepian. Memasuki tahun 1950-an kariernya di layar lebar mulai menurun. Veronica menjajal layar kaca. Sejak 1950-1960 an akting Veronica lebih banyak terlihat di televisi. Merasa sukses dan sanjungan tak lagi menemaninya, Veronica mulai akrab dengan minum-minuman keras dan obat penenang. Tahun 1962, Veronica yang sudah menjanda untuk kali kedua tinggal di hotel tua dan bekerja sebagai bartender. Sesekali dia masih mendapat peran dalam film seperti FOOTSTEPS IN THE SNOW (1966), dan FLESH FEAST (1970). Di keheningan malam, ditemani sahabat dan kerabatnya, July 7, 1973, Veronica menghembuskan nafas terakhir karena sakit hepatitis. Dia dimakamkan di Burlington, Vermont. Koran lokal menyebutnya sebagai berikut; "The beautiful actress with the long blonde hair was dead at the age of 53" Itulah sekelumit cerita tragis tentang nenek suami saya Zev. Inti dari cerita ini, profesi apapun pasti punya risiko tersendiri -baik dan buruk. Saya dan suami meneladani kisah ini sebagai pelajaran hidup. Kini keluarga suami (yang tersebar di US dan NZ) sedang mengumpulkan bahan-bahan tulisan, foto dan memorabilia tentang Veronica. Repotnya, bukti-bukti tentang sosok dan karier Veronica lebih banyak dimiliki para penggemarnya daripada keluarga besarnya. Adik ipar perempuan saya yang wajahnya mirip sang nenek (tinggal di USA) sedang mengumpulkan surat-surat, foto-foto dan sertifikat yang tercecer dari neneknya tersebut. Mudah-mudahan dalam waktu dekat semua bahan-bahan itu terkumpul, sehingga kami bisa mewujudkannya dalam sebuah buku (biografi) yang mungkin akan lebih berguna untuk keluarga besar suami untuk mengenang kiprah sang nenek tercinta. Sepertinya bakat seni sang nenek banyak menurun pada cucu-cucunya. Anaknya sendiri (ibu mertua saya yang tinggal di NZ) kini mengisi masa tuanya dengan menjadi pelukis dan seniman grafis. Sementara salah satu keponakan saya andal bermain biola, menyanyi, menari (gaya hip hop) dan balet. Sampai-sampai ibunya (kakak ipar saya) takut kalau akhirnya dia akan benar-benar menjadi artis seperti nenek buyutnya. Soalnya sang anak yang berangkat remaja itu bilang pada ibunya, ingin menjadi artis dan ingin melanjutkan sekolah di bidang seni (akting). Bravo!!! (Nuni-OZ) [Non-text portions of this message have been removed]